BAB II LANDASAN TEORI dan KERANGKA PIKIRAN 2.1 Visi dan Misi 2.1.1 Visi Menurut Wibisono (2007), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan Menurut Gaspers (2011), “ Visi (vision) adalah suatu pernyataan menyeluruh tentang gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang.” Jadi dapat disimpulkan bahwa visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi. Beberapa persyaratan dapat dikatakan sebagai visi, antara lain : o Berorientasi pada masa depan o Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau tren saat ini o Mengekspresikan kreativitas o Berdasarkan pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat o Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuantujuannya o Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada lembaga o Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya 7 8 Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai : 1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan 2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya 3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan 2.1.2 Misi Menurut Wibisono (2007), misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk atau jasa. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Jadi kesimpulannya, misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dalam usahanya mewujudkan visi. Misi sangat penting karena : - Membantu untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian tujuan - Membantu mencegah terjadinya konflik dalam organisasi - Memberikan dasar bagi pengalokasian sumber daya - Menetapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan 9 2.2 Manajemen 2.2 .1 Pengertian Manajemen Menurut Ismail Solihin (2009) manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Robbins dan Coulter (2007, p8) manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.” Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang benar.” 2.2 .2 Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007, p9) fungsi manajemen terdiri dari: 1. Merencanakan Fungsi manajemen yang mencakup mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi, dan menyusun bagian-bagian rencana untuk mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. 2. Mengorganisasi Fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan apa yang perlu dilakukan, bagaimana melakukannya. 3. Memimpin cara melakukan dan siapa yang harus 10 Fungsi manajemen yang mencakup memotivasi dan mengarahkan seluruh pihak yang terlibat dan menyelesaikan konflik. 4. Mengendalikan Fungsi manajemen yang mencakup memantau kegiatan guna meyakinkan bahwa keiatan tersebut diselesaikan seperti yang direncanakan. 2.2 .3 Tingkatan Manajemen Menurut Solihin (2009, p11) dalam sebuah perusahaan terdapat tiga tingkatan manager, yaitu: - Manajemen Puncak (Top Management) Merupakan eksekutif tertinggi diperusahaan yang akan menetapkan tujuan dan strategi perusahaan secara keseluruhan. - Manajemen Menengah (Middle Manajement) Manajer menengah bertanggung jawab mengimplementaskan berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh manajemen puncak. - Manajemen Lini Pertama (First Line Manajement) Merupakan manajemen jenjang petama yang memimpin karyawan nonmanajer dan berada dibawah pengendalian manajemen menengah. 2.2 .4 Manajemen Strategi Menurut Robbins dan Coulter (2007, p5) manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai mengimplementasikan, seni serta dan pengetahuan mengevaluasi dalam merumuskan, keputusan-keputusan fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. lintas 11 Menurut Pearson dan Robinson (2008) manajemen strategi didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Ini terdiri dari sembilan tugas penting, yaitu : 1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan, filosofi dan tujuan. 2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan kapabilitasnya. 3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun factorfaktor kontekstual umum. 4. Menganalisi opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber dayanya dengan lingkungan ekstern. 5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan. 6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum yang akanmencapai piihan yang paling dikehendaki. 7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih. 8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan cara mengalokasikan SDM, struktur, teknologi dan sistem imbalan. 9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang. 12 2.3 Kinerja 2.3.1 Pengertian Kinerja Menurut Hasibuan (2003,p.94), “Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.” Menurut Robbins dan Coulter (2007), kinerja adalah hasil akhir dari sebuah aktivitas. Kinerja karyawan pada umumnya meliputi elemen-elemen berikut : 1. Kuantitas dan hasil 2. Kualitas dan Hasil 3. Ketepatan waktu dari hasil 4. Kehadiran 5. Kemampuan bekerja sama 2.3.