4. EKOSISTEM Planet Bumi, khususnya dilapisan biosfer yang merupakan tempat organisme hidup terdapat berbagai bentuk ekosistem yang terbentuk dari hasil interaksi faktor-faktor lingkungan dan makhluk hidup seperti iklim, batuan induk, tanah serta flora dan fauna. Kehidupan memang tergantung dari dunia fisik, tetapi bersamaan dengan itu dunia fisik juga dipengaruhi oleh organisme hidup. Tanpa proses fotosintesis, atmosfer dunia sekarang tidak akan mengandung oksigen, begitu juga di dalam tanah, danau dan lautan. Struktur ekosistem menunjukkan keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kepadatan, biomassa, penyebaran, potensi biotik, daur materi, aliran energi, faktor fisika dan kimia lainnya yang mancirikan keadaan sistem tersebut. Sedangkan fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem. Dengan dituntutnya kesadaran lingkungan bagi setiap orang, antara lain tentang penghematan sumber daya, penghematan energi dan masalah pencemaran sebagai akibat dari pembangunan yang mengabaikan prinsip-prinsip ekologi untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek yang jumlahnya semakin hari semakin meningkat, telah menyebabkan peranan pengetahuan tentang ekosistem semakin menonjol, maka dari itu sangat penting untuk mengkaji dan mempelajari ekosisitem tersebut demi kemaslahatan orang banyak. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam. Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah: a. Abiotik Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu: a. Suhu, proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya. b. Air, ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun. c. Garam, konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi. d. Cahaya matahari, intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan. e. Tanah dan batu, beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah. f. Iklim, merupakan kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu. b. Biotik Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Heterotrof / Konsumen Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Pengurai / dekomposer Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu: a. aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan b. anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron/oksidan c. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Ketergantungan Gambar 1.1 Rantai makanan Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik. Antar komponen biotik Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui: 1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang. 2. Jaring-jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Antara Komponen Biotik dan Abiotik Saling kebergantungan di antara komponen yang ada dalam ekosistem, baik antara komponen biotik dan abiotik contohnya dapat dilihat pada siklus karbon. Siklus karbon tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada tumbuhan, hewan, pengurai, air dan tanah. 3. Siklus Penting dalam Ekosistem Secara umum proses perpindahan dan perubahan materi di alam dari satu bentuk ke bentuk lain yang terjadi secara bersiklus, dan melibatkan unsur abiotik dan biotik yang disebut Siklus Materi atau Siklus Biogeokimia (melibatkan proses biologi, geologi, dan kimia). Mata rantai makhluk hidup dalam siklus biogeokimia merupakan jarring-jaring kehidupan, yang tak terpisahkan dari unsure anorganik dalam lingkungan. Aliran ini terjadi diantara tingkat trofik serta komponen biotik dan abiotik yang menggabungkan ekosistem dalam suatu unit fungsional. Unsur-unsur kimia, termasuk unsur-unsur utama protoplasma cenderung untuk bersirkilasi dalam biosfir dengan pola tertentu, dari lingkungan ke organism dan kembali lagi ke lingkungan. Apabila pola tersebut digambarkan maka kurang lebih akan membentuk lingkaran, sehingga dikenal sebagai daur atau siklus ketika energi dilepaskan melalui proses respirasi, maka senyawa-senyawa yang terlibat akan mengalami degradasi, kemudian dilepaskan ke habitat, untuk digunakan kembali. Pergerakan