C. Perubahan Konstitusi - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KEWARGANEGARAAN
Bab 6.
Konstitusi dan Rule of Law
Fakultas
Program Studi
Teknik
Ekonomi
Ilmu Komputer
S1 Manajemen
S1 Teknik
S1 Ilmu Komputer
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
MK
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI, MM
Abstract
Kompetensi
Modul ini menjelaskan mengenai
pentingnya manfaat dan tujuan
adanya konstitusi dan rule of law
di suatu negara
Mahasiswa dapat memahami
konsep dasar Konstitusi,
perubahan konstitusi dan
pentingnya manfaat dan tujuan
adanya konstitusi di suatu negara
A. Latar Belakang
Sebagai mana kita pahami betapa pentingnya suatu konstitusi bagi suatu negara, yang
ke depannya konstitusi tersebut dapat memberikan konsep keteraturan bagi suatu
negara.Oleh karena itu kita sebagai generasi muda penerus Bangsa amatlah penting untuk
memahaminya, agar kita menjadi generasi yang bisa memahami konstitusi negara kita
sendiri khususnya dan negara-negara lain pada umumnya. Dan yang melatar belakangi
Rule of Law adalah Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintahan Negara selain itu Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi
Konstitusional dan Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi
negara hukum. Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring
degan negara konstitusi dan demokrasi.
Rule of law adalah konsep tentang common law (hukum adat) yaitu seluruh aspek
negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan
egalitarian (orang yang percaya bahwa semua orang sederajat).
B. Konsep Dasar Konstitusi
1.
Istilah dan Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constituer (Pransis), constitution (Inggris), constitutle
(Belanda)
yang
berarti
membentuk,
menyusun
dan
menyatakan.Dalam
konteks
ketatanegaraan, konstitusi di masukkan sebagai pembentukan suatu negara, atau
menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar
(awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa indonesia, konstitusi dikenal
dengan sebutan Undang-undang Dasar (UUD).
2
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keduanya memang tidak berarti sama. UUD hanyalah sebatas hukum dasar yang
tertulis, sedangkan konstitusi disamping memuat hukum dasar yang tertulis, juga mencakup
hukum dasar yang tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis, melainkan juga
bersifat sosiologis dan politis. Sedangkan undang-undang dasar hanya merupakan sebagian
dari pengertian konstitusi, yaitu konstitusi yang tertulis.
Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang
berarti undang-undang dasar (grond=dasar dan wet=undang-undang). Di Jerman istilah
konstitusi juga dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti Undang-Undang Dasar
(grund=dasar dan gesetz=Undang-Undang).
Istilah
konstitusi
menurut
Chairul
Anwar
adalah
fundamentallaws
tentang
pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya.Sementara menurut Sri
Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara dan
sendi-sendi sistem pemerintahan negara.Dari dua pengertian bisa dikatakan bahwa
konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang
diperlukan untuk berdirinya sebuah negara.
2.
Klasifikasi Konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri atas dua bagian diantaranya adalah:
1)
Konstitusitertulis adalah aturan- aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata
negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara.
2)
Konstitusi tidak tertulis/konvensiadalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering
timbul.
3.
Nilai Konstitusi
Nilai dalam konstitusi dibagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah sebagai
berikut:
1)
Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku
dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
3
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2)
Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku/tidsak
seluruh pasal–pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3)
Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa
saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.
4.
Sifat Konstitusi
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1)
Flexible/luwes apabila konstitusi/undang undang dasar memungkinkan untuk berubah
sesuai dengan perkembangan.
2)
Rigid/kaku apabila konstitusi/undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
Jadi bisa disimpulkan Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel dan juga rigid.
Menurut James Bryce, konstitusi dikatakan fleksibel bila bercirikan: Elastis karena dapat
menyesuaikan dirinya dengan mudah dan memungkinkan diubah dengan cara yang sama
seperti undang-undang serta konstitusi tersebut dinamis. Sisi negatif dari konstitusi yang
fleksibel adalah membawa akibat kemerosotan pada kewibaawaan konstitusi itu sendiri.
Sedangkan dikatakan rigid bila ia sulit diubah.
5.
Tujuan Konstitusi
Konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam
menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat.Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tujuan, yaitu:
1)
Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
2)
Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri.
3)
Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
4
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun
setiap penduduk di pihak lain.
6.
Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan
sesuatu hal yang sangat krusial (miring), karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan
terbentuk sebuah negara.
Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip
Thaib- bahwa konstitusi atau undang-undang dasar merupakan suatu hal yang sangat
penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan
dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan, sejalan dengan pendapat
tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakekat konstitusi merupakan perwujudan
paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pemabatasan terhadap kekuasaan
pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
penduduk dipihak lain.
Menurut William G. Andrews, dapat dirumuskan beberapa fungsi konstitusi yang
sangat penting baik secara akademis maupun dalam praktek, yaitu;
1)
Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai satu fungsi konstitualisme
2)
Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan
3)
Menjadi instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik
rakyat dalam sistem demokrasi maupun raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ
kekuasaan negara.
