BIDANG ILMU : MIPA ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI JUDUL PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN PETANI LAHAN TANDUS MELALUI FORTIFIKASI TANAMAN KERAS DAN HOLTIKULTURA DENGAN PEMANFAATAN FREKUENSI ALAMIAH BELALANG KECEK SEBAGAI STIMULATOR PERTUMBUHAN DAN PENINGKATAN PRODUKSI HASIL PANEN Tim Peneliti : Juli Astono, M.Si. Agus Purwanto, M.Sc Asri Widowati, M.Pd. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oktober 2012 1 Peningkatan Ketahanan Pangan Petani Lahan Tandus Melalui Fortifikasi Tanaman Keras dan Holtikultura Dengan Pemanfaatan Frekuensi Alamiah Belalang Kecek Sebagai Stimulator Pertumbuhan dan Peningkatan Produksi Hasil Panen Oleh : Juli Astono, Agus Purwanto, Asri Widowati. ABSTRAK Tujuan penelitian untuk tahun pertama adalah; (1). pembibitan tanaman keras jatimas dengan menerapkan teknik sintesis bunyi belalang kecek untuk mendapatkan frekuensi akustik bunyi untuk memaksimalkan bukaan stomata sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman tersebut, (2).melakukan spesifikasi frekuensi gelombang bunyi agar benar-benar didapatkan frekuensi yang tepat dan khas untuk jenis bibit tanaman jatimas dan (3). melakukan analisis terhadap dampak aplikasi teknologi Sonic Bloom hasil rekayasa dan modifikasi, pada produktivitas dan kualitas bibit tanaman jatimas, sebagai bahan rekomendasi pada kebijakan perlindungan hutan jatimas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen terhadap pertumbuhan tanaman bibit jatimas di Desa Bedingin, Mlati, Sleman Yogyakarta. Input device frekuensi suara belalang kecek dianalisis dan disintesis menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) dari teknik Digital Signal Processing (DSP). Untuk merekam dan menganalisis frekuensi akustik digunakan program Sound Forge 6.0. dan MATLAB 7.0. Sedangkan Program Origin 6.1. digunakan untuk menganalisis secara grafik data-data yang diperoleh dari pengukuran variabel fisis (morfologis) tanaman objek penelitian. Di samping itu, digunakan juga program Excel 2003 untuk menganalisa secara grafik data yang diperoleh dari pengukuran lebar bukaan stomata daun. Disamping itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang berarti dari dua rata-rata dari morfologi bibit tanaman jatimas antara yang diberikan dengan yang tidak diberikan pemaparan frekuensi alamiah belalang kecek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada frekuensi stimulator 2000 Hz, kelajuan perkembangan diameter batang, ketinggian batang, dan jumlah daun lebih “baik” kelompok kontrol dari pada kelompok perlakuan. Pada frekueansi 3000 Hz, kelajuan pertumbuhan diameter batang relatif lebih “baik” pada perlakuan mulai 60 hst. sampai dengan 70 hst., demikian pula untuk kelajuan pertumbuhan tinggi batang relatif “baik” pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol untuk 60 hst. sampai 90 hst., dan pertumbuhan jumlah daun perlakuan juga lebih “baik” dari kontrol. Untuk frekuensi perlakuan sebesar 3500 Hz, kelajuan perkembangan diameter kelompok perlakuan relatif lebih “baik” dari kontrol mulai 40 hst sampai 70 hst., sedangkan kelajuan tinggi batang kelompok kontrol relatif lebih “baik” pada kelompok perlakuan, dan jumlah daun lebih “baik” pada perlakuan sampai 60 hst., pada frekuensi 4000 Hz, kelajuan perkembangan diameter lebih “baik” dari kontrol hanya pada 40 hst., sampai 55 hst., namun kelajuan tinggi batang kelompok kontrol lebih “baik” dari perlakuan, sedangkan jumlah daun kedua kelompok relatif sama. Pada frekuensi perlakuan sebesar 4500 Hz, kelajuan perkembangan diameter dan ketinggian serta jumlah daun kelompok kontrol relatif lebih “baik” dari pada perlakuan. Sedangkan pada frekuensi 5000 Hz, kelajuan perkembangan diameter batang dan jumlah daun relatif sama antara dua kelompok, dan tinggi batang kelompok kontrol relatif lebih “baik” dari perlakuan. Disamping itu hama yang