Penerapan Pendekatan Behavioral Dalam Meningkatkan Menaati Aturan/Norma Berperilaku (Pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013-2014) PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh : Pandowo, S.Pd., Kons. (SMPN 3 Rancah Kab. Ciamis-JABAR) ABSTRAKSI Peserta didik di SMP Negeri 3 Rancah sudah termasuk pada masa remaja, dimana mereka sedang berada dalam masa transisi dan pencarian jati diri. Dalam masa ini, bila peserta didik tidak dibina dan dibimbing dengan sungguhsungguh, hal ini dapat mengakibatkan terciptanya perilaku-perilaku yang kurang baik dan cenderung menyimpang. Tingkat perkembangan peseta didik kelas VII di SMP Negeri 3 Rancah masih pada tingkat konformitas, yang seharusnya sudah mencapai tingkat saksama. Dengan kata lain, tingkat perkembangan peserta didik masih di tingkat perkembnagan untuk anak SD dan sederajat. Untuk mendongkrak ketercapaian tingkat perkembangan peserta didik, penulis berasumsi bahwa perlu adanya perubahan pada perilaku peserta didik. Dengan kata lain, penulis ingin merubah cara berperilaku peserta didik dalam aspek landasan perilaku etis, dengan cara Pengkondisian operan (Operant Conditioning). Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian, maksud suatu teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. konseling behavioral merupakan proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang (konseli) belajar atau mengubah perilaku. Konselor berperan dalam membantu proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga konseli dapat merubah perilakunya serta memecahkan masalahnya. Dengan menggunakan strategi layanan konseling teman sebaya (peer counseling) dan konseling individu dengan menggunakan pendekatan Behavioral dapat meningkatkan landasan perilaku etis siswa dalam hal ini menaati aturan. A. PENDAHULUAN Peserta didik di SMP Negeri 3 Rancah sudah termasuk pada masa remaja, dimana mereka sedang berada dalam masa transisi dan pencarian jati diri. Dalam masa ini, bila peserta didik tidak dibina dan dibimbing dengan sungguh-sungguh, hal ini dapat mengakibatkan terciptanya perilaku-perilaku yang kurang baik dan cenderung menyimpang. Begitupun para peserta didik kelas VII di SMP Negeri 3 Rancah, tidak sedikit dari mereka yang kurang menyadari pentingnya aspek-aspek Perilaku Etis dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara pengamatan empiris di lapangan, masih banyak siswa kelas VII yang belum matang dalam berperilaku etis. Hal ini membuat penulis ingin tahu tentang pencapaian tingkat perkembangan peserta didik pada aspek perkembangan Perilaku Etis. Tingkat perkembangan peseta didik kelas VII di SMP Negeri 3 Rancah masih pada tingkat konformitas, yang seharusnya sudah mencapai tingkat saksama. Dengan kata lain, tingkat perkembangan peserta didik masih di tingkat perkembnagan untuk anak SD dan sederajat. Untuk mendongkrak ketercapaian tingkat perkembangan peserta didik, penulis berasumsi bahwa perlu adanya perubahan pada perilaku peserta didik. Dengan kata lain, penulis ingin merubah cara berperilaku peserta didik dalam aspek landasan perilaku etis, dengan cara Pengkondisian operan (Operant Conditioning) Bagaimana penerapan Pendekatan Behavioral dalam meningkatkan aspek landasan Perilaku Etisnya dapat meningkat peserta didik kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014? a. Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan Pendekatan Behavioral dalam meningkatkan aspek landasan perilaku etisnya dapat meningkat peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014 b. Tujuan Khusus Secara rinci atau operasional, penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan prosedur penerapan Pendekatan Behavioral dalam meningkatkan aspek landasan perilaku etisnya dapat meningkat peserta didik kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014 2) Menganalisis dampak penerapan Pendekatan Behavioral dalam meningkatkan aspek landasan perilaku etisnya dapat meningkat peserta didik kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014 1. Pendekatan Behavioral Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian, maksud suatu teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk individu mengubah perilakunya agar dapat membantu memecahkan masalahnya. 