dan deforestasi - Forest Peoples Programme

advertisement
RANTAI PASOK
PERTANIAN INDUSTRI,
HAK ASASI MANUSIA
DAN DEFORESTASI
MARI BERAKSI
2016
HENTIKAN PERAMPASAN
TANAH UNTUK INDUSTRI
SAWIT SEKARANG!
K
ami yang bertandatangan di bawah ini, para
wakil organisasi masyarakat adat, komunitas lokal
dan organisasi masyarakat sipil dari Indonesia,
Liberia, Kolombia dan Peru, telah berkunjung
ke Eropa untuk menyoroti dampak minyak
sawit dan rantai pasok komoditas pertanian lain
terhadap masyarakat, tanah dan hutan kami.
Kami telah memberikan kesaksian kepada anggota
parlemen dan badan-badan legislatif di Brussels,
The Hague dan London dan telah berdialog
dengan para pembuat kebijakan senior di Komisi
Eropa dan dengan departemen-departemen
pemerintah Belanda, Jerman dan Inggris yang
bertanggung jawab menetapkan standar-standar
perdagangan dan hak asasi manusia, bioenergi,
pertanian, perubahan iklim dan perlindungan
hutan. Kami juga telah bertemu dengan para
inovator dan tim keberlanjutan dari lembaga
keuangan dan perusahaan makanan besar yang
investasi dan produknya berkaitan dengan rantai
pasok minyak sawit yang berhulu di negara kami.
Setelah
memberikan
kesaksian
tentang
pengalaman kami sendiri dalam berbagai
pertemuan dan dialog dengan para pengambil
keputusan, lembaga pembiayaan dan pelaku
sektor swasta antara 27 April dan 4 Mei, kami
telah berulang kali berbagi bukti-bukti dan
pesan-pesan sebagai berikut:
Menyatakan keprihatinan yang teramat
besar mengenai dampak negatif yang serius
dari banyak rantai pasok minyak sawit dan
komoditas pertanian industri lainnya terhadap
hak asasi manusia masyarakat adat, petani kecil
dan masyarakat di Indonesia, Liberia, Kolombia,
Peru, dan negara-negara lain, termasuk, antara
lain, pelanggaran terhadap hak kami atas tanah
dan wilayah kami, pelanggaran terhadap standar
konsultasi sebelumnya serta standar persetujuan
bebas, didahulukan dan dinformasikan (FPIC),
pelanggaran terhadap hak-hak kami atas
kehidupan, hak atas makanan dan atas standar
pokok ketenagakerjaan;
Mengingatkan bahwa peningkatan kawasan
perkebunan monokultur kelapa sawit yang
saat ini terus berlangsung dan perkembangan
infrastruktur pengolahan minyak sawit seringkali
berkaitan dengan perampasan tanah baik di masa
lalu maupun di masa sekarang, pemindahan warga
secara paksa, perbudakan dan kondisi kerja yang
memprihatinkan, kebakaran hutan, deforestasi,
4
emisi gas rumah kaca, hilangnya berbagai
lanskap pedesaan dan kerusakan lingkungan,
serta kriminalisasi dan intimidasi terhadap tokoh
masyarakat dan pembungkaman terhadap protes
lokal di negara-negara kami: dampak-dampak ini
terus meningkatkan kerentanan masyarakat kami
dan menciptakan krisis yang teramat besar di
bidang pangan, air, kesehatan dan keswadayaan
di komunitas-komunitas kami;
Memperhatikan dengan penuh kekhawatiran
bahwa ekspansi dan pembangunan perkebunan
agribisnis industri di berbagai belahan dunia
terus menyebabkan dampak negatif terhadap
pengetahuan tradisional, sistem tenurial dan
pengelolaan sumber daya secara adat, mata
pencaharian tradisional dan integritas budaya di
masyarakat kami;
Menyatakan kesedihan yang mendalam bahwa
kerugian bagi masyarakat yang terkena dampak
akibat pembebasan tanah ilegal di masa lalu,
penggundulan hutan, kerusakan lingkungan
dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius
yang berkaitan dengannya di lahan-lahan yang
diduduki oleh perusahaan kelapa sawit tetap
berlangsung tanpa penyelesaian; dan bahwa
sebagian besar korban di Kolombia, Indonesia,
Peru, Liberia dan negara-negara lain belum
menerima ganti rugi yang memadai;
Menyatakan keprihatinan mendalam atas
rencana pemerintah nasional kami untuk
melakukan deregulasi lebih lanjut terhadap sektor
agribisnis dan untuk memungkinkan masuknya
investasi langsung asing untuk mempercepat
ekspansi perkebunan kelapa sawit industri di
negara-negara kami dan meningkatkan luas
lahan yang ditanami tanaman untuk bahan
bakar nabati dan tanaman ekspor lainnya tanpa
perlindungan memadai sebelumnya terhadap
hak asasi manusia kami, dan hak kami atas tanah
dan mata pencaharian tradisional;
Memperhatikan bahwa terdapat kontradiksi besar
dalam kebijakan nasional tentang pembangunan
ekonomi yang mendukung industri pertanian di
satu sisi, dan di sisi lain - kebijakan pemerintah
yang menjanjikan pencapaian nol deforestasi dan