muncul pada pembibitan jatimas adalah hama berwarna putih dan terbanyak pada petak dengan frekuensi 4000 Hz. Kata Kunci : Pembibitan tanaman jatimas, Frekuensi Alamiah Belalang kecek, Stimulator Sonic Bloom 2 A. PENDAHULUAN Gunung Kidul terletak di pantai selatan Jawa, 100 km di sebelah timur Yogyakarta. Statusnya adalah kabupaten di bawah Provinsi DIY, luas seluruhnya adalah sekitar 3000 km2, dengan lebar maksimum sekitar 85 km dari arah timur ke barat. Karena proses pengapuran di bawah tanah, maka Gunung Kidul adalah daerah kekurangan air, terutama di waktu musim kemarau, meskipun sebenarnya daerah tersebut memiliki sumber-sumber air di bawah tanah yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki keadaan. Dataran tinggi Wonosari mempunyai masaalah yang sama yakni di bidang pengolahan air minum dan penanganan air limbah, kedua daerah didominasi dengan tanah kapur. Kondisi ini menyebabkan besarnya kelajuan infiltrasi dan sulitnya menampung air, maka di daerah kapur terjadilah peristiwa kekurangan air yang akut. Lahan yang tersedia di wilayah Gunung Kidul sangat luas, namun kondisi tanah yang cenderung kering dan berkapur mengakibatkan lahan tersebut tidak kondusif untuk pertumbuhan tanaman pangan. Jenis tanaman yang baik tumbuh di lahan tersebut adalah pohon jatimas (Tectona grandis L.F) yang sudah mulai dibudidayakan masyarakat dan pemilik lahan, karena jatimas termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagai mekanisme pengendalian diri terhadap keadaan defisiensi air selama musim kemarau. Meskipun telah dapat dimanfaatkan untuk hutan jatimas, tidak berarti bahwa permasalahan masyarakat yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat diatasi, khususnya masyarakat di pedesaan yang berada di bukit-bukit berkapur dan berbatu. Hal itu kontradiktif dengan kenyataan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gunungkidul atas dasar harga sekitar 4.872.123 juta rupiah per tahun dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yaitu sebesar 34,03% kemudian disusul sektor jasa-jasa dengan sumbangan sebesar 18,25 %. Ini artinya, konservasi lahan pertanian sebagai sumber pendapatan penduduk tetap sangat vital. Untuk itu diperlukan suatu model revitalisasi lahan hutan jatimas tersebut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam peningkatan produksi pangan. Permasalahan penting yang perlu segera diatasi saat ini adalah terkait dengan pemanfaatan lahan hutan jatimas yang sangat luas yang dilakukan melalui kemitraan dan pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal. Untuk itu diperlukan suatu upaya fortifikasi yang terpadu antara hutan jatimas dan holtikultura yang dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi 3 pangan yang berimbas langsung pada peningkatan pendapatan petani. Secara garis besar, kerangka permasalahan dan rancangan pemecahannya melalui kegiatan ini, dapat dilihat pada bagan di bawah ini. POTENSI DAN PROSPEK BAHAN PANGAN PROBLEMATIKA Lahan Kering Lahan Berkapur Kekurangan pangan tahunan Perlu pemberdayaan dan kemitraan RASIONALISASI SOLUSI Revitalisasi lahan Penerapan teknologi Peningkatan kapasitas petani Peningkatan produksi pangan Membangun akses fasilitas birokrasi Menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi dan industri OUTPUT-OUTCOME Produksi pangan Keterampilan pengolahan lahan Memiliki literasi sains teknologi Publikasi internasional Memiliki jejaring kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Industri Sebagai subyek penelitian pada tahun pertama yakni bibit jatimas yang mempunyai ketinggian lebih kurang 30 cm, dengan keadaan daun dan batang ‘baik” dalam arti tidak dimakan hama atau rusak. Bibit jati di tempatkan dalam petak-petak berukuran lebih kurang 2 m x 2 m dan jumlah bibit jatimas tiap petak sebanyak 25 buah dengan jarak lebih 4 kurang 30 cm, jumlah petak sebanyak tujuh buah dan masing-masing petak