PSI 35 a LAPORAN PENELITIAN IDENTIFIKASI SEROTIPE DAN GENOTIPE VIRUS DENGUE DARI DAERAH ENDEMIS DBO (.LANJUTAN) RENI H ERMAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2012 . ------ ----· -. ... I. i - , .., '• ,,. . • No. '· /-:]_- �.- :)NJ. • Ki.i�� ' I T No .,!:tH ' = �Ps: -= -- .__ ____ __ ·- 1 -2 c- - _j -- � __-- . . " J I •\ ':...: I .l • ..., 1� ,.,. . •• LAPORAN PENELITIAN IDENTIFIKASI SEROTIPE DAN GENOTIPE VIRUS DENGUE DARI DAERAH ENDEMIS DBD (LANJUTAN) RENI HERMAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2012 SUSUNAN TIM PENELITI Tim Pusat No Nama Jabatan Peneliti Kedudukan dalam Tim Uraian Tugas 1 dr. Reni Herman, MBiomed Peneliti Pertama Ketua Pelaksana Bertanggung jawab untuk semua kegiatan penelitian 2 drg. Sekar Tuti, Mkes Peneliti Madya Penanggungjawab penelitian di RS Bertanggung jawab untuk semua kegiatan penelitian di RS 3 Tedjo Sasmono, PhD Peneliti Madya Analisis hasil sekuensing Melakukan analisis terhadap hasil pemeriksaan sekuensing Penanggungjawab penelitian di 4 Dr. Lidwina, MKes Peneliti Madya Jayapura Memonitor kegiatan pengumpulan data RS di Jayapura 5 Dr. Lisa Adrlani L Peneliti (Non fungsional) Pemeriksaan ELISA Melakukan pemeriksaan ELISA 6 Benekditus Yohan, SSi Penellti (Non fungsional) Pemeriksaan RT PCR Melakukan pemeriksaan RT PCR 7 Agustiningsih, SSi Peneliti (Non fungsional) Pemeriksaan sekuensing Melakukan pemeriksaan sekuensing 8 Hartanti Dian lkawati,SSi Peneliti (Non fungsional) Pemeriksaan sekuensing Melakukan pemeriksaan sekuensing 9 dr. Frans Dany Peneliti (Non fungslonal) Anallsis data kl in is klinis 10 Arie Ardiansyah Pembantu peneliti Pemeriksaan sekuensing Melakukan pemeriksaan sekuensing 11 Sumamo Pembantu Peneliti Pemeriksaan RT PCR Membantu pemeriksaan RT PCR Memeriksa dan bertanggujawab atas data kelengkapan data 12 Farida Pembantu Penelltl Pemeriksaan ELISA Membantu pemeriksaan ELISA 13 Fahim Pembantu Peneliti Perslapan alat Membantu sterilisasi a lat 14 Santono Pembantu penelitl Perslapan bahan Membantu mepersiapkan bahan untuk penelitian 15 16 Kastrimin Rida Citahati, SE Sekretariat Penelitian Sekretariat Penelitian Keuangan Administrasi Menylapkan perlengkapan dan keuangan untuk kegiatan di RS Menylapkan surat dan adminstrasi kegiatan di RS nm daerah No 1 2 3 4 Na ma Nurhasanah Jabatan Peneliti Kedudukan dalam Tim Uraian Tugas Koordtnator Samarinda Dr. H.Mardiono.M,Kes. Koordinator Dr. Nurliana Noor Koordlnator Dr. Carta Gunawan, Pembantu Peneliti Koordinator penelitian di Samarinda Membantu koordinasi penelitian di Samarinda Penanggung jawab kegiatan penelitian RSUD AW Sjahranie Bertanggung jawab untuk kegiatan penelitian di RSUD AW Sjahranie Koordinator kegiatan penelitlan Membantu koordinasi kegiatan penelltian Dokter di bagian Penyakit Dalam Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitlan Dokter di bagian Penyakit Dalam Mendlagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Dokter di bagian Anak Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian ··---·- SpPD Dr. Enni P, SpPD Pembantu Peneliti Dr. Wahyu 0. SpA Pembantu Peneliti 7 Dr. Usman L. Pembantu Peneliti Dokter di UGO 8 Dr. Lily P Kalalo, SpPK Pembantu Peneliti Dokter Patologi Klinis Bertanggung jawab untuk penyimpanan sampel dan data darah r utin 9 Saiful Anwar Pembantu Peneliti Perawat di Bagian Penyakit Dalam Membantu follow up subyek penelitian 10 Kasmiati Pembantu Peneliti Perawat Bagian Penyakit Dalam Membantu follow up subyek penelitian 11 Rizki lntan Friani Pembantu Peneliti Laboran Memisahkan dan menyimpan serum 12 Swanti P Pembantu Peneliti Laboran Memlsahkan dan menyimpan serum 13 Nani AR Pembantu Penellti Perawat Baglan Anak Membantu follow up subyek penelitian Rita Avianti Pembantu Peneliti Perawat Baglan Anak Membantu follow up subyek penelitian Dian Febri Pembantu Peneliti Perawat IGD Membantu follow up subyek penelitian 5 6 14 15 ii 16 17 Telda Banda, SKM Koordlnator dr. Armenius R. Sondakh Koordlnator Sp THT-KL Koordinator penelitian di Manado Membantu koordlnasi penelltlan di Manado Penanggung jawab penelitian di RSUP Prof �ertanggung jawab untuk kegiatan pene liti an di RSUP Prof Kandou 18 Kandou Drs. Jemmy Siwi, MSi Koordinator Koordinator kegiatan penelitian Membantu koordinasi kegiatan penelitian Dr. Agung Pembantu Peneliti Dokter Penyaklt Dalam di RSUP Prof Kandou Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian 19 Nugroho,SpPD 20 Dr. Meilisa Wantania Pembantu Peneliti Dokter Penyakit Dalam di RSUP prof Kandou Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Dr. Suryadi N.N Tatura, Pembantu Peneliti Dokter di Bagian Anak RSUP Prof Kandou Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Pembantu Peneliti Dokter di Bagian Anak RSUP Prof Kandou Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Pembantu Peneliti Dokter Patologi Klinik 21 SpA (K) 22 SpA 23 Dr. Novie Rampengan, Dr. Hessyani P.T Bertanggung jawab untuk penyimpanan serum dan data darah rutin Raranta, SpPK 24 Dr. Hildegardis liando Pembantu Peneliti Dokter !GD RSUP Prof Kandou Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitlan 25 Abram Babakal, Skep.Ns Pembantu Peneliti Perawat Bagian Anak RSUP Prof Kandou Membantu follow up subyek penelitian Poppy Turang, Skep,Ns Pembantu Peneliti Perawat Bagian Anak RSUP Kandou Membantu follow up subyek penelitian Ceicilia Sengkeh, Pembantu Peneliti 26 27 28 29 Membantu follow up subyek penelitian Skep.Ns Perawat Bagian Penyakit Dalam RSUP Prof Jerry Pandelaki, Skep.Ns Pembantu Penellti Perawat Baglan Penyakit Dalam RSUP Prof VeckyM.V Pembantu Peneliti Kandou Membantu follow up subyek penelitlan Kandou Laboran Memlsahkan dan menyimpan serum iii I I I Wowiling,AMAK 30 31 32 lrayanti, AMAK Pembantu Penelltl Laboran Memlsahkan serum Amman Baher Koordlnator Koordinator Penelltlan di Temate Membantu koordinasi kegiatan penelitlan di Ternate Koordlnator Penanggung jawab Kegiatan Penelitian d l RSUD Chasan Basoirie Bertanggung jawab untuk keglatan penelitian di RSUD Chasan Boesoirie Abdul Cha lid Djamar, SSt, FT 33 Husen Masabessy, Skep Koordlnator Koordlnator keglatan penelitian Membantu koordinasi keglatan penelltlan 34 Dr. Nani Harmaenl, SpA Pembantu Peneliti Dokter Baglan Anak Mendlagnosls DBD dan merekrut subyek penelltlan 35 Dr. Suhanto Hamid Pembantu Peneliti Dokter IGD RSUD Chasan Boesoirle Mendiagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Dr. Taha Albaar, SpPD Pembantu Peneliti Dokter Penyaklt Dalam RSUD Chasan Mendiagnosls DBD dan merekrut subyek penelitian 36 37 38 39 40 Boesolrle Dr. Eko Sudarmo, SpPD Pembantu Peneliti Dokter Penyaklt Dalam RSUD Chasan Boesoirie Mendlagnosls DBD dan merekrut subyek penelltlan Dr. Fasni Halil, SpPK Pembantu Peneliti Dokter Patologi Klinis RSUD Chasan Boesolrle Bertanggungjawab untuk penyimpanan sampel serum dan data darah rutln Aisyah Pembantu Peneliti Perawat Baglan Penyakit Dafam Membantu follow up subyek penelitlan Rosmiyati Saleh, Pembantu Penellti Perawat Bagian Penyaklt Dalam Membantu follow up subyek penelitian Amd.Kep 41 Salam Sabtu Pembantu Penellti Perawat Baglan Anak Membantu follow up subyek penelitlan 42 Sita Raihana Pembantu Penelitl Perawat Bagian Anak Membantu follow up subyek penelltlan 43 Syafaruddin Rosman Pembantu Peneliti Laboran Memlsahkan dan menyimpan serum Ridwan Hasan Pembantu Peneliti Laboran Memisahkan dan menyimpan serum 44 iv 45 46 47 48 49 Vira R Pembantu Penelitl Perawat IGO Membantu follow up subyek penelitian I Made Suparta Gapar Koordlnator Koordlnator Penelitian di Jayapura Membantu koordinasl penelitian di Jayapura Drg. Koordinator Martinus Ginting, RSUD Penangung Jawab Kegiatan Penelltlan di RSUD Bertanggungjawab untuk kegiatan penelitlan di RSUD MKes Dok II Jayapura Jayapura Musnadi Koordinator Koordinator keglatan penelltlan Membantu koordinasi kegiatan penelitian Dr. Samuel Maripadang Pembantu Peneliti - Mendlagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Dokter di Bagian Penyakit Dalam RSUD Baso, Sp PD Jayapura so 51 Dr. Afifah, SpPD Pembantu Penelitl Dokter di Baglan Penyakit Dalam RSUD Mendlagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Jayapura Dr. Jackquiline Ruth Pembantu Peneliti Mendlagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Anet Ririhena, SpA Dokter di Bagian Anak RSUD Jayapura 52 Dr. Renny Haryati,SpA Pembantu Peneliti Dokter di Bagian Anak RSUD Jayapura Mendlagncsis DBD dan merekrut subyek penelitlan Dr. Juliwati Aronggear, Pembantu Peneliti Dokter Patologi Kllnik RSUD Jayapura Mendlagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Dr. Rlka Sari Ginting Pembantu Peneliti Dokter IGD RSUD Jayapura Mendlagnosis DBD dan merekrut subyek penelitian Sri Cendrakasih Pembantu Peneliti Perawat Baglan penyakit Dalam RSUD Membantu/o//ow up subyek penelitian 53 . MKes, SpPK 54 55 Jayapura Halimah Karamang Pembantu Peneliti 57 Florentina Anitu Pembantu Peneliti 58 Theresia Santi Anitu Pembantu Penelitl 59 Diana Slnggih Pembantu Peneliti 56 Membantu/o//ow up subyek penelitian Perawat Baglan Anak RSUD Jayapura Membantu/o//ow up subyek penelitian Perawat baglan anak RSUD Abepura Membantu/o//ow up subyek penelitian Laboran Membantu memisahkan serum Perawat Baglan Penyaklt Dalam RSUD Jayapura v 60 61 Franslska M Pembantu Penelitl Laboran Hana Krimawati Pembantu Peneliti Teknisi serum Menyimpan serum, meme riksa kelengkapan dan isi kuesioner serta mengirimka n sampel dan kuesioner Membantu memisahkan vi KEMENTERIAN KESEHATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN an Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560 talc Pos 1226 Jakarta l 0012 Telepon (021) 42881758, 42881763, 42881762, 42881745 (021) 42881754 Fax KEPUTUSAN KEPALA PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN NOMOR: HK.03.05/llJ/750/2012 TENTA N G PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENELITIAN TAHUN 2012 KEPALA PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN MENIMBANG MENGINGAT : a. bahwa untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, perlu ditunjuk Tim Pelaksana Penelitian Tahun 2012; b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a tersebut diatas, maka dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan tentang Pembentukan Tim Pelaksana Penelitian Tahun 2012 sejumlah tujuh belas penelitian; 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3.495); 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4130); 3. Peraturan Pemerintah RI No. 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Tehnologi Kekayaan lntelektual serta hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4497); 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SKNll/1999 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 6. · Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; · Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. MEMPERHATIKAN 7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/PerNlll/2010 Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan; 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.05/4/11675/ 2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang Penetapan l<uasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji dan Penandatanganan SPM, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan di Jakarta tahun anggaran 2012; 1. Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan tahun 2012 dengan No.0683/024-11.1.01/00/2012, tanggal 9 Desember 2011: 1 tentang KEMENTERIAN KESEHATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN an Pcrcetakan Negara No. 23 talc Pos 1226 Jakarta 10012 Jakarta 10560 Telepon (021) 42881758, 42881763, 42881762, 42881745 Fax (021) 42881754 · MEMUTUSKAN MENETAPKAN 1) Mernbentuk Tim Pelaksana Penelitian Siomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Tahun 2012 sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini; KESATU 2) Kepada Tim Pelaksana Penelitian pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Sadan Litbang Kesehatan Tahun Anggaran 2012, dap at diberikan honorarium sebagaimana tersebut dalam lampiran 2 Keputusa n ini; Tim Pelaksana Penelitian Tahun 2012 mempunyai tugas sebagai berikut: KEDUA 1) Melaksanakan Penelitian pada Pusat Biomed is d a n Teknol og i Dasar Kesehatan Tahun 2012, dengan susunan Tim :>eperti pada lampiran surat keputusan ini; 2) Meny erahkan Laporan Kemajuan Penelitian, Laporan Pelaksana<in Penelttian dan Laporan Akhir Penelitian kepada Kepala Pu sat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan. KETIGA / Dalam melaksanakan tugasnya, Tim bertanggungjaiwab kepada Kep ala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan serta wajib me n yampa i kan laporan akhir penelitian seb ag ai pertanggungjawaban kegiatan; KEEMPAT Biaya pelaksanaan kegiatan serta honor Tim Pelak�ana Penelitian Tahun 2012 d ibebankan pada anggaran DIPA . Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Tahun 2012; KELIMA Keputusan ini mulai berlaku sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2012 dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana rnestinya. Ditetapkan di Pada tanggal Jakarta 6 Februari 2012 Tembusan Yth: 1. Sekretaris Jenderal Kemenkes RI; 2. lnspektur Jen d era l Kemenkes RI 3. Ketua Sadan P eme riksa Keuangan; 4. Kepala Sadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 5. Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 6. Sekretaris Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 7. Kanwil Ditjen Anggaran Kernenkeu RI Df<I Jakarta: 6. Para Kepala Pusat di Lingkungan Sadan Litbang Kesehatan; 9. Kepal;:i Bagian Tata Usaha Pusat Siomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan: 10. Kepala Bidang Biomedis, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan; 11. Kepal a Bidang Teknologi Dasar Kesehatan, Pusat Siomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan; 12. Bendaharawan Pengeluaran Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan· 13. Masing-masing y;mg bersangkutan untuk dilaksanakan. 2 ' � KEMENTERIAN KESEI-IATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN '!>; wf.>' " Ian Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560 Telepon (021) 42881758, 42881763, 42881762, 42881745 otakPos 1226 Jakarta 10012 Fax. .(021) 4288 l 754 Lampiran 1 Keputusun Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Oasar Kesehatan Nomor Tanggal : HK.03.05/111/750/2012 6 Februari 2012 / SUSUNAN TIM PELAKSANA PENELITIAN TAHUN 2012 IDENTIFIKASI SEROTIPE DAN GENOTIPE VIRUS DENGUE DARI DAERAH ENDEMIS DBD (LANJUTAN) 1. dr. Reni Herman, M.Biomed Peneliti Pertama/Ketua Pelaksana 2. dr. Sekar Tuti, M.Kes Peneliti Madya 3. Tedjo Sasmono, PhD Peneliti Madya 4. dr. lidwina, M.Kes Peneliti Madya 5. dr. Lisa Andriani Linggonegoro Pembantu Peneliti 6. Benediktus Yohan, S.Si Pembantu Peneliti 7. Agustiningsih, S.Si Pembantu Peneliti 8. Hartanti Dian lkawati, S.Si Pembantu Peneliti 9. dr. Frans Dany Pernbantu Peneliti 10. Arie Ardiansyah Pembantu Peneliti 11. Sumarno Pembantu Peneliti 12. Farida Pembantu Peneliti 13. Fa him Pembantu Peneliti 14. Santono Pembantu Peneliti 15. Kastrimin 16. Rida Ci tahati SE Sekretariat Penelitian II 17. Nurhasanah Ko ordinator 18. Telda Banda, SKM Koordinator 19. Ammar Baher Koordinator 20. I Made Suparta Gapar Koordinator 21. Deny Mabuai Koordinator 22. dr. H. Mardiono, M.Kes Koordinator 23. dr. Nurliana Noor Koordinator 24. dr. Armenius R.Sondakh, SpTHT-KL 25. Koordinator dr. Jemmy Siwi, M.Si Sekretariat Penelitian , Koordinator 26. dr. Abdul Chalid Djamar, S.St, FT Koordinator 27. Husen Masabessy, Skep Koor dinator 28. drg. Martinus Ginting M.Kes Koordinator 29. Musnadi Koordinator 30. dr. J. Maurits Okoseray, MARS Koordinator 31. drg. Aloysius Gyay, M.Kes Koordinator 32. drg. Wahyu 0, SpA Pembantu Peneliti 33. dr. Usman L Pembantu Peneliti 34. dr. Suryadi N.N Tatura, S[A(K) Pembantu Peneliti 35. dr. Novie Rampengan. SpA Pernbantu Peneliti , 13 I 1 � .KEMENTERIAN l(ESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN Ian Percetakan Negara No. 23 Jakarta I 0560 Telepon (021) 42881758, 42881763, 42881762, 42881745 takPos 1226 Jakarta 10012 36. 37. 38. Fax. c'r. Nani Harmaeni, SpA Pembantu Penefiti dr. Suhanto Hamid dr. Jacquiline Ruth Anet Ririhena,SPA 39. dr. Renny Haryati, SpA 40. dr. Dwi Darmawan,SpA 41. 42. 43. 44. dr. Agung Nugroho, SpPD 45. dr. Meilisa Wantania Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti 48. dr. Samuel Maripadang Baso, SpPD 49. dr. Afifah, SpPO dr. Oktavianus Peday, SpPD 51. dr. Aris Musdianto 52. 53. Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti dr. Lily P Kalalo, SpPK Pembantu Peneliti dr. Saiful Anwar Pembantu Peneliti 54. dr. Hessyani P.T Raranta, SpPK 5 5. dr. Hildegarrdis Liando Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti 56. dr. Fasni Hali!, SpPK Pembantu Peneliti 57. Aisyah 58. dr. Djuliwati Aronggerar , M.Kes.,SpPK 59. dr. Rika Sari Ginting 60. 61. Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti dr. Julius Dimalouw, SpPK dr. Wawan Satrio Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti 62. Kasmiati Pembantu Peneliti 63. Rizki lntan Friani 64. Swanti P 6 5. 66. 67. Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Nani AR Pembantu Peneliti Abram Babkal, Skep.Ns Pembantu Peneliti Poppy Turang Pembantu Peneliti 68. Ceicilia Sengkeh, SKep.N s 69. Jerry Pandelaki, SKep.Ns 70. Pembantu· Peneliti Pembantu Peneliti Rosmiyati Saleh, Amd.Kep Pembantu Peneliti 71. Salam Sabtu Pembantu Peneliti 72. Sita Raihana 73. Pembantu Peneliti Safaruddin Rosman Pembantu Peneliti 74. Sri Cendrakasih Pembantu Peneliti 75. Halimah Karamang 76. Florentina Anitu Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti 77. Theresia Santi Anitu 78. Andy. Mar�muy 79. Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti 46. dr. Taha Albaar, SpPD 47. dr. Eko Sudarmo, SpPD 50. Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti dr. Kusno Widianto dr. Carta Gunawan, SpPD dr. Enni P, SpPD ·(021) 42881754 Pembantu Peneliti I Pembantu Peneliti Monica Wanggai Pembantu Peneliti 80. Linda Simr;fopiaref 14 Pembantu Peneliti � l(EMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN '1-1'.I H'.J-,'i Ian Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560 otak Pos 1226 Jakarta I 00 l 2 81. 82. Tclcpon (021) 42881758, 42881763, 42881762, 42881745 Fax. (021)42881754 Fra nky Sallos o Pembantu Peneliti Dian Pembantu Peneliti Febri 83. Rita Avianti Pembantu Peneliti 84. Vecky M.V Wowiling, AMAK 85. Pembantu Peneliti lrayanti, AMAK Pembantu Peneliti 86. Ridwan Hasan 87. Vira 88. Fransiska M 89. Diana Singgih Pembantu Peneliti 90. Hana Krimawati Pembantu Peneliti 91. Thomas Bagensa Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti R Pembantu Peneliti Pernbantu Peneliti i{,,-Kepala, Ors. Ondri Dwi Sampurno, M Si., Apt NIP / 15 19621119 198803100 1 .!'-'-­ I\.EMEN.TERIAN l(ESEII - ATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN Jalau Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Jakart�1 10012 Tclepon (021) 42881758, 42881763, 42881762, 42881745 Fax . (021)42881754 . Larnpiran 2 Ke�utusan Kepala Pusat Biomedis clan Te l< n o l ogi D<isar Kesehatan Nornor Tanggal JUDUL PENELITIAN HK.03.05/1111750/2012 6 Februari 2012 IDENTlFIKASI SEROTIPE DAN GENOTIPE VIRUS DENGUE DARI DAERAH ENOEMIS 080 (LANJUTAN) JUMLAH HONOR TIM PELAKSANA PENELITIAN TAHUN 2012 1. Koordirator Peneliti Jumlah honor yang diterirna setiap bulan sebesar 2. Peneliti Madya 3. 4. 5. 6 = Rp. 420.000 Jumlah honor yang dilerima per-jam. per-mingu sebesar =Rp. 50.000 Peneliti Pe1iama Jurnlah honor yang diterirna per-jam. per-mingu sebesar =R p. 3 5 000 Penelili Non Fungsional Jumlah honor yang diterima per-jam, per-mirggu =Rp. sebesar 20 000 Pembantu Peneliti Jumlah honor yang diterirna per-jam, per-minggu =Rp. sebesar 20.000 Sekretarial Penelitian Jurrilah honor yang diterima setiap bulan sebesar =Rp. JOO 000 / �--Kepala, Ors Ondri Dwi Sc;mpurno, M Si , Apt NIP 196211191988031001 16 -iv--:· KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pemberantasan demam berdarah dengue. Kami mengakui laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu masukan untuk perbaikan laporan ini sangat kami harapkan Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Jakarta, Januari 2013 Penyusun xiii RINGKASAN EKSEKUTIF Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, sejak tahun 1986 penyakit ini penyebarannya cenderung meluas dan jumlah kasus cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Dari hasil penelitian terhadap kasus epidemi DBD tahun 2004, infeksi virus dengue 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul dengan dengue-2, dengue-1 dan dengue-4. Beberapa observasi mengindikasikan terjadi evolusi genetik virus yang dapat menghasilkan varian-varian yang lebih virulen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas serta guna mendukung rencana penggunaan vaksin untuk pencegahan DBD, akan dilakukan pemetaan distribusi virus dengue yang ada di beberapa daerah untuk mengidentifikasi serotipe dan genotipe virus dengue yang ada di Indonesia. Pemeriksaan genotipe akan dilakukan pada gen selubung virus (gen E) dan keseluruhan genom virus. Kegiatan ini akan dilakukan pada sepuluh kabupaten/kota yang merupakan sasaran program pengendalian demam berdarah dengue {DBD). Oleh karena membutuhkan biaya yang besar maka akan dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2008 telah dilakukan identifikasi serotipe virus dengue untuk kawasan Barat, yaitu Medan, Pontianak dan Jakarta. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan keempat serotipe virus dengue bersirkulasi di kota tersebut. Penderita DBD yang dirawat di rumah sakit mayoritas terinfeksi oleh virus dengue serotipe 2 dan dengue serotipe 3. Sedangkan di Jakarta mayoritas 3, disusul dengan dengue serotipe 1 dan 2. Pada tahun 2009 telah dilakukan identifikasi serotipe virus dengue dari kota Kupang. Mayoritas penderita DBD yang dirawat di Rumah Sakit terinfeksi virus dengue serotipe 2 dan 3. Pada tahun 2012 dilaksanakan identifikasi serotipe virus dengue untuk kawasan Tengah dan nmur Indonesia yaitu Balikpapan, Manado, Ternate dan Jayapura. Juga akan dilakukan identifikasi gen E dan NSl. Sampel yang telah dikumpulkan sebelumnya berasal dari lima kabupaten/kota yang mewakili propinsi di Indonesia, yaitu Medan (Sumatera Utara), Pontianak (Kalimantan Barat), Jakarta (OKI Jakarta), Kupang (Nusa Tenggara Timur) dan Ciamis (Jawa Barat). Secara keseluruhan pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA untuk konfirmasi diagnosis, RT PCR untuk identifikasi virus dan serotipe, serta pemeriksaan sekuensing pada gen E dan NSl. Primer yang akan digunakan adalah primer yang sudah pernah digunakan untuk sekuensing xiv sampel DBD di Indonesia tahun 2004. Analisis hasil berupa data klinis maupun hasil pemeriksaan laboratorium. Oleh karena tidak mungkin untuk mendapatkan sampel dari kasus demam berdarah dengue di kota Manokwari diputuskan untuk pindah lokasi penelitian ke kota Sorong. Namun, karena waktu yang tersisa hanya 2 bulan dan dikhawatirkan jumlah target jumlah sampel tidak terkumpul, maka pengumpulan sampel dari kota Sorong dibatalkan. Berdasarkan data tren jumlah kasus dari kota Ternate dan kota Jayapura, tidak mungkin untuk mendapatkan jumlah sampel hingga 120. Oleh karena itu, taget jumlah sampel dari kota Ternate dan Jayapura diturunkan menjadi masing-masing 60. Sehingga target jumlah sampel di akhir penelitian menjadi 660. Hingga akhir penelitian jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 660, terdiri dari 270 dari Samarinda, 270 dari Manado, 60 dari Ternate dan 60 dari Jayapura. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan 63 % penderita merupakan infeksi sekunder. Virus dengue serotipe 1,2,3 2 dan 4 ditemukan di Samarinda dan Manado, sementara di Ternate dan Jayapura serotipe dan 3. Tidak ada perbedaan gejala klinis antara infeksi virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4.Pemeriksaan sekuensing masih harus menunggu optimasi karena menggunakan primer yang baru. xv ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD ) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Dari hasil penelitian terhadap kasus epidemi DBD tahun 2004, infeksi virus dengue 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul dengan dengue-2, dengue-1 dan dengue-4. Beberapa observasi mengindikasikan terjadi evolusi genetik virus yang dapat menghasilkan varian-varian yang lebih virulen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas serta guna mendukung rencana penggunaan vaksin untuk pencegahan 080, dilakukan pemetaan distribusi virus dengue yang ada di beberapa daerah untuk mengidentifikasi serotipe dan genotipe virus dengue yang ada di Indonesia. Sampel penderita diperoleh dari kasus demam dengue dan DBO dari Rumah Sakit di Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura.Penderita yang bersedia berpartisipasi diambil darah serta dicatat gejala klinisnya.Darah dipisahkan serumnya dan disimpan di freezer rumah sakit. Setelah terkumpul akan diperiksa di Laboratorium virology Litbangkes. Pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA untuk deteksi antibody, RT PCR untuk identifikasi virus. Serum yang positif ada virus dengue dilanjutkan dengan pemeriksaan sekuensing, untuk gen E dan NSl. Jumlah keseluruhan sampel yang terkumpul pada penelitian ini adalah 660, terdiri dari 270 dari Samarinda, 270 dari Manado, 60 dari Ternate dan 60 dari Jayapura. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan 63 % penderita merupakan infeksi sekunder. Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 ditemukan di Samarinda dan Manado, sementara di Ternate dan Jayapura serotipe 2 dan 3.Tidak ada perbedaan gejala klinis antara infeksi virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4. xvi DAFTAR ISi SUSUNAN TIM PENELITl ........................................... .................................................i SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN ...............................................................................vii KATA PENGANTAR....................................................................................................xiii RINGKASAN EKSEKUTIF........................................................................ .....................xiv ABSTRAK...................................................................................................................xvi DAFTAR 151. ..................... DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL. . . .............. ........................................... . ............. . ...... . ........ .............•.......•.•.........•.......................•......................................... .•...............•............••........................•.. '. xvii xviii xix ...............•............................ DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................................xx DAFTAR Rf NGKASAN .........................................................................................................xxi I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA . . ....... ........ .. ................................ . . . ................................. . . A. Epidemiologi Dengue .. . .... ............................... . .. .............. ............. . ..... . ........ . . . ..................................... . .... ...... .................................. . . ...... ......... B. Aspek Biologi virus dengue . .............................................................. . C. Genetika .............................................................. D. Patogenesis .............. .. . . . . .. . . . . .................. . ....... . ....... ............ . . . ...... . ..................... . . ... ....... . .......... ............... . ................ . TUJUAN DAN MANFAAT . IV. METODE V. PERTIMBANGAN IZIN PENELITIAN VI. HASI L PENELITIAN VII. PEMBAHASAN VIII. KESIMPULAN IX. SARAN X. UCAPAN TERIMA KASIH XI. DAFTAR RUJUKAN ........................................................... ............................. . . ................... ... ............... . ......................................... .. ... . .......... . . ..... ................................................ . ...... ..................................... ................. . ......... . ........... . . . .......... . .... . .... . ............. ............... ............ ............... . . . . .. .. . . . ............. 23 .42 ....................... ..... . 17 ............. . 43 .................... ............................................ . 8 .22 . . ....................... 3 12 .... ...... . Ill. 3 .................. . 1 .... . . . 57 ................... 61 62 ..................................................................................................................... .... . . . .................... ....... .................... .......................... . . .. .. . . . . .. . . .. .... ......... . .................. .................. . . ...... . . 62 ........ 63 .......... .............. xvii Daftar Gambar Gambar 1. Distribusi global virus dengue, mengindikasikan serotipe dan genotipe virus . 3 . Gambar 2. Distribusi Aedes aegypti dan aktivitas dengue . . Gambar 3. Struktur virion Flavivirus yang matur Gambar ......... .. . .. . .. . . .. . ...... 4. Struktur imatur dan matur vriron flavivirus . . ......... ... . . . . ..... .. . .. . . . . .............. . . . .... .. .. . . .. . . . . ...................................... ................................... . ... . . • . ............... ..... . .. .... .. ... . . Gambar 6. Siklus replikasi Flaviviridae Gambar 7. Alur Penelitian .. 11 . . . . . . .. . .. . . .. ... .. ............ . Gambar 5. Organisasi genom virus dengue . . . ....... .. 5 . . . ....................... .. . . . ... .... . 12 . .13 .... . .... ..... . ..... . ..... 15 24 .................................... ................................................. ............... Gambar 8. Urutan strategi sekuensing yang dilakukan untuk mendapatkan genom virus.40 Gambar 9. Tren kasus DBD di kota Samarinda .. .. ........ . .. . .. .... .................... ......... . . .. ... . .. ... .43 ... Gambar 10. Tren Kasus DBD di kota Manado .............................. ...................................... 44 Gambar 11. Tren kasus DBD di kota Ternate......................................................................46 Gambar 12. Tren kasus DBD di kota Jayapura ...................... ..................... . . .. ........ ...... 47 ........ xviii Daftar Tabel Tabel 1. Klasifikasi virus dengue berdasarkan genotipe E ................ Tabel 2. Definisi kasus Demam Berdarah Dengue ................. Tabel 3. Klasifikasi tingkat keparahan infeksi dengue ... . ... .. . . ....... ......... ... .. ... ...... . .. .......... . . .. . . . .... ........ . ..... .. . ..... .................................................. TabeI 4. Primer serotyping 7 21 22 32 ................................................................................................. TabeI 5. Primer Genotyping ................................... ........ Tabel 6. Distribusi sampel Samarinda ......................... .. . .. . .. 36 ................................................ ........ Tabel 7. Distribusi sampel dari Manado ................................ . Tabel 8. Distribusi sampel dari Ternate ................................ . ..... ..... . ............ Tabel 11. Gambaran klinis infeksi dengue pada anak .... . . . ..... ....................... ..... . ... . Tabel 21. Serotipe virus dari Jayapura . ... . . ...................... • . . .. .. . . .. . . .46 ...... ...... . .. .......... 49 .............. 49 . . . . . .. . . . . ... ..... . . .. . . .. 50 ........ . ............. . ... ... ...... . ....... 52 . ................. ..... . .. .. ... .............. . . . ......... .............. ....................... ........... ..... .. . . . . 53 .53 . ..... 54 ... ............ ........... . ........................................... ...... ... 51 . . . ..... 52 ............................... Tabel 22. Gambaran klinis infeksi dengue serotipe ! . 51 ................... .................. . .............................. .. ... .. . . ....... .... . .. .. .48 ............................. . .. . .. . . . . .. . .. .45 ........... ... .................................... ...... . .. .. . . . ............ .. . . ... . .... . . .. Tabel 17. Status hematologi penderita confirm infeksi dengue Tabel 20. Serotipe virus dari Ternate .. . . ..... Tabel 16. Gambaran klinis infeksi sekunder pada dewasa .. .. . .. . . . . . . . .. ..... ... Tabel 15. Gambaran klinis infeksi primer pada dewasa . . .. .............. . . .. . . .. ............ ..... .. .. Tabel 19. Serotipe virus dari Manado . .. . .............. .. . .... . . Tabel 14. Gambaran klinis infeksi sekunder pada anak . Tabel 18. Serotipe virus darl Samarinda . ...... ...................... ................................. ... Tabel 12. Gambara.n klinis infeksi dengue pada dewasa. Tabel 13. Gambaran klinis infeksi primer pada anak . . . . .................................... . ..... ........ ... .......... Tabel 9. Distribusi sampel dari Jayapura Tabel 10 Gambaran klinis confim infeksi dengue . . . 54 . 54 . 54 ..... . . ... ... . .. .. 55 ........................ ... . ... . .. ... . Tabel 23. Gambaran klinis pada infeksi dengue serotipe 2 ............................................... 55 xix Tabe 24. Gambaran infeks dengue serotype . 3 . ... ..... ............... Tabel 25. Gambaran infeksi dengue serotipe 4 .. . . . .. ... ..... . ....................... . .. . ... 56 ... .. .. ... :................................................. 56 DAFTAR LAMPIRAN lampiran 1. SOP Perekrutan Subyek Penelitian . . ........ ................... ........... Lampiran 2. SOP Pemisahan Serum 64 . .. ........... ........... • .................................................................................... Lampiran 3. Formulir penjelasan dan persetujuan peserta penelitian . ................ ............. 65 66 xx DAFTAR SINGKATAN ADE = Antibody dependent enhancement CFR = Crude Fatality Rate CMV = Cytomegalovirus DBD =Demam Berdarah Dengue DENV = OF = Dengue Fever DHF = Dengue Haemorrhagic Fever DMSO = Dimethyl sulphoxide DSS = Dengue Shock Syndrom FBS = Foetal Bovine serum HI = Haemaglutination Inhibition HIV = Human Immunodeficiency Syndrom lgG = lmmunoglobin G IL = Interleukin IFN =Interferon RNA =Ribonucleic Acid SLE = TBE =Tick Borne Encephalitis TNF =Tumor Necrosis Factor UTR = WHO =World Health Organisation Virus dengue St Louis Encephalitis Untranslated Region xxi I. PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, sejak tahun 1986 penyakit ini penyebarannya cenderung meluas dan jumlah kasus cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Jumlah kasus DBD secara nasional sejak tahun 1990 sampai 2006 menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 1990 dilaporkan sebanyak 22.807 kasus DBD dan 821 diantaranya meninggal (CFR = 3,60%), kemudian pada tahun 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, dan 1997 dilaporkan ber turut-turut 21.120 kasus dengan jumlah kematian 578 (CFR = 2,74%), 17.620 kasus dengan jumlah kematian 509 (CFR = 2,89%), 17.418 kasus dengan jumlah kematian 418 (CFR = 2,40%), 18.783 kasus dengan jumlah kematian 471 (CFR = 2,51%), 35.102 kasus dengan jumlah kematian 884 (CFR = 2,52), 16.517 kasus dengan jumlah kematian 1.192 (CFR = 2,67%) dan 30. 