View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
Hasil Penelitian
PERILAKU IBU DALAM PERAWATAN KEHAMILAN DAN
PERTOLONGAN PERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANGKAJENE KABUPATEN SIDRAP
OLEH :
WATIEF A. RACHMAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
i
1. Judul Penelitian
: Perilaku Ibu Dalam Perawatan Kehamilan Dan
Pertolongan
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangkajene Kabupaten
Sidrap
2. Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Pangat/ Golongan
e. Jabatan Fungsional
f. Fakultas/ Jurusan
: Drs. H. Watief A. Rachman, MS
: Laki-Laki
: 19520529 198601 1001
: Pembina Tingkat 1 /IV /B
: Lektor Kepala
: Kesehatan Masyarakat/ Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku
: Komunikasi Kesehatan
: FKM Universitas Hasanuddin
g. Bidang Keahlian
h. Unit Penelitian
3. Alamat Ketua Peneliti
a. Alamat
:Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10
Tamalanrea Makassar 90245
: 0411 9354228
: Jl. Dg.Tata Komp Hartako Indah Blok II
E/l
: 085255862211
b. Telepon/ Fax
c. Alamat Rumah
d. Telepon/Fax/ Email
4. Lokasi Penelitian
: Sidrap
5. Lama Penelitian
: 3 bulan
Makassar, 05 Agustus 2010
Penelitian,
Mengetahui
Ketua Jurusan PKIP FKM Unhas
Muh. Arsyad Rahman, SKM,M.Kes
Nip. 19700418 199412 1 002
Drs. H. Watief A. Rachman, MS
Nip. 19520529 198601 1 001
An. Dekan FKM Unhas
Wakil Dekan I
Dr. drg. A. Zulkfili Abdullah, M.Kes
Nip. 196301399003 1 002
ii
KATA PENGATAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala.
Sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Namun, penuh banyak
kendala.
Perilaku ibu dalam perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Pangkajene, Kab. Sidrap adalah topik penelitian ini dan
di harapkan dapat memberikan gambaran tentang perawatan kehamilan dan
pertolongan persalinan dan yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut.
Penelitian ini pula di harapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti
(staf pengajar) dan hasilnya dapat mendukung pengembangan mated kuliah dan
kurikulum program pendidikan.
Dalam laporan ini tentu masih banyak hal-hal yang belum tercakup di
dalamnya dan tentunya untuk beberapa kekurangan peneliti mohon maaf atas
segala kekurangannya.
Wassalam,
Peneliti
iii
ABSTRAK
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesuksesan
pembangunan suatu negara, tingginya AKI berarti masih rendahnya tingkat
kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan
pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak,
penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan eklampsia, infeksi
Kebanyakan disebabkan karena ibu hamil ditolong oleh dukun tidak terlatih atau
oleh anggota keluarga, aborsi tidak aman, dan tidak tersedianya antara lain oleh
kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten dan kecilnya akses terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perilaku ibu
dalam perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan di wilayah Puskesmas
Pangkajene Kabupaten Sidrap.
Jenis penelitian adalah kualitatif, informan penelitian adalah Ibu hamil
dengan umur kehamilan Trimester ll-lll, Informan Kunci adalah Dukun
beranakdan Bidan.
Dari hasil Penelitian ini di simpulkan, Konsep perawatan ibu hamil masih
terpengaruh dengan kebiasaan dan latar belakang budaya dimana mereka tinggal
termasuk makanan pantangan dan perilaku tabu, Ibu-ibu memanfaatkan bidan
atau dukun untuk memeriksakan kehamilannya, Bidan dan dukun dipercaya oleh
ibu hamil untuk membantu mereka dalam persalianan.
Dan disarankan, Agar bidan dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
tentang kehamilan, perubahan yang berkaitan dengan kehamilan, pertumbuhan
iv
dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan diri selama hamil serta tanda
bahaya yang perlu diwaspadai, selanjutnya penyuluhan tentang Jenis, manfaat
makanan bagi ibu hamil dan juga peranan pemerintah dan tokoh masyarakat
untuk meyakinkan pada masyarakat akan pentingnya makanan yang bergizi untuk
memlihara kondisi kesehatan ibu hamil, dan juga diperlukan dukungan dan
partisipasi keluarga, pemeritah setempat dan tokoh masyarakat
dalam
pemeliharaan kehamilan dan pemilihan tempat persalinan yang bersih dan aman.
v
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL .........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iii
ABSTRAK .......................................................................................................
iv
DAFTARISI .....................................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................
1
A. Latar Belakang...........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
11
A. Tinjauan Tentang Perilaku.........................................................
11
B. Tinjauan Tentang Perawatan Kehamilan ..................................
17
C. Tinjauan Tentang Persalinan .....................................................
18
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................
21
A. Dasar pemikiran variabel yang akan diteliti ..............................
21
B. Pola Pikir Variabel yang diteliti ................................................
21
C. Definisi Konsep .........................................................................
22
BAB IV METODE PENELITIAN ..............................................................
23
A. Jenis Penelitian ..........................................................................
23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
23
BAB II
vi
C. Informan Penelitian ...................................................................
23
D. Cara Pengumpulan Data ............................................................
24
E. Analisis dan Penyajian Data ....................................................
24
F. Teknik dan Uji Keabsahan ........................................................
24
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
26
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
26
B. Pembahasan ...............................................................................
36
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................
47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………
48
A. Kesimpulan ................................................................................
48
B. Saran ..........................................................................................
48
BAB V
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian Ibu adalah kematian selama masa kehamilan atau dalam 42
hari setelah persalinan terlepas dari lama dan letak kehamilan dari setiap
penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan karena kecelakaan (WHO-SEARO, 1998).
Menurut WHO, di dunia setiap tahunnya terdapat 385.000 ibu yang
mati (FCI1998). Kematian ibu tidak saja merupakan suatu tragedi bagi korban,
tetapi juga berakibat buruk bagi anggota keluarga yang ditinggalkan, terutama
anak-anaknya (Puslitkes UI, 1996). Penelitian di* Bangladesh yang dilakukan
oleh Chen dkk (1974, dalam Puslitkes UI, 1996) melaporkan bahwa 95% dari
bayi yang lahir dari ibu yang meninggal, juga akan meninggal dalam waktu
satu tahun.
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesuksesan
pembangunan suatu negara, tingginya AKI berarti masih rendahnya tingkat
kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan
pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak.
Saat ini, besaran AKI di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya adalah kurang lebih 66 kali AKI Singapura, sekitar 10 kali
AKI Malaysia atau 9 kali AKI Thailand, dan masih 2,3 kali Filipina (GOI dan
UNICEF, 2000).
1
Sementara bila dibandingkan dengan negara-negara Islam, AKI Indonesia 10
kali Iran, 5,3 kali Tunisia, dan 2,9 kali Turkey (www, nationmaster. com).
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995
adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan yang lambat,
yaitu pada tahun 2002 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 adalah 307 per 100.000.
Padahal dalam memenuhi kesepakatan Millenium Development Goals
Indonesia diharapkan dapat menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup di tahun 2015 nantinya.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (46,7%),
eklampsia (14,5%), dan infeksi (8.0%) (Djaja et al, 1997). Kebanyakan
disebabkan karena ibu hamil ditolong oleh dukun tidak terlatih atau oleh
anggota keluarga, aborsi tidak aman, dan tidak tersedianya pelayanan
kebidanan untuk kondisi darurat Masalah tersebut juga disebabkan antara lain
oleh kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten dan kecilnya akses terhadap
pelayanan kesehatan yang standar dan berkualitas. Sekitar 65% ibu
mempunyai satu atau lebih kondisi "4 terlalu" (terlalu muda, tua, sering, dan
banyak). Selain itu, gizi ibu juga kurang baik, tercermin dari tingginya angka
kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 50% dan angka kejadian kurang energi
kronis lebih dari 30% (Azwar, 2001).
Beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian adalah
kurangnya partisipasi ibu yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah,
2
kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak
mendukung serta kurangnya informasi (Anonymous, 2006 ).
Penyebab kematian ini sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan
kehamilan atau antenatal care yang mampu mendeteksi dan menangani kasus
risiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
serta pelayanan rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau pada saat
diperlukan. Perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali
telah mencapai lebih dari 90%, tetapi hanya 67% yang persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2005).
Menurut Depkes RI (2003) komplikasi-komplikasi yang disebutkan
diatas sebagian besar dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil selalu
terjaga melalui pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang
bersih dan aman. Salah satu cara menurunkan AKI dan AKB adalah
meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu
serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer, dapat
dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit maternal-perinatal (AMP).
Tujuan pelayanan Antenatal Care adalah menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat
(Anonymous 2006).
Di Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan
pada tahun 2006 sebesar 101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada
tahun 2007 menurun menjadi 92,89 per 100.000 kelahiran hidup. Kurangnya
informasi dan minimnya jangkauan pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
3
dan ketidak pedulian laki-laki akan kesehatan istrinya yang secara budaya juga
mengalami fiksasi turun-temurun menempatkan banyak kejadian kehamilan
yang menjadi kehamilan tidak ideal. Kehamilan yang berisiko tinggi
mengundang masalah sampai kepada kemungkinan ancaman jiwa ibu saat
melahirkan.
Berdasarkan laporan kematian ibu tahun 2005 s/d 2008 Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidenreng Rappang bahwa di wilayah Puskesmas
Pangkajene Kecamatan Maritengngae memiliki kasus tertinggi pada tahun
2005 sebanyak 4 kasus dan menurun pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus dan
tahun 2007 sebanyak 1 kasus. Kemudian di tahun 2008 meningkat sebanyak 4
kasus.
