ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
FISIOLOGIS DI BPM Hj. EET SUMIATI
KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
EUIS LIA AMALIA SARI
NIM. 13DB277105
PROGRAM STUDI DIIIKEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi atas, Taufik, Rahmat
dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir fisiologis Di BPM
Bidan Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya”.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya
Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis
menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :
1.
Dr. H. Zulkarnaen, S.H., MH. selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah
Ciamis sekaligus pembimbing AIK yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep. Ners., M.M.Kes, selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani, SST., M.KM, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Metty Nurherliyany, SST Selaku Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Ns. Rosmiati, S.Kep., M.Pd Selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
Seluruh staf Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7.
Hj. Eet Sumiati, SST.MM, selaku pembimbing lahan praktik yang telah
membantu penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8.
Bayi Ny.S beserta keluarga yang telah memberikan informasi dan atas kerja
samanya yang begitu tulus selama penulis melakukan asuhan kebidanan.
v
9.
Kakek, Nenek, Ayah, ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril materil sehingga terselesaikanya Laporan Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman
asrama
putri
32
yang
sama-sama
berjuang
untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Rekan-rekan seangkatan yang telah memberikan semangat dan motivasi
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak, semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT
amin.
Ciamis, Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI BPM HJ EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA1
Euis Lia Amalia Sari2 Metty Nurherliyany3 Rosmiati4
INTISARI
Angka Kematian bayi 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam
bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir
dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan
hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah
perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan
tumbuh kembang.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir ini dilakukan 5 hari di BPM Hj Eet Sumiati kota
Tasikmalaya.
Hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di
BPM Hj Eet Sumiati kota Tasikmalaya dilaksanakaan cukup baik.
Kata kunci
: Asuhan, Kebidanan, Bayi Baru Lahir,
Kepustakaan : 22 buah (2008-2015), 2 jurnal
Halaman
: i-xi, 1-56 halaman, 9 lampiran
1
Judul penulisan ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis
Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
3
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
INTISARI ..........................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...........................................................................
4
C.
Tujuan Studi Kasus .........................................................................
4
D.
Manfaat ............................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar ..................................................................................
6
B.
Teori Manajemen Kebidanan ..........................................................
17
C.
Konsep Dasar Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi
D.
Baru Lahir ........................................................................................
23
Landasan Hukum ............................................................................
31
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Metode Pengkajian ..........................................................................
34
B.
Tempat Dan Waktu Pengkajian ......................................................
34
C.
Subjek yang Dikaji ...........................................................................
34
D.
Jenis Data ........................................................................................
34
E.
Instrumen Pengkajian ......................................................................
35
F.
Tinjauan Kasus ................................................................................
36
viii
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Pembahasan....................................................................................
42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan ..........................................................................................
52
B.
Saran ...............................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
54
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan sistem
pendokumentasian SOAP ........................................................
x
23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule
Lampiran 2 Riwayat Hidup
Lampiran 3 Permohonan Izin Studi Pendahuluan dari STIKes Muhammadiyah
Ciamis
Lampiran 4 Surat Permohonan Informasi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika Kota Tasikmalaya
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya
Lampiran 6 Daftar Tilik Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing I dan II
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing AIK
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur
penentuan status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum
bayi dilahirkan. Mulai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode
yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi
(Prawirojardjo, 2010).
Hampir semua Negara di Dunia, kesehatan bayi baru lahir (bayi berumur
1 sampai 28 hari) cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan
umur-umur yang lain, padahal data yang disampaikan WHO (World Health
Organization) mengenai angka kematian bayi baru lahir didunia sangat
memprihatinkan,
data
yang
kemudian
dikenal
dengan
“fenomena
2/3”
menyatakan bahwa 2/3 kematian bayi berumur 0-1 tahun terjadi pada bayi baru
lahir. Lalu 2/3 kematian bayi baru lahir terjadi berumur 1 hari sampai 1 minggu.
Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir, dari jumlah tersebut 4 juta (33
per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (Word, 2014).
Berdasarkan data hasil survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian
per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian
per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian itu di sebabkan karena BBLR,
Kekurangan Oksigen, Hifotermia, Infeksi. (Soepardi, 2013).
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang berkontribusi besar terhadap
tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Menurut data laporan program
kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sampai 2012, jumlah kematian
Neonatus yang di laporkan di Jawa Barat mencapai angka 3.624 dan kematian
Bayi mencapai 4.650 (Soepardi Jane, 2013).
Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam
bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup,
bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat
terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan
1
2
hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah
perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan
tumbuh kembang (Prawirojardjo, 2010).
