1 GONDANG BOROGONG DI UJUNG BATU ROKAN HULU RIAU Ratih Sukat Mini, ABSTRAK Musik tradisional gondang borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu Riau mulai ada pada Tahun 1937 yang dahulunya alat musik ini terbuat dari kayu yang diberi nama Gambang, kemudian seiring perkembangan jaman bentuk dan bahan dasar gondang barogong berubah. Bentuk alat musik tradisional gondang borogong ini yaitu berupa celempong 6 buah, gondang 2 buah dan gong 1 buah. Fungsi dan makna musik tradisional gondang borogong adalah untuk menyambut tamu kebesaran serta adat lainnya sedangkan maknanya sebagai identitas budaya setempat dan juga sebagai simbol budaya bagi masyarakat Rokan Hulu. Teknik dan bentuk komposisi musik tradisional gondang borogong tidak dituliskan dalam bentuk komposisi notasi balok maupun not angka. Komposisi gondang borogong ini dimainkan berdasarkan cara-cara tradisional, seperti diajarkan secara langsung dengan menghapal bunyi yang akan dimainkan.. Kata kunci : Musik, Gondang Barogong, Rokan Hulu Riau A. Sekilas Sejarah Gondang Barogong Kabupaten Rokan Hulu merupakan kabupaten pemekaran di Propinsi Riau pada tahun 1999 ( UU No 3 1999) yang memiliki potensi baik itu potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, salah satu potensi tersebut yaitu seni-seni tradisi. Kabupaten Rokan Hulu ini terdiri dari 16 Kecamatan yang salah satunya yaitu kecamatan Ujung Batu. Salah satu musik tradisional yang ada pada daerah tersebut yaitu Gondang Borogong. Saat ini sangat jarang dijumpai alat musik ini dimainkan oleh kaum pemuda di daerah tersebut. Padahal musik Gondang Borogong ini adalah musik yang memiliki perpaduan irama yang sangat merdu. Perpaduan irama gondang barogong dapat menggerakkan batin dan raga, oleh karena itu hal ini tidak berlebihan jika Gondang Borogong identik dengan seni silat. Namun melihat kurangnya minat pemuda-pemudi di Ujung Batu untuk memainkan alat musik ini, serta kurangnya pembbinaan serta perhatian khusus dari pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu mengenai musik tradisional Gondang Borogong akan dapat mempengaruhi keberlangsunganya. Oleh karena itu melihat fenomena ini, Penulis berkeinginan untuk meneliti dan mendeskripsikan bagaimana “Keberadaan Musik Tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu Riau”. Keberadaan musik tradisional Gondang Borogong mulai tercipta pada Tahun 1937 yang dahulu namanya adalah Celempong. Jauh sebelum itu mulai abad ke-14 orang memakai alat musik tersebut dengan menggunakan kayu yang diberi nama Gambang. Setelah peresmian Raja Rokan turun temurun dengan 9 Raja 2 Sultan, maka lambat laun habislah keturunan Raja. Oleh karena itu Rokan pada saat itu membutuhkan seorang pemimpin, maka diambilah keturunan Raja dari Pagaruyung Sumatera Barat yang bernama Tengku Ibrahim. Pada kesempatan itu pula Tengku Ibrahim diresmikan menjadi seorang Raja, dalam istilahnya Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 2 Raja yang di Rajakan, karena sebelum itu pula beliau adalah keturunan Raja, maka disebutlah istilah seperti itu. Acara Borolek Godang, yang maksudnya adalah acara besar untuk Raja Rokan yang baru, dan acara tersebut dilaksanakan selama 7 hari 7 malam. Dari peresmian tersebut maka diundanglah seluruh masyarakat Rokan untuk melihat Raja yang baru. Hari yang pertama adalah Olek dari persukuan 5 suku yang ada di Rokan dan dilakukan secara berganti-gantian tiap harinya, sesudah