Teknik Rekayasa Genetika

advertisement
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
TEKNIK REKAYASA GENETIKA
1. Jelaskan pengertian mengenai DNA sekuensing!
Sekuensing DNA atau pengurutan DNA adalah proses atau teknik penentuan
urutan basa nukleotida pada suatu molekul DNA. Urutan tersebut dikenal sebagai sekuens
DNA, yang merupakan informasi paling mendasar suatu gen atau genom karena
mengandung instruksi yang dibutuhkan untuk pembentukan tubuh makhluk hidup.
Sekuensing DNA dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen
atau fragmen DNA lainnya dengan cara membandingkan sekuens-nya dengan sekuens
DNA lain yang sudah diketahui. Teknik ini digunakan dalam riset dasar biologi maupun
berbagai bidang terapan seperti kedokteran, bioteknologi, forensik, dan antropologi.
Prinsip Dasar DNA Sequencing
DNA sequencing menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
sebagai pijakannya. DNA yang akan ditentukan urutan basa ACGT-nya dijadikan sebagai
cetakan (template) untuk kemudian diamplifikasi menggunakan enzim dan bahan-bahan
yang mirip dengan reaksi PCR, namun ada penambahan beberapa pereaksi tertentu.
Proses ini dinamakan cycle sequencing.
Gambar 1. Proses Cycle Sequencing
Jadi yang membedakan cycle sequencing dengan PCR biasa adalah:

Primer yang digunakan hanya satu untuk satu arah pembacaan, tidak dua (sepasang)
seperti PCR
 ddNTPs (dideoxy-Nucleotide Triphosphate) adalah modifikasi dari dNTPs dengan
menghilangkan gugus 3′-OH pada ribosa.
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
Gambar 2. Struktur molekul dNTP dan ddNTP
Saat proses ekstensi, enzim polimerase akan membuat rantai baru DNA salinan
dari template dengan menambahkan dNTP-dNTP sesuai dengan urutan pada DNA
cetakannya. Nah, jika yang menempel adalah ddNTP, maka otomatis proses polimerisasi
akan terhenti karena ddNTP tidak memiliki gugus 3′-OH yang seharusnya bereaksi
dengan gugus 5′-fosfat dNTP berikutnya membentuk ikatan phosfodiester.
Pada akhir cycle sequencing, yang dihasilkan adalah fragmen-fragmen DNA
dengan panjang bervariasi. Jika fragmen-fragmen tersebut dipisahkan dengan
elektroforesis, maka akan terpisah-pisah dengan jarak antar fragmennya satu basa-satu
basa. Dua metode yang sering digunakan dalam sequencing DNA adalah sebagai berikut :
1) Metode Sanger
Metode yang pertama kali dikembangkan oleh Frederick Sanger pada tahun 1975,
yaitu dengan melakukan reaksi cycle sequencing pada empat tabung terpisah yang masingmasing berisi semua pereaksi yang dibutuhkan. Khusus untuk ddNTP, yang ditambahkan
hanya 1 jenis untuk setiap tabung. Setiap tabung diberi tanda, A jika yang ditambahkan
adalah ddATP, G jika ddGTP, C jika ddCTP dan T jika ddTTP.
Setelah reaksi cycle sequencing selesai, keempat hasil reaksi tersebut dilarikan
pada gel electrophoresis sehingga fragmen-fragmen yang dihasilkan dapat terpisah. Urutan
basa DNA dapat ditentukan dengan mengurutkan fragmen yang muncul dimulai dari yang
paling bawah (paling pendek). Fragmen DNA dapat divisualisasi karena primer yang
digunakan dilabel dengan radioaktif atau fluorescent. Pada teknik lain, bukan primer yang
dilabel melainkan dNTP.
Gambar 3. Prinsip Sanger Method dengan primer labelling
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
Dye Primers dengan Label Berbeda
Agar proses pemisahan fragmen pada gel electrophoresis bisa digabung dalam
1 lajur saja, digunakanlah pelabel fluorescent dengan 4 warna berbeda untuk setiap
reaksi cycle sequencing.