mitigasi perubahan iklim di bawah perjanjian
bilateral dengan negara-negara seperti Inggris,
Jerman dan Norwegia; dan bahwa ketiadaan
keterkaitan antar kebijakan ini menyebabkan
terus berlangsungnya kehilangan hutan dan
pelanggaran hak asasi manusia yang berkaitan
dengannya di negara-negara seperti Indonesia, Peru
dan Kolombia;
Memperhatikan dengan kekhawatiran bahwa bankbank, dana pensiun dan investor Eropa, termasuk
bank komersial dan bank pembangunan Inggris,
Jerman dan Belanda, menyediakan pembiayaan
dan investasi bagi perusahaan perkebunan kelapa
sawit transnasional dan pabrik pengolahan minyak
sawitnya yang tengah direncanakan, sedang
dibangun atau sudah beroperasi antara lain di
Indonesia, Liberia, Peru dan Kolombia;
Menekankan bahwa sebagian skema sertifikasi
rantai pasok tidak memberikan perhatian yang
cukup terhadap masalah hak dan masalah-masalah
sosial, sementara skema sertifikasi sukarela progresif
seperti RSPO masih (biasanya) belum mampu
memberikan ganti rugi/penyelesaian yang efektif
kepada masyarakat yang mengajukan keluhan,
sementara banyak anggota RSPO masih mengalami
masalah-masalah ketidakkepatuhan; dan bahwa
kekurangan-kekurangan ini menyebabkan semakin
meningkatnya jumlah pengaduan masyarakat ke
RSPO dalam kaitannya dengan pengembangan
perkebunan di Asia, Afrika dan Amerika Latin;
Menyoroti
bahwa
meskipun
perusahaan
penandatangan Deklarasi New York tentang Hutan
serta beberapa bank dan dana investasi besar telah
mengadopsi prinsip-prinsip dan kebijakan tentang
sumber rantai pasok pertanian yang bertanggung
jawab dan investasi yang berkelanjutan, mekanisme
yang efektif untuk uji tuntas dan kepatuhan seringkali
belum memadai dan tidak efektif dalam memastikan
pelaksanaannya di lapangan;
Mengingat bahwa Uni Eropa adalah importir
minyak sawit terbesar ketiga di dunia dan bahwa
petani industri dan pabrik ekstraksi minyak sawit di
Indonesia, Kolombia dan negara-negara produsen
lainnya memasok dunia industri dan pasar di negaranegara konsumen Eropa seperti Jerman, Belanda
dan Inggris;
Mengakui bahwa kebijakan pembangunan, perjanjian
perdagangan bebas dan kebijakan bioenergi dari Uni
Eropa dan negara-negara anggotanya memainkan
peran penting dalam mengirimkan sinyal pasar yang
dapat mempengaruhi konsumsi global minyak sawit,
harga komoditas dan tren investasi internasional
di bisang minyak sawit dan komoditas pertanian
lainnya, yang pada gilirannya dapat mendorong
permintaan akan lahan untuk pengembangan
agribisnis di negara-negara produsen.
Mengingat bahwa Uni Eropa saat ini sedang
meninjau kebijakan keberlanjutannya untuk
bioenergi dan juga tengah mempertimbangkan
pemutahiran target dan standar untuk kebijakan
Arah Energi Terbarukan mereka;
Juga memperhatikan Deklarasi Amsterdam
tahun 2015 dan janji-janji yang dibuat
oleh pemerintah Belanda, Inggris, Jerman
dan Perancis dalam Deklarasi tersebut
untuk mendatangkan 100% minyak sawit
berkelanjutan pada tahun 2020 dan menghindari
deforestasi dalam rantai pasok pertanian;
Menyambut baik komitmen Uni Eropa dan
Komisi Eropa untuk mengeksplorasi pilihan-
pilihan untuk merumuskan dan melaksanakan
Rencana Aksi Uni Eropa yang baru tentang
Deforestasi dan Degradasi Hutan (EUAPDD),
yang memiliki ruang lingkup potensial yang
penting untuk mengatasi deforestasi dalam rantai
pasok pertanian yang memasuki Uni Eropa;
memastikan kepatuhan efektif terhadap kebijakan
sosial dan lingkungan, termasuk kriteria dan uji
tuntas yang ketat untuk mengecualikan dan/atau
menangguhkan pembiayaan internasional untuk
agribisnis yang berkaitan dengan perampasan
tanah dan pelanggaran hak asasi manusia;
Kami menyerukan kepada Uni Eropa (EU),
negara-negara dan pemerintah-pemerintah
yang menjadi anggota Uni Eropa, Komisi Eropa
(EC), sektor swasta, investor, lembaga keuangan
dan masyarakat luas di Inggris, Jerman, Belanda
dan negara-negara konsumen lainnya untuk
memperhatikan keprihatinan kami dan untuk
mengambil tindakan segera untuk membersihkan
rantai pasok global kelapa sawit dan komoditas
pertanian lainnya. Kami dengan ini membuat
seruan khusus untuk pengambilan tindakan
sebagai berikut:
5. Bank-bank pembangunan multilateral
dan bilateral dan Dana Iklim yang didanai oleh
publik seperti Dana Iklim Hijau (Green Climate
Fund) harus memastikan bahwa kebijakankebijakan pengaman mereka bersifat mengikat,
dan sepenuhnya selaras dengan hukum hak