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Menurut Yuwono (2008, p.29) , manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut: 1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan, sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. 2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal. 13 3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya terhadap pemborosan tersebut. 4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih kongkrit, sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. 5. Membangun konsesus untuk melakukan perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut. 2.3.3 Karakteristik dalam Pengukuran Kinerja Menurut Gaspersz (2011, p 117), karakteristik yang biasa digunakan oleh organisasi kelas dunia dalam menerapkan balanced scorecard untuk mengevaluasi sistem pengukuran kinerja mereka adalah: 1. Biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran kinerja tidak lebih besar daripada manfaat yang diterima. 2. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program balanced scorecard. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kinerja beserta kesempatankesempatan untuk meningkatkannya harus dirumuskan secara jelas. 3. Pengukuran harus terkait langsung dengan tujuan-tujuan strategis yang dirumuskan. Setiap tujuan strategis yang dirumuskan dalam kisi strategis (strategic grid) harus memiliki paling sedikit satu pengukuran. 4. Pengukuran harus sederhana serta memunculkan data yang mudah untuk digunakan, mudah dipahami, dan mudah melaporkannya. 14 5. Pengukuran harus dapat diulang terus-menerus sepanjang waktu, sehingga dapat diperbandingkan antara pengukuran pada satu titik waktu dan pengukuran pada titik waktu yang lain. 6. Pengukuran harus dilakukan pada sistem secara keseluruhan, yang menjadi ruang lingkup program balanced scorecard. 7. Pengukuran harus dapat digunakan untuk menetapkan target, mengarah ke peningkatan kinerja di masa mendatang. 8. Ukuran-ukuran kinerja dalam program balanced scorecard yang diukur itu seyogianya telah dipahami secara jelas oleh semua individu yang terlibat, terutama mengenai keterkaitan ukuran-ukuran kinerja itu dengan sasaran program balanced scorecard. 9. Pengukuran seharusanya melibatkan semua individu yang berbeda dalam proses yang terlibat dengan program balanced scorecard. 10. Pengukuran harus diterima dan dipercaya sebagai sahih (valid) oleh mereka yang akan menggunakannya. Hal ini berarti data sebagai hasil pengukuran harus akurat, dapat diandalkan, dapat diverifikasi, dan lain-lain. 11. Pengukuran harus berfokus pada tindakan korektif dan peningkatan, bukan sekedar pada pengetahuan (monitoring) atau pengendalian. 2.3.4 Tolok Ukur Kinerja yang Baik Adapun berbagai atribut yang menjadi tolok ukur bagi perusahaan: 15 Tabel 2.1 Berbagai Atribut Pengukur Kinerja yang Baik BERBAGAI ATRIBUT TOLOK UKUR KINERJA YANG BAIK Secara umum, suatu system pengukuran yang baik harus terdiri dari sekumpulan tolok ukur yang mengkombinasikan antara matriks keuangan dan non-keuangan dengan 24 atribut berikut: 1. mendukung dan konsisten dengan tujuan, 16. berhubungan dengan faktor-faktor yang tindakan, budaya dan faktor-faktor kunci berhubungan keberhasilan perusahaan; perbedaan dan membuat sebuah 2. relevan dan mendukung strategis; 3. sederhana untuk diimplementasikan; hubungan yang jelas terlihat antara sebab 4. tidak kompleks; dan akibat 5. digerakkan oleh pelanggan; 6. integral dengan seluruh 17. terhubungan dengan aktivitas sehingga 18. difokuskan lebih pada pengelolaan sumber fungsi dalam 19. dimanfaatkan untuk member “real-time organisasi; 7. sesuai dengan daya, ketimbang biaya yang sederhana keseluruhan tingkatan organisasi; 8. sesuai dengan lingkungan eksternal; 9. mendorong kerjasama dalam organisasi baik secara hortikal maupun vertikal; 10. hasil pengukurannya dapat dipertanggung jawabkan; 11. jika memungkinkan, dikembangkan dengan menggabungkan pendekatan top-down dan botton-up; 12. dikomunikasikan ke seluruh bagian yang relevan dalam organisasi; feedback” 20. digunakan untuk member “action-ori- entedfeedback” 21. jika diperlukan, suatu tolok ukur bisa ditambah lintas fungsional dan lintas level manajemen 22. mendukung bagi pembelajaran individu dan organisasi 23. mendorong perbaikan secara kontinyu dan tiada henti 24. secara kontinyu dinilai relevansinya terhadap 23 atribut diatas dan dibuang jika 13. dapat dipahami; kegunaannya hilang atau ada tolok ukur 14. disepakati bersama; yang baru atau lebih relevan ditemukan 16 15. realistik; Jika suatu sistem tolok ukur organisasi jauh dari karakteristik atau atribut di atas maka saatnya untuk menguji kembali kegunaan tolok ukur kinerja yang ada dan mencari tolok ukur yang baru Sumber : Paul McMann, CMA dan Alfred J.Nanni Jr., “Is Your Company Really Measuring Performance?”, Majalah Accounting, Edisi: November 1994, hlm..56, (Yuwono, Sony.ect, 2008,p30) 2.4 Pengenalan Balanced Scorecard 2.4.1 Pengertian Balanced Scorecard Menurut Luis dan Biromo (2007,p16), “Balanced scorecard didefinisikan sebagai suatu alat manajemen kinerja yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.”