Gambaran darah kucing kampung, Felis domestica di daerah Bogor

advertisement
3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Kucing Kampung
Kucing kampung (Felis domestica) merupakan salah satu jenis hewan
kesayangan yang dimiliki banyak orang. Hewan ini dimasukan dalam ordo
karnivora (pemakan daging). Populasi kucing kampung banyak terdapat di
Indonesia.
Fowler (1993) mengklasifikasikan kucing kampung (Felis domestica)
sebagai berikut :
kingdom
: Animalia
phylum
: Chordata
subphylum
: Vertebrata
kelas
: Mamalia
ordo
: Carnivora
subordo
: Conoidea
famili
: Felidae
subfamily
: Felinae
genus
: Felis
spesies
: Felis domestica
Darah
Darah merupakan jaringan yang mengalir dan bersirkulasi melalui saluran
vascular. Darah membawa berbagai kebutuhan hidup bagi semua sel-sel tubuh dan
menerima produk buangan hasil metabolisme untuk diekskresikan melalui organ
ekskresi (Jain 1993).
Darah juga merupakan komponen esensial bagi berbagai fungsi tubuh.
Hal tersebut dapat dibuktikan karena darah bekerja melindungi sel terhadap
oksigen toksik (katalase dan perioksidase), berperan dalam transport oksigen
(hemoglobin dan myoglobin), transfer elektron dan sintesis ATP (microsomal
cytochromes) (Schalm 1975).
4
Volume darah umumnya mencapai 6-8 % berat badan, jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan volume plasma. Volume darah kucing berkisar
antara 4.7 % - 9.6% berat badan (Mitruka and Rawnsley 1977). Darah terdiri dari
kumpulan elemen dalam bentuk suspensi atau kumpulan sel yang terendam dalam
plasma darah (William 1987).
Warna merah pada darah segar disebabkan oleh adanya hemoglobin dalam
eritrosit (Dellman and Brown 1989). Cairan plasma darah bewarna kuning sampai
tidak bewarna tergantung kuantitas, spesies dan makanan. Beberapa spesies
seperti anjing, kucing, kambing dan domba cairan plasmanya tidak bewarna
(Swenson 1984).
Darah terdiri dari sel-sel darah (eritrosit, platelet dan lima tipe besar
leukosit) dan plasma (Stockham and Scott 2002). Adapun nilai darah kucing
kampung normal terdapat dalam tabel 1. Pembentukan darah disebut
hematopoiesis mencakup eritropoiesis, leukopoiesis, dan trombopoiesis.
Tabel 1 Gambaran normal darah kucing
Parameter
Eritrosit
(x106/μl)
Range
Rata-rata
5.0-10.0
7.5
Hemoglobin (g/dl)
8.0-15.0
12.0
Hematokrit (%)
24.0-45.0
37.0
MCV (fl )
39.0-55.0
45.0
MCH ( pg )
13.5-17.5
15.5
MCHC (%)
30.0-36.0
33.2
Leukosit (x103/μl)
5.50-19.50
12.50
Neutrofil (x103/μl)
2.50-12.50
7.50
Lymfosit(x103/μl)
1.50-7.00
4.00
Monosit(/μl)
0-850
350
Eosinofil(/μl)
0-1,500
650
Basofil(/μl)
Rare
0
Trombosit ( x105/ μl)
(Jain 1993)
3-8
4.5
5
Hematopoiesis
Hematopoiesis
perkembangan
sel-sel
atau
darah
haemopoiesis
(Dorland
merupakan
1995).
Secara
pembentukan
umum
dan
aktivitas
hematopoeisis pada kucing dapat dideteksi pada minggu ketiga kehidupan
prenatal. Selama kehidupan postnatal, hematopoiesis pada hampir semua mamalia
terikat pada sumsum tulang. Hati dan limpa biasanya tidak aktif tetapi potensial
terjadi hematopoiesis (Jain 1993). Hematopoiesis terjadi di jaringan seluruh tubuh
dan melibatkan beberapa organ yang memiliki fungsi dalam sirkulasi darah
(Schalm 1975). Menurut Jain (1993) sumsum tulang memiliki fungsi
hematopoiesis yaitu memproduksi eritrosit, granulosit, monosit, platelet dan
limposit B serta menyimpan stem cell untuk produksi limfosit di lain tempat.
