RSUD Ciawi Menyediakan Fasilitas ESWL

advertisement
Menuju Rumah Sakit
berstandar
BMinternasional
Media
RSUD Ciawi
Menyediakan
Fasilitas ESWL
Lebih Akrab
dengan Batik
Pelayanan Maksimal
Jadi Prioritas
Up
k
ec
l Chan Dini it
a
c
i
Med adar Penyak
Kes wan
Mela
Daftar isi
26
4
30
44
fokus
RSUD CIAWI Menuju Rumah Sakit Berstandar Internasional
tentang kami
16 Instalasi ICU
18 Meniti Langkah Gemilang
BM Media
8 Instalasi Radiologi
Siap Menerima Pasien Lebih
Banyak
11 Pelayanan Maksimal Jadi
Prioritas
14 Instalasi Laboratorium Klinik
Andalkan Pemeriksaan
Mikrobiologi
16
Selalu Siaga 24 Jam
diary
24 Lebih Akrab dengan Batik
kolom
26 Pengaruh Diabetes Mellitus
Terhadap Kesehatan Mata
info medis
38 Mengenal Skabies
40Tim Forensik
yang Jadi Andalan
solusi
sehat bugar
Fasilitas ESWL
32 Phaco Emulsifikasi Bedah Mata
Minim Sayatan
34 Membidik Fasilitas Katete-risasi
Jantung
36 Pentingnya Menjaga Kebersihan
Telinga
30 RSUD Ciawi Menyediakan
42 Medical Check Up
Kesadaran Dini Melawan
Penyakit
44 Batuk Juga Ada Etikanya
galeri
46 Dari Kami dengan
Sepenuh Hati
Pelindung: drg.Hesti Iswandari, M.Kes Pembina: dr. Eulis Wuantari, M.Epid, dr. Wiwik Widiastuti Redaksi: Drs. Fernandes Itha Margaretha, Apt. dr. Yukie Meistisia. drg Wustoniatun, Ns. Cucu Juhariah, S.Kep. NS. Kartika, Ms, S.Kep. Fotografer: Rivian Eka Putra, Amd. Produksi:
PT BM Media, Jl. Tebet Barat XIII no. 3 Jakarta Selatan 12810, Telp : 021- 83789687, Hp : 087881887949 (customer service), 087881887959 (marketing), Email: [email protected]. Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi: Jalan Raya Puncak No. 479, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16720
edisi 2 | 2016
1
dari kami
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Tingginya tuntutan akan fasilitas kesehatan yang
berkualitas, mau tidak mau membuat rumah sakit harus
berupaya meningkatkan mutu pelayanannya. Bagi
rumah sakit, sebenarnya dari sisi pelayanan tidak hanya
bertumpu pada kualitas tapi juga harus memenuhi
lima dimensi mutu utama pelayananya yaitu, tangibles,
reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.
Langkah ini juga tengah dikembangkan RSUD Ciawi
Kabupaten Bogor. Kami selalu berupaya meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan melalui keamanan dan
kenyamanan dalam memberikan pelayanan terbaik.
Upaya tersebut ditempuh dengan cara menerapkan 6
sasaran keselamatan pasien (patient safety)
Salah satu upaya tersebut adalah dengan berusaha
menjadikan RSUD Ciawi sebagai rumah sakit
berstandar internasional. Ini bukan mimpi, tapi
merupakan upaya dan kerja keras seluruh jajaran RSUD
Ciawi untuk bisa mewujudkan harapan tersebut.
Berbagai tahapan tengah kami jalani untuk mendapat
pengakuan dari pemerintah, satu di antaranya melalui
proses Akreditasi KARS Versi 2012. Melalui tahapan
proses ini berarti RSUD Ciawi memenuhi standar
BM Media
pelayanan dan menejemen yang ditetapkan pemerintah,
termasuk di dalamnya memberikan pelayanan dan
pengelolaan menjemen rumah sakit berstandar
internasional.
Bagi kami mewujudkan itu bukanlah hal mustahil,
karena hakikatnya wujud rumah sakit seperti inilah
yang memang diharapkan dan dibutuhkan seluruh
lapisan masyarakat. Masyarakat tetap membutuhkan
pelayanan rumah sakit berstandar internasional,
sekalipun itu rumah sakit rujukan di daerah.
Hadirnya Gedung B, sebagai sarana penunjang
medis terpadu merupakan upaya RSUD Ciawi untuk
menciptakan sarana dan prasarana penunjang yang
terstandar. Gedung B merupakan bangunan 4 lantai,
beroperasi sejakminggu pertama Februari 2016. Di
Gedung B ini juga ditempatkan sejumlah layanan
penunjang medis seperti radiologi, rehabilitasi medik,
laboratorium, ICU dan gas medis.
Kerjasama, keramahan, dan kekompakkan terus kami
bina dan tingkatkan, termasuk dengan pengguna
jasa rumah sakit melalui performa yang prima saat
memberikan pelayanan kesehatan.
Berbagai upaya akan terus kami tempuh dan
ditingkatkan untuk bisa meningkatkan kualitas
pelayanan, sehingga mampu mewujudkan RSUD Ciawi
sebagai rumah sakit terpercaya pilihan masyarakat,
khususnya masyarakat Bogor. RSUD Ciawi harus bisa
mencurahkan pelayanan bermutu demi terwujudnya
Kabupaten Bogor sebagai kabupaten termaju di
Indonesia.
Melalui Majalah RSUD Ciawi ini, kami berharap
kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit semakin
meningkat, tersosialisasinya berbagai program, dan
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat lebih dapat
diterima dengan baik. Sehingga kebutuhan akan
informasi layanan kesehatan dapat terpenuhi.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Drg. Hesti Iswandari
Direktur RSUD Ciawi
2
edisi 2 | 2016
JADWAL PELAYANAN PRAKTEK KLINIK DAN PENUNJANG RSUD CIAWI
NO
KSM
1
KANDUNGAN
2
BEDAH
4
BEDAH ORTHOPEDI
5
6
7
BEDAH UROLOGI
BEDAH ONKOLOGI
BEDAH SYARAF
8
PENYAKIT DALAM
9
JANTUNG
10
ANAK
11
PARU
12
SYARAF
13
KESEHATAN MATA
14
THT
15
16
17
KULIT & KELAMIN
BEDAH MULUT
KONSERVASI
18
ANESTESI
19
MEDICAL CHECK UP
20
EDELWEIS
21
GIGI
22
23
24
25
UMUM
REHAB MEDIK
HEMODIALISA
LABORATORIUM
26
RADIOLOGI
BM Media
NAMA
dr. Gioseffi Purnawarman, SpOG, MHKes
dr. Freddy, SpOG
dr. Jonas Nara Baringbing, SpOG
dr. Budi Susetyo, Sp.OG
dr. Johan Lucas Harjono, SpB
dr Relly Sofyan SpB
dr. Dhevariza Pra Dhani SpoT
dr. H. M. Tsani Musyafa, M.Kes.SpOT
dr. Yulfitra Soni, Sp.U
dr. Ooki Nico Junior, Sp.B.(Onk)
dr. Husdal Sp BS
dr. Rusli, SpPD
dr. Miko Galastri, SpPD
dr. Cristina Tarigan, SpPD., FINASIM
dr. Wildan Nur, M. Kes, SpPD
dr. Kornadi, Sp JP.,FIHA
dr. Hj. Indra Harsanti, SpA
dr. Ity Sulawati, SpA
dr. Emilda, SpA
dr. Fadjriwan, SpP
dr. Siti Solihah, SpP
dr. Dian Wisnu W, SpP
dr. Hari Andang Sasongko, Sp.S
Dr. Lydia A Sp.S, M.Si. Med
dr. Saptoyo Argo Morosidi, SpM
dr. Nanda Lessi, SpM
dr. Nurlina, SpTHT
dr. Tenty SpTHT
dr. Gina Triana Sutedja, Sp.KK
drg. Edi Supriyanto Soetarto, Sp BM
drg. Irma Rachmatina SpKG
dr. Rizqan Anugrah, SpAn
dr. Rudi Hartono, SpAn
dr. R. Pracahyo Wibowo, SpAn., M.Kes
dr. Irna Herlina
dr. Agustina Puspitasari, Sp.Ok
dr. Bertha Hotmaira Gultom
drg. Rosana
drg. Wustoniatun
drg. Deffi M
drg. Erli Romauli
dr. Hj Lastri Kartika Roza Puteri
dr. Theresia Marina Ella, SpRM
dr. Ariati
dr. Iyan Sumaryana, Sp.PK
dr. Syarifah Surbakti, Sp.Rad.
dr. Sofiatul Mumayyizah, Sp.Rad.
JADWAL PRAKTEK
Selasa dan Kamis
Jum'at dan Sabtu
Senin dan Rabu
Selasa dan Kamis
Selasa, Kamis, Jum'at
Senin, Rabu, dan Sabtu
Senin, Selasa, dan Kamis
Rabu dan Jum'at
Senin, Rabu dan Jum’at
Senin s.d. Jumat
Senin dan Kamis
Senin dan Selasa
Rabu dan Jum'at
Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu
Senin, Selasa, dan Kamis
Senin, Rabu dan Kamis
Selasa dan Kamis
Senin dan Jum'at
Rabu dan Sabtu
Senin dan Selasa
Rabu dan Jum'at
Kamis dan Sabtu
Selasa, Kamis dan Jumat
Senin dan Rabu
Selasa, Kamis, Jum'at
Senin, Rabu, dan Sabtu
Senin, Rabu dan Jum'at
Selasa dan Kamis
Senin s.d Jum’at
Senin, Rabu, dan Jum'at
Senin, Selasa, Kamis, dan Jum'at
Selasa
Senin, Rabu, Kamis
Jum’at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
Selasa, Kamis, Jum'at, Sabtu
Senin, Rabu, dan Sabtu
Senin, Selasa, dan Rabu
Senin s.d. Jum'at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
Senin s.d Jum’at
fokus
RSUD CIAWI
Menuju Rumah Sakit
Berstandar Internasional
BM Media
 Gedung B, gedung penunjang medis terpadu.
4
edisi 2 | 2016
Rumah sakit
daerah berstandar
internasional,
sepertinya bukan
hanya sebuah angan
lagi, tapi kenyataan
yang ternyata
bisa diwujudkan.
Gambarannya dapat
dilihat dari eksistensi
RSUD Ciawi.
P
elayanan kesehatan yang
memadai merupakan harapan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat,
murah, ramah dan profesional
tentunya. Apalagi tidak dipungkiri,
sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik
apabila didukung oleh masyarakat
yang sehat secara jasmani dan
rohani.
Satu di antara pusat pelayanan kesehatan bagi kebanyakan
masyarakat adalah rumah sakit
umum daerah (RSUD). Rumah sakit
plat merah ini merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan bersifat menyeluruh, terpadu, merata, diterima
dan terjangkau oleh masyarakat
Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk
masyarakat luas guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal,
 Pelayanan kepada masyarakat sebagai pasien yang selalu dijaga kualitasnya
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Berangkat dari pijakan dasar
inilah RSUD Ciawi berusaha untuk
selalu menjadi rumah sakit rujukan
pertama dengan pelayanan prima
sehingga mampu menangani berbagai masalah kesehatan yang terjadi
di masyarakat. Makanya, RSUD
yang mengemban visi, “rumah sakit
terpercaya pilihan masyarakat” itu
selalu memberdayakan maksimal
semua sumber daya manusianya.
Mereka juga dituntut lebih tanggap dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Jejak langkah rumah sakit yang
dipimpin oleh drg. Hesti Iswandari,
M. Kes tersebut memang tidak
main-main. Kualitas pelayanan
terhadap masyarakat ibarat sebuah
taruhan yang sangat mahal nilainya,
karena merupakan ruh yang harus
selalu ada di dalamnya. Jika tidak,
jangan pernah berharap masyarakat
mau untuk meminta pelayanan
kesehatan disini. Makanya, kualitas
terbaik ini terus dijaga betul konsistensinya dalam perjalanan sebuah
rumah sakit.
