BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki tatanan geologi yang cukup komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar I.1). Indonesia dibatasi oleh zona tektonik yang aktif yang digambarkan dengan intensitas seismik yang tinggi dan vulkanisme hasil dari subduksi antar lempeng-lempeng. Terdapat 3 lempeng utama yang terdapat di Indonesia yaitu Eurasia, India-Australia dan Pasifik-Filipina (Hall, 2009). Gambar I.1. Peta tatanan tektonik di Indonesia (Hall, 2009) Menurut Hall (2009), Setiap lempeng tektonik bergerak satu sama lain sehingga terjadi interaksi antar lempeng. Pada Indonesia bagian barat terjadi interaksi antara lempeng India-Australia dan Eurasia, sedangkan pada Indonesia bagian timur memiliki kondisi yang komplek, terjadi interaksi antara tiga lempeng tektonik yaitu pada bagian utara antara lempeng Eurasia dengan 1 2 lempeng Pasifik-Filipina dan pada bagian selatan antara lempeng IndiaAustralia dengan Eurasia. Salah satu interaksi antara lempeng India-Australia dan Eurasia terjadi pada Nusa Tenggara. Lempeng India-Australia menunjam terhadap lempeng Eurasia (Minarwan, 2013). Penunjaman tersebut mengakibatkan sering terjadi gempabumi dan terbentuknya busur kepulauan vulkanik pada Nusa Tenggara Barat. Data USGS menunjukan bahwa sejak 1970 – 2015 tejadi sekitar 400 gempabumi dengan magnitudo > 5 terjadi di Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya. Dengan intensitas gempabumi yang cukup tinggi maka wilayah Nusa Tenggara Barat merupakan daerah yang memiliki peristiwa seismik yang cukup tinggi. Selain itu penelitian mengenai gempa bumi secara detail yang berkaitan dengan gempabumi belum cukup banyak dilakukan didaerah ini. Hal ini yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian pada daerah Nusa Tenggara Barat. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari penunjaman lempeng tektonik di Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya menggunakan data gempabumi dan data sekunder yang berkaitan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui arah gaya tektonik relatif dalam penunjaman lempeng di Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya. 3 2. Mengetahui lempeng yang mengalami penunjaman terhadap lempeng lain. 3. Mengetahui kecenderungan dan besar sudut penunjaman seiring dengan pertambahan kedalaman slab. 4. Mengetahui kecenderungan sudut penunjaman dari barat ke timur di Nusa Tenggara Barat dan Sekitarnya. I.3. Ruang Lingkup I.3.1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ini memiliki lingkup wilayah yang berada di sepanjang kepulauan Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya, Indonesia. Koordinat wilayah penelitian ini berkisar antara 7.093412° LS – 12.893671° LS dan 114.841703° BT – 119.518106° BT. Gambar I.2. Peta lokasi daerah penelitian (http://earthquake.usgs.gov) 4 I.3.2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi data kegempaan yang terjadi di sepanjang Nusa Tenggara Barat dalam jangka waktu dari tahun 1970 hingga 2015 yang memiliki kekuatan gempa mulai dari 5 SR sampai dengan 10 SR dan kedalaman kurang dari 300 km. Hasil penelitian yang diharapkan hanya berfokus pada lempeng litosfer. Berikut merupakan tabel pelaksanaan penelitian : Tabel I.1 Pelaksanaan penelitian Tahapan Kegiatan Persiapan I.1 Studi Pustaka I.2 Konsultasi Pengumpulan Data dan Analisa II.1 Pengambilan data II.2 Analisa data, interpretasi,dan konsultasi Penyusunan Laporan III.1 Penyusunan dan penyelesaian laporan 2015 Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 5 I.4. Peneliti Terdahulu Berikut merupakan beberapa rangkuman dari penelitian terdahulu yang pernah meneliti daerah terkait : 1. Thorsten pada tahun 2009 melakukan penelitian mengenai hubungan kecepatan pergerakan lempeng subduksi dan viscosity pada proses subduksi lempeng tektonik dengan menghasilkan diagram yang menggambarkan tomografi lempeng subduksi dimana yang paling berperan adalah viscosity dari mantel. Jika nilai viscosity dari mantel bumi lebih besar dari slab subduksi maka slab cenderung curam dan sebaliknya. 2. Harris pada tahun 2009 melakukan penelitian tentang transisi subduksi dan kolisi pada Nusa Tenggara. Salah satu data yang digunakan adalah data gempabumi sampai kedalaman 600 km untuk menginterpretasikan zona penunjaman pada Nusa Tenggara. Hasil dari penelitian ini adalah pada Nusa Tenggara pada bagian timur terjadi kolisi pada bagian barat terjadi subduksi dan transisi antara keduanya ada pada pulau Sumba. 3. Darman pada tahun 2012 melakukan penelitian mengenai tektonik pada Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan pendekatan data seismik dan data gempabumi. Data gempabumi yang digunakan yaitu data dengan magnitudo lebih dari 4,5 skala ritcher sampai kedalaman 600 km. Hasil dari interpretasi data gempabumi pada Nusa Tenggara Timur adalah bahwa lempeng India-Australia menunjam di bawah lempeng Eurasia. Semakin keutara terlihat bahwa lempeng India-Australia semakin besar sudut penunjamannya. 6 4. Minarwan pada tahun 2012 melakukan penelitian tentang sejarah tektonik pada kepulauan Nusa Tenggara berdasarkan atas analisa data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah Tektonik pada Nusa Tenggara dimulai pada 65 juta tahun yang lalu sampai saat ini. 5. Chandra pada tahun 2014 melakukan penelitian tentang penggunaan data gempabumi untuk mengetahui besar sudut penunjaman di Sumatra Utara bagian Barat berdasarkan metode freehand. Chandra melakukan pemodelan secara 2D dan 3D hasilnya adalah dari utara ke selatan pada setiap model yang dibuat tidak dapat menunjukan adanya kecenderungan atau dengan kata lain pada setiap model yang dibuat memiliki nilai sudut penunjaman yang bersifat lokal. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di Nusa Tenggara Barat belum ada yang mencoba untuk membuat suatu model 2D dan 3D sampai kedalaman 300 kilometer dari penunjaman suatu lempeng tektonik berdasarkan data gempa.