. Menurut Yuwono (2008) balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat,tepat dan komprehensif yang dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performa bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan (proses bisnis internal) serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. 17 Jadi, balanced scorecard merupakan suatu alat atau sistem yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor keuangan dan faktor non-keuangan. 2.4.2 Alasan Dasar Memilih Balanced Scorecard Menurut Gaspersz (2011, p6) beberapa alasan dasar mengapa organisasi memilih balanced scorecard adalah: - Karena mampu mengidentifikasi kekuatan dan kesempatan untuk perbaikan dari berbagai area dalam organisasi. - Memberi kerangka kerja untuk peningkatan menuju keunggulan kinerja melalui memberikan kebebasan kepada manajemen untuk melaksanakan strategi bisnis mandiri dan program peningkatan keunggulan kinerja. - Merupakan kerangka kerja manajemen terintegrasi, mencakup semua faktor yang mendefinisikan organisasi, proses operasional dan hasil kinerja yang jelas dan terukur. - Karena berfokus pada persyaratan untuk mencapai keunggulan kinerja, bukan sekedar aplikasi prosedur, alat atau teknik-teknik. - Dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan bisnis, dapat diterapkan dalam organisasi besar maupun kecil. - Telah terbukti merupakan praktek manajemen global yang valid untuk meningkatkan keunggulan kinerja organisasi. 18 2.4.3 Kelebihan Balanced Scorecard Menurut Mulyadi (2007, p15), keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam sistem perencanaan strategi adalah mampu menghasilkan rencana strategi yang memiliki karakteristik, yaitu : 1. Komprehensif Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategi yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan kini meluas ke perspektif pelanggan, proses serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan ini menghasilkan manfaat yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang serta memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. 2. Koheren Adalah antara satu sasaran strategi dengan sasaran strategi lainnya memiliki hubungan sebab-akibat. Tiap sasaran strategi yang diterapkan dalam prespektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena pada hakikatnya organisasi perusahaan adalah institusi pencipta kekayaan. Oleh karena itu, semua kegiatannya harus dapat menghasilkan tambahan kekayaan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3. Seimbang Adalah diusahakan adanya keseimbangan di dalam menetapkan sasaransasaran strategi di empat perspektif untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. 19 4. Terukur Mengukur sasaran-sasaran strategi yang sulit untuk diukur. Setiap sasaran strategi ditentukan ukurannya karena adanya keyakinan jika kita dapat mengukurnya maka kita dapat mengusahakannya, jika kita dapat mengusahakannya maka kita dapat mencapainya. 2.4.4 Empat Perspektif Balance Scorecard Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria tersebut merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan dalam jangka panjang yang digolongkan menjadi empat perspektif yang berbeda, yaitu : 1. Perspektif Keuangan Bagaimana kita berorientasi pada para pemegang saham. 2. Perspektif Customer ( Pelanggan ) Bagaimana kita menjadi supplier utama yang paling bernilai bagi para customer. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Proses bisnis apa saja yang terbaik yang harus kita lakukan, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai tujuan keuangan dan kepuasan pelanggan. 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Bagaimana kita dapat meningkatkan dan menciptakan value secara terusmenerus, terutama dalam hubungannya dengan kemampuan dan motivasi karyawan. 