Salah satu upaya untuk mening-
BM Media
Kualitas pelayanan terhadap
masyarakat ibarat sebuah taruhan
yang sangat mahal nilainya, karena
merupakan ruh yang harus selalu ada
di dalamnya.
katkan pelayanan kesehat-an terbaiknya dapat dilihat dari langkah
RSUD Ciawi yang tengah berupaya
meraih Paripurna melalui akreditasi KARS versi 2012 dan standar
internasional (JCI). Tujuan dari
akreditas ini tak lain untuk mening-
katkan mutu pelayanan kesehatan
berstandar internasional. “Akreditasi
Rumah Sakit ini pun menjadi salah
satu penciri terciptanya Kabupaten
Bogor menjadi kabupaten termaju
di Indonesia,” tandas Direktur RSUD
Ciawi drg. Hesti Iswandari M. Kes.
PRESTASI RSUD CIAWI
1.
Akreditasi 5 pelayanan (2004)
2.
PPK-BLUD (2010)
3.
Akreditasi 16 pelayanan (2012)
4.
RS Sayang Ibu dan Bayi (2012)
5.
Sebagai jejaring Sijari Emas di Kabupaten Bogor (2013)
6.
Berpredikat baik dalam peningkatan kualitas kinerja pelayanan publik Kabupaten
Bogor (2013)
7.
Berpredikat baik dalam peningkatan kualitas kinerja pelayanan publik Kabupaten
Bogor (2014)
8.
Sebagai RS jejaring pelayanan PAL/DOTS RS
9.
Sebagai RS jejaring pelayanan HIV/AIDS
edisi 2 | 2016
5
fokus
Dengan dilaksanakannya akreditasi versi 2012 dan JCI berarti RSUD
Ciawi memenuhi standar pelayanan
dan manajemen yang ditetapkan
baik secara nasional maupun internasional.
Di sisi lain, sebagai upaya
untuk terus meningkatkan pelayanannya, pada 2015 RSUD Ciawi
juga menambah sarana dan pra
sarana penunjang, dengan hadirnya
Gedung B yang merupakan gedung
penunjang medis terpadu. Gedung
B merupakan bangunan 4 lantai,
dibangun sejak Maret 2015 dan
sudah bero-perasi mulai minggu
pertama Februari 2016. Di Gedung
B ditempatkan sejumlah layanan
penunjang medis seperti radiologi,
rehabilitasi medis, laboratorium dan
ICU.
Di awal Juni 2015, RSUD Ciawi
juga sudah memulai pengerjaan
Gedung Instalasi Bedah Central Terpadu (Gedung F) yang saat ini sudah
mencapai tahap konstruki rangka
dan diharapkan bisa dioperasikan
pada 2017.
Hadirnya RSUD Ciawi, diawali
BM Media
6
edisi 2 | 2016
Di gedung B
ditempatkan
sejumlah layanan
penunjang medis
seperti radiologi,
rehabilitasi medis,
laboratorium dan
ICU
sebagai fasilitas kesehatan setingkat Puskesmas dengan perawatan,
kemudian menjadi Rumah Sakit
type D dengan 40 Tempat Tidur.
Sesuai dengan tuntutan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat,
sejak tahun 1993, RSUD Ciawi resmi
sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor
kelas C berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 009D/MENKES/1993
dengan kapasitas 111 tempat tidur
(TT).
Semakin bertambahnya tempat
tidur dan pelayanan spesialistik
yang tersedia, Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi meningkatkan statusnya menjadi rumah sakit kelas
B non Pendidikan berdasarkan SK
Menteri Kesehatan Nomor: 1215/
MENKES/SK /XI/2007 tanggal 28
Desember 2007 dengan layanan
174 tempat tidur (TT) dan memiliki
peralatan medis yang cukup canggih di antaranya USG 4 Dimensi,
Treadmill serta sumber daya manusia yang terus meningkat jumlah
dan kemampuannya.
RSUD Ciawi juga ditetapkan
 Semua siap mensukseskan RSUD Ciawi
untuk menjadi rumah sakit berstandar
internasional
BM Media
sebagai PPK BLUD RSUD Ciawi
sesuai dengan SK Bupati Nomor:
445/571/KPTS/Huk/2010 tanggal
25 November 2010 dengan pengakuan terhadap Standar Pelayanan
Minimal (SPM), Hospital By Law
(HBL), dan Standar Akutansi yang
tersusun dengan baik.
Pada awal 2012, dengan
kekuatan sumber daya manusia
(SDM) yang profesional dan kompak,
Standar Operasional Prosedur
(SPO) yang terlaksana dan lengkap,
serta sarana dan alat medis yang
cukup canggih dan sekaligus untuk
penyempurnaan mutu pelayanan,
RSUD Ciawi berhasil mendapatkan
sertifikat akreditasi 16 pelayanan dan lulus dengan nilai baik,
dengan nomor sertifikat KARSSERT/277/1/2012 pada Januari
2012.
Kini RSUD Ciawi memiliki
kapasitas 329 tempat tidur (TT).
Dengan fasilitas penunjang lainnya
yang semakin lengkap seperti klinik
spesialis, IGD 24 Jam, Apotik 24 jam,
klinik sore dan perjanjian, klinik
kemoterapi, ICU, NICU, Hemodialisa,
dan lain-lain. Saat ini, untuk pelayanan yang lebih maksimal terhadap
masyarakat, jumlah sumber daya
manusianya sudah mencapai 719
orang, baik tenaga medis maupun
tenaga non medis.
Disarming itu, sejak 2015 RSUD
Ciawi menambah pelayanan poliklinik rawat jalan yaitu poli jantung
dan poliklinik perjanjian (eksekutif).
Sedangkan untuk poli terdapat,
bedah orthopedik, syaraf, paru,
bedah umum, THT, mata, anak dan
konservasi gigi. ***
edisi 2 | 2016
7
tentang kami
BM Media
8
edisi 2 | 2016
Instalasi Radiologi
Siap Menerima
Pasien Lebih Banyak
BM Media
Menempati gedung baru bagaikan memperoleh
hembusan angin segar bagi Instalasi Radiologi
RSUD Ciawi. Sekalipun selalu dipenuhi pasien,
instalasi ini tetap berpijak pada komitmen untuk
bisa memberikan pelayanan terbaik.
S
ekalipun baru beroperasi pada
minggu pertama Pebruari di
Gedung B, Instalasi Radiologi
RSUD Ciawi tetap saja kebanjiran
pasien. Meskipun begitu pelayanan
tetap berjalan tertib dan optimal,
semua pasien terlayani dengan baik.
Tapi namanya, pasien tetap saja
ada yang tidak sabar menunggu
giliran namanya dipanggil. Beberapa orang kedapatan membuka
tutup pintu ruang pelayanan.
Mereka hanya ingin menari tahu
seberapa lama lagi nama mereka
akan dipanggil. “Ibu tunggu dulu di
luar ya nanti pada gilirannya akan
dipanggil,” sergah seorang petugas
kepada pasien dengan bahasa yang
santun.
Tapi tetap saja pasien wanita ini
terlihat tidak sabar. Hanya selang
beberapa lama dia kembali lagi
berusaha membuka tutup pintu pelayanan. Kondisi seperti itu memang
gambaran biasa yang terlihat di
sebuah rumah sakit, terlebih lagi di
lingkungan RSUD Ciawi. Mungkin
bisa dimaklumi karena antrian yang
Dengan
ditempatkannya
Instalasi Radiologi
di Gedung baru
(Gedung B), RSUD
Ciawi berharap
pasien bisa datang
lebih banyak lagi.
cukup banyak dan ingin segera
mendapat pelayanan, akhirnya rasa
tidak sabar mendominasi.
Dari sekian banyak pasien
yang datang, kebanyakan mereka
membutuhkan pelayanan foto torax
edisi 2 | 2016
9
BM
tentang kami
 dr. Syarifah. S, SpRAD
Instalasi radiologi RSUD Ciawi
sendiri berada di bawah penanganan
Media
para dokter ahli dan teknisi yang
berpengalaman
(konvensional). Selebihnya foto
tulang, foto kepala dan CT Scan.
“Dengan ditempatkannya
Instalasi Radiologi di Gedung baru
(Gedung B-red) ini kami berharap
pasien bisa datang lebih banyak
lagi. Sumber daya manusia yang kita
miliki disini, selalu siap memberikan
10
edisi 2 | 2016
pelayanan yang terbaik,” ujar dr.
Syarifah. S, SpRAD Kepala Instalasi
Radiologi RSUD Ciawi.
Instalasi Radiologi merupakan
salah satu instalasi penunjang
medis yang memberikan layanan
pemeriksaan radiologi dengan hasil
pemeriksaan berupa foto/ gambar
untuk membantu dokter yang
merawat pasien dalam penegakan
diagnosis.
Instalasi radiologi RSUD
Ciawi sendiri berada di bawah
penanganan para dokter ahli dan
teknisi yang berpengalaman serta
dilengkapi dengan fasilitas canggih
dan modern yang mampu menunjang kebutuhan diagnostik seluruh
bidang spesialistis.
Instalasi Radiologi di RSUD
Ciawi memiliki tujuh ruangan. Ada
ruangan X-Ray, konvensional, tindakan kontras, Panoramic, Expetise
dan USG. Sedangkan untuk Mamografi dan fuluroscopy alat-alatnya
masih menyusul. CT Scan yang
digunakan disini memiliki karakter 128 slice, yang fungsinya akan
lebih detail dalam hal melakukan
pemeriksaan.
“Yang jelas, di Gedung baru
ini kami merasa lebih nyaman,”
tegasnya. Begitu pula halnya
dengan ruangan pemeriksaan,
diakuinya memang lebih nyaman
dibandingkan yang dulu.
Pelayanan Maksimal
Jadi Prioritas
Meskipun belum banyak pasien yang membutuhkan
pelayanan, tetapi kesiapan Tim Rehabilitasi Medik RSUD
Ciawi patut diapresiasi. Beberapa kendala cepat-cepat
diantisipasi demi tetap bisa memberikan pelayanan terbaik.
BM Media
M
uhammad Zicka Putra belum
bisa lepas dari dekapan
ibunya. Di usianya yang
ke-11 bulan, Zicka berbeda dengan
bayi kebanyakan. Dia tidak terlihat
aktif seperti bayi-bayi seusianya,
merangkak dan sudah ingin tahu
banyak hal. Bahkan jika bayi-bayi
lainnya sudah mulai, bahkan sudah
ada yang bisa berjalan tidak demikian halnya dengn Zicka.
Di usianya tersebut putra ketiga
Rohimah (sebut saja begitu-red)
itu belum bisa tidur dalam posisi
tengkurap.
Kondisi yang dialami bocah
lucu tersebut jelas menyiratkan
gambaran cemas dari wajah sang
edisi 2 | 2016
11
tentang kami
bunda, Rohimah. Tapi dengan tegar
Rohimah dan suami, berusaha
menutupinya melalui ikhtiar yang
dijalankan lewat berobat.
Awalnya, Zicka dirujuk ke
salah satu rumah sakit pemerintah
ternama di Jakarta. Tapi demikian
kondisi Zicka belum juga ada perubahan. Apalagi, jarak yang harus
ditempuh dari tempat tinggalnya di
Bogor, begitu jauh. Harus bolak-balik
Jakarta-Bogor tentu saja menyita
waktu dan biaya. Bagi Rohimah dan
suami, sebenarnya itu tidak menjadi
soal, yang terpenting buah hati
mereka bisa sembuh.
Beruntung, seorang tetangga
menyarankan agar Rohimah membawa Zicka ke RSUD Ciawi. Selain
jaraknya tidak jauh dari tempat
tinggal, pelayanannya juga tidak
kalah baiknya dengan rumah sakitrumah sakit lainnya.
Atas anjuran tersebut akhirnya,
Rohimah membawa putra kesayangannya ke rumah sakit yang terletak di Jalan Raya Puncak No.479,
Ciawi, Bogor tersebut.
BM Media
12
edisi 2 | 2016

dr. Theresia Marina Ela, SpKFR. Kepala Rehabiitasi Medik RSUD Ciawi.
Rehabilitasi Medik RSUD Ciawi terdiri
dari dokter spesialis rehabilitasi
medik dibantu oleh dokter umum
yang memiliki keahlian khusus dalam
rehabiltasi medik
“Alhamdulillah setelah tiga kali
berobat disini, kondisi Zicka sudah
jauh lebih baik,” tegas Rohimah.
