Penerapan Pendekatan Behavioral Dalam Meningkatkan Menaati

advertisement
Penerapan Pendekatan Behavioral Dalam Meningkatkan
Menaati Aturan/Norma Berperilaku
(Pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013-2014)
PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
Oleh : Pandowo, S.Pd., Kons. (SMPN 3 Rancah Kab. Ciamis-JABAR)
ABSTRAKSI
Peserta didik di SMP Negeri 3 Rancah sudah termasuk pada masa remaja,
dimana mereka sedang berada dalam masa transisi dan pencarian jati diri.
Dalam masa ini, bila peserta didik tidak dibina dan dibimbing dengan sungguhsungguh, hal ini dapat mengakibatkan terciptanya perilaku-perilaku yang
kurang baik dan cenderung menyimpang.
Tingkat perkembangan peseta didik kelas VII di SMP Negeri 3 Rancah
masih pada tingkat konformitas, yang seharusnya sudah mencapai tingkat
saksama. Dengan kata lain, tingkat perkembangan peserta didik masih di tingkat
perkembnagan untuk anak SD dan sederajat.
Untuk mendongkrak ketercapaian tingkat perkembangan peserta didik,
penulis berasumsi bahwa perlu adanya perubahan pada perilaku peserta didik.
Dengan kata lain, penulis ingin merubah cara berperilaku peserta didik
dalam aspek landasan perilaku etis, dengan cara Pengkondisian operan (Operant
Conditioning).
Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan konseling
bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya
teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung
oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian, maksud suatu
teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena.
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau
pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar
dapat memecahkan masalahnya.
konseling behavioral merupakan proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu.
Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini adalah atas pertimbangan bahwa
konselor membantu orang (konseli) belajar atau mengubah perilaku. Konselor
berperan dalam membantu proses belajar dengan menciptakan kondisi yang
sedemikian rupa sehingga konseli dapat merubah perilakunya serta
memecahkan masalahnya.
Dengan menggunakan strategi layanan konseling teman sebaya (peer
counseling) dan konseling individu dengan menggunakan pendekatan Behavioral
dapat meningkatkan landasan perilaku etis siswa dalam hal ini menaati aturan.
A. PENDAHULUAN
Peserta didik di SMP Negeri 3 Rancah sudah termasuk pada masa
remaja, dimana mereka sedang berada dalam masa transisi dan pencarian
jati diri. Dalam masa ini, bila peserta didik tidak dibina dan dibimbing
dengan sungguh-sungguh, hal ini dapat mengakibatkan terciptanya
perilaku-perilaku yang kurang baik dan cenderung menyimpang.
Begitupun para peserta didik kelas VII di SMP Negeri 3 Rancah,
tidak sedikit dari mereka yang kurang menyadari pentingnya aspek-aspek
Perilaku Etis dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan cara pengamatan empiris di lapangan, masih banyak siswa kelas
VII yang belum matang dalam berperilaku etis. Hal ini membuat penulis
ingin tahu tentang pencapaian tingkat perkembangan peserta didik pada
aspek perkembangan Perilaku Etis.
Tingkat perkembangan peseta didik kelas VII di SMP Negeri 3
Rancah masih pada tingkat konformitas, yang seharusnya sudah
mencapai tingkat saksama. Dengan kata lain, tingkat perkembangan
peserta didik masih di tingkat perkembnagan untuk anak SD dan
sederajat.
Untuk mendongkrak ketercapaian tingkat perkembangan peserta
didik, penulis berasumsi bahwa perlu adanya perubahan pada perilaku
peserta didik.
Dengan kata lain, penulis ingin merubah cara berperilaku peserta
didik dalam aspek landasan perilaku etis, dengan cara Pengkondisian
operan (Operant Conditioning)
Bagaimana
penerapan
Pendekatan
Behavioral
dalam
meningkatkan aspek landasan Perilaku Etisnya dapat meningkat peserta
didik kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014?
a. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan Pendekatan
Behavioral dalam
meningkatkan aspek landasan perilaku
etisnya dapat meningkat peserta didik kelas IX SMP Negeri 3
Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014
b. Tujuan Khusus
Secara rinci atau operasional, penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mendeskripsikan
prosedur
penerapan
Pendekatan
Behavioral dalam meningkatkan aspek landasan perilaku
etisnya dapat meningkat
peserta didik kelas VII D SMP
Negeri 3 Rancah Tahun Pelajaran 2013/2014
2) Menganalisis dampak penerapan Pendekatan Behavioral
dalam meningkatkan aspek landasan perilaku etisnya dapat
meningkat peserta didik kelas VII D SMP Negeri 3 Rancah
Tahun Pelajaran 2013/2014
1. Pendekatan Behavioral
Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan
konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai
acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan
prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan
suatu fenomena. Dengan demikian, maksud suatu teori adalah untuk
menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena.