730 kasus dengan jumlah kematian 681 (CFR=2,22%). 1 Pada kejadian luar biasa (KLB) tahun 1998 dilaporkan angka kesakitan pada 72.133 penderita, dan 1.414 diantaranya meninggal (CFR = 1,96%). Kejadian ini diduga merupakan puncak siklus lima tahunan, karena pada tahun 1999 terjadi penurunan angka kesakitan menjadi 21.134 penderita dengan 422 kematian (CFR= 1,99%). Akan tetapi pada periode selanjutnya dari tahun 2000 sampai 2006 jumlah kasus DBD terus meningkat, namun CFR cenderung menurun. Pada tahun 2000 angka kesakitan sebesar 33.443 dengan 472 kematian (CFR = 1,41%), terus meningkat menjadi 80.837 penderita dengan kematian 1.099 (CFR = 1,35%) pada tahun 2005, dan menjadi 111.730 penderita dengan jumlah kematian 1.162 (CFR = 1,04%) pada tahun 2006.2 Berdasarkan datatersebut di atas, terlihat bahwa angka CFR masih di atas standar nasional yaitu < 1%. Dari hasil penelitian terhadap kasus epidemi DBD tahun 2004, infeksi virus dengue-3 ! DV-3), sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul dengan Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. Beberapa observasi mengindikasikan bahwa kemungkinan terjadi evolusi genetik virus yang dapat menghasilkan varian-varian yang lebih virulen. Keadaan ini dapat menimbulkan ataupun virulensi virus. 3•6 variasi sifat imunogenik Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dan sedikitnya informasi genetik virus dengue yang ada di Indonesia serta guna mendukung rencana penggunaan vaksin untuk pencegahan DBD, kami merencanakan pemetaan distribusi virus Dengue yang ada di beberapa untuk mengidentifikasi serotipe dan genotipe virus Dengue yang ada di Indonesia, daerah serta memonitor munculnya genotipe baru. ldentifikasi genotipe akan dilakukan pada gen selubung (gen E) untuk menentukan strain virus danidentifikasi keseluruhan genom virus. Kegiatan ini dilakukan di sepuluh kabupaten/kota yang memiliki kasus DBD beberapa tahun terakhir. Oleh karena kegiatan ini membutuhkan biaya yang besar maka kami mencoba melakukannya secara bertahap. Pada tahun 2008 telah dilakukan identifikasi serotipe virus Dengue untuk kawasan Barat, yaitu Medan, Pontianak dan Jakarta. Berdasarkan hasilpemeriksaan ditemukan keempat serotipe virus dengue bersirkulasi di kota tersebut. Penderita DBD yang dirawat di rumah sakit mayoritas terinfeksi oleh virus dengue serotipe 2 dan 3. Sedangkan di Jakarta rriayoritasdengue serotipe 3, disusul dengan dengue serotipe 1 dan2. Pada tahun 2009 telah dilakukan identifikasiserotipe virus dengue darikota Kupang. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap serum penderita DBD yang dirawat di Rumah Sakit, mayoritas terinfeksi virus dengue serotipe 2 dan 3. Pada tahun 2012 dilaksanakan identifikasi serotipe virus dengue untuk kawasan Tengah dan Timur Indonesia yaitu Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura. Juga dilakukan identifikasi gen selubung virus dari sampel yang telah dikumpulkan sebelumnya. Sampel yang telah dikumpulkan sebelumnya berasal dari lima kabupaten/kota yang mewakili propinsi di Indonesia, yaitu Medan (Sumatera Utara}, Pontianak (Kalimantan Barat), Jakarta (DKI Jakarta), Kupang (Nusa Tenggara Timur) dan Ciamis (Jawa Barat}. Pada penelitian ini identifikasi gen fokus pada gen E dan NSl. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Epldemlologi Dengu e Sebaran Global Kejadian luar biasa demam dengue sudah dilaporkan dari setiap benua. 7 Epidemiologi pertama kali yang dicatat terjadi pada tahu 1779 di Batavia (Jakarta) dan Cairo. Ketika itu penyakit dengan gejala seperti dengue ini terjadi secara simultan. Setalah itu, kejadian luar biasa dilaporkan juga di Philadelphia, Zanzibar, Calcutta, India Barat dan Hongkong. Epidemi demam dengue menjangkiti ratusan hingga ribuan kasus setiap tahunnya di Asia Tenggara, dimana keempat serotipe dapat ditemukan di wilayah ini.(Gambar 1) Setelah perang dunia kedua muncul pola endemik terbaru penyakit ini, diikuti dengan meningkatnya insiden 8 komplikasi dari demam dengue (DHF dan DSS) di Asia. tndia & Sri Lanka La·in Amer ca & Caribbean OENV-1 !it. Ill) ftFNl/-1 (tll) CE.N'/ :! 11'"" Co::i 1 DENI/-� (Arr. An A.,. ::oi;J 0Et\V·3 { I, Ill) £)EN'/ 3 ! 'rf, t\I) Df:.f�\·4 t lJ 0LtN·4 ( 11 Suo-Sahatan A'ri::;a OFN'l·1 ;1111 DEl\V-2 (Cos! OHN 3 •,Ill) Scu�naad A.sia rno1h) OENlf· l (I, ll Ill' Ut NV-2 (..Cm As As I As II 0os) OtNV-3 (II) Dl:NIJ-4 (I Ill; �I.thM1<:.t A<;1.::1 I �1"l1 1th I OE�'/ i 11, 1 1} DE'4'1·Z A-., I. A.;:, 11. �v::: i DE"i'/·3 l, lit UL�/·4 1. 111 O;eania DE\JV·I o ll · O:NV·2 I A11 Cos l DE 1'1\'-1 (Ill) II OE:\$V-1 Gambar 1. Distribusi global virus dengue, mengindikasikan serotipe dan genotipe virus (Sumber: Holmes EC. 2009 ] Virus Dengue (DENV) dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis, sesuai dengan kondisi ekologi yang diperlukan untuk mempertahankan siklus alami virus. Virus Dengue ditularkan oleh nyamuk, yang secara prinsip adalah Aedes aegypti. Tetapi, pada beberapa 3 daerah yang berperan adalah Aedes olbopictus dan Aedes polynesiensis. Vektor nyamuk akan menularkan virus setelah menghisap darah dari penderita yang terinfeksi virus ini. Setelah 10- 12 hari virus berada di dalam tubuh vektor, nyamuk ini akan menjadi infeksius sepanjang 9 hidupnya. Virus dengue saat 50-100 juta ini telah bertransmisi pada lebih dari 100 negara, WHO memprediksi terjadi kasus infeksi virus dengue setiap tahunnya. Lebih dari 500.000 kasus memerlukan perawatan di Rumah Sakit dan lebih dari 15.000 meninggal. 10 Sebaran di Indonesia Di Indonesia, penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan karena setiap tahun angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya cukup tinggi. Pengamatan sejak tahun 1968 tampak bahwa jumlah kabupaten kota dengan terdapatnya kasus demam berdarah dengue terus meningkat. Hingga tahun 2008, hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan DBD. Pada tahun 2007, jumlah kejadian DBD mencapai total 139.695 kasus (incidance rate 64 kasus per 100.000 populasi) dengan total meninggal mencapai 1.395 kasus (CFR 1 %). Keadaan DBD tahun 2007 ini meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan pada tahun-tahun sebelumnya. 11 Dari beberapa catatan kejadian luar biasa demam dengue dan demam berdarah dengue sejak tahu 1968 di Indonesia, tampak adanya perubahan epidemiologi. Perubahan tersebut berupa siklus 5 tahunan menjadi fenomena tahunan. Selain itu distribusi umur yang terifeksi didominasi oleh anak, pada beberapa tahun belakangan mulai didominasi oleh remaja dewasa. Keempat serotipe virus dengue ditemukan pada kejadian luar biasa yang sudah · tercatat dari hampir semua provinsi di lndoneisa, namun virus dengue ,2 ' dan dengue 3 dan merupakan serotipe yang jumlahnya lebih menonjol dibandingkan dengan serotipe yang lain. Dalam beberapa dekade penyakit dengue telah menyebabkan 400 kematian tiap tahunnya, namun dengan pemberian terapi suportif, jumlah case fatality rate (CFR) terus menurun. 12·13 Hingga tahun 2008, CFR demam berdarah di Indonesia 0,86 dengan angka yang bervariasi pada tiap-tiap provinsi.11 4 Faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran Meningkatnya insiden demam berdarah dengue yang dilaparkan disebabkan oleh adanya perubahan, baik pada manusia maupun terhadap ekologi vektor. 14 Pada daerah yang terisolasi,epidemi terjadi akibat terdapatnya tipe baru. Oleh karena demam dengue biasanya tidak memberikan gejala yang khas (subklinik) banyak kasus yang tidak dilaporkan. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan meningkatnya infeksi pada manusia dan memicu timbulnya kajadian luar biasa. Setelah perang dunia kedua, secara pelan­ pelan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes ini mulai menyebar. Keadaaan ini mungkin berkaitan dengan perpindahan penduduk besar-besaran, dan kebetulan juga meningkatnya densitas nyamuk Aedes aegypti seiring dengan mudahnya transpor darat dan udara serta cepatnya perpindahan kasus yang terinfeksi. 15 Hingga kini, jumlah negara dan kasus infeksi oleh virus dengue mulai meningkat dan menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia.(Gambar 2) World Di stribution of Deng ue - 2005 .' tz"'' Ate<t'i fdes.te-d 'o\tth A&:Jiu aegyp.1 • At•2s """h.A.I!'•: a.gyof: aml C:•ngu• ep1�rnc <11ct1.nt)I' Gambar 2. Distribusi Aedes aegypti dan aktivitas dengue [Sumbe r : CDC] 5 Faktoryang berperan dalam letupan Pada daerah hiperendemik di asia tenggara lebih dari setengah anak-anak pernah oleh satu atau lebih serotipe virus dengue. Di daerah tropis, epidemi cenderung terinfeksi terjadi selama musim hujan. Meskipun meningkatnya curah hujan menyebabkan penyebaran vektor nyamuk, insiden penyakit pada manusia tidak berhubungan erat dengan densitas populasi vektor. Faktor lain (terutama meningkatnya temperatur yang mempersingkat masa inkubasi virus dengue pada vektor) sepertinya menjadi lebih penting. 14 Bebarapa faktor penting lain yang berperan dalam menimbulkan letupan kasus dengue, adalah efektifnya dimana kontrol nyamuk di daerah endemik DBD. Ketiga adalah perubahan demografi, tidak terkontrolnya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang tidak terencana. Perubahan demografi ini mengakibatkan munculnya rumah-rumah yang tidak sesuai standar, sumber serta urban. banyaknya nyamuk Aedes aegypti di pemukiman padat penduduk. Kedua, tidak saluran air dan manajemen sampah yang tidak adekuat di pemukiman penduduk Genangan air pada sampah-sampah ini merupakan habitat ideal bagi Aedes aegypti s�bagi vektor utama dalam penyebaran virus dengue. 7•16 Epidemiologi molekuler don evo/usi virus Pola filogenetik dan sekuen nukleotida dari gen E membagi masing-masing serotype ke dalam beberapa genotipe E yang secara umum berhubungan dengan asal geografi. Tabel 1. 6 Tabel 1. Klasifikasi virus dengue berdasarkan genotipe E Virus Dengue tipe l Genotipe I II Jepang (isolat t unggal , I 943), Hawaii ( i solat tunggal, 1 944), Thailand, Indonesia, Filipina, Taiwan, Pasifik Selatan � Thailand, Malaysia, Bum1a, Afrika Barat, Amerika (masuk tahun 1977) New Guinea (prototipe), Sri Lanka (sebelum tahun 1 969), Dengue tipe 2 Distribusi Geografi 1 Filipina, Taiwan, Thailand, Malaysia, Cina, Amerika ("topotipe Jamaika" masuk tahun 1 9 8 1 ) 11 III IV Seychelles, Sri Lanka, Afrika (masuk ke Afrika Timur tahun 1980-1981), Indonesia, Saudi Arabia India, Pasifik Selatan, Am.erika ("topotipe Puerto Rico" masuk t.ahun 1969) Afrika Barat Dengue I Filipina, Indonesia, Malaysia, Pasifik Selatan ( 1 980-an) tipe 3 l1 Thailand m Sri Lanka, India, Afrika IV Pasifik Selatan ( 1960-an), Amerika ( 1 960-an, 1970-an) Dengue I Indonesia, Pasifik Selatan, Amerika tipe 4 II Thailand, Filipina [Sumber: Monath & Heinz. 1996]. Analisis genetik dari masing-masing strain diduga juga memberikan variasi dalam �a1 vl rulensi virus. Pembagian genotipe ini dapat juga digunakan untuk menentukan asal virus penyebab epidemi. Untuk serotipe 2 dan 3 yang berasal dari Asia Tenggara dan genotipe yang berasal dari benua dimana India berada, diidentifikasi sebagai penyebab kejadian luar biasa kasus DHF dan atau DSS, serta banyaknya kasus infeksi primer dengan derajat penyakit yang berat. 17 7 Vektor nyamuk pada infeksi Dengue Nyamuk dengan genus Aedes (Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes polynesiensis) mempunyai peran penting dalam transmisi virus dengue. Namun vektor yang paling penting adalah A aegypti. Sedangkan peran A.albopictus dan A. Polynesiensis sebagai vektor tergantung pada geografi tertentu. A.aegypti hidup di daerah tropis dan subtropis. Nyamuk ini dapat berkembang pada air yang terpolusi atau air yang tergenang dalam jumlah yang sedikit. Telur dapat bertahan lama, karena tahan terhadap pengeringan. Meningkatnya populasi larva terlihat pada musim hujan. Perubahan temperature dan kelembapan mempengaruhi propagasi virus pada nyamuk. Temperatur lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap viremia akut pada nyamuk betina, masanya menjadi lebih pendek dengan meningkatnya suhu. Setelah menghisap darah penderita DBD, virus bereplikasi pada midgut, kemudian mencapai haemocoel dan haemolymph, dan akhirnya menca �ai jaringan lain dari nyamuk termasuk kelenjar liur. Setelah bereplikasi di kelenjar liur, nyamuk menginfeksi kasus baru dengan mensekresikan liurnya setelah menghisap darah. Beberapa studi melaporkan terdapatnya transmisi transovarial dari nyamuk betina yang terinfeksi, sehingga memungkinkan untuk menjadi reservoir virus selama periode inter epidemik. 18 B. Aspek Biologi Virus Dengue Si/at /isik don kimia Virus dengue termasuk ke dalam family flaviviridae (family ini terdiri dari 3 genus; Hepacivirus, Flavivirus don Pestivirus) dan genus flavivirus. Partikel jlavivirus berbentuk sferis, dengan diameter 40-60 nm dan ketebalan bagian tengah sekitar sekitar 30 nm. Masa molekuler virion adalah 60 x 106. Komposisi virion terdiri atas 6% RNA, 66% protein, 9% karbohidrat. dan 19% lipid. Flavivirus dapat diinaktivasi dengan pelarut organik dan deterjen. Pada kondisi in vitro, virion stabil pada lingkungan alkali, yaitu pada pH 8. Virion sensitif terhadap panas, pelarut organik dan deterjen. 10 Virion Flavivirus yang matur mengandung 3 struktur protein, yaitu : nukleokapsid atau 8 protein di bagian tengah (C ; 12 kDa), membran protein yang tidak mengalami glikosilasi (M ; 8 kDa) dan selubung protein ( E ; 53 kDa) yang biasanya mengalami glikosilasi. Protein M dan protein E dihubungkan dengan selubung lemak yang berupa jangkar membran yang hidrofobik. Selubung lemak tersebut terdiri dari sekitar 17% dari berat virion dan berasal dari lipid sel host. Protein E adalah komponen utama pada permukaan virion, protein ini terdiri dari antigenik determinan yang penting untuk HI (Haemaglutination Inhibition) dan netralisasi, jadi mengiduksi respon imun pada host yang terinfeksi. Struktur elemen pada dari determinan protein E terlibat pada perlekatan virion dengan reseptor sel dan pada saat fusi. Deterjen dan protease digunakan untuk mengkarakterisasi struktur dari flavivirus dan untuk mengisolasi subunit imunologi. Deterjen nonionik seperti Triton X dapat melarutkan seluruh selubung, melepaskan protein M dan E. Sodium deoksikholat hanya melepaskan protein E, sementara protein M tetap menempel dengan nukleokapsid . Protease memperlihatkan bagian dari glikoprotein E berlokasi pada lipid bilayer. Berdasarkan analisis struktur primer pada glikoprotein flavivirus, terdapat regio jangkar pada membran yang bersifat hidrofobik pada ujung karboksil dari molekul protein E. 10 Selubung flavivirus melindungi genom dari nuklease sel dan bagian dari nukleokapsid dapat dikeluarkan dengan terlebih dahulu diolah dengan menggunakan deterjen dan didegrasi dengan ribonuklease. lnfektivitas flavivirus dan hemaglutinin stabil secara optimal pada pH 8.4 dan 8.8. Sensitif terhadap pH rendah, jadi tidak memungkinkan untuk infeksi melaui oral. Namun TSE (Tick Borne Encephalitis) memungkinkan untuk menginfeksi lewat susu yang terkontaminasi. Flavivirus dengan cepat dapat diinaktivasi " dengan suhu yang tinggi. Pada suhu 50°C, 50% dari infekstivitas hilang dalam wak't 11 l0 menit. Suhu rendah dapat mempertahankan infektivitas, dengan stabilitas paling besar pada suhu -60°C atau lebih rendah. Berdasarkan percobaan, virus yang mati di dalam darah dan larutan protein lain .terjadi dalam. waktu 30 menit pada suhu 56°C. Aerosol juga dapat merupakan sumber infeksi yang berbahaya di laboratorium, karena virus SLE (St Louis Encephalitis) stabil selama 6 jam pada susupensi aerosol pada suhu ruangan dan kelembaban 23 % hingga 80%. Flavivirus dapat diinaktivasi dengan menggunakan 9 formaldehid, 2% hidrogen peroksida, 500 - 5000 ppm clorin, alkohol, 1% sinar ultraviolet, iradiasi gama dan diisinfeksi oleh glutaraldehid, iodin 2% hingga 3% 3% dan 8% dan fenol iodofor. Namun virus yang ditularkan oleh kutu lebih resisten dibandingkan dengan virus yang ditularkan oleh nyamuk. 10 Struktur antigen Semua anggota genus flavivirus memiliki bagian antigen umum, seperti yang perlihatkan dengan tes HI dengan serum imun poliklonal dan ini merupakan dasar dari klasifikasi. Sementara tes netralisasi dapat digunakan untuk memisahkan individu virus pada genus dan untuk menentukan subgrup virus yang berdekatan. Pada awalnya, diferensiasi dari masing-masing individu virus dilakukan berdasarkan netralisasi silang dengan menggunakan poliklonal antisera hiperimun. Berdasarkan hasil penelitian ini flavivirus dibedakan ke dalam sejumlah kompleks antigenik dan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan antigenii< pada struktur protein selubung (E). Bersamaan dengan inl, hasil silang HI dinyatakan terdapatnya grup, sero kompleks dan tipe determinan spesifik. 17 Perlekatan antara virus dengan sel merupakan tahap penting dalam menentukan infektivitas virus. Perlekatan virion dimediasi oleh glikoprotein E dan infektivitas berhubungan dengan afinitas perlekatan protein E pada permukaan sel. Antibodi mengikat protein E dan menghalangi perlekatannya dengan reseptor. Sejumlah data memperlihatkan terdapatnya kompleksitas dari determinan antigen yang dikenal oleh antibodi pada permukaan virion. Berdasarkan sekuen dari sejumlah falvivirus diperoleh kelasifikasi berdasarkan sekuen yang homolog ·c:?.n 'konstruksi dari evolutionary tree . Berdasarkan perbandingan sekuen asam amino dari protein E,dihasilkan gambaran yang sangat sesuai dengan serokompleks flavivirus yang telah diuraikan berdasarkan netralisasi silang menggunakan serum poliklonal. 