Gambar 4. Prinsip Sanger Method dengan primer fluorescent labelling yang berbeda-beda
Dye-Terminators Sequencing
Cara yang lebih simple akhirnya ditemukan juga. Para ilmuwan cerdas
menemukan cara untuk melabel ddNTP dengan 4 label fluorescent yang berbeda-beda
untuk ddATP, ddCTP, ddGTP dan ddTTP. Dengan demikian, reaksi cycle sequencing
dapat dilakukan dalam 1 tabung reaksi dan dirun pada satu lajur gel electrophoresis
saja. Sangat simple dan cepat.
Gambar 5. Prinsip Sanger Method dengan dye dideoxy terminator
Dengan ditemukannya mesin Automated Capillary Sequencer, proses
pemisahan fragmen dan pembacaan urutan basa DNA dapat dilakukan dengan lebih
simple, cepat dan terotomatisasi. Jumlah kapiler pada mesin ini bervariasi, mulai dari
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
1, 4, 16, 48 hingga 96 kapiler dalam satu mesin, semakin banyak jumlah kapiler,
semakin banyak pula jumlah sampel DNA yang bisa ditentukan urutan basanya.
Hasil pembacaan mesin sequencer disebut electropherogram, yaitu peak-peak
berwarna yang menunjukkan urutan basa DNA-nya.
Gambar 6. Contoh Electropherogram
Teknik DNA Sequencing yang berbasis fragment analysis saat ini tidak hanya
digunakan untuk menentukan urutan basa-basa DNA semata, tapi bisa dikembangkan
untuk berbagai aplikasi, seperti penentuan SNP (Single Nucleotide Polymorphism),
analisa keragaman genetik seperti DNA Microsatellite dan AFLP (Amplified
Fragment Length Polymorphism), community analysis seperti tRFLP (Terminal
Restriction Fragment Length Polymorphism) dan segudang aplikasi lainnya.
Banyaknya aplikasi DNA Sequencing kapiler ini menunjukkan bahwa metode ini –
meskipun kini tergolong “lambat” setelah ditemukannya high-throughput sequencing–
akan tetap jadi primadona dan andalan para life-scientist di seluruh dunia. Dan tak
heran pula jika Frederick Sanger menerima hadiah Nobel bidang kimia untuk kedua
kalinya di tahun 1980 atas penemuannya ini.
2) Metode Maxam – Gilbert
Metode degradasi kimia (chemical degradation method), yang biasanya dikenal
dengan metode Maxam-Gilbert, karena metode ini dikembangkan oleh Maxam dan Gilbert
pada tahun 1977. Sekuen molekul DNA untai ganda ditentukan dengan perlakuan
menggunakan bahan kimia yang memotong molekul pada posisi nukleotida tertentu.
Fragmen DNA yang akan disekuens dilabel salah satu ujungnya menggunakan fosfat
radioaktif atau suatu nukleotida pada ujung 3’. Molekul DNA terlebih dahulu dipotongpotong secara parsial menggunakan piperidin. Ikatan antara fosfat dan gula dipotong
dengan piperidin (modifikasi waktu pemotongan dan konsentrasi piperidin akan
menghasilkan potongan dengan berbagai ukuran). Basa dimodifikasi secara spesifik.
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
Pengaturan masa inkubasi atau konsentrasi piperidin akan menghasilkan fragmenfragmen DNA yang bermacam-macam ukurannya. Selanjutnya, basa dimodifikasi
menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dimetilsulfat (DMS) akan memetilasi basa G,
asam format menyerang A dan G, hidrazin akan menghidrolisis C dan T, tetapi garam
yang tinggi akan menghalangi reaksi T sehingga hanya bekerja pada C. Dengan demikian,
akan dihasilkan empat macam fragmen, masing-masing dengan ujung G, ujung A atau G,
ujung C atau T, dan ujung C.