asasi manusia internasional dan standar terkait
mengenai masyarakat adat, masyarakat keturunan
Afrika, petani dan masyarakat pedesaan: standarstandar tersebut harus didukung oleh mekanisme
kepatuhan dan ganti rugi yang jauh lebih kuat;
Kepada sektor pembiayaan dan lembaga
keuangan internasional:
1. Menghentikan perusahaan investasi dan
pembiayaan dan operasi bisnis yang terkait
secara langsung atau tidak langsung dengan
pelanggaran hak asasi manusia, pembebasan
tanah ilegal di masa lalu atau di masa sekarang,
deforestasi dan kerusakan lingkungan lainnya;
2. Mempublikasikan kepada umum dan
mengungkapkan seluruh investasi dan pinjaman
ke sektor agribisnis dan bukti-bukti penapisan
keberlanjutan dan legalitas dan bagaimana uji
tuntas telah digunakan untuk mengaudit dan
memeriksa dengan seksama investasi dan para
peminjam potensial;
3. Memastikan seluruh bank publik dan
swasta, dana pensiun dan instrumen investasi
mengadopsi perlindungan sosial dan lingkungan
internal yang mengikat untuk membatasi
pendanaan hanya untuk investasi dan operasi
agribisnis yang legal dan berkelanjutan di seluruh
rantai pasok global minyak sawit dan komoditas
pertanian lainnya;
4. Lembaga-lembaga pendanaan internasional
(IFI) yang telah mengadopsi kebijakan-kebijakan
tersebut, termasuk anggota perbankan dan
inisiatif keberlanjutan para investor, harus
segera mengadopsi mekanisme pengawasan
dan kepatuhan yang jauh lebih kuat untuk
6
6. Pembaruan sistem pengaman Bank Dunia
yang diusulkan harus sepenuhnya memasukkan
standar persetujuan bebas, didahulukan dan
dinformasikan (FPIC) bagi masyarakat adat
dan melarang penggunaan sistem negara untuk
perlindungan sosial dan lingkungan yang tidak
memenuhi standar Bank Dunia dan normanorma internasional yang berlaku; normanorma ini harus diterapkan melalui peningkatan
dan penguatan struktur pelaksanaan pengaman
internal Bank Dunia dan sistem kepatuhan yang
kuat.
Kepada Uni Eropa dan negara-negara
anggotanya:
1. Menetapkan standar hukum yang mengikat
dan memastikan kontrol yang ketat, uji tuntas dan
mekanisme penegakan hukum untuk mengatur
rantai pasok minyak sawit dan komoditas
pertanian lainnya yang diimpor ke Uni Eropa
untuk menghilangkan perdagangan produkproduk yang berkaitan dengan pelanggaran hak
asasi manusia, perampasan tanah, deforestasi dan
dampak lingkungan berbahaya lainnya di Uni
Eropa;
2. Memastikan bahwa kontrol-kontrol hukum
baru untuk minyak sawit dan rantai pasok
komoditas pertanian lain yang berisiko melanggar
hak asasi manusia ditegakkan dengan benar
di titik-titik impor ke Uni Eropa (pelabuhan)
melalui penyediaan sumber daya yang memadai
untuk sistem penelusuran yang dapat diverifikasi,
serta penyediaan staf khusus di pihak pabean dan
lembaga penegak hukum;
3. Menetapkan mekanisme pemantauan,
pengawasan dan kepatuhan yang jauh lebih kuat
terhadap hak asasi manusia, ketentuan-ketentuan
pembangunan sosial dan berkelanjutan
dalam Kesepakatan Perdagangan Bebas
Uni Eropa dengan Kolombia dan Peru serta
perjanjian perdagangan Uni Eropa yang tengah
direncanakan atau dirundingkan, termasuk
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif
Indonesia (CEPA);
4. Mengambil tindakan segera untuk
mempromosikan perlindungan terhadap hakhak kolektif masyarakat adat dan komunitas
lokal atas tanah dan wilayah mereka melalui
perbaruan kebijakan Uni Eropa, langkah-langkah
prioritas dan inisiatif-inisiatif yang ditargetkan
dalam kerjasama pembangunan Uni Eropa dan
dalam dialog dan perjanjian-perjanjian Uni
Eropa dalam hak asasi manusia, perdagangan,
keamanan pangan, tata kelola tenurial dan
pembangunan dengan Indonesia, Liberia, Peru
dan Kolombia dan negara-negara dunia ketiga
lainnya;
5. Menyertakan ketentuan-ketentuan hak asasi
manusia yang jelas dalam usulan Rencana Aksi
Uni Eropa tentang Deforestasi dan Degradasi
Hutan (EUAPDD), termasuk standar-standar
hak asasi manusia dan hak-hak atas tanah
terkait lainnya yang sejalan dengan Rencana
Aksi Uni Eropa tentang Hak Asasi Manusia
serta kewajiban-kewajiban internasional dan
komitmen-komitmen Uni Eropa dan negara
dunia ketiga tentang hak-hak masyarakat adat
dan komunitas lokal. Standar-standar ini harus
diterapkan sebagai bagian sentral dari tindakan
dan inisiatif-inisiatif khusus EUAPDD untuk
menghapus produk-produk yang mengandung
deforestasi dan yang berisiko mengancam hutan
yang terkait dengan perampasan tanah dan
