BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang alat-alat musik Arab sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yaituEwen Hermanto Tarigan ( 920704012 ) dengan judul peninggalan alat-alat musik arab dalam kesenian masyarakat Melayu Deli di kota Madya Medan. Disini peneliti meneliti tentang peninggalan alat-alat musik Arab yang terdapat dalam kesenian masyarakat Melayu Deli di kota madya Medan. Namun sejauh ini penelitian tentang alat-alat musik Arab dalam kesenian masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh mahasiswa departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penggunaan merupakan proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu atau pemakaian. Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan kata, makna, konsep,proses, keadaan, sifat yang khas dalam bidang tertentu. (Suherlan:2005). Berkaitan dengan judul penelitian bahwasannya penggunaan merupakan proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu atau pemakaian. (Suherlan Odien:2005), sedangkan istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, peoses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan,teknologi dan seni. (Chaer:1990). Adapun pendapat lainnya yang berkaitan dengan pengertian istilah yakni dalam(bahasa Arab: ﺍﺻﻄﻼﺡ/iṡṭilāḥ/ ) merupakan kata dan gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu. Setelah penejelasan dari penggunaan beserta istilah, selanjutnya pengertian tentang bahasa, bahasayaitu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun,baik budinya, menunjukkan bangsa, budi 29 Universitas Sumatera Utara bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1997 :77). Dalam buku History of the Arabs, ( Hitti,2008:3-4) menjelaskan bahwa pada abad pertengahan, Semenanjung Arab melahirkan sebuah bangsa yang menaklukan sebagian besar wilayah dunia yang kemudian menjadi pusat-pusat peradaban, dan melahirkan agama Islam yang dianut sekitar 450 juta orang, yang mewakili hampir semua ras diberbagai kawasan. Bangsa Arab bukan hanya membangun kerajaan, melainkan kebudayaan. Tidak ada satupun bangsa pada abad pertengahan yang meberikan kontribusi terhadap kemajuan manusia sebesar kontribusi yang diberikan oleh orang Arab dan orang-orang yang berbahasa Arab. Menurut (Musthafa al-Ghalayaini, 2005:7)bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Ibnu Manzhur dalam Lisan alArab, mendefinisikan bahasa dengan: aswat yu’abbir biha kull qaum ‘an agraḍihim (berbagai bunyi yang digunakan masyarakat untuk mengungkapkan berbagai maksud atau tujuan mereka). Menurut pakar ilmu Ushul, lughah (bahasa) adalah setiap lafadz (kata) yang dibuat untuk menunjukkan makna tertentu, cara mengetahui lughah adalah melalui periwayatan.Senada dengan definisi tersebut, al-Ghalayaini mendefinisikan bahasa dengan: alfaż yu’abbir kull qaum ‘an maqasiḍim (berbagai kata yang digunakan masyarakat untuk mengungkapkan berbagai maksud mereka).Dari konteks ini, bahasa Arab didefinisikan dengan: ْ َﺻﻠ ُ ﺍﻟ َﻜﻠِ َﻤ ُْﻖ ﺍﻟﻨﱠ ْﻘ ِﻞ َﻭ َﺣﻔِﻈَﻬَﺎ ﻟَﻨَﺎ ْﺍﻟﻘُﺮْ ﺁﻥ ِ ﺍﺿ ِﻬ ْﻢ َﻭﻗَ ْﺪ ُﻭ ِ ﺎﺕ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻳُ َﻌﺒﱢ ُﺮ ﺑِﻬَﺎ ْﺍﻟ َﻌ َﺮﺏُ ﻋ َْﻦ ﺃَ ْﻏ َﺮ ِ ﺖ ﺇِﻟَ ْﻴﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻁَ ِﺮﻳ ُ ْﺍﻟ َﻜ ِﺮ ْﻳ ُﻢ َﻭ ْﺍﻷَ َﺣﺎ ِﺩﻳ ُ َْﺚ ﺍﻟ ﱠﺸ ِﺮ ْﻳﻔَﺔُ َﻭ َﻣﺎ َﺭ َﻭﺍﻩُ ﺍﻟﺜﱢﻘ ﺏ َﻭ َﻣ ْﻨﻈُﻮ ِﻣ ِﻬ ْﻢ ِ ﻮﺭ ْﺍﻟ َﻌ َﺮ ِ ُﺎﺕ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﻨﺜ /Al kalimātu al latī yu’abbiru bihā al-‘arabu ‘an agrādihim wa qadwusilat ilainā min tarīqi annaqli wa hafidahā lanā al-Qur’ānu al-karīmu al-ahādisu as syarīfatu min mansūri al-‘arabi wa mandumihim/ “Berbagai kata yang digunakan orang-orang Arab untuk megungkapkan berbagai maksud atau tujuan mereka, disampaikan pada kita dengan jalan memberikan riwayat, dihimoun da dijafa 30 Universitas Sumatera Utara kepada kita oleh Al-Qur’an al-karim dan hadist-hadist mulia, dan berbagai riwayat terpercaya berupa prosa-prosa dan syair-syair Arab”( Ibid ) . Adapun budaya Aceh yakni suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelomok orang dari generasi ke generasi masyarakat Aceh. (Mirzan Fuasi,2009:5). Sedangkan budaya Arab adalah segala sesuatu yang didapatkan oleh masyarakat arab yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan lainnya. Kebudayaan arab tersebut dapat terlihat dalam tingkah laku masyarakat arab nya sehingga menjadi khas atau ciri yang membedakan dengan masyarakat lainnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa budaya arab adalah potensi yang ada pada manusia yang akan mencipta dan membuat karya serta merasa yang didominasi dengan nuansa arab. Salah satu cirinya yang khas adalah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dan pergaulanseharihari.