SERANGGA HAMA DAN PREDATOR PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) FASE GENERATIF DI KOTA PADANG Oleh: My Syahrawati dan Munzir Busniah1 ABSTRAK Penelitian tentang serangga hama dan predator pada pertanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) Fase Generatif di Kota Padang telah dilaksanakan pada Bulan April–November 2009 di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah. Penelitian berupa survei dengan mengkoleksi serangga secara langsung, dan menggunakan perangkap papan kuning, perangkap cahaya, dan fitfall trap, dan jaring ayun. Serangga hama yang ditemukan adalah Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp, Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, Riptortus linearis, Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Persentase dan intensitas serangan tergolong rendah. Jenis predator yang ditemukan adalah 3 jenis semut yaitu Dolichoderus sp, Selenopsis sp, dan Oecophylla smaragdina dari Ordo Hymenoptera famili Formicidae, Collembola, Arachnida, Coccinella sp (Coccinellidae: Coleoptera), Aeshna grandis (Aeshnidae: Odonata), Gryllidae: Orthoptera, dan Dermaptera dengan keragaman jenis tergolong rendah. I. PENDAHULUAN Tanaman sayuran menyediakan nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia karena banyak mengandung serat, vitamin dan mineral. Sayuran dapat meningkatkan daya cerna metabolisme serta meningkatkan daya tahan terhadap gangguan penyakit. Salah satu jenis tanaman sayuran penghasil serat, vitamin dan mineral adalah kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has). Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur. Bagian yang sering dikonsumsi adalah daun dan polongnya. Daun kacang panjang sangat baik bagi wanita yang menyusui karena dapat memperbanyak air susu ibu (Bisnis Bali, 2007). Polong muda banyak mengandung vitamin A,B,C sedangkan biji yang sudah tua mengandung protein tinggi (17-23%). Selain itu, tanaman kacang panjang juga dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan cover crop untuk mencegah erosi tanah. Akarnya mempunyai bintil akar yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara sehingga dapat menyuburkan tanah (Irfan dan Sunarjono, 2003). 1 Dosen pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang Di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, tanaman kacang panjang merupakan salah satu jenis tanaman penghasil sayuran yang paling banyak ditanam masyarakat petani. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang (2009), selama tahun 2007 Kota Padang telah memproduksi kacang panjang sebanyak 778 ton. Dari jumlah tersebut, 42,16% diantaranya diproduksi oleh Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah, masing-masing dengan luas areal tanam 41 ha dan 35 ha serta produksi rata-rata 4,37 ton/ha dan 4,26 ton/ha. Hasil tersebut sebenarnya dapat lebih ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas, apabila gangguan OPT, seperti hama, dapat ditekan. Secara umum diketahui bahwa jenis serangga hama yang biasa menyerang tanaman kacang panjang adalah ulat bunga/ penggerek polong (Maruca testulalis), lalat kacang (Agromiza phaseoli), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae), kutu hitam (Aphis craccivora) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003), kepik polong (Riptortus linearis) (Irfan dan Sunarjono, 2003), kumbang penggerek biji (Callosobruchus maculatus L) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003; Prabowo, 2008), dan ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Prabowo, 2008). Diantara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada, pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami merupakan alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Hal ini erat kaitannya dengan kelangsungan ekologi maupun habitat tanaman tersebut. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem (Julinatono, 2009). Salah satu jenis musuh alami hama tumbuhan menurut Untung (1993) adalah predator yakni jenis binatang yang memangsa binatang lain untuk mempertahankan eksistensinya. Secara umum, serangga predator yang ditemukan untuk tanaman kacang-kacangan (termasuk kacang panjang) di Propinsi Lampung adalah Micraspis sp., Mantidae, Andralus spinidens, Odonata, Paederus fuscipes, Oxyopes javanus, Assilidae, Coccinella sp. , C. longipennis, Sycanus sp., Syrpidae, Trigoniidae, Vespidae, Casnoidae indica, Collembola, Casnoidae ishii ishii, Tetigonidae, Carabidae, Formicidae, Cycindelidae, semut rangrang, dan Grylidae (Tengkano, Supriyatin, Suharsono, Bedjo, Yusmani, dan Purwantoro, 2009). Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, belum pernah dilaporkan tentang serangga hama dan predator di sekitar pertanaman kacang panjang di Kota Padang. Menurut Holling (1961), keberadaan predator pada suatu kawasan sangat terkait dengan keberadaan mangsanya. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang serangga hama dan predator pada pertanaman kacang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir dan menganalisis keragaman serangga hama dan predator pada pertanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) di Kota Padang. II. METODE PENELITIAN Waktu yang dialokasikan untuk penelitian mulai dari perencanaan – pelaporan adalah Bulan April – November 2009. Penelitian ini didukung oleh pengamatan lapangan dan pengamatan laboratorium. Pengamatan lapangan akan dilaksanakan di Kecamatan Kuranji dan Koto Tangah Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, sedangkan pengamatan laboratorium akan dilaksanakan di laboratorium hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Unand. Penelitian adalah penelitian survei yang dikuantitatifkan. Adapun pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengolah data bersifat nominal. Menurut Sugiyono (2001) pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang mengolah data berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Untuk mengkoleksi hama/predator dibutuhkan sejumlah peralatan seperti perangkap papan kuning, perangkap cahaya, dan fitfall trap, jaring ayun, dan pengamatan langsung dengan dibantu kaca loup. Pengamatan langsung terhadap hama/predator dilakukan terhadap hama/predator yang memang menghabiskan sebagian atau seluruh siklus hidupnya langsung pada bagian tanaman kacang panjang. Untuk mengetahui jenis dan populasi hama/predator serta pengelompokannya, seluruh hama/predator yang diperoleh dilapangan disortasi untuk memisahkan serangga berdasarkan ordo-ordo, kemudian diidentifikasi dengan cara memperhatikan ciri-ciri morfologi dibawah mikroskop binokuler lalu dicocokkan dengan Kunci Determinasi Serangga (Subyanto et al, 1991) dan atau Kunci Determinasi Serangga (Kanisius, 1991). Semua hama/predator sesuai pengelompokan, dihitung dan dimasukkan ke dalam tabulasi data yang telah disiapkan sebelumnya. Pengukuran terhadap tingkat serangan ini hanya dilakukan untuk mempertegas keberadaan serangga hama lapangan, bukan untuk serangga yang tergolong predator. Pengamatan terhadap tingkat serangan hama pada tanaman kacang panjang dilakukan pada 10 tanaman sampel untuk menentukan persentase daun terserang dan intensitas serangan. Pengamatan ini dilakukan pada saat pengamatan terakhir dilakukan di lapangan. Untuk memperoleh persentase daun tanaman kacang panjang yang terserang hama digunakan rumus: P = a/b x100% Keterangan: P = Persentase daun terserang a = Jumlah daun terserang b = Jumlah daun yang diamati Penilaian terhadap tingkat serangan berdasarkan persentase daun terserang seperti tabel berikut: Tabel 1. Penilaian terhadap persentase daun terserang dan klasifikasi tingkat serangannya pada tanaman kacang panjang Persentase Klasifikasi tingkat serangan < 10% sangat rendah 10 – 50% rendah 51 – 75% sedang >75% Tinggi Sedangkan untuk mengukur besaran intensitas serangan