PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN

advertisement
PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN LOBAK PADA TANAH PODSOLIK MERAH
KUNING
Jumelissa Marum(1), Dwi Zulfita dan Maulidi(2),
(1)
Mahasiswa dan(2) Staf Pengajar
Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui dosis terbaik kompos ampas tebu terhadap
pertumbuhan dan hasil lobak pada tanah Podsolik Merah Kuning (PMK).
Penelitian dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura. Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 11 September 2012
sampai dengan tanggal 1 Desember 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuandan 5 ulangan, setiap perlakuan
terdiri dari 3 tanaman sampel jadi terdapat 75 polybag tanaman. Perlakuan yang
dimaksud adalah pemberian kompos ampas tebu dengan dosis : k0 (tanpa
pemberian kompos ampas tebu), k1(235,95 gram/polybag atau setara dengan 2,5
% bahan organik),k2(489,11 gram/polybag atau setara dengan 5 % bahan
organik), k3(742,28 gram/polybag atau setara dengan 7,5 % bahan organik) dan
k4 (995,44 gram/polybag atau setara dengan 10 % bahan organik). Variabel yang
diamati adalah luas daun (cm2), klorofil daun (spad unit), berat kering tanaman
(gram),berat segar tanaman (gram), berat segar umbi (gram), diameter umbi (cm),
dan panjang umbi (cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos
ampas tebu pada tanah PMK memberikan pengaruh tidak nyata pada variabel
klorofil daun, berat segar umbi, diameter umbi dan panjang umbi. Pemberian
kompos ampas tebu dapat meningkatkan luas daun, berat kering tanaman dan
berat segar tanaman. Pemberian kompos ampas tebu dengan dosis 235,95
g/polybag atau setara dengan 2,5 % bahan organik memberikan pertumbuhan dan
hasil yang efektif tanaman lobak pada tanah Podsolik Merah Kuning.
Kata kunci: Kompos, Ampas Tebu,Podsolik Merah Kuning ,Lobak .
1
EFFECT OF COMPOST CANE DREGS TO RADISH GROWTH AND YIELD
IN SOIL PODZOLIC RED YELLOW
Jumelissa Marum (1), Dwi Zulfita and Maulidi (2),
(1)
Students and (2) Teaching Staff
Program Agronomy Faculty of Agriculture, University Tanjungpura
ABSTRACT
This study aims to determine the best dose of bagasse compost on growth and
yield of rapeseed on the ground Podsolic Red Yellow (FMD). The experiment
was conducted at the experimental farm of the Faculty of Agriculture,
Tanjungpura University. The study was conducted from September 11th 2012 to
December 1st 2012. This research used Completely Randomized Design (CRD),
which consists of 5 treatments and 5 replicates, each treatment consisted of 3
plants so there are 75 samples polybag plants. The treatment in question is the
provision of bagasse compost dose: k0 (without giving bagasse compost), k1
(235.95 g / polybag or equivalent to 2.5% organic matter), k2 (489.11 g / polybag
or equivalent 5% organic matter), k3 (742.28 g / polybag or equivalent to 7.5%
organic matter) and k4 (995.44 g / polybag or equal to 10% of organic matter).
The variables measured were leaf area (cm2), leaf chlorophyll (Spad units), plant
dry weight (g), plant fresh weight (grams), tuber fresh weight (g), bulb diameter
(cm), and length of bulb (cm) . The results showed that administration of bagasse
compost to the soil did not influence real PMK on variable chlorophyll leaf, root
fresh weight, diameter and length of root tubers. Giving bagasse compost highly
significant for plant fresh weight, by the best results at a dose of 995.44 g /
polybag) or equal to 10% of organic matter in the soil.
Keywords: Compost, Cane Dregs, Podsolic Red Yellow, Radish.
2
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Produksi lobak di Kalimantan Barat rata-rata masih tergolong rendah,
yaitu rata-rata produksi tanaman lobak pada tahun 2000 sebesar 54,70
kwintal/hektardengan luas areal tanam sebesar 295 hektar (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kalimantan Barat, 2001). Menurut Sudaryono (1986) tanaman
lobak yang baik pertumbuhannya dapat berproduksi antara 150-200 kwintal/ha.