17 Mikroskop cryoelectron telah digunakan untuk menentukan struktur 3 dimensi virion dengue serotipe 2. Penelitian ini mengkornfirmasi ukuran dan susunan virion seperti yang telah dilakukan sebelumnya terhadap virus TBE. Terdapat 90 dimer protein 10 E yang tersusun pada permukaan virion dengan susunan menyerupai tulang ikan. Dimer­ dimer ini terpasang paralel pada lipid membran, memberikan bentuk permukaan yang licin. (Gambar 4). Sebaliknya struktur virion yang immatur (mengandung prM) menampilkan susunan yang sangat berbeda, dengan terdapatnya tonjolan-tonjolan yang dibentuk oleh susunan trimer prM/E. Akibatnya ukuran virion yang imatur sedikit lebih besar dibandingkan dengan virion yang matur. 19 (Gambar 3 & Gambar 4) Gambar 3. Struktur virion Flavivirus yang matur [ Sumber: Kuhn. Et al 2002) Immature Mature - sE capsid (C) dimer membrane Gambar 4. Struktur imatur dan matur vriron flavivirus. [Sumber : Stiasny, K., et al 2006] Protein lain yang juga dapat berperan sebagai antigen adalah protein nonstruktural 1 11 (NSl). Protein ini disekresikan oleh sel yang terinfeksi oleh flavivirus. menggunakan NSl yang dipurifikasi dari sel terinfeksi atau NSl rekombinan menunjukkan bahwa NSl menginduksi respon imun protektif diinfeksi dengan dengue, yellow fever atau TBE . Eksperimen hewan coba yang 10'19 C. Genetika Struktur dan Organisasi genom Genom virus Dengue kira-kira 11.000 bp dengan 5' capped (terdapat gugus metil guanosin) dan 3'-end yang biasanya tidak berpoliadenilasi. Genom ini mengkode 10 protein dalam suatu open reading frame tunggal. (Gambar 5) Terdapat tiga protein struktural yang dikode pada sepertiga ujung 5' dari genom virus1 yaitu : protein capsid (C) yang membentuk lapisan pelindung genom (nukleokapsid), protein membran (M), dan protein envelope (E), yang merupakan protein permukaan yang melekat di dalam envelop virion. Tujuh protein non struktural (NS) yang dikode pada duapertiga ujung 31 genom virus yaitu: NSl, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NSS. 10 NC s·- EIPrM E NS3 NS1 NC ns4a n s2a ns2b NS5 -3' ns4b Gambar S. Organisasi genom virus dengue [Sumber : WHO, 2007] Keterangan : C prM E = Capsid = prkursor membran = Envelope NSl = Non-struktural 1 NS3 = Non-struktural 3 NSS = Non-struktural 5 12 Protein yang disandi oleh genom virus 1. Protein capsid: Merupakan protein dengan massa 9 hingga 12 kD, mengandung 112 hingga 127 asam amino yang sangat bermuatan positif oleh karena mengandung residu lisin dan arginin dalam jumlah besar. Besarnya proporsi asam amino ini diduga untuk menentralisasi muatan negatif dari RNA virus. 2. Protein Membran : 2 bentuk protein membran telah dikarakterisasasi. (i). prM yang terdapat pada virion imatur dan (ii) protein membran yang terdapat permukaan virion yang matur. Hanya protein membran yang matur yang dapat mengalami fusi pada kondisi asam pada endosom. 3. Protein envelope (selubung) : merupai<an protein dengan besar protein 55 hingga 60 kD. Protein E berhubungan dengan sejumlah aktivitas biologi termasuk menmpel dengan reseptor, hemaglutinasi eritrosit, menginduksi antibodi netralisasi mayor, memediasi fusi dengan membran pada pH yang rendah didalam endosom dan perakitan virus. 4. Protein NSl : adalah protein dengan besar 42 hingga 50 kD. Protein ini terdapat dalam bentuk berbeda, pada permukaan sel dan bentuk sekresi pada medium ekstraseluler. Bentuk dimer ini dipengaruhi oleh regio C terminal yang juga diperlukan untuk sekresi protein. Protein ini merupakan salah satu target antibodi. 5. : Protein NS3 protein dengan berat 67 hingga flavivirus. Dua fungsi yang dimiliki oleh protein ini 70 kD dan sangat conserved pada adalah protein dengan aktivitas protease dan helikase. Beberapa data menunjukkan bahwa protein ini juga berperan . .. pada proses c��i n g (penambahan gugus metil guanosin pada 5' genom) dan metilasi dari RNA virus. 6. Protein NSS : Merupakan protein dengan besar 104 hingga 106 kD, juga merupakan protein yang conserved. Protein .ini memiliki aktivitas RNA dependent RNA polimerase. 17 13 Siklus replikasi Gambaran umum tentang replikasi famili flaviviridae tampak seperti pada gambar 6. Siklus hidup virus Dengue dimulai ketika vektor menghisap darah dan virus masuk kedalam tubuh pejamu. Selanjutnya dimulai proses replikasi seperti yang diuraikan dibawah ini. 2 f'ot�·bl<o·p c <\.ltmt"ntl)f a h • .q.... <r, • h '" " ,. f>Pf. ;a ·11MI;;ti' R'lf 3 ,\,..i1'tJWr ,i Lu: PfldOl.Ol"M ll,1ol("M 4.llM rht .,,J l\\.tleoi.p ., llC �!�4CM at'd i.r�oa\t � .. ... I t· .; • •• ., d I . !• I ' • 4 't-" v.c.11 r<l�1 ••.o'<' r 11 n .tw..: �:r.<1 v1rt�tl-t ��"1:11 p11x.t�� t�h') i 1;rcctt..tnl••'d ,' ntvutt1.,t.. c ,.�tr; 1 dl prot >lr..if .;•Id C"IJa· J)!O:�ll�\ wnU'P-111?d Tl-t Vl'L� l"' ·r�l?\ lr:lf'11nPo;i.l1nn to.tsyrrM�tr-:: 1yrtl-1-1,1 o' •IN� VY4, I • _d.. 1 c 6 \ubt�wfl'I tr• •tbt.o • Q�··•·•IF\ Luve q��rt..:,� o' •<.J µ1otc ri vi•1vr1 .. .. JIS� " t"*' l� ;nil!d,\ t :r. 1"';•>1.l Vr�I ma:1.raticn o..�vs n tne uol;i ..,,.,,! '1ft-tkJ�t.. :• ' .:'l " \ ' J' ' �MK! Gambar 6. Siklus replikasi Flaviviridae [Sumber : Clyde,K dkk. 2006] (1) Virus Dengue menempel dan (2) masuk ke dalam sel diperantarai reseptor.{3). pH yang rendah di dalam endosom menyebabkan perubahan pada protein E virus dan terjadi fusi antara envelop virus dengan membran sel. Nukleokapsid (materi genetik dan pembungkus virus ) segera masuk ke dalam sitoplasma. Setelah Capsid terbuka (4) RNA .14 virus ditranslasi pada membran Retikulum Endoplasma, membentuk 3 protein struktural dan 7 protein Nonstruktural.Setelah sintesis protein selesai, (S) dimulailah sintesis RNA. Berikutnya, (6) terjadi perakitan partikel virus di dalam Retikumlum Endoplasma dan menjadi matur di dalam Sadan Golgi. (7) Virus matur disekresikan melalui jalur sekretori sel pejamu. 1. Penempelan, Penentrasi dan Uncoating Virus Dengue menempel pada sel yang memiliki reseptor yang sesuai. Ada dua mekanisme penempelan virus Dengue. Pertama, kompleks virus dengue dan lmmunoglobin G (lgG) dapat menempel pada makrofag atau monosit melalui reseptor Fe yang terdapat pada permukaan sel. Mekanisme yang kedua, virus dapat menempel pada permukaan sel (termasuk monosit) melalui reseptor virus yang sensitif-tripsin. Reseptor sel host dapat berikatan dengan bagian tertentu dari glikoprotein E.15 Virus dengue melakukan penentrasi pada membran plasma melalui perusakan membran pada tempat adsorbsi, lalu terjadi proses endositosis. Proses uncoating pada virus dengue disebabkan terjadinya fusi protein envelope virus dengan membran sel host yang disebabkan oleh perubahan pH. Kondisi asam dapat menyebabkan terjadinya deposit nukleokapsid di dalam sitoplasma. 8•22•23 2. Translasi awal dan replikasi RNA awal Pada fase awal ini RNA virus harus dapat menjadi cetakan untuk replikasi dan translasi. RNA genom virus Dengue merupakan rantai positif, sehingga harus ditranskripsi terlebih dahulu untuk menghasilkan rantai negatif untuk proses replikasi. Proses translasi tidak memerlukan rantai negatif, karena rantai positif dapat langsung ditranslasi . 3. Sintesis dan pemrosesan protein virus de.ngan proteolitik Protein struktural dan nonstruktural virus berasal dari prekursor poliprotein yang besar, yang dikode oleh satu Open Reading Frame yang panjang . Translasi dimulai dari kodon AUG yang pertama dari genom RNA. Masing-masing protein virus kemudian terbentuk 15 dengan adanya proses ko-translasional proteolitik pada ujung N dari prM, E, NSl dan NS4B terjadi di lumen retikulum endoplasma. 4. Replikasi RNA Replikasi RNA terjadi di daerah membran halus perinuklear dari set yang terinfeksi virus dengue. Ada tiga bentuk RNA yang dapat diekstraksi dari sel yang terinfeksi virus dengue, yaitu : RNA replicative form, RNA replicative intermediate dan RNA 42 S RNAse­ sensitive. RNA replicative form merupakan RNA yang utuh, RNA rantai ganda yang mengandung rantai positif yang utuh. RNA replicative intermediate hanya berupa rantai tunggal negatif. Baik RNA replicative form maupun RNA replicative intermediate dapat menjadi prekursor bagi RNA virus rantai 42 S rantai positif. Regulasi dari replikasi RNA masih belum diketahui, tetapi kemungkinan kompleks polimerase-RNA pada tahap awal dan akhir memiliki afinitas yang berbeda bagi cetakan rantai positif dan negatif. 5. Perakitan dan pelepasan virus Perakitan virus dengue melalui beberapa tahapan, yaitu : (i) Perakitan nukleokapsid dari protein Core dan RNA ; (ii) Nukleokapsid melakukan budding melalui membran yang mengandung protein integral E dan prM untuk mendapatkan envelope; (iii) Virion belum matang keluar dari keluar dari retikulum endoplasma dengan cara budding atau eksositosis vesikel ; (iv) Maturasi virion dan reorganisasi permukaan virion dengan cara pemotongan protein prM. Pelepasan virus dengue dari sel yang terinfeksi terjadi melalui eksositosis sekretori dimana vesikel sekretori yang mengandung virus berdifusi dengan membran plasma. Protein prM harus dipotong terlebih dahulu sebelum virion dilepaskan atau ketika akan keluar dari set. Pemotongan protein prM disertai dengan reorganisasi selubung virion, yaitu pembentukan trimer protein E dari hetero.dimer: prM:-E. Proses pemotongan ini menjadikan virus matang.22'23 16 D. Patogenesis Manifestasi klinis yang berat akibat infeksi virus dengue adalah DHF dan DSS. Kedua manifestasi ini ditandai oleh adanya perdarahan dan kebocoran plasma. Kejadian kebocoran plasma biasanya terjadi setelah akhir fase viremia, oleh karena itu kebocoran plasma lebih dihubungkan dengan faktor imunologi akibat infeksi dari pada faktor virus secara langsung. 24 Namun secara umum patogenesis DHF didukung oleh 2 teori, yaitu virulensi dan imunopatogenesis. Vlrulensl virus sebagai penyebab DHF Dari beberapa kejadian luar biasa infeksi dengue dilaporkan bahwa kejadian DHF berhubungan dengan infeksi sekunder, sehingga muncul terori ADE. Hipoteseis ini disanggah oleh adanya kejadian DHF pada infeksi primer. Sehingga diasumsikan bahwa strain virus juga memberikan manifestasi DHF. Sekuen strain Asia virus dengue serotipe 2 sebagai penyebab DHF memperlihatkan terdapat perbedaan pada asam amino 390 dari protein E, di 5' UTR dan upstream nukleotida 300, 3' UTR.25'26 lmunopatogenesis Antibody dependent-enhancement (ADE) Mekanisme yang mengakibatkan demam berdarah dengue tidak berdiri sendiri. Beberapa studi melaporkan infeksi sekunder umumnya menyebabkan demam berdarah dengue. Fenomena antibody dependent-enhancement (ADE) merupakan hipotesis yang mendukung beratnya manifestasi klinis pada infeksi sekunder. Terdapat antibodi dari infeksi primer yang berikatan dengan virus dengue serotip'C, berbeda pada infeksi sekunder. Kompleks antigen antibodi ini tidak menetralisasi infeksi tetapi mempermudah terjadinya infeksi pada sel yang mengekspresikan Fey reseptor seperti monosit dan makrofag. 24 Sementara kejadian Dl:IE..a.tau. bahkan . DSS yang dialami bayi (usia kurang dari 1 tahun) dan belum pernah terinfeksi dengue, dapat dijelaskan dengan hipotesis ini karena berkaitan dengan antibodi yang didapat dari ibu. 29 17 Respon /mun spesifik don sitokin Nilai berbagai macam sitokin pada plasma menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi pada DHF dibandingkan dengan berperan pada proses DF. Laporan ini mendukung teori bahwa sitokin imunopatogenesis infeksi dengue, oleh karena efek proinflamatorinya pada sel endotel vaskuler. Beberapa sitokin yang meningkat pada DHF adalah TNF-a, IL-2, IL-6, IL-8, tl-10 dan IFN-y. 33 Banyak studi tentang TNF a melaporkan, sitokin ini merupakan sitokin primer yang memberikan implikasi terhadap patogenesis. Studi terhadap hewan coba yang diberi terapi anti TNF secara bermakna menurunkan angka kematian.29 TNF-a dihasilkan oleh monosit yang terinfeksi virus dengue, sitokin ini meningkatkan permeabititas vaskuler. Selain itu sel limfosit T yang spesifik juga memproduksi TNF-a, IL-2 dan IFN-y. Kedua set ini yang meningkatkan level sitokin pada kasus DHF .26 Aktivasi komplemen Sistem komplemen adalah suatu famili serum dan protein pada permukaan set yang mengenal patogen melalui pola molekuler, mengubah ligannya dan kompleks imun.37 Pada DHF, komplemen mungkin diaktivasi melalui kompleks imun yang terbentuk oleh virus dengue yang bersirkulasi dan antibodi spesifik untuk virus dengue. Aktivasi komplemen ini belum sepenuhnya dimengerti. Namun beberapa studi mengindikasikan terdapatnya peningkatan produk aktivasi plasma, C3a dan CSa pada penderita dangan DHF.27 Patofisiologi penyakit Kebocoran plasma terjadi akibat adanya peningkatan permeabititas pembuluh darah. Manifestasi akibat kebocoran ini meliputi hemokonsentrasi, hipoproteinemia / .. " · hipoalbuminemia, efusi pleura, ascites, ancaman syok da n syok berat. Peningkatan hematokrit tidak dapat dipakai sebagai petunjuk oleh karena dapat disebabkan oleh perdarahan yang berat atau berkaitan dengan cairan intravena. 38 Uji torniquet positif mengindikasikan adanya peningkatan fragilitas dari kapiler. lnformasi ini bisa didapat 18 pada awal penyakit, dan merupakan akibat !angsung dari virus dengue selama fase viremia. 7 Perdarahan pada penderita DHF dapat disebabkan oleh vasculopathy, trombositopenia, gangguan platelet dan coagulopathy. Jumlah platelet pada penderita DHF biasanya kurang dari 100 x 109/L. Studi tentang sumsum tulang dari penderita DHF pada masa demam memperlihatkan adanya hipocellularity dengan penurunan megakariosit, eritroblas, prekursor mieloid.32 Gangguan platelet ini kemungkinan juga 33 disebabkan oleh kelelahan akibat aktivasi yang dicetuskan oleh kompleks imun. Gangguan coagulopathy pada penderita DHF disebabkan oleh adanya penurunan aktivitas faktor pembekuan seperti protrombin, factor V, VII, VIII, IX dan X, antitrombin dan a 2-antiplasmin, dan produk degradasi fibrin (D-Dimer) sedikit meningkat.31 Gambaran klinis don klasifikosi penyakit Manifestasi klinik infeksi dengue sangat bervariasi, mulai dari tanpa menimbulkan gejala, demam yang tidak dapat diketahui penyebabnya, demam dengue, demam berdarah dengue hingga sindrom syok dengue (DSS). Demam biasanya terjadi selama 6 hingga 7 hari setelah 2 hingga 7 hari paska inkubasi. Gejala umum dapat diikuti dengan lemas, nyeri tulang, mual dan muntah. Bintik-bintik perdarahan dapat muncul pada kulit pada hari pertama atau kedua. Fenomena perdarahan merupakan manifestasi khas untuk demam berdarah dengue. 18 Untuk kepentingan penatalaksanaan penderita, WHO membuat definisi demam berdarah dengue dan membuat klasifikasi tingkat keparahan penyakit (Tabel 2) dan (Tabel 3.). 19 Tabel 2. Definisi kasus Demam Berdarah Dengue [Sumber : Malavige, GN., et al 2004] Defmisi kasus Demam berdarah dengue WHO Penderita dengan gejala : 1. Demam tinggi selama 2-7 hari. 2. Manifestasi pedarahan (minimal uji torniquet positif) 3. Jumlah Platelet kurang dari 100 x 1 09/J 4. Hernokonsentrasi (terjadi peningkatan nilai haemtokrit lebih dari 20% atau adanya kejadian kebocoran plasma seperti ascites, efusi pleura, nilai protein serum/albwnin menurun) Definisi kasus Demam berdarah dengue WHO Penderita dengan gejala : 1. Demam tinggi selama 2-7 hari. 2. Manifestasi pedarahan (minimal uji torniquet positif) 3. Jumlah Platelet kurang dari 100 x 109/I 4. Hemokonsentrasi (terjadi peningkatan nilai haemtokrit lebih dari 20% atau adanya kejadian kebocoran plasma seperti ascites, efusi pleura, nilai protein serum/albumin menurun) 20 Tabel 3. Klasifikasi tingkat keparahan infeksi dengue. [Sumber : OF/DHF Grade·• DF OHF I WHO. 1999} Symptoms Fc\ir:r V.Jith two or Lc·u kopr�n Ll more ot the tollovv1ng OCCClSional ly. signs: heacl ache Tt1romf)ocytopen ia retro-orb ft;:i l pC1in may bP present. no myalg iz1 . art11rnlgia i'.:Vidcnct"' ot pk1srna loss Above signs plw > Tl1rornbocytop 2nia 1 positive tourniq uet OHF II Laboratory .,_ 1 00,000 Hct rise .. test > 20% Above signs plus Thrombocytopenia spontaneous bleecling < 1 00 000. Hct rise .. -::- 20% - DHF 111 Above signs plus Throm bocytopenir.:i circulJtory tailure < (vi1eak pulse. 1 00,000 Hct rise ::- 20% hypotension. restle5sn ess) DHF IV Protound shock with undetecttll)le blood pressur e tind pulse Ttlrombocytopeni;,i � 1 00 000. Hct rise .. .::.::_ 20% 21 Ill. TUJUAN DAN MAN FAAT Tujuan Umum Melakukan pemetaan serotipe dan genotipe virus Dengue dari daerah endemis Demam Berdarah Denguedi Indonesia Tujuan Khusus 1. Menganalisis manifestasi klinis dari kasus DBD dari Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura 2. Manganalisis hasil pemeriksaan hematologi penderita DBD 3. Menganalisis hubungan hasil pemeriksaan hematologi dengan keadaan klinis penderita DBD 4. Menganalisis manifestasi serologi untuk konfirmasi diagnosis DBD 5. Melakukan pemetaan serotipe virus dengue dari kota Samarinda, Manado, Ternate, Jayapura dan Manokwari. 6. Menganalisis hubungan serotipe virus Dengue dengan keadaan klinis penderita DBD Manfaat 1. Memberikan informasi tentang gambaran serotipe dan genotipe virus Dengue dari daerah endemis di I ndonesia 2. Sebagai data dasar untuk vaksin dengue strain Indonesia 22 IV.METODE 4.1.Alur Penelitian Pengumpulan data klinis dan sampel penderita DBD dari berbagai daerah endemik I ELISA I Pemeriksaan sampel di Laboratorium virologi di Balitbangkes I RT-RCR untuk konfirmasi diaanosis (Lanciotti,1992) untuk menentukan ----'-:- ..... . . :v. ...... . .. 1. Gen E (untuk menentukan stran i virus) Sequencing NC s· -fil B prM ns2a E I -N,,,_ S� 1 NC NS3 ____ � ___ . . ns2b NSS os4b u -3' Analisa urutan nukleotida Gambar 7. Alur Penelitian 23 4.2. Desain dan jenis penelitian a. Desain penelitian adalah studi potong lintang (cross sectional study) b. Jenis penelitian adalah survei dasar 4.3 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian 2 RS d i kota Samarinda, Manado, Ternate, dan Jayapura, serta laboratorium virologi Balitbangkes. Lama penelitian delapan bulan. Penelitian di kota Manokwari dibatalkan oleh karena sedikitnya jumlah kasus 080. Rencana untuk pindah lokasi penelitian di Kota Sorong juga dibatalkan oleh karena terbatasnya waktu untuk pengumpulan sampel. Rencana pemeriksaan sekuensing untuk menentukan genotype virus dilakukan d i Lembaga Eijkman, namun oleh karena tidak sepakat pada perjanjian kerjasama maka pemeriksaan sekuensing dilakukan di laboratorium virology, namun membutuhkan waktu untuk optimasi protokol kerja. 