hama pada bagian tanaman kacang panjang digunakan rumus : P = Σ (nxv) x 100 % (ZxN) Keterangan: P = Tingkat kerusakan n = Jumlah bagian tanaman yang diamati pada kategori serangan (daun, bunga, polong) v = Nilai skala kategori serangan Z = Nilai skala kategori serangan tertinggi N = Jumlah seluruh bagian yang diamati (daun, bunga, polong) Ketentuan nilai skala kategori serangan hama tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Tabel 2. Penilaian terhadap intensitas serangan hama dan klasifikasi tingkat serangannya pada tanaman kacang panjang Intensitas serangan (skala) Klasifikasi 1 = serangan < 25% Rendah 2 = serangan 25-50% Agak rendah 3 = serangan 50-75% Agak tinggi 4 = serangan >75% Tinggi Indeks Keragaman Pengukuran terhadap indeks keragaman ini hanya dilakukan untuk mempertegas keberadaan serangga predator di lapangan, bukan untuk serangga yang tergolong hama. Untuk mengetahui indeks keragaman jenis serangga predator digunakan rumus formula Shanon and Wiener cit Rahmawaty (2000): H’ = - ∑ (Pi ln Pi) Keterangan: H’ = Indeks keragaman predator Pi = ni/N ni = Jumlah individu setiap jenis N = Total jumlah individu s = Total jumlah jenis dalam penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 1. Jenis dan Populasi Serangga Berdasarkan penelitian yang dilakukan berhasil dikoleksi 13.250 individu serangga yang diperoleh di areal pertanaman kacang panjang di lokasi penelitian. Dari jumlah tersebut 59,95% dikoleksi dari Kecamatan Kuranji, dan 40,05 dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah. Dari hasil koleksi tersebut, berhasil diidentifikasi 10 jenis hama, dan 9 jenis predator. Selain itu ditemukan 7 jenis serangga lain yang belum berhasil diidentifikasi dengan pasti dimana posisinya dalam struktur keanekaragaman serangga di lokasi penelitian. Hasil identifikasi lengkap disajikan pada Tabel 3 2. Serangga Hama pada Pertanaman Kacang Panjang 2.a. Jenis dan Populasi Setelah dilakukan separasi data, ditemukan 4.165 individu serangga hama yang tersebar dalam 10 spesies, dimana 71,57% diantaranya dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan 28,43% dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah. Tiga spesies hama yang paling banyak ditemukan adalah Myzus persicae (Aphididae : Homoptera), Aphis craccivora (Aphididae: Homoptera) dan Oxya sp (Acrididae: Orthoptera). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. 2.b. Presentase dan Intensitas Serangan Setelah dilakukan pengamatan tentang gejala serangan hama pada tanaman, hanya serangan hama M.persicae dan A.craccivora yang langsung teridentifikasi karena kedua jenis hama ini selalu berada pada bagian tanaman yang terserang, sedangkan hama yang lain tidak. Selain itu, juga teridentifikasi dua jenis gejala serangan lain berupa tusukan dan gigitan yang tidak ketahui penyebabnya, namun diduga berasal dari kelompok hama lain yang berhasil diidentifikasi (Tabel 3). Keempat gejala tersebut diukur persentase dan intensitas serangannya pada daun, polong dan bunga tanaman kacang panjang. Serangan A.craccivora paling tinggi terjadi pada polong dengan persentase serangan 18,82% dan intensitas serangan 5,24%. Adapun serangan M.persicae paling tinggi terjadi pada daun dengan persentase serangan 26,27% dan intensitas serangan 8,62%. Serangan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Kecamatan Koto Tangah masing-masing 22,94% dan 14,71%. Akan tetapi intensitas serangan di Kecamatan Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Kuranji yakni 7,60% dan 2,88%. Serangan M.persicae lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Kecamatan Koto Tangah yakni masing-masing 30,63% dan 21,91%, dengan intensitas serangannya yakni 10,05% dan 7,19%. Persentase dan intensitas serangan A.craccivora dan M.persicae tergolong rendah karena berada pada persentase 10-50% dengan intensitas serangan kecil dari 25%. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 3. Jenis dan populasi serangga yang dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang No jenis Kuranji 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Myzus persicae: Aphididae : Homoptera Aphis craccivora: Aphididae: Homoptera Drosophila melanogaster: Drosophilidae: Diptera Lalat buah - Bactrocera dorsalis: Tephritidae: Diptera Lalat hijau - Lucilia sericata: Calliphoridae: Diptera Lalat kacang Agromyza phaseoli : Agromyzidae : Diptera Empoasca sp: Cicadellidae: Homoptera Riptortus linearis: Alydidae: Hemiptera Oxya sp : Acrididae: Orthoptera Thrips sp : Thripididae: Thysanoptera Arachnida Colembola Coccinella sp : Coccinellidae : Coleoptera Dermaptera : Cecopet Fire ant- Selenopsis sp : Formicidae: Hymenoptera Black ant- Dolichoderus sp : Formicidae: Hymenoptera Semut rangrang - Oecophylla smaragdina: Formicidae: Hymenoptera Gryllidae: Orthoptera Aeshna grandis: Aeshnidae: Odonata Coleoptera Diptera Homoptera Hemiptera Hymenoptera Lepidoptera Kaki seribu Total (individu) Persentase Populasi Koto Tangah Padang Rata-rata Kuranji Rata-rata Koto Tangah Rata-rata Padang Status 1774 228 2002 221.8 28.5 125.1 Hama 878 818 1696 109.8 102.3 106.0 Hama 31 1 32 3.9 0.1 2.0 Hama 3 3 6 0.4 0.4 0.4 Hama 0 4 4 0.0 0.5 0.3 Hama 12 6 18 1.5 0.8 1.1 Hama 60 17 77 7.5 2.1 4.8 Hama 10 1 11 1.3 0.1 0.7 Hama 184 81 265 23.0 10.1 16.6 Hama 0 131 933 34 77 493 34 208 1426 0.0 16.4 116.6 4.3 9.6 61.6 2.1 13.0 89.1 Hama Predator Predator 47 0 61 2 108 2 5.9 0.0 7.6 0.3 6.8 0.1 Predator Predator 230 508 738 28.8 63.5 46.1 Predator 2439 1613 4052 304.9 201.6 253.3 Predator 0 10 193 0 193 10 0.0 1.3 24.1 0.0 12.1 0.6 Predator Predator 29 89 514 97 20 444 7 1 7943 59.95 25 73 633 175 7 234 16 4 5307 40.05 54 162 1147 272 27 678 23 5 13250 100.00 3.6 11.1 64.3 12.1 2.5 55.5 0.9 0.1 3.1 9.1 79.1 21.9 0.9 29.3 2.0 0.5 3.4 10.1 71.7 17.0 1.7 42.4 1.4 0.3 Predator Umum umum Umum Umum Umum Umum Tabel 4. Jenis dan populasi serangga hama pada pertanaman kacang panjang di lokasi Penelitian jenis No Kuranji Myzus persicae: Aphididae : Homoptera Aphis craccivora: Aphididae: Homoptera Oxya sp : Acrididae: Orthoptera Empoasca sp: Cicadellidae: Homoptera Thrips sp : Thripididae: Thysanoptera Drosophila melanogaster: Drosophilidae: Diptera Lalat kacang Agromyza phaseoli : Agromyzidae : Diptera Riptortus linearis: Alydidae: Hemiptera Lalat buah - Bactrocera dorsalis: Tephritidae: Diptera Lalat hijau - Lucilia sericata: Calliphoridae: Diptera Total (individu) Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Populasi Koto Tangah Padang Rata-rata Kuranji Rata-rata Koto Tangah Rata-rata Padang 1774 228 2002 221.8 28.5 125.1 878 818 1696 109.8 102.3 106.0 184 81 265 23.0 10.1 16.6 60 17 77 7.5 2.1 4.8 0 34 34 0.0 4.3 2.1 31 1 32 3.9 0.1 2.0 12 6 18 1.5 0.8 1.1 10 1 11 1.3 0.1 0.7 3 3 6 0.4 0.4 0.4 0 2981 71.57 4 1184 28.43 4 4165 0.0 0.5 0.3 Tabel 5. Persentase serangan hama pada tanaman kacang panjang di lokasi penelitian No Hama/gejala 1 A.craccivora 2 M.persicae 3 4 tusukan gigitan Kuranji Daun 7.39 30.63 11.95 28.18 Polong 22.94 8.75 0.00 0.00 Koto Tangah Bunga 4.17 8.34 0.00 0.00 Daun 12.23 21.91 11.22 6.35 Polong 14.71 8.86 0.00 0.00 Bunga 14.71 8.86 0.00 0.00 Daun 9.81 26.27 11.59 17.26 Padang Polong 18.82 8.81 0.00 0.00 Bunga 9.44 8.60 0.00 0.00 Tabel 6. Intensitas serangan hama pada tanaman kacang panjang di lokasi penelitian No 1 2 3 4 Hama/gejala A.craccivora M.persicae tusukan gigitan Daun 4.29 10.05 0.00 0.00 Kuranji Polong 2.88 0.79 0.00 0.00 Bunga 0.50 0.25 0.00 0.00 Daun 5.02 7.19 0.00 0.00 Koto Tangah Polong Bunga 7.60 3.13 3.19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Daun 4.66 8.62 0.00 0.00 Padang Polong 5.24 1.99 0.00 0.00 Bunga 1.81 0.13 0.00 0.00 3. Serangga Predator pada Pertanaman Kacang Panjang 3. a. Jenis dan Populasi Setelah dilakukan separasi data, ditemukan 6.771 individu serangga predator yang tersebar dalam 9 jenis/kelompok, dimana 55,97% diantaranya dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan 44,03% dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah. Jenis/kelompok predator yang paling banyak ditemukan adalah Dolichoderus sp (Formicidae: Hymenoptera) yang dikenal dengan nama semut hitam. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis dan populasi serangga predator pada pertanaman kacang panjang di lokasi penelitian Jenis/kelompok No Kuranji 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Black ant- Dolichoderus sp : Formicidae: Hymenoptera Colembola Fire ant- Selenopsis sp : Formicidae: Hymenoptera Semut rangrang - Oecophylla smaragdina: Formicidae: Hymenoptera Arachnida Coccinella sp : Coccinellidae : Coleoptera Aeshna grandis: Aeshnidae: Odonata Gryllidae: Orthoptera Dermaptera : Cecopet Total (individu) Persentase Populasi Koto Tangah Padang Rata-rata Kuranji Rata-rata Koto Tangah Rata-rata Padang 2439 933 1613 493 4052 1426 304.9 116.6 201.6 61.6 253.3 89.1 230 508 738 28.8 63.5 46.1 0 131 193 77 193 208 0.0 16.4 24.1 9.6 12.1 13.0 47 61 108 5.9 7.6 6.8 29 10 0 3790 55.97 25 0 2 2981 44.03 54 10 2 6771 3.6 1.3 0.0 3.1 0.0 0.3 3.4 0.6 0.1 3. b. Keragaman spesies Berdasarkan pengolahan data tentang keanekaragaman spesies predator, didapatkan nilai keragaman Shanon-Wiener . Angka ini berarti keragamannya tergolong rendah. PEMBAHASAN Sistem pertanian di Kecamatan Kuranji relatif polikultur. Tanaman kacang panjang ditanam diareal persawahan yang dikeringkan, dilakukan untuk rotasi tanaman. Disekitar pertanaman kacang panjang, ada pertanaman cabai, terung, pitulo, pisang, padi sawah, dan beberapa tanaman tahunan seperti kelapa, dan jengkol. Disamping itu, tanaman kacang panjang ditanam pada bedengan dengan mulsa plastik, dan tanpa dilakukan penyiangan terhadap gulma yang tumbuh dilekukan antar bedengan. Beberapa kali dilakukan penyemprotan pestisida sintetik seperti lebaycid. Sistem pertanian di Kecamatan Koto Tangah agak berbeda dengan Kuranji. Para petani menanam tanaman kacang panjang di gurun di pinggiran persawahan, yang memang tidak diperuntukkan untuk bertanam padi sawah. Ada juga yang bertanam di ladang yang berada dekat peternakan ayam. Oleh sebab itu, sistem pertanian di lokasi ini kurang polikultur, hanya ada persawahan atau tanaman tahunan seperti kelapa dan rambutan disekitar areal persawahan. Untuk pemeliharaan tanaman, petani melakukan penyiangan gulma dan penyemprotan dengan pestisida seperti Dursban (Gambar 1). Menurut Quicke (1997), nilai kompleksitas suatu daerah dikatakan tinggi jika daerah itu disusun oleh vegetasi yang beragam. Habitat yang beragam dalam pengertian memiliki jenis tanaman yang banyak pada suatu daerah menyediakan sumber daya yang mendukung kehidupan serangga. Tanaman yang beranekaragam pada suatu wilayah dapat mengurangi persaingan antar spesies sehingga keberhasilan hidup serangga disuatu wilayah lebih terjamin. van Emden (1991) menyatakan peningkatan keanekaragaman habitat pada suatu kawasan pertanian dapat meningkatkan keanekaragaman serangga hama dan serangga bermanfaat (musuh alami) dan mengurangi kerusakan tanaman oleh hama. Diyakini bahwa perbedaan sistem pertanian antar kedua lokasi penelitian memberikan pengaruh yang besar terhadap struktur komunitas serangga di areal pertanaman kacang panjang tersebut. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa keragaman jenis serangga lebih tinggi di Koto Tangah, akan tetapi populasi serangga di Kecamatan Kuranji lebih tinggi dibandingkan di Kecamatan Koto Tangah (Tabel 3). Di Koto Tangah ditemukan 10 jenis hama, sedangkan di Kuranji hanya ditemukan 9 jenis. Dari segi populasi, Kuranji lebih tinggi dibandingkan Koto Tangah, dengan selisih perbedaan mendekati 47% (Tabel 4). Begitu juga halnya dengan keberadaan predator. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena Kuranji menerapkan pola tanam polikultur, tanpa penyiangan gulma sedangkan Koto Tangah kurang polikultur dengan penyiangan gulma. Gulma diduga berpengaruh terhadap populasi inang alternatif bagi serangga hama dan predator untuk hidup dan berkembangbiak. Tumbuhan liar semisal gulma merupakan komponen agroekosistem yang penting, karena secara positif dapat mempengaruhi biologi dan dinamika musuh alami (Altieri dan Nicholls 2004). Tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar pertanaman tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung (shelter) dan pengungsian musuh alami ketika kondisi lingkungan tidak sesuai (van Emden 1991), tetapi juga menyediakan inang alternatif dan makanan tambahan seperti tepung sari dan nektar dari tumbuhan berbunga serta embun madu yang dihasilkan oleh ordo Homoptera (Altieri dan Nicholls 2004). Banyak penelitian memperlihatkan bahwa manipulasi tumbuhan liar dapat meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman musuh alami (Yaherwandi et al. 2005). Serangga hama yang ditemukan adalah Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp, Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, Riptortus linearis, Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Dari 10 spesies hama tersebut, M. persicae dan A.craccivora merupakan 2 spesies yang paling banyak ditemukan (Tabel 4). Serangan M. persicae dan A.craccivora lebih nyata teridentifikasi karena berada dalam jumlah yang sangat banyak, dan selalu berada pada bagian tanaman yang terserang (Tabel 5 dan 6). Sedangkan hama yang lain memiliki mobilitas yang tinggi dan juga kemungkinan berasosiasi dengan gulma disekitarnya. Kutu hitam (Aphis craccivora) menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong (Warintek Bantul, 2009). Biasanya serangan terjadi pada pucuk tanaman, menyebabkan tanaman menjadi layu dan pertumbuhan terhambat. Adapun serangan M. persicae menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan serangga ini (Deptan a, 2009). Persentase bagian tanaman yang terserang dan intensitas serangan M. persicae dan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Koto Tangah dengan intensitas serangan beragam. Namun setelah dikuantitatifkan ternyata serangan kedua hama ini tergolong rendah (Tabel 5 dan 6). Rendahnya serangan ini diduga kuat dipengaruhi oleh keberadaan predator di lokasi penelitian. Keragaman musuh alami yang tinggi bermanfaat dalam pengendalian hayati karena masing-masing jenis memiliki inang sasaran dan stadia yang berbeda sehingga tekanan terhadap mangsa akan semakin tinggi (LaSalle, 1997). Di Kuranji ditemukan 6 jenis predator, sedangkan di Koto Tangah ditemukan 8 jenis predator. Jenis predator yang ditemukan adalah 3 jenis semut yaitu Dolichoderus sp, Selenopsis sp, dan Oecophylla smaragdina dari Ordo Hymenoptera famili Formicidae, Collembola, Arachnida, Coccinella sp (Coccinellidae: Coleoptera), Aeshna grandis (Aeshnidae: Odonata), Gryllidae: Orthoptera, dan Dermaptera (Tabel 7). Dilihat dari indeks keragaman predator , tergolong rendah. Semut dari Famili Formicidae ternyata mendominasi jenis dan populasi serangga predator. Pada satu sisi kelihatan menguntungkan karena semut merupakan predator yang cukup efektif untuk mengendalikan telur lalat buah dan ulat daun (Soeprapto,. 1999). Akan tetapi jika mencermati tingginya populasi serangga kutu hitam dan kutu daun, maka keberadaan semut harus diwaspadai karena bukan pada posisi mempredasi namun justru bekerjasama saling menguntungkan. Borror et al (1992) menyatakan bahwa serangga jenis Aphid dipelihara oleh semut. Aphid muda hidup disarang semut dan diantarkan semut ke tanaman inangnya sehingga Aphid dengan mudah menemukan inangnya. Sedangkan semut mendapatkan hasil sekresi Aphid berupa embun madu. Populasi Collembola yang cukup tinggi, nomor 2 setelah Dolichoderus sp masih menjadi pertanyaan, seberapa besar efektifitasnya sebagai predator. Karena berdasarkan Borror et al (1992) dan Lilies (2003), serangga yang tergolong Colembola dapat menjadi pelapuk, pemakan bangkai, predator dan juga hama. Jenis predator yang patut diperhitungkan adalah Arachnida, Coccinella sp, dan Aeshna grandis. Meskipun dari segi populasi berada dibawah Hymenoptera dan Collembola, namun ketiga jenis predator ini sangat potensial dalam mengendalikan serangga hama. Arachnida atau laba-laba dikenal sebagai ”predator segala”. Laba-laba merupakan predator polifag sehingga berperan penting dalam mengontrol populasi serangga. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dari seluruh kelompok predator yang terdapat pada ekosistem sawah, sekitar 16-35% adalah laba-laba (Riechert & Lockley, 1984). Labalaba Oxyopes javanus mampu mengendalikan serangan kepik polong (Soeprapto,. 1999). Lycosa psudoannulata merupakan pemangsa wereng yang efektif (Lilies, 2003). Dari hasil penelitian berhasil diidentifikasi Oxyopes javanus, Lycosa pseudoannulata, Plexippus sp, Tetragnatha sp, Liniphiidae, dan Thomisidae. Coccinella sp yang ditemukan ada dua jenis yaitu Coccinella transversalis dan Harmonia sp. Genus Coccinella ini merupakan pemangsa aphid (Borror et al, 1992). Larva Harmonia sp, menurut Shepard et al. (1987), lebih rakus dari pada yang dewasa dengan memakan 5-10 mangsa (telur, nimfa, larva, imago) kutu daun dan wereng tiap hari. Belum ada laporan khusus tentang efektifitas capung Aeshna grandis dalam mengendalikan mangsa dan jenis mangsanya. Akan tetapi diketahui bahwa setiap tahapan hidupnya adalah predator dengan kisaran mangsa yang luas (Borror et al, 1992). Secara umum, meskipun jenis dan populasi hama tergolong tinggi, akan tetapi persentase dan intensitas serangannya tergolong rendah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh keberadaan predator dalam jenis dan populasi yang cukup beragam meskipun dalam keragaman . Dokumentasi hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas yang telah mendanai penelitian ini dengan nomor kontrak 088/H.16/PL/DIPA/I/2009. III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang serangga hama dan predator pada pertanaman kacang panjang, dapat disimpulkan bahwa : 1. Serangga hama yang ditemukan adalah Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp, Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, Riptortus linearis, Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Dari 10 spesies hama tersebut, M. persicae dan A.craccivora merupakan 2 spesies yang paling banyak ditemukan. 2. Serangan A.craccivora paling tinggi terjadi pada polong dengan persentase serangan 18,82% dan intensitas serangan 5,24%. Adapun serangan M.persicae paling tinggi terjadi pada daun dengan persentase serangan 26,27% dan intensitas serangan 8,62%. 3. Serangga predator yang ditemukan adalah 3 jenis semut yaitu Dolichoderus sp, Selenopsis sp, dan Oecophylla smaragdina dari Ordo Hymenoptera famili Formicidae, Collembola, Arachnida, Coccinella sp (Coccinellidae: Coleoptera), Aeshna grandis (Aeshnidae: Odonata), Gryllidae: Orthoptera, dan Dermaptera. 4. Predator potensial adalah Arachnida, Coccinella sp dan Aeshna grandis 5. Keragaman jenis serangga hama dan predator lebih tinggi Di Kuranji dibandingkan Koto Tangah. Di Kuranji ditemukan 9 jenis hama dan 6 jenis predator, sedangkan di Koto Tangah ditemukan 10 jenis hama dan 8 jenis predator. Indeks keragaman ... Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang efektifitas Arachnida, Coccinella sp dan Aeshna grandis dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman kacang panjang. Daftar Pustaka Arzal. 2008. Kumbang Helem, Teman Setia Petani. www.kttp.deptan.go.id. Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. Bisnis Bali. 2007. Bertanam Kacang Panjang. Borror, D.J., C.A. Triplehorn., and N.F. Johnson. Pengenalan Serangga Ed.VI. (terjemahan). GMUP. Yogyakarta. BPTP Bogor-JICA. 1990. Petunjuk bergambar untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia – II. Bogor. CSIRO Australia. 