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas kesehatan kota Tasikmalaya,
Data bayi baru lahir Fisiologis 2015 Sebanyak 12.288 angka kelahiran hidup
(DINKES Tasikmalaya, 2015).
Berdasakan data yang diperoleh di BPM Hj Eet Sumiati dari Januari
sampai bulan Maret 2016 bahwa tidak ada kasus kematian bayi sedangkan
jumlah bayi baru lahir sebanyak 16 orang.
Berdasarkan Sulani F dkk., (2010) dalam jurnal panduan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir berbasis perlindungan anak tahun 2010 bahwa
penanganan bayi baru lahir segera setelah lahir, semua bayi harus distabilkan
dahulu. Yang dimaksud dengan bayi stabil apabila nadi baik, temperatur tidak
hipotermi, pernafasan teratur dan bayi aktif. Pemeriksaan fisik bayi dilakukan
setelah bayi stabil. Pemeriksaan harus dilakukan di bawah lampu pemancar
panas (radiant warmer) dalam keadaan bayi telanjang bulat. Salah satu asuhan
segera pada bayi baru lahir adalah dengan dilakukannya IMD (Inisiasi Menyusui
Dini) (Sulani F dkk., 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) mengatakan bayi
yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya maka hormon stres akan meningkat
50%. Otomatis, hal tersebut akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan
tubuh bayi menurun. Bila dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi maka hormon
stres akan kembali turun. Sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak stres,
pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil.
Untuk menggurangi Angka Kematian Bayi salah satunya dengan
memberikan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir yang berkualitas adalah
memberikan ASI Eksklusif, sebagaimana menurut agama Islam adapun ayat AlQuran yang menjelaskan
            
             
              
3
            
              
  
Artinya : “para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanyya ingin
menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertawakalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan (Qur’an Al Baqarah ayat 233).
Maksud dari ayat diatas adalah Allah mewajibkan kepada ibu menyusui
bayinya, guna membuktikan bahwa air susu si ibu mempunyai pengaruh yang
besar kepada si anak. Dari hasil pemeriksaan para ahli medis menunjukkan
bahwa air susu ibu tersusun dari saripati yang benar-benar murni. Juga air susu
ibu merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan tidak disangsikan lagi
oleh para ahli gizi. Di samping ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa kasih
sayang yang mendalam sehingga penyusuan langsung dari ibu ini berhubungan
erat dengan perkembangan jiwa dan mental anak. Dengan demikian kurang
tepat tindakan sementara para ibu yang tidak mau menyusui anaknya secara
langsung hanya karena kepentingan pribadinya, umpamanya untuk memelihara
kecantikan. Padahal hal ini bertentang dengan fitrahnya sendiri dan secara tidak
langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan dengan anaknya sendiri
dalam bidang mental.
Menurut (Sri & Ardini, 2010) upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh neonatal, yaitu dengan sesegera mungkin
memberi kolostrum yang ada dalam Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi lahir.
Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang pertama kali
disekresi oleh kelenjar payudara dan merupakan sel darah putih dan antibodi
4
yang mengandung imunoglobin A (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi.
Abu Rafi meriwayatkan: “Aku melihat Rasullah SAW mengadzani telinga
Al-Hasan ketika di lahirkan oleh Fatimah.(HR. Abu Daud, Al-Tirmizy dan AlHakim).
Al-Iman ibnul Qayyim Al-Jauziah menuliskan dalam kitabnya, Tuhfatul
maudud bi ahkamil maulud, bahwa adzan pada telinga bayi dilakukan dengan
alasan agar kalimat yang pertama kali didengar oleh sorang anak manusia
adalah kalimat yang membesarkan Allah SWT, juga tentang syahadat. Dimana
ketika seorang masuk islam atau meninggal dunia, juga ditalqinkan dengan dua
kalimat syahadat.
„‟Orang yang mendapatkan kelahiran bayi, lalu dia mengadzankan di
telinga kanan dan qomati di telinga kiri. Tidak ada celaka oleh ummu shidyan‟‟
(HR, Abu Ya‟la Al-Mushili).
Dari latar belakang diatas maka perawatan bayi baru lahir sangatlah
penting dilakukan karena dengan perawatan yang baik akan mengurangi angka
kematian bayi. Maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah: “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016 ?”
C. TujuanStudi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara Komprehensif pada
bayi baru lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmayala
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM
Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
b. Mampu melakukan interprestasi data pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di
BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
5
c. Mampu mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial dan antisipasi
penanganan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota
Tasikmalaya tahun 2016.
d. Dapat menetapkan perlunya tindakan segera pada Bayi Baru Lahir
Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan tindakan pada Bayi Baru Lahir
Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
f.