diberi frekuensi alamiah belalang kecek sebesar 2000 Hz, 3000 Hz, 3500 Hz, 4000 Hz, 4500 Hz, atau 5000 Hz dan satu petak sebagai kontrol tanpa pelakuan. Sedangkan lokasi untuk penelitian pembibitan jatimas yakni di desa Bedingin RT 06 RW38 Sumberadi Mlati Sleman, karena untuk memudahkan perawatannya. Pada tahun pertama jumlah mahasiswa yang dilibatkan sebagai peneliti sebanyak enam orang sebagai mahasiswa peneti tugas akhir skripsi. Sesuai dengan rancangan penelitian semula maka hasil yang diharapkan dari penelitian yakni : untuk mendapatkan frekuensi akustik dari bunyi khas binatang alami Indonesia (belalang kecek) untuk memaksimalkan bukaan stomata sehingga meningkatkan produktivitas pembibitan tanaman jatimas, dan dampak aplikasi teknologi Audio Organic Growth System hasil rekayasa dan modifikasi ini pada produktivitas dan kualitas pembibitan tanaman jatimas. B. PEMBAHASAN Pada frekuensi 2000 Hz, jumlah daun jatimas kelompok perlakuan lebih banyak dari pada jumlah daun jatimas sebagai kontrol, namun untuk pertumbuhan dan perkembangan diameter batang jatimas kelompok kontrol lebih baik dari pada kelompok perlakuan. Untuk frekuensi 3000 Hz, jumlah daun tanaman jatimas pada kelompok perlakuan tampak lebih banyak dari pada jumlah daun pada kelompok kontrol, sedangkan pertumbuhan diameter dan tinggi batang pada kelompok kontrol relatif sama dengan kelompok perlakuan. Dengan memberi perlakuan frekuensi belalang kecek sebesar 3500 Hz pada tanaman jatimas, maka pertumbuhan diameter batang kelompok kontrol lebih baik dari pada kelompok perlakuan , namun pada 40 sampai dengan 50 hst., kelompok perlakuan lebih unggul dari kontrol. Pertumbuhan jumlah daun pada kelompok kontrol tampak berhasil “baik” pada waktu 70 sampai dengan 90 hst., sedangkan tinggi batang tanaman jati pada kelompok kontrol lebih “baik” hasilnya dari pada kelompok perlakuan. Untuk frekuensi suara belalang kecek 4000 Hz, kelompok kontrol menghasilkan pertumbuhan tanaman jatimas lebih “baik” dari kelompok perlakuan pada tinggi dan diameter batang , sedangkan untuk jumlah daun relatif sama antara kelompok kontrol dan perlakuan. Pemberian frekuensi stimulator sebesar 4500 Hz , maka tanaman jatismas dari kelompok kontrol lebih “baik” pertumbuhan diameter batangnya dari pada kelompok perlakuan setelah 65 hst., dan tinggi batang jati mas pada kelompok kontrol lebih “baik” 5 dari pada kelompk perlakuan. Jumlah daun yang dihasilkan tanaman jatimas kelopok perlakuan tebih “baik” dari pada kelompok kontrol setelah memasuki 65 hst. Perlakuan suara belalang kecek pada frekuensi 5000 Hz, menghasilkan pertumbuhan diameter batang lebih “baik” pada kelompok kontrol daripada kelompok perlakuan, demikian juga untuk pertumbuhan tinggi batang lebih “baik” pada kelompok kontrol daripada kelompok perlakuan sedangkan pertumbuhan jumlah daun kelopok perlakuan lebih baik dari pada kelompok kontrol sampai 60 hst. Disamping itu hama yang muncul pada pembibitan jatimas adalah hama berwarna putih dan terbanyak pada petak dengan frekuensi 4000 Hz. Berdasarkan data yang telah disajikan maka pengaruh frekuensi belalang kecek pada pertumbuhan pembibitan tanaman jatimas terlihat pada pertumbuhan batang yang terjadi pada frekuensi 2000 Hz, sedangkan pertumbuhan daun jatimas terbaik terjadi pada frekuensi 3000 Hz. Permasalahan yang terjadi pada penelitian ini yakni kesulitan untuk melihat stomata daun jatimas yang penuh dengan bulu daun, sehingga peneliti kesulitan memprediksi seberapa besar pembukaan stomata daun karena pengaruh frekuensi belalang kecek. Disamping itu penelitian ini terlaksana pada musim kemarau dimana kandungan uap air di udara relatif kecil dibandingakn dengan musim penghujan, sehingga pengaruh pembukaan stomata terhadap masuknya uap air ke dalam daun kurang optimal. Adapun penerapan teknologi sonic bloom dapat ditunjukan dengan gambar sebagai berikut, Gambar 1 : Pola