4.4. Sampel Penelitian Populasi : Semua penderita yang diduga menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), yang dirujuk ke bagian anak dan bagian penyakit dalam di dua rumah sakit di kota Samarinda, Manado, Ternate, Jayapura dan Manokwari. Sampel : serum yang berasal dari penderita yang diduga menderita DBD dan memenuhi kreteria inklusi dan dinyatakan tersangka penderita DBD oleh klinisi. Kriteri� lnk�usi tersangka DBD : ·, . penderita yang dirawat di bagian penyakit dalam dan bagian anuk yang memenuhi kriteria WHO, yaitu mengalamidemam tinggi mendadak I tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, disertai manifestas perdarahan (sekurang-kurangya uji Tourniquet positif), dan/atau trombositopenia (trombosit �100.000/ul) dan hemokonsentrasi (Ht� 20% dari normal) (WHO 2003) serta bersedia untuk berpartisipasi dan menandatangani informed concent. Kriteria eksklusi : tersangka penderita DBD memenuhi kriteria inklusi yang menolak untuk berpartisipasi. 24 Besar sampel penelltian : Sampel dikumpulkan dari 2 Rumah Sakit .pada masing-masing kota Samarinda, 7 bulan. Untuk kota Samarinda dan Manado Manado, Ternate, Jayapura selama diasumsikan jumlah penderita yang terinfeksi virus dengue dengan distribusi serotipe virus sama dengan yang ditemukan di kota Pontianak. Agar semua serotipe virus yang didapat minimal 20, maka dihitung berdasarkan persentase serotipe yang paling banyak.Jumlah kasus yang terinfeksi virus dengue serotipe 3 merupakan jumlah yang paling banyak (46%), dan digunakan sebagai dasar perhitungan.Untuk perhitungan sampel berdasarkan rumus sebagai berikut: z2 x (p x q) N = -------------d2 41 Oiasumsikan jumlah kasus DBD yang terinfeksi (P) Interval = 95%, Z = N 0,46 jarak (d) = 5%, Confidence 1,645 maka jumlah sampel adalah (2,71) x (0,46 x 0,54 ) - = --------------------- = 269,3 "'270 sampe l (0,0025) Untuk kota Ternate dan Jayapura agar mendapatkan virus dengue dengan jumlah yang diharapkan, dihitung berdasarkan distribusi serotipe virus dengue yang diidentifikasi dari kota Kupang. (virus dengue serotipe 3 ;33%) (2, 71) x (0,33 x 0,67 ) N = ----------------------- - = 239,7 "' 240 sampel (0,0025) Jumlah keseluruhan sampel yang dikumpulkan pada penelitian ini 2 x 270 540sera (untuk kota Samarinda dan Manado) dan 3 x 240 = = 720 sera (untuk kota Ternate, Jayapura dan Manokwari). Mangingat jumlah kasus dari kawasan Indonesia bagian Timur tidak begitu banyak, maka untuk kota Ternate, Jayapura dan Manokwari jumlah sampel dikurangi 50%. Sisanya akan diambil pada tahun berikutnya. Sehingga 25 sampel yang akan dikumpulkan pada tahun 2012; 540 + 360 = 900 sera. Jumlah target sampel untuk kota Ternate dan Jayapura harus dikurangi lagi setelah mendapat data jumlah kasus DBD dalam beberapa tahun belakangan dari Dinas Kesehatan Maluku Utara dan Papua. Jumlah target sampel dari Ternate dan Jayapura sebelumnya masing-masing 120, dikurangi setengahnya menjadi 60 untuk masing­ masing kota. Sehingga jumlah target sampel keseluruhan 660. Rencana semula akan dilakukan identifikasi strain virus dengue dengan menggunakan sampel yang dikumpulkan pada penelitian ini dan sampel yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Di laboratorium Litbangkes terdapat serum yang teiah dikumpulkan dari kabupaten Ciamis, belum dilakukan pemeriksaan serotipe virus. Serum tersebut akan dilakukan pemeriksaan RT PCR bersamaan dengan sampel yang dikumpulkan pada penelitianini. Jumlah sampel yang akan dilakukan pemeriksaan RT PCR sebanyak 900 + 350 sera dari Ciamis = 1250 sera. Untuk menentukan strain virus akan disekuensing gen E dari masing-masing serotipe virus dan diperlukan paling sedikit 20 sampel per masing-masing kota. Oleh karena jumlah sampel yang ada belum memenuhi kriteria, maka akan dilakukan sekuensing gen E pada semua sampel positif virus dengue yang sudah terkumpul. Jumlah sampel yang sudah dapat dilakukan identifikasi gen E, Medan 58, Pontianak 54, Jakarta 36 dan Kupang 36, dan Ciamis 100 sampel. Jumlah sampel yang akan dilakukan identifikasi gen E adalah 284 sampel. Bila untuk sekuensing gen E diperlukan masing-masing 4 primer untuk masing­ masing serotipe, maka satu sampel akan disekuensing sebanyak 4 kali, maka jumlah pemeriksaan sekuensing gen E yang akan dilakukan adalah 284 sera x 4 kali = 1136 pemeriksaan sekuensing. Untuk sekuensing keseluruhan genome, diambil 1 sampel untuk masing-masing serotipe dari masing-masing kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan sampei yang akan disekuensing whole genome ; 4 serotipe x 10 kabupaten/kota = 40 sampei. Bila pemeriksaan sekuensing whole genome untuk satu serotipe virus memerlukan 30 primer, maka jumlah pemeriksaan sekuensing yang akan dilakukan untuk identifikasi 26 ' whofe genome adalah; 30 primer x 4 serotipe x 10 kabupaten kota = 1200 pemeriksaan sekuensing Jumlah keseluruhan pemeriksaan sekuensing adalah 1136. Untuk mengantisipasi kekurangan reagen karena kegagalan pem2riksaan sehingga perlu diulang, maka jumlah pemeriksaan ditambah 10 %. Sehingga jumlah keseluruhan pemeriksaan sekuensing 2570 pemeriksaan. Namun oleh karena perjanjian kerjasama kedua instansi tidak dapat dispakati, pekerjaan identifikasi genetik dilakukan di lapratorium virologi Utbangkes oleh peneliti Litbangkes. Oleh karena jumlah reagen yang disediakan untuk pemeriksaan sekuensing di Litbangkes hanya untuk 1000 reaksi, maka sekuensing gen E yang tadinya akan dilakukan terhadap 20 sampel per serotipe per kota, maka dikurangi menjadi 1 per serotipe per kota. Dan pemeriksaan sekuensing keseluruhan genom yang tadinya akan dilakukan terhadap 1 serotipe virus per kota ditiadakan, diganti dengan pemeriksaan gen NSl untuk 1 sampel per serotipe per kota. a. Cara Pengumpulan sampe: : Anak-anak atau dewasa penderita DBD (derajat I, II, Ill dan IV) yang dinyatakan memungkinkan untuk diambil darahnya oleh dokter ahli anak atau dokter ahli penyakit dalam, akan d iambil darah vena Cubiti sebanyak 5 ml.Serum darah dipisahkan, dimasukkan ke dalam Cryovials dan disimpan dalam freezer -20°C. Pada waktu yang sudah ditentukan sera yang sudah terkumpul akan diambil dan dibawa ke laboratorium virologi di Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan · Litbangkes. , 4.5. Definisi Operasiona/ .. Sampel positif 080 adalah sera tersangka penderita DBD yang dinyatakan memenuhi kriteria inklusi oleh klinisi setempat dan menunjukkan hasil positif pada hasil pemeriksaan serologi (RT-PCR). 27 4.6. Bohan dan prosedur kerja Sampel serum yang sudah terkumpul terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan ELISA untuk konfirmasi diagnosis. Kemudian dilakukan pemeriksaan RT PCR untuk rnenentukan antigen dan serotipe virus dengue. a. Pemeriksaan ELISA (Enzyme Linked lmmunosorbent Assay) Pemeriksaan ELISA untuk deteksi antibody terhadap virus dengue menggunakan kit PanBio lgM Capture ELISA dan PanBio lgG Capture ELISA. Cara kerja untuk deteksi lg M Dengue : 1. Pastikan semua reagen dan strip untuk tes berada pada suhu ruang sebelum digunakan. 2. Encerkan serum dengan menggunakan serum diluent (pink) perbandingan 1:100. • 3. Encerkan calibrator, kontrol positif dan kontrol negative denagn serum diluent. • · 495ul serum diluent + Sul serum 495ul serum diluent + Sul controls 4. Tambahkan lOOul serum yang telah diencerkan serta kontrol pada sumur plate untuk tes sesuai dengan tempat yang telah dltentukan. 5. lnkubasi plate microtiter selama 60 menit pada suhu 37°C ± 1°c. 6. Siapkan Antigen-Monoclonal Antibody Tracer mix. Untuk plate 96 well, tambahkan • • 40ul antigen (biru) + 9960ul Antigen diluent Ambil 6ml antigen yang sudah diencerkan dan tambahkan dengan 6ml of Mab Tracer (kuni itg� • lnkubasi mix selama 60 menit pada suhu ruang. 7. Cuci sebanyak 6 kali dengan wash buffer. Encerkan Wash Buffer: • 950ml aquadest + SOml wash buffer concentrate 8. Tambahkan lOOul Antigen-Monoclonal Antibody Tracer mix pada masing-masing sumur. 28 9. lnkubasi plate mikrotiter 60 menit pada 37°C ± re. 10. Ulangi pencucian seperti langkah no 7. 11. Add 100ul TMB into each well. 12. lnkubasi plate mikrotiter selama 10 menit pada suhu ruang. 13. Tambahkan Stop Solution pada masing-masing sumur. 14. Baca plate mikrotiter pada 450nm, dengan reference jilter 630nm. 15. Kalkulasi : • Cut-off= Mean absorben Calibrator x Calibration Factor • Calculated value = (Absorbance I Average of Cut-off) x 10 • Serum dikatakn positif lgM Dengue jika hasil perkalian lebih besar dari 11. Cara kerja untuk deteksi lg G Dengue : 1. Pastikan semua reagen dan strip untuk tes berada pada suhu ruang sebelum digunakan. 2. Encerkan serum dengan menggunakan serum diluent (pink) perbandingan 1:100. • 49Sul serum diluent + Sul serum 3. Encerkan calibrator, kontrol positif dan kontrol negative denagn serum diluent. • 49Sul serum diluent + Sul controls 4. Tambahkan 100ul serum yang telah diencerkan serta kontrol pada sumur plate untuk tes sesuai dengan tempat yang telah ditentukan. 5. lnkubasi plate microtiter selama 60 menit pada suhu 37°C ± l°C. 6. Siapkan Antigen-Monoclonal Antibody Tracer mix. Untuk plate 96 well, tambahkan • • 40ul antigen (merah) + 9960ul Antigen diluent Ambil 6ml antigen yang sudah diencerkan dan tambahkan dengan 6ml Mab Tracer (hijau) • lnkubasi mix selama 60 menit pada suhu ruang. 7. Cuci sebanyak 6 kali dengan wash buffer. Encerkan Wash Buffer: • 9S0ml aquadest + SOml wash buffer concentrate 29 8. Tambahkan 100ul Antigen-Monoclonal Antibody Tracer mix pada masing-masing sumur. 9. lnkubasi plate mikrotiter 60 menit pad a 37°C ± l°C. 10. Ulangi pencucian seperti langkah no 7. 11. Add lOOul TMB into each well. 12. lnkubasi plate m ikrotiter selama 10 menit pada suhu ruang. 13. Tambahkan Stop Solution pada masing�masing sumur. 14. Baca plate mikrotiter pada 450nm, dengan reference filter 630nm. 15. Kalkulasi : • • • Cut-off= Mean absorben Calibrator x Calibration Factor Calculated value = (Absorbance I Average of Cut-off) x 10 Serum dikatakn positif lg G Dengue jika hasil perkalian lebih besar dari 22. b. Pemeriksaan RT PCR lso/asi RNA RNA virus diisolasi terlebih dahulu dengan menggunakan menggunakan QIAamp Viral RNA Mini Kit (Qiagen). Lisis virus menggunakan buffer yang mengandung guanidin tiosianat, diikuti dengan 2 kali pencucian menggunakan buffer yang salah satunya juga mengandung guanidin tiosianat. Filatrasi menggunakan QIAamp Mini spin column dan terakhir elusi menggunakan buffer yang mengandung RNase free water dengan 0,04% sodium azida. Cara kerja: 1. Untuk 1 sampel, siapkan 560 µI buffer AVL dengan 5,6 µI carrier RNA (yang sudah dilarutkan dengan buffer AVE dan tersimpan pada suhu -20°C). 2. Bekerja pada Biosafety Cabinet Class 11, tambahkan 140 µI serum pada Buffer AVL/Carrier RNA (560 µI) pada tabung mikrosentrifus. Mix dengan vortex selama 15 detik. 3. lnkubasi pada suhu ruang (15-25°C) selama 10 min. 4. Sentrifus untuk menurungkan cairan pada ruru tabung. S. Tambahkan 560 µI ethanol absolut pada masing-masing sampel, mix dengan vortex 30 selama 15 detik. 6. Pindahkan 630 µI larutan dari tahap 5 ke QIAamp spin column, tutup dan sentrifus 8000 rpm selama 1 menit. Tempatkan QIAamp spin column pada collection tube yang sudah disiapkan, buang ta bung yang mengandung filtrat. 7. Hati-hati 8. membukan QIAamp spin column dan ulangi tahap 6. Hati-hati buka QIAamp spin column dan tambahkan 500 µI buffer AWl, tutp tabung dan sentrifus 8000 rpm selama 1 menit. Pindahkan QIAamp spin column pada collection tube yang bersih, buang tabung yang mengandung filtrat. 9. Hati-hati buka QIAamp spin column, dan tambahkan 500 µI buffer AW2. Tutup tabung dan sentrifus 14,000 rpm selama 3 menit. Ulang setrifus 14,000 rpm selama 1 menit setelah mengganti collection tube. 10. Tempatkan QIAamp spin column pada tabungmikrosentrifus 1.5 ml. Buang collection tube yang mengandung filtrat. Buka QIAamp spin column dan tambahkan 60 µI of buffer AVE. Tutup, inkubasi pada suhu ruang selama 1 menit.Sentrifus pada 8000 rpm selama 1 menit. 11. Buang column filter dan simpan RNA dalam refrigerator selama menyiapkan PCR master mix. RT PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction) Penentuan serotipe menggunakan protokol RT-PCR dari Lanciotti 8 dengan sedikit modifikasi sesuai dengan protokol dari reagen yang digunakan, yaitu Platinum Taq DNA Polymerase (lnvitrogen). Tabel 4. Primer serotyping Primer Sequence Genome Product size position (bp) 01 5'-TCAATATGCTGA AACGCGCGAGAAACCG-3' 134-161 511 02 5'-TTGCACCAACAGTCAATGTffiCAGGTTC-3' 616-644 511 TSl 5'-CGTCTCAGTGATCCGGGGG-3' 568-586 482 (Dl & TSl) 31 I ·-·- 232-252 5'-CGCCACAAGGGCCATGAACAG-3' TS2 ---- - TS3 5'-TAACATCATCATGAGACAGAGC-3' TS4 5'-CTCTGTTGTCTTAAACAAGAGA-3' • I 119 (Dl & TS2) 400-421 290 (Dl & TS3) 506-527 392 (Dl & TS4) Amplifikasi I (PCR I) 1. RT PCR master mix menggunakan lnvitrogen Superscript Ill with Platinum Taq cat no 12574-026 2. Cairkan reagen (2x Reaction mix, Distilled water, Primer Dl dan 02 kecuali enzim Taq polymerase, karena enzim ditambahkan terakhir). 3. Persiapan reagen dilakukan pada laminar flow. 4. Pada tabung sentrifus 1,5 ml siapkan reagen sebagai berikut: 5. Reagen Vol (µ/) 2x Reaction mix 12.5 Destilled water 4.5 Primer Dl 1 Primer D2 .1 Platinum Taq 1 Jumlah 20 Pada ruangan terpisah (ruang ekstraksi )t ambahkan 5 µI RNA pada campuran reagen tersebut. 6. Set pada mesin PCR dengan protocol sebagai berikut: 1. 48.0 45:00 2. 94.0 02:00 3. 94.0 00:30 60.0 01:00 t· 40 x 68.0 02:00 _i "i ! ! 32 4. 68.0 5. 8.0 07:00 00 Amplifikasi II 1. 2. Siapkan reagen pada tabung sentrifus 1,5 ml dengan komposisi sebagai berikut: Reagen Vol (µI) 2x Reaction mix 12.5 Destilled water 2.4 Primer Dl 1 Primer TSl 1 Primer TS2 1 Primer TS3 1 PrimerTS4 1 Platinum Taq 0.1 Jumlah 20 Di ruangan terpisah, bekerja pada BSC 11, encerkan amplikon hasil PCR I dengan pengenceran 50 kali (49 µI destilled water + 1 µI RNA hasil PCR I). 3. Tambahkan 5 µI RNA yang telah diencerkan pada reaction mix. 4. Set mesin PCR dengan protocol sebagai berikut: 1. 94.0 02.00 2. · '9�.u 01:00 1 i 58.0 01:00 � 2 0 x 72.0 02:00 J 3. 72.0 10:00 4. 8.0 I 00 5. Amplikon hasil PCR II dilanjutkan dengan dielektroforesis . 33 Hasil amplifikasi diidentifikasi dengan menggunakan gel 2 %. Elektroforesis Persiapan gel agarose 2% : timbang 2 gr agarose, dengan menggunakan tabung Erlenmeyer 250 ml larutkan dalam 100 ml 1 x TBE buffer.* Didihkan, sebelum dingin tambahkan 10 µg ethidium bromide(dalam larutan)** campur hingga rata. Tuang pada cetakan gel, hindari terbentuknya gelembung udara, biarkan dingin (± sel.a ma 30 menit). Simpan dalam refrigerator bila belum akan digunakan. *Untuk membuat TBE buffer 1 x, tambahkan 100 ml TBE buffer 10 x pada 900 ml distilled water **Tergantung pada konsentrasi Ethidium Bromide dari produsen, atur agar terdapat 10 µg terdapat pada gel 1. Pada tangki yang terisi 1 x TBE, masukkan gel 2. Tambahkan 1 ul loading dye yang telah dicampur dengan 10 ul (tergantung ukuran well pada gel) amplicon (produk PCR) pada masing-masing well. Jangan lupa tambahkan marker pada well yang terakhir 3. Hubungkan tangki gel dengan kabel listrik dan nyalakan. (Detil penggunaan alat berbeda-beda untuk masing-masing merk). 4. Proses elektroforesis berlangsung selama 40 menit. Hasilnya dibaca dengan menggunakan Gel doc. c. Pemeriksaan sekuensing Primer yang akan digunakan pada penelitian ini adalah primer yang sebelumnya telah digunakan untuk sekuensing sampel DBD dari Indonesia tahun 2004 oleh Harun S dkk (komunikasi pribadi). Urutan primer yang akan digunakan Tabel 5. 34 Tabel 5. Primer Genotyping Kode 1 Sekuen Primer Dengue Dlal 5'-ACAGCTTCCCCTGGTGTIGG-3' DEN-1 D1A2 5' - DTCTTCCCAACTGGAYACATG-3' DEN-1 5'-YACRCARTCATCTCCRCTGAT-3' DEN-1 5' -CACTCCACTGAGTGAATICTCTCT-3' DEN-1 - 5' -GGRATRACATCCCATGGTTT- 3' DEN-1 ID1A7 5' -AGRACACGTAACGTICTWCCTTC-3' DEN-1 5'-CCTACCTCCTCCTARAGATTTCA-3' DEN-1 D1A8 5' -CAAGTCCCATCAATATAGCTGC-3' DEN-1 D1A9 5'-CCAGlYARCACAGCTATCAAAGC-3' DEN-1 DlAlO 5'-TCTCTCYGGCTCAAAGAGGG-3' DEN-1 OlAll 5' -CRTAGCCTGARTTCCATGATCT-3' DEN-1 01A12 5'-CCTCGTCCTCAATCTCTGGTAG-3' DEN-1 01A13 5' -TICCACTTCYGGAGGGCT-3' DEN-1 01A14 5'- CCGGAAGCCATGTTGTTTT-3' DEN-1 OlAlS 5'-GCAlYTTTCTRCTCCATCTGGATC-3' DEN-1 01A16 5' -CARCTTCCARGTYTCGTICTI-3' DEN-1 01A17 5'-CCAATGGCYGCTGAYAGTCT-3' DEN-1 D1A18 5'-AAAGGTGGYTCYGYYTCAAT-3' DEN-1 D1A19 5'-GTTTGTGGACRAGCCATGATI-3' DEN-1 01A20 5' -CGTCTTCAAGAGTTCAATGTCC-3' DEN-1 01A21 5'-CATYGCAATRAG RGTGCACAT-3' DEN-1 01A22 5'-AGCTICCGATICGAAACTGT-3' DEN-1 D1A23 5' -AGAACCTGTIGATICAACAG-3' DEN-1 0151 5'-TRGCTCCATCGTGGGGAT-3' DEN-1 01$2 5'-TIGCTYTCAGGCCAAGGACC-3' DEN-1 0153 5' -AAACGTICCGTSGCACTGGC-3' DEN-1 0154 5' -TGTGTGTCG MCGAACGTT-3' DEN-1 DlSS 5'- GCAATGCACACYGCGTTG-3' DEN-1 5' -GGYTCTATAGGAGGRGTGTICAC-3' DEN-1 01A3 D1A4 OlAS i I ! � D1A6 01$6 ! 01$7 i 5'-GGCCCAAGG RAARAAAATG-3' DEN-1 01$8 I 5'-ACAAACAGCAGGGCCRTGGCA-3' DEN-1 01$9 I 5' -CCTAGCYYTGATGGCYACTTT-3' DEN-1 5'-RGCYGGSCCACTAATAGCT-3' DEN-1 I ----t01$10 ' 35 01$11 5' -AAGAGRCTGGAACCRAGYTGGGC-3' DEN-1 D1Sl2 5' AAATGGCAGAGGCGCTCAAGGG-3' DEN-1 DlS13 5' -ACAAAAAAYAAYGACTGGGACTAT-3' DEN-1 01$13 5' -ATGGRGAAAGGAACAACCAG-3' DEN-1 01$15 5'-GGATAGCGGCCTCYATCATACT-3' DEN-1 DlS16 01$17 ! 