acara tersebut maka barulah dari Olek Raja, keluarga raja yang mengadakan Olek tersebut. Tetapi ada pula nama Olek raja itu sendiri yaitu yang dinamakan Olek Ninik Mamak. Pada kesempatan itu pula di adakanlah suatu pagelaran seni tradisional Rokan yang berupa Pencak Silat, Silat Pisau, Silat Pedang dan tari payung. Setelah acara tersebut ditampilkan maka Raja juga ingin mendengarkan musik Gambang yang ada di Rokan, maka dipanggillah 2 Orang Pakar Seni pada masa itu untuk membunyikan Gambang, dan Raja pun menikmati pertunjukan seni Gambang tersebut. Tetapi tampaknya Raja belum puas sampai disitu saja. Beliau berkeinginan untuk mengundang kesenian tradisional celempong yang di datangkan dari Sumatera Barat tepatnya di daerah Batu Sangkar. Tujuan dari Raja mengundang kesenian tradisional tersebut yaitu beliau berkeinginan agar pakar seni Rokan dan pakar seni Batu Sangkar saling mengenal alat musik tradisional satu sama lain. Adapun acara tersebut dilakukan selam 3 hari 3 malam lamanya. Setelah acara tersebut berlangsung selama 3 hari 3 malam, maka dipanggillah pakar seni Gambang dan pakar seni Celempong ini oleh Raja. Pada kesempatan itu disusunlah Gambang kayu tadi oleh pakar Seni Celempong, tetapi mereka tidak dapat memainkannya karena bunyi Gambang tersebut mengambang. Lagu apapun yang akan dibuat tidak bisa mereka mainkan, karena hasil bunyi dari Gambang tersebut mengambang. Melihat kejadian itu maka disuruhlah pakar seni Gambang untuk menyusun Celempong dan menuruti letak Gambang yang telah mereka susun tadi. Kemudian di samakan dengan nada gambang ,dipukul Gambang no 1, dipukul pula Celempong dengan menyesuaikan nada gambang no 1, di pukul pula Gambang yang no 2, dan disamakan lagi Celempong menurut nada gambang no 2.Begitu seterusnya sampai ke enam Gambang. Jadi kesimpulan dari pengujian bunyi tersebut Celemponglah yang mengikuti nada dari Gambang. Dari fenomena itulah Raja menobatkan alat musik Gambang ditukar menjadi Celempong dengan susunan yang sama yaitu pada tahun 1937. Selanjutnya Pakar Seni memikirkan lagi lagu apa yang akan dibuat. Dari itu mereka menciptakan sebuah lagu yang bersifat alami. Apa yang terjadi disekitar, itulah suatu nada yang akan mereka buat. Karena mereka ahli seni 1 ketukan yang ganjil saja bisa dijadikan suatu komposisi musik. Lagu-lagu tersebut tercipta dari peristiwa berikut ini : 1. Lagu Tigo Lalu Gonto Kudo, lagu tersebut diambil dari Kejadian Raja yang akan dibawa ke Istana dengan menggunakan Kuda. Kuda tersebut mempunyai Gonto/kalung yang berjumlah 3 buah, karena ada tiga buah maka Gonto tersebut berayun-ayun dan menghasilkan bunyi. Dari kejadian itulah mereka telah menciptakan lagu yang berjudul Tigo lalu Gonto Kudo maksudnya yaitu Tigo adalah 3 Orang yang berlalu diantaranya sang Raja tadi, Tuan Putri, dan Hulu Balang, sedangkan Gonto Kudo itu adalah Gonto yang dimiliki oleh kuda tadi. 2. Lagu Sanayuong, yang berasal dari kata ke Istana Bang Yuong. Lagu tersebut diambil dari kejadian Raja yang menyuruh anaknya ke Istana, maka tercipta pula lagu Sanayuong. 3. Lagu Tigo Lalu, yang artinya tiga berlalu. Lagu tersebut diambil dari peristiwa seoarang calon pengganti Raja yang hendak pergi ke Balai tempat Ia akan di nobatkan menjadi Raja yang baru. Tetapi beliau pada saat itu ditemani oleh dua orang kakaknya, karena mereka ingin pergi ke Balai. Maka terciptalah lagu Tigo Lalu. Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 3 4. Lagu Tigo Bonti, yang artinya tiga berhenti. Lagu tersebut diambil dari kisah seorang Raja tadi bersama dua orang kakaknya yang hendak pergi ke Balai. Sesampainya di Balai kemudian mereka berhenti sesaat untuk naik kebalai. Maka ketika mereka berhenti terciptalah lagu Tigo Bonti tersebut. 5. Lagu Nanggunai, yang berasal dari kata Nan Anggun Naik(yang anggun naik). lagu tersebut diambil dari penobatan Raja. Pada saat itu Raja tadi memanggil sang Kakak untuk ikut serta menaiki Balai. Maka terciptalah lagu Nanggunai tersebut. 6. Lagu Kubik-kubik, lagu tersebut yang maksudnya adalah memanggil orang tanpa bersuara. Pada saat itu sang kakak tadi menaiki Balai dan kemudian meng Kubikkubik( memanggil ) Orang-orang untuk menyaksikan penobatan Raja yang baru yaitu Adiknya sendiri. Dari cara Kakak tadi memanggil orang-orang tanpa tanpa bersuara maka tercipta pula lagu Kubik-kubik tersebut. 7. Lagu Timbang Baju, lagu tersebut tercipta ketika semua orang sudah berkumpul untuk menyaksikan penobatan sang Raja dan menimbang baju Raja yang akan di kenakannya. Pada saat itu tradisi timbang baju memang wajib dilakukan, karena peraturan tersebut memang sudah dilakukan oleh Raja-raja sebelumnya. Berat baju Raja yang lama harus sama dengan berat baju Raja yang baru walaupun mereka memiliki postur tubuh yang berbeda. Oleh karena itu raja yang baru ingin meminta tolong kepada Dua Kakaknya agar bajunya di timbang. Lalu Ia berkata Kak... kak... timbang baju, kak...kak timbang baju. Maka tercipta pula lagu itu yang berjudul Timbang Baju. 8. Lagu Atiek Bosa Sekali, lagu tersebut tercipta ketika Keluarga Raja mengadakan Do’a bersama , dan bertahlil setelah Ia diresmikan. Dari peristiwa tersebut tercipta lagu Atiek Bosa Sekali, yang artinya Tahlil Sekali. 9. Lagu Atiek Bosa Duo kali, berhubung tamu undangan berdatangan, yang bermaksud ingin berdo’a, dan bertahlil bersama, tentunya Tahlil dilakukan dua kali. Maka dari peristiwa tersebutlah tercipta lagu Atiek Bosa Duo Kali. 10. Lagu Kak kak jopuk ku baliek, yang artinya kak kak jemput Aku lagi. Lagu tersebut tercipta sesudah selesai acara berdo’a dan bertahlil bersama. 11. Lagu Anta ku pulang, yang artinya Antar aku pulang. Setelah penjemputan tadilah Raja yang juga mempunyai dua Kakak tadi meminta agar Kakaknya mengantar Ia pulang. 12. Lagu Puti dayang boinai, Lagu tersebut tercipta saat sang Raja tadi telah sampai di Istana dan di Inai-inai oleh para dayang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Bapak Sarifudin ( tanggal 21 Januari 2012), mengapa Celempong Rokan hanya Enam buah saja, yaitu karena Ke-Enam Celempong tersebut merupakan bilangan Penghulu dalam Suku yang ada di Rokan, dalam penjelasannya yaitu sebagai berikut : 1, Suku Melayu : 2. Suku Mandailing,3.Suku Piliang,4 Suku Caniago,5 Suku Potopang,6, Penghulu Pasa Sedangkan Gendang tradisional Rokan hanya dua yaitu karena pada masa kerajaan dahulu Raja memiliki 2 orang kepercayaannya yang pertama dinamakan Hulu Balang Raja, dan Hulu Balang Penghulu. Kemudian Gong itu hanya satu karena melambangkan seorang Pemimpin yaitu Raja. Kepemimpinan yang hanya dilakukan oleh satu Orang saja. Itulah sejarah dan keberadaan musik tradisional Gondang Borogong, yang berasal dari kata Gendang dan Gong. Tetapi karena pengaruh bahasa yang ada di Rokan maka menjadilah Gondang Borogong, dan mengapa Celempong tidak di ikut disertakan untuk nama musik tradisional tersebut. Karena Celempong yang berjumlah Enam buah itu melambangkan dari Penghulu dalam tiap Suku. Maka dari itu celempong tidak di sebutkan dalam nama musik tradisional Rokan Hulu. Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 4 B. Instrumen Musik Tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu. a. Celempong Gambar Celempong Pada musik tradisional Gondang Borogong fungsi Celempong yaitu sebagai pembawa melodi disetiap lagu. Adapun nada-nada yang dimiliki oleh celempong yaitu sebagai berikut. Berikut Notasi dari nada Celempong tersebut : G B D F Dis C Pada alat musik Celempong ini ada pemain Poningkah( pembuat bass ) dan pemain Polalu ( pembuat melodi ), dan dalam memainkannya sudah ada aturan dan pembagiannya. Berikut pembagian dari pemain Celempong Ponigkah( pembuat bass ) dan Celempong Polalu ( pembuat melodi ). - Pemain Poningkah memainkan Celempong nomor 1 dan 2. - Sedangkan Pemain Polalu dapat memainkan Celempong nomor 2, 3, 4, 5, 6 terkecuali nomor 1. Karena Celempong nomor 1 hanya untuk pembuat Poningkah (bass) dan tidak pernah digunakan dalam pembawaan melodi. Walaupun pemain Polalu (pembuat melodi) juga memainkan Celempong nomor 2, dan pemain Poningkah (Pembuat bass) juga memainkan Celempong nomor 2, tapi uniknya permainan mereka tidak pernah beradu. Itulah kelebihan dari alat musik celempong jika dilihat dari cara memainkannya. Celempong adalah alat musik yang dimanikan dengan cara dipukul yang terbuat dari campuran kuningan dengan timah putih, melalui sistem pengecoran fero, ketebalan 1 mm dengan bentuk dan ukuran standar sebagaimana gambar teknis diatas. Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 5 b. Tokok celempong Gambar Tokok celempong Tokok Celempong adalah alat yang fungsinya untuk menokok Celempong yang terbuat dari kayu mahang. Kayu ini dipakai dengan pertimbangan ringan dan menghasilkan nada yang maksimal, serta tidak merusak celempong, jika jenis kayu tersebut tidak ada, dapat digantikan dengan kayu lain yang serupa atau sejenis. Tokok Polalu agak panjang bangkulnya, karena mempertimbangkan pemakaian penokok yang cepat serta menghasilkan nada yang melengking. Sedangkan Tokok Poningkah agak bulat telur bangkulnya dengan pertimbangan menghasilkan nada bas yang keras dan bulat. c. Ogong Gambar Ogong Ogong atau yang disebut dengan gong adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, nada yang dihasilkan dari gong ini adalah ”gung” dengan fonologi sesuai sampel standart milik Bapak Taslim. F dan fungsinya dalam musik tadisional Gondang Borogong yaitu sebagai pembawa Poningkah atau bass. Ogong digantung dengan tali yang ditahan oleh kutimba untuk menjaga keseimbangan ogong serta memberikan bunyi yang diinginkan, jika tiang ogong tidak dapat dipergunakan maka tali ini dapat dijinjing dalam memfungsikan selain memakai tiang Ogong. Gantungan ogong terbuat dari kayu loso ( loso tanduk atau loso bungo ). Pada sisi depan gantungan ogong terdapat ukiran melayu bermotif kucing sedang bergelut, yang melambangkan gerakan dinamis dari seni silat. Ukiran ini bukan ketetapan yang mutlak, hanya pada saat pengadaan 50 set alat musik ini dibuat motif tersebut, berikut filosofinya. Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 6 d. Tokok Ogong Gambar Tokok Ogong Tokok Ogong terbuat dari kayu kera satau dari smambu dan lalangkau, sejenis rotan. Bungkulan tokok gong terbuat dari sigaret, yaitu getah yang terdapat pada pulan ( parit bekas potongan karet ). Sedangkan pertimbagan getah ini kadar airnya sangat sedikit, berkualitas, tahan lama, dan menghasilkan nada gong yang sempurna, serta dapat menghindar dan kecedraan terhadap bungkulan ogong. Notasi dari pukulan Ogong yaitu: e. Gondang Gondang terdiri dari dua, pertama gondang polalu ( melodi ) dan kedua gondang poningkah ( Bass ). Kedua bentuk gondang ini pada dasarnya sama, baik ukuran maupun bentuk, hanya setelan ketegang kulit, dan cara pemukulan yang berbeda, sehingga menghasilkan nada melodi dan bass. Fungsinya dalam musik tradisional Gondang Borogong yaitu sebagai pembawa ritme dan juga tempo. Gambar Gondang Gondang terbuat kaya kayu loso ( loso bungo atau loso tanduk), karya loso tersebut dibuat Baluh ( lobang tembus ), lalu dibalut dengan kulit kambing atau biri-biri didalamnya ditahan dengan rotan sogo, kemudian disirek dengan rotan sogo, kemudian diikat dengan ikek jijak murai. Nada yang dihasilkan sebuah Gondang tergantung kepada kulit yang dipakai, kulit cingkuk ( monyet ) adalah nada yang paling berkualitas, lalu diikuti oleh kulit kijang, biri-biri dan kambing. Sedangkan bagian yang terbaik dari kulit-kulit tersebut adalah pada bagian perut. Pemukul Gondang terbuat dari rotan sogo yang agak dilengkungkan. - Gondang Poningkah (pembuat bass) - Gondang Polalu (pembuat melodi) Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 7 C. Fungsi dan Makna dari Musik Tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu 1. Fungsi musik Gondang Borogong a. Untuk penobatan Raja pada zaman dahulu. Musik tradisional Gondang Borogong ini dimainkan ketika saat penobatan Raja tersebut berlangsung, dan dimainkan selama satu hari satu malam dan ditambah sampai setengah hari lagi. b. Untuk menyambut Bupati dan tamu besar lainnya. c. Untuk hiburan pada acara pernikahan. Pada umumnya musik Gondang Borogong yang dimainkan pada saat acara pernikahan dilakukan ketika pihak pengantin laki-laki hendak memasuki gerbang dan bertemu dengan pihak pengantin perempuan. Tetapi ada pula musik Gondang Borogong ini yang dimainkan satu hari sebelum pesta pernikahan berlangsung yaitu dimainkan dari pagi hari hingga sore hari dimana ketika ibu-ibu sedang masak-memasak, dan bapak-bapak sedang memasang tenda. d. Untuk hiburan pada acara khitanan. e. Untuk iringan musik ketika hendak menanam padi. f. Untuk hiburan menjalang mamak pada saat Hari Raya Idul Fitri dengan acara maafmaafan. Acara ini di lakukan satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri berlangsung, dan biasanya dilaksanakan di LKA (Lembaga Kerapatan Adat). g. Untuk Perlombaan Pacu sampan dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Acara ini biasanya di laksanakan selama 3 hari setelah hari raya, yang diadakan di Sungai Rokan. Selama perlombaan tersebut berlangsung Gondang Borogong terus di mainkan sampai acara perlombaan pacu sampan selesai. Acara ini dimulai dari siang sampai sore hari. h. Untuk acara hiburan dalam rangka HUT-RI, biasanya dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia di Ujung Batu mengadakan berbagai macam perlombaan, salah satunya yaitu panjat pinang. Pada saat perlombaan panjat pinang inilah musik Gondang Borogong dimainkan, hingga perlombaan tersebut selesai. 