pelanggaran hak asasi manusia dari impor Uni
Eropa;
6. EUAPDD harus memasukkan langkahlangkah khusus untuk membasmi perdagangan
ilegal dan pelanggaran-pelanggaran hak yang
terkait dengan konversi kayu yang berasal dari
perubahan penggunaan lahan untuk agribisnis
dan pembangunan perkebunan;
7. Memastikan bahwa setiap pembaruan dari
Renewable Energy Directive harus sepenuhnya
selaras dengan kebijakan dan rencana aksi
Uni Eropa di bidang hak asasi manusia dan
perdagangan yang legal dan berkelanjutan,
termasuk melalui adopsi ketentuan-ketentuan
tambahan dan kriteria keberlanjutan yang
jelas mengenai hak asasi manusia, hak atas
tanah dan persetujuan bebas, didahulukan dan
dinformasikan untuk bioenergi dan rantai pasok
biofuel yang memasuki Uni Eropa;
8. Negara-negara anggota Uni Eropa harus
mendukung inisiatif untuk Perjanjian PBB
tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia yang
baru dan mengikat untuk mengatur operasi
perusahaan-perusahaan transnasional;
9. Dialog kebijakan Uni Eropa dengan
pemerintah negara dunia ketiga harus
mendorong perlindungan yang jauh lebih efektif
terhadap hak asasi manusia dan para pembela
tanah oleh otoritas nasional, termasuk melalui
skema perlindungan nasional yang responsif dan
didukung sumber daya yang baik.
Kepada perusahaan produsen dan lembaga
sertifikasi rantai pasok
1. Melakukan uji tuntas lengkap yang dilakukan lebih awal dan sebelum tindakan lainnya
tentang hak atas tenurial tanah, klaim tanah dan
konflik tanah yang belum terselesaikan yang terkait dengan usulan bidang-bidang investasi atau
pembangunan agribisnis sebelum melakukan
perundingan atau penandatanganan kontrak
dengan pemerintah setempat atau pemilik tanah
lainnya;
2. Memastikan prosedur penyaringan untuk
keanggotaan perusahaan dari skema sertifikasi
seperti RSPO diperkuat untuk menjaga standar
industri dan kredibilitas, dengan mengecualikan
perusahaan-perusahaan yang terlibat dengan
dampak negatif dan atau konflik masa lalu yang
belum terselesaikan yang terkait dengan tanah
yang saat ini dikuasai atau diduduki oleh perusahaan;
3. Mengenalkan standar-standar baru yang
mensyaratkan perusahaan anggota skema sertifikasi untuk mempublikasikan para pemilik dan
penerima manfaat sejati mereka untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;
7
4. Meningkatkan transparansi proses audit
kepatuhan dan pengaduan, dan juga memperkuat panel pengaduan dan sistem keluhan
skema sertifikasi, termasuk melalui peningkatan
sumber daya dan pembentukan tim pengawasan
dan pengaduan khusus independen yang dapat
merespon secara cepat untuk menyelidiki dan
memverifikasi pengaduan masyarakat terhadap
perusahaan yang dituduh melanggar standar
yang telah disepakati;
5. Membuat pengaduan dan sistem komunikasi menjadi lebih terbuka dengan memastikan
penerjemahan dokumen-dokumen dan laporan-laporan penting ke dalam bahasa nasional
dan lokal, sesuai kebutuhan;
6. Meningkatkan standar-standar sertifikasi
untuk komoditas pertanian untuk mencegah
perampasan tanah dan meminimalkan risiko
timbulnya konflik tanah dan pelanggaran hak,
termasuk melalui penerapan pengaman larangan
(no-go) yang ketat untuk investasi perusahaan di
bidang-bidang yang terkait dengan konflik-konflik selama ini, kekerasan di masa lalu dan pelanggaran hak asasi manusia.
Kepada masyarakat sipil, konsumen dan masyarakat luas di Eropa
1. Menuntut transparansi dan jaminan yang lebih besar bahwa semua produk makanan, kosmetik dan minuman yang Anda konsumsi bebas dari
kandungan minyak sawit atau komoditas pertanian lain yang terkait dengan pelanggaran hak asasi
manusia, deforestasi dan perusakan lingkungan;
2. Menekan pihak perusahaan dan pengecer
untuk menerapkan pengaman dan mekanisme uji
tuntas yang lebih kuat untuk membersihkan rantai pasok komoditas pertanian global yang masuk
ke Uni Eropa, termasuk di negara-negara pengimpor utama seperti Belanda, Jerman dan Inggris;
3. Menuntut agar bank-bank dan dana pensiun Anda mengambil tindakan-tindakan yang
lebih praktis untuk meningkatkan uji tuntas
mereka untuk menghilangkan dan mencegah
pendanaan dan investasi di bidang pengembangan agribisnis yang ilegal dan merusak di Indonesia, Liberia, Peru, Kolombia dan negara-ne-
8
gara lain yang menghasilkan minyak sawit serta
komoditas yang berisiko melanggar hal asasi manusia dan mengancam hutan, termasuk kedelai,
gula, kakao dan daging sapi.