20 Dalam balanced scorecard, keempat perspektif tersebut tidak dapat dipisahkan karena telah menjadi satu kesatuan. Keempat perspektif tersebut merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat. 2.4.4.1 Perspektif Keuangan Menurut Luis dan Biromo (2007,p25) dalam perspektif keuangan, keuangan organisasi dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Dalam pendekatan keuangan yang bertujuan jangka pendek, strategi yang di gunakan adalah strategi peningkatan produktivitas, meliputi upaya- upaya yang dapat dilakukan agar produktivitas dapat optimal. Strategi produktivitas ini dapat dicapai dengan perbaikan struktur biaya dan pemaksimalan utilisasi aset. Berbeda dengan pendekatan keuangan yang tujuannya jangka pendek, dalam pendekatan keuangan yang bertujuan jangka panjang dilakukan strategi khusus yang disebut strategi pertumbuhan. Strategi ini meliputi 2 hal utama, yaitu: - Peningkatan pendapatan. Organisasi akan mencari berbagai peluang dan melakukan berbagai kegiatan, seperti meningkatkan sumber atau mencari sumber baru, dengan tujuan untuk dapat meningkatkan pendapatan. 21 - Peningkatan nilai bagi pelanggan. Dapat dilakukan dengan cara meningkatkan berbagai keuntungan atau manfaat yang akan didapatkan oleh pelanggan dari produk atau jasa yang kita berikan. Menurut Gaspersz (2011), pemahaman mengenai perspektif financial dalam manajemen balanced Scorecard adalah sangat penting karena keberlangsungan suatu unit bisnis strategis sangat tergantung pada posisi dan kekuatan financial. Terdapat beberapa rasio financial, antara lain : 1. Rasio Likuiditas a. Rasio lancar = Aset Lancar Hutang Lancar Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu memenuhi atau menutupi hutang lancarnya. 2. Rasio Solvabilitas Mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. a. Rasio Hutang Atas Modal = Total Hutang Modal Menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi hutangnya. 22 b. Rasio Hutang Atas Aktiva = Total Hutang Total Aktiva Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. 3. Rasio Profitabilitas Rasio yang mengukur keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Yang termasuk dalam rasio profitabilitas adalah: a. Rasio Margin Laba Kotor = Keuntungan Kotor Penjualan Mengukur tingkat keuntungan kotor pada perusahaan. semakin tinggi rasio margin laba kotor perusahaan, maka semakin bagus. b. Rasio Margin Laba Bersih = Keuntungan bersih Penjualan Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. c. Return On Asset (ROA) = Keuntungan Bersih Total Aset Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Jika suatu ROA perusahaan tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. 23 d. Return On Equity (ROE) = Keuntungan Bersih Modal Sendiri Adalah rasio antara keuntungan bersih dengan ekuitas pada saham biasa atau tingkat pengembalian investasi pemegang saham. 2.4.4.2 Perspektif Customer ( Pelanggan ) Dalam menyusun strategi ini, perusahaan harus menggunakan kacamata pelanggan untuk mengetahui bagaimana penilaian pelanggan terhadap produk/jasa perusahaan. untuk memberikan nilai yang baik bagi pelanggan, ada 3 pendekatan (value proposition) yang berkaitan dengan produk kita yaitu: Product Leadership adalah produk-produk unggulan yang selalu terdepan dalam hal inovasi. Operational excellence adalah produk-produk yang dirancang seekonomis mungkin. Customer intimacy adalah produk-produk yang dibuat special dan disesuaikan dengan keinginan pelanggan. Selain itu, didalam perspektif ada dua kelompok pengukuran, yaitu: 1. Customer core measurement Customer core pengukuran, yaitu: measurement memiliki beberapa komponen 24 a. Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, meliputi jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. b. Customer retention, mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. c. Customer acquisition, mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru. d. Customer satisfaction, menaksirkan tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kinerja kiteria dalam value proposition. e. Customer profitability, mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya khusus yang diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. 2. Customer value proposition Customer ini merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada: Product/service, meliputi fungsi dari produk/jasa, harga dan kualitas. Pelanggan memiliki prefensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk/kualitas atau harga yang murah. Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. waktu 25 merupakan salah mempengaruhi satu komponen perasaan penting pelanggan. yang Pelanggan dapat biasanya menganggap penyelesaian order sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka. Image and reputation, membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan. Tolok ukur utama dalam perspektif pelanggan : Kepuasan pelanggan (customer satisfaction), menunjukkan apakah perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan atau memuaskannya. Retensi pelanggan bagaimana (customer perusahaan retention), berusaha menunjukkan mempertahankan pelanggannya. 