Metode degradasi kimia juga memiliki kelemahan lain karena menggunakan
bahan kimia yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan peneliti yang menggunakan
metode tersebut. Banyak perbedaan pada kedua metode tersebut, yaitu pada metode
terminasi rantai menggunakan sekuens DNA tunggal identik, disintesis secara enzimatik
pada rantai polinukleotida yang komplementer, terminasi rantai ini menggunakan
nukleotida yang spesifik, pemisahan molekul DNA tunggal biasanya menggunakan
elektroforesis gel poliakrilamid. Metode ini juga menggunakan primer yang ditempelkan
pada posisi yang sama pada setiap molekul dan menggunakan DNA polimerase serta
keempat deoksi ribosa trifosfat (dNTPs – dATP, dCTP, dGTP dan dTTP) sebagai substrat.
Dideoksinukleotida (ddNTP) juga digunakan dalam metode ini, dimana ddNTP dalam
jumlah yang lebih sedikit daripada dNTP. Berbeda dengan metode terminasi rantai,
metode degradasi kimia tidak popular digunakan. Metode degradasi kimia ini
menggunakan bahan kimia, sekuens untai ganda yang digunakan dalam metode ini, salah
satu fragmen DNA yang akan digunakan dilabeli dengan menggunakan radioaktif, tidak
memerlukan primer dan DNA polymerase dalam sekuens DNA.
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
Gambar 7. Prinsip Kerja Metode Maxam - Gilbert
2. Jelaskan pengertian hibridisasi !
Hibridisasi merupakan proses identifikasi gen – gen hasil analisis RFLP dengan
menggunakan restriksi enzim yang sesuai dan diidentifikasikan dengan fragmen gen
target yang spesifik yang telah diberi label baik radioaktif maupun non radioaktif.
Hibridisasi juga dapat diartikan sebagai pembentukan ikatan dupleks stabil antara dua
rangkaian nukleotida yang saling komplementer melalui perpasangan basa N. Hibridisasi
dapat menunjukkan suatu keseragaman sekuens.
3. Jelaskan prinsip kerja southern blot!
Southern blot adalah metode yang digunakan untuk memeriksa keberadaan urutan
DNA dalam sampel DNA . Metode ini dinamai sesuai nama penemunya yaitu ahli
biologi Inggris Edwin Southern .Teknik ini mentransfer DNA ke kertas NC dengan
menggunakan prosedur aliran pelarut. Fragmen DNA yang spesifik dideteksi dengan
menggunakan pelacak. Pelacak biasanya merupakan DNA yang dimurnikan dan bisa
ditandai dengan aktifitas spesifik radionukletida. Prosedur untuk teknik Southern blot
adalah seperti yang dijelaskan di bawah ini :
1. restriksi endonuklease digunakan untuk memotong untai DNA berat molekul besar
menjadi fragmen yang lebih kecil. kemudian dielektroforesis pada gel agarosa untuk
memisahkan berdasarkan ukuran .
2. Jika fragmen DNA lebih besar dari 15 kb , maka sebelum blotting , gel dapat diberi
perlakuan asam , seperti HCl encer , yang depurinates fragmen DNA , melanggar
DNA menjadi potongan-potongan yang lebih kecil , sehingga memungkinkan transfer
lebih efisien dari gel ke membran .
3. Jika cara transfer alkali yang digunakan , gel DNA ditempatkan ke dalam larutan alkali
( mengandung NaOH ) untuk denaturasi DNA beruntai ganda . Denaturasi dalam alkali
JATMIKO EKO WITOYO
4.
5.
6.
7.
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
lingkungan dapat meningkatkan pengikatan DNA dari membran bermuatan negatif ke
bermuatan positif, memisahkannya ke dalam untai DNA tunggal untuk kemudian
hibridisasi ke probe dan menghancurkan setiap RNA residu yang mungkin masih ada
dalam DNA .