Profil Puskesmas Pangkajene tahun 2007, Angka Kematian Ibu di
Kecamatan Maritengngae mengalami peningkatan dari 0% per 100.000 pada
tahun 2006 menjadi 0,09% per 100.000 kelahiran pada tahun 2007. Persentase
Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K4 menurun dari 97% di tahun 2006
menjadi 87,65% di tahun 2007.
Hal ini sesuai hasil penelitian Besral (2006) memperlihatkan hubungan
yang erat antenatal care dengan pemilihan penolong persalinan. Ibu yang
melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali atau lebih berpeluang lebih besar
untuk melahirkan dengan tenaga kesehatan.
Khusus tentang perawatan kehamilan dan persalinan masih adanya
pengaruh kepercayaan terhadap pantangan-pantangan dan anjuran-anjuran
dalam konsep kehamilan dan persalinan. Mereka pada umumnya lebih
4
cenderung untuk memilih dukun terlebih dahulu atau dipegang oleh dukun
dulu diawal kehamilan mereka, baru kemudian memeriksakan kehamilan nya
kepada bidan atau petugas kesehatan pada saat usia kehamilan nya
melewati/pertengahan trimester II atau bila mengalami gangguan dalam
kehamilan nya, misalnya ada perdarahan jalan lahir dan Iain-lain.
Dalam hal persalinannya juga demikian mereka memilih dukun dahulu
baru ke petugas kesehatan bila mengalami kesulitan dalam persalinan mereka
beranggapan bahwa pelayanan yang diberikan oleh dukun disertai dengan
jampi-jampi yang dapat mengusir roh-roh halus yang biasa mengganggu orang
hamil sehingga mereka dapat melahirkan dengan selamat. Selain itu juga,
masyarakat meyakini bahwa mereka tidak bolah makan memakai piring besar
mereka takut kalau plasenta janin pada saat bersalin akan membesar, mereka
juga meyakini bahwa kalau mereka makan cumi-cumi, udang dan kepiting
pada saat hamil maka anaknya bisa lahir cacat. Misalnya tulang lembek atau
jari-jari tangan ataupun kakinya akan lebih atau banyak (Mustafa, 2005).
Keadaan ini ditunjang dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Edy
Suprabowo (2006) di Wilayah Puskesmas Sanggau Kalimantan Timur
menemukan adanya bentuk praktek budaya yang membahayakan dan
mendukung terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas pada masyarakat Suku
Dayak Sanggau. Praktek budaya yang membahayakan pada kehamilan adalah
anjuran bekerja keras, mengurangi tidur, mengangkat peranakan. Sedangkan
pada persalinan yaitu pemeriksaan dalam, tempat persalinan di dapur,
nyurung, mencari badi melalui balian, pemotongan dan perawatan tali pusar,
5
mengeluarkan tembuni dengan tangan, memandikan bayi dengan air sungai,
memberi minum air jahe ditambah tuak. Pada masa nifas, pantang makan,
nyandar, dan hubungan seksual pada masa nifas. Praktek yang mendukung
adalah pendampingan suami saat istri melahirkan, pelayanan bidan kampung
yang komperhensif.
Hasil penelitian Nurpuji Astuti, dkk (2003) menemukan di Barru
Sulawesi Selatan bahwa ada kepercayaan ibu diyakini tentang makanan yang
berlebih dapat menyebabkan anak menjadi lebih besar yang dapat membawa
konsekuensi pada persalinan biasa menjadi lebih lama atau persalinan
obstruksi, sehingga membuat ibu membatasi makanannya selama hamil untuk
menghindari kesulitan persalinan.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Hasanuddin Kabupaten Maros
ditemukan ada beberapa makanan yang dipantang oleh masyarakat. Di
antaranya adalah daun kelor dengan alasan supaya tidak terkena keputihan.
Nenas, mangga macan, durian, nangka dan buah-buahan yang merangsang
karena khawatir terhadap efek panas yang nanti akan diderita pada saat hamil
dan melahirkan. Sedangkan sumber protein yang menjadi pantangan ibu hamil
adalah cumi-cumi, kepiting, udang dan sejenis ikan dengan alasan sulit
melahirkan. Di pihak lain, sayur-sayuran tertentu terutama daun-daunan yang
berlendir diharuskan untuk dikonsumsi
dengan
alasan
akan
dapat
memperlancar kelahiran. Hal ini diasosiasikan dengan sifat licin dari lendir
daun itu, yang dianggap tidak merupakan hambatan bagi kelancaran proses
keluarnya bayi dari rahim (Ulaen, 1998).
6
Konsepsi budaya masyarakat mengenai pantangan ditujukan untuk
menjaga keselamatan bayi dan ibu. Namun alasan yang dikemukakan
mengenai perilaku pantang makan sering tidak bersifat logis, maupun bersifat
simbolik dan sebagian mencerminkan asosiasi antara jenis tanaman atau
hewan yang dipantang dengan kondisi atau konsekuensi yang diperkirakan,
yang sifatnya asosiatif. Sebagian masyarakat tidak memahami alasan
memantang makanan tersebut dan hanya melaksanakan karena alasan takut
untuk menunjukkan kepatuhan kepada adat dan orang tua (Anggorodi, 1998).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya
murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan
dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping
itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Walaupun sudah banyak dukun beranak yang terlatih, namun praktek-praktek
tradisional tertentu masih dilakukan.
Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan
penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau
bertahan hidup. Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan
profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun,
kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik
tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan
dalam keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap
perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang
7
lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi
panik melihat keadaan-keadaan kritis yang terjadi.
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat
persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan
cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau
tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula
diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat
pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh
faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke
rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor
keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala
ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya
suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang
terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Melihat Fenomena di atas dengan berorientasi pada rendahnya ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan K4 dan tingginya kematian ibu di wilayah
Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang mendorong perlunya
dilakukan penelitian tentang perilaku ibu dalam perawatan kehamilan dan
pertolongan persalinan sehubungan dengan pola makan ibu, pemeriksaan
kehamilan serta perilaku ibu dalam pelayanan pertolongan persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang tahun
2009.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah: "Bagaimana Perilaku Ibu dalam Perawatan Kehamilan
dan Pertolongan Persalinan di wilayah Puskesmas Pangkajene Kecamatan
Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2009".
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang perilaku ibu dalam
perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan di wilayah Puskesmas
Pangkajene Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang
tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh informasi mengenai konsep ibu tentang perawatan
kehamilan.
b. Untuk memperoleh informasi tentang pemeriksaan kehamilan yang
dimanfaatkan oleh ibu pada saat hamil.
c. Untuk memperoleh informasi tentang pertolongan persalinan ibu pada
saat melahirkan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidenreng Rappang dalam mengambil kebijakan maupun penyusunan
9
program kegiatan sebagai upaya mempercepat penurunan angka kematian
ibu akibat kehamilan dan persalinan.
2. Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan dan bacaan bagi peneliti
selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Skiner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori Skiner ini disebut teori stimulus-organisme-respons (Notoatmodjo,
2003)
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan
(Notoatmojo, 2003) yakni :
a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya).
d. Trial, orang mulai mencoba perilaku.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Lawrence Green 1980 menganalisa perilaku berangkat
dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
11
oleh 2 faktor yaitu: faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non behavior causes).
Selanjutnya perilaku dibentuk oleh tiga faktor yakni:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor) mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system
nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social
ekonomi, misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan
pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil,
baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnnya.
b. Faktor Pemungkin (Enabling factor) mencakup ketersediaan sarana
dan prasarana atau fasilitas-fasilitas kesehatan bagi masyarakat
(puskesmas, polindes, poliklinik, posyandu, pos obat desa, dokter atau
bidan praktek), misalnya: ibu hamil yang mau periksa hamil tidak
hanya karena ia tahu akan manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu
tersebut dengan mudah hams dapat memperoleh fasilitas atau tempat
periksa hamil.
c. Faktor Penguat (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku tokoh masyarakat atau tokoh agama, para petugas termasuk
petugas kesehatan Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang
bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan
fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas
12
kesehatan dan undang-undang juga
memperkuat
perilaku
masyarakat
diperlukan
untuk
tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Di samping bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, dan kepercayaan, tradisi dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan
fasilitas dan sikap perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan
memperkuat perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).Benyamin Bloom
(1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku ke dalam 3
domain yaitu cognitive domain, afektife domain, psychomotor domain.
Ketiga domain itu diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
praktik atau tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2003).
2. Model-model Perilaku Kesehatan
Hingga pada saat ini perdebatan tetap berlangsung di kalangan para
ahli mengenai berbagai aspek pelayanan kesehatan, kualitas perawatan serta
nilai manfaat dari berbagai rekomendasi tentang kesehatan masyarakat dan
pelayanan medis. Untuk itu, makin tampak bahwa keberhasilan upaya
pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung pada kesediaan orang yang
bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga perilaku sehat. Beberapa
penelitian yang memperlihatkan rendahnya partisipasi masyarakat dan
pengecekan kesehatan , imunisasi, serta berbagai upaya pencegahan
penyakit dan banyak pula yang tidak memanfaatkan pengobatan modern.
Dalam upaya penerapan sosiologi guna memahami keputusankeputusan orang yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, penelitian
13
E.A Suchman (Fauzi 1995) tentang perilaku kesehatan dalam konteks sosial
budaya cukup memberi harapan dan menyangkut hubungan yang bersifat
hipotesis antara orientasi kesehatan atau perilaku dengan hubungan sosial
atau struktur kelompok, Suchman hipotesis bahwa perilaku medis yang
terjadi pada setiap penyakit mencerminkan orientasi kesehatan serta tahap
penyakit tersebut. Misalnya seorang yang berorientasi pada kesehatan
popular dan cenderung pada afiliasi kelompok parochial akan berperilaku
kurang cepat tanggap dan kurang serius terhadap bahaya yang mungkin
terjadi selama masa permulaan gejala dirasakan berusaha melakukan
pengobatan sendiri dengan obat paten atau ramu-ramuan dan ragu bertindak
pada saat mengetahui dirinya sakit.
Mc, Kinlay (Judith 1996) yang telah mempelajari sejumlah besar
literature mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan, mengidentifikasikan
enam pendekatan utama yaitu dari sudut ekonomi, sosiodemografi,
psikologi social, social budaya dan organisasional. Banyak penelitian
tentang kesehatan, penyakit, dan perilaku sakit masing-masing melihat dari
salah satu perspektif pendekatan tersebut
Hochbahun (Fauzi 1995) yang dikenal dengan model HBM
mengemukakan bahwa orang tidak akan mencari pertolongan medis atau
pencegah penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan
motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila tidak yakin terhadap
keberhasilan suatu intervensi medis dan bila mereka melihat adanya
14
beberapa
kesulitan
dalam
melaksanakan
perilaku
kesehatan
yang
disarankan.
Rosentsock (Judith 1996) dengan modal kepercayaan kesehatan
menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan
maupun sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi orang
terhadap kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi
keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku kesehatannya. Model ini
dikemukakan juga oleh Becker (Judith 1996) perilaku ditentukan oleh
apakah seseorang (1) percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah
kesehatan tersebut; (2) menganggap masalah ini serius; (3) meyakini
efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan; (4) tidak mahal; (5)
menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan. 3. Perilaku dalam
Ikatan Budaya
Tiap
program
kesehatan
masyarakat
yang
baik
harus
mempertimbangkan ikatan budaya dimana program tersebut dilaksanakan,
persepsi, kepercayaan dan nilai-nilai juga kebiasaan yang ada. Melalui
teknik observasi, wawancara mendalam, dengan informan dan riset
etnografis, peneliti dapat melihat secara jelas adat istiadat khalayak sasaran
dan mengembangkan program yang sejalan dengan itu.
Kita ketahui bahwa antropologi dapat membantu kita untuk
memahami budaya yang berbeda dengan budaya kita. Kita sering tidak
menyadari pentingnya menjadi sensitive terhadap kepercayaan dan sistem
nilai tetangga dekat sekalipun. Antropologi seperti pemasaran sosial dan
15
analisis perilaku, mengingatkan kita bahwa tiap khalayak sasaran terdiri dari
beberapa sub kelompok yang mempunyai sifat sendiri. Kesemuanya itu
menentukan bagaimana upaya promosi akan diterima.
Semua masyarakat terus berubah, di negara yang sedang
berkembang, perubahan menjadi lebih tampak dan perbedaan kian jauh.
Masyarakat dapat berpegang teguh pada beberapa aspek masa lalu.
Sementara pada waktu yang sama hams menerapkan teknologi baru dan
perilaku baru. Perbedaan budaya bahkan di negara kecil, menimbulkan
kepercayaan dan kebiasaan yang berbeda mengenai masalah kesehatan.
Apalagi orang berbeda dalam waktu yang tidak sama. Studi pada mereka
yang cepat menerima dan sering menyesatkan para perencana kedalam
keyakinan bahwa perubahan itu mudah, sementara analisis terhadap mereka
yang
lambat
menerima
sering
menimbulkan
keraguan
terhadap
kemungkinan untuk berubah.
Teknik riset etnografi, termasuk observasi, wawancara dan metode
evaluasi dapat memberikan informasi yang berharga tentang persepsi,
budaya, kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan serta makna yang terkandung
didalamnya.
Etnografi
adalah
pencatatan,
pelaporan
dan
evaluasi
kepercayaan yang secara budaya menonjol serta kebiasaan dalam kelompok
sosial tertentu. Riset semacam itu biasanya membutuhkan waktu yang lama
dan peran serta aktif dalam kehidupan sehari-hari suatu kelompok,
masyarakat atau organisasi yang teliti (Rasmuson 1988).
16
B. Tinjauan Umum Ten tang Perawatan Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan upaya yang dilakukan melalui
pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara
berkala, yakni diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan dengan tujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan yang baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat.
Sebab kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan
khusus agar dapat berlangsung dengan baik oleh karena kehamilan
mengandung kehidupan ibu maupun janin (Depkes RI, 2003).
1. Pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil
Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin yaitu
segera setelah tidak haid selama 2 bulan berturut-turut. Frekuensi
pemeriksaan kehamilan :
a. Lebih sering lebih baik.
b. Kalau tidak ada keluhan, pemeriksaan paling kurang 4 kali
c. Pelayanan dan penyuluhan yang diperoleh ibu hamil dalam
pemeriksaan kehamilan
d. Pelayanan, yaitu pelayanan 5T:
e. Penyuluhan kesehatan
2. Tujuan perawatan kehamilan
Secara keseluruhan tujuan perawatan kehamilan dibagi atas 2 yaitu
untuk
ibu dan janin yang dikandungnya sebagai berikut:
a. Tujuan perawatan untuk ibu
17
1) Untuk mengurangi penyakit-penyakit masa antepartum
2) Untuk mempertahankan kesehatan jasmani maupun rohani
3) Agar supaya persalinan dapat berlangsung dengan aman
4) Agar supaya ibu tetap sehat untuk memenuhi kebutuhan janin
b. Tujuan perawatan bayi
1) Untuk mengurangi prematuris, kelahiran mati dan kematian
neonatal.
2) Untuk mencapai kesehatan yang optimal dari bayi (Jumrini, 1995).
C. Tinjauan Umum Tentang Persalinan
Upaya pemeriksaan dan peningkatan kesehatan ibu selama kehamilan
memerlukan perhatian ekstra sehingga kondisi kesehatan ibu tetap terjaga
minimal sama dengan kondisi sebelum hamil. Hal-hal yang memerlukan
perhatian tersebut antara lain nutrisi, persiapan laktasi, pemeriksaan kehamilan
yang teratur, peningkatan kebersihan diri dan lingkungan, kehidupan seksual,
istirahat tidur menghentikan kebiasaan yang merugikan kesehatan dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan (Hendrawan,
1995).
Persalinan adalah serangkaian kejadian pada ibu hamil yang terakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan (kehamilan 36-40 minggu) disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Prawiroharjo,
2002).
18
1. Pertolongan persalinan
Proses persalinan bagi ibu akan melahirkan bayi merupakan suatu
peristiwa hayati yang biasa, sehingga dalam proses ini yang sangat
menentukan adalah tenaga yang akan memberikan pertolongan persalinan.
Dalam program kesejahteraan ibu dan anak diketahui beberapa jenis tenaga
yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada ibu antara lain:
a) Tenaga professional yaitu: dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat kesehatan.
b) Dukun bayi terlatih yaitu dukun yang telah mendapatkan latihan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan dinyatakan lulus.
2. Jenis persalinan
Jenis persalinan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung tanpa usaha-usaha
dari luar.
b. Persalinan induksi adalah persalinan dengan cara menimbulkan suatu
rangsangan terlebih dahulu misalnya amniotomi, pitos.
c. Persalinan dengan tindakan adalah persalinan yang terjadi dengan bantuan
alat-alat medis seperti forcep vakum, seksio sesario (Prawiroharjo, 2002).
3. Tanda-tanda persalinan:
a. Rasa kencang pada rahim bahagian atas dengan jarak tertentu kemudian
menjadi lebih sering dan lebih kuat.
b. Rasa nyeri pada selangkangan atau bokong, akibat bahagian bawah janin
yang turun.
19
c. Ketuban pecah.
d. Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir pada kehamilan tua.
4. Prinsip pertolongan persalinan:
a. Pada pnnsipnya pertolongan persalinan hams
memperhatikan
sterilitas
maupun cara-cara/metode yang memenuhi persyaratan teknis medis.
b. Mengembangkan system rujukan bagi kasus yang memerlukan rujukan
komplikasi persalinan yang terjadi.
c. Komplikasi persalinan yang sering terjadi:
1) Partus lama
2) ketuban pecah dini
3) Berat badan bayi lahir rendah (bblr)
4) Tali pusar menumbang
5) Pre dan eklamsia berat
6) Ruptur uteri (Erica, 1994)
5. Tempat persalinan:
a. puskesmas dengan ruang rawat inap
b. Puskesmas yang tersedia ruang persalinan
c. Pondok bersalin dan bkia
d. Rumah ibu sendiri
e. Rumah sakit bersalin
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
Kehamilan dan persalinan pada hakekatnya kodrat alam yang harus
dijalankan kaum wanita yang sekaligus dapat merupakan ancaman yang
terhadap keselamatan jiwanya, agar hal tersebut tidak merupakan ancaman
yang serius maka persalinan dan kehamilan perlu perawatan disertai
pertolongan yang baik.
Perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan sebagai suatu sub
system pelayanan kesehatan sangat terkait dengan fungsi reproduksi wanita
maka upaya tersebut sangat ditentukan oleh perilaku ibu sendiri.
Menurut teorinya bahwa perilaku sehat dapat terjadi karena adanya
perubahan pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan individu tersebut.
Ketiga faktor ini akan mempengaruhi perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mendapatkan gambaran tentang perilaku ibu dalam perawatan kehamilan dan
pertolongan persalinan.
B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti
Untuk memudahkan pemahaman maka secara sederhana konsep
pemikiran variabel yang diteliti digambarkan seperti di bawah ini :
21


PERAWATANKEHAMILAN
Konsep Perawatan Kehamilan
Pemanfaatan Pemeriksaan
Kehamilan
PERILAKU
PERSALINAN

Pertolongan persalinan
C. Definisi Konsep
1.
Perilaku adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi dengan
lingkungannya, khususnya yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan.
2. Konsep Perawatan Kehamilan adalah apa yang ibu ketahui menyangkut
tentang perawatan selama kehamilan termasuk pantangan-pantangan
terhadap makanan tertentu atau hal-hal yang tidak diperbolehkan dan
diperbolehkan
untuk
mempertahankan
bahkan
meningkatkan
kesehatannya.
3. Pemanfaatan
Pemeriksaan
Kehamilan
adalah
kepada
siapa
ibu
memeriksakan kehamilan nya.
4. Pertolongan persalinan adalah upaya yang dilakukan oleh ibu pada tempat
dan orang tertentu pada saat melahirkan sehingga persalinan berlangsung
aman.
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif untuk
menggali informasi secara mendalam tentang perilaku ibu dalam perawatan
kehamilan dan pertolongan persalinannya.
B. Lokasi penelitian
Lokasi
Penelitian
dilaksanakan
di
wilayah
Kerja
Puskesmas
Pangkajene Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun
2009. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah masih banyak ibu hamil yang
memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan pada dukun
beranak. Hal ini dipengaruhi oleh luas wilayah kerja puskesmas, menyebabkan
bidan tidak dapat menjangkau semua daerah tersebut. Sehingga masyarakat
cenderung memilih dukun yang lebih dekat dan faktor biaya yang murah.
C. Informan Penelitian
Pemilihan informan dilakukan secara Purposive Sampling (kriteria
ditentukan oleh peneliti) dengan mewawancarai informan biasa dan informan
kunci yaitu:
1. Informan biasa adalah Ibu hamil dengan umur kehamilan Trimester II-III
di wilayah Kerja Puskesmas Pangkajene Kecamatan Maritengngae
Kabupaten Sidenreng Rappang dengan alasan bahwa ibu hamil tahu yang
mereka lakukan pada saat hamil karena mereka sedang mengalaminya saat
ini.
23
2. Informan Kunci adalah Dukun beranak dan Bidan untuk mendukung
informasi dari ibu hamil dengan asumsi mereka tahu tentang perilaku ibu
dalam perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan di wilayah Kerja
Puskesmas Pangkajene Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng
Rappang.
D. Cara Pengumpulan Data
1. Data primer dikumpulkan melalui Wawancara Mendalam (Indept
Interview) dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi
2. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng
Rappang Puskesmas Pangkajene dan dokumen lainnya.
E. Analisis dan Penyajian Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan tema, lalu
diinterpretasikan saling hubungannya. Setelah itu disajikan dalam bentuk teks
naratif.
F. Teknik dan Uji Keabsahan Data
Untuk menjamin dan
mencerminkan
akurasi
informasi
yang
dikumpulkan, maka digunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data (Moleong, 1996).
1. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan (cross
check) antara informasi informan dengan yang lain, hal ini dilakukan untuk
melihat korelasi informasi yang didapatkan.
24
2. Triangulasi metode dilakukan untuk mengecek kembali derajat kepercayaan
data hasil pengamatan/observasi, dan wawancara dari sumber data yang
sama tetapi dalam situasi dan kesempatan yang berbeda.
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 24 April sampai dengan 2 Mei
2009 di Wilayah Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang.
Banyaknya informan terdiri dari 13 ibu hamil ditambah dengan informan
bidan desa dan dukun bayi. Data-data mengenai identitas informan dapat
dilihat pada lampiran II.
Hasil pengumpulan data melalui wawancara mendalam adalah sebagai
berikut:
1. Perawatan Kehamilan
a. Konsep Perawatan Kehamilan
Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara universal dilihat
dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk
kelangsungan umat manusia namun dalam kehidupan berbagai
kelompok masyarakat, terdapat bermacam-macam titik berat perhatian
dan sikap khusus dalam menangani proses itu. Dalam wawancara
dengan informan ada yang beranggapan bahwa masa kehamilan dan
kelahiran merupakan masa kritis yang berbahaya serta perlu perhatian
khusus utamanya bagi mereka yang baru mengalami kehamilan
pertama, seperti dikutip berikut ini:
"...Biasa say a merasa takut melahirkan apalagi say a ini baru
mau melahirkan anak yang pertama..."
(Wawancara, DN : 27 April 2009)
26
Lain lagi dengan beberapa informan yang menganggap bahwa
kehamilan ini merupakan hal yang biasa, alamiah dan kodrati sebagai
wanita, apalagi sudah kehamilan keempat seperti dikutip berikut ini:
"...Saya menanggapinya biasa saja, alamiah dan kodrati sebagai wanita...
apaiagi saya ini sudah kehamilan ke-4..."
(Wawancara, NR : 27 April 2009)
Bagi masyarakat setempat, biasanya ibu-ibu yang sudah tidak
mengalami haid segera memeriksakan diri ke bidan, jika hasil pemeriksaan
positif, maka mulailah ibu tersebut memperoleh nasihat dari dukun/bidan
dan juga orang tuanya tentang hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak
boleh dilakukan.
Penerapan pantangan dan anjuran selama hamil sangat bervariasi.
Pantangan dan anjuran tidak hanya dilakukan dan ditaati oleh calon ibu
melainkan juga oleh suaminya. Kehamilan pertama biasanya mendapat
perhatian serius, apalagi calon ibu tadi tinggal bersama keluarganya,
dalam hal ini ibunya atau ibu mertuanya dan nenek nya. Anggota keluarga
yang dituakan inilah yang memberitahukan berbagai pantangan dan
anjuran yang hams dilakukan oleh calon ibu dan sekaligus mengawasinya.
Dalam wawancara dengan beberapa informan dapat terungkap
beberapa pantangan atau hal-hal yang tidak dapat dilakukan seperti: tidak
boleh menyantap makanan lauk pauk yaitu udang, kepiting, dan cumicumi dengan alasan yang mereka kemukakan adalah mereka takut kalau
anak yang dilahirkan nanti ada kelainan fisik atau menyerupai makanan
yang dikonsumsi, ada juga yang tidak boleh makan terlalu banyak karena
27
ditakutkan anaknya besar sehingga sulit melahirkan seperti dikutip berikut
ini :
"...Tidak boleh makan udang, nanti anakyang dilahirkan bungkuk seperti
udang..."
(Wawancara, NN, DN : 24,27 April 2009)
"...Selama hamil tidak boleh makan kepiting, karena bisa menyebabkan
anak melintang dalam kandungan seperti kepiting yang bila berjalan ke
arah samping..."
(Wawancara, HD : 2 Mei 2009)
"...Selama hamil, say a dilarang keluarga makan terlalu banyak karena
takut kalau melahirkan anaknya sulit keluar... "
(Wawancara,
"...Dilarang makan buah nenas karena hawanya panas menyebabkan
keguguran..."
(Wawancara, SW, AT: 25,28 April 2009)
"...Dilarang makan daun kelor karena dapat menyebabkan keputihan dan
keguguran..."
(Wawancara, HT, MN : 24,29 April 2009)
"...Dilarang makan cumi-cumi karena takut anak yang dilahirkan nanti
bisa mirip makanan tersebut yaitu tulang-tulangnya lembek dan jarijarinya lebih..."
(Wawancara, SR: 26 April 2009)
Jawaban tersebut di dukung oleh dukun bayi dengan menganjurkan
ibu hamil agar tidak mengkonsumsi makanan tersebut seperti dikutip
berikut ini:
"...Saya beritahu kepada ibu hamil bahwa jangan makan buah nenas
karena hawanya panas bisa menyebabkan keguguran, jangan juga makan
daun kelor karena bisa menyebabkan keputihan... "
(Wawancara, WA : 27 April 2009)
28
Selain pantangan-pantangan berupa makanan ada juga pantanganpantangan perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh suami ataupun ibu
hamil itu sendiri yaitu tidak boleh memaku pada tiang, tidak boleh keluar
dikala petang, tidak boleh duduk didepan pintu atau ditangga selama
hamil, dan tidak boleh tidur berlawanan arah seperti diungkapkan berikut
ini :
"...kalau kita hamil, suami tidak boleh memaku tiang dan pintu rumah
karena bisa menyebabkan istrinya susah kalau melahirkan... "
(Wawancara, DN : 27 April 2009)
"... Tidak boleh keluar rumah kalau sudah malam sebab bisa diganggu
sama setan atau roh-roh jahat... "
(Wawancara, RH, HT : 24 April 2009)
"...Dilarang tidur berlawanan arah karena takut anaknya sungsang kalau
melahikan..."
(Wawancara, SM : 26 April 2009)
"...Tidak boleh duduk didepan pintu atau ditangga sebab nanti anaknya
tidak bisa keluar saat melahirkan..."
(Wawancara, RT : 1 Mei 2009)
Jawaban informan tadi diperkuat oleh jawaban dukun bayi seperti
dikutip sebagai berikut:
"... Upauangngi tau mattampue makkeda de' wedding mappaku aliri
sibawa tange apa masussai matu ana'mu messu, de' to wedding tudakko
riolona tange 'e yaregga addengnge apa' teai matu massu ana 'mu, de 'to
nawedding massuko pole ribolamu narekko wennini nasaba maega
setang... "
(Saya katakan kepada ibu hamil bahwa kamu dan suami tidak bisa
memaku pada tiang dan pintu rumah sebab nanti anakmu susah keluar,
tidak bisa juga kamu duduk di depan pintu atau ditangga rumah sebab
29
nanti tidak bisa keluar anakmu saat melahirkan, kamu juga tidak bisa
keluar rumah kalau sudah malam karena banyak setan yang bisa
mengganggu orang hamil)
(Wawancara, WA : 27 April 2009)
Selain mematuhi pantangan-pantangan pada saat hamil ada juga
hal-hal yang harus ditaati untuk mempertahankan kehamilan nya sampai
pada saatnya melahirkan bisa berlangsung aman misalnya salah satunya
dengan mengkonsumsi telur ayam kampung, minyak dan madu untuk
memperlancar persalinan seperti dikutip berikut ini :
"...Saya disuruh keluarga minum telur ayam kampung, minyak dan madu
untuk memperlancar persalinan..."
(Wawancara, HT, SW, AT : 24,25,28 April 2009)
Setelah mendengar anjuran-anjuran dari dukun dan keluarga, ada
juga mereka lakukan hal-hal yang didengar langsung dari bidan atau
petugas kesehatan lainnya seperti kutipan berikut :
" ...Kita disuruh oleh bidan supaya banyak makan sayur dan buahbuahan, serta makananyang bergizi..."
(Wawancara, SR, HD : 26 April, 2 Mei 2009)
"...Selama hamil sekarang ini saya tidak pernah bekerja berat karena
dilarang oleh bidan, dukun dan keluarga... "
(Wawancara, NN, DN : 24,27 April 2009)
"...Pada waktu hamil ini saya tidak bisa makan, saya merasa mau muntah
terus, yang enak hanya yang kecut-kecut saja, dukun dan bidan
menganjurkan soma saya agar tidak makan terlalu banyak yang kecutkecut, yang dibolehkan makananyang manis-manis dan sayur-sayuran
saja..."
(Wawancara, AN : 29 April 2009)
30
Jawaban-jawaban
informan
sejalan
dengan
jawaban
yang
dikemukakan oleh bidan dan dukun, seperti dikutip berikut ini :
"...Setiap ibu hamil yang datang memeriksakan dirinya kepada saya,
selalu saya beri penyuluhan tentang bagaimana caranya agar ibu dan
bayinya tetap sehat, yaitu ibu harus banyak mengkonsumsi sayuran, ikon,
telur, tahu atau makanan-makanan yang bergizi lainnya yang mudah
didapatkan di lingkungannya, dan saya sarankan agar jangan bekerja
yang terlalu berat karena dapat membahayakan kehamilannya... "
(Wawancara, HP : 30 April 2009)
"...Upauangngi tau mattampue makkeda anreko kaju sibawa buahbuahan, anre-anre macenningnge barakkuangmengngi matu sehakko
namalomotoi massuana'mu..."
(Saya beri tahu ibu hamil bahwa makanlah sayur dan buah-buahan,
makanan yang manis-manis supaya kamu sehat serta mudah keluar
anakmu).
(Wawancara, WA : 27 April 2009)
Jawaban informan tersebut mengungkapkan mengenai pola
konsumsi makanan yang berkaitan dengan budaya masyarakat setempat
disamping pantangan-pantangan dalam bentuk perilaku, baik pada suami
maupun istri yang sedang hamil. Tentang banyaknya dan variasi jenis
pantangan yang dilakukan oleh informan berupa pantangan dalam bentuk
makanan maupun pantangan berupa perilaku memberikan gambaran
betapa berpengaruh nya faktor budaya terhadap kebiasaan-kebiasaan ibu
hamil. Secara keseluruhan pantangan yang dilakukan ditujukan untuk
keamanan bagi ibu dan bayinya pada saat melahirkan nanti.
Walaupun ada beberapa informan yang menyadari bahwa
kebutuhan akan makanan yang sehat sangat diperlukan bagi ibu hamil,
tetapi karena adanya ikatan budaya memaksa mereka untuk melakukan
31
pantangan-pantangan padahal mereka tahu makanan tersebut sangat
berguna untuk dirinya dan bayi yang akan dilahirkan nya.
Mengenai peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan
kepada ibu hamil menyangkut tentang manfaat mengkonsumsi makanan
yang bergizi melalui posyandu juga sudah dirasakan oleh informan.
Bila dikaji secara mendalam pantangan yang dilakukan oleh
mereka itu bersifat positif, sebagai contoh berupa selama hamil tidak bisa
duduk di tangga rumah, secara tidak langsung memberikan peringatan
kepada ibu hamil bahwa nanti akan mengakibatkan malapetaka yang lebih
besar bagi ibu jika jatuh dari tangga, daripada konsep sekedar susah anak
keluar pada saat proses persalinan. Selain itu juga hal-hal yang sifatnya
negatif, seperti takut makan banyak karena khawatir anak lahir dengan
berat badan lebih. Perilaku ini akan mengakibatkan kekurangan zat gizi
pada ibu hamil dan juga anemia pada ibu hamil sehingga berakibat
kesulitan pada proses persalinan, apalagi jika terjadi perdarahan.
b.
Pemanfaatan Pemeriksaan Kehamilan
Jawaban-jawaban
informan
yang
menyangkut
perawatan
kehamilannya tidak berbeda, terutama menyangkut usia kehamilan pada
saat
pertama
kali
memeriksakan
kehamilannya.
Sebagian
besar
memeriksakan kehamilannya mulai umur 3 bulan, dan biasanya
memeriksakannya lebih awal ke bidan, ada juga faktor kebiasaan dari
orang tua mereka yang juga sering periksa ke dukun karena dukun bisa
32
mengurut dan memperbaiki letak bayi. Berikut ungkapan beberapa
informan melalui wawancara:
"...Saya baru 2 kali ke bidan karena saya jauh dari tempat tinggal bidan,
topi di dukun paling sering karena di dukun bisa di urut-urut... Topi kalau
di bidan Cuma periksa saja dan kata dukun bagus kandungannya... "
(Wawancara, HT, NN : 24 April 2009)
"...Saya sudah 5 kali periksa ke bidan, topi ke dukun paling sering karena
di dukun bisa di urut-urut... Apalagi saya sering capek kalau banyak
bekerja..."
(Wawancara, NR : 27 April 2009)
"...Saya periksa di bidan puskesmas tiap bulan dan 2 bulan terakhir ini
saya ke dukun di urut-urut untuk memperbaiki letak bayi... "
(Wawancara, SM, RT : 26 April 2009)
"...Selama ini saya periksa di bidan puskesmas, nanti kalau sudah umur 78 bulan baru ke dukun untuk di urut-urut karena jika letak bayi dalam
kandungan tidak baik, bidan tidak berani memutar bayi untuk diperbaiki
letaknya sehingga saya juga menggunakan jasa dukun... "
(Wawancara, HD : 2 Mei 2009)
"...Saya belum pernah periksa karena selama ini tidak ada gangguan,
nanti kalau sudah kehamilan 5 bulan saya rencana periksa ke bidan... "
(Wawancara, SR : 26 April 2009)
"...Selama ini saya hanya periksa di bidan dan kata bidan kandungannya
bagus, sayajuga disuruh banyak istirahat... "
(Wawancara, DN : 27 April 2009)
Pernyataan para ibu hamil di dukung oleh pernyataan dukun yang
menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan nya pada petugas
kesehatan pada usia tiga bulan ke atas, seperti kutipan hasil wawancara
dengan dukun tersebut :
"...Upauang manengngi engkae mapparessa makkeda laono mapparessa
ribidangnge narekko genneniyarengga nalebbi tellumpuleng tampu'mu... "
(Saya sudah beritahu semua yang datang bahwa pergilah ke bidan kalau
kehamilanmu sudah tiga bulan atau lebih)
(Wawancara, WA : 27 Mei 2009)
Tentang apa yang dilakukan oleh bidan dan dukun pada waktu ibu
hamil periksa rata-rata jawaban mereka sama. Di bidan mereka diperiksa,
33
di imunisasi,
diberi
obat,
diberi
tahu
perkiraan
kapan
saat
melahirkan. Sedangkan jika ke dukun cuma diurut saja dan diberi tahu
tanda-tanda saat melahirkan, berikut kutipan wawancara :
" ...Kalau saya pergi periksa ke bidan, perut saya diperiksa, tekanan
darah saya diperiksa juga kemudian kita diimunisasi dan diberi obat,
kalau di dukun kita diurut, di doakan dan diberi tahu pantanganpantangan dan hal-halyang harus dilakukan..."
(Wawancara, SW, AT : 25,27 April 2009)
"...Lebih bagus lagi kalau kita kunjungi dukun dan kita ke bidan juga
karena dukun naba-bacaika (didoakan) supaya selamat, sedangkan kalau
di bidan kita diberi obat, dan imunisasi... "
(Wawancara, HT : 24 April 2009)
Mengenai manfaat pemeriksaan kehamilan dari aspek kesehatan
yaitu untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, agar pada saat melahirkan
aman dan tidak mengalami kesulitan, disamping itu juga ada yang merasa
takut jika tidak mendapatkan pelayanan bidan jika mendapat kesulitan,
seperti kutipan berikut ini :
"...Bagus kalau kita pergi ke bidan, karena sudah banyak orang yang di
tolong bidan juga tidak terjadi apa-apa, dan dia tau kalau kita ada
penyakit..."
(Wawancara, SM : 26 April 2009)
"...Biar kita ke dukun tetap juga nanti kita panggil bidan kalau ada
kesulitan..."
(Wawancara, MN : 29 April 2009)
Untuk menjaga kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya agar
dapat melahirkan dengan selamat merupakan dua alasan yang menjadi tujuan
dalam pelaksanaan pemeriksaan kehamilan. Sedang pemeriksaan kehamilan
bagi mereka adalah memperoleh pengobatan dan imunisasi serta memantau
keadaan kehamilan ibu.
34
Dengan keberadaan dukun terlatih sebenarnya sangat membantu dalam
menaikkan cakupan pelayanan KIA seperti diungkapkan oleh dukun yang
menganjurkan agar supaya ibu hamil memeriksakan dirinya pada bidan pada
umur kehamilan 3 bulan ke atas.
2. Pertolongan Persalinan
Pada bagian ini informan memberikan jawaban tentang dimana mereka
akan melahirkan dan siapa yang akan menolong pada saat persalinan.
Jawaban mereka tentang tempat persalinan adalah lebih senang untuk
melahirkan dirumah dengan alasan keluarga mereka tidak usah repot-repot
mengantar dan menjaga di rumah sakit serta bebas untuk bisa berkumpul
dengan keluarganya, tapi ada juga informan yang lebih aman kalau melahirkan
di rumah sakit dengan alasan kalau ada apa-apa ada petugas yang membantu,
berikut hasil wawancara dengan informan:
"...Saya rasa lebih baik kalau di rumah saja, karena semua anggota keluarga
tidak usah repot-repot lagi ke rumah sakit, mengantar dan menjaga kita
nantinya..."
(Wawancara, NR, NN: 27 April 2009)
"...Saya rasa lebih aman kalau dirumah sakit, karena kalau ada apa-apa ada
petugas yang membantu..."
(Wawancara, SM, SR: 26 April 2009)
Jawaban informan dibenarkan oleh bidan bahwa selama dia bertugas
disini sebagian besar informan lebih senang melahirkan di rumahnya sendiri
seperti dikutip berikut ini:
"...Betul, rata-rata ibu yang saya tolong selama ini, dan selama saya bertugas
disini sebagian besar ditolong di rumah... "
(Wawancara, HP : 30 April 2009)
35
Tentang siapa yang akan menolong pada saat melahirkan nanti, ada
informan yang memilih bidan, dukun, dan keduanya seperti kutipan
wawancara berikut:
" ...Kalau saya akan melahirkan, saya akan memanggil bidan, tetapi say a
akan memanggil dukun juga karena saya akan merasa tenang kalau ada
dua-duanya. Kalau ada bidan dan juga dukun biar mereka saling
membantu jika ada kesulitan..."
(Wawancara, NN : 24 April 2009)
"...Saya lebih memilih dukun karena lebih dekat, dan bisa nabaca-bacai (di
doakan) supaya tidak diganggu setan, apalagi biasa juga ada parakang
(makhluk penghisap darah) kalau orang mau melahirkan, nanti kalau ada
kesulitan baru memanggil bidan... "
(Wawancara, NR, MN : 27 April 2009)
"...Kalau nanti saya melahirkan, saya akan memanggil bidan ke rumah
karena sudah banyak yang ditolong bidan selamat serta alat yang
digunakan bidan terjamin kebersihannya..."
(Wawancara, SW : 25 April 2009)
B. Pembahasan
1. Konsep Perawatan Kehamilan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan mengetahui
bahwa masa kehamilan dan kelahiran perlu perhatian khusus agar tidak
menimbulkan kesulitan sehingga membahayakan ibu dan anak, karena
kondisi kesehatan bayi yang dikandung tergantung dari kondisi kesehatan
ibu. Ibu perlu menjaga kesehatan diri dan janinnya dengan mengkonsumsi
makanan bergizi, dan menghindari bekerja yang terlalu berat yang dapat
mempengaruhi kondisi janinnya.
Upaya yang dilakukan ibu dalam perawatan kehamilan adalah
memperbanyak konsumsi sayuran, rajin melakukan senam dan menjaga
adanya trauma terhadap janin. Untuk mengetahui kondisi janin maka ibu
36
melakukan pemeriksaan kehamilan baik di bidan atau dukun. Ibu-ibu akan
melakukan anjuran/nasehat dari bidan atau dukun demi kesehatan
janinnya.
Menurut Depkes RI, (2003) perawatan kehamilan merupakan
upaya yang dilakukan melalui pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui
keadaan ibu dan janin secara berkala, yakni diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan untuk menjaga
agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan yang baik dan
selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Sebab kehamilan merupakan
suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar berlangsung
dengan baik, oleh karena kehamilan ibu maupun janin.
Walaupun ada beberapa informan yang menyadari bahwa
kebutuhan akan makanan yang sehat sangat diperlukan oleh ibu hamil
tetapi karena adanya ikatan budaya memaksa mereka untuk melakukan
pantangan-pantangan padahal mereka tahu makanan tersebut sangat
berguna untuk dirinya dan bayi yang akan dilahirkan nya nanti. Jadi dalam
hal ini perlu penyuluhan kesehatan karena penyuluhan bagi ibu hamil
adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai kehamilan, perubahan
yang berkaitan dengan kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, perawatan diri selama hamil serta tanda bahaya yang perlu
diwaspadai.
Menyangkut perawatan kehamilan masih ada pengaruh-pengaruh
kepercayaan terhadap pantangan-pantangan dan anjuran-anjuran dalam
37
konsep kehamilan dan persalinan. Mereka pada umumnya lebih cenderung
untuk memilih dukun terlebih dahulu atau dipegang oleh dukun dulu
diawal kehamilan mereka, baru kemudian memeriksakan kehamilan nya
kepada bidan atau petugas kesehatan pada saat usia kehamilan nya
melewati/pertengahan trimester II atau bila mengalami gangguan dalam
kehamilan nya, misalnya ada perdarahan jalan lahir dan Iain-lain.
Masyarakat juga meyakini bahwa mereka tidak boleh makan
memakai piring besar mereka takut kalau plasenta janin pada saat bersalin
akan membesar, mereka juga meyakini bahwa kalau mereka makan cumicumi, udang dan kepiting pada saat hamil maka anaknya bisa lahir cacat.
Misalnya tulang lembek atau jari-jari tangan ataupun kakinya akan lebih
atau banyak (Mustafa, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edy Suprabowo (2006) di
Wilayah Puskesmas Sanggau Kalimantan Timur, menemukan adanya
bentuk praktek budaya yang membahayakan pada kehamilan adalah
anjuran bekerja keras, mengurangi tidur, mengangkat peranakan.
Sedangkan pada persalinan yaitu pemeriksaan dalam, tempat persalinan di
dapur, nyurung, mencari badi melalui balian, pemotongan dan perawatan
tali pusar, mengeluarkan tembuni dengan tangan, memandikan bayi
dengan air sungai, memberi minum air jane ditambah tuak. Pada masa
nifas, pantang makan, nyandar, dan hubungan seksual pada masa nifas.
Praktek yang mendukung adalah pendampingan suami saat istri
melahirkan, pelayanan bidan kampung yang komprehensif.
38
Hasil penelitian Nurpuji Astuti, dkk (2003) di Barru Sulawesi
Selatan menemukan ada kepercayaan ibu diyakini tentang makanan yang
berlebih dapat menyebabkan anak menjadi lebih besar yang dapat
membawa konsekuensi pada persalinan biasa menjadi lebih lama atau
persalinan obstruksi, sehingga membuat ibu membatasi makanannya
selama hamil untuk menghindari kesulitan persalinan.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Hasanuddin Kabupaten
Maros ditemukan ada beberapa makanan yang dipantang oleh masyarakat.
Di antaranya adalah daun kelor dengan alasan supaya tidak terkena
keputihan. Nenas, mangga macan, durian, nangka dan buah-buahan yang
merangsang karena khawatir terhadap efek panas yang nanti akan diderita
pada saat hamil dan melahirkan. Sedangkan sumber protein yang menjadi
pantangan ibu hamil adalah cumi-cumi, kepiting, udang dan sejenis ikan
dengan alasan sulit melahirkan. Di pihak lain, sayur-sayuran tertentu
terutama daun-daunan yang berlendir diharuskan untuk dikonsumsi
dengan alasan akan dapat memperlancar kelahiran. Hal ini diasosiasikan
dengan sifat licin dari lendir daun itu, yang dianggap tidak merupakan
hambatan bagi kelancaran proses keluarnya bayi dari rahim (Ulaen, 1998).
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan
telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah
satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil
39
dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan
ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI
menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan
dengan menggunakan piling yang besar karena khawatir bayinya akan
besar sehingga akan mempersulit persalinan. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan Iain-lain bagi
wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat di
daerah pedesaan (Wibowo, 1993).
Penelitian
Iskandar
dkk
(1996)
menunjukkan
beberapa
tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi"
(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk mengeluarkan placenta)
atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandarkan
kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan
perdarahan dan pembengkakan).
Konsepsi budaya masyarakat mengenai pantangan ditujukan untuk
menjaga keselamatan bayi dan ibu. Namun alasan yang dikemukakan
mengenai perilaku pantang makan sering tidak bersifat logis, maupun
bersifat simbolik dan sebagian mencerminkan asosiasi antara jenis
tanaman atau hewan yang dipantang dengan kondisi atau konsekuensi
yang diperkirakan, yang sifatnya asosiatif. Sebagian masyarakat tidak
memahami alasan memantang makanan tersebut dan hanya melaksanakan
karena alasan takut untuk menunjukkan kepatuhan kepada adat dan orang
tua (Anggorodi, 1998).
40
Dengan pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat
untuk menjaga dirinya dan kehamilan nya dengan mentaati yang diberikan
oleh pelaksana pemenksa kehamilan sehingga dapat melewati masa
kehamilan nya dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat (Depkes
RI, 2003).
2. Pemanfaatan Pemeriksaan Kehamilan
Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai tempat pemeriksaan
kehamilan informan, diketahui bahwa mereka memeriksakan kehamilan
nya ke bidan dan dukun. Dengan alasan kalau ke bidan hanya mendapat
vitamin dan penyuluhan kesehatan tentang makanan bergizi, tapi di dukun
kita bisa di unit-unit karena jika letak bayi tidak baik dukun bisa
memperbaikinya Namun ada pula yang disebabkan oleh karena tempat
tinggalnya jauh dari sarana kesehatan. Hal ini sesuai dengan analisa
Lawrence Green, bahwa perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan
oleh pengetahuan, sikap dan kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan fasilitas dan sikap
perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat
perilaku seseorang.
Tindakan seseorang biasanya didasarkan pada apa yang telah
diketahuinya, terlebih apabila keterangan tersebut bermanfaat baginya.
Jika ibu memiliki cukup pengetahuan, maka diasumsikan ia akan
memanfaatkan
sarana
pelayanan
antenatal
yang
tersedia
keselamatan bagi dirinya maupun bayi yang dikandungnya.
41
untuk
Sementara Ibu yang terbiasa memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang telah tersedia, maka selama masa kehamilan nya akan memanfaatkan
pula pelayanan antenatal untuk kesehatannya pada tempat yang telah
disediakan pemerintah misalnya puskesmas, rumah sakit maupun
posyandu.
Pengetahuan
tentang
manfaat
pemeriksaan
antenatal
mempengaruhi perilaku ibu hamil didalam memilih fasilitas kesehatan
untuk
memeriksakan
kesehatannya.
Pengetahuan
sangat
penting
peranannya didalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap,
yang selanjutnya akan diikuti dengan tindakan didalam memilih pelayanan
kesehatan yang diyakini kemampuannya. Mereka mengetahui bahwa
untuk menjaga kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya agar dapat
melahirkan dengan selamat. Sedang pemeriksaan kehamilan mereka
adalah untuk memperoleh pengobatan dan imunisasi serta untuk
memantau keadaan kehamilan ibu.
Pemanfaatan pemeriksaan kehamilan apakah di dukun atau di
bidan disebabkan yang mana lebih dipercaya oleh ibu. Keluarga yang
mempunyai latar belakang pendidikan tinggi dan biasa ke puskesmas akan
memilih bidan sebagai tempat pemeriksaan kehamilan, sedangkan
keluarga yang masih mempercayai tradisi mereka akan memilih dukun
untuk memeriksakan kehamilan nya. Namun dalam masyarakat dijumpai
juga ibu yang memanfaatkan kedua sarana tersebut (bidan dan dukun).
42
Pemanfaatan pelayanan antenatal sedikit banyak dipengaruhi oleh
kebiasaan dalam menanggapi kesehatan diri dan keluarganya dalam
kehidupan sehari-hari. Rendahnya pemanfaatan pelayanan antenatal oleh
ibu hamil karena mereka telah terbiasa meminta pertolongan pada dukun
dengan alasan kemudahan jarak, pelayanan yang lebih baik, dapat
memberi jasa pertolongan rumah tangga dan biaya yang dapat dicicil atau
dalam bentuk barang lain.
Maka dari itu diharapkan
pihak
puskesmas
mengadakan
puskesmas keliling di daerah yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan
sehingga masyarakat khususnya ibu hamil yang bertempat tinggal jauh
dari tempat pelayanan kesehatan dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil dan
memeriksakan kesehatan keluarga yang sakit
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mustainah (2003)
yang menyatakan ibu yang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
memeriksakan kehamilan nya
disebabkan kebiasaan
keluarga
ibu
tersebut untuk periksa kesehatan di Puskesmas.
3. Pertolongan Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa
dalam persalinan, sebagian informan lebih memilih ditolong bidan karena
sudah banyak yang ditolong bidan selamat dan alat yang digunakan
terjamin kebersihannya. Selain itu, ada juga informan memilih ditolong
dukun karena dukun lebih dekat dan mampu mengusir setan, mereka baru
43
akan memanggil bidan pada saat dukun tidak mampu lagi menolong atau
bila didapatkan kesulitan dan kelainan pada saat proses persalinan.
Menurut Hocbahun, orang tidak akan mencari pertolongan medis
atau pencegahan penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan
dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka
memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila mereka melihat adanya
beberapa kesulitan dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang
disarankan.
Dalam hal persalinan, masyarakat memilih dukun dahulu, baru ke
petugas kesehatan bila mengalami kesulitan dalam persalinan. Mereka
beranggapan bahwa pelayanan yang diberikan oleh dukun disertai dengan
jampi-jampi yang dapat mengusir roh-roh halus yang biasa mengganggu
orang hamil sehingga mereka dapat melahirkan dengan selamat. Pemilihan
dukun sebagai penolong persalinan disebabkan rumah ibu yang jauh dari
sarana kesehatan sehingga lebih memilih dukun yang dekat dengan
rumahnya, selain itu karena kemampuan membayar masyarakat yang
masih rendah sehingga lebih memilih dukun. Biaya persalinan di sarana
kesehatan (bidan) lebih mahal bila dibandingkan dengan bersalin dengan
bantuan dukun. Biaya persalinan di dukun bisa dipanjar, atau diganti
dalam bentuk hasil panen sehingga tidak memberatkan ibu dan
keluarganya. Selain itu dukun dikenal dekat, bisa dipanggil ke rumah ibu
dan siap membantu mulai melahirkan serta merawat ibu dan bayi hingga
masa nifas.
44
Mengenai tindakan yang dilakukan oleh dukun yaitu memberikan
air kepada ibu setelah dibacakan mantra dengan tujuan mengusir setan
yang dapat masuk ke dalam tubuh ibu, ini membuktikan dalam kondisi
hamil menempatkan wanita dalam kondisi khusus yang bisa mendatangkan
bahaya bagi dirinya atau bagi janin dalam kandungannya. Bahaya
dianggap bisa datang dari berbagai lingkungan baik dari alam nyata
maupun dari alam gaib. Hal ini pula yang menyebabkan dukun disenangi
pada saat persalinan karena kemampuannya dalam mengusir setan dan
makhluk halus lainnya.
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada
dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara
dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat
yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai
40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan
pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak
yang terlatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu masih dilakukan.
Penanganan yang kurang baik pada persalinan juga disebabkan
faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya
di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan
dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan
berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan
kritis yang terjadi.
45
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat
persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan
cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau
tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali
pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan
tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi,
atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa
si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor
keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala
ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya
suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Upaya pemeriksaan dan peningkatan kesehatan ibu selama
kehamilan menurut (Hendrawan, 1995) memerlukan perhatian ekstra
sehingga kondisi kesehatan ibu tetap terjaga minimal sama dengan
sebelum hamil. Hal-hal yang memerlukan perhatian tersebut antara lain
nutrisi,
persiapan
laktasi,
pemeriksaan
kehamilan
yang
teratur,
peningkatan kebersihan diri dan lingkungannya, kehidupan seksual,
istirahat tidur, menghentikan kegiatan yang merugikan kesehatan dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan.
Untuk tempat persalinan, sebagian besar informan menyatakan lebih
senang bersalin di rumah sendiri karena di rumah banyak keluarga yang
bisa membantu, perasaan aman, tentram dan bebas serta perawatan lebih
46
baik dan tidak merepotkan. Namun ada juga informan yang lebih merasa
aman bersalin di rumah sakit karena kalau ada gangguan/komplikasi
kehamilan ada petugas kesehatan yang membantu.
Hasil penelitian Melani (2006) di Wilayah Kerja Puskesmas Batua
menyatakan ibu atau keluarganya akan memilih bidan atau dukun sebagai
tenaga penolong persalinan disebabkan pendidikan, pengetahuan ibu,
kemampuan membayar keluarga dan pemeriksaan kehamilan. Ibu yang
mengetahui manfaat yang diperoleh dengan bersalin di bidan maka akan
memilih bidan, sebaliknya ibu yang lebih percaya kemampuan dukun
daripada bidan akan memilih dukun.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitiannya yaitu :
1. Kadang informan ragu-ragu dalam memberikan informasi.
2. Kadang pada saat wawancara, keluarga informan yang memberi jawaban
3. Adanya lokasi penelitian yang sulit dijangkau.
4. Sulitnya bertemu dengan informan untuk wawancara karena lebih banyak
beraktivitas di luar rumah.
47
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku ibu dalam
perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan di wilayah Kerja Puskesmas
Pangkajene Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang, maka
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsep perawatan kehamilan ibu hamil masih terpengaruh dengan
kebiasaan dan latar belakang budaya dimana mereka tinggal termasuk
makanan pantangan dan perilaku tabu.
2. Ibu-ibu memanfaatkan bidan atau dukun untuk memeriksakan kehamilan
nya.
3. Bidan dan dukun dipercaya oleh ibu hamil untuk membantu mereka dalam
persalinan.
B. Saran
1. Agar bidan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang kehamilan,
perubahan
yang
berkaitan
dengan
kehamilan,
pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam rahim, perawatan diri selama hamil serta tanda
bahaya yang perlu diwaspadai.
2. Agar bidan memberi penyuluhan tentang jenis, manfaat makanan bagi ibu
hamil dan juga peranan pemerintah dan tokoh masyarakat untuk
meyakinkan pada masyarakat akan pentingnya makanan yang bergizi untuk
memelihara kondisi kesehatan ibu hamil.
48
3. Diperlukan dukungan dan partisipasi keluarga, pemerintah setempat dan
tokoh masyarakat dalam pemeriksaan kehamilan dan pemilihan tempat
persalinan yang bersih dan aman.
4. Bagi petugas kesehatan, khususnya dari puskesmas setempat agar
melakukan puskesmas keliling di daerah yang jauh dari tempat pelayanan
kesehatan sehingga masyarakat khususnya ibu hamil yang bertempat tinggal
jauh dari tempat pelayanan kesehatan dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil dan
memeriksakan kesehatan keluarga yang sakit.
49
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2001. Kebijaksanaan dalam Kesehatan Reproduksi. Majalah
Kesehatan Perkotaan. TahunVIII, No.l, Yayasan Kesehatan Perempuan.
Besral. 2006. Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Pemilihan Penolongan
Persalinan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 1 No.2,
Oktober 2006, hal: 88-96
Cunningham, dkk. 1995. Obsetri Williams. EGC, Jakarta
Central Bureau of Statistics et al. 1995. Indonesia DemograQhic and health
Survey
Departemen Kesehatan RI. 1994. Profit Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data
Kesehatan, Jakarta
Depkes. 2003, Profit Kesehatan Indonesia. Depkes RI, Jakarta
Depkes. 2005, Profit Kesehatan Indonesia. Depkes RI, Jakarta
Djaja, S. et al. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga: Pola Penyakit
Penyehab Kematian Maternal dan Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kematian Maternal di Indonesia. Depkes-Balitbangkes, Jakarta
Erica, Royston. 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta
Fauzi Musaham. 1995. Sosiologi Kesehatan. Universitas Indonesia, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson, 1986. Antropologi Kesehatan,
diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI
Press
GOI dan UNICEF. 2000. Laporan Nasional Tindak Lanjut Konferensi Tingkat
Tinggi Anak. Desember 2000
Hendrawan, Nadesul. 1995. Cara Sehat Selama Hamil. Puspa Swara, Jakarta
Iskandar, Meiwita B., et all. 1996. Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa
Barat, Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian,
Universitas Indonesia
Judith A. A Graef, dkk. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan
Perilaku. Gajah Mada University
50
Jumrini. 1995. Pengawasan Antenatal Dalam Perawatan Antenatal. Penerbit
EGC, Jakarta
Kalangi, Nico S. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin
Koentjaraningrat dan A.A Loedin. 1985. Ilmu-ilmu sosial dalam Pembangunan
Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia
Mustafa Budiman. 2005. Studi tentang Perilaku Ibu Dalam Perawatan
Kehamilan dan Pertolongan Persalinan di Desa Bulolohe Kabupaten
Bulukumba. Skripsi FKM Universitas Pancasakti. Makassar.
Moleong J. Lexi. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Cipta, Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. PT.
Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT.
Rineka Cipta, Jakarta
Prawiharjo, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Profil Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang, 2008
Raharjo, Yulfita dan Lorraine Comer. 1990 "Cultur Attitudes to health and
sickness in public Health programs: a demand-creation approach using
data from West Aceh, Indonesia", Health Transition: The Cultural. Social
and Behavioral determinants of Health, volume 11. Disunting oleh John
C. Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
Reddy, P.H. 1990 "Dietary practices during pregnancy, lactation and infancy:
Implications for Health", Health Transition: The Culture. Social and
Behavioral determinants of Health, volume 11. Disunting oleh John C.
Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
Sarwono Solita, 1993. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Suprabowo Edy. 2006. Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 1 No.3, Desember 2006,
hal:l 12-121
51
Wahyuni. 2006. Hubungan Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya dengan
Asupan Makanan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Barandasi
Kec.Lau Kab. Maros. Skripsi FKM Unhas. Makassar
Wibowo, Adik. 1993. Kesehatan Ibu di Indonesia. Status "Praesens" dan
Masalah yang dihadapi dilapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar
"Wanita dan kesehatan", Pusat Kajian Wanita FISIP
WHO-SEARO. 1998. Regional Health Report. Focus Women, New Delhi
Yin K. Robert, 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta
52
Lampiran I
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
:
Umur
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Kehamilan Ke
:
A. Daftar Pertanyaan
I. Perawatan Kehamilan
1. Pandangan tentang Konsep Perawatan Kehamilan (Galilah informasi
tentang perawatan kehamilan informan).
a. Bagaimana ibu menanggapi kehamilan ibu saat ini.
b. Hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan untuk mempertahankan
kehamilan ibu.
c. Apa alasan ibu tidak melakukan hal-hal tersebut.
d. Apa yang diperbolehkan atau dianjurkan.
e. Apa alasan ibu sehingga melakukan apa yang dianjurkan.
2. Pemeriksaan kehamilan yang dimanfaatkan (Galilah informasi tentang
pemeriksaan kehamilan yang dimanfaatkan)
a. Dimana ibu memeriksakan kehamilannya dan sudah berapa kali
ibu melakukan pemeriksaan kehamilan.
b. Mengapa ibu memeriksakan di tempat tersebut.
c. Siapa yang memeriksa kehamilan ibu selama ini.
53
d. Mengapa ibu memilih orang tersebut untuk memeriksa kehamilan
ibu.
II. Persalinan
Pertolongan persalinan (Galilah informasi tentang upaya pertolongan
persalinan informan)
a. Dimana ibu akan melahirkan
b. Mengapa ibu memilih tempat tersebut.
c. Siapa yang akan menolong ibu saat melahirkan
d. Mengapa ibu memilih orang tersebut.
54
Lampiran II
DAFTAR IDENTITAS INFORMAN
No Nama Umur Pendidikan Gravida Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
HT
NN
SW
SM
SR
DN
NR
AT
RH
MN
AN
RT
HD
38
23
21
34
24
30
38
27
30
22
23
31
20
14
WA
59
15 HP
55
Keterangan :
SMP
SMA
SMP
SMA
SMP
SMP
SMP
SMA
SMA
SMP
SMA
SD
SMA
Tidak tamat
kehamilan
9
9
8
9
4
5
8
9
8
6
9
7
6
III
I
II
II
II
I
IV
III
I
II
I
I
II
SD
Kebidanan
IB : informan biasa
IK: informan Kunci
55
Alamat
Wawancar
Ket
(desa/Kel)
Tanete
Tanete
Allakkuang
Rijang Pitu
Lotang
Takkalasi
Benteng
Takkalasi
Majjelling
Sereang
Wattang
Kanie
Majjelling
Lakessi
Pangkajene
a
24/4/09
24/4/09
25/4/09
26/4/09
26/4/09
27/4/09
27/4/09
28/4/09
28/4/09
29/4/09
30/4/09
01/5/09
02/5/09
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
IB
Takkalasi
27/4/09
IK
Pangkajene
30/4/09
IK
Lampiran III
MATRIKS HASIL PENELITIAN
PERILAKU IBU DALAM PERAWATAN KEHAMILAN DAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PANGKAJENE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2009
No Informasi
Informan Emik
Etik
Konsep
Pandangan Tentang Konsep Kehamilan
I
Bagaimana ibu
DN
Biasa saya merasa takut melahirkan, apalagi Ibu yang melahirkan Perasaan ibu tentang
menanggapi
saya ini baru mau melahirkan anak yang
anak pertama akan kehamilan
kehamilan ibu
pertama.
timbul
perasaan dipengaruhi oleh
sekarang
takut,
sedangkan pengalaman
NR
Saya menanggapinya biasa saja, alamiah
yang sudah pernah melahirkan
dan kodrati sebagai wanita. Apalagi saya
melahirkan
sebelumnya
sudah kehamilan ke-4.
akan menganggap
biasa dan alamiah
2
Hal-hal apa
DN,NN Tidak boleh makan udang, nanti anak
Ibu mempunyai
Pandangan ibu tentang
yang tidak boleh
yang dilahirkan bungkuk seperti udang.
pantangan baik
hal pantangan dan tabu
dilakukan untuk
makanan maupun
dipengaruhi oleh
HD
Selama hamil tidak boleh makan kepiting,
mempertahanka
perilaku
yang
budaya
karena bisa menyebabkan anak
n kehamilan ibu,
melintang dalam kandungan seperti kepiting disebabkan
dan apa
ketakutan akan
yang bila berjalan ke arah samping.
alasannya.
membawa sial /efek
SR
Dilarang makan cumi-cumi karena takut anak merugikan pada
anaknya
yang dilahirkan nanti bisa mirip
makanan tersebut yaitu tulang-tulangnya
lembek dan jari-jarinya lebih.
56
Download