Mampu melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman pada
Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun
2016.
g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan dalam asuhan kebidanan pada Bayi
Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi
bagi
perkembangan
ilmu
kebidanan,
khususnya
dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi pendidikan
Sebagai bahan tambahan referensi ilmu kebidanan khususnya dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis
b. Bagi lahan praktik
Diharapkan dapat membimbing generasi penerus sehingga menjadi
bidan yang professional dalam mengatasi bayi baru lahir.
c. Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pola fikir ilmiah dalam membarikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Fisiologis dan juga sebagai
bahan masukan untuk penelitiagar mampu mengaplikasikan seluruh
ilmu yang telah didapat semala perkuliahan dan praktik lapangan
mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
d. Bagi klien
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan
menambah ilmu untuk orang tua dalam mengasuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Bayi Baru Lahir
a. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
secara sekilas dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah
adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk
menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus
berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang
dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi
dengan baik (Muslihatun, 2010).
b. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
antara lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merahmerahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit,
Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis atau batuk/bersin,
activity (tonus otot), gerak aktif, respiration (usaha napas), bayi
menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau
terlalu dingin (kurang dari 36°C).
Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali
pusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua,
tidak ada lender atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan
kuat, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-
6
7
kejang halus tidak bias tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2.500-4000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f.
Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
h. Pernafasan 40-60 x/menit.
i.
Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup
j.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l.
Nilai secara sekilas
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik.
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
r.
Refleks graphs (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
t.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).
8
3. Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih
segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan
pada bayi baru lahir.
a. Penilaian
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan
kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat
pendek, maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa
tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segara lakukan
penilaian awal pada bayi baru lahir.
1) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
2) Apakah bayi bergerak aktif ?
3) Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah
ada sianosis ? (Indriyani, 2013).
b. Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah
melakukan penilaian, menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan
saluran nafas (jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak
tangan), memantau tanda bahaya, memotong tali pusat, melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), membersihkan suntik vitamin K1,
memberikan salep mata antibiotic pada kedua mata, melakukan
pemeriksaan fisik memberikan imunisasi Hepatitis B (Sujianti, dkk.
2011).
c. Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :
1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan
permukaan yang dingin.
3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin
(misalnya melalui kipas angina, hembusan udara, atau pendingin
ruangan).
9
4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung) (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).
d. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belum
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegeahan
kehilangan panas maka bayi akan mengalami hipotermia. Bayi
dengan hipotermia sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau
bahkan kematian. Hipotermia sangat mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berasa dalam rungan yang
sangat hangat.
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang
harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat
rentan terhadap infeksi. Pada saat bayi baru lahir, pastikan penolong
untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.Tindakan pencegahan
infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1) Mencuci
tangan
secara
seksama
sebelum
dan
setelah
melakukan kontak dengan bayi.
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
3) Memastikan sarung tangan peralatan, termasuk klem gunting,
dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan
baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk
lebih dari satu bayi.
4) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
5) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,
stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan
10
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap kali digunakan).
6) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
7) Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah cuci
tangan sebelumnya (Muslihatun, 2010).
f.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada bayi baru lahir adalah :
1) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara menjaga tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air
kencing, kotoran bayi, atau tanah. Popok bayi diletakan di
sebelah bawah tali pusat.
Upaya tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih
yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa
kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur
dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan
infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian
neonatal.
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara
lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah
dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter
jika pada tali pusat ditemukan pendarahan, pembengkakan,
keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk.
2) Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi
infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu
dan
bayi,
sehingga
menyebabakan
terjadinya
kolonisasi
mikroorganisme yang ada dikulit dan saluran pencernaan bayi
11
dengan saluran mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat
nonpatogen, serta adanya caz anti bodi bayi yang sudah
terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
3) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegeah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih
dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah bayi lahir
dengan kapas atau saputangan halus dan bersih yang telah
diberikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
nenonatorum. Biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang
ada disekitar mata jangan dibersihkan (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
4) Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi.
Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi hepatitis B. jadwal
pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu
usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan uninject), 1 bulan
dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali
pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan
DPT+Hepatitis B pada 2, 3, dan 4 bulan usia bayi (Indrayani,
2013).
g. Injeksi vitamin K1
Vitamin K berguna mencegah perdarahan di otak bayi pasca
proses kelahiran. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak,
merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan
aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah.
Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione)
injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin K1 per 1 ml.
Cara pemberian injeksi vitamain K1 adalah :
1) Masukan vitamin K1 ke dalam tabung suntik sekali pakai steril 1
ml, kemudian disuntikan secara intramuscular di paha kiri bayi di
bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan
paling lambat 2 jam setelah lahir.