Selembar nitroselulosa ( atau nilon ) membran ditempatkan di atas ( atau di bawah ,
tergantung pada arah transfer ) gel . Tekanan diterapkan secara merata ke gel (baik
menggunakan hisap , atau dengan menempatkan tumpukan kertas yang berat di atas
membran dan gel ) , untuk memastikan baik dan bahkan kontak antara gel dan
membran . Transfer kapiler penyangga dari daerah potensi air yang tinggi ke wilayah
potensi air rendah (biasanya menyaring jaringan kertas dan kertas ) digunakan untuk
memindahkan DNA dari gel ke membran , interaksi pertukaran ion yang mengikat
DNA pada membran bertanggung jawab atas DNA dan muatan positif dari membran .
membran tersebut kemudian dipanggang dalam vakum atau oven biasa pada 80 ° C
selama 2 jam atau terkena radiasi ultraviolet ( membran nilon ) untuk secara permanen
untuk melampirkan DNA yang ditransfer ke membran .
membran tersebut kemudian terkena hibridisasi probe- fragmen DNA tunggal dengan
urutan tertentu yang kehadirannya di DNA target akan ditentukan . Probe DNA di
label sehingga dapat dideteksi , biasanya dengan memasukkan radioaktivitas atau
penandaan molekul dengan pewarna fluorescent atau kromogenik .
Setelah hibridisasi , kelebihan probe dicuci dari membran dan pola hibridisasi
divisualisasikan pada film X - ray oleh autoradiografi dalam kasus radioaktif atau
probe neon , atau dengan pengembangan warna pada membran jika di deteksi
kromogenik.
Gambar 8. Prinsip Kerja Southern Blot
Hibridisasi probe pada sebuah fragmen DNA tertentu pada filter membran
menunjukkan bahwa inifragmen mengandung urutan DNA yang melengkapi probe .
Langkah transfer DNA dari gel elektroforesis untuk izin membran mudah mengikat
berlabel hibridisasi probe untuk DNA ukuran - difraksinasi . Southern blot dilakukan
dengan pembatasan DNA genomik enzim - dicerna dapat digunakan untuk menentukan
jumlah urutan ( misalnya , gen salinan ) dalam genom . Sebuah probe yang hybridizes
hanya untuk segmen DNA tunggal yang belum dipotong oleh enzim pembatasan akan
menghasilkan pita tunggal pada blot Southern , sedangkan beberapa band kemungkinan
akan diamati ketika probe hybridizes beberapa urutan yang sangat mirip (misalnya , orang-
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
orang yang mungkin hasil duplikasi urutan ) . Modifikasi kondisi hibridisasi ( yaitu ,
meningkatkan suhu hibridisasi atau menurunkan konsentrasi garam ) dapat digunakan
untuk meningkatkan spesifisitas dan mengurangi hibridisasi probe ke urutan yang kurang
dari 100 % sama .
4. Jelaskan prinsip kerja northern blot!
Teknik Northern Blot digunakan untuk mempelajari ekspresi gen dengan deteksi
RNA ( atau mRNA yang terisolasi) dalam sampel . Dengan Northern Blot adalah
memungkinkan untuk mengamati kontrol selular atas struktur dan fungsi dengan
menentukan tingkat ekspresi gen tertentu selama diferensiasi , morfogenesis , serta
kondisi tidak normal atau sakit . Teknik ini dikembangkan pada tahun 1977 oleh James
Alwine , David Kemp dan George Stark di Stanford University. Nothern Blot mengambil
nama dari kesamaannya dengan teknik blotting pertama, Southern blot . Perbedaan utama
kedua teknik adalah bahwa pada Northern Blot yang dianalisa adalah RNA , bukan DNA
Prosedur blotting dimulai dengan ekstraksi RNA total dari sampel jaringan homogen .
mRNA kemudian dapat diisolasi menggunakan oligo kromatografi selulosa ( dT ).