2. Landasan Perilaku Etis Peserta didik di SMP Negeri 3 Rancah sudah termasuk pada masa remaja, dimana mereka sedang berada dalam masa transisi dan pencarian jati diri. Dalam masa ini, bila peserta didik tidak dibina dan dibimbing dengan sungguh-sungguh, hal ini dapat mengakibatkan terciptanya perilaku-perilaku yang kurang baik dan cenderung menyimpang. Pendapat para ahli tentang rentang masa remaja adalah berkisar antara usia 12 hingga 19 tahun. Pada usia remaja tugastugas perkembangan penting artinya untuk dikuasai sebaik atau seoptimal mungkin, sebab kegagalan dalam menguasai tugastugas perkembangan pada masa ini akan menimbulkan dampak negatif yang lebih parah dibandingkan dengan fase lainnya. Hal ini karena masa remaja adalah periode singkat yang paling bergejolak dan paling penting dalam kehidupan manusia. Kajian Teori Tentang Tindakan (How) Menurut Krumboltz dan Thoresen (Surya, 2003: 26), konseling behavioral merupakan proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang (konseli) belajar atau mengubah perilaku. Konselor berperan dalam membantu proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga konseli dapat merubah perilakunya serta memecahkan masalahnya. Konselor berperan sebagai seseorang yang dapat membantu konseli dengan cara-cara yang sesuai dengan teori behavioral, di antaranya dengan mengkondisikan lingkungan, pemberian reward dan paling utama dengan konseling individu. Dengan mengkondisikan lingkungan sedemikian rupa siswa diharapkan dapat merubah perilakunya yang tidak mau sekolah jadi sekolah lagi. Yang akan diperkuat dengan konseling individu sehingga siswa benar-benar dapat mencapai kematangannya. B. PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Rancah kelas VIID tahun pelajaran 2013-2014. Di mulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Maret 2014. 1. Subjek Penelitian Nama : SR Nama Panggilan :V Tempat, Tgl Lahir : Ciamis, xx April xxxx Zodiak : Aries Hobi : Baca Buku Cita-cita : Produser Musik Alamat : Desa Dadiharja Dusun Karangtanjung RT. xxxx RW. xxx Kec. Rancah Nama Ayah : xxxxxxxxxxx Nama Ibu : xxxxxxxxxxx Pekerjaan Ayah : Buruh Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara Warna kesukaan : Merah dan Biru Idola : Wendy CAGUR Prosedur/Siklus Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Pertama-tama yang dilakukan konselor dalam mempersiapkan Konseling teman sebaya (peer counseling) adalah membuat kesepakatan waktu dan tempat, dan akhirnya disepakati tanggal 18 Februari 2014, jam 11.00 (Menggunakan jam mata pelajaran ), dan tempatnya di kelas VII D Selanjutnya konselor menyiapkan instrumen yang diperlukan seperti lembar observasi, lembar evaluasi dan sarana game. Pelaksanaan a. Siklus I Pelaksanaan Konseling kelompok sesi I Hari Selasa, tanggal 18 Februari 2014, jam 11 WIB di Ruang Kelas VII D Dalam pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling) ini melalui 4 tahap yaitu : Pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran, dimana di dalam konseling teman sebaya (peer counseling) ini menggunakan pendekatan behavioral, artinya teknik-teknik yang ada dalam pendekatan behavioral akan di gunakan dalam tahap-tahap pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling). Pelaksanaan tahap-demi tahap dapat dilaporkan sebagai berikut: a. Tahap I : Pembentukan 1) Konselor mengatur tempat duduk klien senyaman mungkin, dan mengawali kegiatan dengan berdo’a bersama. 2) Konselor menjelaskan, topik, tahap-tahap, tujuan (goal setting), dan tatakrama dalam konseling teman sebaya (peer counseling), setelah konseli mengerti diadakan kesepakatan untuk melanjutkan kegiatan . 