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil
belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan
suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk
individu
mengubah
perilakunya
agar
dapat
membantu
memecahkan
masalahnya.
2. Landasan Perilaku Etis
Peserta didik di SMP Negeri 3 Rancah sudah termasuk pada
masa remaja, dimana mereka sedang berada dalam masa transisi
dan pencarian jati diri. Dalam masa ini, bila peserta didik tidak
dibina dan dibimbing dengan sungguh-sungguh, hal ini dapat
mengakibatkan terciptanya perilaku-perilaku yang kurang baik
dan cenderung menyimpang.
Pendapat para ahli tentang rentang masa remaja adalah
berkisar antara usia 12 hingga 19 tahun. Pada usia remaja tugastugas perkembangan penting artinya untuk dikuasai sebaik atau
seoptimal mungkin, sebab kegagalan dalam menguasai tugastugas perkembangan pada masa ini akan menimbulkan dampak
negatif yang lebih parah dibandingkan dengan fase lainnya. Hal
ini karena masa remaja adalah periode singkat yang paling
bergejolak dan paling penting dalam kehidupan manusia.
Kajian Teori Tentang Tindakan (How)
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Surya, 2003: 26),
konseling behavioral merupakan proses membantu orang untuk
belajar
memecahkan
masalah
interpersonal,
emosional
dan
keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini
adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang
(konseli) belajar atau mengubah perilaku. Konselor berperan dalam
membantu proses belajar dengan menciptakan kondisi yang
sedemikian rupa sehingga konseli dapat merubah perilakunya
serta memecahkan masalahnya.
Konselor berperan sebagai seseorang yang dapat membantu
konseli dengan cara-cara yang sesuai dengan teori behavioral, di
antaranya dengan mengkondisikan lingkungan, pemberian reward
dan paling utama dengan konseling individu.
Dengan mengkondisikan lingkungan sedemikian rupa siswa
diharapkan dapat merubah perilakunya yang tidak mau sekolah
jadi sekolah lagi. Yang akan diperkuat dengan konseling individu
sehingga siswa benar-benar dapat mencapai kematangannya.
B. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Rancah kelas VIID tahun pelajaran 2013-2014. Di mulai pada bulan Juli 2013 sampai
dengan bulan Maret 2014.
1. Subjek Penelitian
Nama
: SR
Nama Panggilan
:V
Tempat, Tgl Lahir
: Ciamis, xx April xxxx
Zodiak
: Aries
Hobi
: Baca Buku
Cita-cita
: Produser Musik
Alamat
: Desa Dadiharja Dusun Karangtanjung
RT. xxxx RW. xxx Kec. Rancah
Nama Ayah
: xxxxxxxxxxx
Nama Ibu
: xxxxxxxxxxx
Pekerjaan Ayah
: Buruh
Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Anak Ke
: 1 dari 2 bersaudara
Warna kesukaan
: Merah dan Biru
Idola
: Wendy CAGUR
Prosedur/Siklus Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
Pertama-tama
yang
dilakukan
konselor
dalam
mempersiapkan Konseling teman sebaya (peer counseling) adalah
membuat kesepakatan waktu dan tempat, dan akhirnya disepakati
tanggal 18 Februari 2014, jam 11.00 (Menggunakan jam mata
pelajaran ), dan tempatnya di kelas VII D
Selanjutnya
konselor
menyiapkan
instrumen
yang
diperlukan seperti lembar observasi, lembar evaluasi dan sarana
game.
Pelaksanaan
a. Siklus I
Pelaksanaan Konseling kelompok sesi I
Hari Selasa, tanggal 18 Februari 2014, jam 11 WIB di Ruang Kelas
VII D
Dalam pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)
ini melalui 4 tahap yaitu : Pembentukan, peralihan, kegiatan,
pengakhiran, dimana di dalam konseling teman sebaya
(peer
counseling) ini menggunakan pendekatan behavioral, artinya
teknik-teknik yang ada dalam pendekatan behavioral akan di
gunakan dalam tahap-tahap pelaksanaan konseling teman sebaya
(peer counseling). Pelaksanaan tahap-demi tahap dapat dilaporkan
sebagai berikut:
a. Tahap I : Pembentukan
1) Konselor mengatur tempat duduk klien senyaman mungkin,
dan mengawali kegiatan dengan berdo’a bersama.