Pada sumsum tulang terdapat sel-sel yang disebut Pluripoten Hemapoeitik
Stem Cell (PHSC), yang merupakan awal dari seluruh sel-sel dalam sirkulasi
darah. PHSC tersebut mengalami beberapa pembelahan untuk membentuk
bermacam-macam sel tepi. Sebagian besar dari beberapa stem cell yang
direproduksi akan berdeferensiasi membentuk sel-sel lain. Sel yang pada mulanya
tidak dikenali asalnya merupakan sel yang berbeda dengan sel stem pluripoten,
sel-sel tersebut telah membentuk jalur khusus yang disebut stem cell commited.
Berbagai stem cell commited, tumbuh dan menghasilkan koloni tipe sel darah
yang spesifik. Suatu sel stem committed yang menghasilkan eritrosit disebut unit
pembentuk koloni eritrosit (CFU-E) demikian pula unit yang membentuk
granulosit dan monosit disebut CFU-GM dan seterusnya. Pertumbuhan dan
reproduksi berbagai stem cell diatur oleh beberapa macam protein yang disebut
penginduksi pertumbuhan. Sedangkan penginduksi diferensiasi merupakan
penginduksi yang membedakan sel-sel. Pembentukan penginduksi pertumbuhan
dan penginduksi diferensiasi dikendalikan oleh faktor-faktor di luar sumsum
tulang (Guyton and Hall 1992).
Eritropoiesis
Eritropoiesis merupakan pembentukan eritrosit (Dorland 1995). Faktor
utama yang dapat merangsang produksi sel darah merah adalah hormon
6
glikoprotein dalam sirkulasi yaitu eritropoeitin atau disebut juga EPO (Guyton
and Hall 1992).
Eritropoeitin merupakan glikoprotein yang diproduksi secara primer oleh
ginjal sebagai hasil rangsangan dari hipoksia jaringan renal. Beberapa eritropoetin
juga disintesis oleh hati (Jain 1993).
Sel pertama yang dapat dikenali dari rangkaian sel darah merah adalah
proeritroblast, dengan rangsangan dari eritropoeitin maka dari sel-sel stem CFUE dapat dibentuk banyak sekali sel ini. Sekali proeritroblast terbentuk maka sel
tersebut akan membelah terus sampai banyak sel darah yang matur. Generasi
pertama sel-sel ini disebut basofil eritroblast karena keberadaan ribosom menjadi
lebih basofilik. Pada tahap ini, sedikit sekali sel mengumpulkan hemoglobin.
Untuk generasi berikutnya, setelah mengumpulkan banyak hemoglobin maka
nukleus akan memadat dan mengecil dan sisa akhirnya terdorong dari sel, pada
saat yang sama retikulum endoplasma diabsorbsi, tahap ini disebut juga tahap
retikulosit karena mengandung sedikit bahan basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa
aparatus golgi, mitokondria dan sedikit organel sitoplasmik lainnya. Selama tahap
retikulosit sel-sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke kapiler darah dengan cara
diapedesis. Bahan basofilik yang tersisa dalam retikulosit normal akan
menghilang dalam waktu 1-2 hari dan sel kemudian menjadi eritrosit matur.
Karena waktu hidup eritrosit ini pendek, maka konsentrasinya di antara seluruh
sel darah merah dalam keadaan normal kurang dari satu persen (Guyton and Hall
1992).
Hematopoiesis
memerlukan
banyak
nutrisi
seperti
vitamin
B12
(cyanocobalamin) dan asam folat (pteroyglutamic acid). Kedua vitamin tersebut
berperan sebagai koenzim dalam sintesis asam nukleat dan unsur-unsurnya yaitu
basa purine dan pyrimidine (Swenson 1984).
Leukopoiesis
Leukopoiesis merupakan pembentukan sel darah putih (Dorlan 1995).
Leukopoiesis merupakan bagian dari hematopoiesis yang melibatkan stem cell
dapat beregenerasi atau berdiferensiasi menjadi lymfoid stem cell dan myeloid
stem cell ( Stockham and Scott 2002 ).