2.4.4.3 Perspektif Proses Bisnis Internal ( Internal Business Process ) Internal Business Process; prioritas strategi atas berbagai proses bisnis yang menciptakan kepuasan pelanggan dan pemegang saham. Disini, manajemen mengidentifikasikan proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan oleh perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi 26 pelanggan. Pengukuran kinerja dalam perspektif ini selanjutnya dengan berpedoman pada proses berikut: Proses Inovasi Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelaggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R&D sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat. Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa. Aktivitas didalam proses operasi yaitu : (1) proses pembuatan produk dan (2) proses penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan padawaktu, kualitas dan biaya. Proses Pelayanan Purna Jual Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahap ini, misalnya, penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemprosesan pembayaran pelanggan. 27 2.4.4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ( Learning and Growth ) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini berfokus pada sumber daya khususnya sumber daya manusia yang ada didalam organisasi. Perspektif ini berurusan dengan pengembangan sumber daya manusia, agar masing-masing menjadi karyawan yang kompeten yang akhirnya akan menghasilkan kinerja yang prima bagi perusahaan. Menurut Luis dan Biromo (2007, p37), ada tiga kategori utama yang dianalisis dan diukur dalam perspektif ini, yaitu : Kompetensi karyawan Daya dukung teknologi Budaya, motivasi dan penghargaan. Ketiga hal tersebut merupakan faktor pendorong kepuasan karyawan dalam bekerja. Ini jelas penting, karena karyawan yang terpuaskan akan dapat meningkatkan produktivitas mereka. 28 2.5 Peneliti Terdahulu Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu Penulis/Tahun Judul Hasil Penelitian Haryadi Sarjono, Arko Pujadi, Henry Wono Wong (2010) Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Suatu Sistem Pengukuran Kinerja Pada PT.Dritama Brokerindo, Jakarta Timur perspektif keuangan, hasilnya masih sangat rendah (2,90), perspektif pelanggan, hasilnya cukup baik (3,00), perspektif proses bisnis internal, hasilnya sangat baik (5,00), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, hasilnya cukup baik (3,08) Penelitian ini samasama mengeksplorasi konsep balanced Scorecard untuk mengukur kinerja perusahaan. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor) Pengukuran pada perspektif keuangan dikatakan cukup baik. pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran menunjukkan hasil yang baik Penelitian ini samasama mengeksplorasi konsep balanced Scorecard untuk mengukur kinerja perusahaan. Soraya Hanuma Endang Kiswara SE., M.Si., Akt. (2011) Devine, Kevin; Kloppenborg, Timothy J; O’Clock, Priscilla (2010) Project Measurement and Success: A Balanced Scorecard Approach Oliveira, (2011) The balanced scorecard: An integrative approach to performance evaluation Jason Inamdar, Noorein; Kaplan, Robert S; Reynolds, Kimberly (2002) Applying the balanced scorecardin healthcare provider organizations/ Practitioner’s Response Evaluasi proyek dari perspektif pelanggan, proyek internal, keuangan dan pertumbuhan/ inovasi dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard memfasilitasi keberhasilan proyek-proyek dan memastikan bahwa hasil proyek yang selaras dengan tujuan organisasi dan strategi Evaluasi kinerja menggunakan balanced scorecard membantu mengintegrasikan kinerja bisnis dan klinis pada tingkat strategis dan taktis dengan mengukur, menyebarkan dan menganalisis indikator kinerja terkait. Dengan menjadi mahir dalam pendekatan yang seimbang-scorecard, organisasi kesehatan dapat dengan mudah menilai visi dan strategi dengan mengukur kinerja terhadap tujuan BSC dapat menjadi alat yang berharga bagi para eksekutif kesehatan dalam tantangan yang sulit mereka mengelola organisasi mereka dalam lingkungan yang sangat kompleks dan tidak pasti Hubungan dengan Penelitian Peneliti ini samasama menggunakan metode balanced scorecard untuk mengukur proyeknya Peneliti ini samasama menggunakan metode balanced scorecard untuk mengukur proyeknya Peneliti ini samasama menggunakan metode balanced scorecard untuk mengukur proyeknya 29 2.6 Kerangka Pemikiran PT. Mitra Dhana Atmharaksha Visi dan Misi Perusahaan SWOT Perusahaan Pengukuran Kinerja dengan menggunakan metode Balanced Scorecard Perspektif Keuangan - Rasio Lancar Rasio Hutang Modal Rasio Hutang Aktiva Rasio Margin Kotor Rasio Margin Bersih ROA ROE Perspektif Pelanggan Atas Atas - Kepuasan Pelanggan Retensi Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal - Inovasi Produk Proses Produksi Laba Laba Implikasi Balanced scorecard Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan - Kompensasi Karyawan Kompetensi Karyawan