Ditandatangi oleh:
Franky Samperante, Pusaka, Indonesia
Agus Sutomo, NGO LinkAR-Borneo
Ali Kaba, SDI, Liberia
Willian Aljure, CONPAZ, Kolombia
Robert Guimaraes, FECONAU, Peru
Sedequías Ancon Chávez, AIDESEP, Peru
DIDUKUNG OLEH
ASIA
Indonesia
Joko Waluyo, SAMPAN Kalimantan, Pontianak - West Kalimantan.
Aidil Fitri, Hutan Kita Institute (HaKI), Palembang - South Sumatera.
Uli P. Sihombing, ILRC - Jakarta.
P. Anselmus Amo, MSC, SKP KAME, Merauke - Papua.
Zulkifii, Lembaga Masyarakat Adat Nagari Kapa, Pasaman Barat - West Sumatera.
Yuliana Lantipo, Koran JUBI, Jayapura - Papua.
Yuliana Langowuyo, SKPKC Fransiskan, Jayapura - Papua.
Dahniar, HUMA - Jakarta.
Diana Gultom, debtWATCH Indonesia - Jakarta.
Edy Subahani, POKKER SHK, Palangka Raya - Central Kalimantan.
Siti Rahma Mary, Public Interest Lawyer Network - Jakarta.
Syamsul Alam Agus, Yayasan Satu Keadilan, Bogor - West Java.
Charles Tawaru, Greenpeace Papua, Sorong - West Papua.
Dimas N. Hartono, Yayasan Betang Borneo, Palangka Raya - Central Kalimantan.
Mohammad Ali, AGRA - Jakarta.
Andi Kiki, Member of Sawit Watch, Palanga Raya - Central Kalimantan.
Syahrul Fitra, Yayasan Auriga Nusantara - Jakarta.
Siti Maemunah, Sajogyo Institute, Bogor - West Java.
Mareta Sari, Tim Kerja Perempuan dan Tambang - East Kalimantan.
Isnadi Esman, JMGR, Pekanbaru - Riau.
Imam Hanafi, JKPP, Bogor - West Java.
Fr. Paul Rahmat SVD, Vivat Indonesia - Jakarta.
Diki Kurniawan, KKI WARSI - Jambi.
Hamid, Yayasan Petak Danum, Kapuas - Central Kalimantan.
Charles Imbir, Raja Ampat - West Papua.
Meiki W. Paendong, WALHI West Java, Bandung - West Java.
Pietsaw Amafnini, JASOIL, Manokwari - West Papua.
M. Kosar, JPIK, Bogor - West Java.
John Muhammad, Partai Hijau Indonesia - Jakarta.
George Dedaida, Papuana Conservation, Manokwari - West Papua.
Joisman Tanduru, Yayasan Pendidikan Rakyat, Palu - Central Sulawesi.
Rio Ismail, The Ecological Justice - Jakarta.
Deni Rahadian, Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif, Bogor - West Java.
Rudiansyah, JMGJ - Jambi.
JT. Tarigan, NTFP-EP Indonesia - Jakarta.
Andi Muttaqien, ELSAM - Jakarta.
Erwin Basrin, AKAR Bengkulu - Bengkulu.
Valentinus Dulmin, S.H, JPIC OFM Indonesia - Jakarta.
10
Azmi Sirajuddin, Yayasan Merah Putih, Palu - Central Sulawesi.
Zulfikar Arma, JKMA Aceh, Banda Aceh - Aceh.
Karlo Lumban Gaol, Sawit Watch, Bogor - West Java.
Rachmi Hertanti, Indonesia for Global Justice - Jakarta.
Marianto Sabintoe, Yayasan Tanah Merdeka, Palu - Central Sulawesi.
Adrianus Manu, Konferensi Pergerakan Rakyat Indonesia, Palu - Central Sulawesi.
Jefri Saragih, Sawit Watch, Bogor - West Java.
Alves Fonataba, PapuaItuKita - Jakarta.
Zely Ariane, Yayasan PUSAKA - Jakarta.
Yuyun Indradi, Greenpeace Indonesia - Jakarta.
Muliadi, Yayasan Petak Danum, Kapuas - Central Kalimantan.
Loury da Costa, PBHKP, Sorong - West Papua.
Ahmad SJA, PADI Indonesia, Balikpapan - East Kalimantan.
Surya Noviansyah, Jaringan Masyarakat Gambut Kalimantan Barat, Pontianak - West Kalimantan.
Djayu, LinkAR Borneo, Pontianak - West Kalimantan.
Esti Cristianti, SH, Perkumpulan Bantuan Hukum Kalimantan, Pontianak - West Kalimantan.
Victor Mambor, Perkumpulan Jubi, Jayapura - Papua.
Ratri Kusumohartono, Greenpeace Indonesia - Jakarta.
Samuel Awom, Gerakan Rakyat Demokratik Papua (GARDA), Jayapura - Papua.
Octovianus Waken, SKP KAME, Merauke - Papua.
Nikmah, INFID - Jakarta.