Untuk meningkatkan produksi sayuran tersebut perlu dengan perluasan areal
yang diikuti dengan teknik budidaya yang baik. Hal ini mendorong digunakannya
lahan marjinal yang bermasalah seperti tanah Podsolik Merah Kuning (PMK).
Menurut Badan Pusat Statistik (2002), sebagian besar daerah Kalimantan Barat
terdiri dari jenis tanah PMK, yang meliputi areal sekitar 10,5 juta hektar atau 71,
28% dari total luas daerah Kalimantan Barat 14,7 juta hektar.
Tanah PMK memiliki potensi yang cukup tinggi untuk pengembangan
pertanian, akan tetapi dalam pemanfaatan tanah PMK sebagai media tumbuh
tanaman dihadapkan pada berbagai masalah terutama sifat fisik, kimia dan biologi
tanah yang kurang mendukung untuk pertumbuhan. Kandungan unsur hara
terutama N, P, K sangat rendah dan kapasitas tukar kation juga rendah. Tanah
bereaksi masam dan kandungan Al tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman.
Produktivitas tanah seperti ini dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Harini, 2005).
Pemanfaatan bermacam-macam limbah pertanian yang dapat dibuat
kompos dapat berguna dalam meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu bahan
organik yang dapat digunakan untuk kompos yaitu limbah dari tebu yang berupa
ampas tebu. Ampas tebu mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat
rata-rata 47,7%. Serat bagase (ampas tebu) tidak dapat larut dalam air dan
sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007 dalam
Anwar, 2008). Ampas tebu apabila dibiarkan begitu saja proses dekomposisinya
berlangsung sangat lama. Proses dekomposisinya dapat dipercepat dengan MOL
keong mas agar bahan tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman lobak di tanah PMK.
Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,
perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit
tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer,
pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida
(Purwasasmita, 2009b).
B.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui dosis terbaik kompos ampas tebu yang
terhadap pertumbuhan dan hasil lobak pada tanah PMK.
3
II. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura, penelitian berlangsung mulai dari tanggal 11 September 2012
sampai dengan tanggal 1 Desember 2012.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Podsolik Merah
Kuning, benih lobak benih lokal,polybag 40x50,Mol Keong Mas, kompos ampas
tebu, kapur dolomit (CaMg(CO3)2), dan Bahan pembuatan naungan. Alat yang
digunakan yaitu cangkul, parang, gergaji, palu, ember, ayakan tanah, sekop, gelas
ukur, meteran, termometer, higrometer, jangka sorong, oven, pH meter, klorofil
meter, leaf area meter, tali rafia, timbangan analitik, hands spayer, kamera,
gunting , kantong plastik, dan alat tulis menulis.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan dengan pola
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor, yaitu faktor
pemberian kompos ampas tebu yang difermentasi dengan MOL Keong Mas (K),
dengan 5 taraf perlakuan dan 5 ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3
tanaman sampel. k0 = tanpa pemberian kompos, k1 = 2,5 % bahan organik atau
setara dengan 235,95 g kompos ampas tebu/polybag, k2 = 5 % bahan organik atau
setara dengan 489,11 g kompos ampas tebu/polybag, k3 = 7,5 % bahan organik
atau setara dengan 742,28 g kompos ampas tebu/polybag, k4 = 10 % bahan
organik atau setara dengan 995,44 g kompos ampas tebu/polybag
D. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Berat keringtanaman
(g), Jumlah klorofil daun (Spad Unit), Luas daun (cm2), Berat segar tanaman (g),
Berat segar umbi (g), Diameter umbi (cm), dan Panjang umbi (cm), sedangkan
variabel penunjang yaitu suhu, kelembaban udara dan pH setelah inkubasi. Data
yang diperoleh dianalisis dengan uji F taraf 5%. Apabila uji F menunjukkan
pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ taraf 5%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1. Luas Daun (cm2)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu berpengaruh nyata terhadap luas daun. Untuk mengetahui perbedaan antara
perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
yang hasilnya disajikan pada Tabel 3.