Bahkan, wanita berkerudung
dan mengandalkan pelayaan BPJS
tersebut mengaku sangat senang
dengan pelayanan di RSUD Ciawi,
yang jauh lebih baik dari tahuntahun sebelumnya. “Ditambah lagi
gedungnya baru dan fasilitasnya
lengkap. Rasanya nyaman, seperti bukan berobat di rumah sakit
pemerintah,” tandasnya lagi bangga.
Di RSUD Ciawi, Zicka disarankan
untuk menerima pelayanan kesehatan melalui Rehabilitasi Medik
(rehab medik). Rehab Medik RSUD
Ciawi, terletak di lantai II, Gedung
B dengan pelayanan dan peralatan
penunjang medis yang lengkap dan
sangat memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Rehabilitasi Medik merupakan salah satu cabang dari ilmu
kedokteran yang menangani
pasien-pasien terkendala atau
bahasa awamnya kecacatan, mulai
BM Media
dari organ tubuh hingga fungsinya.
“Rehab medik itu bukan hanya
satu bagian seperti halnya penyakit dalam atau yang lainnya.
Rehabilitasi medik itu bisa masuk
sebagai penunjang juga pelayanan
dan membawahi satu tim,” ujar dr.
Theresia Marina Ela, SpKFR, Kepala
Rehabilitasi Medik RSUD Ciawi.
Ditambahkannya, tim Rehabilitasi Medik RSUD Ciawi terdiri dari
beberapa dokter yang menangani
tugasnya masing-masing. Ada
dokter spesialis rehabilitasi medik
dibantu oleh dokter umum yang
memiliki ke-ahlian khusus dalam
rehabilitasi medik. Ditambah lagi
ada fisiothe-rapi, okupasi terapi,
otetik protetik, terapi wicara dan
social worker.
Tim ini ditunjang dengan
ruangan dan peralatan penunjang
yang lengkap. Ada ruangan dokter.
Ada juga ruangan exercise, yang
dibagi menjadi ruangan exercise
dewasa dan ruang exercise anakanak. cara penanganannya berbeda,,
maka ruangannya tidak bisa diga-
bung. Kemudian juga ada ruangan
elektro terapi, ruangan debolizer,
terapi wicara dan gymnasium.
Khusus untuk ruang gymnasium
digunakan juga untuk kegiatan
program senam, seperti senam
jantung, diabetes dan senam-senam
lainnya. “Lalu ada ruangan okupasi
terapi yang dikhususkan bagi pasien
disfungsi tangan. Selain itu ruangan
otetik prostetik. Untuk yang ini kita
sudah siapkan ruangannya, tapi
pasiennya belum ada,” tambah dr.
Theresia.
Makanya, dari sekian banyak ruangan dan fasilitas disini, yang baru
berjalan adalah fisioterapi terapi
wicara dan dokternya. Pasiennya
bervariasi. Tapi yang lebih banyak
adalah masalah osteo atrisis atau
pasien-paien degeneratif proses,
seperti nyeri bahu, nyeri lutut dan
lain sebagainya. “Pokoknya yang
nyeri-nyeri untuk sementara ini
paling banyak,” tambahnya
Meski pelayanannya baru
tertentu saja, akan tetapi diakui dr.
Theresia tenaga medisnya dirasakan masih kurang. Namun demikian,
dokter yang santun tutur bahasanya
ini menegaskan kalau pihaknya
akan terus memberikan pelayanan
yang terbaik dan maksimal. Apapun
dilakukan untuk bisa memberikan
pelayanan terbaik, disesuaikan
dengan kompetensi pengetahuan
yang mereka miliki. “Bagusnya
di RSUD Ciawi, tenaga medisnya
sendiri. Sehingga pelayanannya
akan lebih maksimal lagi,” tambah
dr.Theresia.***
edisi 2 | 2016
13
tentang kami
Melalui penuturannya, Kepala
Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
Ciawi itu, begitu senang kalau
unit yang dibawahinya menempati
gedung baru tersebut. “Pokoknya
sekarang suasananya jauh lebih
bagus tidak seperti dulu. Kalau dulu
itu sudah seperti cafétaria,” tegas
Iyan sambil tertawa.
Maklum saja, dulu apapun
dilakukan oleh instalasi ini hanya di
satu ruangan. Maklum saja, kondisi
laboratorium berada pada ruangan
khusus. Ditambah lagi, disini juga
ada ruangan khusus untuk pemeriksaan mikrobiologi. “Semua sarana
penunjangnya pun memadai,”
tambah Iyan bangga.
Laboratorium Mikrobiologi
sendiri dilakuan untuk memeriksa
kuman. Melalui Laboratorium
Mikribiologi ini juga, kita bisa
menentukan jenis kuman, sekaligus
bisa menentukan jenis antibiotik
Instalasi Laboratorium Klinik
Andalkan Pemeriksaan
Mikrobiologi Hadirnya
pemeriksaan
mikrobilogi secara
lengkap di Instalasi
Laboratorium
Klinik RSUD Ciawi,
menjadikan upaya
di instalasi klinik
ini jauh lebih
maksimal. Terutama
memudahkan
dalam menentukan
jenis kuman dan
antibiotiknya.
BM Media
D
ari penampilan dan gaya
bahasa yang dituturkan dr.
Iyan M. Sumaryana, SpPK,
sepintas adalah sosok yang pandai
bergaul. Nada bicaranya ceplasceplos apa adanya. Terbukti, ketika
kami menyambanginya di Gedung
B, Lantai III Instalasi Laboratorium
RSUD Ciawi.
14
edisi 2 | 2016
ruangannya waktu itu sangat
terbatas. Belum memenuhi kriteria
laboratorium secara umum.
Ruangan-ruangan yang kotor,
seperti untuk pemeriksaan urine,
dahak memang sudah layaknya
dipisahkan. Sekarang, kondisinya
jauh lebih baik. Ruang meeting ada
sendiri dan demikian dengan ruang
apa yang cocok untuk mematikan kuman tersebut. “Kalau dulu
sarana seperti ini belum ada, hanya
pemeriksaan mikrobiologi sederhana saja,” tegas pria murah senyum
ini.
Mikrobiologi merupakan cabang
ilmu dari biologi yang khusus
mempelajari jasad-jasad renik.
Mikrobiologi berasal dari bahasa
Yunani (micros, kecil, bios , hidup,
dan logos, pengetahuan) sehingga
secara singkat dapat diartikan
bahwa mikrobio-logi adalah ilmu
yang mempelajari tentang mahlukmahluk hidup yang kecil-kecil.
Mahluk-mahluk hidup yang kecilkecil tersebut disebut juga dengan
mikroorganisme, mikrobia, mikroba,
atau jasad renik.
Mikrobiologi memerlukan ilmu
pendukung seperti kimia, fisika,
dan biokimia. Mikrobiologi sering
disebut ilmu praktek dan biokimia.
Dalam mikrobiologi dasar diberikan
pengertian dasar tentang sejarah
penemuan mikroba, macam-macam
mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme
mikroba secara umum, pertumbuh-
lebih rinci atau menurut kemanfaatannya.
Ditambahkan Iyan, dari
pemeriksaan mikrobiologi, yang
paling banyak menjadi perhatian
adalah jenis infeksi penyakit,
seperti TBC dan infeksi-infeksi
penyakit lainnya. Tentunya dengan
pemeriksaaan mikrobilogi, instalasi
Sebab disini baru saya sendiri,” tutur
Iyan sambil tertawa.
Mudah-mudahan Instalasi
Laboratorium RSUD Ciawi yang
diawaki 18 orang analis dapat melangkah lebih maksimal lagi dalam
memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat banyak. ***
Sekarang
suasananya jauh
lebih bagus tidak
seperti dulu. Kalau
dulu itu layaknya
seperti cafétaria
dr. Iyan M. Sumaryana, SpPK 
Semua sarana penunjang untuk kegiatan
pemeriksaan di laboratorium sangat
memadai, 
BM Media
an mikroba dan faktor lingkungan,
mikroba terapang di bidang lingkungan dan pertanian.
Mikrobilogi sendiri berkembang menjadi bermacam-macam
ilmu yaitu virologi, bakteorologi,
mikologi, mikrobiologi pangan,
mikrobiologi tanah, mikrobiologi
industri, dan sebagainya yang
mempelajari mikroba spesifik secara
Laboratorium RSUD Ciawi bisa
menentukan jenis kuman sekaligus antibiotiknya, sehingga tim
klinisi dalam memberikan antibiotik
tidak lagi sembarangan. Semua itu
dilakukan berdasarkan olah kumannya. “Insya Allah kita akan bekerja
lebih maksimal lagi. Dan saya
berharap spesialis Patologi klinik
seperti saya, ada satu orang lagi.
edisi 2 | 2016
15
tentang kami
Instalasi ICU
Selalu Siaga 24 Jam
Tantangan luar biasa selalu menyelimuti seluruh
awak Instalasi ICU RSUD Ciawi untuk tetap
mengedepankan pelayanan terbaiknya kepada
setiap pasien. Mereka harus siap bekerja 24 jam
dan on call dalam situasi yang benar-benar
darurat.
BM Media
I
nstalasi Intensive Care Unit (ICU)
adalah suatu bagian dari rumah
sakit yang mandiri. Stafnya
khusus, begitu juga dengan perlengkapannya. Ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulitpenyulit yang mengancam nyawa
16
edisi 2 | 2016
atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia.
ICU juga menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta
peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keaadaan tersebut.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan seperti
halnya RSUD Ciawi, dituntut dapat
memberikan pelayanan ICU yang
profesional dan berkualitas. Dengan
mengedepankan keselamatan
pasien.
Pada instalasi ICU, perawatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan ICU. “Dengan kehadiran ICU
di Gedung B dan tambahan sejumlah fasilitas pelayanan mudah-mudahan unit ICU selalu bisa memberikan pelayanan yang terbaik,”
sergah dr. Nugrahani Aryadewi, Care
Manager Instalasi ICU RSUD Ciawi.
Fasilitas yang baru di ruang ICU,
di antaranya ventilator, penambahan tempat tidur menjadi 8 unit
dari awalnya hanya 6 unit tempat
 dr. Nugrahani Aryadewi (kiri)
Elly Jahrian, Amd.Kep (kanan)
 RSUD Ciawi, dituntut dapat memberikan
pelayanan ICU yang profesional dan
berkualitas.
BM Media
untuk pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga profesional, terdiri dari multidisiplin
ilmu yang bekerja sama dalam tim.
Pengembangan tim mulitidisplin
yang kuat sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan pasien.
Selain dukungan itu sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan
tidur. Ditambah ruangan yang lebih
luas dan lebih nyaman. Dan masingmasing karyawan sistem kerjanya
sudah semakin terjadwal dengan
baik.
“ Untuk pelayanan yang lebih
maksimal lagi kami juga memerlukan tambahan sumber daya
manusianya,” ujar Kepala Ruangan
Instalasi ICU RSUD Ciawi, Elly Jahrian, Amd.Kep. Sebab di ICU idealnya
selalu membutuhkan tenaga medis
yang cukup banyak, karena pelayanannya harus intensif. Satu pasien, selalu didampingi satu atau
dua orang perawat. Dan perawat
disini juga harus benar-benar
terlatih.
Menurut Elly, sekalipun jumlah
SDM dirasakan masih belum cukup,
pelayanan maksimal terhadap
pasien tetap menjadi prioritas.
Misalnya terjadi kecelakaan di
puncak belum lama ini, pelayanan
yang diberikan Instalasi ICU RSUD
Ciawi tetap masih bisa diandalkan.
Semua tim medis dan perawat
turun tangan untuk memberikan
pelayanan.
Termasuk yang sedang libur
harus datang ke rumah sakit
membantu memberikan pelayanan.
Sebab disinilah tantangan yang
luar biasa di Instalasi ICU ini. “Kalau
dalam kondisi siaga seperti itu kita
harus siap bekerja 24 jam dan on
call,” tandas Elly.