3) Dengan teknik asertif dalam behavioral, konselor meminta masing-masing konseli untuk memainkan peranannya sebagai konseli yang harus memperkenalkan diri secara terbuka, hangat ramah, dan tidak perlu malu, dari sini para konseli dan konselor bisa saling menerima keberadaan masing-masing pribadi (Assesment). 4) Selanjutnya masing-masing konseli menyebutkan nama– nama dari konseli lain secara bergantian, dengan maksud untuk mengakrabkan. 5) Konselor mengadakan game 1-2-dor, 4-5-dor, dst, permainan ini selain menyegarkan dan menghangatkan suasana juga membantu konseli untuk fokus (konsentrasi). b. Tahap II : Peralihan 1) Konselor mengamati keakraban dan kehangatan suasana, karena sudah merasa antara konseli cukup hangat dan akrab maka konselor menjelaskan tahap konseling teman sebaya (peer counseling) berikutnya dan mengingatkan topik konseling pada saat itu. 2) Konselor menawarkan pada konseli apakah sudah siap memasuki tahap berikutnya, konselor juga menanyakan apa masih ada yang malu untuk berbicara. Para konseli menyatakan kesiapannya. Kemudian konselor menggunakan teknik behavioral penguat positif yaitu memuji konseli yang sudah menyampaikan pendapat secara terbuka dan konselor juga meyakinkan konseli bahwa proses konseling teman sebaya mereka. c. Tahap III : Kegiatan (peer counseling) akan bermanfaat bagi 1) Konselor mengemukakan topik tentang menaatit aturan, ciriciri orang yang menaatit aturan yang baik 2) Konselor memancing masing-masing konseli untuk menilai menaatit aturan mereka termasuk baik atau kurang baik. Sebagian besar konseli mengaku dalam menaatit aturan kurang baik, ada juga yang kadang-kadang baik kadangkadang kurang baik. 3) Konselor meminta masing-masing konseli mencari sebabsebab kurang baiknya dalam menaatit aturan. Kemudian konselor merangkum pendapat konseli tentang sebab-sebab rendahnya dalam menaatit aturan yaitu:Terganggu pengaruh teman, (ejekan dari teman) 4) Konselor memberikan empati dengan membantu konseli menganilisis kerugian-kerugian yang bisa dialami konseli jika masalah tersebut tidak dicari jalan keluarnya. 5) Konselor memancing seluruh konseli mengemukakan pendapatnnya untuk mencari langkah-langkah pemecahan masalahnya yang dihadapi SR. Hasil pendapat para konseli dirangkum oleh konselor sebagai berikut: Mengabaikan ejekan teman-teman. 6) Konselor memberikan penguat positif lagi berupa pujian atas kemampuan konseli merumuskan langkah-langkah untuk meningkatkan menaatit aturan. 7) Konselor menggunakan teknik dalam behavioral (technique implementation) yaitu teknik shaping untuk menghilangkan perilaku-perilaku mal adaptif yang ada pada diri klien seperti sering alpha, sering membolos les, sering tidak mengerjakan PR yang dirumuskan konselor mengutip pendapat Fraznier sebagai berikut: dengan a) Datang dikelas pada waktunya b) Berpartisipasi dalam belajar c) Mengerjakan pekerjaan rumah, 8) Sebelum tahap ini di akhiri konselor mengadakan relaksasi dengan meminta para konseli untuk melenturkan otot-otot tubuh. d. Tahap IV : Pengakhiran 1) Tahap ini merupakan tahap evaluasi dan tindak lanjut, pada tahap ini konselor menanyakan kepada konseli (SR) tentang kesanggupan untuk melaksanakan langkah-langkah yang sudah dirumuskan dalam tahap ketiga (mencari feedback), ternyata konseli (SR) dengan senang hati sanggup untuk melaksanakan. 2) Konselor melakukan evaluasi (evaluation termination) yaitu evaluasi hasil dengan daftar isian penilaian segera (laiseg). Dari hasil penilaian segera ini diketahui konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling teman sebaya (peer counseling) itu bermanfaat, kemudian 7 konseli menyatakan kegiatan konseling teman sebaya (peer counseling) itu menarik. Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang menaati aturan dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli. 3) Sedangkan evaluasi proses akan dilakukan pada tanggal 10 Maret 2014 dengan menggunakan angket Inventori Tugas Perkembangan (ITP/ATP), dari evaluasi ini nanti akan didapat data skor post test yang akan digunakan untuk uji hipotesis sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya kenaikan menaati aturan setelah proses konseling teman sebaya (peer counseling). 4) Langkah konselor selanjutnya setelah evaluasi melakukan kegiatan tindak lanjut (follow-up), kegiatan tindak lanjut yang akan dilakukan konselor adalah monitoring absen. 5) Sebelum kegiatan di akhiri konselor menawarkan pada konseli untuk melanjutkan dengan kegiatan konseling individu dan disepakati tanggal 11 Maret 2014. Akhirnya konseling teman sebaya (peer group) ditutup dengan do’a bersama dan ucapan terima kasih dari konselor. b. Siklus ke-2 Dari hasil pelaksanaan siklus 1, SR di observasi dan di evaluasi mengenai dampak dari peer group yang dilaksanakan pada siklus 1. Dari hasil refleksi, ternyata SR masih belum optimal dalam melaksanakan kesepekatan yang terjadi dalam mentaati aturan yang seharusnya ia laksanakan. Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus ke-2 dengan cara melaksanakan layanan konseling individual. Pelaksanaan Konseling Individu Konseling individual dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Maret 2014, jam 09.00 WIB di Ruang Guru. Berikut ini laporan pelaksanaan kegiatan konseling individu : a. Tahap I : Awal 1) Konseli duduk 45 derajat dengan konselor, konselor mempersilakan konseli untuk duduk senyaman mungkin dan mengawali kegiatan dengan doa bersama 2) Konselor mengingatkan kembali tujuan tahap-tahap dan tata krama dalam konseling individu.. b. Tahap II : Peralihan 1) Konselor menjelaskan kegiatan yang akan di jalani berikutnya yaitu membahas tentang peningkatan menaati aturan. 2) Konselor menanyakan kesiapan konseli untuk kegiatan berikutnya, juga menanyakan kenyamanan konseli untuk mengikuti kegiatan. Ternyata konseli merasa cukup nyaman dan siap melanjutkan kegiatan konseling individu. c. Tahap III : Kegiatan 1) Konselor memulai diskusi dengan menanyakan kembali keputusan-keputusan yang dirumuskan pada konseling teman sebaya (peer counseling), konseli dapat menjawab dengan tepat. Kemudian konselor menanyakan hal-hal apa saja yang belum bisa dilaksanakan. Apa sebabnya dan bagaimana sebaiknya langkah kedepannya.Konseli mengaku masih ada alpha dalam kehadiran ke sekolah, Namun akhirnya konseli mengambil keputusan untuk menghindari perilaku mal adaptif tersebut. 2) Konselor menjelaskan tentang menaati aturan (hadiah, hukuman dan persaingan). Konseli menyimak penjelasan konselor dan memberi tanggapan. Inti tanggapan konseli bahwa SR senang dan bersemangat jika diberi hadiah, SR juga malu di hukum bila lalai dalam menaati aturan sekolah. 3) Konselor bersama SR merangkum keputusan-keputusan dari kegiatan konselingindividu yaitu; a) Siapa saja bisa menaati aturan b) Menaati aturan dilakukan secara terus-menerus, rutin dan sungguh-sungguh agar hasilnya baik. c) Bersaing dalam kebaikan dengan teman itu bagus asal sportif d) Tingkah laku yang jelek (mal adaptif) dalam menaati aturan jangan sampai diulang lagi seperti membolos atau menghindari pelajaran. 4) Konselor menggunakan teknik dalam konseling behavioral yaitu teknik relapse prevention (pencegahan kambuhan) teknik ini diterapkan pada konseli yang masih sering mengulang tingkah laku negatif yaitu membolos. Dengan mengutip pendapat Marlat dan Gordon (1985) maka langkah-langkah yang akan diambil adalah: a) Menyifati 3 jenis perilaku penyebab kambuhan yaitu perasaan tertekan, konflik interpersonal dan tekanan dari orang lain, juga karena ajakan teman (Tekanan dari orang lain). b) Memberi intruksi tertulis pada SR berkenaan dengan tindakan yang harus diambil, disini konselor meminta SR membuat semacam surat pernyataan kesanggupan untuk tidak membolos lagi. c) Meminta nomor telepon yang dapat dihubungi, disini konselor meminta nomor telepon orang tua SR dan mengajak orang tua untuk memonitor bersama-sama keaktifan SR dalam bersekolah.. d. Tahap IV : Pengakhiran 1) Konselor menyampaikan pesan bahwa kegiatan akan di akhiri 2) Konselor meminta SR mengungkapkan kesan-kesan. 