2) Konselor menjelaskan, topik, tahap-tahap, tujuan (goal
setting), dan tatakrama dalam konseling teman sebaya (peer
counseling), setelah konseli mengerti diadakan kesepakatan
untuk melanjutkan kegiatan .
3) Dengan teknik asertif dalam behavioral, konselor meminta
masing-masing
konseli untuk
memainkan peranannya
sebagai konseli yang harus memperkenalkan diri secara
terbuka, hangat ramah, dan tidak perlu malu, dari sini para
konseli dan konselor bisa saling menerima keberadaan
masing-masing pribadi (Assesment).
4) Selanjutnya masing-masing konseli menyebutkan nama–
nama dari konseli lain secara bergantian, dengan maksud
untuk mengakrabkan.
5) Konselor mengadakan game 1-2-dor, 4-5-dor, dst, permainan
ini selain menyegarkan dan menghangatkan suasana juga
membantu konseli untuk fokus (konsentrasi).
b. Tahap II : Peralihan
1) Konselor mengamati keakraban dan kehangatan suasana,
karena sudah merasa
antara konseli cukup hangat dan
akrab maka konselor menjelaskan tahap konseling teman
sebaya (peer counseling) berikutnya dan mengingatkan topik
konseling pada saat itu.
2) Konselor menawarkan pada konseli apakah sudah siap
memasuki tahap berikutnya, konselor juga menanyakan apa
masih ada yang malu untuk berbicara. Para konseli
menyatakan kesiapannya. Kemudian konselor menggunakan
teknik behavioral penguat positif yaitu memuji konseli yang
sudah
menyampaikan
pendapat
secara
terbuka
dan
konselor juga meyakinkan konseli bahwa proses konseling
teman sebaya
mereka.
c. Tahap III : Kegiatan
(peer counseling)
akan bermanfaat bagi
1) Konselor mengemukakan topik tentang menaatit aturan, ciriciri orang yang menaatit aturan yang baik
2) Konselor memancing masing-masing konseli untuk menilai
menaatit aturan mereka termasuk baik atau kurang baik.
Sebagian besar konseli mengaku dalam menaatit aturan
kurang baik, ada juga yang kadang-kadang baik kadangkadang kurang baik.
3) Konselor meminta masing-masing konseli mencari sebabsebab kurang baiknya dalam menaatit aturan. Kemudian
konselor merangkum pendapat konseli tentang sebab-sebab
rendahnya
dalam
menaatit
aturan
yaitu:Terganggu
pengaruh teman, (ejekan dari teman)
4) Konselor memberikan empati dengan membantu konseli
menganilisis kerugian-kerugian yang bisa dialami konseli
jika masalah tersebut tidak dicari jalan keluarnya.
5) Konselor
memancing
seluruh
konseli
mengemukakan
pendapatnnya untuk mencari langkah-langkah pemecahan
masalahnya yang dihadapi SR. Hasil pendapat para konseli
dirangkum oleh konselor sebagai berikut: Mengabaikan
ejekan teman-teman.
6) Konselor memberikan penguat positif lagi berupa pujian atas
kemampuan konseli merumuskan langkah-langkah untuk
meningkatkan menaatit aturan.
7) Konselor menggunakan teknik dalam behavioral (technique
implementation) yaitu teknik shaping untuk menghilangkan
perilaku-perilaku mal adaptif yang ada pada diri klien
seperti sering alpha, sering membolos les, sering tidak
mengerjakan
PR
yang
dirumuskan
konselor
mengutip pendapat Fraznier sebagai berikut:
dengan
a) Datang dikelas pada waktunya
b) Berpartisipasi dalam belajar
c) Mengerjakan pekerjaan rumah,
8) Sebelum tahap ini di akhiri konselor mengadakan relaksasi
dengan meminta para konseli untuk melenturkan otot-otot
tubuh.
d. Tahap IV : Pengakhiran
1) Tahap ini merupakan tahap evaluasi dan tindak lanjut, pada
tahap ini konselor menanyakan kepada konseli (SR) tentang
kesanggupan untuk melaksanakan langkah-langkah yang
sudah dirumuskan dalam tahap ketiga (mencari feedback),
ternyata
konseli (SR) dengan senang hati sanggup untuk
melaksanakan.
2) Konselor melakukan evaluasi (evaluation termination) yaitu
evaluasi hasil dengan daftar isian penilaian segera (laiseg).
Dari hasil penilaian segera ini diketahui konseli menyatakan
bahwa kegiatan konseling teman sebaya (peer counseling) itu
bermanfaat, kemudian 7 konseli menyatakan kegiatan
konseling teman sebaya (peer counseling) itu menarik.
Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli
memiliki pemahaman baru tentang menaati aturan dan
rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli.
3) Sedangkan evaluasi proses akan dilakukan pada tanggal 10
Maret 2014 dengan menggunakan angket Inventori Tugas
Perkembangan (ITP/ATP), dari evaluasi ini nanti akan
didapat data skor post test yang akan digunakan untuk uji
hipotesis sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya
kenaikan menaati aturan setelah proses konseling teman
sebaya (peer counseling).
4) Langkah konselor selanjutnya setelah evaluasi melakukan
kegiatan tindak lanjut (follow-up), kegiatan tindak lanjut
yang akan dilakukan konselor adalah monitoring absen.
5) Sebelum kegiatan di akhiri konselor menawarkan pada
konseli untuk melanjutkan dengan kegiatan konseling
individu dan disepakati tanggal 11 Maret 2014. Akhirnya
konseling teman sebaya (peer group) ditutup dengan do’a
bersama dan ucapan terima kasih dari konselor.
b. Siklus ke-2
Dari hasil pelaksanaan siklus 1, SR di observasi dan di
evaluasi
mengenai
dampak
dari
peer
group
yang
dilaksanakan pada siklus 1. Dari hasil refleksi, ternyata SR
masih belum optimal dalam melaksanakan kesepekatan
yang terjadi dalam mentaati aturan yang seharusnya ia
laksanakan. Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk
melaksanakan siklus ke-2 dengan cara melaksanakan
layanan konseling individual.
Pelaksanaan Konseling Individu
Konseling individual dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13
Maret 2014, jam 09.00 WIB di Ruang Guru.
Berikut ini laporan pelaksanaan kegiatan konseling individu :
a. Tahap I : Awal
1) Konseli duduk 45 derajat dengan konselor, konselor
mempersilakan konseli untuk duduk senyaman mungkin
dan mengawali kegiatan dengan doa bersama
2) Konselor mengingatkan kembali tujuan tahap-tahap dan
tata krama dalam konseling individu..
b. Tahap II : Peralihan
1) Konselor menjelaskan kegiatan yang akan di jalani
berikutnya yaitu membahas tentang peningkatan menaati
aturan.
2) Konselor menanyakan kesiapan konseli untuk kegiatan
berikutnya, juga menanyakan kenyamanan konseli untuk
mengikuti kegiatan. Ternyata konseli merasa cukup
nyaman dan siap melanjutkan kegiatan konseling individu.
c. Tahap III : Kegiatan
1) Konselor memulai diskusi dengan menanyakan kembali
keputusan-keputusan yang dirumuskan pada konseling
teman sebaya (peer counseling), konseli dapat menjawab
dengan tepat. Kemudian konselor menanyakan hal-hal apa
saja yang belum bisa dilaksanakan. Apa sebabnya dan
bagaimana
sebaiknya
langkah
kedepannya.Konseli
mengaku masih ada alpha dalam kehadiran ke sekolah,
Namun akhirnya konseli mengambil keputusan untuk
menghindari perilaku mal adaptif tersebut.
2) Konselor
menjelaskan tentang menaati aturan (hadiah,
hukuman dan persaingan). Konseli menyimak penjelasan
konselor dan memberi tanggapan. Inti tanggapan konseli
bahwa SR senang dan bersemangat jika diberi hadiah, SR
juga malu di hukum bila lalai dalam menaati aturan
sekolah.
3) Konselor bersama SR merangkum keputusan-keputusan
dari kegiatan konselingindividu yaitu;
a) Siapa saja bisa menaati aturan
b) Menaati aturan dilakukan secara terus-menerus, rutin
dan sungguh-sungguh agar hasilnya baik.
c) Bersaing dalam kebaikan dengan teman itu bagus asal
sportif
d) Tingkah laku yang jelek (mal adaptif) dalam menaati
aturan jangan sampai diulang lagi seperti membolos
atau menghindari pelajaran.