Wensislaus Fatubun, Human Right Defender and Filmmaker - Papua.
Marthen Luther Salosa, Save Ayamaru Lakes Initiative - Papua.
Fr. Frans Sani Lake SVD, JPIC Kalimantan, Palangkaraya - Central Kalimantan.
Luluk Uliyah, Epistema Institute - Jakarta.
Mariaty A. Niun, JARI Indonesia, Pangka Raya - Central Kalimantan.
China
Blue Dalian, China.
China Environmental Paper Network, China.
AFRIKA
Liberia
New Africa Research and Development Agency (NARDA), Liberia.
Women NGO Secretariat of Liberia (WONGOSOL),Liberia.
Actions of Genuine Democratic Alternatives (AGENDA), Liberia.
Southeastern Women Development Association (SEWODA) , Liberia.
Bassa Women Development Association (BAWODA) , Liberia.
Foundation for Community Initiatives (FCI) , Liberia.
Rights and Rice Foundation (RRF), Liberia.
Development Education Network-Liberia (DEN-L), Liberia.
Save My Future Foundation (SAMFU), Liberia.
Women Movement for Sustainable Development (WOMSUD), Liberia.
Community Development Research Agency (CODRA), Liberia.
Friends of Franbarnie International (FOFI), Liberia.
RESPECT-Liberia Sinoe NGO Network, Liberia.
Society for the Conservation of Nature of Liberia (SCNL).
Citizens’ Development Association of Rivercess (CDA-Rivercess), Liberia.
Civil Society WASH Network (CSO WASH), Liberia.
11
Association of Liberia Community Radio (ALICOR), Liberia.
National Charcoal Union of Liberia (NACUL), Liberia.
Voice of the Voiceless (VOV), Liberia.
Liberia Reform Movement (LRM), Liberia.
American Jewish World Service (AJWS), Liberia.
Justice and Peace Commission (JPC), Liberia.
Social Entrepreneurs for Sustainable Development (SESDev), Liberia.
Institute for Positive Change (IPC), Liberia.
Institute for Research and Democratic Development (IREDD), Liberia.
Platform for Dialogue and Peace (P4DP), Liberia.
The National Concession Working Group (CWG), Liberia.
Negara-negara lain di Afrika
Malle Adolf Ngaya, Cameroon.
Cameroon Indigenous Women Forum (FFAC), Cameroon.
Green Development Advocates (GDA), Cameroon.
Jean-Marie Muanda, Actions pour les Droits, l’Environnement et la Vie (ADEV), DRC.
Lumière Synergie pour le Développement.
Jamaa Resource Initiatives, Kenya.
David Yator Kiptum - Sengwer Indigenous Peoples Programme, Kenya.
Africa-Europe Faith and Justice Network (AEFJN).
AMERIKA SELATAN DAN TENGAH
Kolombia
Comunidades Construyendo Paz en los Territorios - CONPAZ, constituido por:
Asociación Agroecológica Esther Cayapú, ASOESCA, Trujillo, Valle.
Asociación Agroecológica de familiares de víctimas de Playa Rica – ASAVIP – Trujillo, Valle.
Asociación Agroecológica Koinonía – ASOKOINONÍA, Trujillo, Valle.
Asociación Campesina Bien Andante, Sucre, Cauca
Asociación Campesina Agroecológica Huerto Renacer, Sucre, Cauca.
Asociación Campesina en la memoria de Dumar Aljure, Mapiripán, Meta.
Asociación Consejo Regional del Pueblo Nasa del Putumayo-KWE’SX KSXA’W constituido por:
RESG. KIWNAS ÇXHAB (ALTO LORENZO), Puerto Asís.
RESG. NASA ÇXHAB, Puerto Asís.
CABILDO KSXA’W NASA (ALTO DANUBIO), Puerto Asís.
CABILDO SA’T TAMA, Puerto Asís.
CABILDO KWE’SX KIWE, Puerto Asís.
CABILDO NASA FXI’W (LA LIBERTAD), Puerto Asís.
CABILDO KIWE NXUSXA (LAS DELICIAS), Puerto Asís.
CABILDO YU’ LUUÇX – LAS MINAS, Puerto Asís.
CABILDO YU’KH ZXIÇXKWE (SELVA HERMOSA), Puerto Caicedo.
CABILDO KIWE U’KWE, Puerto Caicedo.
CABILDO KWE’SX TATA WALA, Puerto Caicedo.
CABILDO PKID KIWE (LOS GUAYABALES), Puerto Caicedo.
CABILDO KWE’SX NASA ÇXAYU’ÇE (ALTO COQUETO) Puerto Caicedo.
CABILDO YU’ ÇXIHME (EL LIBANO), Puerto Caicedo.
RESG. SEK KAANXI THÄ’ KIWE ALPES ORIENTALES-LA FLORESTA-ALTO COQUETO, constituido
por las comunidades:
SEK KAANXI THÄ’ KIWE, Puerto Caicedo
KITE KIWE, Puerto Caicedo
12
CAMPO ALEGRE, Villagarzón
SANTA ROSA DE JUANAMBU, Villagarzón
CABILDO ÇXHAB WALA, Villagarzón.
CABILDO THÄ’ TADX KIWE (LOMA REDONDA), Villagarzón.