3) Konselor juga menyampaikan kesan-kesan dan memberikan penguat positif berupa pujian yang tulus pada SR.. 4) Konseli mengisi lembar evaluasi hasil (penilaian segera) sementara konselor mengisi lembar observasi. Adapun hasil Observasi terhadap perubahan perilaku siswa dapat dilihat pada tabel berikut : Hasil Observasi Perubahan Perilaku Siswa Pada Saat Proses Konseling Individu NO 1) Aspek Yang di Observasi Saling mengungkapkan Indikator Ada Tidak Keterangan √ masalah 2) Saling Perhatian √ 3) Saling memberi tanggapan √ 4) Komunikatif √ 5) Saling Menghargai √ 6) Hangat, Akrab dan nyaman √ 7) Kerjasama √ 8) Memberikan solusi √ 9) kesimpulan √ paska konseling individu 5)Mengambil Konselor mengisi lembar observasi 10) Membuat pada harirencana kamis tanggal 14 Marert√2014. 6) Konselor merumuskan kegiatan tindak lanjut sebagai berikut: a) Memonitor absen b) Menjalin kerjasama dengan orang tua melalui telpon untuk mengontrol KBM SR.. 7) Konselor menutup kegiatan dengan berdoa, namun terlebih dahulu menyampaikan pesan pada SR bahwa setiap saat konselor bersedia membantu konseli dalam hubungan profesional. Penilaian konseling individu dilakukan dengan Penilaian hasil (laiseg, Laijapen). Penilaian hasil dengan menggunakan lembar penilaian segera. Adapun hasil penilaian segera (laiseg) pada konseling teman sebaya (peer group) diketahui SR menyatakan bahwa kegiatan konseling teman sebaya (peer group) itu bermanfaat. Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui SR memiliki pemahaman baru tentang menaati aturan dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli. Sedangkan hasil penilaian segera (laiseg) pada kegiatan konseling individu diketahui SR menyatakan bahwa kegiatan konseling individu itu bermanfaat dan menarik Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui SR memiliki pemahaman baru tentang berperilaku etis (menaati aturan). Dari hasil penilaian segera dan penilaian jangka pendek dapat dilihat bahwa konseli sudah bisa menghilangkan perilaku mal adaptif dalam belajar dan mengganti dengan perilaku yang lebih adaptif, sehingga dari hasil pengembangan ini dapat di simpulkan bahwa konseling teman sebaya (peer group) dan Konseling individu dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan landasan perilaku etis (menaati aturan). Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode pengumpulan data kualitatif, yang sering juga disebut metode naturalistik karena penelitiannnya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah membandingkan antara pre-test dan post-test. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini adalah adanya perubahan perolehan angka pada grafik profil individu ITP/ATP. C. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya Ternyata ada perubahan yang signifikan setelah diadakan konseling teman sebaya (peer group) dan konseling individu, terbukti dengan peningkatan angka pada grafik profil individu terutama pada landasan perilaku etis (menaati aturan) yang tadinya 2,75 dan pada pada tingkat perkembangan Konformitas sekarang menjadi 4,25 pada tingkatan diatas Sadar Diri,. Daftar Pustaka Abin Syamsudin Makmun (2009). Psikologi Kependidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung: Achmad Juntika Nurihsan (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. _______(2010). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama. Mochamad Surya (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Quraisy. Pustaka Bani Mamat Supriatna (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Pers. Richard Nelson & Jones (2011) Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Bandung: Pustaka Pelajar.