Kalau sudah seperti ini komitmennya, tentu setiap pasien di
RSUD Ciawi tidak akan ragu lagi
untuk bisa memperoleh pelayanan
terbaik seperti yang diharapkan
selama ini.***
ICU juga
menyediakan
kemampuan dan
sarana, prasarana,
peralatan khusus
yang sangat
menunjang serta
tenaga medik
profesional dan
berpengalaman
edisi 2 | 2016
17
BM
tentang kami
Meniti
Langkah
Gemilang
Beragam upaya tengah
dilaksanakan RSUD
Ciawi untuk mencapai
kegemilangannya
sebagai rumah
sakit yang mampu
memenuhi tuntutan
dan kebutuhan
Media
masyarakat dalam hal
pelayanan kesehatan.
18
edisi 2 | 2016
BM Media
Memimpin sebuah
rumah sakit
tidak semudah
membalikkan
telapak tangan.
Apalagi, menjabat
sebagai Direktur,
tidak serta merta
bisa bekerja
seperti halnya
saat masih eksis
sebagai pekerja
lapangan.
d
rg. Hesti Iswandari dikenal
sebagai sosok pekerja keras
dan pantang menyerah. Semua
tanggung jawab yang dibebankan di
pundaknya pun dikerjakan dengan
upaya terbaik, harapannya mampu
memberikan karya gemilang, tidak
hanya untuk institusi yang dipimpinnya, tapi juga masyarakat
banyak.
edisi 2 | 2016
19
tentang kami
Kegemilangan itu, memang
terlihat sangat jelas dari tanggung
jawab yang dipercayakan kepadanya, termasuk ketika memimpin
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Ciawi, sejak 2014. Ketika ibu dua
anak itu dipercaya untuk memimpin
rumah sakit yang telah menerapkan
pengelolaan keuangan dengan
sistem BLUD itu, Hesti kerap memantau langsung pelayanan rumah
sakit. Maklum, alumnus SMU 8
Jakarta itu dikenal sebagai pekerja
lapangan. Tidak sedikit bekal yang
dikantonginya sebagai pengabdi
masyarakat.
Diakui atau tidak, memimpin
sebuah rumah sakit tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi, menjabat sebagai Direktur
sebuah rumah sakit, tidak serta
merta bisa bekerja seperti halnya
ketika Hesti eksis sebagai pekerja
lapangan. Sekalipun terjun langsung, waktunya sangat terbatas.
Banyak masalah harus dihadapi.
Ibaratnya, mulai dari A-Z harus
benar-benar dipikirkan dengan
cermat.
BM Media
20
edisi 2 | 2016
Sekalipun banyak persoalan,
Hesti menghadapinya dengan
tenang dan easy going, tidak dijadikan beban. Toh, dalam menjalankan
roda rumah sakit dirinya tidak
sendirian. Di RSUD Ciawi sudah
terbentuk komite-komite sebagai
organ rumah sakit yang bertugas
melontarkan berbagai pertimbangan strategis kepada unsur
pimpinan. Komite-komite tersebut
antara lain, Komite Medik, Etik dan
Hukum, Mutu, Keselamatan Pasien,
Manajemen Risiko, PPI, Farmakologi
serta komite lainnya yang dibutuhkan rumah sakit.
Makanya, tidak heran dengan
itu semua, apa yang diprogramkan
pemerintah daerah untuk RSUD
Ciawi, berjalan sesuai target. Satu di
antaranya menyangkut pembangunan gedung.
Pembangunan gedung di RSUD
Ciawi sudah ada roadmap-nya, yaitu
peningkatan mutu dan keselamatan
pasien RSUD Ciawi. Kegiatannya
masuk dalam Rencana Strategis
(Renstra) Kabupaten Bogor dari
2013 hingga 2018.
Pada 2014, memang ada kegiatan pembangunan gedung rumah
sakit yang tidak berjalan alias
stagnan. Faktor pemicunya, karena
pimpinan sebelumnya memasuki
masa pensiun dan digantikan oleh
pelaksana tugas (Plt) yang kala itu
merangkap sebagai kepala dinas
kesehatan Kab. Bogor.“Jadi kegiatan di 2014 bisa dibilang kurang
greget,” kenangnya serius.
Nah, pada 2015, tepat di kepemimpinan Hesti sebagai Direktur
RSUD Ciawi, pembangunan gedung
kembali berjalan, dimulai dengan
pembangunan Gedung Instalasi
Penunjang Medis (Gedung B).
Bangunan yang terdiri dari 4 lantai
ini terintegrasi dengan pelayananpelayanan penunjang medis lain,
yakni, instalasi gas medis, di basement. Kemudian di Lantai I ada
Radiologi. Di Lantai II, Rehabilitasi
Medik, Laboratorium di Lantai III
dan ICU di lantai IV. Pengerjaannya
sendiri dimulai sejak Maret 2015
dan mulai beroperasi pada minggu
pertama Februari 2016.
“Dan pada 16 Maret gedung–
gedung rumah sakit di wilayah
Bogor yang dibangun ada tahun
2015, akan diresmikan oleh Bupati
Bogor dan dihadiri oleh Gubernur
atau Wakil Gubernur Jawa Barat,”
tandas Hesti semangat.
Nantinya, lanjut wanita berparas
cantik tersebut Gedung B akan
terkoneksi dengan Gedung F.
Gedung yang rencana pembangunannya bakal dimulai Maret 2016.
Gedung F sendiri merupakan Instalasi Bedah Sentral dan CSSD.
Pembangunan
Recana pembangunan gedung
ternyata tidak berhenti di tahun
2016. Pada 2017 RSUD Ciawi juga
akan membangun Gedung Rawat
Inap (K2) yang nanti akan menjadi
satu dengan Gedung Rawat Inap
sebelumnya. Gedung Rawat Inap
Dahlia, misalnya akan direvitalisasi
menjadi 5 lantai. “Jadi kalau disetujui pemerintah daerah nanti rawat
inapnya penyakit dalam dan bedah
menjadi satu disitu,” sergah Hesti.
Begitu pula dengan Gedung
Rawat Inap Yasmin, akan bergabung
di gedung rawat inap tersebut,
karena terkena imbas dengan pembangunan Gedung H. “Jadi untuk
gizi, forensik dan laundry akan dibongkar dan dipindahkan ke
Gedung H. Di atasnya ditambah ruangan untuk pendidikan dan latihan
(Diklat),” katanya.
Di tahun yang sama, menurut
Hesti juga akan tada pembangunan
Gedung MDG’s. Di Gedung MDG’s
akan ditempatkan pelayanan bagi
penderita penyakit HIV/AIDS, TB
DOT, Onkologi dan Kemoterapi.
“Nanti akan menjadi satu. Di
atasnya poliklinik dan di bawahnya
rawat inap. Jadi kalau tahun depan
anggarannya turun berarti ada 3
pembangunan gedung,” katanya lagi.
Selain itu, rencananya akan
BM Media
dibangun Gedung Walk Station dan
Gedung K yang juga diperuntukkan
untuk rawat inap. Selain itu bakal
ada juga penambahan-penambahan
sarana pelayanan kesehatan, khususnya RSUD Ciawi masih membutuhkan dokter gizi klinik. Untuk
tahun 2016 RSUD Ciawi pengembangannya adalah dokter spesialis
kulit dan urologi ESWL.
Sebelum melaksanakan
pembangunan gedung, langkah
utama Hesti sebagai upaya agar
RSUD Ciawi mendapat pengakuan
dari pemerintah adalah mengikuti proses akreditasi KARS versi
2012. Dengan pengakuan ini
berarti RSUD memenuhi standar
pelayanan dan managemen yang
ditetapkan. Akreditasi KARS versi
2012 terdapat 15 bab/kelompok
kerja (Pokja), 323 standar dan
1218 elemen penilaian (EP), antara
lain: Sasaran Keselamat-an Pasien
(SKP), Hak Pasien dan Keluarga
(HPK), Pendidikan Pasien dan
Keluarga (PPK), Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien (PMKP),
Sasaran Millenium Development
Goals (MDGs), Akses Pelayanan dan
Kontinuitas Pelayanan (APK), Asesmen Pasien (AP), Pelayanan Pasien
(PP), Pelayanan Anestesi dan Bedah
(PAB), Manajemen Penggunaan Obat
(MPO), Manajemen Komunikasi
dan Informasi (MKI), Kualifikasi dan
Pendidikan Staff (KPS), Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI), Tata
Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP), Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan (MFK).
Sebenarnya, lanjut wanita yang
kesehariannya mengenakan jilbab
tersebut, RSUD Ciawi lulus dalam
pencapian akreditasinya. Hanya saja
pihak menejemen rumah sakit tidak
puas dengan nilai yang diperoleh.
Sehingga pada Mei 2016 akan di
survey ulang oleh tim Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).“Mudahmudahan di bulan Mei tahun ini kita
bisa naik kelas untuk akreditasi, dari
Madya menjadi Parpurna,” ujar Hesti
penuh harap. ***
Di tahun 2017 RSUD Ciawi juga akan
membangun Gedung Rawat Inap (K2)
yang nanti akan menjadi satu dengan
Gedung Rawat Inap sebelumnya.
edisi 2 | 2016
21
Muhamad Arry Isma, SKM
Senior Product Specialist for Safe Infusion Therapy
“ThinkOrange
ThinkSafety”
Safe for Infusion
Therapy in Healthcare
in RSUD Ciawi
BM Media
M
engapa Safe
Infusion Therapy
sangat Penting?
Kebutuhan cairan bagi
tubuh manusia adalah
hal yang krusial, karena
sekitar 60% tubuh manusia tersusun atas cairan.
Kebutuhan cairan bagi
pasien di rumah sakit
dapat diberikan lewat
pemberian cairan infus
melalui terapi intravena.
Pengertian terapi intravena berkaitan dengan
pemberian obat atau
cairan melalui pembuluh
darah vena dengan menggunakan jarum suntik
atau IV Catheter. Terapi
intravena menjadi salah
satu kebutuhan dasar
bagi perawatan pasien
di rumah sakit karena
22
edisi 2 | 2016
terapi intravena dapat
digunakan sebagai media
memberikan obat dan nutrisi
yang dibutuhkan oleh pasien.
melalui terapi intravena
kebutuhan cairan yang
hilang pada pasien dapat
dikembalikan dengan
cepat dibandingkan pem-
berian melalui rute oral/
enteral.
Selain untuk memberikan ataupun mengganti cairan yang hilang,
terapi intravena dapat
digunakan sebagai media
memberikan obat dan
nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien. Terapi
Intravena bukanlah tanpa
risiko. Risiko-risiko yang
menyertai dari terapi
intravena mengharuskan petugas kesehatan
(dokter, perawat, petugas
farmasi) mengenali risiko
sebagai langkah awal
pencegahan terjadinya
komplikasi dari terapi
intravena,
BM Media
Rangkaian risiko yang
muncul dari pemberian
terapi intravena antara
lain, terjadinya kasus tertusuk jarum atau Needle
Stick Injury pada petugas
kesehatan. Needle Stick
Injury dapat menyebabkan penyakit akibat kerja
yang dapat menurunkan
kualitas kesehatan petugas. Hal ini dapat dicegah
dengan menggunakan
alat kesehatan yang
aman seperti halnya IV
Catheter yang dilengkapi
dengan safety clip yang
membebaskan petugas
dari kejadian tertusuk
jarum,
Embolisme udara
adalah salah satu risiko
yang mungkin timbul
dari sebuah proses terapi
intravena. Embolisme
udara disebabkan karena
terperangkapnya udara
yang masuk dari luar
tubuh ke dalam pembuluh darah vena dan
pembuluh darah arteri
yang berakibat sistemik
(Mirski et al. 2007) dan
hal ini bisa mengancam
jiwa pasien.
Kejadian embolisme
udara sangat mungkin terjadi pada setiap
pasien di rumah sakit.
Embolisme udara dapat
terjadi antara lain oleh
berbagai faktor eksternal.
Emboli udara berisiko
akan tetapi bisa dicegah
dengan menggunaan alat
kesehatan yang memiliki
fitur safety.
“Selamat datang era
keselamatan dalam pelayanan kesehatan!“ “Mari
menuju era kesejagatan
dengan safety sebagai
standar baru di Rumah
Sakit“ “Safety is our
priority” “Safety is the new
standard” “Think Orange
Think Safety_ Bye-Bye
Blong” “Safe for Infusion
Therapy in Healthcare in
RSUD Ciawi.”
edisi 2 | 2016
23
diary
Lebih Akrab
dengan Batik
BM Media
Batik tidak hanya
memiliki nilai estetika
tersendiri, tetapi juga
memancarkan kesan
nyaman dan positif.