CABILDO ALTO SINAI, Villagarzón.
RESG. JERUSALEN, SAN LUIS ALTO PICUDITO, constituido por las comunidades:
JERUSALÉN, Villagarzón.
SAN LUIS ALTO PICUDITO, Villagarzón.
CABILDO JUAN TAMA, Puerto Guzmán.
MÜHM KIWE (LOS GUADUALES), Puerto Guzmán.
RESG. JXKASE KIWE (EL DESCANSO), Puerto Guzmán.
CABILDO CERRO GUADUA, Puerto Guzmán.
RESG. YU’ UKWE KIWE (AGUADITAS), Puerto Guzmán.
RESG. TXITX UKWE KIWE (PORVENIR – LA BARRIALOSA), Puerto Guzmán.
RESG. LA FLORIDA, Mocoa.
CABILDO KJWEN TAMA LUUÇXWE’SX (HIJOS DE JUAN TAMA), Mocoa.
RESG. NASA UH(LOS GAVILANES), Jardines de Sucumbíos, Ipiales Nariño.
CABILDO KWE’SX KIWE, Orito.
CABILDO NASA TKUYMATEWE’SX, Orito.
CABILDO ALTO SUSPISACHA, Piamonte – Cauca.
CABILDO KIWE ZXIÇXKWE (TIERRA LINDA), Valle del Guamuéz.
CABILDO KIWE U’SE (NUEVA PALESTINA), Valle del Guamuéz.
CABILDO NASA KIWE, Puerto Leguízamo.
ZONA DE RESERVA CAMPESINA REPRESENTADA POR LA Asociación de Desarrollo Integral
Sostenible Perla Amazónica “ADISPA”, Puerto Asís Putumayo, constituida por:
Juventud Raíces de Dignidad. Perla Amazónica “JURADIPA”.
Mujeres Semilleros de Paz, Vereda La Piña.
22 Juntas de Acción Comunal:
Puerto Playa.
Guadalupe.
Toayá.
Bajo Cuembí.
Agualongo.
Angosturas.
Camios.
Chufiyá.
Belén.
Buen Samaritano.
Comandante.
La Rosa.
Sevilla.
Bajo Mansoyá.
Baldío.
Bocana del Cuembí.
La Piña.
La Frontera.
La Española.
Bajo Lorenzó.
San Salvador.
La Juvenil.
Asociación de Familias víctimas de desplazamiento forzado de Argelia, Cauca.
Asociación de Familias víctimas de ejecuciones extrajudiciales “Sembradores de Paz”, San Antonio, Inza,
Cauca.
Asociación de Productores Campesinos, (ASOPROC) Zona Bananera Magdalena.
13
Asociación de Trabajadores del Campo (ASOTRACAMPO), Galapa – Atlántico.
Asociación de Víctimas de la Violencia de Rio Sucio, CLAMORES, Municipio de Turbo, Antioquia.
Comunidad Civil de Vida y Paz, CIVIPAZ, municipio de El Castillo, Meta.
Comunidad de Vida y Trabajo “La Balsita”, municipio de Dabeiba, Antioquia.
Comunidades de Autodeterminación Vida y Dignidad, CAVIDA, municipio Riosucio, Chocó.
Comunidades de Santa Rosa del Limón y Vigía del Curvaradó, Carmen del Darién, Chocó.
Consejo Comunitario del Río Naya.
Consejo Comunitario del Río Jiguamiandó.
Consejo Comunitario La Gloria, Buenaventura.
Consejo Comunitario La esperanza, Buenaventura.
Espacio Humanitario Puente Nayero, La Playita-Buenaventura.
Familia Martínez, Finca la Alemania, municipio de San Onofre, Sucre.
Familia Mausa, Blanquicet y Municipio Carmen de Bolívar, Bolívar.
Familias de los Consejos Comunitarios que habitan en Zonas Humanitarias y Zonas de Biodiversidad de
Curvaradó y Jiguamiandó, municipio Carmen del Darién, Chocó.
Familias del Consejo Comunitario de Bijao, Onofre en Pedeguita y Mansilla.
Familias del Consejo Comunitario La Caucana, Buenaventura.
Familias del Consejo Comunitario de Nueva Unión en Pedeguita y Mansilla.
Familiares de Fredy Mosquera, ejecutado extrajudicialmente, Cauca.
Fundación de Desplazados y Personas Vulnerables(FUNDAPAD) Zona Bananera – Magdalena.
Resguardo Humanitario Ambiental – Urada Jiguamiandó, So Bia Drua, Pueblo Embera, municipio
Carmen del Darién, Chocó.
Resguardo Humanitario y Biodiverso Santa Rosa Guayacán Pueblo Nonam, Buenaventura, Valle.
Zonas de Biodiversidad “Grupo Porvenir”, Puerto Asís, Putumayo.
Zona de Biodiversidad El Triunfo Ancurá-Putumayo.
Zona de Biodiversidad La Gurrera, Ancurá-Putumayo.
Zona de Biodiversidad Buenavista, Nariño.
Zona de Biodiversidad, Pitalito Huila, Memoria desaparecidos.
Comisión Intereclesial Justicia y Paz.