4
Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kompos Ampas Tebuterhadap Luas
Daun Tanaman Lobak (cm2)
Kompos Ampas Tebu (g)
Rerata
0
(0% bahan organik)
755,20 ab
235,95 ( 2,5 % bahan organik )
649,40 b
489,11 ( 5 % bahan organik )
828,00 a
742,28 ( 7,5 % bahan organik )
873,40 a
995,44 ( 10 % bahan organik )
792,20 ab
BNJ 5% = 156,22
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf uji BNJ 5 %
Jumlah klorofil daun (spaid Unit)
Hasil uji BNJ Tabel 3, menunjukkan bahwa luas daun tanaman lobak
dengan pemberian kompos ampas tebu dengan dosis 489,11 g/polybag setara
dengan 5% bahan organik dan dosis 742,28 g/polybag setara dengan 7,5% bahan
organik berbeda nyata dibandingkan dengan luas daun tanaman lobak dengan
pemberian kompos ampas tebu dosis 235,95 g/polybag setara dengan 2,5% bahan
organik dan berbeda tidak nyata dengan pemberian 995,44 g/polybag setara
dengan 10% bahan organik dan tanpa pemberian kompos ampas tebu.
2. Jumlah Klorofil Daun ( Spad Unit )
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu pada berbagai dosis berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun.
Rerata jumlah klorofil daun dapat dilihat pada Gambar 1.
60
50
44,31
44,36
44,50
43,96
46,49
40
30
20
10
0
0
235.95
489.11
742.28
995.44
Kompos Ampas Tebu (g)
Gambar 1.Jumlah Klorofil Daun Tanaman Lobakpada Berbagai Dosis
Kompos Ampas Tebu
Gambar 1. menunjukkan jumlah klorofil daun yang memiliki
kecenderungan nilai lebih yang tinggi ditunjukkan oleh tanaman lobak pada
perlakuan kompos ampas tebu dengan dosis 995,44g/polybag atau setara dengan
10% bahan organik yaitu 46,40 spad unit.
5
3. Berat Kering Tanaman ( g )
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman lobak.
Tabel 6. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kompos Ampas Tebu terhadap Berat
Kering Tanaman Lobak (g)
Kompos Ampas Tebu (g)
Rerata
0
( 0% bahan organik )
2,84 b
235,95 ( 2,5 % bahan organik )
4,07 ab
489,11 ( 5 % bahan organik )
4,97 a
742,28 ( 7,5 % bahan organik )
4,40 ab
995,44 ( 10 % bahan organik )
5,27 a
BNJ 5% = 1,58
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf uji (BNJ) 5 %
Hasil uji BNJ pada Tabel 6 menunjukkan bahwa berat kering tanaman
lobak yang diberi kompos ampas tebu dengan dosis 489,11 g/polybag setara
dengan 5% bahan organik dan kompos ampas tebu dengan dosis 995,44 g/polybag
setara 10% bahan organik berbeda nyata dibandingkan dengan berat kering
tanaman lobak tanpa pemberian kompos ampas tebu akan tetapi berbeda tidak
nyata dibandingkan dengan berat kering tanaman lobak dengan perlakuan kompos
ampas tebu dosis 235,95 g/polybag setara dengan 2,5% bahan organik dan
kompos ampas tebu dosis 742,28 g/polybag atau setara dengan 7,5% bahan
organik.
4. Berat Segar Tanaman (g)
Hasil analisis keragaman pada menunjukkan bahwa pemberian kompos
ampas tebu pada berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap berat segar tanaman.
Tabel 8. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kompos Ampas Tebuterhadap Berat
Segar Tanaman Lobak (g)
Kompos ampas tebu (g)
Rerata
0
( 0% bahan organik )
131,14 b
235,95 ( 2,5 % bahan organik )
169,94 ab
489,11 ( 5 % bahan organik )
165,16 ab
742,28( 7,5 % bahan organik )
161,78 ab
995,44( 10 % bahan organik )
186,77 a
BNJ 5% = 44,34
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf uji BNJ 5 %
Hasil uji BNJ pada Tabel 8 menunjukkan bahwa berat segar tanaman
lobak pada pemberian kompos ampas tebu dengan dosis 995,44 g/polybag setara
dengan 10% bahan organik berbeda nyata dibandingkan dengan berat segar
tanaman lobak tanpa pemberian kompos ampas tebu tetapi berbeda tidak nyata
dibandingkan dengan berat segar tanaman lobak dengan pemberian kompos
ampas tebu dosis lainnya.
6
5. Berat Segar Umbi (g)
Berat Segar Umbi (g)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu padaberbagaidosis berpengaruh tidak nyata terhadap berat segar umbi. Berat
segar umbi pada berbagai dosis pemberian kompos ampas tebu dapat dilihat pada
Gambar2.