5
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
C. Perubahan Konstitusi
Yang dimaksud dengan perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk menambah dan
atau mengurangi baik sebagian atau seluruh makna yang terkandung dalam konstitusi
tersebut melalui suatu mekanisme perubahan yang ditentukan berdasarkan peraturan
ketatanegaraan yang berlaku. Perubahan konstitusi merupakan keharusan dalam sistem
ketatanegaraan suatu negara, karena bagaimanpun konstitusi haruslah sesuai dengan
realitas kondisi bangsa dan warga negaranya.
Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus
mampu diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak
mungkin bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan peradaban itu
sendiri.Perubahan konstitusi/UUD yaitu: Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk
sebagai hasil revolusi ini yang kadang-kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian
mendapat persetujuan rakyat.
Secara
evolusi,
UUD/konstitusi
berubah
secara
berangsur–angsur
yang
dapat
menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau
konstitusi melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada 4 (empat) macam cara, yaitu
melalui:
1)
Beberapa kekuatan yang bersifat primer
2)
Perubahan yang diatur dalam konstitusi
3)
Penafsiran secara hukum
4)
Kebiasaan yang terdapat bidang ketatanegaraan.
2. Perubahan Konstitusi di Indonesia
Dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat satu pasal yang berkenaan dengan
cara perubahan UUD, yaitu Pasal 37 yang menyebutkan:
6
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1)
Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR harus
hadir.
2)
Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir.
Pasal tersebut mengandung tiga norma, yaitu:
1)
Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tinggi Negara.
2)
Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya adalah
2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR.
3)
Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
D. Pengertian dan Lingkup Rule of Law
Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai dengan keputusan yang
harus dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau hukum
intervensi kebijaksanaan
dalam aplikasi mereka.
Peribahasa
yang dikenal, tanpa
ini dimaksudkan sebagai
pelindung terhadap pemerintahan yang sewenang-wenang.Kata “sewenang – wenang”
(dari bahasa latin
“penengah”)
menandakan
suatu
keputusan
yang dibuat di
atas
kebijaksanaan wasit, bukan menurut aturan hukum.
Secara
umum,
hukum adalah
kumpulan aturan-aturan
yang ditetapkan
oleh
negara dikenakan sanksi atau konsekuensi. Negara hukum merupakan terjemahan dari
konsep rechtsstaat atau Rule Of Lawyang bersumber dari pengalaman demokrasi
konstitusional di eropa abad ke – 19 dan ke – 20.
Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum.ciri Negara
hukum antara lain : adanya supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia dan legalitas
hukum. Di Negara hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada undang –
undang dasar (konstitusi) merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi
setiap penyelenggaraan kekuasaan.
7
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Rule Of Law merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke XIX,
bersamaan dengan kelahiran Negara berdasarkan hukum (konstitusi) dan demokrasi.
Kehadiran Rule Of Lawboleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap Negara absolute
(kekuasaan di tangan penguasa) yang relah berkembang sebelumnya.Rule Of Law pada
hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat
Indonesia dan juga “ keadilan sosial “ . inti dari Rule Of Law adalah adanya keadilan bagi
masyarakat, terutama keadilan sosial.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum. Dalam Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
E. Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia
Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia terbagi menjadi atas 2 bagian diantaranya yaitu:
1.
Prinsip-prinsip Rule of Law secara Formal di Indonesia
Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia tertera dalam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan:
1)
Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan “peri keadilan”
2)
Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur
3)
Untuk memajukan “kesejahteraan umum”,dan mencerdaskan“keadilan sosial”
8
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4)
Disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia”
5)
Kemanusiaan yang “adil” dan beradab
6)
Serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki ( materil ) di Indonesia
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (material) di Indonesia sangat erat kaitannya
dengan penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of
law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan
bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa.Hal ini didukung kenyataan bahwa rule
of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan
mempunyai akar budayanya yang khas pula.Karena bersifat legalisme maka mengandung
gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur
yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak
dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal
sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaanrule of law belum dirasakan
dimasyarakat.
F. Strategi Pelaksanaan Rule of Law di RI
Agar pelaksanaan Rule of Law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:
1.
Keberhasilan rules of lawharus didasarkan pada corak masyarakat hukum yang
bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.
9
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh dan
berkembang pada bangsa.
3. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga
memihak pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif, yang memihak hanya pada keadilan itu
sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum progresif bahwa
”hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan
moral yang kuat.Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang
sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back to law and
order”, kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau
kekuatan apapun.
