MODEL DAN TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF

advertisement
MODEL DAN TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF :
PIAGET, VIGOTSKY DAN BRUNER
A.
Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
1.
Biografi Jean Piaget
Jean Piaget lahir di Neuchatel, Swiss, yang berbahasa Perancis pada 9
Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun. Dia adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena
hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa
perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor;
(2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran
lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi
dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah
“the process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it
fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the
process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,
yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
2.
Prinsip Dasar Teori Jean Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang
menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi &
psikologis ( perkembangan jiwa ). Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri
sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai
mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak
mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak
mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian
untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu :
1.
Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan
baru,
tetapi
kontak
dengan
dunia
fisik
itu
tidak
cukup
untuk
mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat
memanfaatkan pengalaman tersebut.
2.
Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak
memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan
membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal
itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan
berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak
dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3.
Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik
dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.
4.
Proses pengaturan diri ( ekuilibrasi )
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari
individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial
dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif
berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
1
3.
Aspek Intelegensi Jean Piaget
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1.
Struktur ( skemata atau schemas )
Struktur dan organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih
dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia
dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri.
Struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan
mengambil
informasi
dari
lingkungan
&
menginterpretasikannya,
mereorganisasikannya serta mentransformasikannya ( Flavell, Miller & Miller )
Dua hal penting yang harus diingat tentang membangun struktur kognitif :
a.
Seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.
b.
Lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembangan
struktural.
2.
Isi ( content )
Isi adalah pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu
masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yang
anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir.
Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur dan fungsinya, bila
isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” dan “mengapa”
ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3.
Fungsi ( fungtion )
Yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme
hidup yang berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses
organisasi dan adaptasi. Organisasi cenderung untuk mengintegrasi diri dan dunia
ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang penuh arti,
sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :
a.
Organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi
serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil
sesuatu dari dunia luar dan mencocokkannya ke dalam struktur yang sudah ada.
2
contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam
komponen nutrisi, makanan yang mereka makan menjadi bagian dari diri mereka.
b.
Organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai
lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi
sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan
eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan tapi juga
mengakomodasikannya
dengan
mensekresi
cairan
lambung
untuk
menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang
berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di
atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin
mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua
proses penyesuaian di atas.
4.
Teori Perkembangan Piaget
Periode-Periode Perkembangan Secara Umum
Periode I
:
kepandaian sensorik motorik (sejak lahir – 2 th).
Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik seperti
menghisap,
Menggenggam dan memukul untuk menghadapi
dunia yang muncul dihadapannya.
Periode II
:
pikiran pra operasional (2-7 th).
Anak-anak belajar berpikir-menggunakan symbolsimbol dan
Pencitraan batiniah-namun pikiran masih blm
sistematis dan logis
Periode III
:
Operasi berpikir konkret (7-11 th).
Anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir
sistematis, namun hanya pada saat mengacu pada
objek dan aktivitas konkret
3
Periode IV
:
Operasi berpikir formal (11 th-dewasa)
Mengembangkan kemampuan untuk berpikir
sistematis dan sesuai
Rancangan yang murni abstrak dan hipotetis.
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
1)
Pengurutan
kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
2)
Klasifikasi
kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
3)
Decentering
anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan
untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
4)
Reversibility
anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
5)
Konservasi
memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya
sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
4
ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
6)
Penghilangan sifat Egosentrisme
kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam
kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka
itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap
boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
5.
Implementasi
Teori
Perkembangan
Kognitif
Piaget
Dalam
Pembelajaran
1.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
4.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut :
1.
Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar
pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut.
5
2.
Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali
dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran.
Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi
penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3.
Tidak menekankan pada praktek – praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan,
teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui
urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan
kecepatan yang berbeda.
B.
Model dan Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan
Vygotsky
Tiga konsep yang dikembangkan dalam teori vygotsky (Tappan,1998): (1)
keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di analisis dan pahami apabila
dianalisis dan di interpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif
yang di mediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai
alat psikologis untukmembantu dan menstraformasi aktivitas mental; dan (3)
kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latarbelakag
sosiokultural. Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early
childhood ), bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk
merancang aktivitas dan memecahkan problem. Vygotsky percaya bahwa
kemampuan kognitif berasal dari hubungan social dan kebudayaan. Oleh karena
itu karena itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan
cultural ( Holland, dkk 2001 ). Dia percaya bahwa perkembangan memori ,
perhatian dan nalar, melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada
dalam masyarakat, seperti bahasa, system matematika, dan strstegi memori. Pada
satu kultur, konsep ketiga ini dimaksudkan mungkin berupa pelajaran menghitung
dengan menggunkan computer, namun dalam kultur yang berbeda, pembelajaran
ini mungkin berupa pelajaran berhitung menggunakan Batu dan jari.
6
Teori vygotsky mengandung pandangan
bahwa pengetahuan
itu
dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan
di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek artifak, alat, buku, dan
komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan
bahwa perkembangan kognitif berasal dari situasi social.
Vygotsky mengemukakan beberapa ide tentang zone of proxsimal
development (ZPD). Zone of proximal development (ZPD) adalah serangkaian
tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tapi dapat dipelajari dengan
bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Untuk memahami batasan
ZPD anak, terdapat batasan atas, yaitu tingkat tanggung jawab atau tugas
tambahan yang dapat dikerjakan anak dengan bantuan instruktur yang mampu,
diharapkan pasca bantuan ini anak tatkala melakukan tugas sudah mampu tanpa
bantuan orang lain dan batas bawah, yang dimaksud adalah tingkat problem yang
dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. ZPD menurut vygotsky menunjukkan
akan pentingnya pengaruh social, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran
terhadap perkembangan kognitif anak ( Hasse, 2001). Vygotsky member contoh
cara menilai ZPD anak. Misalnkan pada tes kecerdasan, usia mental dari dua
orang anak adalah 8 tahun. Menurut vygotsky, kita tidak bisa berhenti sampai
disini saja. Kita harus menentukan bagaimana masing- masing anak akan berusaha
menyelesaikan problem yang dimaksudkan untuk anak yang lebih tua. Kita
membantu masing-masing anak dengan menunjukkan, mengajukan pertanyaan,
dan memperkenalkan elemen awal dari solusi.
Dengan bantuan atau kerjasama dengan orang dewasa ini, salah satu anak
berasil memecahkan persoalan yang sesungguhnya untuk level anak usia 12 tahun,
sedangkan anak yang satunya memecahkan problem untuk level anak usia 9
tahun. Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja yang mereka capai dengan
bekerjasama dengan orang dewasa akan mendefinisikan ZPD. Jadi, ZPD
melibatkan kemampuan kognitif anak yang berada dalam proses pendewasaan dan
tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli (Panofsky, 1999).
Vygotsky (1987) menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan, untuk
7
membedakannya dengan istilah :buah” perkembangan, yang sudah dicapai anak
secara independen.
Salah satu Contoh aplikasi konsep ZPD adalah tutorial tatap muka yang
diberikan pada guru Selandia Baru dalam program Reading Recovery. Tugas ini
dimulai dengan tugas membaca yang sudah dikenal dengan baik, kemudian
pelan-pelan memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan
kemudian menyerahkan control aktivitas kepada si anak sendiri ( Clay & Cazden
dalam Santrocks, 2008 ). Scaffolding yaitu teknik untuk mengubah tingkat
dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli ( guru atau siswa yang
lebih mampu ) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja siswa
yang di capai. Ketika tugas siswa yang akan di pelajari merupakan tugas baru,
maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan teknik intruksi langsung. Saat
kemampuan sisa meningkat, maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Dialog merupakan alat penting dalam teknik ini di dalam ZPD .
Didalam hal ini vygotsky menganggap anak memmpunyai konsep yang
banyak, namun tidak sistematis, tidak teratur, dan spontan. Tatkala anak
mendapatkan bimbingan dari para ahli, mereka akan membahas konsep yang lebih
sitematis, logis ,dan rasional. Bahasa dan pemikiran. Vygotsky berkeyakinan
bahwa anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk berkomunkikasi saja,
melainkan juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya
sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri, dinamakan pembicaraan
batin (inner speech) atau berbicara sendiri (private speech).
Menurut piaget, berbicara sendiri bersifat egosentris dan tidak dewasa
tetapi menurut vygotsky adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak
kanak. Tatkala anak sering meakukan pembicaraan batin, ia justru akan lebih
kompeten secara social. Karena anak menginternalisasikan pembicaraan
egosentrisnya dalam bentuk pembicaraan batin kemudian pembicaraan batin ini
menjadi
pemikiran
mereka.
Oleh
karena
itu
pembicaraa
batin
dapat
mempresentasikan transisi awal untuk menjadi lebih komuniktif secara social.
Pandangan vygotsky menentang gagasan piaget tentang bahasa dan
pemikiran. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang
8
paling awal sekalipun, berbasis social, sedangkan piaget lebih menganggap
pembicaraan anak sebagai nonsosial dan egosentris. Menurut vygotsky, ketika
anak kecil bicara kepada dirinya sendiri, mereka menggunakan bahasa untuk
mengatur perilaku mereka sendiri, sedangkan piaget percaya bahwa kegiatan
bicara dengan diri sendiri itu mencerminkan ketidakdewasaan (immaturity).
Para periset menemukan bukti yang mendukung pandangan vygotsky
tentang peran positif dari private speech dalam perkembangan anak (Winsler,Diaz
& Montero, 1997). Dalam teori Vygotsky, orang lain dan bahasa merupakan
bagian peran penting dalam perkembangan kognitif seorang anak. Teori Vygotsky
merupakan pendekatan konstruktivis sosial yang menekankan konteks sosial
pembelajaran dan konstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial.
Bagi Vygotsky, anak-anak mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial. Perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu
sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif. Menurut
Vygotsky aspek kognitif anak akan berkembang dengan sangat baik bilamana
anak-anak tidak hanya bermain melakukan eksperimen pada alat-alat mainnya
tetapi juga berinteraksi dengan orang dewasa dan teman-teman sebayanya yang
memiliki pengetahuan lebih banyak darinya. Pada saat anak bermain didampingi
oleh guru yang memberikan bimbingan lisan, bantuan fisik, dan pertanyaanpertanyaan terbuka akan dapat membantu anak meningkatkan keterampilan dan
memperoleh pengetahuan. Demikian pula teman sebaya yang memiliki
keterampilan lebih akan membantu anak-anak belajar melalui pemberian contoh
dan percakapan.
Menurut Vygotsky, apa yang dapat anak-anak lakukan dengan bantuan
orang lain dapat memberikan gambaran akurat tentang kemampuan anak daripada
bila ia melakukannya sendiri. Bermain dengan anak atau orang lain memberikan
kesempatan pada anak untuk menanggapi saran-saran, komentar, pertanyaan,
tindakan, dan contoh-contoh dari orang tersebut.
9
IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN
Pembelajaran akan lebih efektif tatkala seorang guru mengajar dengn
menggunakan teori vygotsky sebagai landasan, bentuk pembelajaran yang
dimaksud adalah :
a.
Sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa
batas bawah sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur mteri
pembelajaran. Implikasinya guru lebih akuat tatkala menyusun strategi
mengajarnya, sehingga tidak melulu selalu memberikan bimbingan kepada
siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa dapat belajar sampai tingkat
keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada batas atas.
b.
Untuk mengembangkan pembelajaran yang komunitas seorang guru perlu
memanfaatkan tutor sebaya didalam kelas.
c.
Dalam pembelajaran seorang guru hendaknya menggunakan teknik
scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri,
sehingga mereka dapat mencapai keahlian pada batas atas ZPD.
C.
Model dan Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan
Bruner
Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan
ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.
Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia
sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988;
118).
Beberapa ciri khas teori belajar menurut Bruner :
1.
Mengemukakan pentingnya arti pengetahuan, dengan struktus pengetahuan
kita dapat melihan bagaimana fakta-fakta yang kelihatanya tidak ada
hubunganya dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
2.
Menekankan kesiapan untuk belajar, terdiri atas penguasaan kertampilan
yang sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai ketrampi
yang lebih tinggi.
10
3.
Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan
4.
Menekankan pentingnya motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara
yang tersedia untuk merangsang motivasi itu.
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasari pada dua asumsi :
1.
Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
2.
Orang mengkontruksi pengetahuan dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan informasi yang disimpan dan diperoleh sebelumnya.
Menurut bruner perkembangan kognitif seseorang melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan yaitu enaktif, ikonik dan symbolic.
1.
Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di
mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan bendabenda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
2.
Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan
visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif
tersebut di atas.
3.
Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols
yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orangorang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal
(Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya
Implikasi Teori Bruner dalam belajar dan pembelajaran.
1.
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan belajar, minat, gaya
belajar siswa dan sebagainya)
2.
Menentukan tujuan pembelajran
3.
Memilih materi pembelajaran
4.
Mkenentukan topic-topik yang dapat dipelajari oleh siswa secara edukatif (
dari contoh-contoh ke generalisasi)
11
5.
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6.
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kekompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ekonik sampai ke simbolik.
7.
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Sumber Referensi:
Crain, W.C. (1985). Theories of Development, Concepts and Aplications 3th
Edition.NewJersey:Prentice-Hall.
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Prenada Group.
Rifa’I, A., Anni C.T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
http://alvitasusukan.wordpress.com/2011/12/01/teori-perkembangan-jean-piaget/
12
Download