105,30
120
100
91,57
89,48
86,32
71,37
80
60
40
20
0
0
235.95
489.11
742.28
995.44
Kompos Ampas Tebu (g)
Gambar 2. Berat Segar Umbi Tanaman Lobak pada Berbagai Dosis Kompos
Ampas Tebu (g)
Diameter Umbi ( cm)
Gambar 2 memperlihatkan bahwa rerata berat segar umbi lobak memiliki
kecenderungan yang lebih rendah diperoleh tanaman lobak tanpa pemberian
bahan organik. Rerata berat segar umbi lobak yang memiliki kecenderungan nilai
lebih tinggi dihasilkan tanaman lobak dengan pemberian kompos ampas tebu
dosis 995,44 g/polybag setara dengan 10% bahan organik.
6. Diameter Umbi (cm)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi. Rerata diameter umbi pada
berbagai dosis kompos ampas tebu dapat dilihat pada
Gambar 3.
4
3
2,18
2,43
2,42
235.95
489.11
2,41
2,58
2
1
0
0
742.28
995.44
Kompos Ampas Tebu (g)
Gambar 3. Diameter Umbi Tanaman Lobak pada Berbagai Dosis Kompos Ampas
Tebu ( cm )
7
Gambar 3 menunjukkan bahwa rerata diameter umbi lobak yang memiliki
kecenderungan nilai yang lebih tinggi dengan pemberian kompos ampas tebu
995,44 g/polybag setara dengan 10% bahan organik dan rerata diameter umbi
lobak yang memiliki kecenderungan nilai yanglebih rendah diperoleh tanaman
lobak tanpa pemberian kompos ampas tebu.
7. Panjang Umbi ( cm )
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu berpengaruh tidak nyata terhadap panjang umbi. Rerata panjang umbi
padaberbagaidosisdapat dilihat pada Gambar 4.
Panjang Umbi ( cm)
17,65
17,60
20
14,77
15,54
17,13
15
10
5
0
0
235.95
489.11
742.28
995.44
Kompos Ampas Tebu (g)
Gambar 4. Panjang Umbi Tanaman lobak pada Berbagai perlakuan kompos
ampas tebu (cm)
Gambar 4 menunjukkan bahwa rerata panjang umbi yang memiliki
kecenderungan nilai tertinggi dengan pemberian kompos ampas tebu dosis
489,11 g/polybag setaradengan 5% bahan organik dan rerata panjang umbi yang
memiliki kecenderungan nilai yang lebih rendah dihasilkan oleh tanaman lobak
dengan tanpa pemberian kompos ampas tebu.
B. Pembahasan
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu pada tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) berpengaruh nyata terhadap luas
daun, berat kering tanaman dan berat segar tanaman. Sedangkan terhadap jumlah
klorofil daun, berat segar umbi, diameter umbi dan panjang umbi menyatakan
pengaruh yang tidak nyata.
Pemberian kompos ampas tebu sebagai bahan organik dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat fisik tanah dicirikan dengan struktur
tanah menjadi lebih ringan (berpasir atau remah), memperbaiki aerasi tanah
sehingga daya ikat air menjadi lebih baik dan pergerakan udara serta air di dalam
tanah menjadi lebih baik. Sirkulasi udara dan air yang baik serta pH yang sesuai
dapat membantu meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga proses
dekomposisi bahan organik menjadi lebih optimal. Hal ini dapat dilihat dari C/N
rasio kompos ampas tebu setelah inkubasi yaitu sebesar 10,66. Nilai rasio C/N
8
tanah adalah 10-12. Menurut Djuarnani ( 2005), bahwa bahan organik yang
memiliki C/N rasio sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat
diserap oleh tanaman.
Pemberian kompos ampas tebu juga memperbaiki sifat kimia tanah PMK
yaitu meningkatkan pH tanah. pH tanah sebelum inkubasi yaitu 4,88 dan pH
setelah inkubasi berkisar antara 6-6,3. Menurut Rukmana (1995) tanaman lobak
dapat tumbuh pada kisaran pH 6-6,8, karena itu pH tanah pada media tanam
cocok untuk pertumbuhan tanaman lobak. pH yang cocok untuk pertumbuhan
tanaman lobak tersebut menyebabkan unsur hara menjadi tersedia, baik unsur hara
makro maupun mikro, seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S, walaupun dalam jumlah
kecil. Unsur N berfungsi untuk sintesis asam amino dan protein dalam tanaman,
unsur P berfungsi untuk mengangkut energi hasil metabolisme dalam tanaman,
dan merangsang pembelahan sel dan memperbesar jaringan sel, sedangkan unsur
K berfungsi dalam pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air
keseluruh tubuh tanaman sehingga proses fotosintesis dapat meningkat.
