1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki beragam kebudayaan, tradisi, etnis serta bahasa yang membentang diseluruh wilayah Nusantara. Salah satu bentuk kekayaan budaya yang dimiliki adalah alat musik. Berdasarkan data yang dihimpun dari Pameran Keragaman Alat Musik Tradisional Nusantara 2013 di Bandung, diketahui bahwa baru 220 alat musik tradisional yang tercatat, dan salah satu dari alat musik tradisonal yang tercatat itu adalah alat musik Sasando. Sasando merupakan salah satu alat musik tradisional dari Pulau Rote Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sasando tergolong alat musik cordophone karena dimainkan dengan cara dipetik. Gambar 1.1 Konstruksi Sasando Berdasarkan gambar 1.1 terlihat bahwa konstruksi Sasando terdiri dari bagian utama dan bagian pendukung. Bagian utama yaitu tubuh (body) terbuat dari batang bambu dan berfungsi sebagai rangka tempat penambat dawai dan resonator yang terbuat dari daun lontar (siwalan) serta berfungsi untuk menghasilkan gelombang 1 2 frekuensi dari dawai yang dipetik. Bagian pendukung terdiri dari dawai (string), penyetel nada (tuning peg), gelang (mengatur jarak dawai), rusuk sasando (dudukan penyetem) dan penyanggah bambu (bridge). Sasando memiliki beberapa varians. Varians tersebut ditentukan berdasarkan jumlah dawai dan sumber output bunyinya. Berdasarkan sumber outputnya, sasando dibedakan atas sasando tradisional dan sasando modern. Berdasarkan jumlah dawai, sasando terdiri dari sasando gong (7-11 dawai/nada pentatonis), sasando biola (30-36 dawai/nada diatonis) dan sasando elektrik (30-44 dawai/nada). Menurut Bapak Jeremias Pah (Ketua kelompok pengrajin Sasando di Desa Oebelo Kabupaten Kupang NTT), diperoleh informasi bahwa dari ketiga varians sasando, ada dua varians yang sudah dikomersialkan yaitu sasando biola dan sasando elektrik, sedangkan sasando jenis gong masih digunakan secara terbatas, khusus untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya tradisional dan keagamaan. Produk sasando jenis biola dan elektrik, telah dilengkapi dengan beberapa perangkat elektrik tambahan yang dapat meningkatkan kualitas bunyi khususnya energy bunyi yang dihasilkan dari getaran dawai. Sedikit berbeda dengan produk sasando biola dan elektrik, pemasangan perangkat elektrik tambahan seperti spul elektrik dilakukan atas dasar pesanan (by order). Hal ini terjadi karena minimnya pengguna sasando jenis gong. Alasan lain yang berhasil diidentifikasi mengenai keenganan pengguna sasando menggunakan produk sasando gong, adalah jumlah dawai yang terbatas (7-11 dawai) dan kualitas bunyi yang rendah, serta lebih diperuntukan untuk permainan akustik dalam kegiatan keagaaman atau kegiatan budaya. Kualitas bunyi sasando gong yang rendah, ditenggarai karena hanya 3 mengandalkan besarnya resonator dari daun lontar. Kualitas bunyi sasando gong yang rendah juga akan makin rendah bahkan sampai hampir tidak terdengar makakala Sasando gong harus dimaikan secara ensambel dan dikolaborasikan dengan beberapa jenis alat musik lainya seperti gong dan tambur. Manesi (2012) menyebutkan bahwa salah satu hal yang diidentifikasi sebagai penyebab kualitas bunyi yang rendah pada alat musik sasando jenis gong adalah pada dawai yang digunakan. Sebagai sebuah alat musik petik, dawai memiliki peran yang sangat fital, karena merupakan sumber bunyi. Sampai saat ini, alat musik sasando belum memiliki standar dawai sendiri seperti alat musik petik lainnya. Atas dasar itulah, maka oleh sebagian masyarakat dan pengiat sasando, pemilihan dan penggunaan dawai masih dilakukan dengan metode coba-coba (try and error). Berkenan dengan sejarah alat musik sasando dan jenis dawai yang digunakan, sampai saat belum ditulis secara sistematis, sehingga perkembangannya pun hanya merupakan cerita turun temurun. Berdasarkan hasil penelusuran penulis dan wawancara dengan beberapa tokoh sasando dan pemangku adat diketahui bahwa Sasando sejak awal, dimainkan dengan menggunakan dawai dari ekor binatang (kuda) dan kemudian berkembang menggunakan kulit hewan. Ada juga informasi yang mengatakan bahwa dawai dibuat dari kawat untuk struktur ban mobil atau sepeda motor yang disepuh perak. Namun kemudian ketika dikenal dawai gitar, maka sejak saat itu dawai sasando lebih banyak menggunakan dawai gitar. Dawai gitar yag digunakan sebagai dawai sasando, khususnya sasando elektrik dan biola umumnya merupakan dawai yang berasal dari kombinasi dawai gitar elektrik dan dawai gitar akustik. Kombinasi tersebut dimaksudkan