pemberian frekuensi alamiah stimulator pada tanaman Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan untuk merealisasikan tercapainya tujuan itu, sesuai dengan rancangan awal dari kegiatan penelitian ini, dapat dilihat pada halaman berikut ini: 6 Tabel 1. Tahapan Kegiatan dan Realisasi Pemecahan Masalah Tahun Pertama No 1 JENIS KEGIATAN Persiapan Penelitian JADWAL REALISASI PEMECAHAN PELAKSANAAN MASALAH April 2012 Kekuatan : Telah tersedia bibit jatimas di Kulon Progo, Jumlah mahasiswa yang mengambil TAS mencukupi, Tersedianya lahan untuk penelitian pembibitan jatimas, Telah tersedia software untuk frekuensi alamiah belalang kecek. Kelemahan : Tidak semua mahasiwa peneliti tinggal di desa Bedingin RT 06 RW 38 Sumberadi Mlati Sleman, sehingga mereka harus menginap dalam rangka pengambilan data penelitian.. 2 3 4 5 6 7 Focus Group Discus- Mei 2012 sion (FGD) antara mahasiswa peneliti de ngan dosen pembimbing tugas akhir skripsi. Pengumpulan Data me- Juni-Agustus 2012 lalui Observasi dan evaluasi kegiatan di lapangan Analisis data hasil pe- September 2012 nelitian dan pembuatan laporan seminar hasil Seminar penelitian Pembuatan penelitian Hasil Oktober 2012 laporan Oktober 2012 Evaluasi kegiatan Oktober 2012 Penelitian tahun ke dua Peluang : Mahasiswa mendapat kesempatan melakukan penelitian untuk Tugas Akhir Skripsi dan bersama staf pengajar mengembangkan penelitian budidaya hasil pertanian berbasis sonic bloom Tindakan : Kegiatan analisis sumber bunyi belalang kecek pada frekuensi 5000 Hz, 4500 Hz, 4000Hz, 3500 Hz, 3000 Hz, 2000 Hz, penanaman bibit jati pada tujuh petak berukuran 3 m x 3m, perawatan pagi jam 06.00 dan sore jam 16.00. Masing-masing mahasiswa bertanggung jawab pada tiap petak sesuai dengan frekuensi yang diteliti. . Didapatkannya beberapa masukan khusus tentang data awal pengukuran panjang daun, lebar daun, tinggi batang, diameter batang, jumlah daun dan stomata daun. Diskusi dilaksanakan di laboratorium Elin Pendidikan Fisika tentang perolehan data penelitian di lapangan setiap minggu selama tiga bulan. Analisis data penelitian masing – masing frekuensi dan dipresentasikan oleh para mahasiswa dan penyusunan laporan Kegiatan seminar bersama mahasiswa dan peneliti Laporan digunakan untuk bahan evaluasi dan refleksi kegiatan penelitian tahap berikutnya. Bahan refleksi kegiatan tahun 2013 7 Berdasarkan tahapan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun pertama ini maka jelaslah bahwa tujuan penelitian sudah dapat direalisasikan. Sesuai dengan perencanaan awal pola semacam ini dan modifikasi serta refleksinya akan diterapkan pada tahun ke dua dengan memadukan antara tanaman jatimas dan hortikultural. Dalam jangka waktu itu diharapkan akan didapatkan suatu model perpaduan tanaman yang lebih sempurna. Oleh karena kegiatan penelitian Hibah Bersaing ini dikembangkan sebagai langkah nyata atas pencanangan enam bidang strategis nasional oleh Presiden RI pada tahun 2008, maka dilakukan penelitian intensif untuk mengatasi pelbagai masalah bangsa Indonesia. Salah satu masalah yang cukup krusial adalah masalah keamanan dan ketahanan pangan, terutama untuk masyarakat miskin pedesaan yang lahannya cenderung kering dan berkapur seperti di wilyah di kabupaten Gunung Kidul. Hasil yang diperoleh langsung dirasakan oleh masyarakat petani disekitar lahan hutan jati berupa peningkatan kapasitas pengolahan lahan, teknologi pengolahan pangan, dan peningkatan kesejahteraan. Model yang dihasilkan dapat diterapkan di wilayah lain dengan kondisi lahan serupa. Disamping itu proses dan produk teknologi serta jasa dari penelitian ini, dapat dialihkan kepada para petani pengolah dan pemilik lahan serta dapat diadopsi untuk dapat meningkatkan produk bahan pangan. Hal lain, yang dapat dimanfaatkan adalah; (1) teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh para petani dalam bidang ketahanan pangan