Tidak hanya yang
menggunakan, tetapi
bagi yang melihatnya
pun demikian.
24
edisi 2 | 2016
L
obby Gedung Bundar RSUD
Ciawi, hampir setiap harinya
dipadati oleh masyarakat yang
ingin memperoleh pelayanan kesehatan. Mereka yang sebagian besar
merupakan warga Bogor tersebut, sudah sejak pagi antre untuk
memperoleh pelayanan. Sekalipun
begitu banyak orang, situasinya bisa
dikatakan masih tertib dan lancar.
Masyarakat yang ingin berobat
tetap bisa dilayani dengan baik.
Sekalipun gambarannya demikian,
RSUD Ciawi memang punya daya
tarik tersendiri yang kerap mereka
tampilkan, terutama di hari Kamis,
setiap minggunya. Ada apa? Di
hari itu, baik dokter dan pelayan
non medis, mulai dari pimpinanan
hingga seluruh karyawan wajib
mengenakan seragam batik.
Memang batik merupakan
suatu yang tidak asing lagi bagi
masyarakat kita, terlebih bagi para
pegawai, baik swasta maupun
negeri. Meskipun begitu, hadirnya
batik di RSUD Ciawi sepertinya
membawa kesegaran tersendiri.
Lebih sedap dipandang mata, terutama di tengah berjejalnya pasien
yang ingin memperoleh pelayanan
kesehatan. “Kesannya menjadi
punya ciri tersendiri dan berbeda
dengan rumah sakit lain. Dan saya
sendiri merasa nyaman saja. Sebab
kalau sudah melihat seragam dokter
yang putih dan baju perawat bikin
deg-degan,” ujar Komariah warga
Batu Tulis, Bogor, yang sedang
berobat.
Jajang Suryana, juga punya pandangan yang sama. Pengguna pelayanan BPJS yang juga warga asli
Bogor tersebut mengaku bangga
melihat perkembangan RSUD CIAWI
selama beberapa tahun belakangan.
“Pelayanannya jauh lebih baik dari
sebelum-sebelumnya. Ditambah
lagi semua pegawai disini juga
diwajibkan menggunakan seragam
batik, tambah bangga, sebab batik
itu kan ciri khasnya Indonesia,”
sergah kakek yang mengaku sakit
peradangan sendi tersebut.
Saat ini batik berfungsi untuk
menambah nilai keindahan pada
suatu pakaian, atau kain tertentu
karena nilai estetikanya yang tinggi.
Berangkat dari nilai estetika inilah
yang ingin ditonjolkan oleh RSUD
Ciawi, di samping untuk melestarikan batik sebagai bagian dari
budaya Indonesia.
Tapi kalau diselami lebih dalam
lagi, seragam batik RSUD Ciawi
memiliki ciri khas tersendiri. Batik
ini didominasi warna biru tua, yang
bagi pihak rumah sakit memiliki
arti sebagai simbol kedamaian dan
menyejukkan. Erat dengan spiritualitas dan kesabaran serta kuat
dengan sifat positif, rasa percaya
dan stabilitas.
BM Media
Motif yang digunakan juga
tidak hanya memiliki nilai estetika,
tapi juga menggambarkan eratnya
jalinan dengan masyarakat melalui
pertalian pelayanan kesehatan. Hal
itu dibuktikan dengan dominasi
motif tangkai bunga yang menyebar. Selain itu motif batik ini juga
mengedepankan logo rumah sakit
RSUD Ciawi yang menggambarkan
peningkatan mutu pelayanan PPK
BLUD melalui 8 buah baling-baling
yang selalu berputar dinamis.
Putaran dinamis itu mengambarkan
perwujudan peningkatan mutu
pelayanan dengan mengedepankan
pelayanan dengan hati.
Sedangkan untuk warna di
setiap baling-baling yang berjumlah
delapan buah itu, memiliki beragam
makna. Hijau, berarti simbol pertumbuhan, kesuburan, harmoni, menenangkan dan menyegarkan. Sifat
positifnya, optimis, kebebasan dan
keseimbangan. Untuk warna kuning,
berarti erat dengan pencerahan dan
intelektualitas. Sedangkan oranye,
berarti simbol energi keseimbangan
dan kehangatan.
Untuk warna merah punya arti
memberi stimulasi dan dominan,
sifat hangat dan kemakmuran.
Kemudian untuk warna merah
muda, mengandung arti cinta,
kasih sayang, feminis, menyiratkan
sesuatu yang lembut dan menenangkan.
Ungu, punya makna, tidak
pernah ragu-ragu. Apa yang dikerjakan adalah yang terbaik dan
mengikuti perkembangan jaman.
Sedangkan ungu muda melambangkan semangat kesembuhan,
ketenangan jiwa dan kesehatan.
Sedangkan biru, simbol kedamaian
dan menyejukkan.***
Motif yang digunakan tidak hanya
memiliki nilai estetika, tapi juga
menggambarkan eratnya jalinan
dengan masyarakat melalui pertalian
pelayanan kesehatan
edisi 2 | 2016
25
BM
kolom
Pengaruh Diabetes Mellitus
Terhadap Kesehatan Mata
Diabetes Mellitus
(DM) merupakan
sebuah kelainan yang
bersifat kronis, ditandai
dengan terganggunya
metabolisme glukosa
akibat defisiensi
insulin atau resistensi
terhadap insulin
yang menyebabkan
timbulnya keadaan
Media
hiperglikemia dan
pada tahap lanjut
menyebabkan
komplikasi vaskular
dan neuropati.
P
revalensi global penderita DM
di atas usia 20 tahun diperkirakan pada tahun 2000 mencapai 171 juta orang (2.8% populasi
penduduk dunia) dan diperkirakan
akan mencapai 366 juta(4,4% penduduk dunia) pada tahun 2020. Asia
diperkirakan akan menjadi tempat
terbanyak penderita DM, yaitu sekitar 61% dari total perkiraan global
pada tahun 2010.
Di Indonesia, diabetes merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Diabetes di26
edisi 2 | 2016
seseorang
Dapatkah etes Meliab
dengan D
pati
rita retino lie
d
n
e
m
s
litu
peng
meskipun
a
ik
t
e
b
ia
d
normal?
hatannya
jantung dan pembuluh darah,
penyakit kanker dan penyakit
paru-paru kronik.
• Ya
tidak
ium awal
d
a
t
s
a
m
d
a
• P
runan taja
u
n
e
p
t
a
p
terda
an
penglihat
masukkan dalam kelompok penyakit
tidak menular (PTM) dan merupakan
salah satu dari empat PTM tertinggi
yang berakibat pada kematian. Tiga
penyakit lainnya adalah penyakit
Retinopati Diabetika
Retinopati Diabetika
adalah sebuah keadaan
dimana terdapat perubahan retina yang disebabkan
oleh Diabetes. Retinopati Diabetika
adalah salah satu penyebab utama
kebutaan dan penderita diabetes
25 kali lebih besar kemungkinan
terjadinya kebutaan dibandingkan
dengan orang yang tidak menderita
diabetes.
Wisconsin Epidemiologic Study
of Diabetic Retinopathy (WESDR)
meneliti prevalensi DR. Pada penelitian ini didapatkan pada grup
diabetes pada golongan usia kurang
dari 30 tahun atau menggunakan
insulin didapatkan 71% terdapat
Mengapa Harus Dideteksi
Adanya Retinopati Diabetika?
• Retinopati Diabetika adalah
suatu kondisi kebutaan yang
dapat dicegah (preventable
blindness).
• Penyebab kebutaan pada Retinopati Diabetika antara lain adanya
Makulopati Diabetik, Perdarahan
Vitreous, Ablatio Retina Traksional, dan Glaukoma.
• Pengobatan Retinopati Diabetika
tidak ada satupun yang sifatnya
menyembuhkan, tetapi untuk
mencegah perburukan penyakit,
karena itu deteksi dini sangat
penting.
BM Media
Non Proliferative Diabetic Retinopati
Diabetic Retinopathy, Prevalensi
berkisar 2% pada penderita yang
telah menderita DM kurang dari
2 tahun, dan 98% pada penderita
yang telah menderita DM lebih dari
15 tahun atau lebih.
Pada kelompok usia diatas
30 tahun didapatkan 39% menderita DR yaitu pada kelompok
tanpa terapi insulin dan 70% pada
kelompok dengan terapi insulin.
Pada kelompok ini prevalensi DR
berkisar 20% pada pasien yang
telah menderita DM kurang dari
2 tahun, dan lebih dari 60% pada
penderita yang telah menderita 15
tahun atau lebih.
dr. Nanda Lessi Hafri Eka Putri Spm
Dokter Spesialis Mata RSUD CIAWI
Sebaiknya
pasien dengan
Diabetes Mellitus
menjalani
pemeriksaan
lengkap
oleh dokter
mata. Dalam
pemeriksaan,
mata pasien
akan ditetes
obat untuk
melebarkan
pupil, sehingga
memungkinkan
dokter untuk
melihat ke dalam
bola mata untuk
mengamati
retina, vitreous
dan saraf optik.
Proliferative Diabetic Retinopati dengan
Perdarahan Vitreous
edisi 2 | 2016
27
kolom
Bagaimana Mengetahui Bahwa
Saya Menderita Retinopati
Diabetika?
Sebaiknya pasien dengan Diabetes Mellitus menjalani pemeriksaan lengkap oleh dokter mata.
Dalam pemeriksaan, mata pasien
akan ditetes obat untuk melebarkan
pupil, sehingga memungkinkan
dokter untuk melihat ke dalam bola
mata untuk mengamati retina, vitreous dan saraf optik.
Apabila ditemukan Retinopati
Diabetika, dokter akan menginstruksikan dibuatnya foto berwarna
retina (foto fundus) yang umumnya
disertai pula dengan beberapa
pemeriksaan lainnya seperti FFA,
OCT, USG,dll). Pemeriksaan-pemeriksaan ini penting untuk menentukan
terapi.
Bagaimana Pengobatan Retinopati Diabetika?
BM Media
• Kontrol Diabetes Mellitus
Terapi terbaik adalah mencegah
timbulnya Retinopati Diabetika.
Sejak dinyatakan seseorang
menderita Diabetes Mellitus
maka pengontrolan gula darah,
tekanan darah, dan kolesterol
sangat penting dilakukan.
Selain itu usaha lain yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola
makan, olahraga, dan penggunaan obat diabetes secara
teratur.
• Skrining Dini
Sangat penting dilakukan skrining/pemeriksaan mata secara
lengkap pada penderita Diabetes
Mellitus. Pada DM tipe 1 (diderita
pada usia muda atau memerlukan insulin) pemeriksaan ini
harus dilakukan dalam waktu 35 tahun setelah diagnosis ditegakkan, selanjutnya pemeriksaan
berkala sesuai kondisi yang ada.
Pada DM tipe 2 (diderita pada
28
edisi 2 | 2016
usia > 30 tahun), maka skrining
mata harus dilakukan segera
setelah diagnosis ditegakkan,
selanjutnya pemeriksaan berkala
sesuai stadium penyakitnya.
• Laser Photokoagulasi
Terapi utama Retinopati Diabetika adalah laser fotokoagulasi,
tujuannya adalah untuk menutup
pembuluh darah yang bocor
dan/atau ditujukan ke daerah
retina yang sudah tidak mendapat suplai darah dengan baik
guna mencegah pembentukan
pembuluh darah baru di retina.
Tindakan ini dilakukan secara
bertahap atau berulangkali.
Seseorang dengan Diabetes Mellitus
disertai katarak, masih tetap bisa
menjalani operasi katarak, dengan
syarat, gula darah, dan tekanan
darahnya sudah terkontrol baik
sebelumnya.
• Vitrectomy
Pada kondisi Retinopati
Diabetika yang berat misalnya
terdapat perdarahan vitreous
atau ablasio retina traksional
diperlukan tindakan bedah mikro
vitrektomy yang dikombinasikan
dengan berbagai tindakan bedah
mikro yang canggih. Dalam
tindakan ini perdarahan retina
dievakuasi, selaput di permukaan
retina yang menyebabkan ablasio retina dapat dibebaskan dan
retina yang terlepas ditempelkan
kembali ke dinding dalam bola
mata.