2. Makna musik Gondang Borogong Makna dari musik tradisional Gondang Borogong bagi masyarakat Ujung Batu yaitu: a. Sebagai identitas budaya, disetiap kampung-kampung di Rokan Hulu kelompok seni tradisional Gondang Borogong selalu ada, meski dengan keterbatasan alat, namun tradisi ini tetap bertahan sehingga seni tradisional Gondang Borogong ini telah menjadi identitas bagi masyarakat Rokan Hulu sampai saat sekarang ini b. Sebagai simbol budaya setempat dan sangat tinggi nilainya dalam adat istiadat. Hanya musik tradisional Gondang Borogonglah yang telah menjadi khasanah budaya Rokan Hulu. Oleh karena itu, apapun itu acaranya, baik acara-acara besar, sampai acara adat sekalipun, musik Gondang Borogong masih dipakai hingga saat sekarang ini dan dijuluki dengan bunga adat. D. Bentuk Musik Tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu Gondang borogong adalah suatu alat musik tradisional yang menjadi khasanah budaya Rokan Hulu yang dimainkan oleh lima orang atau lebih, alat musiknya merupakan perpaduan dari beberapa alat perkusi yang terdiri dari gong disebut dengan ogong, beberapa gong berukuran kecil berjumlah enam buah disebut dengan celempong, dan sepasang gendang 2 muka/sisi disebut dengan gondang. Biasanya susunan duduk dalam bermain musik tradisional gondang borogong, pemain celempong ditengah dan dua orang pemain gondang berada pada sebelah kiri dan sebelah kanan pemain celempong, dan pemain ogong berada Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 8 dibelakang pemain celempong dan gondang. Berikut bentuk reportoar pertunjukan tradisional gondang borogong. Gambar Pertunjukkan Gondang Baronggong Sedangkan dalam bentuk komposisi musiknya didalam gondang borogong biasanya adalah sebuah bentuk komposisi musik yang struktur lagunya disesuaikan dengan struktur lagu iringan tradisi. Dalam hal ini ada beberapa lagu yang ditemukan pada musik tradisional gondang borogong yaitu: Lagu tigo lalu gonto kudo,Lagu sanayuong,Lagu tigo lalu,Lagu tigo bonti,Lagu nanggunai,Lagu kubik-kubik,Lagu timbang baju,Lagu atiek bosa sekali,Lagu atiek bosa dua kali,Lagu kak kak jopuk ku baliek,Lagu anta ku pulang,Lagu puti dayang boinai. E. Kesimpulan Keberadaan musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu Riau ada sejak tahun 1937, yang dahulunya alat musik tersebut terbuat dari kayu yang bernama gambang. Tetapi karena Raja dulu menginginkan agar alat musik tersebut lebih maju seperti di Sumetara Barat yang saat itu sudah menggunakan celempong. Maka Raja juga ingin mentransformasikan alat musik gambang menjadi celempong dengan nada gambang. Sejak itulah gambang menjadi celempong, karena seiringnya perkembangan zaman celempong ini disebutkan menjadi Gondang Borogong yaitu alat musik tradisional Rokan Hulu dan masih menjadi khasanah budaya Rokan Hulu yang sangat tinggi nilainya dalam adat istiadat. Bentuk alat musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu kabupaten Rokan Hulu Riau hampir sama dengan alat musik tradisional di daerah-daerah lain. Gondang Borogong ini terdiri dari celempong yang hanya enam buah, gondang dua buah, dan Gong satu buah. Fungsi dan Makna musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu Riau yaitu untuk menyambut tamu kebesaran pada acara-acara kebesaran serta adat lainnya, untuk acara pernikahan, khitanan, untuk iringan musik pada masyarakat ketika hendak menanam padi, dan untuk acara menjalang mamak pada saat Hari Raya Idul Fitri dengan acara bermaaf-maafan. Sedangkan makna dari musik tradisional Gondang Borogong adalah salah satu alat msuik tradisional yang telah menjadi khasanah budaya Rokan Hulu dan sangat