1991. The Insect of Autralia: a textbook for student dan research worker. Melbourne University Press. Australia. Deptan. 2009a. Metode Pengamatan OPT Tanaman Sayuran. http://ditlin.hortikultura. deptan. go.id/makalah/peng_tan_sayur.htm. Deptan. 2009b. Ulat Tanah. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/opt/tomat/ult_tanah.htm 2009. Deptan. 2009c. Kutu Daun. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/opt/jeruk/kutu_dn/kutu_ daun.htm. Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang. 2009. Produksi Sayur-sayuran menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman. http://www.padang.go.id/v2/content/ view/1076/184/ Holling, C. S., 1961. Principles of Insect Predation. Ann. Rev. Entomol. 6 : 163-182. Herminanto, 1999. Respon Fungsional dan Perkembangan Predator Coelophora inaequalis Thunb. sebagai Musuh Alami Kutu Tanaman Aphis craccivora Koch. Lap. Penel. Fak. Pertanian Unsoed. Purwokerto. 45 hal. Husni. 1998. Rahasia Penciptaan Binatang. Dimensi. 1(1): 6-7. IEP. 2009. Metode Pengamatan OPT Tanaman Sayuran. IPTEKnet. 2009a. Budidaya Kacang Panjang. http://banten.litbang.deptan.go.id/ index.php? option=com_content&task =view&id=22&Itemid=61. IPTEKnet. 2009b. Petsai. http://iptek.net.id/ind/teknologi_ pangan/index.php? mnu= 2&id =201. IPTEKnet. 2009c. Teknologi Pangan. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index. php?mnu=2&id=288 Irfan dan Sunarjono, H. 2003. Bertanam Kacang Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Julinatono, J. 2009. Mengenal Predator diantara Hama Serangga. http://www.tanindo.Com/ abdi10/hal3001.htm Kanisus. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisus. Yogyakarta. Kusmara. 2009. Laba.I.W. 2001. Keanekaragaman Hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah Sains (PPs 702)/ S3 Institut Pertanian Bogor. Lasalle J, Gauld, ID. 1997. Hymenoptera: Their diversity and their impact on the diversity of other organism dalam LaSalle, Gauld (ed). Hymenoptera and Biodiversity. Wallingford:CAB International. Lilies, S.C. 2003. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta. Natural Nusantara Jogjakarta. 2008. Budidaya Cabai Merah. http://www.naturalnusantara. co.id/ indek _3_3_3. php?id=54. Omkar & R.B. Bind. 2004. Prey quality dependent growth, development and reproduction of a biocontrol agent, Cheilomenes sexmaculata (Fabricius) (Coleoptera: Coccinellidae). Biocont. Sci.Tech. 14(7): 665-673. Omkar, G. Mishra, S. Srivastava, A.K. Gupta. & S.K. Singh. 2005. Reproductive performance of four aphidophagous ladybirds on cowpea aphid, Aphis craccivora Koch. J. Appl. Entomol.129(4):217-220. Prabowo, A.Y. 2008. Cara Cerdas Meningkatkan Produksi Kacang Panjang. http://indonesia-agriculture.blogspot.com. PPPTP. 2009. Plantamor. 2009. Klasifikasi Kacang Panjang. http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid =1281. Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Tengkano, Supriyatin, Suharsono, Bedjo, Yusmani, dan Purwantoro. 2009. Status Hama Kedelai dan Musuh Alami pada Agroekosistem Lahan Kering Masam Lampung. Thamrin, M dan Asikin, S. 2009. Pengendalian Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F) di Tingkat Petani Lahan Lebak Kalimantan Selatan. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. GMUP. Yogyakarta. Wagiman, F.X., S. Turnipseed, andW. Linser. 1987.An evaluation of soybean pests, factor affecting heir abundance and recombination for integrated pestmanagement in Java. Survey report. Department of Entomology and Phytopathology, Fac. Of Agric. Gadjah madaUniv. Yogyakarta. 21p. Warintek Bantul. 2009. kedelai http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata& kat=1&sub=2&file=59. Winasa. I.W dan Nurmansyah, A. 2000. Kajian Artropoda Predator Epigenik dan Penghuni Tajuk di Ekosistem Kedelai: Suatu Pendekatan Ekologi Lansekap. LPPM IPB. Bogor.