5'-GCAAARGCYACTAGAGAAGCTCAA-3' i DEN-1 5'-GAAACRACYAAACAYGCAGTG-3' DEN-1 S'-CCACYCATGAAATGTAYTGGGT-3' DEN-1 01519 S'-GCCARGTGGTTATGGGGTTT-3' DEN-1 01520 S'-GGATGATCTTCAGAATGAGGC-3' DEN-1 01$21 5'-TYATGAAGGATGGGAGGGA-3' DEN-1 01522 S'-AGTTGTTAGTCTACGTGGAC-3' DEN-1 D2Al 5'-AGGAAACGAAGGAACGCC-3' DEN-2 02A2 5'-ACGCCATGCGTACAGCTT-3' DEN-2 02A3 5'-CCGTYGTCATCCATTCATG-3' DEN-2 02A4 5'-TTTCTTCTGTG RCTGTCAGGTG-3' DEN-2 D2AS 5' -TCTGCTGCC1111GCCTT-3' DEN-2 D2A6 5'-CATGGTAWGCCCAYGTTTTGT-3' DEN-2 02A7 5'-TTCTGGCGGRRTGAAGAA-3' DEN-2 D2a8 5'-TGACACYGCAATGGTAGTGTT-3' DEN-2 5' -CAATGCTATGTCTCARCATTGGTGT-3' DEN-2 D2A10 5'-TACGCCCTTCCRCCTGCTTCA-3' DEN-2 D2A11 5' -CCAGTGTGCACAGTCTTCATCAT-3' DEN-2 02A12 S'-ATGG RTCTCTRCTTCCCGG-3' DEN-2 02A13 S' -CACCATTACCATAAAGACCCAC-3' DEN-2 D2A14 5' -GCCGTGATTGGTATTGATACAGGA-3' DEN-2 D2A15 5'-GTGCAACTCACTTTCCATGC-3' DEN-2 02A16 5'-CGGCTGTGACCAAGGAGTT-3-'.).,. DEN-2 D2A17 5' -CCGCTGACATGAGTTTTGAGTC-3'' DEN-2 D2A18 5'-CCACTGCCACATTTCAGTTC-3' DEN-2 02A19 S'-GGCGRCCTAAGACATRTCI111-3' DEN-2 D2A20 5'-GCCATARCCTGTCARTTCTGC-3' DEN-2 5'-CTGAAACCCCTTCTACAAAGTCTC-3' DEN-2 5'-TGTGGTTCTCCGTTACGTGT-3' DEN-2 5'-AGMCCTGTTGATTCAACAG-3' DEN-2 5'-GCAACAGCTGACAAAGAGATTCTC-3' DEN-2 DlS18 02a9 D2A21 D2A22 D2A23 0251 i -j ---·--- 36 0252 5' -CACCACRGGAGAACAYAGAAGA-3' DEN-2 0253 5' -CAGCCTAAAWGAAGAGCAGGA-3' DEN-2 02S4 5' -GCGAAGAAACAGGATGTIGTIG-3' DEN-2 0255 5' -GGTGACACAGCCTGGGATTI-3' DEN-2 0256 5'-YATGACAGGAGACATCAAAGGA-3' DEN-2 0257 5'-WCAACACAACTAYAGACCAGGCT-3' DEN-2 0258 5' -TGGGCGTGACTIATCTIGC-3' DEN-2 0259 5' -GCATTTIRGCCAGTTCTCTCCTA-3' DEN-2 02510 S'-GYGCTGTYCTAATGCATAAAGG-3' DEN-2 02511 5'-YAGAGTCGTGGCAGCTGAA-3' DEN-2 02512 5'-GGAAGACYTTTGATTCTGAGTATGT-3' DEN-2 02513 5'-GCAGACAGAAGGTGGTGTTTI-3' DEN-2 02514 5' -CCACACTGGATAGCAGCTTCAATA-3' DEN-2 02515 5' -GACTYCAAGCAAAAGCAACC-3' DEN-2 02516 5'-CAGGAAGTGGATAGAACCTTAGCA- DEN-2 02517 5'-CTCTCACG RAACTCCACACAT-3' DEN-2 02518 5'-RGCAGAGTGGCTKTGGAAA-3' DEN-2 02519 5'-GGGACACAAGAATCACACTAGAAG-3' DEN-2 02520 5' -AGGAATACACAGATTACATGCCA-3' DEN-2 02521 5' -GGAATGGTGCTGTTGAATCAAC-3' DEN-2 02522 5'-AGTWGTTAGTCTACGTGGAC-3' DEN-2 D3A1 S'-GGTTTCTCACGCGTTICAG-3' DEN-3 03A2 5' -TTTIAACGTCCTTGGACGG-3' DEN-3 03A3 5'-GGATGCTAGTCTRAGATCTCTTCTG-3' DEN-3 5' -CTGCCTCTTTGGTCTTTCCT-3' DEN-3 5'-CGTTCTCTGTCCACAAGTTICC-3' DEN-3 03A6 5'-GCATTRACATGTCGRGTTCC-3' DEN-3 03A7 DEN-3 03A8 5'I · CCTCGCACTTCTGTRACTTI-3' 5'-TTGAACTGCACACARAACCAG-3' DEN-3 03A9 5' -CACCTGGYTCYTTAGACATTCCTA-3' DEN-3 03A10 5'-GCYGCAAARTCCTTGAATTCCT-3' DEN-3 D3A11 5' -TTGGTCCAGCCAGGATCA-3' DEN-3 03A12 5'-GTGAAATGRGCCTCATCCAT-3' DEN-3 03A13 5' -CCTGGCATGGTTTGAAAGTT- 3' DEN-3 5'-ACTGTGATCATTAARTIGTGGGA-3' DEN-3 5'-CCCCARAGCRATTCCATT-3' DEN-3 03A4 03AS D3A14 03A15 I I I --�·..------- 37 D3A17 5'-CACTIGGACACTCCGGTGT-3' DEN-3 ID3A18 5' -GATICCTATCGCAATGCATG-3' DEN-3 D3A19 5' -GCGTTTCKGAGACTICTITCTIC� 3' DEN-3 D3A20 5' -GACGGTGTATTTGAGGTICTCA-3' DEN-3 D3A21 5'-GGCTAGTATGGTRAACCCTGG-3' DEN-3 D3A22 5'-CCTTCTTGAAGCCTTIYARGACCT-3' DEN-3 03A23 5' -AGAACCTGTIGATICAACAG-3' DEN-3 0351 5'-CAGTTICGACTCGGAAGCTT-3' DEN-3 0352 5' -CAACATGTGCACACTCATAGCC-3' DEN-3 0353 5'-GACTACCATGGCTAAGAACAAGC-3' DEN-3 0354 5'-GAAGAACAAAGCATGGATGGTA-3' DEN-3 0355 S'-TGAACCTCCI11IGGGGAA-3' DEN-3 0356 S'-CCMAAAAGATIGGCAACAGC'3 DEN-3 S'-CATGGGCTATIGGATAGAAAGC-3' DEN-3 0358 5'-GGTGATGAGAGGAAAATTIGGG-3' DEN-3 0359 5'GAAAACAGATIGGCTCCCAA-3' DEN-3 03510 S'-CCCCCCAGAGACACAGAAAG-3' DEN-3 03511 S' -CGACACCAGAGTIGGAAGAAG-3' DEN-3 03512 5'-GCTCATGGAATICAGGCAAT-3' DEN-3 03$13 5' -CCAGCTCTCTTTGAACCAGAAA-3' DEN-3 03$14 5'-CTCYTGGGACTGATGATCTTGT-3' DEN-3 03515 5'-CTGATGGGTTT RGACAAAGGA-3' DEN-3 03$16 5'-1111ICTATYATGAAATCAGTIGGA-3' DEN-3 03$17 5'-CAACAGTGGAAGAAAGCAGAAC-3' DEN-3 03518 S'-ACAAAACCATGGGATGTGG-3' DEN-3 03519 S'-CTGGTICTCGCGTGAAAAC-3' DEN-3 03520 5'-GGGATGATTGCGTAGTGAAA-3' DEN-3 03521 S' -TCCAGTCACAACGTGGGAA-3' 03522 5'-TGTACCTCCTTGCAAAGGACTA-3' DEN-3 03523 5'-AGTIGTIAGTCTACGTGGAC-3' DEN-3 AFl 5' -AACGAAAMAAGGTGGTIAGRCCA-3' DEN-4 AF2 5'-CYATGGAYYTGGGTGAWATGTGTG-3' DEN-4 AF3 5' -TYWCAACYRTRGCYCARG GAAA-3' DEN-4 AF4 5'-AYTATGGAGAAYTRRYACT-3' DEN-4 AFS 5'-GGAGCTCCRTGTAAARTBCCCAT-3' DEN-4 AF6 5' -RRYYGTTGGAGGWATYACYCTGTI-3' DEN-4 0357 : I DEN-3· . ' .....f . • ..,..__ -- - - 38 ARl 5' -CTIGCCITYGGTCAACACCC-3' DEN-4 AR2 5' -TGARACYCCTCCAAACATRGTIGT-3' DEN-4 AR3 5' -TICCCTIRATYCTCAAYTIYTCCA-3' DEN-4 AR4 5' -TG RR KRTCTCCRTIGTG RACTGT-3' DEN-4 5'-GCGACYAGCATCATIAG RACAAAG-3' DEN-4 ! 5'-TRAGRGGTICRCCATCTCTKGTI-3' DEN-4 i I 5'-GGATGGACTIACTACGAGCCCTCA-3' DEN -4 5'-GGAGCYCARGCTYTRCCAGTGTA-3' DEN-4 BRl 5'-CCTCGTIAAGRGGCCARGATC-3' DEN-4 BR2 5'-TGATGGCTADGTGGRTMTGTCCT-3' DEN-4 CFl 5'-TGCTATICTCAAGTGAACCCAACA-3' DEN-4 CF2 S'-GGACCARYYTTRACCTIRTGGG-3' DEN-4 CF3 5'-TCAAGCATGCAGTATCWAGAGGGT-3' DEN-4 i 5'-GGCTICAGTCCTGTCCACTICTAG-3' DEN-4 j 5'-GCCCATGTWGTYCTCATCARGAGT�3' DEN-4 I 5'-ARAGCATGACTARGGAWGCTGTCA-3' DEN-4 DFl 5'-SVRAAGAACATICAYWCGGCYATA-3' DEN-4 DF2 5'-AAAAACGCAGCARAAAGGGG-3 DEN-4' DRl 5'-ATCCATCTTGCGGCGCTCTGTG-3 DEN-4 DR2 5' -TCAARCCGTGGCACAAGTGG-3' DEN-4 5':.GYTATRGCCGWRTGAATGTICTI-3' DEN-4 AR4 AR6 I BFl BF2 CRl CR2 CRM3 DRM3 j I •, ·-vo. . < : 39 Gambar 8. Urutan strategi sekuensing yang dilakukan untuk mendapatkan genom virus. Sampel RNA virus cDNA PCR 1 PCR 2 ...._ _ P cR 3 _ _ _,I .__I _ E j .__ J _ Pc _ R _ 4_____. _ Pc _ R_ s_. NSl-NSS I 3'UTR Primer forward dan reverse didisain overlapping. Tm antara 55 dan 6S°C dengan GC content35 sampai 60%. Amplifikasi cDNA untuk sekuensing Primer untuk identifikasi genetic dioptimasi terlebih dahulu dengan menggunakan protokol kerja sebagai berikut: ·,R�verse Transcription untuk persiapan template region E/NSl. • Pada tabung PCR disiapkan reaksi RT dengan komposisi sebagai berikut: Serotype-specific primers (1 µI each) 2 Nuclease-free water 4 10 mM dNTP mix 1 RNA sample 6 lnkubasi pada 65° C selama 5 menit, segera taruh di atas es selama 3 mint. 40 Tambahkan : 5X First Strand Buffer 4 µI 0.1 M OTT 1 µI RNAse Out (40U/µI) 1 Superscript Ill RT 1 µI Sehingga total volume 20 ul Dengan menggunakan pipet, mix campuran dan inkubasi pada thermal cycle dengan Kondisi : 55° C for 60 minutes 70° C for 15 minutes 4° C hold Pada tabung PCR buat campuran reagen untuk reaksi RT dengan komponan sebagai berikut: lOX Pfu Buffer 5 µI 10 mM dNTP Mix 1 µI cDNA 2 µI Sense primer* (10 pmol) 1 µI Antisense primer* (10 pmol) 1 µI Pfu Turbo DNA Polymerase, 2.5 U/µI 1 µI Nuclease-free water 39 µI Total volume 50 µI * Menggunakan Primer yang spesifik untuk mesing-masing serotipe. Thermal cycle setting: 95° C for 2 menit, 45 cycles konsidi : 95° C for 30 seconds 55° C for 1 minute 41 72° C for 4 minute 30 seconds 72° C for 10 minutes 4°C hold Sekuensing DNA Fragmen hasil purifikasi dengan PCR dilakukan pemeriksaan sekuensing dengan mesin Applied Biosystem 3730 xi DNA Analyzer, dan kit BigDye Terminator v 3.1. 4. 7. Analisis Data Data klinis akan dianalisis menggunakan program SPSS v 15. Analisis data sekuensing dilakukan dengan perangkat lunak Genetix 2.0 dan BioEdit 7.0 (http://www.mbio.ncsu.edu.BioEdit/bioedit.html). Runutan nukleotida hasil sekuensing diperiksa ulang dengan membandingkannya dengan elektropherogram, kemudian disambung satu sama lain sehingga menghasilkan runutan nukleotida lengkap gen E. Runutan nukleotida gen E dibandingkan dengan strain virus dengue lainnya yang berasal dari kasus dengue di Indonesia dan Thailand. V. PERTIMBANGAN IZIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan serum yang berasal dari penderita DBD. Oleh karena itu di'm_int'tkan \ izin etik karena menggunakan sampel manusia 42 VI. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Untuk mencapai jumlah target sampel kasus DBD untuk penelitian ini, kami membandingkan data tren kasus DBD dalam beberapa tahun sebelumnya. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi. Data dari masing-masing provinsi diikuti dengan hasil dari sampel yang telah dikurnpulkan. Jumlah sampel yang terkumpul pada penelitian ini adalah Manado, 270 dari Samarinda, 60 dari 660, 270 kasus dari Ternate dan 60 dari Jayapura. 1. Samarinda Samarinda 350 "' ::J "' ro � ..c co E ::J -- 300 250 2009 200 2010 150 2011 - 100 50 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Gambar 9. Tren kasus DBD di kota Samarinda 43 2012 Tabel 6. Distribusi sampel Samarinda Jumlah Peny Dalam % 54 20 Anak 216 80 Laki-laki 165 61 Perempuan 105 39 Inf Primer 89 33 Inf Sekunder 181 67 46 17 Oerajat Penyaklt: Bukan inf dengue DD 119 44 DHF Grade I 30 11 DHF Grade II 59 22 DHF Grade Ill 16 6 Range Umur 3 th - 67 th 2. Manado 350 300 VI :J VI ro :.,,:: ..r: ro E :J \\ 250 2008 200 2009 150 2010 1 00 - 2011 so 0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Gambar 10. Tren Kasus DBD di kota Manado 44 Tabel 7. Distribusi sampel dari Manado Jurnlah Peny Dalarn % 54 20 Anak 216 80 Laki-laki 162 60 Perempuan 108 40 Inf Primer 97 36 173 64 8 3 Inf Sekunder Oerajat Penyaklt: Bukaninf dengue DD 178 66 DHF Grade I 57 21 DHF Grade I I 19 7 DHF Grade Ill 8 3 Rerata Umur <5 59 22 6 sd 12 145 54 13 sd 18 35 13 30 11 > 18 45 3. Ternate 45 40 35 30 2008 25 2009 20 2010 -'*"" 2011 15 10 5 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Gambar 1 1 . Tren kasus DBD di kota Ternate 46 Tabel 8. Distribusi sampel dari Ternate Jumlah % 9 15 Anak 51 85 Laki-laki 26 43 Perempuan 34 57 9 15 51 85 Peny Dafam Inf Primer Inf Sekunder Derajat Penyakit: Bukan inf dengue 8 13 DD 10 17 D H F Grade I 10 17 DHF Grade I I 24 40 DHF Grade I l l 8 13 <6 3 50% 6 sd 12 3 50% Umur 4.Jayapura 16 14 "' 12 32 10 E 8 ;:) VI .c ro :J ..., 2010 2011 6 2012 4 0 Jan Feb Mc1r 1\pr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Sumber: Dinkes Prov Papua Gambar 12. Tren kasus DBD di kota Jayapura 47 Tabel 9. Distribusi sampel dari Jayapura Jumlah % Peny Oalam 43 72 Anak 17 28 Laki-laki 43 72 Perempuan 17 28 Inf Primer Inf Sekunder 26 43 34 57 9 13 42 72 9 15 0 0 0 0 Derajat Penyakit: Bukan inf dengue DO DHF Grade I DHF Grade II DHF Grade Ill Umur <5 9 15 6 sd 12 17 28 13 sd 18 0 0 34 57 > 18 2. Manifestasi Klinis Diagnosis demam dengue dan demam berdarah dengue dikonfirmasi dengan pemeriksaan antigen berupa deteksi RNA virus dan deteksi antibody yang terbentuk akibat infeksi berupa lg M dan lg G. lg G yang terdeteksi pada penelitian ini mengindikasikan adanya infeksi sekunder, oleh karena kit yang digunakan diset untuk mendeteksi lg G yang meningkat pada awal infeksi. ' Untuk konfirmasi d1z3n osis infeksi dengue apabila salah satu dari hasil RT PCR, lg M atau lg G posltif maka penderita ditetapkan menderita infeksi dengue. Bila hanya RT PCR positif, penderita terinfeksi virus dengue, bila lg M yang positif, penderita infeksi primer dan bila lg G yang meningkat penderita infeksi sekunder. Bila ketiganya positif, penderita infeksi sekunder. 48 Tabel 10. Gambaran klinis conj;m infeksi dengue Gejala Demam Jumlah % 403 100 Lama demam 2 hr 37 9 3 hr 79 20 4 hr 143 5 hr 35 60 15 6 hr 15 4 Sakit kepala 135 34 Nyeri mata 46 11 Nyeri otot 39 10 Nyeri sendi 29 7 Mual 139 35 Nyeri perut 135 33 Muntah 170 42 Diare 17 4 Perdarahan spontan 37 9 Ruam kulit 37 9 Ronkhi Hati membesar 6 1 83 21 Limpa membesar 33 8 Ptechie 33 8 RL 110 27 49 Tabel 11. Gambaran klinis infeksi dengue pada anak Gejala % Jumlah 322 100 Sakit kepala 81 25 Nyeri mata 15 5 Nyeri otot 12 4 Demam 8 2 70 21 Nyeri sendi Mual 80 25 125 39 13 4 spontan 15 5 Ruam kulit 15 5 6 2 Nyeri perut Muntah Dia re Perdarahan Ronkhi Hati membesar 75 23 limpa membesar 29 9 Ptechie 13 4 98 30 RL Tabel 12. Gambaran klinis infeksi dengue pada dewasa Gejala Jumlah % Demam 82 100% Sakit kepala 55 67 Nyeri mata 32 39 Nyeri otot 27 33 Nyeri sendi 21 26 Mual 69 84 Nyeri perut 57 69 Muntah 46 56 4 5 Diare '- Perdarahan spontan 23 28 Ruam kulit 23 28 Ronkhi 0 0 Hati membesar 8 10 limpa membesar 4 5 Ptechie 21 25 Rl 13 16 50 Tabel 13. Gambaran klinis infeksi primer pada anak Gejala Jumlah % Demam 91 100 Sakit kepala 25 27 Nyeri mata 2 2 Nyeri otot 4 4 2 2 Mual 14 15 Nyeri perut 17 19 Muntah 29 32 4 4 Nyeri sendi Dia re Perdarahan spontan 4 4 Ruam kulit 0 0 Ronkhi 2 2 Hati membesar 21 23 Limpa membesar 10 11 0 0 23 25 Ptechie RL Tabel 14. Gambaran klinis infeksi sekunder pada anak Gejala Jumlah % 230 100 Sakit kepala 56 24 Nyeri mata 13 6 Nyeri otot 8 4 Nyeri sendi 6 3 Mual 56 24 Nyeri perut 62 27 Muntah 96 42 Demam Dia re 8 Perdarahan '" 4 . ( spontan 10 4 Ruam kulit 15 7 0 0 Hati membesar 52 23 Limpa membesar 19 8 Ronkhi Ptechie 13 7 RL 75 32 51 Tabel 15. Gambaran klinis infeksi primer pada dewasa Gejala Jumtah % Demam 29 100 Sakit kepala 18 62 Nyeri mata 9 31 Nyeri otot 11 38 Nyeri sendi 7 24 Mual 24 24 Nyeri perut 22 76 Muntah 22 76 2 7 5 7 9 31 Dia re Perdarahan spontan Ruam kulit Ronkhi 0 0 Hati membesar 5 17 Limpa membesar 2 7 Ptechie 9 31 RL 4 13 Tabel 16. Gambaran klinis infeksi sekunder pada dewasa Gejala Jumlah % 53 100 Sakit kepala 37 70 Nyeri mata 22 42 Nyeri otot 16 30 Demam Nyeri sendi 14 26 Muat 45 85 Nyeri perut 35 66 Muntah 24 45 2 4 Perdara ha n'"s:io�tan 18 34 Ruam kulit Dia re 14 26 Ronkhi 0 0 Hati membesar 4 8 Limpa membesar Ptechie RL 2 4 12 23 8 15 52 3. Hematologi Tabel 17. Status hematologi penderita confirm infeksi dengue Trombosit Leukosit range range Inf Primer 18500 - 450000 1500 - 3 1000 Inf Sekunder 5200 - 286000 200 - 68000 Anak 5200 � 450000 200 - 110000 Oewasa 8000 - 306000 1200 - 14000 01 5200 - 243000 1700 - 68000 Serotipe virus D2 8000 - 286000 1700 - 1 1200 03 38000 - 281000 1500 - 110000 04 185000 - 249000 1SOO - S400 4. Pemetaan serotipe Tabet 18. Serotipe virus dari Samarinda Jumlah % Den 1 21 11 Serotipe virus Den 2 21 11 Den 3 18 9 Den 4 26 14 106 SS Neg Tabel 19. Serotipe virus dari Manado Jumlah % Den 1 24 14 Den 2 31 19 Den 3 17 10 Serotipe virus Den 4 Neg s 3 91 54 53 Tabel 20. Serotipe vi rus dari Ternate Serotipe virus Jumlah % Den 1 0 0 Den 2 16 27 Den 3 10 17 Den 4 Neg 0 0 34 S6 Tabel 21. Serotipe virus dari Jayapura Serotipe virus Jumlah % Den 1 0 0 Den 2 17 28 Den 3 9 lS Den 4 0 0 34 S7 Neg 5. H u bu nga n serotipe dengan klinis Tabel 22. Gambaran klinis infeksi dengue serotipe 1 Gejala Jumlah % Demam 62 100 Sakit kepala 30 48 Nyeri mata 6 10 Nyeri otot 6 10 Nyeri sendi 6 10 Mual 27 10 Nyeri perut 34 SS M u ntah 34 SS Diare 34 55 spontan 0 0 Ruam kulit 3 5 Ronkhi 0 0 Hati membesar 18 29 Limpa membesar 10 16 6 10 15 24 Perdarahan Ptechie RL 54 Tabel 23. Gambaran klinis pada infeksi dengue serotipe 2 Gejala Jumlah % Demam 77 100 Sakit kepala 34 44 Nyeri mata 17 22 Nyeri otot 11 14 Nyeri sendi 9 11 Mual 30 39 Nyeri perut 28 36 Muntah 34 44 2 3 4 5 17 22 Diare Perdarahan spontan R u a m kulit Ronkhi 0 0 21 27 Limpa membesar 0 0 Ptechie 9 12 28 36 Hati membesar RL Tabe 24. Gambaran infeks dengue serotype 3 Gejafa Jumlah % Demam 48 100 Sakit kepala 19 40 4 8 Nyeri otot 2 4 Nyeri sendi 2 4 13 27 Nyeri mata Mual Nyeri perut 10 20 Muntah 20 41 Dia re 2 4 Perdarahan spontan 8 17 Ruam kulit 2 4 Ronkhi 2 4 13 27 4 8 2 4 13 27 Hati membesar Limpa membesar Ptechie Rl ' 55 Tabel 25. Garnbaran infeksi dengue serotipe 4 Jumlah Gejala % Demam 14 100 Sakit kepala 14 100 4 29 Nyeri mata Nyeri otot 4 29 Nyeri sendi 4 29 Mual 0 0 Nyeri perut 4 29 Muntah 6 43 Dia re 2 14 Perdarahan spontan 0 0 Ruam kulit 4 29 Ronkhi 0 0 Hati membesar 4 29 Limpa membesar 2 14 Ptechie 2 14 4 29 RL 6. Strain virus dan Analisis genom dengan klinis Analisis strin virus pada tahap ini belurn dapat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh batalnya kegiatan deteksi genetic virus dengan penggunakan pemeriksaan sekuensing di Lembaga Eijkman. Analisis genetik akan lebih focus pada gen E dan gen NSl saja oleh karena terbatasnya reagen untuk perneriksaan sekuensing. VII. PEMBAHASAN 1. Dekripsi Distribusi Data tren kasus DBD dari masing-masing kota digunakan untuk membandingkan serta meninjau kembali target sampel pada penelitian ini. Di kota Manado dan kota Samarinda target jumlah sampel masing-masing 270. Dengan melihat data tren kota Samarinda dan kota Manado, dapat diprediksi bahwa jumlah kasus masih bisa dicapai hingga akhir waktu penelitian. Oleh karena fokus penelitian ini pada identifikasi virus, maka penderita yang direkrut tidak hanya penderita demam berdarah dengue tapi juga penderita demam dengue. Namun begitu kenyataannya masih terdapat kekurangan jumlah sampel dibandingkan dengan target. Demikian juga halnya dengan kegiatan penelitian di Ternate dan Jayapura. Target sampel yang tadinya masing-masing 120, namun berdasarkan data tren di kota Ternate dan Jayapura tidak mungkin untuk mendapatkan sampel dalam jumlah tersebut. Oleh karena itu jumlah target sampel dikurangi menjadi 60 untuk masing-masing kota ternate dan Jayapura. Dan kasus yang direkrut pada penelitian ini tidak hanya penderita demam berdarah dengue tapi juga demam dengue. Di kota Samarinda tahun 2009 dan 2010 jumlah kasus meningkat pada akhir dan awal tahun. Sementara pada tahun 2011 dan 2012 walaupun data belum selesai, tampak ada penurunan rata-rata jumlah kasus DBD tiap bulan. Hal yang hampir sama juga terjadi di Mandao, Ternate dan Jayapura. Di Manado tahun 2010 terjadi lonjakan kasus DBD pada bu Ian Februari dan pada tahun berikum�a jumlah kasus menurun. Dari Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie terkumpul 192 sampel kasus DD dan DBD, dengan jumlah penderita anak lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penderita dewasa. Demikian juga dari Rumah Sakit Prof Kandou. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah jumlah kasus dengan infeksi sekunder yang lebih banyak, dimana pada infeksi sekunder kondisi klinis lebih berat dibandingkan dengan infeks primer. Hal ini disebabkan oleh fenomena ADE (Antibody dependent Ehancement), dimana antibody dari infeksi terdahulu yang berbeda 57 serotipe virusnya terjadinya inifeksi. tidak menentralisasi infeksi namun sebaliknya akan mempermudah Ketika jumlah vektor meningkat akibat tingginya curah hujan, besar kemungkinan untuk terjadi lonjakan jumlah kasus infeksi dengue dengan manifestasi klinis yang berat. Jumlah kasus anak yang lebih banyak terdapat pada anak usia sekolah, dapat dihubungkan dengan banyaknya tempat perindukan nyamuk di sekitar sekolah, yang mestinya menjadi sasaran program. Berdasarkan serotipe virus, dari kota Manado dan Samarinda telah ditemukan keempat serotipe virus dengan perbandingan yang tidak jauh berbeda. Sementara dari Ternate dan Jayapura virus dengue serotiep 2 dan 3 masih yang dominan. 