unsure dan senyawa anorganik yang penting bagi kehidupan dikenal sebagai daur hara. Secara umum di alam ini, dikenal ada 5 siklus unsur-unsur yang sangat penting, yaitu siklus air (hidrologi), karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. a. Siklus Air/Hidrologi (H20) Gambar 1.2 Siklus hidrologi Siklus hidrologi atau siklus air (H2O) adalah sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke udara kemudian ke darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga fasenya yaitu cair (air), padat (es), dan gas (uap air). Siklus hidrologi merupakan salah satu dari daur biogeokimia. Siklus hidrologi memainkan peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi. Keberadaan siklus hidrologi sangat significant dalam kehidupan. Meskipun keseimbangan air di bumi tetap konstan dari waktu ke waktu, molekul air bisa datang dan pergi, dan keluar dari atmosfer. Air bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh proses fisik penguapan, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan aliran bawah permukaan. Dengan demikian, air berjalan melalui fase yang berbeda: cair, padat, dan gas. Siklus hidrologi melibatkan pertukaran energi panas, yang menyebabkan perubahan suhu. Misalnya, dalam proses penguapan, air mengambil energi dari sekitarnya dan mendinginkan lingkungan. Sebaliknya, dalam proses kondensasi, air melepaskan energi dengan lingkungannya, pemanasan lingkungan. Siklus air secara signifikan berperan dalam pemeliharaan kehidupan dan ekosistem di Bumi. Bahkan saat air dalam reservoir masing-masing memainkan peran penting, siklus air membawa signifikansi ditambahkan ke dalam keberadaan air di planet kita. Dengan mentransfer air dari satu reservoir ke yang lain, siklus air memurnikan air, mengisi ulang tanah dengan air tawar, dan mengangkut mineral ke berbagai bagian dunia. Hal ini juga terlibat dalam membentuk kembali fitur geologi bumi, melalui proses seperti erosi dan sedimentasi. Selain itu, sebagai siklus air juga melibatkan pertukaran panas, hal itu berpengaruh pada kondisi iklim di bumi. Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan penting dalam siklus hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang mendorong siklus air, memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat pemanasan ini, air menguap sebagai uap air ke udara. 90 % air yang menguap berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim dan langsung menjadi uap air. Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari tanaman dan menguap dari tanah yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer. Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak naik sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin rendah. Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi awan. Untuk kasus tertentu, uap air berkondensasi di permukaan bumi dan membentuk kabut. Arus udara (angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia. Banyak proses meteorologi terjadi pada bagian ini. Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari langit sebagai presipitasi. Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat terakumulasi sebagai es dan gletser, yang dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun. Snowpack (salju padat) dapat mencair dan meleleh, dan air mencair mengalir di atas tanah sebagai snowmelt (salju yang mencair). Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah sebagai hujan, dimana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan permukaan. Sebagian dari limpasan masuk sungai, got, kali, danau, lembah, dan lain-lain. Semua aliran itu bergerak menuju lautan. sebagian limpasan menjadi air tanah disimpan sebagai air tawar di danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak yang meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi. Infiltrat air jauh ke dalam tanah dan mengisi ulang akuifer, yang merupakan toko air tawar untuk jangka waktu yang lama. Sebagian infiltrasi tetap dekat dengan permukaan tanah dan bisa merembes kembali ke permukaan badan