12
2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uniject) dengan selang waktu 1-2 jam (Depkes).
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakan di dada ibunya sebelum
bayi
itu
dibersihkan.
Sentuhan
kulit
dengan
kulit
mampu
menghadirkan efek psikologi yang dalam di antaranya ibu dan anak.
Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan
memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru
lahir. Percayakah anda, satu jam pertama saat bayi dilahirkan, insting
bayi membawanya untuk mencari puting sang bunda. Perilaku bayi
tersebut sering disebut dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Pada jam pertama si bayi menemukan payudadra ibunya, ini adalah
awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan
antara ibu dan bayi menyusu. Setelah IMD dilanjutkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga dua tahun.
Berdasarkan penelitian, jika bayi yang baru lahir dipisahkan
dengan ibunya, maka hormon stress lan meningkat 50%. Otomatis
hal itu akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan bayi menurun.
Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormon stress
akan kembali turun sehingga bayi lebih tenang, tidak stress,
pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil. Sentuhan, hisapan,
dan jilatan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan
merangsang
keluarnya
oksitosin
yang
menyebabkan
rahim
berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan hormon
lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayi,
serta merangsang pengaliran ASI dari payudara. Secara alamiah,
proses inisiasi menyusu dini akan mengurangi rasa sakit pada ibu,
selain itu, bayi juga dilatih motoriknya pada saat proses tersebut
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
4. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,
dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penganan agar tidak
mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir
13
tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit,
retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari
38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau
sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda
bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lain
yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah), tali pusat merah, bengkak keluar cairan, bau busuk, berdarah,
serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat,
merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda
bahaya, antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama
kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah, terusmenerus, distensi abdomen, faeses hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil
atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus, mata bengkak
dan mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir (Muslihatun, 2010).
5. Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 Hari
a. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit –
1jam setelah lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi
yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan
efesien, mencegah berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini
mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa,
biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI.
Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai
selama 4 hari pasca persalinan.
Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam
(minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan.
2) Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan
payudara lain.
14
3) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak
melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot
atau kempeng.
4) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan
pertama.
5) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara
ibu dengan benar.
6) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi
membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan
bergerak.
7) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh
lurus menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
8) Cara mendekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggu
mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga
bibir bawah jauh dibelakang areola.
9) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh
payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola
di atas mulut bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi
menghisap pelan kadang berhenti.
10) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila
minum baik.
b. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari
pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah
ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus
sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna
mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas: mucus
sel epitel, cairan amnion yang
tertelan, asam lemak dan pigmen
empedu. Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Mekoneum
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah
lahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi
baru lahir telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau
15
petugas harus mengkaji kemungkinan adanya atresiaani dan
megakolon.
Warna faeses bayi berubah menjadi kuning pada saat berumur
4-5 hari, bayi yang diberi ASI, faeses menjadi lebih lembut, berwarna
kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu formula,
faeses cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna faeses
akan menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan.
Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari. Pemberian ASI
cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada
hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup
maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.
c. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah
lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada
awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat
menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine
keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan
meningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas
kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
d. Tidur
Memasuki
bulan
pertama
kehidupan,
bayi
baru
lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur
aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15%
waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis,
gerakan motoric, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85%
lainnya digunakan bayi untuk tidur.
e. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitive terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi,
keutuhan kullit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat
untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat
memandikan bayi.
Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas
kesehatan harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
16
kain
yang digunakan untuk bayi selalu
bersih
dan
kering.
Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama)
cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari
terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh
bayi stabil (setelah 24 jam).
f.
Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan
tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bias terjadi infeksi
lokal. Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III pada
saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankan
dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar.
Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika
tali pusat terkena kotoran/faeses, maka tali pusat harus dicuci
dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
g. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan
mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan
atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak
membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang menunggu. Tidak
membiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau
meja. Tidak memberikan apapun lewat mulut selain ASI karena bayi
bias tersedak. Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras pada
punggung/sisi badannya. Hati-hati menggunakan bantal dibelakang
kepala dan ditempat tidurnya karena dapat menutupi muka
(Muslihatun, 2010).
6. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir
a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat
badan lahir dan berat badan pada saat pulang.