Jika unsur N cukup tersedia dari unsur yang lainnya akan meningkatkan
kandungan protein dan daun dapat tumbuh lebih lebar, akibatnya kemampuan
tanaman untuk menangkap cahaya matahari untuk proses fotosintesis menjadi
lebih banyak. Menurut Rinsema (1986), bahwa P merupakan bahan mentah untuk
pembentukan sejumlah protein tertentu. Menurut Nyakpa (1988), unsur P dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman dan juga
berperan dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem. Menurut
Agustina (1990), Unsur K berperan dalam mengaktifkan kerja beberapa enzim
dan memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain
terutama organ penyimpanan karbohidrat.
Daun berfungsi sebagai organ utama fotosintesis pada tumbuhan tingkat
tinggi. Agar dapat menyerap radiasi matahari secara efesien, tanaman harus dapat
menyerap sebagian radiasi tersebut dengan jaringan fotosintesis yang hijau.
Menurut Gardner (1985) ,tanaman cenderung menginvestasikan sebagian besar
awal pertumbuhan dalam bentuk penambahan luas daun.
Hasil uji BNJ (Tabel 3) menunjukkan bahwa daun yang terluas diperoleh
tanaman lobak pada perlakuan kompos ampas tebu dengan dosis
742,28 g/polybag setara dengan 7,5% bahan organik, walaupun berbeda tidak
nyata dengan daun tanaman lobak dengan pemberian kompos ampas tebu dengan
dosis 489,11g/polybag setara dengan 5% bahan organik, 995,44 g/polybag setara
dengan 10% bahan organik dan tanpa pemberian kompos ampas tebu.
Kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis sangat ditentukan oleh
luas daun. Semakin besar luas daun, semakin besar pula cahaya yang dapat
ditangkap oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik
yang ditandai dengan adanya klorofil daun. Dalam hubungannya penyerapan
cahaya untuk melakukan fotosintesis, variasi bentuk daun dan ketebalan daun
sangat menentukan. Diduga pemberian kompos ampas tebu dengan dosis
742,28 g/polybag atau setara dengan 7,5% bahan organik dapat menciptakan sifat
fisik, kimia dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan penyerapan unsur
hara didalam tanah yang memungkinkan proses fotosintesis berlangsung optimal.
Menurut Hardjowigeno (1995) bahwa bahan organik dapat memperbaiki sifat
9
fisik , kimia dan biologi tanah. Sifat fisik tanah juga menyebabkan akar menjadi
lebih baik dan dapat meningkatkan absobrsi unsur hara oleh akar. Pemberian
bahan organik juga mempengaruhi sifat kimia tanah yaitu dapat memperbaiki pH
tanah. Menurut Buckman dan Brady (1982), bahwa pH tanah dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur hara, pH tanah setelah inkubasi berkisar antara
6-6,3. Menurut Rukmana (1995) tanaman lobak dapat tumbuh pada kisaran pH 66,8. Artinya pH tanah selama penelitian tergolong netral dan sesuai untuk
tanaman lobak sehingga memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik. Bila
keadaan pH tanah terlalu asam atau basa maka penyerapan unsur hara akan
terlambat sehingga pertumbuhan tanaman akan berlangsung lambat.
Selain itu juga fotosintesis juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
seperti suhu dan kelembaban udara. Rerata suhu harian selama penelitian berkisar
antara 260C-270C, kelembaban udara 72% -79%. Menurut Rukmana (1994),
bahwa suhu udara optimum untuk pertumbuhan tanaman lobak menghendaki suhu
antara 250-270 C. Proses fisiologi sangat dipengaruhi oleh suhu disekitar tanaman.
Menurut Jumin (1992) suhu mempengaruhi fotosintesis, respirasi, permeabilitas
dinding sel, absorbsi air dan unsur hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi
protein.
Menurut Aksi Agraris Kanisius (1991), bahwa tanah yang cukup
mengandung unsur N, tanaman akan berdaun lebar dan berwarna lebih hijau,
sehingga fotosintesis berjalan dengan baik. Dengan meningkatnya laju fotosintesis
sebagai pembentuk karbohidrat akan menyebabkan penambahan kehijauan daun,
sehingga jumlah CO2 dan energi matahari yang diserap semakin meningkat dan
hasil tersebut digunakan untuk pembentukan sel-sel baru, proses pembelahan sel
serta pembentukan jaringan tanaman.
Kehijauan daun merupakan indikator kandungan klorofil daun dalam
daun. Semakin hijau suatu daun maka nilai yang diperoleh semakin tinggi dan
berarti kandungan klorofil daun semakin tinggi pula (Dobermamm dan Fairhurst,
2000). Daun adalah organ utama tanaman untuk melakukan fotosintesis, sehingga
semakin tinggi kandungan klorofilnya kemampuan untuk melakukan fotosintesis
semakin tinggi pula. Hasil analisis keragaman pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
pemberian berbagai dosis kompos ampas tebu berpengaruh tidak nyata terhadap
kehijauan daun. Walaupun secara statistik menunjukkan pengaruh tidak nyata,
akan tetapi nilai kehijauan daun yang tertinggi ditunjukkan pada tanaman lobak
pada perlakuan kompos ampas tebu dengan dosis 995,44 g/polybag atau setara
dengan 10% bahan organik yaitu 46,40 spad unit (Gambar 1).
Kehijauan daun sangat dipengaruhi oleh kandungan N tanaman, karena N
merupakan salah satu penyusun utama klorofil (Taiz dan Ziger, 1998).
Berpengaruh tidak nyatanya kehijauan daun disebabkan oleh kandungan N. Unsur
N berperan dalam proses pembentukan klorofil, semakin tinggi kosentrasi
nitrogen dalam tanaman, maka kapasitas klorofil pada proses fotosintesis semakin
meningkat. Menurut Agustina (1990), nitrogen merupakan komponen utama
primordial daun, selanjutnya daun berkembang dan bentuknya menjadi lebih besar
karena adanyanya aktivitas meristem pada sumber daun, nitrogen juga merupakan
komponen utama penyusun senyawa dalam tubuh tanaman, seperti asam amino,
amida, protein, klorofil, dan alkoid.
10
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bahan organik
kompos ampas tebu berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman. Hasil
analisis uji BNJ pada Tabel 6 menunjukkan bahwa berat kering tanaman lobak
yang diberi kompos ampas tebu dengan dosis 489,11 g/polybag setara dengan 5%
bahan organik dan kompos ampas tebu dengan dosis 995,44 g/polybag setara
10% bahan organik berbeda nyata dibandingkan dengan berat kering tanaman
lobak tanpa pemberian kompos ampas tebu akan tetapi berbeda tidak nyata
dibandingkan dengan berat kering tanaman lobak dengan perlakuan kompos
ampas tebu dosis 235,95 g/polybag setara dengan 2,5% bahan organik dan
kompos ampas tebu dosis 742,28 g/polybag atau setara dengan 7,5% bahan
organik.
Daun yang paling luas pada tanaman lobak dengan pemberian kompos
ampas tebu dengan dosis 742,28 g/polybag setara dengan 7,5% bahan organik,
pada laju yang sama akan menghasilkan asimilat hasil fotosintesis yang lebih
banyak pula. Dengan demikian berat kering tanaman yang dihasilkan lebih
banyak dibandingkan dengan tanaman lobak dengan pemberian kompos ampas
tebu pada dosis lainnya walaupun berat kering tanaman yang dihasilkan berbeda
tidak nyata.
Peningkatan berat kering tanaman merupakan indikator berlangsungnya
pertumbuhan tanaman yang merupakan hasil fotosintesis tanaman. Proses
fotosintesis yang terjadi pada bagian daun menghasilkan fotosintat yang
selanjutnya ditranslokasikan ke bagian tanaman yakni batang, akar, daun, buah
dan biji. Berat kering tanaman merupakan hasil proses fotosintesis tanaman
setelah dikurangi dengan respirasi (Gardner dkk, 1985).