(http://iyansetiaone.wordpres.com/kebudayaanseniarabsaudi) Bahwasannya penjelasan diatas, menjelaskan bahwasannya untuk memahami kebudayaan Arab maka sebaiknya kita harus mengetahui kondisi dari Arab itu sendiri, seperti hal nya Ayat di bawah ini: ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡﻬَﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱُ ﺇِﻧﱠﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺫ َﻛ ٍﺮ َﻭﺃُ ْﻧﺜَﻰ َﻭ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُﻮﺑًﺎ َﻭﻗَﺒَﺎﺋِ َﻞ ﻟِﺘَ َﻌﺎ َﺭﻓُﻮﺍ ﺇِ ﱠﻥ ﺃَ ْﻛ َﺮ َﻣ ُﻜ ْﻢ ﺃَ ْﺗﻘَﺎ ُﻛ ْﻢ ﺇِ ﱠﻥ ﱠ َ ﷲَ َﻋﻠِﻴ ٌﻢ (Q.S. Al Hujurat Ayat 13)ﺧﺒِﻴ ٌﺮ /yā ayyuhā an-nāssu innā khalaqnākum min zakari wa unṡa waja’alanākum syu’ūban waqabāila litā’ārafū inna akramakum ‘inda Allahi atqākum inna Allaha ‘alīmun khabīrun/. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. 31 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dari salah satu unsur kebudayaan ialah kesenian, peneliti menggunakan teori Koentjaraningrat (1999) mengelompokkan seni menjadi beberapa bagian. Menurutnya; berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut: (1) Seni Rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan bahan batu dan kayu (b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air; (2) Seni Pertunjukan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, dan (c) seni sandiwara. Dalam seni pertunjukan, indera pendengaran sebenarnya juga turut berperan, oleh karena di dalamnya diolah pula berbagai efek suara dan musik untuk menghidupkan suasana. Penelitian ini memfokuskan tentang alat musik, bahwasannya alat musik merupakan ciptaan manusia yang dapat mengungkapkan kebudayaan satu kelompok masyarakat.Musik mengungkapkan ketinggian peradaban dalam meneruskan pengetahuan dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Menurut para sarjana musikologi, jika suatu masyarakat tidak mengenal musik, baik yang diciptakan sendiri maupun pengaruh dari luar (Dounrnn, 1981:5). Dilihat dari sejarahnya, seni musik Islam sangat dipengaruhi musik Arab yang telah ada sebelum era Rasulullah SAW. Dalam bahasa Arab, musik berasal dari kata ma’azif / ﻣﻌﺰﻑ/ dari akar kata /’azafa / ﻋﺰﻑyang artinya berpaling. Dalam perkembangannya, mi’zaf ﻣﻌﺰﻑbermakna alat musik, tanpa perincian jenis tertentu.Karena itu, masyarakat Arab biasa memaknai ma’azif dengan alatalat musik atau sesuatu yang melalaikan.(George: 2003) 32 Universitas Sumatera Utara Alat-Alat Musik Arab( Wikipedia: 2003) 1. Gambus (Gitar Arab) Gambus adalah sebangsa gitar yang dipakai di Musik Arab, biasa disebut ﻋﻮﺩ/ ‘aud/ memiliki 6 jenis dawai rangkap, dawai yang dipakai adalah usus kambing atau nylon, biasanya setiap dawai rangkap sehingga ada 12 dawai semuanya, tidak ada fret (jadi seperti biola, papan polos, nada ditentukan dengan posisi jari seperti main biola),sedangkanplektrum disebutkan dalam bahasa Arab sebagai risha (artinya bulu).Sekarang dawai dibuat dari nylon yang dibungkus kuningan atau tembaga) seperti dawai gitar.Gambus memiliki suara rendah yang unik. Gambus Arab berbeda dengan yang ada di Turki, Armenia, atau Yunani.Di Turki terdapat berbagai tala, dan berbeda dengan yang ada di Arab. Nama lute di Eropa adalah berasal dari Arab, yaitu al oud. 2. Qanun (Kecapi Arab) 33 Universitas Sumatera Utara Qanun ﻗﻨﻦadalah alat musik dawai seperti kecapi atau zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian dibawa ke Eropa pada Abad XII.Arti Qanun sebenarnya adalah Hukum.Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan papan suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit domba atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam baru dengan tangannya, termasuk untuk modulasi.Pemain maestro qanun adalah: Muhammad El ‘Aqqad (Mesir), Abraham Salman (Iraq). 3. Nay (Serunai Arab) Nay (bahasa Parsi berarti reed atau yang dipakai untu Clarinet), atau kalau di Sumatera disebut Serunai..Dalam Bahasa Arab disebut ﻣﺰﻣﺮﺍﻭﺻﺮﻧﺎﻳﺔ/ mizmar au surnāyatun/alat ini memiliki 9 sambungan, dengan 6 lubang (seperti pada suling bambu) dan 1 lubang dibawah untuk jempol (seperti pada rekorder). Berbagai panjang untuk setiap tala nada.Cara meniup seperti suling, untuk nada tinggi dengan tiupan lebih.Meskipun kelihatan sangat sederhana, namun cukup sulit, terutama kalau mau mendapat suara khusus harus berpengalaman. Maetro nay adalah: Bassam Saba (Lebanon). 