air (dan laut) sebagai debit air tanah. Beberapa tanah menemukan bukaan di permukaan tanah dan keluar sebagai mata air air tawar. Seiring waktu, air kembali ke laut, di mana siklus hidrologi kita mulai. Selain siklus hidrologi adalah siklus biogeokimia sendiri, aliran air di atas dan di bawah bumi adalah komponen kunci dari perputaran siklus biogeokimia lainnya. Limpasan bertanggung jawab untuk hampir semua transportasi sedimen terkikis dan fosfor dari darat ke badan air. Salinitas lautan berasal dari erosi dan transportasi garam terlarut dari tanah. Eutrofikasi danau terutama disebabkan fosfor, diterapkan lebih untuk bidang pertanian di pupuk, dan kemudian diangkut sungai darat dan bawah. Limpasan dan aliran air tanah memainkan peran penting dalam pengangkutan nitrogen dari tanah ke badan air. Zona mati di outlet Sungai Mississippi merupakan konsekuensi dari nitrat dari pupuk terbawa bidang pertanian dan disalurkan ke sistem sungai ke Teluk Meksiko. Limpasan juga memainkan peran dalam siklus karbon, sekali lagi melalui pengangkutan batu terkikis dan tanah b. Siklus Karbon (C) Gambar 1.3 Siklus karbon Siklus karbon merupakan siklus biogeokimia tipe gas, karbon harus dalam bentuk karbondioksida (C02) untuk dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Melalui proses fotosintetis gas ini difiksasi menjadi senyawa organic yang dapat dimanfaatkan oleh organism lainnya sebagai sumber hara karbon. Karbon merupakan bahan penyusun dasar semua senyawa organic, pergerakan karbon melalui suatu ekosistem berbarengan dengan pergerakan energy. Selama fotosintesis tumbuhan mendapatkan karbon dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organic biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. CO2 + + H2O Energi cahaya klorofil (CH2O) O2 Karbon dioksida Air Oksigen Bahan Organik Sejumlah bahan organik tersebut menjadi sumber karbon bagi konsumen, dan melalui respirasi semua organisme akan mengembalikan CO2 ke atmosfer kembali. CO2 + + O2 H2O enzim & koenzim ATP (CH2O) Karbon dalam bentuk padat terdapat dalam tubuh organism, bila mereka mati akan diurai melalui proses dekomposisi ataupun dibakar. Perombakan metabolic bahan organic detritus oleh detrivora akhirnya akan mendaur ulang karbon sebagai CO2, dalam bentuk gas akan kembali ke atmosfir atau air, meskipun api dapat mengoksidasi bahan organic seperti itu menjadi CO2 jauh lebih cepat. Bahan organik (detritus) yang terhindar dari proses penguraian dan pembakaran dapat tersimpan dalam tanah. Dalam beberapa lingkungan, detritus terakumulasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan detrivora merombak detritus, sehingga dalam kondisi tertentu deposit tersebut akhirnya membentuk gambut, batu bara, dan minyak bumi. Sedangkan yang tersimpan dalam perairan dalam jangka waktu lama maka terbentuk batu kapur (CaCO3), dan bahkan pegunungan kapur, serta sebagia pula tersimpan dalam bentuk batuan koral di lautan. H2O + CO2 H2CO3 H2CO3 + CaCO3 2 HCO3- Ca (HCO3)2 Ca2+ 2 HCO3 2 H+ + 2 CO32- Ketika CO2 digunakan dalam fotosintesis di lingkungan akuatik, kesetimbangan bergeser ke kiri, yang mengubah bikarbonat kembali menjadi CO2. Jumlah karbon anorganik yang terdapat di lautan dan tidak termasuk sediment sebanyak 50 kali yang tersedia di atmosfer. Meskipun CO2 di atmosfer terdapat dalam jumlah relatif rendah (sekitar 0,03%), karbon bersiklus ulang denga laju yang relatif cepat, karena tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas ini. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer, dan jumlah ini diseimbangkan oleh proses respirasi. Sejumlah karbon dapat dipindahkan dari siklus tersebut dalam jangka waktu lama, hal ini terjadi karena sebagian karbon terakumulasi sebagai bahan organik dalam tubuh organisme. Jumlah CO2 dalam atmosfer sedikit bervariasi tergantung musim, dimana konsentrasi paling rendah terjadi selama musim panas di belahan bumi utara dan paling tinggi selama musim dingin. Fluktuasi konsentrasi CO2 secara musiman ini terjadi karena terdapat banyak daratan di belahan bumi utara dibandingkan dengan belahan bumi selatan, sehingga jumlah vegetasi juga terdapat lebih banyak. Vegetasi mempunyai aktivitas fotosintesis maksimum selama musim panas, sehingga mengurangi jumlah CO2 global di atmosfer. Sebaliknya di musim dingin, tumbuhan melepaskan lebih banyak CO2 melalui respirasi, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan CO2. c. Siklus Nitrogen (N) Gambar 1.4 Siklus Nitrogen Siklus nitrogen merupakan salah satu contoh dari siklus biogeokimia tipe gas yang agak kompleks, disamping itu siklus nitrogen juga termasuk dalam daur mineral tipe sediment. Nitrogen merupakan salah satu unsur kimia utama yang penting dalam ekosistem. Nitrogen ditemukan pada semua asam amino, yang menjadi dasar utama penyusun protein. Nitrogen tersedia bagi tumbuhan hanya dalam dua bentuk mineral yaitu ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3). Sumber utama nitrogen adalah atmosfir, dan kurang lebih 80 % dari udara mengandung nitrogen, namun unsur ini sebagian besar terdapat dalam bentuk gas nitrogen (N2), yang tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan. Kebanyakan organisme tidak mampu memanfaatkan secara langsung nitrogen sebagai unsur hara, tetapi beberapa jenis organisme jasad renik (bakteri dan ganggang biru hijau), yang hidup bebas di dalam tanah dan perairan mampu memanfaatkan gas nitrogen dari atmosfir tanah dan perairan. Sedangkan jenis lainnya adalah bakteri dan jamur yang bersimbiosis dengan tanaman tertentu (leguminoceae), pada jaringan sistem perakaran tumbuhan. Sebagian tumbuhan dapat menggunakan ammonium secara langsung, tetapi sebagian besar ammonium dalam tanah digunakan oleh bakteri aerob tertentu sebagai sumber energi. Nitrogen memasuki ekosistem melalui dua jalur alamiah, yang keutamaannya relative sangat bervariasi dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. 1. Deposit pada atmosfer, merupakan sekitar 5-10% dari nitrogen yang dapat digunakan memasuki sebagian besar ekosistem. Dalam dua bentuk yaitu ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-), kedua bentuk nitrogen ini tersedia bagi tumbuhan, yang ditambahkan ke tanah melalui kelarutannya dalam air hujan ataupun melalui debu-debu halus. Beberapa tumbuhan bromeliad epifit yang hidup di daerah tropis memiliki akar udara yang dapat menyerap ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3) secara langsung dari atmosfer. 2. Fiksasi nitrogen (nitrogen fixation), yang dilakukan oleh organisme prokaryota seperti bakteri dan beberapa spesies jamur, yang mengubah nitrogen (N2) menjadi mineral/senyawa yang dapat digunakan untuk mensintesis senyawa organic bernitrogen seperti asam amino. Organism yang memfiksasi nitrogen, tentunya sudah memenuhi kebutuhan metaboliknya sendiri, tetapi kelebihan ammonia yang dibebaskan oleh organisme tersebut menjadi bahan tersedia bagi organisme lainnya. Proses perubahan protein (bahan mati) menjadi asam amino yang dilakukan bakteri disebut aminisasi, asam amino ini selanjutnya dirubah menjadi ammonia (NH3) dilakukan oleh bakteri dan jamur decomposer, dimana proses tersebut disebut amonifikasi. Dari bahan ammonia ke bentuk nitrit dilakukan oleh kelompok bakteri Nitromonas, proses ini disebut nitrifikasi. Nitrit kemudian dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri genus Nitrobakter. Melalui proses denitrifikasi, nitrat oleh bakteri diuraikan kembali menjadi nitrogen bebas di dalam atmosfer atau tercuci ke dalam larutan dan “hilang” dari peredaran (sistem) karena terikat sebagai sediment yang diendapkan di dalam larutan. d. Siklus Fosfor (P) Gambar 1.5 Siklus fosfor Siklus fosfor merupakan salah satu contoh siklus biogeokimia tipe sediment, daur ini relative sederhana dibandingkan dengan siklus lainnya. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam bentuk anorganik penting yanitu fosfat (PO43-), yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Organisme memerlukan fosfor sebagai bahan penyusun asam nukleat, fosfolipid, ATP dan pembawa energi lainnya, serta salah satu mineral penyusun kerangka organisme. Fosfor merupakan bagian penting dari protoplasma, cenderung bersirkulasi melalui proses dekomposisi senyawa organik oleh bakteri, sehingga tersedia kembali bagi tumbuhan. Sumber utama fosfor adalah batuan dan deposit lainnya yang terbentuk di masa lalu. Pelapukan batuan secara perlahan menambah fosfat ke dalam tanah. Produsen menggabungkan fosfor ke dalam molekul biologis, fosfor kemudian dipindahkan ke konsumen dalam bentuk bahan organik, dan ditambahkan kembali ke dalam tahan melalui ekskresi fosfat oleh hewan, bakteri dan jamur. Hilangnya fosfor dari sistem karena diendapkan pada sediment laut dalam, yang terjadi melalui proses erosi yang melepaskan fosfor ke dalam ekosistem, dan sebagian diendapkan dalam sediment dangkal dan sebagian lainnya. Banyaknya fosfat yang hilang ke laut dalam, tidak seimbang dengan banyaknya fosfat yang kembali ke dalam sistem. Pengembalian fosfor dan unsurunsur lainnya dapat melalui rantai makanan burungburung laut, yang terbawa ke daratan dan masih terus berlangsung tetapi tidak secepat proses pencuciannya. Humus dan partikel tanah mengikat fosfat, sedemikian rupa sehingga siklus fosfor cenderung menjadi cukup terlokalisir dalam ekosistem. Akan tetapi fosfor benar-benar tergolontor ke dalam badan air, yang secra perlahan mengalir dari ekositem teresterial ke laut. Fosfat yang mencapai lautan secara perlahan terkumpul dala endapan, kemudian tergabung dalam batuan, yang kemudian dapat menjadi bagian dari ekosistem teresterial sebagai proses geologis yang meningkatkan dasar laut atau menurunkan permukaan laut pada lokasi tertentu. Dengan demikian, sebagain besar fosfat bersiklus ulang secara local di antara tanah, tumbuhan, dan konsumen atas dasar skala waktu geologis, sementara siklus sedimentasi secara bersamaan mengeluarkan dan memulihkan fosfor teresterial selama waktu geologis. Penambahan fosfat dalam bentuk limbah kotoran cair dan aliran permukaan dari lahan pertanian yang dipupuk merangsang pertumbuhan alga di ekosistem akuatik, yang seringkali menyebabkan pendangkalan. Manusia cenderung mempercepat hilangnya fosfor melalui serangkaian aktivitas yang dilakukannya di daratan, yang membuat daur fosfor bertambah tidak sempurna. Demikian pula unsur mineral lainnya, seperti sulfur (S), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kalium (K) yang bersiklus di dalam ekosistem seperti siklus fosfor. e. Siklus Sulfur (S) Gambar 1.6 Siklus Sulfur Sulfur merupakan salah satu unsur esensial yang mutlak untuk semua organisme, karena hampir semua protein mengandung unsur sulfur. Pergerakan sulfur dalam biosfer dalam dua daur, yaitu: Daur dalam meliputi palaluan dari tanah dan air yang terserap tumbuhan, kemudian ke hewan, dan kembali lagi ke tanah dan air. Daur luar meliputi perlakuan dari daratan terbawa oleh air sungai ke lautan, dan pengembaliannya ke daratan melalui proses pengubahan menjadi hidrogen sulfide (H2S) dan sulfur oksida (SO2), dimana gas-gas ini memasuki atmosfer (H2S, CH3SCH3, SO2, SO4) dan tercuci dari udara oleh air hujan. Bakteri berperan amat penting dalam daur sulfur, bila ada udara (O2) maka perombakan senyawa sulfur dari protein menghasilkan sulfat (SO4=). Sedangkan dalam keadaan anaerobic, hydrogen sulfide dan metal sulfide (CH3SCH3) sebagai produk utamanya. Bila gas ini mencapai atmosfer, kemudian dioksidasi menjadi sulfur oksida, yang kelarutannya dalam air hujan dioksidasikan menghasilkan asam sulfat dan asam sulfit. Batu bara dan minyak bumi mengandung sulfur dan hasil pembakarannya membebaskan sulfur dioksida di atmosfer. Pencairan biji tembaga juga akan menambah sulfur dioksida dalam jumlah besar di udara. Di daerah peleburan biji tembaga dapat menyebabkan kerusakan vegetasi disekitarnya. Berkisar 15-25% sulfur dalam bentuk gas di atmosfer telah digantikan melalui kegiatan industry. Konsentrasi sulfur dioksida di udara yang tinggi akan menyebabkan terjadinya hujan dan salju dengan pH rendah, yang sekarang dikenal dengan istilah hujan asam. Banyak Pakar, menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia: Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan. Mike Nickerson mengatakan bahwa "ekonomi tiga perlima ekologi" sejak ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi menganggap dilakukan "untuk bebas". Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan pertanyaan ekonomi dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. "Modal alam" ialah 1 contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu. Gambar 1.11. Interaksi antara ekologi dan ekonomi Berbagai masalah yang timbul pada dimensi lingkungan dan sosial, pada dasarnya tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya melalui sistem ekonominya dalam memproduksi barang dan jasa. Dari gambar di atas, kita dapat memahami bahwa alam menyediakan/mensuplai sistem ekonomi dengan sumber daya alam berupa bahan baku dasar dan energi, baik yang dapat diperbaharui (dari hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, perikanan) maupun yang tidak dapat diperbaharui (batubara, minyak bumi) yang menjadi input bagi mesin ekonomi. Sistem ekonomi kemudian mentransformasikan input ini menjadi output untuk memenuhi kebutuhan manusia (kayu menjadi kertas, minyak bumi menjadi BBM). Selain itu, alam juga memberikan servis dalam memungkinkan sistem ekonomi menjalankan aktivitasnya. Dukungan ini dapat berupa regulasi iklim, operasi dari siklus air, regulasi dari komposisi gas-gas di atmosfer, siklus nutrisi, dsb. Tanpa adanya berbagai dukungan ini (basic life support) mustahil kelangsungan hidup manusia dapat terjaga, apalagi sampai mampu menjalankan sistem ekonomi. Tidak berhenti sampai disitu, alam juga memberikan manusia nilai kepuasan/kebahagiaan yang dapat dinikmati secara langsung (amenity values). Manusia akan mendapatkan kesenangan atau kepuasan dengan melihat langsung atau menikmati pesona keindahan alam (flora dan fauna), dengan melakukan hiking, mendaki gunung/panjat tebing, dengan memancing, dsb, Ini semua adalah nilai kepuasan yang ditawarkan oleh alam. Namun sebaliknya, apa balas jasa yang diberikan oleh sistem ekonomi kepada alam? Ekonomi menggunakan alam sebagai tempat sampah, yang dimulai dari eksploitasi sumber daya alam (material dan energi) untuk dijadikan bahan baku, proses produksi, sampai pada aktivitas konsumsi, yang kesemuanya menghasilkan sampah baik sampah padat, cair maupun gas. Dari uraian di atas jelaslah bahwa sistem ekonomi dan ekologi sangat terkait satu sama lain. Kelangsungan sistem ekonomi sangatlah tergantung dari sistem ekologi. Namun yang terjadi saat ini adalah sistem yang tidak mutualisme. Sistem yang satu hanya menjadi parasit bagi sistem yang lain. Memperhatikan masalah-masalah lingkungan, sosial dan ekonomi yang masih bermunculan, maka sustainability communication atau yang dapat diterjemahkan sebagai komunikasi pembangunan berkelanjutan (KPB) antara pemerintah dan warga negaranya atau antara perusahaan dengan stakeholdernya, tampaknya dapat menjadi solusi yang patut ditawarkan. Secara teoritis, instrumen ini dapat digunakan sebagai media dialog untuk menyadarkan semua pihak akan bahaya yang mungkin muncul akibat populasi manusia dari tahun ke tahun yang terus bertambah. Hal ini berarti bahwa produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia juga akan terus bertambah yang pada akhirnya akan mendorong konflik dengan ketersediaan sumber daya alam yang tidak tak terbatas. Keadaan ini mau tidak mau menuntut manusia untuk dapat mengubah/memperbaiki pola produksi dan konsumsinya ke arah yang mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, juga antara manusia satu dengan lainnya. Manusia modern haruslah mampu mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknik dan teknologi agar pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dapat sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang menekankan keadilan, tidak hanya inter-generasi tapi juga intragenerasi (Cahyandito 2001; 2002; 2005).