untuk 4 mendapatkan nada yang ideal, dengan salah satu indikatornya adalah diameter dawai. Beberapa pengguna sasando menganggap bahwa diameter dawai yang kecil akan menghasilkan getaran suara (sustain) yang panjang sehingga tidak membutuhkan tenaga yang besar untuk memetiknya. Demikian sebaliknya dengan diameter dawai yang besar akan menghasilkan sustain yang pendek dan butuh tenaga besar untuk memetiknya. Atas dasar inilah maka penggunaan dawai dengan diameter yang lebih kecil lebih dikhususkan untuk mengasilkan nada harmonik untuk keperluan melodi sedangkan nada dengan diamater lebih besar dikhususkan untuk ritme dan bas. Sedangkan untuk sasando gong umumnya menggunakan dawai gitar akustik dengan diameter yang seragam dan sama untuk semua dawainya dan berfungsi untuk melodi. Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh para pemetik sasando gong adalah lama getar (sustain) yang panjang sehingga amplitudo yang dihasilkan menjadi rendah. Permasalahan tersebut, oleh beberapa beberapa pengrajin dan pengguna disiasati dengan menggunakan kawat baja dari selinggan gas sepeda motor sebagai dawai alternatif sasando gong. Penggunaan kawat baja sebagai dawai menimbulkan berbagai pertanyaan, tetapi kenyataannya masyarakat dan pengguna sasando tetap menggunakannya dan hal tersebut oleh mereka dianggap nyaman. Gambar 1.2 Kawat Baja dalam Konstruksi Kabel Gas sepeda Motor 5 Kawat baja untuk seling kabel gas sepeda motor terbuat dari material baja ANSI 304 yang dirancang dengan tujuan agar mampu memberikan kemampuan tarik yang maksimal saat dipuntir untuk menggerakan throtle dalam karburator. Berdasarkan fungsi kawat baja, maka jelas bahwa kawat baja untuk seling kabel gas tidak dirancang untuk kebutuhan akustik. Penelitian ini secara khusus akan menyelidiki karakteristik mekanik dan akustik dari material kawat baja serta membuktikan secara empiris pantas atau tidak jika kawat baja untuk seling kabel gas sepeda motor dapat digunakan sebagai dawai pada alat musik sasando. 1.2 Rumusan Masalah Dawai sasando belum memiliki standar yang khusus, sehingga pemilihan dawainya dilakukan secara try and error. Sebagian masyarakat dan pengguna sasando khususnya sasando gong menggunakan kawat baja sebagai dawai untuk meningkatkan amplitudo, padahal kawat baja untuk selingan fas sepeda motor tidak didesain untuk kebutuhan akustik. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana sifat mekanik dan akustik material kawat baja? 2. Dengan diketahuinya sifat mekanik dan akustik material kawat baja, apakah kawat baja layak digunakan sebagai dawai alat musik sasando? 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak membias dan dapat dielaborasikan secara jelas dan benar maka, penelitian ini memberikan beberapa batasan sebagai berikut : 1. Penelitian dikhususkan untuk menguji material kawat baja yang dipakai pada sasando model gong dengan jumlah dawai 8. 6 2. Diameter kawat baja disesuaikan dimensionalnya dengan diameter kawat gitar akustik (nomor 4) yang biasa dipakai oleh pemain sasando gong yaitu berdiamter 1,2 mm. 3. Pengujian eksperimen dilakukan untuk mengetahui karekteristik makanik dan akustik material dawai dari bahan dawai gitar dan kawat baja seling untuk tali gas sepeda motor. 4. Pengujian secara numerikal menggunakan sofwere ABAQUS 6.13 Versi Student hanya untuk memodelkan kemampuan tarik dawai. 5. Pengujian akustik didasarkan atas Frekuensi acuan yang sama yaitu frekuensi Oktaf kedua pada keyboard. 6. Proses pemberian beban hingga mendapatkan nada sesuai frekuensi acual diukur menggunakan soundcard scope tunning sedangkan nada yang dipetik dan direkam untuk dianalisa menggunakan softwere free Lisency Audacity. 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisa sifat mekanik material kawat baja melalui pengujian secara eksperimental dan Numerikal (pemodelan dengan Abaqus) serta mengetahui kelayakan akustik material kawat baja sebagai alternatif dawai sasando. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1. Mampu menganalisa sifat mekanik material kawat baja dan menghasilkan pemodelan untuk dawai sasando sehingga diharapkan dapat memberikan 7 informasi khususnya mengenai beban dan tegangan yang harus diberikan kepada dawai untuk memperoleh nada ideal. 2. Melalui informasi yang jelas mengenai sifat dan karekter akustik material kawat baja, maka diharpakan pengrajin ataupun pengguna sasando khususnya jenis gong tidak ragu untuk menggunakan material kawat baja sebagai dawai alat musik sasando gong.