34 Universitas Sumatera Utara 4.Rebana (Tamborin Arab) Rebana yang dikenal di sini adalah berasal dari Arab, yaitu ﺩﻑ/ duff / terutama dipakai untuk Qasidah, Musik Melayu, maupun Dangdut, yang juga kita kenal dengan nama tambourine di Arab disebut sagaat. Ukuran bervariasi, kalau dalam musik Dangdut disebut kendang dengan kulit lembu, dan suling dari bambu, namun di Arab biasanya memakai kulit domba (banyak di sana) atau kulit ikan. Ukurannya biasanya dengan diameter 20 cm dan tinggi 8 cm, diberi krincingan tembaga sebanyak 5 pasang.Karena kulit domba atau ikan sangat sensitif terhadap kelembaban udara, maka sebelum main mereka sering memanaskan di atas api lebih dahulu. Oleh sebab itu mereka sering membawa cadangan.Sejak tahun 1980, sudah ada yang modern, dibuat dari aluminium atau palstik, kemudian kulitnya diganti dengan plastik juga (tentunya hal ini untuk menjaga kestabilan terhadap kelembaban udara). 5. Buzuq (Mandolin Arab) 35 Universitas Sumatera Utara Kata buzuq berasal dari Turki, dan dalam Bahasa Arab yaitu ﺍﻧﺪ/ and/ pada masa prajurit Ottoman, yang berarti kepala terbakar. Awalnya alat musik ini dibuat dari sepotong kayu tunggal yang dipotong dan digerus, namun sekarang sudah berupa beberapa lapis kayu untuk membentuknya, dan juga putaran dawai sudah dengan mekanik seperti gitar.Alat musik ini mempunyai papan jari yang panjang dan dawai logam, dimainkan dengan petikan plektrum tanduk, sekarang dari palstik. Dawai logam memberi suara yang nyaring, baiasnya dimainkan secara tunggal dan tidak dalam kelompok pemusik Arab (band), dan biasa dijumpai di Suriah, Lebanon, Palestina, dan Yordania, terutama dalam hubungan dengan Musik Gypsy. Menurut Buku Makna Kesenian Tradisional pada Masyarakat NAD (2006:24) 1. Arbab / ﺍﺭﺑﺎﺏ/ arbāb/ Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai. Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat.Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb.Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah.Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang. 36 Universitas Sumatera Utara 2. Bangsi Alas Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara.Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat.Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai.Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa. 3. Serune Kalee (Serunai) / ﻣﺰﻣﺮ ﺍﻭ ﺻﺮﻧﺎﻳﺔ Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh.Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, 37 Universitas Sumatera Utara penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga.Bentuk menyerupai seruling bambu.Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh. Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik. 4. Rapai Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng(rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak. 5. Geundrang (Gendang) ﻁﺒﻞ 38 Universitas Sumatera Utara Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee.Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul.Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara.Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional Aceh. 6. Tambo Sejenis tambur yang termasuk alat pukul.Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit.Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi mikropon. 7. Taktok Trieng 39 Universitas Sumatera Utara Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu.Alat ini dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis : Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini. Jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah). 8. Bereguh Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh.Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini 9. Canang 40 Universitas Sumatera Utara Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian.Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong.Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tariantarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul.Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan disawah. 10. Celempong Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai.Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang. 41 Universitas Sumatera Utara