Berat segar tanaman erat kaitannya dengan produksi tanaman. Pada
tanaman lobak, produksi yang diukur adalah daun dan umbi yang merupakan
bagian vegetatif dan generatif dari tanaman. Hasil analisis keragaman pada
menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas tebu pada berbagai dosis
berpengaruh nyata terhadap berat segar tanaman. Pemberian kompos ampas tebu
dengan dosis 995,44 g/polybag setara dengan 10% bahan organik berbeda nyata
dibandingkan dengan berat segar tanaman lobak tanpa pemberian kompos ampas
tebu tetapi berbeda tidak nyata dibandingkan dengan berat segar tanaman lobak
dengan pemberian kompos ampas tebu dosis lainnya. Pada dosis tersebut diduga
mampu menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
lobak. Menurut Yuwono (2005) pemberian bahan organik dapat meningkatkan
kandungan oksigen (O2) didalam tanah karena terjadinya perbaikan aerasi tanah.
Struktur tanah yang gembur dan remah akan mempermudah O2 bebas yang ada di
atmosfer masuk k pori-pori tanah disekitar perakaran tanaman. O2 yang tersedia
akan digunakan oleh tanaman dalam berbagai proses metabolisme terutama
respirasi untuk menghasilkan energi.
Berkembangnya sistem perakaran dapat mempengaruhi hasil yaitu panjang
umbi (cm), diameter umbi (cm) dan berat segar umbi (g), dimana sistem
perakaran yang baik akan menyebabkan penyerapan air dan hara oleh tanaman
dapat berlangsung dengan baik pula. Unsur hara yang diserap akar akan
digunakan untuk mendukung proes fisiologis didalam tubuh tanaman guna
membentuk jaringan baru, akibatnya pertumbuhan vegetatif tanaman akan
11
meningkat. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya laju fotosintesis, sehingga
karbohidrat yang dihasilkan cukup banyak untuk pembentukan dan pembesaran
umbi. Luas daun dan pembentukan umbi yang maksimal akan menghasilkan berat
segar tanaman yang maksimal pula.
Struktur tanah yang baik menyebabkan sistem perakaran tanaman
berkembang baik, sehingga absorbsi hara dan air dari dalam tanah berjalan dengan
baik dan dapat meningkatkan laju fotosintesis sehingga hasil fotosintat tanaman
mengalami peningkatan pula. Hasil fotosintat pada tanaman lobak digunakan
untuk pertumbuhan organ vegetatif yaitu dengan menambahnya luas daun dan
kadar jumlah klorofil daun sedangkan pertumbuhan organ generatif yaitu untuk
pembentukan dan pembesaran umbi.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas
tebu berpengaruh tidak nyata terhadap berat segar umbi, diameter umbi dan
panjang umbi. Hal ini membuktikan bahwa antara tanaman tanpa pemberian
kompos ampas tebu dan pemberian kompos ampas tebu dengan berbagai dosis
menghasilkan bahwa berat segar tanaman, diameter umbi dan panjang umbi yang
berpengaruh tidak nyata.
Berdasarkan Gambar 2, 3 dan 4 menunjukkan bahwa berat segar umbi
lobak memiliki kecendrungan nilai lebih tinggi yang dihasilkan tanaman lobak
dengan pemberian kompos ampas tebu dosis yang terberat yaitu 995,44 g/polybag
setara dengan 10% bahan organik yaitu 105,30 g. Diameter umbi lobak memiliki
kecendrungan nilai lebih tinggi yang dihasilkan tanaman lobak dengan pemberian
kompos ampas 995,44 g/polybag setara dengan 10% bahan organik yaitu 2,58 g
dan memiliki kecenderungan nilai lebih rendah ada pada tanpa pemberian kompos
ampas tebu yaitu 2,18 g dan untuk panjang umbi lobak memiliki kecenderungan
nilai lebih tinggi ada pada perlakuan pemberian kompos ampas tebu dosis 489,11
g/polybag setara dengan 5% bahan organik dengan rerata 17,60 cm, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.
Hasil fotosintat yang ditranslokasikan ke umbi tanaman lobak memegang
peranan penting dalam peningkatan berat segar umbi, diameter umbi dan panjang
umbi. Jumlah fotosintat yang ditranslokasikan ke umbi dalam jumlah yang tidak
berbeda merupakan faktor utama tidak adanya perbedaan berat segar umbi,
diameter umbi dan panjang umbi.