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
G. Lembaga-lembaga Rule of Law
Lembaga Rule of Law adalah :
1. Kepolisian
2. Kejaksaan
3. Komisi pemberantasan korupsi (KPK)
4. Badan Peradilan: MA, MK, PN dan PT
10
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tugas dari Kepolisian:
1. Menyelenggarakan tertib lalu lintas
2. Membina masyarakat: sadar akan hukum
3. Penyelidikan dan penyidikan tindakan pidana
4. Membantu dari gangguan ketertiban dan bencana
5. Melayani kepentingan masyarakat sbl dilayani lembaga berwenang
Tugas dari Kejaksaan adalah :
1. Penuntutan
2. Melaksanakan penetapan hakim berkekuatan tetap
3. Pengawasan putusan pidana bersyarat
4. Penyidikan tindakan pidana khusus/tertentu, misalnya Korupsi
5. Melengkapi berkas untuk pemeriksaan tambahan
Tugas dari KPK:
1. Berkoordinasi untuk pemberantasan korupsi
2. Supervisi instansi pemberantasan korupsi
3. Penyidikan, penyelidikan dan penuntutan korupsi setelah 27 Desember 2002
4. Tindakan pencegahan korupsi
5. Monitor penyelenggaran negara
Tugas dari MA:
1. Mengadili tingkat kasasi dan PK
2. Menguji aturan terhadap UU
3. Kewenangan lain menurut UU
11
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tugas dari MK:
1. Menguji aturan terhadap UUD 1945
2. Sengketa lembaga negara
3. Pembubaran partai politik
4. Perselisihan hasil pemilu
Kedudukan Kelembagaan MK
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang
sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA). Menurut
ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca Perubahan
Keempat (Tahun 2002), dalam struktur kelembagaan Republik Indonesia terdapat
(setidaknya) 9 (sembilan) buah organ negara yang secara langsung menerima kewenangan
langsung dari Undang-Undang Dasar. Kesembilan organ tersebut adalah (i) Dewan
Perwakilan Rakyat, (ii) Dewan Perwakilan Daerah, (iii) Majelis Permusyawaratan Rakyat, (iv)
Badan Pemeriksa Keuangan, (v) Presiden, (vi) Wakil Presiden, (vii) Mahkamah Agung, (viii)
Mahkamah Konstitusi, dan (ix) Komisi Yudisial. Di samping kesembilan lembaga tersebut,
terdapat pula beberapa lembaga atau institusi yang datur kewenangannya dalam UUD,
yaitu (a) Tentara Nasional Indonesia, (b) Kepolisian Negara Republik Indonesia, (c)
Pemerintah Daerah, (d) Partai Politik. Selain itu, ada pula lembaga yang tidak disebut
namanya, tetapi disebut fungsinya, namun kewenangan dinyatakan akan diatur dengan
undang-undang, yaitu: (i) bank central yang tidak disebut namanya “Bank Indonesia”, dan
(ii) komisi pemilihan umum yang juga bukan nama karena ditulis dengan huruf kecil.
Baik Bank Indonesia maupun Komisi Pemilihan Umum yang sekarang
menyelenggarakan kegiatan pemilihan umum merupakan lembaga- lembaga independen
yang mendapatkan kewenangannya dari Undang-Undang.
Karena itu, kita dapat membedakan dengan tegas antara kewenangan organ negara
berdasarkan perintah Undang-Undang Dasar (constitutionally entrusted power), dan
kewenangan organ negara yang hanya berdasarkan perintah Undang-Undang (legislatively
entrusted power), dan bahkan dalam kenyataan ada pula lembaga atau organ yang
kewenangannya berasal dari atau bersumber dari Keputusan Presiden belaka. Contoh
yang terakhir ini misalnya adalah pembentukan Komisi Ombudsman Nasional, Komisi
Hukum
Nasional,
dan
sebagainya.
Sedangkan
contoh
lembaga-lembaga
yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang, misalnya, adalah Komisi Nasional Hak
12
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Asasi Manusia, Komisi Penyiaran Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisa Traksaksi
Keuangan (PPATK). Dari uraian di atas, Mahkamah Konstitusi dapat dikatakan mempunyai
kedudukan yang sederajat dan sama tinggi dengan Mahkamah Agung. (Jimly As Shidiqie)
Tugas dari PN dan PT
1. Menyelengarakan peradilan pidana dan perdata di tingkat kabupaten dan
propinsi
2. Prioritas perkara: korupsi, terorisme, narkoba, pencucian uang dan tindakan
pidana
Dari pembahasan makalah diatas, maka disimpulkan bahwa Konstitusi adalah suatu
naskah yang memaparkan kerangka dan tugas pokok badan-badan pemerintah suatu
negara yang secara garis besar bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah dan untuk menjamin hak-hak yang diperintah. Secara historis timbulnya
konstitusi sebagai sesuatu kerangka kehidupan telah dan sejak zaman Yunani.
Konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
ketatanegaraan karena ia berfungsi sebagai pegangan dan pembari batas kekuasaan
Negara. Perubahan konstitusi merupakan suatu keharusan dalam sistem ketatanegaraan
dalam suatu Negara, konstitusi karena sebuah konstitusi haruslah sesuai dengan realitas
kondisi bangsa dan negara yang sesuai dengan sifat konstitusi sendiri, yaitu fleksibel dan
rigid.
13
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Demikian, semoga terinspirasi
Terus Semangaaaaat ….
Kerja cerdas, kreatif, banyak teman, ibadah, berdoa ….
=====================
14
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
15
Kewarganegaraan
Ir. Agung Wahyudi B., SSosI., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download