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Komunikasikan
kepada
merawat tali pusat.
orangtua
bayi
bagaimana
caranya
17
b. 1 minggu setelah pulang
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat
ini dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan
penambahan ulang BB bayi.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4) Kaji keadekuaatan suplai ASI
c. 4 minggu setelah kelahiran
1) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan
pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Perhatikan nutrisi bayi
4) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis
dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan
kedua pihak baik klien maupun pemberian asuhan. Manajemen
kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode
berdasarkan
untuk
teori
mengorganisasikan
ilmiah,
pikiran
temuan-temuan,
dan
tindakan
keterampilan,
dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen
kebidanan
diadaptasi
dari
sebuah
konsep
yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi
ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis
dan siklik (Soepardan, 2008).
2. Langkah Dalam Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri
18
dengan evaluasi. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan
dijabarkan, sebagai berikut :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama diikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan cara :
1)
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan,
dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2)
Pemeriksaan
fisik
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
a)
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).
b)
Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru
serta catatan sebelumnya).
b. Langkah II : Intepretasi Data Dasar
Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi
Penanganannya
Langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini
menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
d. Langkah IV : Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi
Segera Dengan Tenanga Kesehatan
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi klien.
19
Langkah
keempat mencerminkan
kesinambungan
proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya langsung
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada
waktu wanita teserbut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu,
seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti perkerjaan
social, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi
dilakukan.
e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyuluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga
dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman
antisipasi ini mencakup setiap hal berkaitan dengan semua aspek
asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
bidan dank lien, agar bisa dilaksanakan secara efektif. Semua
keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang
dilaksanakan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai
dengan asumsi dengan apa yang akan dilakukan klien.
f.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efesien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, namun ini tetapi
20
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar telah terlaksana).
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani
klien
yang
mengalami
komplikasi,
bidan
tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang
menyuluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efesien dan berkualitas
akan berpengaruh pada waktu serta biaya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan
asuhan yang diberikan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan : apakah benar-bernar terpenuhi sebagaimana di identifikasi
di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika bener efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi
belum
efektif.
Mengingat
bahwa
proses
manajemen
asuhan
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka bidan
perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan
tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut (Soepardan, 2008).
3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP
Pendokumentasian
yang
benar
adalah
pendokumentasian
mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di
dalamnya
tersirat
proses
berfikir
bidan
yang
sistematis
dalam
menghadapi sorang pasien sesuai langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan
dengan metode SOAP, dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O
adalah data Objektif, A adalah Anaysis/Assessment dan P adalah
Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan.
21
a.
S (Data Subjektif)
Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data
subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis
yang akan disusun. Pada pasien yang bisu, dibagian data dibelakang
huruf “S”, diberi tanda huruf “O atau “X”.tanda ini akan menjelaskan
bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
b.
O (Data Objektif)
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data)
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / permeriksaan
diagnostic lain. Catatan medis dan informasi dari keluarga atau orang
lain
dapat
dimasukan
akanmemberikan
bukti
dalam
gejala
data
klinis
objektif
pasien
ini.
dan
Data
fakta
ini
yang
berhubungan dengan diagnosis.
c.
A (Analysis)
A (Analysis) dan interpretasi (kesimpulan) data dari subjektif
dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan,
karena keadaan pasien yang setiap saat 21ank mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis dalam rangka mengikuti perkembangan
pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analysis/assessment merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kedua, ketiga 21ank empat sehingga mencakup hal-hal
berikut ini diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial
22
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis/masalah potensial.Kebutuhan tindakan segera
harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
d.
P (Planning)
Planning/Perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat
ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin
dan mempertahankan kesejahteraannya.Rencana asuhan ini harus
bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu
tertentu.Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu
pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Dalam planning ini juga
harus mencantumkan evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari efek
tindakan yang telah diambil untuk menilai efektfitas asuhan/hasil
pelaksanaan tindakan.
23
4. Keterkaitan
Antara
Manajemen
Kebidanan
dan
Sistem
Pendokumentasian SOAP.
Alur Pikir
Bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen Kebidanan
7 Langkah
(Varney)
Data
Masalah/Diagnosa
Antisipasi maslah
potensial/diagnosa
lain
Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
Perencanaan
Asuhan
5 Langkah
(kompetensi bidan)
Data
Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan
SOAP
Subjektif & Objektif
Analysis/Diagnosa
Assesment/ Diagnosa
Perencanaan Asuhan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Plan :
Konsul
Tes diagnostik
Rujukan
Pendidikan
Konseling
Follow up
Gambar 1.1 Keterkaitan antara manajemen kebidanan
dan sistem pendokumentasian SOAP
(Sumber : Muslihatun, 2010)
C. Konsep Dasar Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir
1.
Langkah 1. Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
a.