merupakan upaya yang tuntas dalam teknik/rekayasa sosial untuk pencapaian pembinaan karakter bangsa, (2) karya inovasi teknologi audio growth system dengan binatang alamiah dan model revitalisasi dan rezonasi lahan kering berkapur dapat diusulkan untuk mendapat perlindungan kekayaan intelektual (paten, hak cipta dan lain sebagainya), (3) direncanakan hasilnya dapat dimuat dalam publikasi, artikel Ilmiah Nasional/Internasional, (4) model pemberdayaan masyarakat miskin pedesaan yang digunakan dapat didesiminasikan secara luas. Manfaat lain dari penelitian ini, adalah: 1) Penelitian ini akan memberikan manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Bagi para peneliti yang berminat dalam bidang pertanian, apa yang menjadi kekurangan penelitian dapat disempurnakan dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. 3) Memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk memperkaya khasanah (kebaikan) khususnya dalam bidang pertanian. 8 C. KESIMPULAN Adapun beberapa hasil yang dicapai pada penelitian tahun pertama ini diantaranya adalah , 1. Telah diterapkan teknik sintesis bunyi untuk mendapatkan frekuensi akustik dari bunyi khas binatang alami Indonesia belalang kecek yakni pada frekuensi 2000 Hz, 3000 Hz, 3500Hz, 4000 Hz, 4500 Hz, dan 5000 Hz. 2. Dengan memperhatikan grafik-grafik tersebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa frekuensi yang tepat untuk merangsang pertumbuhan jatimas adalah 3000 Hz. 3. Dampak yang muncul dari penerapan sonoc bloom pada pembibitan jatimas adalah hama berwarna putih dan terbanyak pada petak dengan frekuensi 4000 Hz. Berdasarkan kesimpulan di atas masih ditemukan beberapa kelemahan dalam kegiatan penelitian ini. Oleh karena itu perlu dilakukan refleksi sebagai umpan balik perencanaan tindakan penel;itan tahun berikutnya. Intensitas bunyi belalang kecek sebagai variabel kontrol perlu perhatikan nilai minimumnya , karakter tanaman jati yang mengalami rontok daun pada musim kemarau, dan metode mendapatkan gambar stomata daun jati yang berbeda dengan bentu daun tanaman hortikultural. Namun demikian keterbatasan tersebut di atas akan diupayakan untuk diatasi pada penelitian tahun ke dua, sehingga hasil penelitian tahun kedua diharapkan akan lehib tampak hasilnya. Disamping itu perlu keterlibatan pihak dinas pertanian yang sebetulnya sangat membutuhkan pengembangan semacam penelitian ini. Diharapkan publikasi dari teknologi budidaya tanaman ini dan sosialisasi yang direncanakan oleh tim peneliti pada tahun-tahun berikutnya bisa lebih intensif. REFERENSI Anwar, H. dan Iriani, E (2004). Kajian Perlakuan Benih Bibit jati mas pada Hamparan Kaji Terap Sonic Bloom di Kabupaten Demak. Semarang: BPTP. Atkins, M.D. (1980). Introduction to Insect Behaviou. , Macmillan Publishing Co., Inc. New York. Biotech News (2003). Brave New Waves, Special Report Tenth Anniversary Issue; Countryside and Small Stock Journal, July-Aug. 2002, Creation Illustrated. 9 Carlson, D. (2001) Black Engineer, Summer Sound Nutrition, "Will Music Eliminate World Hunger?”, Secrets of the Soil, by Peter Tompkins and Christopher Bird, Harper & Row. Cram, J. R, Kasman G (1997). ’Introduction to Surface Electromyography’, Aspen Press, Gaithersberg. MD Collins, Mark R. (2001). ‘Spawning aggregations of recreationally important Sciaenid Species in the Savannah Harbour : Spotted Seatrout Cynoscion Nebulosus, Red Drum Sciaenops Ocellatus, Weakfish Cynoscion Regalis, and Black Drum Pogonias cromis’, Callahan Bridget M., and Post William C., Final Report to Georgia Port Authority, South Carolina Department of Natural Resources, Marined Resources Research Institute. Coghlan A. (1994). Good vibrations give plants excitations; New Scientist. 28 May. p10. Iriani E. (2004), Verifikasi dan pemantapan teknologi sonic bloom pada cabai di Temanggung dan padi gogo di Blora, BPTP Jawa Tengah, dan lain-lain. Institute in Basic Life Principles, (Aug_ 2000, Vol) XV71; TLC for Plants, Canada's leading gardening magazine, Spring 1991, Super Memory, The Revolution, 1991, World Watch, May-June 1993, Windstar Foundation, Llewellyn's Lunar Gardening Guides, 1993-1994 "Sonic Bloom Creation Up Close", Acres U.S.A., A voice for EcoAgriculture, 1985 - 1998, Oliver, Paul .(2002). Sonic Bloom: Music to plants ‘stomata’? Countryside and Small Stock Journal,. Vol. 86, no. 4 July/Aug, pp.72-74 Haskell, P. T. (1964). ‘Sound Production’, The Physiology of Insecta, Vol. 1, Academic Press, Inc., New York, pp. 563-608. Haskell, P. T. (1966). ‘Flight Behavior’, Insect Behaviour, Roy, Entomol, Soc., London Symposium 3, pp. 29-45. Hirose, A. & Lonngren, K.E. (1985). Introduction to Wave Phenomena. NewYork: John Willey & Sons. Jones, J. C. (1968). ‘The Sexual Life of a Mosquito’, T. Eisner and E. O. Wilson, The Insect Scientific American, 1977, W. H. Freeman and Company, Publisher, San Francisco, pp. 71-78. Kaminski, P (1995). ‘The Five Flower Formula’, Flower Essence Services, Nevada City, CA Kartasaputra, A.G. (1998). Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan jaringan. Bina Aksara. Jakarta. Hal : 144 – 149 Lakitan, B. (1993). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal : 58 – 60 10 Loveless, A.R. (1991). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah tropik dari Principles of Plant Biology For The Tropics oleh Kuswara Kartawinata. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 118 – 160 Myrberg, A. A. (1981). 'Sound Communication and Interception in Fishes’, W. Tavolga, A. N. Popper and R.R. Fay, Hearing and Sound Communication in Fishes, SpringVerlag, New York, pp. 395-452 Mankin, W. Richard (1998), ‘Method of Acoustic Detection of Insect Pests in Soil’, McCoy, W. Clayton,Flanders, L. Kathy, Proceedings of Soil Science Society of America Conference on Agroacoustics, Third Symposium, Nov. 3-6, Buoyoucos, MS Mossop, Diana 1994, ‘ Look to the Vibration of Flowers for Peace of Mind, Happiness and Harmony’, Energy Harmoniser International, NY. Moulton, J. M. 1960. ‘Swimming Sounds and the Schooling of Fishes’, Biological Bulletin, 119, pp. 210-230. Ningsih,S., Purwanto, A., dan Ratnawati (2007). Pengaruh Frekuensi Akustik Suara Serangga ”Kinjengtangis” terhadap Lebar Bukaan Stomata Daun dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Yogyakarta: FMIPA UNY Pandey, S. N. dan B. K. Sinha. (1983). Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan dari Plant physiologi 3 th edition. Oleh Agustinus ngatijo. Yogyakarta. Hal : 92 – 98 Philips, S. Lobel (1992), ‘Sounds Produced by Spawning Fishes’, Environmental Biology of Fishes 33: pp. 351-358. Purwadaria, K. Hadi (2001), ‘Sonic Bloom Resonace, a Friend in Silence’, Suara Merdeka, June 15, 2002 Rukmana, Rahmat. (2002). Usaha Tani Bibit jati mas di Dataran Medium. Yogyakarta: Kanisius Salisbury, F. B. dan Cleon. W. Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1. Terjemahan dari Plant Physiologi 4 th Edition oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung. Hal : 84 - 87 Ningsih,S., Purwanto, A., dan Ratnawati (2007). Pengaruh Frekuensi Akustik Suara Serangga ”Kinjengtangis” terhadap Lebar Bukaan Stomata Daun dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Yogyakarta: FMIPA UNY Siti Latifah (2003). Pertumbuhan Dimensi Tegakan Pangan (Durio Zibethinus Murr) Bersama Teknologi Sonic Bloom. Medan: USU. Sternheimer Joel. (1993). Lecture : Epigenetic regulation of protein biosynthesis by scale resonance. Kanagawa Science Academy and Teikyo Hospital (Tokyo). May 20. Santiago, J. A. and Castro, J.J.(1997), ‘Acoustic Behaviour of Abudefduf luridus’, Journal of Fish Biology 51, pp. 952-959 11 Thorp, W. A. (1961), ‘The Learning of Song Patterns by Birds, with Especial Refference to the Song of the Chaffinch’, Fringilla Coelebs. Ibis, 100, pp. 535-570 12