• Terapi Lain
Saat ini sudah berkembang obatobatan yang dapat membantu
pada kasus Retinopati Diabetika.
Terapi ini adalah injeksi obatobatan ke dalam bola mata.
• Tujuan Terapi
Secara umum keberhasilan terapi
sangat bergantung pada deteksi
dan pengobatan dini. Pada
dasarnya, pengobatan Retinopati Diabetika bukanlah untuk
menyembuhkan, tetapi untuk
mencegah perburukan penyakit,
mencegah penderita dari gangguan penglihatan berat dan
kebutaan.
Katarak
Selain Retinopati Diabetika,
dapat juga ditemukan timbulnya
Katarak, Glaukoma, Gangguan Syaraf
kranial , gangguan refraksi, abnormalitas kornea, dan lain-lain.
Katarak adalah suatu kondisi
dimana lensa mata menjadi keruh,
sehingga cahaya tidak dapat/
terhalang masuk ke dalam bola
mata dan terhalang untuk sampai
ke retina. Pada keadaan tersebut
maka katarak memerlukan tindakan
operasi untuk membuangnya.
Seseorang dengan Diabetes
Mellitus disertai katarak, masih
tetap bisa menjalani operasi katarak, dengan syarat, gula darah, dan
tekanan darahnya sudah terkontrol
baik sebelumnya. Pemeriksaan mata
yang lengkap harus dilakukan pada
pasien katarak dengan DM termasuk
pemeriksaan retina mata. Apabila
sudah didapatkan Retinopati Diabetika maka akan ditentukan apakah
harus dilakukan penanganan dulu
untuk keadaan Retinopati nya atau
dilakukan operasi katarak terlebih
BM Media
Katarak
Retinopati diabetic dengan Ablasio Retina
Traksional
dahulu baru dilanjutkan dengan
penanganan untuk retinanya.
Teknik operasi katarak yang
biasa digunakan adalah Ekstraksi
katarak Ekstra Kapsular, yaitu lensa
mata dikeluarkan dari kapsulnya
kemudian dibersihkan dan dipasang lensa tanam setelahnya. Lensa
tersebut dapat dikeluarkan melalui
insisi pada limbus (ECCE), atau insisi
sclera (SICS/manual Phako) dan
Phakoemulsifikasi.
Phakoemulsifikasi adalah teknik
operasi katarak yang paling maju.
Irisan dibuat pada bagian kornea
dengan ukuran sangat kecil, sekitar
3 mm, kemudian dengan getaran
ultrasonic lensa akan dikeluarkan.
Teknik operasi
katarak yang biasa
digunakan adalah
Ekstraksi katarak
Ekstra Kapsular,
yaitu lensa mata
dikeluarkan
dari kapsulnya
kemudian
dibersihkan dan
dipasang lensa
tanam setelahnya.
Apa Saja Fasilitas Yang Sudah
Dimiliki Rsud Ciawi?
Saat ini RSUD Ciawi selalu
melakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat, di antaranya melengkapi berbagai sarana dan alat
kedokteran canggih.
Untuk bagian mata, saat ini
RSUD Ciawi telah memiliki klinik
sub spesialis retina yang dilengkapi
berbagai alat untuk dapat melakukan skrining, maupun pengobatan
untuk kasus-kasus mata umumnya
dan kasus-kasus Retina khususnya,
seperti Foto Fundus, FFA, Laser, USG,
mesin Phakoemulsifikasi dan mesin
Vitrectomy. Sehingga kasus-kasus
Retina seperti Retinopati Diabetika, Ablasio Retina (Retina lepas),
Perdarahan Vitreous, atau kasuskasus retina lainnya, sudah dapat
dikerjakan di RSUD Ciawi. Untuk
kasus katarak, sekarang juga sudah
dapat dilakukan dengan teknik
bedah yang lebih canggih yaitu
Phakoemulsifikasi. ***
Setelah itu sebuah lensa tanam
akan dimasukkan melalui irisan
yang kecil tersebut. Irisan kecil
tersebut akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan dan
kenyamanan pasca bedah cukup
baik, sehingga pasien tidak merasa
telah menjalani operasi, sehingga
dapat cepat kembali mengerjakan
aktivitas sehari-harinya.
edisi 2 | 2016
29
solusi
RSUD Ciawi
Menyediakan Fasilitas ESWL
Meski bukan hal baru, hadirnya fasilitas ESWL di RSUD Ciawi
semakin menunjukkan kalau rumah sakit ini terus mengembangkan
pelayanan dan fasilitasnya demi kesehatan terbaik bagi masyarakat.
I
stilah Urologi sepertinya masih
terasa asing di telinga masyarakat
Indonesia. Secara umum, Urologi
adalah cabang ilmu kedokteran
yang mempelajari dan menangani
kelainan/penyakit
pada sistem saluran
kemih (termasuk
ginjal, ureter, kantong
kencing, uretra) pada
pria dan wanita, dan
sistem reproduksi
pria (termasuk prostat, testis, dan
saluran sperma). Selain itu, urologi
juga mempelajari penanganan
penyakit pada kelenjar anak ginjal,
khususnya berkaitan
dengan tumor pada
organ tersebut.
Kasus-kasus yang
ditangani dokter spesialis
urologi sebenarnya
banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari,
meliputi: batu,
tumor, infeksi,
trauma pada saluran
kencing (seperti batu
ginjal atau batu kantong
kencing) dan organ reproduksi pria
(penis, biji kemaluan, dan saluran air
mani), termasuk juga pembesaran
prostat.
Pengobatan batu saluran kencing saat ini pun sudah mengalami
banyak kemajuan. Dahulu pengo-
BM Media
30
edisi 2 | 2016
batan batu saluran kencing dilakukan dengan pembedahan yang
menggunakan pisau. Saat ini telah
dikembangkan berbagai macam
tekhnik pembedahan tanpa sayatan
atau dengan sayatan minimal.
Tekhnik pembedahan tanpa sayatan
meliputi tekhnik ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Lithotripsy) dan
endoskopik. Tehnik pembedahan
dengan sayatan minimal meliputi
PCNL (percutaneous nephrolithotripsy) dan laparoskopik.
Dokter spesialis urologi akan
menentukan tindakan mana yang
terbaik untuk masing-masing
pasien, tergantung pada letak,
ukuran, komposisi, jumlah batu, dan
kondisi medis lain yang menyertai.
Pada tekhnik ESWL, prinsip
kerjanya batu dipecahkan dengan
menggunakan gelombang kejut dari
luar tubuh, tanpa adanya sayatan
BM Media
 dr. Yulfitra Soni, Sp.U
Prinsip kerjanya batu dipecahkan
dengan menggunakan gelombang
kejut dari luar tubuh, tanpa adanya
sayatan atau alat yang masuk ke dalam
tubuh pasien.
atau alat yang masuk ke dalam
tubuh pasien. Pelayanan ESWL, juga
akan dikembangkan di RSUD Ciawi.
“Sebenarnya ESWL bukan teknik
baru tapi sudah lama, hanya saja
saat ini baru akan dikembangkan
disini,” ujar dr. Yulfitra Soni, Sp.U
Dengan alat ini, sebagian besar
pasien tidak perlu dibius, hanya
diberi obat penangkal nyeri. Pasien
akan berbaring di suatu alat dan
akan dikenakan gelombang kejut
untuk memecahkan batunya Bahkan
pada ESWL generasi terakhir pasien
bisa dioperasi dari ruangan terpisah.
Jadi, begitu lokasi ginjal sudah
ditemukan, dokter hanya menekan
tombol dan ESWL di ruang operasi
akan bergerak. Posisi pasien sendiri
bisa telentang atau telungkup
sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal
yang sudah pecah akan keluar ber-
sama air seni. Biasanya pasien tidak
perlu dirawat dan dapat langsung
pulang.
“Tapi tetap saja siapa yang
menjamin kalau batu yang sudah
keluar itu tidak muncul lagi,” kata
Yulfitra. Lalu , katanya, siapa pula
yang menjamin kalau batu yang
hancur tadi langsung keluar semua
atau masih ada yang tersisa. “Semua
itu akan sangat bergantung dengan
indikasi yang ditunjukkan setelah
menggunakan teknik ESWL tersebut,” tambahnya.
Penggunaan ESWL yang efektif
lanjut Yulfitra, ada syaratnya. Yaitu,
batunya hanya satu, ukurannya kecil,
posisinya di saluran ginjal. “Kalau
batunya besar dan banyak maka
tidak efektif menggunaan ESWL.
Makanya penggunaan ESWL itu ada
syaratnya,” tandas Yulfitra.***
edisi 2 | 2016
31
solusi
Phaco Emulsifikasi
Bedah Mata
Minim Sayatan
Operasi katarak tidak menakutkan lagi setelah
munculnya teknik Phaco Emulsifikasi. Operasi
menjadi cepat, mudah, aman dan tanpa jahitan
H
ampir bisa dipastikan, setiap
Senin dan Kamis, sejak pagi
hingga menjelang petang,
pasien Poli Kesehatan Mata di RSUD
Ciawi, selalu kebanjiran pasien.
Rata-rata didominasi para pasien
yang usianya sudah lanjut. Kebanyakan di antara pasien tersebut
mengeluh pandangannya kabur
atau buram.
BM Media
32
edisi 2 | 2016
Diakui dr. Nanda Lessi Hafri
Eka Putri Spm, kebanyakan pasien
Poli Mata di RSUD Ciawi mengalami katarak. Dan biasanya untuk
melakukan pemeriksaan membutuhkan waktu tidak sedikit.”Untuk
pemeriksaan saja, satu orang pasien
membutuhkan waktu minimal
30 menit, kadang-kadang lebih.
Sehingga inilah membawa kesan
antriannya cukup banyak,” tandas
wanita berhijab tersebut.
Katarak adalah lensa mata yang
menjadi keruh, sehingga cahaya
tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit
sampai keburaman total. Dalam
perkembangannya katarak yang
terkait dengan usia penderita dapat
menyebabkan pengerasan lensa,
memengaruhi kedua mata, tapi
hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Beberapa gejala umum Katarak
antara lain: Pandangan kabur
yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata atau ukuran kacamata
yang sering berubah. Warna-warna
tampak kusam. Susah melihat di
tempat yang terang akibat silau.
Kesulitan saat membaca atau
mengemudi di malam hari.
Diakui Nanda, sampai saat ini
BM Media
Phaco Emulsifikasi adalah operasi
pengangkatan katarak modern dengan
menggunakan alat phaco emulsifikasi
menyebabkan penderita menderita
miopi, berwarna kuning menjadi
coklat/putih secara bertahap dan
keburaman lensa dapat mengurangi
persepsi akan warna biru.
Katarak biasanya berlangsung
perlahan-lahan menyebabkan
kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika katarak
terlalu tebal. Kondisi ini biasanya
kasi. Fasilitas pelayanan ini juga
dikembangkan di RSUD Ciawi. “Pola
kerjanya dengan membuat sayatan
kecil di kornea, sehingga operasi
menjadi cepat, mudah, dan aman
tanpa jahitan,” tandas Nanda.
Yang dimaksud dengan Teknik
Phaco Emulsifikasi adalah operasi
pengangkatan katarak modern
dengan menggunakan alat phaco
emulsifikasi (awam disebut dengan
laser) untuk melunakkan (emulsifikasi) dan mengeluarkan lensa
katarak pada saat yang bersamaan.
Setelah itu, lensa intra-okuler (IOL)
yang dapat dilipat dimasukkan ke
dalam mata. Setelah operasi, pasien
dapat beraktifitas kembali tanpa
penutup mata.
Beberapa kelebihan dari operasi
katarak dengan menggunakan
teknik Phaco Emulsifikasi, menurut
Nanda, sayatannya sangat kecil,
lebih kurang 2,7 - 3 mm. Prosesnya
pun cepat, hanya membutuhkan
waktu kurag lebih 15 menit saja,
tanpa jahitan. “Pasien juga dapat
langsung pulang setelah operasi
Perawatan dan pemulihan lebih
cepat sekitar 2- 5 hari,” kata
Nanda.
Langkah ini juga dapat dilakukan pada semua tingkatan katarak.
Mengurangi rasa nyeri, ngeres dan
ketidaknyamanan setelah operasi.