Pengkajian Segera Setelah Lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru
lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu
dengan penilaian secara sekilas, meliputi appearance (warna kulit),
pulse (denyut jantung), grimace (reflek atau respon terhadap
24
rangsangan), activity (tonus otot) dan respiratory effort (usaha
bernafas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan
diameter besar di vulva (crowning).
1)
Pengkajian Keadaan Fisik
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan
bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.
Data subjektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan,
antara lain : riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan
harus di kaji adalah :
a)
Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolis pada
keluarga dan sindroma genetik.
b)
Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi,
penyakir kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/
isoimunisasi.
c)
Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin
terlalu
besar/terganggu,
diabetes
gestasional,
poli/oligohidramnion.
d)
Faktor preinatal, meliputi premature/postmatur, partus
lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu
ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban
bercampur meconium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD),
perdarahan dalam persalinan, prolapses tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
2)
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara
lain:
a) Pemeriksaan Fisik
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah
apapun, lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.
Pemeriksaan Umum :
(1) Pernafasan
Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
25
ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada
ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama
beberapa detik masih dalam batas normal.
(2) Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding
bayi preterm karena kulit lebih tebal.
(3) Denyut jantung
Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali per
menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali
per menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu, ulangi
penghitungan denyut jantung.
(4) Suhu aksiler 36,5°C sampai 37,5°.
(5) Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah
kepalan tangan longgar, dengan lengan panggul dan lutut
semi fleksi.Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan
sedikit ekstensi. Pada bayi dengan letak sungsang selama
masa kehamilan, akan mengalami felksi penuh pada sendi
panggul dan lutut atau sendi lutut estensi penuh, sehingga
kaki bisa dalam berbagai posisi sesuai bayi intra uterin.
Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa
kesulitan,
maka
tidak
dibutuhkan
terapi.Gerakan
ekstremitas bayi harus secara spontan dan sietris disertai
gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
(6) Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadara BBL adalah mulai
dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika
rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang
tidur.
(7) Ekstermitas
Periksa posisi, gerakan reaksi bayi bila ekstremitas
disentuh, dan pembengkakan.
26
(8) Kulit
Warna
kulit
dan
adanya
verniks
kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda
mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan
kullit juga dat dianggap normal. Kelainan ini termasuk
millia,
biasanya
terlihat
pada
hari
pertama
atau
selanjutnya.Kulit tubuh, punggung, dan abdomen, yang
terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap
normal.
(9) Tali pusat, normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan mengkerut/ mengecil dan
akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
(10) Berat badan, normal 2500-4000 gram.
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
a) Kepala
:
Ubun-ubun, sutura, moulase, caput
succedaneum, cephal haematoma
hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubunubun kecil,
b) Muka
:
Terdapat pucat, odem atau tidak
pada muka, pewarnaan pada muka
bagaimana apakah pucat, kuning,
atau biru.
c) Mata
:
Keluar nanah, bengkak pada kelopak
mata,
perdarahan
subkonjungtiva
dan kesimetrisan.
d) Telinga
:
Kesimetrisan
letak
dihubungkan
dengan mata dan kepala.
e) Hidung
:
Kebersihan
f) Mulut
:
Labio/paltoskisis,
trush,
sianosis,
mukosa kering/basah
g) Leher
:
Pembengkakan dan benjolan
h) Klavikuladan lengan
:
Gerakan, jumlah jari.
i) Dada
:
Bentuk dada, putting susu, bunyi
jantung dan pernafasan.
27
j) Abdomen
:
Penonjolan sekitar tali pusat pada
saat menangis, perdarahan tali pusat,
jumlah pembuluh darah pada tali
pusat, dinding perut dan adanya
benjolan,
distensi,
gastrokisis,
omfalokel, bentuk.
k) Genetalia
Kelamin laki-laki
:
Testis berada dalam skrotum, penis
berlubang dan berada di ujung penis.
Kelamin perempuan
:
Vagina, uretra berlubang, labia mayor
dan labia minor.
l) Tungkai dan kaki
:
Gerakan, bentuk, dan jumlah jari.
m) Anus
:
Berlubang/tidak, fungsi spingter ani.
n) Punggung
:
Spinabifida, mielomeningokel.
o) Reflek
:
Moro,
rooting,
walking,
graphs,
sucking, tonicneck.
p) Antropometri
:
BB, PB, LK, LD, PB, LLA.
q) Eliminasi
:
BBL normal biasanya kencing lebih
dari enam kali per hari. BBL normal
biasanya BAB cair enam sampai
delapan kali per hari. Dicurigai diare
apabila frekuensi meningkat, tinja
hijau atau mengandung lendir atau
darah. Perdarahan vagina pada BBL
dapat terjadi selama beberapa hari
pada minggu pertama kehidupan dan
hal ini dianggap normal.