7
Selain sel-sel commited membentuk sel darah merah, terbentuk pula dua
silsilah utama dari sel darah putih. Dua silsilah tersebut adalah mielositik yang
dimulai dengan mieloblas dan limfositik yang dimulai dengan limfoblast (Guyton
and Hall 1992). Sel darah putih terutama granulosit dan monosit dibentuk dan
disimpan di sumsum tulang (Schalm 1975). Hormon yang mengatur dan
merangsang pembentukan sel darah merah dan sel darah putih disebut Colony
Stimulatinf Faktor (CSF). Proses
pembentukan sel granulosit dipengaruh
interleukin-3 (IL-3) dan Granulosit Coloni Stimulating Factor (G-CSF).
Sedangkan pembentukan monosit dipengaruhi oleh Granulocyte/Monocyte
Colony Stimulating Factor (GM-CSF) (Jain 1993). Sel darah putih yang dibentuk
dalam sumsum tulang terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai
diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan
menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan.(Guyton and Hall1992)
Proses pembentukan limfosit (lymphopoiesis), ditemukan pada jaringan
yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli (Jain 1993).
Limfosit dan sel plasma diproduksi oleh berbagai organ limfogen, termasuk
kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai jaringan limfoid yang terdapat di
berbagai di dalam tubuh. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh timus dan
paparan antigen (Guyton and Hall 1992).
Thrombositopoiesis
Thrombositopoiesis merupakan pembentukan trombosit (Dorland 1995).
Dalam tahap mielositik, mieloblast berdeferensiasi menjadi promielosit.
Kemudian promielosit tersebut berdeferensiasi menjadi megakariosit, setelah itu
megakariosit pecah dan kemudian menjadi fragmen kecil yang dikenal sebagai
platelets atau trombosit yang selanjutnya masuk dalam darah. Tahap tersebut
terjadi dalam sumsum tulang (Guyton and Hall 1992). Menurut Jain (1993)
megakariosit diatur oleh IL-3, GM-CSFM, microenvirontment local dan
thrombopoietin.
8
Eritrosit
Menurut Jain (1993) secara biokimia membran eritrosit terdiri dari protein
(48%), lemak (44%) dan karbohidrat (8%). Membran sel darah merah bersifat
flexible tetapi tidak elastis. Beberapa materi esensial yang mempengaruhi
produktivitas eritrosit adalah protein, mineral dan vitamin. Masing-masing dari
materi tersebut memiliki peranan tersendiri yang menentukan produktivitas
eritrosit (Schalm 1975). Eritrosit dihasilkan dalam sumsum tulang merah dari
hemositoblast (Craigmyle 1994).
Fungsi utama dari sel darah merah (eritrosit) adalah mengangkut
hemoglobin dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain itu
beberapa fungsi lainnya adalah eritosit ini memiliki banyak sekali karbonik
anhidrase yang mengkatalis antara karbon dioksida dan air, sehingga
meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik. Kecepatan reaksi tersebut akan
membuat air dalam darah bereaksi dengan karbondioksida dalam jumlah yang
cukup banyak, maka hal tersebut akan mengakibatkan terangkutnya ion
bikarbonat (HCO3-) dari jaringan menuju paru-paru (Guyton and Hall1992).
Eritrosit kucing lokal berbentuk cakram bikonkaf tanpa inti dan ada dalam
sirkulasi sekitar 120 hari (Craigmyle 1994). Menurut Mitruka and Ranswley
(1977) jumlah eritrosit pada kucing adalah 7.3 juta per mm3 dan berkisar antara 59 juta per mm3.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pembawa oksigen dalam darah dan merupakan
salah satu molekul protein yang dikenal oleh banyak orang (Dickerson and Geis
1983). Hemoglobin adalah komponen yang penting dalam eritrosit yang
menyebabkan warna merah pada eritrosit. Jumlah Hemoglobin darah sebagian
besar mamalia adalah diantara 13-15 g/dl darah (Swenson 1984).
Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai subunit hemoglobin yang
berbeda, hal tersebut tergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida.
Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma dan rantai delta.
Bentuk hemoglobin yang paling umum dalah bentuk hemoglobin dewasa yaitu
9
hemoglobin A, yang merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta
(Guyton and Hall 1992).
Leukosit
Leukosit merupakan unit yang aktif dalam sistem pertahanan tubuh.
Leukosit sebagian dibentuk dalam sumsum tulang dan sebagian lagi dibentuk di
jaringan limfe (Guyton and Hall 1992). Dellman and Brown (1989) membagi
leukosit menjadi dua golongan, yaitu : granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil)
dan agranulosit (limfosit dan monosit). Fungsi dari sel darah putih (leukosit) yaitu
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius
yang mungkin ada. (Guyton and Hall 1992).
Granulosit
Neutrofil
Neutrofil atau yang disebut juga microphages, memiliki aktivitas terhadap
tahap inflamasi dan menghancurkan materi yang bersifat phagosit (Schalm 1975).
Menurut Jain (1993) neutrofil merupakan garis depan dalam pertahanan seluler
terhadap infeksi mikrobial. Peradangan akut akan meningkatkan jumlah dan
migrasi neutrofil ke dalam jaringan (Meyer et al 1992).
Fungsi yang terpenting dari neutrofil adalah fagositosis, yaitu proses
pencernaan seluler terhadap zat yang mengganggu (Guyton and Hall 1992). Sel
neutrofil memiliki kemampuan membunuh bakteri dan mencernakan reruntuhan
jaringan. (Meyer et al 1992). Sebagian besar efek tersebut adalah hasil dari
beberapa bahan pengoksidasi kuat yang dibentuk oleh enzim fagosom atau oleh
organel lainnya seperti perioksisom (Guyton and Hall 1992).
Neutrofil pada kucing memiliki sel inti yang relatif lebih besar, yang agak
tidak teratur dan biasanya kurang menunjukan lobulasi yang nyata dibanding
dengan anjing. Sitoplasma sel ini beraspek kelabu pucat dan mengandung butir
halus bewarna ungu (Dellman and Brown 1989). Neutrofil menempati 35 – 75 %
dari volume total leukosit yang bersirkulasi. Neutrofil pada kucing dewasa
memiliki bentuk inti ”U” dengan kromatin retikuler yang menunjukan adanya
daerah kondensasi yang tidak begitu terlihat (Chandler et al. 1985).
10
Eosinofil
Eosinofil merupakan sel darah putih yang memiliki fungsi detoksifikasi
dan berperan dalam reaksi antigen antibody. Eosinofil ditemukan pada saat
material asing masuk ke dalam tubuh di bagian subkutis dan sepanjang traktus
respiratorius. (Schalm 1975).
Menurut Guyton and Hall (1992) dalam keadaan normal eosinofil
merupakan 2 % dari leukosit darah. Eosinofil seringkali diproduksi dalam jumlah
besar pada penderita infeksi parasit. Eosinofil bermigrasi ke jaringan yang
menderita infeksi parasit lalu melekatkan diri pada parasit bentuk muda dan
membunuh banyak parasit dengan berbagai cara yaitu: (1) dengan melepaskan
enzim hidrolitik dan granulanya, yang dimodifikasi lisosom; (2) dengan
melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif yang khususnya mematikan; (3)
dengan melepaskan suatu polipeptida yang sangat
larvasidal. Stockham and
Scott (2002) menyatakan bahwa eosinofil memiliki kemampuan fagosit dan
bakterisidal dan juga merupakan mediator inaktif dari sel mast. Selain itu eosinofil
juga menyerang beberapa larva dan parasit dewasa.
Jumlah eosinofil rata-rata pada kucing berkisar 2-12 % dari total leukosit
(Rukmono 1996). Dellman and Brown (1989) menyatakan bahwa eosinofil
memiliki inti bilobus dan sitoplasma penuh dengan butir asidofil yang besar,
eosinofil juga memiliki ukuran diameter berkisar antara 10-12 mikron.