Dengan teknik operasi modern,
Anda tidak perlu menginap di
rumah sakit dan dapat segera kembali beraktifitas. *
operasi katarak masih menjadi hal
yang menakutkan bagi sebagian
orang. Namun, dengan perkembangan teknologi yang semakin
maju, maka operasi katarak tidak
lagi menakutkan karena ada alat
dengan teknologi modern yang
membuat operasi katarak dapat
dilakukan, yaitu dengan mengedepankan teknik Phaco Emulsifiedisi 2 | 2016
33
solusi
Sekalipun bisa disebut sebagai pendatang ‘baru’ di Poli
RSUD Ciawi, Poli Jantung tidak tertutup kemungkinan di
tahun depan bakal mengedepankan layanan pemeriksaan
kateterisasi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan standar
baku jantung dan akurasinya mendekati 100 persen.
Membidik Fasilitas
Kateterisasi Jantung
P
oli Jantung RSUD Ciawi menampung rujukan dari semua
rumah sakit type D dan C. Jika
tidak ada dokter jantung di type
rumah sakit tersebut, pasiennya
otomatis akan dirujuk ke rumah
sakit yng beralamat di Jalan Raya
Puncak No.479, Ciawi, Bogor,
Jawa Barat ini.
Makanya, jangan
heran kalau per
harinya jumlah
pasien Poli Jantung RSUD Ciawi
hampir mencapai 70-an
orang per hari. Namun, untuk dapat
memberikan pelayanan secara
maksimal, pihak rumah sakit membatasi hingga hanya 50 pasien saja.
“Khawatirnya, kalau tidak dibatasi
kita menjadi tidak bisa konsentrasi
lagi karena kelelahan,” tandas dr. Kornadi. Sp.Jp FIHA, spesialis Jantung
RSUD Ciawi.
Namun demikian, dengan 50
pasien per hari, Kornadi menjamin
kalau pelayanan yang diberikan
akan tetap maksimal, meskipun jam
prakteknya yang mulai dari pukul
09.00 Wib baru bisa selesai pada
pukul 14.30 Wib.
BM Media
34
edisi 2 | 2016
Untuk fasilitas penyakit
jantung di RSUD Ciawi, diakui
Kornadi, sudah sangat memadai.
Disini ada treatmill, holter dan echo
untuk fasilitas pemeriksaan standar
. “Mungkin tahun depan kita mengarah untuk menyediakan fasilitas
katerisasi jantung,” tambahnya
semangat.
Seperti diketahui, kateterisasi
jantung merupakan suatu tindakan untuk menegakkan diagnosis
dan mengobati beberapa kondisi
jantung beserta pembuluh darah.
Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan standar baku untuk
diagnosis penyakit jantung koroner.
Tingkat akurasi pemeriksaan ini
dalam mendiagnosis penyakit
jantung koroner merupakan yang
tertinggi dibanding pemeriksaan
lainnya. Boleh dikatakan mendekati
100%.
Pemeriksaan kateterisasi
jantung sangat sederhana. Kateter,
semacam slang kecil berukuran
diameter sekitar 2 mm, dimasukkan
sampai ke pangkal pembuluh koroner. Melalui kateter ini kemudian
disuntikkan zat kontras sehinggga
pembuluh koroner dapat terlihat
ada pasien yang datang kondisi
mendapat serangan jantung koroner.
Disinilah pentingnya peran
medical check up, karena biasanya
ada penyakit yang datang tanpa dirasakan sebelumnya oleh pasien. ***
Kalau per harinya
jumlah pasien Poli
Jantung RSUD
Ciawi hampir
mencapai 70-an
orang per hari.
dr. Kornadi. Sp.Jp FIHA
dan dibuat film dengan menggunakan sinar X. Jika ada penyempitan
atau penyumbatan pembuluh koroner, akan nampak dalam film.
Tujuan utama pemeriksaan
ini adalah untuk diagnosis pasti
penyakit jantung koroner. Semua
pemeriksaan lainnya seperti EKG,
tes Treadmil, atau CT scan jantung,
harus dikonfirmasi dengan kateterisasi jantung untuk memastikan
ada tidaknya penyempitan koroner,
berat ringannya penyempitan, dan
lokasi penyempitan.
Tindakan pemasangan stent
atau PCI (Percutaneous Coronary
Intervention) dan bedah bypass
koroner atau CABG (Coronary Artery
Bypass Grafting) mutlak harus
berdasarkan hasil pemeriksaan
kateterisasi jantung.
Kateterisasi jantung tidak hanya
untuk melihat pembuluh koroner.
Kateterisasi jantung juga dapat
memeriksa tekanan dan saturasi
oksigen ruang-ruang jantung dan
pembuluh darah besar (aorta, paru,
dan vena kava). Pemeriksaan ini
bertujuan untuk diagnostik dan persiapan tindakan lebih lanjut pada
BM Media
penyakit-penyakit jantung bawaan
dan katup jantung tertentu.
Ditambahkan Kornadi, kebanyakan pasien yang datang kesini
sudah memasuki fase-fase
akhir penyakitnya.
Keluhannya
sudah dalam
keadaan sesak
dan sebagainya.
Selain itu, juga
edisi 2 | 2016
35
solusi
W
aktu itu, Abdulrahman
merupakan pasien terakhir
di Poli THT RSUD Ciawi.
Remaja berusia 11 tahun tersebut
datang bersama ibunya, Suryana
(sebut saja begitu). Ketika ditanya
keluhan putranya oleh dr. Tenty Sp
THT-kL, M.Kes, Suryana menjawab
kalau putra kesayangannya itu,
mengeluh sering pusing, terkadang
jari-jarinya kaku tidak bisa digerakkan dan menggigil.
Belum sempat Tenty melontarkan pertanyaan lebih lanjut, Suryana langsung menyodorkan hasil
rontgen Abdulrahman. Meski agak
sempat bingung, Tenty pun cermat
mengamati rontgen tersebut. Dari
hasil pengamatannya ternyata
Abdulrahman tidak mengalami
gangguan, baik di telinga, maupun
tenggorokan.
BM Media
Pentingnya Menjaga
Kebersihan Telinga
Infeksi gendang
telinga atau yang biasa
disebut congek itu
bila dibiarkan dapat
berakibat fatal. Sekitar
60 persen penderita
congek di Indonesia
hanya bisa ditolong
dengan operasi.
36
edisi 2 | 2016
BM Media
Untuk memastikan ada tidaknya gangguan THT, Tenty juga
menganalisa Abdulrahman secara
langsung.Hasilnya juga nihil, hanya
telinga bocah gempal tersebut
agak kotor. “Nggak ada apa-apa kok,
hanya telinga saja yang kotor,” ucap
Tenty.
Namun Suryana seperti tak puas
dengan jawaban itu. Dia kembali
mengulang keluhan yang kerap
dialami putranya itu. Tenty pun
tidak bisa berbuat banyak, dia hanya
merekomendasikan Abdulrahman
untuk kembali diperiksakan ke
dokter umum atau ahli syaraf.
Keluhan pasien yang disampaikan kepada Tenty memang tidak
memiliki korelasi langsung dengan
tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang dokter spesialis THT.
Perhatian Tenty lebih tertuju
terhadap analisa kebersihan telinga Abdulrahman. Gambaran itu
mewakili satu dari sekian banyak
contoh keluhan pasien yang mendatangi Poli THT RSUD Ciawi. “Kebanyakan dari mereka mengalami
telinga yang kotor atau biasa disini
disebut congekan,” sergah Tenty.
Infeksi gendang telinga atau
yang biasa disebut congek itu bila
dibiarkan, ternyata dapat mengakibatkan kematian. Sekitar 60 persen
penderita congek di Indonesia
hanya bisa ditolong dengan operasi.
Jadi jangan remehkan penyakit
congek.
Penyakit telinga berair (otitis
media supuratif kronis) ini ternyata
bukan hanya sekadar mengganggu
pendengaran. Congek yang kronis
bisa pula mengundang maut.
Penyebabnya bisa berbagai
macam. Pada anak-anak yang
menetek susu ibu sambil berbaring,
sementara ibunya pun berbaring,
kupingnya sering terserang infeksi.
Soalnya, bisa saja tanpa disadari air
susu ibu mengalir ke lubang telinga
si bayi. Genangan susu itu akhirnya
mengundang hadirnya kuman dan
menyebabkan gendang telinga
terserang infeksi.
Kaum dewasa pun bisa
terserang congek bila tak awas
dalam memperlakukan indra
pendengaran mereka, misalnya
mengorek-ngorek telinga terlalu
dalam hingga gendang kuping
pecah. Namun, anak-anak memang
lebih mudah menderita congek.
Penyebabnya, hubungan hidung,
telinga, dan tenggorokan yang biasa
disebut tuba eustachii pada anakanak berbeda dengan orang dewasa.
Untuk menghindari penyakit
tersebut, menurut Tenty tidak lain
hanya dengan menjaga kebersihan
telinga. “ Jangan suka dibersihkan
dengan cutton bud karena akan
mendorong kotoran telinga masuk
ke dalam. Diamkan saja, nanti akan
keluar sendiri atau langkah yang
paling ampuh biasakan memeriksakan telinga ke dokter THT,” ujar
Tenty.
Contoh masyarakat Singapura,
tambahnya, rutin datang ke spesialis
THT untuk membersihkan telinga
merupakan ritual wajib dilakukan
dan sangatlah lumrah, sehingga
kesehatan benar-benar terjaga.***
edisi 2 | 2016
37
info medis
Mengenal Skabies
Wilayah yang banyak didominasi aktivitas
pesantren, asrama atau kegiatan bersama
lainnya, punya potensi mendapat serangan
penularan Skabies lebih besar. Mau tahu
seperti apa penularanya?
seperti asrama atau pesantren,”
tambahnya.
Maka dari itu, jika Anda terjangit
penyakit ini jangan pernah untuk
menundanya, segera periksakan ke
dokter. Mengapa ? Karena, lanjut
dr. Gina, rasa gatal yang meningkat
terutama pada malam hari dapat
membuat pasien sulit tidur. Kemudian, jika terkena pada anak sekolah,
rasa gatal dapat menyebabkan
K
etika disodori pertanyaan
jenis penyakit kulit apa yang
mendominasi di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Ciawi, dr.
Gina Triana Sutedja, SpKK spontan
melontarkan jawaban, Skabies. Mengapa penyakit ini lebih mendominasi? Alasannya karena di wilayah
Kabupaten Bogor begitu banyak
pesantren atau asrama.
Pesantren atau asrama, biasanya
menjadi pusat penyebaran paling
mudah dan cepat bagi penyakit
yang nama lainnya, gudik atau kudis
ini karena di pesantren lebih sering
melakukan kegiatan bersama-sama
dalam satu tempat, seperti seperti
olah raga, tidur, makan dan lain
sebagainya. “Faktornya lebih penting sih ke arah kebersihan. Begitu
satu orang ada yang tertular, maka
Skabies ini akan menyebar secara
cepat,” tandas dr. Gina Triana.
Penyakit menular yang timbul
akibat infestasi kutu “Sarcoptes
Scabei” itu mudah sekali menular.
Terutama, kontak langsung kulit
dengan kulit. Kemudian, kontak
antara kulit dengan pakaian yang
sudah terkontaminasi kutu dan
kontak antara kulit dengan perabotan rumah tangga (kasur dan
perlengkapan tidur lainnya, karpet,
BM Media
38
edisi 2 | 2016
 dr. Gina Triana Sutedja, SpKK
kursi) yang sudah terkontaminasi
kutu.
Siklus hidupnya cukup unik, kutu
yang berukuran sangat kecil (0,3 0,45 mm) akan masuk kedalam kulit
untuk tumbuh dan berkembang.
Gejala utamanya, lanjut dr.
Gina, sangat mudah dikenali, rasa
gatal pada hampir seluruh tubuh
terutama pada daerah predileksi,
yang bertambah gatal pada malam
hari. Sasarannya, tidak hanya satu
orang tetapi lebih dari itu (teman
satu kamar atau anggota keluarga
lain yang tinggal serumah).”Risiko
penularannya akan meningkat pada
lingkungan yang padat, contohnya
sulitnya berkonsentrasi saat sekolah
maupun saat belajar dirumah.