2.
Langkah 2 . Interpretasi Data
Menurut Muslihatun (2010) Melakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data
yang telah dikumpulkan.
28
Contoh :
Diagnosis
a. Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, dengan asfiksia
sedang.
b. Bayi kurang bulan, kecil.
c. Masa kehamilan dengan hipotermi dan gangguan pernafasan.
Masalah
a. Ibu kurang informasi
b. Ibu menderita PEB
c. Ibu post SC sehingga tidak bisa melakukan skin to skin contact
secara maksimal.
Kebutuhan : perawatan rutin bayi baru lahir.
3.
Langkah 3 . Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengeidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin
terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Contoh :
Diagnosis potensial
a.
Hipotermi potensial terjadi gangguan pernafasan.
b.
Hipoksia potensial terjadi asidosis.
c.
Hipoglikemia potensial terjadi hipotermi.
Masalah potensial : potensial terjadi masalah ekonomi bagi orang tua
yang tidak mampu, karerna bayi membutuhkan perawatan intensif
dan lebih lama.
4.
Langkah 4 . Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya
adalah bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera
lakukan resusitasi.
5.
Langkah 5 . Merencanakan Asuhan yang Menyuluruh.
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya,
29
Contoh
6.
a.
Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat.
b.
Perawatan mata.
c.
Memberikan identitas bayi.
d.
Memperlihatkan bayi pada orangtuanya / keluarga.
e.
Memfasilitasi kontak dini pada ibu.
f.
Memberikakn vitamin K1.
g.
Konseling.
h.
Imunisasi.
Langkah 6 . Melaksanakan Perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif
dan aman.
Contoh
a.
Mempertahankan
suhu
tubuh
tetap
hangat,
dengan
cara
memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu, mengganti handuk/kain basah dan bungkus bayi
dengan selimut dan memastikan bayi tetap hangat dengan
memeriksa telapak kaki setiap 15 menit. Apabila telapak kaki teraba
dingin, memeriksa susu aksila bayi.
b.
Perawatan mata
Obat mata Gentamicid atau tetrasiklin 1% dilanjutkan untuk
mencegah penyakit mata karena clamida. Obat mata perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
c.
Memberikan identitas bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu
dipasang segera setelah lahir.
1) Alat pengenal yang digunakan hendaknya tahan air, dengan tepi
halu, tidak mudah melakui, tidak mudah sobek dan tidak mudah
lepas.
2) Pada alat pengenal, harus mencantumkan nama (bayi dan ibu),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin dan unit perawatan.
3) Di tempat tidur bayi juga harus dicantumkan tanda pengenal
yang mencantumkan nama (bayi dan ibu), tanggal lahir dan
nomor identitas.
30
4) Sidik telapak kaki bayi dan sidik ibu jari ibu harus dicetak di
catatan yang tidak mudah hilang. Hasil pengukuran antropometri
dicatat dalam catatan medis.
d.
Memperlihatkan bayi kepada orang tuanya / keluarga.
e.
Memfasilitasi kontak dini bayi dengan ibu
1) Berikan bayi kepada ibu sesegera mungkin. Kontak dini antara
ibu dan bayi penting untuk : mempertahankan suhu bayi baru
lahir, ikatan batin bayi terhadap ibu dan pemberian ASI dini.
2) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap
(reflek rooting: positif). Jangan paksakan bayi untuk menyusu.
3) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, biarkan
bayi bersama ibu paling tidak 1 jam setelah bayi lahir.
f.
Memberikan vitamin K1
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K1 pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal sebagai berikut.
1) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K1 per oral 1mg/hari selama 3 hari.
2) Bayi resiko tinggi diberikan vitamin K1 parenteral dengan dosis
0,5 -1mg IM.
g.
Konseling
h.
Ajarkan pada ibu/orang tua bayi untuk
1) Menjaga kehangatan bayi.
2) Pemberian ASI.
3) Perawatan tali pusat.
a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longgar.
b) Lipatlah popok dibawah sisa tali pusat.
c) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun
dan air bersih dan kering.
i.
Mengawasi tanda-tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru
lahir, adalah :
1) Pernafasan, sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlihat dari
retraksi dinding dada pada waktu bernafas.
31
2) Suhu, terlalu panas >38°C (febris), atau terlalu dingin <36°C
(hipotermi).
3) Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis), atau pucat, memar
atau bayi sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru.
4) Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan ,
banyak muntah.
5) Tali pusat, merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
6) Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak keluar cairan (pus),
bau busuk, pernafasan sulit.