Basofil
Basofil berasal dari sumsum tulang. Produksi dan diferensiasinya
dikendalikan oleh IL-3 dan sitokenes lain. Waktu transit dalam sumsum
setidaknya 2,5 hari dan basofil dapat bertahan hidup selama dua minggu dalam
jaringan (Stockham and Scott 2002).
Sel mast dan basofil melepaskan heparin ke dalam darah, yaitu suatu
bahan yang dapat mencegah pembekuan darah dan dapat mempercepat
perpindahan partikel lemak dari darah. Selain itu sel mast dan basofil juga
melepaskan histamin dan sedikit bradikinin dan serotonin (Guyton and Hall
1992).
11
Basofil dapat bermigrasi menuju tempat terjadinya perlukaan, dengan
menembus endotel kapiler untuk berkumpul pada jaringan yang rusak. Kemudian
basofil melepaskan respon inflamasi pada lokasi perlukaan (Martini et al 1992).
Diameter basofil 10-12μm dengan inti dua gelambir atau tidak teratur.
Butirnya bewarna biru tua sampai ungu sering menutupi inti yang bewarna agak
cerah. Butir-butir tersebut mengandung heparin, histamin, asam hialuron,
kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik (Dellman and Brown
1989). Pada kucing butir basofil berjumlah sedikit, berbentuk lonjong dan
bewarna biru ungu kotor dan dalam sitoplasmanya tampak vakuola, yang diduga
sebagian butir bersifat mudah larut dalam air (Hartono 1989).
Agranulosit
Limfosit
Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfe, namun dapat juga
dijumpai dalam jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa dari
traktus gastrointestinal dan sumsum tulang (Guyton and Hall 1992). Sel limfosit
memiliki dua bentuk, yaitu limfosit besar yang merupakan bentuk belum dewasa
dan limfosit kecil yang merupakan bentuk limfosit dewasa. Pada limfosit dewasa
ditemukan lebih banyak sitoplasma, nukleus lebih besar dan sedikit pucat dari
limfosit kecil. Sedangkan limfosit kecil nukleus besar dan kuat mengambil zat
warna, dikitari sitoplasma bewarna biru pucat (Dellman and Brown 1989). Pada
kucing limfosit yang paling banyak ditemukan adalah limfosit kecil (Jain 1993).
Limfosit sebagai pertahanan terdiri dari 2 sel yaitu : limfosit T bertindak
sebagai pertahanan seluler sedangkan limfosit B sebagai pertahanan humoral
(Martini at al 1992). Menurut Guyton and Hall (1992) limfosit T bertanggung
jawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk imunitas
diperantai sel. Sedangkan limfosit B bertanggung jawab dalam pembentukan
imunitas humoral.
Monosit
Monosit merupakan makrofag yang memiliki sistem enzim yang dapat
menangani
hal patogen,
khususnya
yang
disebabkan respon
inflamasi
12
granulomatosa. Respon tersebut disebabkan oleh fungi, protozoa dan bakteri
(Schalm 1975).
Diameter monosit 15-20 μm, inti berbentuk tapal kuda atau oval (Dellman
and Brown 1989). Dalam sirkulasi darah kucing, jumlah monosit berkisar 1-4 %
dari total leukosit (Jain 1993). Monosit mempunyai siklus hidup 2.5- 3 hari dan
dibentuk dalam sumsum tulang (Breazile 1971).
Trombosit
Trombosit atau keping darah (platelets) adalah benda darah yang paling
kecil, berukuran 2 sampai 4 μm, berasal dari bagian sitoplasma sel besar dalam
sumsum tulang yang disebut megakariosit (Dellman and Brown 1989).
Ukuran trombosit bervariasi, memiliki bentuk yang besar menyerupai
eritrosit sampai dengan berukuran eritrosit. Terkadang mereka tampak seperti
tabung yang berdampingan dan terdapat kecenderungan untuk membentuk massa
amorphus (Schalm 1975).
Fungsi utama trombosis adalah mencegah pendarahan ketika terjadi
kerusakan pembuluh darah (Swenson 1984). Membran sel trombosit juga
memiliki fungsi yang cukup penting. Membran trombosit mengandung banyak
fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses
pembekuan darah (Guyton and Hall 1992).
Plasma darah
Plasma adalah campuran protein anion kation yang sangat kompleks.