Menurut Gardner dkk (1985) bahwa fotosintat hasil fotosintesis yang
berasal dari Source ditranslokasikan ke bagian Sink tanaman apabila
ditranslokasikan ke organ vegetatif akan menambah tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang akar dan pertumbuhan tunas. Sedangkan fotosintat yang ditranslokasikan
ke organ generatif digunakan untuk pembentukan bunga, buah dan biji termasuk
umbi.
12
C. Rangkuman Penelitian
Rekapitulasi rerata pengamatan untuk semua variabel pengamatan dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 12. Rerata Hasil Penelitian Terhadap Semua Variabel Pengamatan
Perlakuan
(g)
0
Klorofil
Daun
(Spad
Unit)
44,31
235,95
489,11
742,28
995,44
Anova
BNJ 5%
Luas
Daun
(cm2)
Berat
Segar
Tanaman
(g)
131,14b
Berat
Segar
Umbi
(g)
71,37
Diameter
Umbi
(cm)
Panjang
Umbi
(cm)
755,20ab
Berat
Kering
Tanaman
(g)
2,84b
2,18
14,77
44,36
44,50
44,96
46,49
649,40b
828,00a
873,40a
792,20ab
4,07ab
4,97a
4,40ab
5,27a
169,94ab
165,16ab
161,78ab
189,77a
91,57
89,48
86,32
105,30
2,43
2,42
2,41
2,58
17,60
17,65
15,54
17,1
tn
*
156,22
*
1,58
*
44,34
tn
tn
tn
Keterangan :tn = tidakberpengaruhnyata
*= berpengaruhnyata
D. Uji Hipotesis
Diduga dengan pemberian kompos ampas tebu dengan berbagai dosis
kompos ampas tebu akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman lobak pada tanah Podsolik Merah Kuning.
Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap variabel hasil berat segar
tanaman menunjukkan bahwa pemberian kompos ampas tebu memberikan
pengaruh nyata. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini diterima.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pemberian kompos ampas tebu dapat meningkatkan luas daun, berat kering
tanaman dan berat segar tanaman.
2. Pemberian kompos ampas tebu dengan dosis 235,95 g/polybag atau setara
dengan 2,5 % bahan organik memberikan pertumbuhan dan hasil yang efektif
tanaman lobak pada tanah Podsolik Merah Kuning.
B. Saran
Dalam penelitian ini belum ditemukan dosis kompos ampas tebu yang
optimum untuk pertumbuhan dan hasil tanaman lobak pada tanah Podsolik Merah
Kuning (PMK), oleh karena itu penelitian serupa perlu dilakukan dengan
menambah dosis kompos.
13
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L., 1980. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta
Aksi agraris kasianus. 1991. Petunjuk praktis bertanam sayuran. Kasianus.
Yogyakarta.
Berlian. N., V. M. Ali., E. Ruhayu. 1994. Wortel dan Lobak. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Biro Pusat statistik. 2000. Statistik Pertanian Tanaman Pangan. Kantor statistic
Kalimantan Barat. Pontianak
Biro Pusat statistic. 2003. Kalimantan Barat Dalam Angka. Kantor Statistik
Kalimantan Barat. Pontianak
Darmawijaya, M, I.1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Djuarnani, N. 2009. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia. Jakarta.
Gardner . FP.,R. B and R.L Mitchel .1991. Pysiology of Crop Plants (Fisiologi
Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Susilo). UI Press. Jakarta
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan percobaan. C.U Amco. Bandung.
Hardjowigeno, s. 1995. Klasifikasi Tanah Histisol. Departemen Ilmu tanah. IPB.
Bogor.
Harini, D. 2005. Pengaruh Bokashi Kiambang Dan KNO3 Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Petsai Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Skripsi
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak (tidak
dipublikasikan).
Nyakpa, M. Yusuf. 1988. Kesuburan Tanah Lempung. Penebar Swadaya. Jakarta
Purwasasmita, M. 2009b. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus
Kehidupan Dalam Bioaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia. Bandung.
Rinsema, W. T., 1986. Pupuk dan Pemupukan. Bharatara Karya Aksara. Jakarta
Rukmana, R. 1995. Budidaya Lobak. Aksi Agraris Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius-Yokyakarta.
14
Download