tinggi nilainya dalam adat istiadat. Oleh karena itu Gondang Borogong di juluki sebagai bunga adat di Rokan Hulu. Bentuk komposisi musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu yaitu memiliki aturan-aturan dalam menggunakannya. Celempong yang dimainkan oleh dua orang agar menghasilkan lagu yang harmonis. Gondang yang dimainkan oleh dua orang dengan cara duduk atau berdiri, dan Gong yang dimainkan oleh satu orang dengan cara duduk maupun berdiri sesuai dengan keadaan penyangkutan ogong serta ketinggiannya. Sedangakan bentuk komposisi musiknya yaitu gondang borogong tidak dituliskan dalam bentuk komposisi notasi balok maupun not angka. Komposisi gondang borogong ini biasanya dimainkan berdasarkan cara-cara tradisional, seperti diajarkan secara langsung dengan menghapal bunyi yang akan dimainkan. Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed 9 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1984. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta : Bina Aksara. _______________ . 2002. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Banoe, Ponoe. 2003. Kamus Musik, Jakarta : Kansius. Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. New York: Wesley Education Donal, Mc. 1959. Educational psychology Instruction. Washington: ASCD Hadari.1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Press. Hamdju, Atan dan Windawati, Armillah. 1981. Pengetahuan Seni Musi III, Jakarta : Mutiara. H.D Silitonga, Pita. 2007. Diktat Akustik Organologi. Kantor Pariwisata dan Kebudayaan. 2007. Panduan Alat Musik Gondang Borogong, Kabupaten Rokan Hulu. Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Mayarakat. Jakarta Maryaeni. 2005 Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara : Jakarta. Mulyana.2003. Metode Penelitian. Bumi Aksara : Bandung Nursantara, Yayat. 2007. Seni Budaya SMA Kelas X, Bekasi : Erlangga. Nursantara, Yayat. 2007. Seni Budaya SMA kelas XII, Bekasi : Erlangga. Poerwadarminta, W.J.S. 1980. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. P.T.Talenta Siburian, Esra. 2007 Diktat Wawasan Musik Nusantara. Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Evolution Evolution Methods. Biverly Hill: Sage Publications. Reigeluth, M Charles. 1983. Instruction Design Theories And Model: An Overviw of Their Current Status. Hillsdale, New Jersey London: Lawrance Erlbaum Associate. Rowen, R.H. Music Trough Sources and Documents. New Jersey: Prentice Hall Inc. Siegmeister, Elie. 1977. Harmony and Melody, Volume I :The Diatonic Style. Wadsworth Publishing Company, Belmont, California. Soeharto, M. 1991. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. __________. 1992. Kamus Muisk. Jakarta : Gramedia Widyasarana Indonesia. Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Romaka Rosdakarya, Bandung. Sumaryo. L.E. 1978. Komponis, Pemain Musik, dan Publik. Jakarta: Dunia Pustaka Sugiyono. 2008. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Sunarko, Hadi. Djarmono, dan Sukotjo. 1989. Seni Musik Untuk Kelas 1 SMP. Jawa Tengah: Intan Pariwara. Suragin. 2001. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia. Trisuci, 1973. Harmoni Untuk Kelas Harmoni Sekolah Musik Murni. Medan: Tensilan. Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata ANDI. Yogyakarta. http://jalius12.wordpress.com/2009/10/06/tradisional http://id.wikipedia.org/wiki/musik_tradisional Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed