Tiarapuri, Hubungan Antara Asupan Kalsium dan Status Amenore .... Lingkar Lengan Atas, Tebal Lemak Trisep dan Massa Otot terhadap Kekuatan Otot Lengan Atas Atlet Bola Voli Putri di Klub Bola Voli Spirit Sleman Zukhruf Faridho1, Herawati2, Weni Kurdanti3 1,2,3 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tata Bumi No. 3 Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293 (Email: [email protected]) ABSTRACT Background : Achievement Indonesian women’s volleyball athletes still can not compete on an international level. One of the factors that affect the athlete’s performance in the game of volleyball is a physical state. Arm muscle strength plays an important role in any game techniques. Objective : This research is for identifying the correlation between mid-arm circumference, triceps skin-fold and muscle mass with upper arm muscle strenght in women volley ball athlete. Method : The research was observational with cross sectional. The research was located in GOR Pangukan Sleman on 2013. The sample of this study was 22 women volley ball athletes. The variables were MUAC, triceps skin-fold, muscle mass and upper arm muscle strength. Mid arm circumference was obtained with mid arm ribbon. Triceps skin-fold was obtained with skin-fold calipers. Muscle mass was calculated with Corrected Arm Muscle Area formula. Upper arm muscle strength was measured with a distance throw test. The research hypothesed with Pearson correlation test. Results : Most of the athletes (54.55%) had mid upper arm circumference over 25 cm. Most of the athletes (77.27%) had triceps skinfold more than 1.65 cm. Most of the athletes (72.72%) had upper arm muscle mass were normal (0.38 to 0.46 kg). Most of the athletes (68.18%) had upper arm muscle strength were normal (12.7 to 15.5). Conclusions : There is no significant relationship between the mid upper arm circumference to the upper arm muscle strength in women’s volleyball athletes. There is a significant correlation between triceps skin-fold with upper arm muscle strength in women’s volleyball athletes. There is a significant relationship between muscle mass with the upper arm muscle strength in women’s volleyball athletes. There is no significant relationship between mid upper arm circumference, triceps skin-fold and muscle mass to the upper arm muscle strength in athletes volleyball Keywords: mid-arm circumference, triceps skin-fold, muscle mass, upper arm muscle strength. ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi atlet dalam permainan bola voli adalah keadaan fisik. Kekuatan otot lengan berperan penting dalam setiap teknik permainan. Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara LILA, tebal lemak trisep dan massa otot dengan kekuatan otot lengan atas atlet bola voli putri. Metode Penelitian :Jenis penelitian adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian di GOR Pangukan Sleman. Sebanyak 22 orang atlet bola voli menjadi subjek penelitian. Variabel yang diteliti adalah LILA, tebal lemak trisep, massa otot lengan atas dan kekuatan otot legan atas. LILA diukur dengan pita LILA. Tebal lemak trisep diukur dengan skin-fold caliper. Massa otot dihitung dengan rumus Corrected Arm Muscle Area. Kekuatan otot lengan atas diukur dengan distance throw test. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Pearson Correlation dengan signivicancy level = 0,05. Hasil : Sebagian besar atlet (54,55%) memiliki lingkar lengan atas lebih dari 25 cm, 77,27% memiliki tebal lemak trisep lebih dari 1,65 cm, 72,72% memiliki massa otot lengan atas yang normal (0,38 – 0,46 kg) dan sebanyak 68,18% atlet memiliki kekuatan otot lengan atas yang normal (12,7 – 15,5). Kesimpulan : Tidak ada hubungan bermakna antara lingkar lengan atas dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet bola voli putri. Ada hubungan bermakna antara tebal lemak trisep dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet bola voli putri. Ada hubungan bermakna antara massa otot dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet bola voli putri. Tidak ada hubungan bermakna antara lingkar lengan atas, tebal lemak trisep dan massa otot dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet voli Kata Kunci: LILA, tebal lemak trisep, massa otot, kekuatan otot lengan atas. 53 Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 2, September 2015, halaman 53-57 PENDAHULUAN Pada tahun 2012, volley putri Indonesia masih terpuruk di peringkat 107 bersama-sama dengan Rwanda, Srilanka dan Seychelles. Bola voli adalah bagian dari cabang olahraga permainan. Permainan bola voli dikenal sebagai olahraga yang dinamis dan atraktif, karena menuntut suatu kombinasi kemampuan fisik dan kemampuan teknik yang berkualitas. Untuk mencapai prestasi yang diharapkan di tengah ketatnya persaingan dalam olahraga bola voli tidaklah mudah, setiap pemain harus memiliki teknik, taktik, fisik dan mental yang baik.1 Kekuatan otot lengan merupakan hal penting untuk setiap orang tetapi menjadi lebih penting bagi olahragawan seperti atlet bola voli karena otot merupakan pusat dari seluruh gerakan.2 Komponen utama dari kekuatan adalah massa otot, atau lebih tepat massa area cross-sectional.3 Faktor penentu ukuran massa otot adalah LILA dan tebal lemak trisep.4 Semakin besar ukuran LILA, semakin besar diameter komposisi lengan atas. Semakin besar tebal lemak menunjukkan semakin banyak distribusi lemak dan semakin kecil massa otot yang ada sehingga kekuatan otot semakin kurang. Dengan permasalahan tersebut peneliti akan mengulas tentang hubungan antara lingkar lengan atas, tebal lemak trisep dan massa otot terhadap kekuatan otot lengan atas atlet voli putri. Dengan dilakukan penelitian nantinya dapat diketahui hubungan antara LILA, tebal lemak trisep, massa otot dengan kekuatan otot lengan atas atlet bola voli putrid di Klub Bola Voli Spirit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam bagi guru olahraga dan pelatih dalam meningkatkan kemampuan permainan bola voli atlet. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Klub Bola Voli Spirit Sleman pada bulan Mei 2013. Jumlah anggota klub 62 orang dan yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 22 atlet bola voli putri. Kriteria inklusi adalah terdaftar sebagai anggota Klub Bola Voli Spirit Sleman, minimal menjadi anggota selama 1 tahun dan bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah tidak hadir pada saat pengukuran dan pernah mengalami fraktur pada lengan atas. Variabel dalam penelitian ini adalah lingkar lengan atas (LILA), tebal lemak trisep, dan massa otot sebagai variabel bebas dan kekuatan otot lengan atas sebagai variabel terikat. LILA adalah lingkar lengan atas (LILA) atlet voli putri sebelah kanan diukur dengan pita ukur kapasitas 150 cm. Tebal lemak trisep adalah tebal lipatan lemak bagian depan pertengahan lengan atas bagian kanan antara bahu dan siku atlet voli putri, diukur dengan cara dicubit menggunakan skin-fold calipers dengan ketelitian 0,1 mm dan kemudian dikonversi menjadi cm. Massa otot adalah hasil kalkulasi LILA dan tebal lemak trisep menggunakan rumus corrected arm muscle 54 area (CAMA) yang kemudian dikalikan dengan panjang lengan atas Massa otot dihitung dengan rumus Corrected Arm Muscle Area. Kekuatan otot lengan atas adalah kemampuan otot lengan atas atlet untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh, pengukuran terhadap kekuatan otot lengan atas dilakukan dengan tes melempar bola voli dengan lemparan dari atas kepala, menggunakan distance throw test. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Pearson Correlation dengan signivicancy level = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik subyek penelitian dilihat menurut umur, tinggi badan, status gizi dan lama berlatih. Sebanyak 14 subyek penelitian (63,64%) masuk dalam kategori umur 16-19 tahun. Sebagian besar subyek penelitian (63,64%) atau 14 atlet telah mengikuti pembinaan selama 2-3 tahun. Sebanyak 11 atlet (50%) memiliki tinggi badan <160 cm. Sebanyak 18 atlet (81,82%) memiliki status gizi kategori normal. Rata-rata umur subjek adalah16,41 dengan usia minimal adalah 12 tahun dan maksimal adalah 21 tahun. Sebagian besar atlet memiliki tinggi badan di bawah 160 cm. Sedangkan untuk standar minimal atlet bola voli putri Indonesia, minimal tinggi badan yang harus dipenuhi untuk bermain di tingkat professional adalah 170 cm. Hanya terdapat 1 atlet yang memiliki tinggi badan >170 cm. Rata-rata status gizi subjek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 20,79 kg/m2 dengan IMT minimal adalah 18,22 kg/m2 dan maksimal adalah 24,14 kg/m2. Tabel 1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian Karakteristik Umur (tahun) 12 – 15 16 – 19 >21 Jumlah Lama Pembinaan (tahun) 2–3 4–5 >5 Jumlah Tinggi Badan (cm) <160 160 – 170 >170 Jumlah Status Gizi Kurus Normal Gemuk Jumlah Frekuensi (Atlet) Persentase (%) 7 14 1 22 31,82 63,64 4,54 100 14 7 1 22 63,64 31,82 4,54 11 10 1 22 50 45,45 4,55 100 1 18 3 22 4,54 81,82 13,64 100 Lingkar Lengan Atas, Tebal Lemak Trisep dan Massa Otot ... Berdasarkan Gambar 1. Sebagian besar atlet bola voli putri (54,55%) memiliki lingkar lengan atas dalam kategori lebih (>25 cm). Dari data Riskesdas tahun 2007 juga diperoleh bahwa semakin meningkat usia seorang wanita, semakin besar juga ukuran lingkar lengan atasnya. Hal ini disebabkan persentase lemak tubuh umumnya akan selalu meningkat seiring dengan bertambahnya umur, terutama karena berkurangnya aktifitas fisik.5 Pengukuran LILA dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.6 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki tebal lemak trisep di atas normal atau dalam kategori lebih. Hasil pengukuran tebal lemak trisep diperoleh skor dengan rentang antara 1,32 cm sampai 2,64 cm. Ratarata tebal lemak trisep subjek adalah 1,98 cm (± 0,43 SD). Gambar 3. Distribusi Atlet Menurut Massa Otot Gambar 1. Distribusi Atlet Menurut Lingkar Lengan Atas Massa otot adalah ukuran fisik dari otot. Massa otot merupakan salah satu indikator keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki massa otot dalam kategori normal. Hal ini sebanding dengan status gizi atlet yang sebagian besar memiliki status gizi normal. Otot berperan dalam berbagai gerakan. Otot berperan penting bagi olahragawan seperti atlet bola voli karena otot merupakan pusat dari seluruh gerakan. Meningkatkan ukuran otot akan meningkatkan kekukatan dan peningkatan kekuatan akan sebanding dengan peningkatan ukuran.2 Gambar 2. Distribusi Atlet Menurut Tebal Lemak Trisep Tebal lemak kulit adalah ukuran yang memberikan perkiraan tentang jumlah simpanan lemak di bawah kulit yang menggambarkan jumlah total simpanan lemak tubuh. Tebal lemak trisep yang besar dapat mengindikasikan simpanan lemak bawah kulit besar. Tebal lipatan bawah kulit trisep adalah ukuran yang memberikan perkiraan tentang jumlah simpanan lemak di bawah kulit yang menggambarkan jumlah total simpanan lemak tubuh.7 Pengukuran tebal lemak kulit memungkinkan seseorang untuk memperkirakan jumlah lemak subkutan dan jumlah total lemak.8 Gambar 2 Gambar 4. Distribusi Atlet Menurut Kekuatan Otot Lengan Atas 55 Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 2, September 2015, halaman 53-57 Gambar 4 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kekuatan otot lengan atas yang normal. Kekuatan otot merupakan kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam suatu usaha.9 Kekuatan maksimal otot dan kapasitas daya ledak menunjukkan elemen esensial pada kondisi fisik. Kekuatan otot biasanya didefinisikan sebagai kontrasi dari serat otot yang bervariasi secara morfologi, fisiologi dan biokimia.10 Sebagai karakeristik gerak pengertian kekuatan adalah kapasitas otot untuk berkontraksi tanpa mengalami perubahan posisi (isometric contraction), berkontraksi melalui pemendekan otot (concentric contraction) dan bereaksi melalui penguluran atau pemanjangan otot (eccentric contraction).11 Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara LILA dengan kekuatan otot lengan atas (r = 0,338). Hubungan antara LILA dengan kekuatan otot lengan memiliki persamaan Y = 9,247 + 0,179(LILA) dengan nilai (R2 = 0,114). Dilihat dari nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa LILA mempunyai nilai positif 0,179, dengan demikian apabila nilai LILA meningkat akan menyebabkan peningkatan kekuatan otot lengan. Peningkatan LILA terhadap meningkatnya kekuatan otot lengan memiliki kontribusi sebesar 11,4%. LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagian pertengahan lengan atas yang digunakan untuk mengukur perkiraan massa otot lengan atas dan tebal lipatan lemak bawah kulit, guna mengetahui jumlah lemak tubuh total.7 Secara langsung LILA tidak akan berhubungan dengan kekuatan otot lengan atas akan tetapi berhubungan dengan tebal lemak bawah kulit dan massa otot. Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh. Hubungan antara LILA dengan kekuatan otot lengan atas yang lemah disertai dengan sumbangan efektif yang sangat kecil. LILA hanya memberikan sumbangan keberhasilan sebesar 11,4% terhadap kekuatan tot lengan atas. Berorientasi pada hasil tersebut, kekuatan otot lengan atas 88,6% ditentukan oleh aspek lain. Faktor-faktor penentu kekuatan otot adalah: 1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropi otot. 2) Jumlah fibril otot yang turun bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril yang otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. 4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer. 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glikogen, ATP). 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar. 7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot.12 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (P<0,05) antara tebal lemak trisep dengan 56 kekuatan otot lengan atas dengan nilai r adalah 0,428. Hubungan antara tebal lipatan lemak trisep dengan kekuatan otot lengan atas dinyatakan dengan persamaan Y = 11,418 + 1,363(trisep) dengan R2 = 0,183. Dilihat dari nilai koefisien regresi menujukkan bahwa variabel tebal lemak trisep memiliki nilai positif 1,363, dengan demikian apabila tebal lemak trisep meningkat maka akan menyebabkan peningkatan kekuatan otot lengan atas. Sumbangan efektif tebal lemak trisep terhadap kenaikan nilai kekuatan otot lengan atas adalah sebesar 18,3%. Penelitian yang relevan menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara tebal lemak trisep dengan kekuatan otot pada genggaman lengan. Kekuatan otot pada genggaman lengan memiliki prinsip yang sama dengan kekuatan otot lengan atas dikarenakan kekuatan otot pada genggaman lengan adalah ukuran kekuatan beberapa otot di tangan.13 Tebal lemak trisep dapat berkontribusi terhadap kekuatan otot lengan. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dalam sel. Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga. Sumbangan lemak sebagai energi untuk kontraksi otot tergantung dari intensitas dan lamanya latihan olahraga. Pemeriksaan tebal lemak kulit bila dikaitkan dengan nilai LILA misalnya pada otot trisep dapat dipakai untuk menghitung massa. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang bermakna antara massa otot dengan kekuatan otot lengan atas (r = 0,499; p = 0,009). Nilai korelasi yang positif tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara massa otot dengan kekuatan otot lengan atas. Hubungan antara massa otot dengan kekuatan otot lengan atas dinyatakan dengan persamaan Y = 6,149 + 18,953(massa otot) dengan (R2 = 0,249). Variabel massa otot mempunyai nilai koefisien regresi positif 18,953. Hal ini menunjukkan bila massa otot atlet bola voli ditingkatkan akan menyebabkan peningkatan kekuatan otot lengan atas. Sumbangan efektif massa otot terhadap peningkatan kekuatan otot lengan atas adalah sebesar 24,9%. Massa otot adalah ukuran fisik dari otot. Massa otot merupakan salah satu indikator keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Otot merupakan struktur komplek yang mengakibatkan pergerakan. Otot berperan dalam berbagai gerakan. Otot berperan penting bagi olahragawan seperti atlet bola voli karena otot merupakan pusat dari seluruh gerakan.2 Hasil penelitian yang dilakukan di University of Arizona College of Medicine pada tahun 1991, menunjukkan bahwa massa otot lengan atas berhubungan sangat kuat dengan kekuatan otot lengan atas (r = 0,68, p < 0,0001). Kekuatan otot ditentukan oleh besarnya penampang otot serta kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan. Hal ini berarti, semakin besar dan banyak fibril ototnya, maka otot tersebut semakin besar sehingga semakin besar pula kemampuannya. Meningkatnya ukuran otot dapat ditingkatkan melalui latihan fisik, terutama dengan latihan berbeban. latihan berbeban yang dilakukan Lingkar Lengan Atas, Tebal Lemak Trisep dan Massa Otot ... secara teratur dapat memberikan pengaruh terhadap pembesaran ukuran fibril otot (hypertropy). Pembesaran fibril otot itulah yang menyebabkan adanya peningkatan kekuatan otot.14 Kekuatan otot biasanya didefinisikan sebagai kontrasi dari serat otot yang bervariasi secara morfologi, fisiologi dan biokimia.10 Sebagai karakeristik gerak pengertian kekuatan adalah kapasitas otot untuk berkontraksi tanpa mengalami perubahan posisi (isometric contraction), berkontraksi melalui pemendekan otot (concentric contraction) dan bereaksi melalui penguluran atau pemanjangan otot (eccentric contraction).8 Hubungan antara LILA, tebal lemak trisep dan massa otot dengan kekuatan otot lengan atas dinyatakan dengan persamaan garis Y = 6,637 + 0,016(LILA) + 0,322(Trisep) + 15,308(Massa Otot). Korelasi antara LILA, tebal lemak trisep dan massa otot terhadap kekuatan otot lengan adalah sebesar 0,504 dengan nilai Fhitung adalah 2,048. Korelasi tersebut termasuk korelasi yang sedang. Nilai Fhitung < Ftabel sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara LILA, tebal lemak trisep dan massa otot terhadap kekuatan otot lengan. Tabel 2. Sumbangan Relatif dan Efektif Hubungan antar p variabel LILA dengan kekuatan otot 0,062 lengan atas Trisep dengan kekuatan otot 0,024 lengan atas Massa otot dengan kekuatana otot 0,009 lengan atas Jumlah r Sumbangan Relatif (%) Sumbangan Efektif (%) 0,338 20,88 11,4 0,428 33,52 18,3 0,499 45,60 24,9 100 54,6 Ketiga variabel bebas memberikan kontribusi sebesar 54,6% terhadap variabel terikat. Kontribusi LILA terhadap kekuatan otot lengan atas bernilai kecil. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kekuatan korelasi yang lemah dan tidak signifikan antara LILA dengan kekuatan otot lengan atas. Kontribusi LILA yang lemah menyebabkan hasil korelasi antara semua variabel bebas dengan variabel terikat tidak signifikan bila dihubungkan secara bersama-sama. Kontribusi massa otot terhadap kekuatan otot lengan atas cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hubungan antara massa otot dengan kekuatan otot lengan atas yang cukup besar pula. KESIMPULAN Sebanyak (54,55%) atlet memiliki lingkar lengan atas lebih dari 25 cm, 77,27% atlet memiliki tebal lemak trisep lebih dari 1,65 cm, 72,72% atlet memiliki massa otot lengan atas yang normal (0,38 – 0,46 kg), 68,18% atlet memiliki kekuatan otot lengan atas yang normal (12,7 – 15,5). Tidak ada hubungan bermakna antara lingkar lengan atas dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet bola voli putri. Ada hubungan bermakna antara tebal lemak trisep dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet bola voli putri. Ada hubungan bermakna antara massa otot dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet bola voli putri. Tidak ada hubungan bermakna antara lingkar lengan atas, tebal lemak trisep dan massa otot dengan kekuatan otot lengan atas pada atlet voli putri. SARAN 1. Bagi pelatih, hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot lengan atlet voli saat melakukan pembinaan. 2. Bagi atlet, hendaknya meningkatkan intensitas latihan untuk memperkuat kekuatan otot lengan atas. DAFTAR PUSTAKA 1. Amung Ma’mun dan Toto Subroto (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Permainan Bolavoli. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta. 2. Kamiso, A. 1998. Ilmu Kepelatihan Dasar. Semarang: IKIP Semarang. 3. 3 Faktor Utama yang Menentukan Kekuatan. Diunduh tanggal 24 November 2012 dari http://www. duniafitness.com/fitness-2/3-faktor-utama-yangmenentukan-kekuatan.html. 4. Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press. 5. Sephard, RJ. 1989. Assesment of Physical Activity and Energy Needs. Am. J. Clin. Nutr. Vol. 50. 6. Jahari AB, Abunain D. 1986. Perbandingan Validitas Beberapa Indeks Antropometri untuk Pemantauan Status Gizi Anak Balita. Gizi Indonesia Volume 11 No 2, 1986 – Volume 12 No 1, 1987: hlm 15 – 21 7. Almatsier, Sunita, dkk. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 8. Wilmore, H.J dan D.L. Costille. 2004. Physiology of Sport and Exercise 3rd Edition. Champaign. USA. Human Kinetics. 9. Irianto, Djoko Pekik. 2000. Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman. Yogyakarta: Lukman Offset. 10. Maughan, Ron, dan Michael Gleeson. 2004. The Biochemical Basis of Sports Performance. New York: Oxford University Press. 11. Wilmore, H.J dan D.L. Costille. 2004. Physiology of Sport and Exercise 3rd Edition. Champaign. USA. Human Kinetics. 12. Suharno, H.P. 1984. Dasar-Dasar Permainan Bola Volley. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. 13. Kaur, Navdeep dan Shymal Koley. 2010. An Aassociation of Nutritional Status and Hand Grip Strenght in Female Labourers of North India. India: Guru Nanak Dev University. 14. Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 57