Sampel RNA kemudian dipisahkan oleh gel elektroforesis . Sebuah membran nilon
dengan muatan positif yang paling efektif untuk digunakan dalam Northern Blot karena
asam nukleat bermuatan negatif memiliki afinitas yang tinggi bagi mereka . penyangga
yang digunakan untuk mentransfer blotting biasanya mengandung formamida karena
menurunkan anil pada suhu interaksi probe- RNA untuk mencegah degradasi RNA oleh
suhu tinggi . Setelah RNA telah ditransfer ke membran itu bergerak melalui ikatan
kovalen ke membran dengan bantuan sinar UV atau panas . Setelah probe telah diberi
label , maka hibridisasi RNA pada membran . Membran dicuci untuk memastikan bahwa
probe telah terikat. Sinyal hybrid kemudian dideteksi oleh film X - ray dan dapat diukur
dengan densitometri.
Gambar 9. Prinsip Kerja Nortern Blot
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
5. Jelaskan Prinsip Kerja Western Blot
Western Blotting atau immunoblotting adalah istilah yang dipaki untuk proses
transfer dan imunodeteksi protein pada gel yang bertujuan untuk : (1) mengetahui
keberadaan dan berat molekul protein sampel dalam suatu campuran, (2) membandingkan
reaksi silang antar protein, (3) mempelajari modifikasi protein selama sintesis. Dengan
cara ini protein dalam hitungan nanogram dapat terdeteksi.
Imunodeteksi tidak dilakukan langsung pada gel karena sifat gel yang rapuh untuk
dapat melalui proses inkubasi yang lama dab penccucian yang berulang kali. Untuk
mengatasi hal ini, maka protein terlebih dahulu ditransfer dari gel ke membran
nitroselulosa (NC) atau membran poliviniliden diflourida (PVDF).
Membran ini digunakan sebagai tempat melekatnya protein yang diuji karena :1)
mudah manipulasinya, 2) mengurangi lama inkubasi dan pencucian,3) hasil protein yang
ditransfer (hasil nblot) dapat dipakai lagi untuk imunodeteksi protein yang lain ( sesudah
inkubasi dengan detergen untuk menghilangkan probing reagent),4) blot dapat disimpan
sampai 1 bulan,dan 5) blot sesuai untuk berbagai prosedur deteksi.
Prosedur western blot terdiri dari enam tahapan, yaitu :
1) Preparasi sampel ( bertindak sebagai antigen)
2) Pemisahan protein pada gel elektroforesis
3) Transfer protein dari gel elektroforesis ke membran PVDF atau NC
4) Memblokade lokasi ikatan nonspesifik pada membran
5) Penambahan antibodi primer dam sekunder
6) Deteksi atau visualisasi pengikatan antibodi -antigen
Gambar 10. Prinsip kerja Western Blot
JATMIKO EKO WITOYO
125100601111006
TUGAS DASAR BIOTEKNOLOGI
Kelas K
Perbedaan dan Persamaan Teknik Soutern, Western, dan Nortern Blotting adalah
sebagai berikut :
Perbedaan
Soutern Blotting
Western Blotting
Nortern Blotting
Molekul yang
dideteksi
DNA
Protein
RNA
Gel
Elektroforesis
Gel Agarose
Gel
Polyacrylamide
Formaldehyde Gel
Agarose
Gel
Pretreatment
Depurinasi, Denaturasi
dan netralisasi
-
-
Metode
Blotting
Transfer Capillary
Probes
DNA Radioactive atau antibodiprimer
nonradioactive
Sistem Deteksi
Autoradiography
Chemiluminescent
Colorimetric
Persamaan
Metode yang
digunakan
Soutern Blotting
Hibridisasi
Transfer Electrik
Transfer Capillary
cDNA,
cRNA
Radioactive
atau
nonradioactive
Chemiluminescent Autoradiography
Colorimetric
Chemiluminescent
Colorimetric
Western Blotting
Hibridisasi
Nortern Blotting
Hibridisasi
Download