7) Gangguan
gastrointestinal,
misalnya
tidak
mengeluarkan
mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus
menerus, muntah dan perut bengkak, tinja hijau tua atau
berdarah/berlendir.
8) Tidak berkemih dalam 24 jam.
9) Menggigil atau suara tangis tidak biasa, lemas, mengantuk,
lunglai, kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus
menerus.
10) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan.
j.
Imunisasi
Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan,
berikan imunisasi BCG, anti polio oral dan hepatitis B.
7.
Langkah 7. Evaluasi
Mengevaluasi
keefektifan
asuhan
yang
sudah
diberikan
mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif (Muslihatun,
2010).
D. Landasan Hukum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, yaitu :
1.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
32
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan
Kesehatan
Reproduksi
Perempuan
dan
Keluarga
Berencana
2.
Pasal 11
a. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir ada masa neonatal ( 0-28 hari ), dan
perawatan tali pusat.
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk.
3) Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
4) Pemberian Imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
6) Pemberian konseling dan penyuluhan.
7) Pemberian surat keterangan kelahiran dan
8) Pemberian surat keterangan kematian.
Pengaturan mengenai pemberian ASI eksklusif diatur dalam Pasal 128
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi:
1. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Selanjutnya, dalam Pasal 129 UU Kesehatan diatur bahwa:
1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.
33
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pemberian ASI eksklusif juga telah diatur dalam Peraturan Bersama
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi,
dan
Menteri
Kesehatan
No.
48/MEN.PP/XII/2008,
PER.27/MEN/XII/2008, dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun 2008 tentang
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja
(“Peraturan Bersama”). Dalam Peraturan Bersama tersebut antara lain
disebutkan bahwa Peningkatan Pemberian ASI selama waktu kerja di tempat
kerja adalah program nasional untuk tercapainya pemberian ASI eksklusif 6
(enam) bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai anak berumur 2 (dua)
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Surat Al-Baqarah: Ayat 233.
Al Quran Surat Al-Imran: Ayat 36.
DepKes. (2012). Angka Kematian ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN. Dipetik
April
26,
2016,
dari
http://midwiferycare.wordpress.com/12/02/21/sekitar-20-10/
Dewi, N.L.V. (2010) Asuhan neonatal Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
medika
Dinkes, Tasikmalaya. (2015). Bayi Baru Lahir Fisiologis.
Hadist Abu Ya’la Al-Mushili : (HR. Abu Daud, Al-Tirmizy dan Al-Hakim).
Henny. (2014). Kewenangan yang Bisa dilakukan oleh bidan dalam menjalankan
prektek
kebidanan.
[internet]
tersedia
dalam
http://hennysura.blogspot.co.id/2014/05/kewenangan-yang-bisadilakukan-oleh.html [diakses 23 April 2016].
Indriyani, D. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV Trans
Info Media.
Kemenkes. (2010). Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak. Jakarta : Direktorat Kesehatan Anak Khusus.
Maryanti. (2011). Buku Ajaran Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: TIM.
Muslihatun, W. F. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Yogyakarta:
Fitramaya.
Nasriah.
(2014).
Bayi
Baru
Lahir
Normal.
Tersedia
http://www.bidanri.blogspot.com. [diakses 23 April 2016].
dalam
Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelengaraan
Praktik Bidan
Prawirohardjo, S. (2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Rukiyah, & Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
CV.Trans Info media.
Seopardan, S. H. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Soepardi Jane, (2013) Jawa Barat Penyumbang Terbesar Angka Kematian Bayi
di
Indonesia.
[Internet].
Tersedia
dalam
www.unpad.ac.id/2013/10/jawa-barat-penyumbang-terbesar
-angkakematian -bayi-di-indonesia [diakses 17 April 2016].
Sujianti, dkk. (2011). Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: CV Trans Info
Media.
54
55
Sulani F dkk., (2010). Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak Tahun 2010. Jurnal Direktorat Kesehatan Anak
Khusus. [internet] tersedia dalam http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/PANDUAN-YANKES-BBLBERBASIS-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf. [diakses 17 April 2016].
Sri, S., & Ardini, S. R. (2010). Program Inisiasi Menyusui Dinidalam rangka
Menurunkan AngkaKematian Neonatal. (S. Sri, Ed.) Program Inisiasi
Menyusu Dini , 1-10.
Walyani, ES. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & neonatal.
Yogyakarta: Pustabarupress.
WHO. (2014). Word, Health Statistic 2013. WHO Libary Cataloging, Swiss.
Tersedia dalamhttp://kesahatanbayi-baru-lahir.cpm.[diakses 06 Maret
2016].
Wulandari. (2013). Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali ASI Eksklusif. Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Download