2. Manifestasi klinis 63 % penderita merupakan infeksi sekunder. Demam merupakan gejala utama demam dengue dan demam berdarah dengue. Walaupun beberapa penelitian melaporkan gejala infeksi virus dengue sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala hingga dengan manifestasi klinis yang berat. Penderita kebanyakan datang ke rumah sakit atau tempat pengobatan pada hari ke 4, kemudian hari ke 3 dan hari ke 5. Saat dimana demam mulai turun namun belum tampak perbaikan klinis malah semakin berat. Sakit kepala dirasakan pada 34 % penderita. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya kasus infeksi dengue pada anak sementara anak kurang mengeluhkan sakit kepala. Mual dan muntah juga gejala yang mendukung kearah infeksi dengue 35 hingga 42 persen mengeluhkan mual dan muntah, atau gangguan pencernaan lain seperti diare. Pembesaran hati juga menjadi gejala yang mendukung kearah infeksi dengue. Beberpa studi memperlihatkan terdapatnya kerusakan endotel pada liver sehingga menyebabkan darah masuk ke jaringan menyebaban kesusakan sel liver. Rumple Leeds masih dapat menunjukkan tanda infeksi virus dengue, 27 % penderita positif RL. Perdarahan spontan, ruam kulit juga terdapat pada penderita confirm infeksi dengue. Pada anak gejala demam, muntah, sakit kepala, nyeri perut, Rl positif, dan hati membesar merupakan tanda dan gejala yang menonjol. Pada orang dewasa demam, mual, nyeri perut, 58 sakit kepala, muntah, serta nyeri mata, otot, sendi. Hal ini dapat disebabkan oleh karena orang dewasa lebih mudah mengungkapkan letak rasa nyeri dan tidak nyaman dibandingkan dengan anak-anak. lnfeksi primer pada anak ditandai dengan demam, muntah, dan sakit kepala. Hal berbeda dengan infeksi sekunder adalah ptechie, yang merupakan manifestasi perdarahan spontan pada kulit. Sementara tes Rumple Leeds juga positif pada infeksi primer walaupun tidak banyak perbedaan. Pada orang dewasa gejala klinis pada infeks primer dan sekunder tidak tampk banyak perbedaan, namun jumlah kasus yang dirawat oleh karena infeks sekunder lebih banyak dibandingkan dengan infeksi primer. 3. Hematologi Tidak banyak perbedaan berarti dari hasil pemeriksaan hematologi pada infeksi primer dan sekunder, anak dan dewasa, maupun berdasarkan serotipe virus. confirm Bila dicermati, penderita infeksi virus dengue baik itu infeksi primer maupun infeksi sekunder masuk ke perawatan di rumah sakit tidak semua dengan nilai trombosit dan Leukosit yang tinggi, namun beberapa hari kemudian akan menunjukkan perubahan nilai hematologi terutama leukosit. Trombosit tidak selalu turun secara bermakna. 4. Pemetaan serotipe virus Dari Samarinda keempat serotiep virus sudah ditemukan, dengan perbandingan jumlah masing­ masing serotipe hampir sama. Demikian juga dengan serotipe virus dari Manado. Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Kalimantan Barat, jumlah virus dengue serotipe 3 labih dominan ditemukan. Serotipe virus dari Ternate dan Jayapura baru meliputi serotipe 2 dan 3. Belum dapat diputuskan apakah serotipe 1 dan 4 tidak ada di ternate dan Jayapura mengingat jumlah sampel yang terkumpul masih sedikit. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah mudahnya transprtasi memungkinkan untuk penyebaran serotipe maupun genotype virus dengue dari daerah lain. 59 S. Hubungan serotipe dengan klinis penderita ' Bila dibandingkan dengan serotipe virus, perbedaan klinis tidak banyak berarti. Namun sebaiknyaa analisis ini dilakukan terhadap sampel dengan jumlah yang lebih banyak. Perlu untuk mempertimbangkan strain virus yang menginfeksi untu, dibandingkan dengan klinis penderita untuk pelihat pengaruh virus terhadap klinis penderita. 60 VIII. KESIMPULAN 1. Manifestasi klinis penderita infeksi dengue sangat bervariasi, demam merupakan tanda awal infeksi dengan manifestasi klinis yang ringan hingga berat. Kebanyakan penderita datang ke Rumah Sakit pada hari ke empat saat dimana suhu mulai turun namun gejala penyerta lain belum ada perbaikan bahkan bertambah berat. Gejala penyerta yang utama adalah sakit kepala, mual, muntah, pembesaran hati serta gejala perdarahan seperti Ptechie atau perdarahan spontan lain serta tes Rumple Leeds. lnfeksi primer dan sekunder pada anak dibedakan dengan adanya ptechie. 2. Hematologi Pemerksaan hematologi yang menjadi pegangan pada infeksi virus dengue yang berat adalah trombosit dan leukosit. Pada penelitian ini, penderita confirm terinfeksi virus dengue tidak semua menunjukkan adanya penurunan trombosit dan leukosit pada saat datang ke Rumah Sakit. Penurunan jumlah trombosit dan leukosit terlihat setelah beberapa hari di rawat di Rumah Sakit. 3. Dari Pemeriksoan serotipe virus di keempat kota, yaitu Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura, tidak tampak dominasi serotipe virus tertentu. Serotipe virus di Samarinda dan Manado serotipe 1,2 dan 3 hampir merata, sementara serotipe 4 lebih sedikit. Serotipe virus dengue dari Ternate dan Jayapura hanya serotipe 2 dan 3, namun masih mungkin untuk menemukan serotipe 1 dan 4 mengingat jumlah sampel yang diperiksa masih sedikit. 4. Tidak tampak hubungan serotipe virus dengue dengan gejala klinis yang ditimbulkan. 61 IX. SARAN Karena keterbatasan waktu, hasil dan pembahasan penelitian ini masih terbatas. Pada penelitian ini terdapat banyak informasi tentang infeksi virus dengue baik itu aspek klinis, epidemiologi, serologi dan virologi. Untuk itu hasil dan pembahasan dari penelitian ini masih mungkin untuk dikembangkan. ldentifikasi genetik masih memerlukan waktu untuk optimasi primer gen E dan NSl. Selain itu kuantitas RNA virus dari sampel tidak begitu tinggi, sehingga untuk itu diperlukan satu tahap kegiatan lagi yaitu kultur virus. Memperbanyak kuantitas virus dengan kultur diharapkan hasil pemeriksaan sekuensing memberikan hasil yang optimal. X. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai dari DIPA Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (Pusat BTDK) Sadan Litbangkes. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Kepala Pusat BTDK beserta jajarannya. Penelitian ini juga melibatkan Dinas Kesehatan di Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua. Untuk kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di Kalimanta Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua beserta staf terkait. ' Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur RSUD A.W Sjahranie di Samarinda beserta jajarannya, Direktur RSUP Prof Kandou di Manado beserta jajarannya, Direktur RSUD Chasan Boesoirie di Ternate beserta jajarannya, dan Direktur RSUD Jayapura beserta jajarannya. Demikian juga semua tim yang terlibat hingga terlaksananya penelitian ini. 62 XI. DAFTAR RUJUKAN 1. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan, Departemen Kesehatan, 2005. 2. Gubler, D. J. 1998. Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin. Microbiol. Rev. 11:480496. 3. Gibbons, R. V., and D. W. Vaughn. 2002. Dengue: an escalating problem. BMJ 324:1563156 4. World Health Organization. 1997. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control, 2nd ed. World Health Organization, Geneva, Switzerland. 5. Suwandono A, listiyaningsih E, Vasudevan S et.al., 2004. Genetic Changes in the Pre­ membrane (prM) and Envelope (E) Genes of Indonesian Dengue 3 Viruses Isolated from Outbreak of Increasing Severity, A Poster Presentation, ASTMH Meeting, 7-10 November 2004, Miami. 6. Chaudry, S.,Swaminathan, S., and Khanna, N. 2006. Viral genetics as a basis of dengue pathogenesis. Dengue Bulletin. 30: 121-132 7. Gubler, o. J. 1998. Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin. MicrobioL Rev. 11 (3): 480- 496. 8. Costa, S. M.V. Paes, D. F. Barreto, A. T. Pinhao, 0. M. Barth, J. L. S. Queiroz, G. R. G. Armoa, M. S. Freire, A. M. B. Alves. 2006. Protection against dengue type 2 virus induced in mice immunized with a DNA plasmid encoding the non-structural 1 (NSl) gene fused to the tissue plasminogen activator signal sequence. J. vaccine. 24:195-205. 9. Soedarmo, S. P. 2004. Masalah demam berdarah dengue di Indonesia. Dalam: Hadinegoro,S. R. H. & H. I. Satari (ed.). 2004. Demam berdarah dengue: Naskah lengkap pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak & dokter spesialis penyakit dalam dalam tata laksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 1-13. 10. Low, J.G. Ooi, E.E. Tolsvensam, T. Leo, Y.S. Hibberd, M.L. et al. 2006. Early Dengue Infection and Outcome Study (EDEN) - Study Design and Preliminary Findings. Ann Acad 63 Med Singapore 35:783-9 11. Diamond,M.S., Zachariah,M., dan Harris,E. 2002. Mycophenolic Acid (MPA) inhibits dengue virus infection by preventing replication of viral RNA. Virology. 304(2):211-21. 12. Lescar,J., Luo,D., Xu,T., Sampath,A., Lim, S.P., Canard,P., et al. 2008. Towards the design of antiviral inhibitors against flaviviruses: The case for the multifunctional NS3 protein from Dengue virus as a target.Antiviral Res. 80(2):94-101. 13. Whitby,K., Pierson,T.C., Geiss,B.,Lane,K.,Engle,M.,Zhou,L., et al. 2005. Castanospermine, a Potent Inhibitor of Dengue Virus Infection In Vitro and In Vivo. Journal of Virology. 79( 14): 8698-8706. 14. Anonym, 2006. Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. 2426. 15. Halstead SB. 1988. The pathogenesis of dengue: challenges to molecular biology. Science. 239: 476-81 16. Henchal, E.A dan Putnak, R. 1990. The dengue viruses. Clin Mier Rev. 3(4): 376-396. 17. World Health Organization. Dengue/dengue hemorrhagic fever. Fact sheet no. 117. 2002 [Accessed 27 December Available 2006]. at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs 117/en/in dex. html] 18. Lindenbach BD, Rice CM. 2001. Flaviviridae: The virus and their replication. In : Knipe, D.M., Howley, P.M, editors. Fields Virology. 4th ed. Philadelphia : Lippincott williams & Wilkins. p.992-1125. 19. Depkes RI. 2009. Penyakit potensi KLB/wabah, Demam berdarah dengue. Dalam : Profil Kesehatan RI 2008. Depkes RI. Hal 45. 20. Setiati, TE, Wagenar, JFP., De Kruif, MD., Mairuhu, ATA., Soemantri,A. 2006. · · ,v�n Gorp, ECM., Changing Epidemiology of Dengue Haemorrhagic Fever in Indonesia. Dengue Bulletin. 30 : 1-14. 21. Suwandono A, Kosasih H,Nurhayati, Kusriastuti R, Harun S, Ma'aroef C, et al.2006. Four dengue virus serotypes found circulating during an outbreak of dengue fever and dengue haemorrhagic fever in Jakarta, Indonesia, during 2004. Trans R Trop Med hyg. 100 (9):855-62. 64 22. Monath, TP dan Heinz, F.X. 1996. Flaviviruses. Dalam: Fields, B.N., Knipe, D.M., & P.M Howley. 1996. Field Virology. 3 ed. Lippincott-Raven, Philadelphia : 931-959. 23. Burke DS dan Monath TP. 2001. Flaviviruses. Dalam: Fields, B.N., Knipe, D.M., and P .. M. Howley. 2001. Field Virology. 4 ed. Lippincott-Raven, Philadelphia: 1043-1124 24. Gubler, D.J. 1997. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever : its history and resurgence as a global public health problem. Dalam: Gubler, D.J & Kumo (eds). 1997. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. CAB INTERNATIONAL, Colorado: 1-18. 25. Rico-Hesse, R. 2007. Dengue Virus Evolution and Virulence Models. Clin Infect Dis. 44(11): 1462-1466. 26. Malagiye, G.N., Fernando,S., Fernando, S., & Seneviratne, S.L. 2004. Dengue viral infections. Postgrad Med J. 80:588-601. 27. Beasley, DWC dan Barret, ADT. 2008. The infection agent. Dalam : Halstead . 1998. Dengue, tropical medicine: Science and Practise. Imperial College Press. London. 30-57. 28. ICTVdB-The Universal Virus Database,version 4.Diunduh dari http://www .ncbi.nlm.nih.gov/ICTVdb/ICTVdB/ 29. Pramesyanti, A. Sekuens lengkap Nukleotida dan Perbandingan Homologi Genom virus Dengue Tipe 3.[Tesis]. Jakarta : Universitas Indonesia 2003 30. Medin, CL. 2005. Chemokine induction by dengue virus infection : Mechanisms and role of viral protein. [Dissertation]. University of Massachussets. 31. Leitmeyer KC, Vaughn OW, Watts DM, Salas R, Villalobos I, de Chacon, et al. 1999. Dengue virus structural differences that correlate with pathogenesis. J Viral. 73:473847. 32. Kurane,I. 2006. Degue Haei'l-l'?rrhagic Fever with special Emphasis on lmmunopathogenesis. Comp. lmmun. Microbial. Infect. Dis. 30: 329-340. 33. Rothman,AL. dan Ennis, F.A. 1999. Mini review lmmunopahogenesis of Dengue Haemorrhagic Fever. Virology. 257: 1-6. 34. Koraka, P. 2007. Dengue virus specific imun response: implication for laboratory diagnosis and vaccine development [Thesis] Rotterdam.(The Netherlands). Erasmus University 65 35. Atrasheuskaya,A., Petzelbauer,P.,Fredeking,TM.,lgnatiyev,G. 2002. Anti-TNF antibody treatment reduces mortalitiy in experimental dengue virus infection. FEMS Immunology and Medical Microbiology. 35: 33-42. 36. Avirutnan, P., Mehlhop, E. dan Diamond, MS. 2008.Complement and its role in protection and pathogenesis of Flavivirus infections. Vaccine. 26(Suppl 8): 110CH107. 37. Chuansumrit, A. dan Tangnararatchakit, K. 2006. Pathophysiology and management of Dengue Haemorrhagic Fever. Transfusion Alternatives in Transfusion Medicine 8 (Suppl. 1), 3-11. 38. Nakao S, Lai CJ, Young NS. 1989. Dengue virus, a flavivirus, propagates in human bone marrow progenitors and hematopoietic cell lines. Blood. 74: 1235-40. 39. Boonpucknavig S, Vuttiviroj 0, Bunnag C, Bhamarapravati N, Nimmanitya S. 1979 Demonstration of dengue antibody complexes on the surface of platelets from patients with dengue hemorrhagic fever. Am J Trop Med Hyg 28: 881-4. 40. Spector,F.C., Lliang, H. Giordano, M.Sivaraja dan M.G. Peterson.1998. Inhibition of herpes simplex replication b y 2-amino thiazole via intractions with the helicase component of the ULS-UL8-UL52 complex. J.Virol. 72:6979-6987 41. Lemeshow, S., Hosmer Jr,D.W.,Klar,J. ,dan Lwanga,S.K., 1 990,"Besar samp el dalam PeneJitian Kesehatan"(terjemahan) Gajah Mada Iniversity Press. 42. Lanciotti, R., et al. 1992. Rapid detection and typing of dengue viruses from clinical samples by using revese trancriptase-polymerase chain reaction. Journal ofClinical Microbiology. 30(3) 66 Lampiran 1 SOP Perekrutan Subyek Penelitian 1.Penderita dengan suspek DBD 2.Penjelasan mengenai penelitian DBD kepada penderita 3.Persetujuan oleh penderita/wali (menandatangani informed consent) untuk mengikuti penelitian 4.Pengisicin kuesioner sesuai hasil pemeriksaan dan ditandatangani oleh dokter pemeriksa S.Pengambilan darah 6.Memberian biaya pembelian bahan makanan tambahan 7.Selesai, kuesioner diserahkan kepada koordinator penelitian 67 lampiran 2 SOP Pemisahan Serum 1.3-5 ml Whole blood dimasukkan ke dalam vacutainer (plain) 2.Sentrifuse 1000 rpm selama 5 menit atau biarkan selama 1 jam 3.Beri label/no sampel pada cryotube 4.Pisahkan serum, 200 ul dimasukkan ke dalam tabung cyrotube yang sudah diisi transport buffer 5.Sisa serum masukkan ke dalam cryotube kosong 6.Lapisi tutup cryotube dengan seal (parafilm) yang sudah disiapkan 7.Serum, serum dengan buffer, Blood clot disimpan di dalam freezer (dalam keadaan beku) 68 Lampiran 3 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT BIOMEOIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN Formulir penjelasan dan persetujuan peserta penelitian (Informed & Concentformed) Dengan hormat, Bapak/ibu/saudara/putra/putri bapak ibu saya minta ikut serta secara sukarela dalam penelitian yang berjudul "ldentifikasi genotype virus dengue dari daerah endemis DBD (Demam Berdarah Dengue)" Pada penelitian ini Kementerian Kesehatan akan melaksanakan survei tentang penyakit yang ada di kota bapak/ibu. Survei ini dilakukan untuk mempelajari virus yang menjadi penyebab demam berdarah, adapun kegunaan survei ini adalah untuk pengembangan tata cara penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam penelitian ini akan diambil sampel darah dari 120 sampai dengan 270 penderita di 2 rumah Sakit di kota Samarinda, Manado, Ternate, Manokwari dan Jayapura. Volume darah yang akan diambil sebanyak ± 5 ml, diambil pada saat penderita dirawat di Rumah Sakit. Pengambilan darah akan dilakukan oleh perawat Rumah Sakit dimana bapak/ibu/saudara/putra /putri bapak ibu dirawat. Resiko ketidak nyamanan bapak/ibu/saudara/ putra/putri bapak ibu adalah sedikit rasa sakit karena tusukan pada pembuluh darah lengan. Keuntungan yang akan bapak/ibu/saudara/putra /putri bapak ibu dapatkan dalam keikutseraan dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah dalam darah bapak/ibu/saudara/putra /putri bapak ibu mengandung virus penyebab demam berdarah, dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya demam berdarah. Sebagai ucapan terima kasih kami, apabila pengambilan darah selesai dilakukan bapak/ibu/saudara/putra /putri bapak ibu akan mendapatkan Rp 50,000,- guna pembelian vitamin atau bahan makanan yang berguna bagi kesehatan bapak/ibu/saudara/putra /putri bapak ibu. Apabila dalam proses pemeriksaan dan pengambilan darah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh bapak/ibu/saudara/putra /putri bapak ibu dapat menghubungi dokter penanggung jawab di Rumah Sakit atau ketua pelaksana penelitian ini: Dr. Reni Herman,M.Biomed Badan Utbangkes, JI. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 No. Telpon: 021 4261088 atau HP 081314659952 Bapak/ibu/saudara dapat menolak atau mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini, hal ini sepenuhnya adalah hak bapak/ibu/saudara. Apabila bapak/ibu/saudara menyetujui untuk ikut dalam penelitian ini, mohon bapak/ibu/saudara mau menandatangani formulir persetujuan ini . ............................., .........................................2012 Nama: ............................................................ Tanda tangan/cap jari peserta . ........................... ................................................ Na ma dan tanda tangan saksi : . . .. ............................ . ... ... ......... . . ....... ................ . 69 Kuesioner bagi tersangka DBD d i Rumah Sakit I sagian: Sampel Darah : er Penanggung Jawab : I I \led Rec : Rumah Sakit : Propinsi : IOENTIFIKASI 1a : Nama Ayah : Nama lbu: W/l 1 I I/I 1 1 jigal Lahir: Tanggal Bulan : LLJ Atau Umur Bulan I Tahun Tahun 1kelamin (Seri tanda (121) pada satu kotak): D Laki-laki D Pennpuan Suku : 1gal Masuk Perawatan: '.it rumah : RT : Kecamatan : -ahan : RW: No.Telp RJWAYAT PENYAKIT in 0 Baru I D Rujukan Keluhan utama : l'fal Deman 0 Ada 0 Tidak keluhan utama bukan demam) ti berapa Sudah berapa hari I sejak kapan : hari I sejak kapan : " I lkepala 0 Ya 0 Tidak � Nyeri belakang mata D Ya 0 Tidak Nyeri perut 0 Ya 0 Tidak �rahan spontan 0 Ya 0 Tidak D Ya 0 Tidak D Nyeri sendi D Ya 0 Tidak Pilek D Ya 0 Tidak Muntah 0 Ya 0 Tidak Bila Ya, di mana? Hidung 0 Konjungtiva ' di kulit Nyeri otot D Ya 0 Tidak Batuk D Ya O Tidak lmenelan 0 Ya 0 Tidak 0 Ya 0Tidak KELUHAN LAIN Gusi 0 Diare 0 Ya O Tidak Kulit 0 Menomethorrhagi 0 (Khusus wanita) Muntahan 0 TinjaO Lain-lain D Sebutkan ..................... Keluhan lain: 70 Pemeriksaan Fisik cm 1ggi Sadan : Berat Sadan: .___._�I Li kg TANDA VITAL isadaran: Baik 0 Koma 0 Menurun 0 ;k.anan darah: mmHg Frekuensi Nadi: ?kuensi nafas: kali/menit Suhu : kali/menit oc KEPALA onjungtiva anemis: Ya 0 'mbesaran Tonsil : Ya 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya D Sklera ikterik: Faring Hiperemis: Ya D Tidak D Tidak O PARU-PARU IJsi Pleura: Ya 0 Suara Ronkhi: Tidak D Ya 0 Tida k 0 ABDOMEN ati membesar: Ya D Limpa membesar: Ya O Tidak D Tidak O Ascites: Ya D Tidak 0 TANDALAIN lema: Tidak 0 Ya 0 Ptechiae: mple leed positif: Ya 0 Tidak 0 Tanda syok lain: CATATAN KHUSUS ranfusi darah: Ya D Tidak D iagnosis: !ila DBD disertai dengan derajat penyakit) .Xldisi pulang: Diagnosis Banding: Sembuh D Meninggal D Pulang paksa D Rujuk D ...................,......................................2012 Pewawancara/pemeriksa, ( ......................................................... Mengetahui ketua Pelaksana, ) (dr. Reni Herman, MBiomed) 71 OBSERVASI HARIAN Tanaaal 2 1 Hari 4 3 5 7 6 8 -- Kesadaran Tek. Darah Nadi Nafas Suhu Ya lidak Ya lidak Ya lidak Ya Tidak Ya Ttdak Ya Tidak Ya Tidak Ya lidak Edema Efusi Pleura Ascites ·- Petechie Eoistaksis Gusi berdarah Melana Hematesis Lain-lain Hb Ht Thrombosit Lekosit *Hasil pemeriksaan laboratorium ditulis dengan lengkap 72 ,. ELISA RT PCR: HASIL PEMERIKSAAN LAB ORATORIUM DI SADAN LITBANGKES lgM abs..... ..... ..... ..... .... Pos O Neg O Eq O lgG abs. . . . . . . . . . . . ..... ..... ..... .. Pos 0 Neg 0 Eq 0 Dengue 1 O Dengue 2 O Dengue 3 O Dengue 4 O Negatif 0 Sekuensing: 73 Lampiran Realisasi Anggaran Penelitian Tahun 2012 Judul Penelitian : ldentifikasi Serotipe dan Genotipe Virus Dengue dari Daerah Endemis DBD (lanjutan) Ketua Penelitian: dr. Reni Herman, MBiomed Pagu Penelitian : Rp 3,303,389,000 Uraian Kegiatan Realisasi Realisasi Total (Rp) 2,312,082,449 I Honor Output Kegiatan 499,950,000 Belanja Bahan 1,566,004,049 Belanja Non Operasional 33,700,000 Belanja Jasa Perjadin BelanjaJ asa Profesi 212,428,400 0 0 LEMBAR PENGESAHAN Jakarta, Januari 2013 Kepala Bidang Biomedis dr. Roselinda, M.Epid NIP 195807011987012001 Ketua Panitia Pembina llmiah Dr.drg. MagdarinaD.A,MSc NIP 195012061984022001 Ketua Pelaksana t: dr. Ren M.Biomed NIP 197110212005012002 ologi Dasar Kesehatan Naskah Publikasi Sebaran serotype virus dengue di Pontianak, Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura tahun 2012 Reni Hennan, ArieArdiansyah Abstrak Latar belakang. Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota­ kota besar.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran serotipe virus dengue tahun 2012 di kota Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura. Metode. Desain penelitian potong lintang. Data yang dikumpulkan masing-masing dari Rumah Sakit di Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura. Sampel sera dikumpulkan dari penderita yang datang ke bagian Penyakit Dalam dan bagian Anak, criteria demam 2 sampai 7 hari, dengan manifestasi perdarahan dan atau trombosit< 3 100.000/mm , Hematokrit > 20 % nilai normal serta menandatangani informed concent. Darah penderita diambil maksimal 5 ml, serum dipisahkan dan dilakukan pemeriksaan RT-PCR untuk menentukan serotype virus. Hasil. Sampel yang terkumpul pada penelitian ini 660, 270 sera dari Samarinda dan Manado, 60 sera dari Ternate dan Jayapura. Penderita datang ke Rumah Sakit 4 hari demam. Dari Hasil pemeriksaan RT-PCR, lebih dari 6QO/o 4, di Manado dengue 2, dan hanya dengue 2 dan dengue 3 di Ternate dan Jayapura. terbanyak setelah positif, dengan komposisi serotipe terbanyak di Samarinda dengue Kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keempat serotipe virus dengue bersirkulasi di Samarinda dan Manado, sementara di Ternate dan Jayapura hanya dengue 2 dan dengue Kata kunci : 3. DBD, dengue, serotype, 1 Pendabuluan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang terdiri dari 4 serotipe ( l -4).1 Pada saat ini DBD menjadi endemis pada lebihdari 100 negara-negara di Afrika, Amerika, MediteraniaTimur, Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan merupakan ancaman bagi lebih dari 2,5 milyar orang. 2 World Health Organization (WHO) memperkirakan kemungkinan terjadi infeksi DBD pada 50 juta sampai 100 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, dimana 250.000 sampai 500.000 merupakan kasus DHF dengan kematian sebanyak24.000 orang setiap tahun. 3 Di Indonesia penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan saJah satu masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Sejak tahun I 986 penyakit ini penyebarannya cenderung meluas dan jwnlah kasus cenderung meningkat dari tahun ke tahun.4 Penelitian tentang virus dengue di Indonesia tahun 1979 telah menemukan keempat serotype bersirkulasi di Steman, Jogjakarta dan Jakarta. 5 Pada kejadian luar biasa DBD di Jakarta tahun 2004, juga ditemukan sirkulasi keempat serotype dengan serotype dominan adalah dengue 3.6 Manifestasi klinik infeksi dengue sangat bervariasi, mulai dari tanp amenimbulkan gejala, demam yang tidak dapat diketahui penyebabnya, demam dengue, demam berdarah dengue hingga sindrom syok dengue (DSS). 7 Manifestasi klinis yang berat ditandai dengan kebocoran plasma, biasanya terjadi setelah akhirfase viremia. Oleh karena itu kebocoran plasma lebih sering dihubungkan dengan faktori munologi akibat infeksi dari pada faktor virus secara langsung.8 Meskipun begitu, virus masih diduga sebagai salah satu factor penyebab beratnya manifestasi klinis akibat infeksi virus dengue. 9 Pada penelitian ini dilakukan identifikasi serotipe virus dengue untuk mengetahui sebaran serotipe virus dengue di kota Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapura tahun 2012. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang, dilakukan di Rumah Sakit di Samarinda, Manado, Ternate dan Jayapuraa. PengurnpuJan sampel sera dilakukan selama bulan Juni-Desember 2012; populasi penelitian adalah pasien pengunjung Rwnah Sakit Umwn dari masing-masing kota. Sampel penelitian adalah sera yang 2 berasal dari pengunjung Rumah Sakityang berobat ke Bagian Anak dan Penyakit Dalam yang telah ditetapkan oleh klinisi sebagai tersangka penderita DBD, dengan k:riteria WHO yaitu mengalami demam tinggi mendadak/ tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangya uji Tourniquet positif), dan/atau trombosifopenia (trombosit Sl00.000/ul) dan hemokonsentrasi (Ht � 20% dari normal)10 serta bersedia untuk berpartisipasi dan menandatangani informed concent Kriteria ekslusiadalah tersangka . penderita DBD yang menolak untuk berpartisipasi. Dengan asumsi prevalensi penderita demam berdarah yang merujuk ke Rum.ah Sakitadalah 95%, (P) Z = l,96jarak (d) = = 95,1%, tingkat keyakinan (Confidence Interval) = 95%,nilai 5%,serta antisipasi drop out 20%, maka jumlah sampelpenelitian di masing-masing Rumah Sakit90 sera.11 Anak-anak dan dewasa yang dinyatakan tersangka penderita DBD oleh dokter ahli Anak atau dokter ahli Penyakit Dalam, memungkinkan untuk diambil darahnya serta memberikan persetujuannya untuk berpartisipasi dalam penelitian, dicatat data klinisnya serta diambil darah dari vena di fossa cubiti sebanyak: 2-5 ml.Serum dipisahkan dan disimpan dalamfreezer. Pada waktu yang sudah. ditentukan sera yang sudah terkumpul diambil dan dibawa ke laboratorium Puslitbang BMF, Sadan Litbangkes untuk pemeriksaan antigen dan serotipe virus. Antigen dan serotipe virus dengue ditentukan dengan mendeteksi RNA virus. Identifikasi dimulai dengan mengisolasi RNA virus, menggunak:an QIAam.p Viral RNA Kit (Qiagen) sesuai dengan protokol. Lisis virus menggunakan buffer yang mengandung guanidin tiosianat, diikuti dengan 2 kali pencucian menggunakan buffer yang salah satunya juga mengandung guanidin tiosianat. Filtrasi menggunakan QIAamp Mini spin column dan terakhir elusi menggunakan buffer yang mengandung Rnasefree water dengan 0,04% sodium azida. RNA virus diidentifikasi teknik Reverse transcriptase-Polimerase Chain Reaction (RT-PCR),dengan primer spesifik virus dengue dan protokol yang dikembangkan oleh Lanciotti12,Uji RT-PCR dilakukan pada semua sampeldengan sedikit modifikasi sesuai dengan protokol yang dianjurkan oleh produsen kit Platinum Taq DNA Polymerase (lnvitrogen). Data dari lapangan dikumpulkan setelah mendapatkan persetujuan dari komisi etik 3 dan di-entry dengan menggunakan programSPSS PC versi 15. Basil DBD telah dikumpulkan 660 sera tersangka Manado pada penelitian ini. Dari Samarinda dan masing-masing 270 sera dan dari Ternate dan Jaypura masing-masing 63 sera. DBD Penderita yang datang ke Rumah Sakit biasanya setalah mengalami demam beberapa hari. Pada gambar 1 , tampak proporsi terbanyak penderita DBD yang datang ke Rumah Sakit adalah pada hari ke 4 demam (29%), diikuti dengan hari ke 6 dan 5 (masing-masing 1 8,9% dan 1 8,4%). ! ·�··----·--- Gambar 1 . Lama demam ketika penderita dataog ke Rumah Sakit . .......... ..-·····�........... 80 I . ,1 < 70 I� 60 r so ,- 4o • I I ..!><: I -:ii l "E � I, I 1 .. ······-·· . ······---··--··· .... ... .. ... ··-··-······· . . · •..........•. - ·· ·· ... .. ... ·-- - -- -- - - - · -- - -·· . .. .. - . -- - .... .... ........- --··- .. '" . .. .. -·... . .... . . .......__ -· .._.. . .. . ... .·-······· . . . . . . ···· · ·-· - .... ") ··---"""'"'.........--······ --·--·-·--·..-.�·-····· ----··- ···- ·····-·····-- ··- .... -'"•····-·····-· ·-- -······ -..···-····· . . .... . -- - -- -- - - -- . .. - . . . . - --·-······ ... - - .. - · . . . . -· . . .. 30 20 ·+ L l -11 ... ········· 10 0 .. ···-·-·---·-··" -···-···-········· --- 1 ... . . .. . · .. . - - ·-·- ·- -----··· ··· 1 1.- . · ....... ······-·-· ··"··· ·-········· . . . . .... 2 - :· · ·· r ·· ..- -·-·· -·· 3 4 5 Lama demam (hari) - · --- · 6 7 -r ---, ---· -- ··· Tidak tahu I ---J ---··-····-·--·-·--··----··-..-----·-·----····-·-·"··-·-------···------···---------··---- Hasil uji RT-PCR pada sera tersangka DBD dari Samarinda, Manado, Temate dan Jayapura positif dengan rata-rata proporsi diatas 60%. (Gambar 2). 4 Gambar 2. Hasil UJI RT-PCR terbadap sampel tersangka penderita DBD I I l-··--·--·-··-··--·-·-·-··--·--·-··-···-·--··-·····--·--·--··---·-·-·-·-----·· .---......1 . Berdasarkan basil identifikasi serotipe virus pada sera penderita DBD, keempat serotipe virus dengue bersirkulasi diSamarinda, Manado, Temate dan Jayapura. Namun, ada perbedaan pada sebaran serotipe virus. Di Samarinda, virus yang paling dominan adalah dengue serotipe 4, sementara di Manado serotipe 2,eslspun keempat serotiep virus ada dari masing-masing kota.. Di Temate dan Jayapura hanya ada serotipe 2 dan 3. (Tabet 4). Tabel 1. Basil identifikasi serotipe virus dengue pada basil positif RT-PCR penderita DBD di Pontianak, Medan dan Jakarta Serotipe virus Samarioda Manado Ternate Jayapura Den-1 2 1 ( 1 1 %) 24 (14%) 0 (0%) 0 (0%) Den-2 21(11%) 3 1 (19%) 16 (27%) 16 (27%) Den-3 18 (9%) 17 (10%) 10 (17%) 10 (17%) Den-4 26 (14%) 5 (3%) 0 (0%) 0 (0%) Total positif 86 65 77 26 Diskusi Jumlah kasus DBD yang disajikan pada penelitian ini bukanlah rnerupakan jumlah keseluruhan kasus DBD yang ada di kota .Samarinda, Manado, Temate dan Jayapura 5 Namun merupakan jumlah kasus DBD yang dirawat di Rumah Sakit selama masa penelitian. Jumlah sera yang didapat pada penelitian ini dipengaruhi oleh terbatasnya waktu pengumpulan kasus DBD yang hanya empat bulan. Oleh karena rnanifestasi klinik infeksi denguesangat bervariasi, mulai dari tanpa menimbulkan gejala, hingga menimbulkan perdarahan dan syok,7maka sera penderita yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan sera dari kasus DBD dengan manifestasi klinis berat, karena disertai manifestasi perdarahan atau dengan gejala klinis yang berpotensi menimbulkan perdarahan. Pada infeksi dengue, viremia terjadi mulai dari beberapa hari sebelum demam, mencapai puncaknya pada hari pertama dan kedua kemudian mulai turun pada hari ketiga.13Jadi, pada awal demam merupakan saat terbaik untuk mendeteksi virus dengue dari specimen darah penderita. Pada penelitian ini, kebanyakan penderita dirawat di Rumah Sakit pada hari ke 4-6 demam (tabel I). Dapat dimengerti bila basil pemeriksaan RT-PCR tidak semua positif(tabel 2). Hal yang perlu mendapat perhatian dari basil penelitian ini adalah sebaran serotipe virus Dengue di Samarinda, M.anado, Ternate dan Jayapura. Hasil penelitian ini menuajukkan bahwa serotipe 4 ditemukan pada Samarinda dan Manado, sama dengan basil penelitian yang dilakukan di Jawa tahun 1976-1978 5maupun pada kejadian luar biasa DBD di Jakarta tahun 2004.6Hal menarik lainnya adalah serotipe virus yang dominan ditemukan dari masing-masing kota. Secara umum virus dengue serotipe 3 adalah yang paling dominan ditemukan di Indonesia. 5·6I>ada penelitian ini, virus dengue serotipe 3 terlihat paling menonjol di Manado, berbeda jauh dengan serotipe lainnya. Di Samarinda, serotipe 4 diidentifikasi paling banyak, diikuti dengan serotipe 3 dan 1 . Sementara di Temate dan Jayapura virus yang ditemukan adalah serotipe 3 diikuti dengan serotipe 2. (Tabel 3). Hasil ini menuajukkan bahwa virus dengue serotipe 3 paling banyak memberikan gejala klinis dengan manifestasi perdarahan atau berpotensi menimbulkan perdarahan, begitu juga virus dengue serotipe 2 dan I . Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keempat serotipe virus dengue bersirkulasi di Samarinda dan Manado dengan mayoritas virus dengue serotipe 4di Samarinda dan serotipe 2 di Manado. 6 Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Kepada teman-teman Hastini, Farida Siburian, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besamya atas segala bantuan dan dukungannya untuk kegiatan penelitian di laboratorium. Kepada para para dokter dan paramedis di RSU Soedarso dan Antonius di Pontianak; Rumah Sakit Pirngadi dan Adam Malik di MedansertaRumahSakitKoja dan Tarakan di Jakarta penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak banyaknya atas semua bantuan dan partisipasinya dalam pengambilan sampel sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Daftar Rujukan 1 . Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan, 2005. 2. Gubler, D . J . Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin.Microbiol. Rev. 1998J1:480-496. 3. Gibbons, R. V., and D. W. Vaughn. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324: 1563-1566 4. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control, 2nd ed. World Health Organization, Geneva, Switzerland. 1997. 5. Lorono-Pino,M.A., Cropp, C.B.,. Farfa' N, J. A, Vomdam, A. V., E. M. Rodri'Guez-Angulo, Rosado-Peredes, E.P., et al. Common occurrence of concurrent infections by multiple dengue virus serotypes. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1999;61(5):725-730 6. Suwandono, A, Kosasih, H, Nurhayati, Kusriastuti, R, Harun, S., Ma'roef, C., et al. Four dengue virus serotypes found circulating during an outbreak of dengue fever and dengue haemorrhagic fever in Jakarta, lndonesia,during 2004. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 2006; 100: 855�862. 7 7. Malagiye, G.N., Fernando,S., Fernando, S., &Seneviratne, S.L. Dengue viral infections. Postgrad Med J. 2004�80:588-601. 8. Medin, CL. Chemokine induction by dengue virus infection : Mechanisms and role of viral protein. [Dissertation) . University of Massachussets. 2005. 9. Cologna, R and Rico-Hesse, R. American Genotype Structures Decrease Dengue Virus Output from Human Monocytes and Dendritic Cells. Journal Of Virology. 2003;77:3929-3938 I 0. DepartemenKesehatanRepublik Indonesia, 2003.Pencegahan Dan PenanggulanganPenyakitDemam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue.Petunjuk.LengkapTerjemhandari WHO Regional Publication SEARO No. 29: "Prevention and Control ofDengue and Dengue Haemorrhagic Fever " hal. 8. 1 1 . Lemeshow, S., Hosmer Jr,D.W.,Klar,J.,dan Lwanga,S.K.Besar sampel dalam Penelitian Kesehatan(terjemahan). Gajah Mada Iniversity Press.1990 12. Lanciotti, R., et al. Rapid detection and typing of dengue viruses from clinical sampels by using revesetrancriptase-polymerase chain reaction. Journal of Clinical Microbiology. 1 992;30(3): 545-5 5 1 . 1 3 . World Health Organization. Dengue : Guidelines for diagnosis, treatment,prevention and control. Geneva: The Organization, 2009. 8