Plasma protein terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu
kelompok protein yang dapat menyediakan nutrisi sel-sel, kelompok kedua yaitu
kelompok protein yang terlibat dalam transpor bahan kimia lainnya termasuk
hormon, mineral dan intermediet dan yang terakhir adalah kelompok protein yang
berkaitan dengan pertahanan terhadap penyakit. Plasma didapat dengan
mencampurkan darah segar dengan antikoagulan dan disentrifugasi, maka
supernatannya adalah plasma (Williams 1987).
Protein plasma tidak ditujukan untuk kebutuhan nutrisi tetapi tetap
dipertahankan keberadaannya dalam plasma. Secara eksperimental kandungan
13
protein bisa diturunkan kemudian beberapa hari akan normal kembali
(Copenhaver et.al 1978). Protein plasma yang telah diidentifikasi adalah albumin,
globulin dan fibrinogen (Swenson 1984) . Jumlah plasma darah yaitu 55-70 %
total darah Hati mensintesa dan melepaskan lebih dari 90% protein plasma
(Martini et al 1992).
Selain terdapat protein, dalam plasma juga terdapat air. Interaksi antara
protein yang ada dalam plasma dan molekul protein yang mengelilinginya
membuat plasma relatif lengket, kohesif dan tetap mengalir. Sifat ini menentukan
viskositas cairan (Martini et al 1992).
Hematokrit
Hematokrit atau Packed Corpuscular Volume (PCV) adalah suatu ukuran
yang mewakili volume eritrosit di dalam 100 ml darah (Duncan and Prase 1977).
Dalam pengukuran nilai hematokrit, darah dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1)
masa eritrosit bagian bawah atau yang disebut PCV (Packed Call Volume), (2)
lapisan leukosit dan trombosit yang bewarna putih atau abu-abu, yang muncul di
atas sel darah merah, (3) plasma darah pada bagian paling atas (Schalm 1975).
Pada saat pendarahan jumlah eritrosit yang hilang berbanding lurus dengan
plasma darah sehingga nilai hematokrit tidak berubah. Namun anemia
menyebabkan nilai hematokrit turun (Duncan and Prase 1977).
Indeks Eritrosit
Menurut Nordenson (2002) indeks sel darah merah digunakan untuk
mndefinisikan ukuran dan kandungan hemoglobin dari sel darah merah yang
terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemaglobin
(MCH), Mean Corpuscular Hemaglobin Concentration (MCHC) dan Red Cell
distribution Width (RDW).
MCV (Mean Corpuscular Volume )
Nilai MCV mengindikasi volume rata-rata sel darah merah. Bila nilai MCV
berada di bawah kisaran normal disebut mikrositik, sedangkan bila nilai MCV
berada di atas kisaran normal disebut makrositik (Brown 1980).
14
MCV (dalam satuan femtoliter/fl)= (PCV/RBC) x 10
MCH ( Mean Corpuscular Hemoglobin )
MCH merupakan perhitungan massa hemoglobin dalam eritrosit (Schalm
1975). Menurut Raphael (1987) MCH adalah jumlah perbandingan antara kadar
Hemoglobin dengan jumlah Eritrosit dengan satuan pg ( pica gram ).
MCH (dalam satuan pica gram/pg) = (Hb/RBC) X 10
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration)
MCHC
merupakan
perhitungan
yang
menjelaskan
persen
volume
hemoglobin dalam eritrosit (Schalm 1975). Sedangkan menurut Brown (1980)
MCHC merupakan nilai konsentrasi hemoglobin di dalam sebuah sel darah
merah. Bila nilai MCHC berada di atas kisaran normal maka disebut hiperkromik,
sedangkan bila nilai MCHC berada di bawah kisaran normal disebut hipokromik
(Nordenson 2002)
MCHC (%) = (Hb / PCV) X 100
RDW (Red Cell Distribution Width)
RDW merupakan nilai yang mendeskripsikan variasi ukuran eritrosit dalam
suatu populasi eritrosit (Nordenson 2002).
RDW (dalam persen) = standar deviasi volume eritrosit x 100
rata-rata volume sel
Download