Red Iglesia y Minería.
Humanidad Vigente Corporación Jurídica.
Colectivo Derechos, Diversidad y Selvas.
Indepaz.
Peru
Lizardo Cauper, Presidente, Organización Regionakl de AIDESEP-Ucayali (ORAU).
Felipe Huarcaya Leyve, Federación de Comunidades Nativas Cacataibos, Ucayali.
Luis Tayori, Presidente del Consejo Harakbut Yine Matsiguenka-Coharyima, Madre de Dios.
Julio Cusurichi Palacios, Goldman Prize, Presidente de la FENAMAD, Madre de Dios.
Edwin Montenegro, Presidente de ORPIAN-P, Amazonas and Cajamarca.
Jorge Pérez, Presidente de ORPIO (Organización Regional de Pueblos Indígenas del Oriente), Loreto.
Nelly Pérez Ricardo, Directora, Programa Mujer, ORAU.
Edinson Vásquez Mori, Organización Regional de Jóvenes Indígenas de Ucayali.
Ponciano Sinuiri Vásquez, Presidente, ORDIM.
Augusto Merino Gordel, Jefe, Comunidad Puerto Nuevo, Ucayali.
Ángel Bolívar Malis, Comunidad Kaktaibo de Puerto Nuevo, Ucayali.
Aldo Mendoza Maliz, Comunidad Puerto Nuevo, Ucayali.
Lener Mori Reategui, Sub-jefe, Comunidad Chachibai, Ucayali.
Mari Cauper Rojas, Presidente, ARINMEA, Ucayali.
Grimaldo Villacorta Octanio, Director Territorio, ORAU.
Cecilio Soria Gonzales, Universidad Nacional Intercultural de la Amazonia.
Limber Zumaeta Sánchez, Confederación de Nacionalidades Amazónicas del Perú.
Nicanor de la cruz Fernández Baca, Oficina Defensorial de Ucayali.
14
Diego Villegas kau, Alianza ARKANA.
Bernabé Ventura Urquia, Red de Comunicadores Indígenas del Perú, Ucayali.
Eloisa Bolívar Gonzales, Presidente, CODEMANE, Ucayali.
Pierre Castro Rosado, Asociación Xaga Nete, Peru.
Eliana Saldaña Inuma, Red de Voluntarias de Mujeres en Acción Ecológica, Ucayali.
Negara-negara lain di Amerika Selatan dan Tengah
CIELO: Federación Indígena Empresarial y Comunidades Locales de México.
Roberto D. Puerto, Caritas Honduras, Diócesis de Choluteca, Honduras.
Federación por la Autodeterminación de Pueblos Indígenas (FAPI), Paraguay.
Jorge Ñancucheo, ONPIA, Argentina.
La Pastoral Social del Diócesis de Alto Valle de Rio Negro, Argentina.
Hermanas de la Misericordia de las Américas, Argentina.
Luis Infanti, Obispo de Aysén – Patagonia, Chile.
Equipo Nacional de Pastoral Aborigen – ENDEPA, Chile.
REAJA - Rede de Articulação e Justiça Ambiental dos Atingidos pelo Projeto Minas-Rio, Brasil.
EROPA/DUNIA INTERNASIONAL
Environmental Investigation Agency (EIA).
Oxfam International.
BankTrack, Netherlands.
Both Ends, Netherlands.
INFOE e.V., Germany.
Urgewald, Germany.
Arbeitsgemeinschaft Regenwald und Artenschutz (ARA), Germany.
Size of Wales, UK.
Forest Peoples Programme, UK.
The Publish What You Pay Coalition, UK.
Fern, Belgium.
Inclusive Development International, USA.
Center for International Environmental Law (CIEL), USA.
Friends of the Earth, USA.
International Accountability Project, USA.
Ulu Foundation, USA.
Rainforest Action Network, USA.
Rainforest Foundation, Norway.
Rainforest Foundation, USA.
15
Foto:
Foto sampul: Delegasi dari Indonesia, Liberia, Kolombia dan Peru di Canary Wharf, London, Mei 2016.
(sumber: Kingsley Uzondu/ Environmental Investigation Agency)
Foto sampul dalam: Kerusakan pada hutan di Liberia akibat operasi perkebunan kelapa sawit, 2014.
(Sumber: Justin Kenrick/Forest Peoples Programme)
Foto di halaman 5: Lahan basah dan rawa palma Mauritia asli adalah begian penting dari sistem air di dataran rendah di wilayah timur Kolombia. Perkebunan kelapa sawit industri monokultur terus menghancurkan
daerah-daerah penting ini, mengeringkannya lewat ekstraksi air dan juga menyebabkan pencemaran agrokimia. (Sumber: Inter-ecclesiastical Commission for Justice and Peace)
Foto di halaman 9: Kunjungan delegasi ke Parlemen Eropa, April 2016. (Sumber: Suzanne Daliwhal/
Forest Peoples Programme)
Foto di halaman 14-15: Panorama perkebunan milik United Cacao yang disebut Cacao del Peru Norte
di dekat Tamshiyacu, Loreto, Peru. Yang terlihat hanya setengah dari luas seluruh area perkebunan, Maret March 2015. (Sumber: Environmental Investigation Agency)
Download