4) Konselor menggunakan teknik dalam konseling behavioral
yaitu teknik relapse prevention (pencegahan kambuhan)
teknik ini diterapkan pada konseli yang masih sering
mengulang tingkah laku negatif yaitu membolos. Dengan
mengutip pendapat Marlat dan Gordon (1985) maka
langkah-langkah yang akan diambil adalah:
a) Menyifati 3 jenis perilaku penyebab kambuhan yaitu
perasaan tertekan, konflik interpersonal dan tekanan
dari orang lain, juga karena ajakan teman (Tekanan dari
orang lain).
b) Memberi intruksi tertulis pada SR berkenaan dengan
tindakan yang harus diambil, disini konselor meminta
SR membuat semacam surat pernyataan kesanggupan
untuk tidak membolos lagi.
c) Meminta nomor telepon yang dapat dihubungi, disini
konselor meminta nomor telepon orang tua SR dan
mengajak orang tua untuk memonitor bersama-sama
keaktifan SR dalam bersekolah..
d. Tahap IV : Pengakhiran
1) Konselor menyampaikan pesan bahwa kegiatan akan di
akhiri
2) Konselor meminta SR mengungkapkan kesan-kesan.
3) Konselor
juga
menyampaikan
kesan-kesan
dan
memberikan penguat positif berupa pujian yang tulus
pada SR..
4) Konseli mengisi lembar evaluasi hasil (penilaian segera)
sementara konselor mengisi lembar observasi.
Adapun hasil Observasi terhadap perubahan perilaku
siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil Observasi Perubahan Perilaku Siswa
Pada Saat Proses Konseling Individu
NO
1)
Aspek Yang di Observasi
Saling mengungkapkan
Indikator
Ada
Tidak
Keterangan
√
masalah
2)
Saling Perhatian
√
3)
Saling memberi tanggapan
√
4)
Komunikatif
√
5)
Saling Menghargai
√
6)
Hangat, Akrab dan nyaman
√
7)
Kerjasama
√
8)
Memberikan solusi
√
9)
kesimpulan
√ paska konseling individu
5)Mengambil
Konselor mengisi
lembar observasi
10)
Membuat
pada harirencana
kamis tanggal 14 Marert√2014.
6) Konselor merumuskan kegiatan tindak lanjut sebagai berikut:
a) Memonitor absen
b) Menjalin kerjasama dengan orang tua melalui telpon
untuk mengontrol KBM SR..
7) Konselor menutup kegiatan dengan berdoa, namun terlebih
dahulu menyampaikan pesan pada SR bahwa setiap saat
konselor bersedia membantu konseli dalam hubungan
profesional.
Penilaian konseling individu dilakukan dengan Penilaian
hasil (laiseg, Laijapen). Penilaian hasil dengan menggunakan
lembar penilaian segera. Adapun hasil penilaian segera (laiseg)
pada konseling teman sebaya (peer group) diketahui SR menyatakan
bahwa
kegiatan
konseling
teman
sebaya
(peer
group)
itu
bermanfaat. Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui SR
memiliki pemahaman baru tentang menaati aturan dan rencana
kegiatan yang akan dilakukan konseli. Sedangkan hasil penilaian
segera (laiseg) pada kegiatan konseling individu diketahui SR
menyatakan bahwa kegiatan konseling individu itu bermanfaat
dan menarik Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui SR
memiliki pemahaman baru tentang berperilaku etis (menaati
aturan).
Dari hasil penilaian segera dan penilaian jangka pendek
dapat dilihat bahwa konseli sudah bisa menghilangkan perilaku
mal adaptif dalam belajar dan mengganti dengan perilaku yang
lebih adaptif, sehingga dari hasil pengembangan ini dapat di
simpulkan bahwa konseling teman sebaya (peer group) dan
Konseling
individu
dengan
pendekatan
behavioral
dapat
meningkatkan landasan perilaku etis (menaati aturan).
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah
metode pengumpulan data kualitatif, yang sering juga disebut metode
naturalistik karena penelitiannnya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting).
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah membandingkan
antara pre-test dan post-test.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Bimbingan
dan Konseling ini adalah adanya perubahan perolehan angka pada
grafik profil individu ITP/ATP.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya
Ternyata ada perubahan yang signifikan setelah diadakan
konseling teman sebaya (peer group) dan konseling individu,
terbukti dengan peningkatan angka pada grafik profil individu
terutama pada landasan perilaku etis (menaati aturan) yang
tadinya 2,75 dan pada pada tingkat perkembangan Konformitas
sekarang menjadi 4,25 pada tingkatan diatas Sadar Diri,.
Daftar Pustaka
Abin Syamsudin Makmun (2009). Psikologi Kependidikan.
Remaja Rosdakarya.
Bandung:
Achmad Juntika Nurihsan (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
_______(2010). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika
Aditama.
Mochamad Surya (2003). Teori-teori Konseling. Bandung:
Quraisy.
Pustaka Bani
Mamat Supriatna (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.
Bandung: Rajawali Pers.
Richard Nelson & Jones (2011) Teori dan Praktik Konseling dan Terapi.
Bandung: Pustaka Pelajar.
Download