Bekas garukan yang terinfeksi dapat
menimbulkan borok yang dapat
disertai dengan demam.”Penyakit
ini mudah menular, jika tidak segera
diobati maka akan semakin banyak
orang yang tertular dan membuat
pengobatan menjadi lebih sulit,”
tandasnya.
Makanya, jika terindikasi penyakit ini segera bawa ke dokter agar
bisa dipastikan apakah benar Anda
terkena Skabies. Jika benar, biasanya
dokter akan memberikan salep anti
kutu dan obat penahan rasa gatal.
“Cara penggunaan salep anti kutu
Rasa gatal bisa disertai dengan kelainan kulit
ataupun tidak. Kelainan kulit yang biasanya
menyertai adalah bercak merah / beruntus
merah. 
 Karena sangat gatal pasien cenderung
menggaruk sehingga menimbulkan lecet,
keropeng, dan bekas kehitaman
 Luka garukan yang terinfeksi bakteri,
dapat berkembang menjadi beruntus
berisi nanah dan borok
 Siklus hidup kutu “Sarcoptes
Scabei” pada kulit
BM Media
berbeda-beda tergantung obat yang
diberikan oleh dokter,” tandasnya
lagi.
Inti pengobatan skabies adalah
memutus rantai penularan, yaitu
dengan cara, mengobati penderita
beserta orang-orang yang kontak
erat dengan penderita, secara bersamaan di waktu yang sama (diobati
dengan obat anti kutu sesuai
dengan anjuran dokter). Kemudian, mencuci seluruh pakaian dan
peralatan rumah tangga lain yang
dapat menjadi sumber penularan
menggunakan air panas. (untuk
peralatan rumah tangga yang tidak
dapat dicuci harus dijemur di bawah
matahari). ***
Penyakit
ini mudah
menular, jika
tidak segera
diobati
maka akan
semakin
banyak
orang yang
tertular dan
membuat
peng-obatan
menjadi
lebih sulit
edisi 2 | 2016
39
BM
info medis
Tim
Forensik
yang Jadi
Andalan
bagi asuransi dan segala macam,
terutama korban yang masih
hidup.” Yang jadi masalah dalam
satu kabupaten rumah sakit yang
melayani forensik hanya di RSUD
Ciawi. Dan tenaga forensiknya pun
masih sangat minim sekali,” ujar dr.
Iarnad SpF.
Sebab, ujar Kepala Instalasi
Kedokteran Forensik RSUD Ciawi
itu, wilayah Cianjur, Depok, Sukabumi dan sejumlah wilayah lainnya,
untuk pelayanan forensiknya tetap
mengandalkan RSUD Ciawi.
Meski dirasakan
masih minim sarana
penunjang dan sumber
daya manusianya,
Tim Forensik RSUD
Ciawi tetap berupaya
memberikan
Media
pelayanan maksimal.
Eksistensinya pun jadi
andalan bagi rumah
sakit rujukan lainnya.
M
ungkin dalam benak kebanyakan orang, tim forensik
sebuah rumah sakit hanya
mengurusi mayat korban pembunuhan atau kecelakaan saja. Padahal,
tidak demikian. Ada juga pelayanan untuk orang hidup. Di RSUD
Ciawi dan rumah sakit lainnya
disebut forensik klinik. Misalnya
untuk kasus-kasus penganiayaan,
perkosaan atau kasus kejahatan
seksual lainnya. Selain itu, ada
kasus kecelakaan lalu lintas, sebab
dalam sebuah tragedi kecelakaan
ada korban meninggal dan hidup.
Pemeriksaan Forensik untuk kasus
kecelakaan biasanya ditujukan
40
edisi 2 | 2016
dr. Iarnad SpF, bersama staf
Belum lagi lokasi RSUD Ciawi
sangat dekat dengan daerah rawan
kecelakaan, seperti Tol Jagorawi,
kawasan wisata puncak. Di wilayah
Puncak yang kini banyak ditinggali
oleh orang-orang berkebangsaan
Arab Saudi, kerap menimbulkan
masalah. “Kalau mereka tertimpa
musibah kecelakaan atau penganiayaan, pasti larinya ke RSUD
Ciawi,” tandas Ketua Komite Etik dan
Hukum RSUD Ciawi tersebut. Dan
kalau membuat visum untuk warga
negara asing, pelayanan visumnya
juga kelas internasional. Artinya
hasil pemeriksaan Tim Forensik di
RSUD Ciawi dijadikan dasar laporan.
Meskipun begitu banyak tugas
dan tanggungjawab yang dihadapi,
diakui Iarnad, sumber daya Tim
Forensik masih jauh dari harapan.
Namun begitu, upaya untuk bisa
memberikan pelayanan terbaik
tetap bisa dilaksanakan. Sebab
dasarnya semua karyawan Tim
BM Media
Forensik ini bekerja dengan senang
hati dan sukarela, bahkan sering
jam kerjanya lebih dari batas yang
ditentukan. "Kalau mau menambah
SDM di tim ini tidak bisa sembarangan. Belum tentu ada yang
berani menjaga mayat sendirian,”
ujarnya sambil tersenyum.
Hal ini menandakan Tim
Forensik ini bukan orang sembarangan, minimal harus memiliki
keberanian yang luar biasa, karena
akan berhadapan langsung dengan
hal-hal yang tidak lazim, seperti
memandikan mayat yang sudah
membusuk atau korban kecelakaan,
itu memang tidak mudah, butuh
keberanian khusus. “Tapi kedepan
kalau sarana pra sarananya sudah
lebih memadai, teman-teman yang
satu profesi dengan saya mungkin
ada yang mau. Karna daya jualnya
bagus, dekat dengan Jakarta.”
Selain SDM, fasilitas penunjang
Tim Forensik ini juga masih kurang
mendukung. Forensik ukan hanya
memeriksa mayat atau pemeriksaan
kasus-kasus penganiayaan saja,
tapi juga harus ditunjang dengan
sarana penunjangnya. Misalnya,
laboratorium. Kemudian patologianatominya juga harus disediakan,
begitu juga dengan laboratorium
anotominya. “Kita kan belum punya,”
sergah Ketua Sub Komite Etik &
Disiplin Komite Medik tersebut.
Forensik untuk yang dasar sekali
masih bisa dilaksanakan oleh Tim,
tapi kalau sifatya sudah detail seperti laboratorium atau DNA, beum
bisa kita laksanakan.***
Tim Forensik
ini bukan orang
sembarangan,
minimal harus
memiliki
keberanian yang
luar biasa, karena
akan berhadapan
langsung dengan
hal-hal yang tidak
lazim.
edisi 2 | 2016
41
BM
sehat bugar
Medical Check Up
Olah raga teratur
dan mengkonsumsi
makanan yang
sehat belum
tentu menjamin
seseorang terbebas
dari penyakit,
disinilah pentingnya
Media
melaksanakan
medical checkup.
42
edisi 2 | 2016
Kesadaran Dini
Melawan Penyakit
K
ehidupan masyarakat
Indonesia khususnya di
kota-kota metropolitan
saat ini tengah memperlihatkan adanya pergeseran ke arah
gaya hidup sehat. Banyak
masyarakat mulai memperhatikan keseimbangan
hidup di antaranya
dengan asupan makanan yang seimbang
dan bergizi, olahraga
rutin, relaksasi, menjaga
keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
serta menjaga kadar stres.
Kesadaran masyarakat untuk
menjaga pola hidup sehat pun
sudah terlihat dengan maraknya
kegiatan-kegiatan olahraga massal
yang digandrungi dan diikuti
masyarakat metropolitan terutama
untuk menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan berkualitas,
disamping itu bermunculannya
tempat makan yang mengusung
konsep sehat pun mendukung
terjadinya pergeseran gaya hidup
tersebut.
Meskipun gaya hidup sehat
telah menjadi pilihan mayoritas
masyarakat modern namun masih
sebatas hanya menjaga kebugaran
semata, belum kepada kesadaran
untuk pencegahan terhadap munculnya suatu penyakit tertentu dan
terkadang beberapa penyakit timbul
karena tidak pekanya masyarakat
terhadap kondisi tubuhnya, meskipun secara rutin menjaga pola
makan dan hidup sehat.
Diakui Melanie Putria, Putri Indonesia 2002, olah raga dan makan
teratur belumlah cukup. Semua
akan terasa lebih lengkap dan
aman setelah rutin memeriksakan
kesehatan atau medical check up.
“Awalnya, saya tidak peduli dengan
pemeriksaan kesehatan atau apalah,
yang penting rajin olah raga dan
makan-makanan sehat sudah
cukup,” tambah Melanie.
Namun demikian, wanita yang
sebelumnya benci dengan olah raga
itu mendapat kabar kalau ada seorang teman yang rajin berolahraga
dan selalu mengkonsumsi makanan
sehat kena serangan jantung dan
akhirnya meninggal dunia.”Dari situ
saya jadi berpikir ternyata disinilah
pentingnya kita memeriksakan
kesehatan. Olah raga teratur dan sering mengkonsumsi makanan sehat,
belum jaminan bahwa kita benarbenar sehat,” ujarnya serius.
BM Media
Ada penyakit yang tidak
menampakkan gejalanya di awal,
tetapi ketika terdeteksi sudah dalam
tingkatan yang parah. “Oleh karena
itulah pentingnya mendeteksi
kesehatan secara rutin, karena seseorang tidak tahu kapan datangnya
penyakit,” ujar Direktur RSUD Ciawi
drg. Hesti Iswandari, M.Kes.
Pemeriksaan kesehatan atau
medical check up (MCU) adalah
suatu rangkaian uji kesehatan
yang dilakukan secara menyeluruh
dengan tujuan untuk megetahui
kondisi kesehatan secara berkala.
Instalasi MCU juga merupakan salah satu dari beberapa unit
layanan yang ada yang ada di RSUD
Ciawi.
Instalasi MCU disini melayani
berbagai macam klien, mulai dari
instansi, perusahaan maupun
perorangan yang memerlukan
pemeriksaan kesehatan. Dilakukan
oleh dokter umum yang sudah
berpengalaman dalam penanganan
pasien di rumah sakit. Instalasi ini
buka selama 6 hari kerja untuk
memberikan layanan.
“Dalam hal ini kami mengutamakan kualitas pelayanan untuk
menjaga kepercayaan klien serta
menciptakan kerjasama yang baik,
sehingga dapat memberikan kenyamanan kedua belah pihak,” tambah
drg. Hesti.
Dengan konsep One Stop
Service dimana semua pemeriksaan
terdapat dalam satu area mulai dari
pemeriksaan dokter berbagai spesialisasi dan pemeriksaan penunjang
media dimana hasil pemeriksaan
dapat diketahui dengan cepat dan
segara bisa dirujuk ke dokter spesialis/subspesialis jika diperlukan.
Banyak manfaat yang diperoleh jika rutin melakukan MCU, di
antaranya, mencegah penyakit yang
terdeteksi tidak berlanjut, meningkatkan kualitas hidup, mencegah
berkembangya penyakit, memperpanjang usia produktif, menghemat
biaya pengobatan, mencegah atau
menunda komplikasi penyakit.
Di RSUD Ciawi, pemeriksaan penunjang yang dimiliki MCU antara
lain, x-ray thorax, ultrasonografi
(USG), CT-scan, elektrokardiografi
(EKG), spirometri, treadmill dan
laboratorium.
drg.Hesti menyarankan, lebih
baik membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum melakukan
pemeriksaan. Disamping itu sebelum melakukan pmeriksaan MCU
diminta untuk berpuasa selama 10
jam sebelum pemeriksaan dimulai
dan hanya diperbolehkan minum air
putih. ***
edisi 2 | 2016
43
sehat bugar
Batuk Juga
Ada Etikanya
Batuk dan cuci tangan masih
diangap persoalan sepele.
Padahal, dari hal sepele inilah
penyakit mudah dan cepat sekali
menular. RSUD Ciawi konsisten
menginformasikan dan mengedukasi
masyarakat tentang hal tersebut
dengan cara unik dan efektif.
BM Media
H
ampir di semua pintu lift Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ciawi ‘disulap’ sebagai sarana
media informasi. Ini merupakan langkah yang
unik dan efektif. Pintu lift dirasa sebagai media promo
efektif karena selama pelayanan kesehatan berjalan,
pintu-pintu lift itulah paling banyak digunakan, tidak
hanya pelayan medis dan non medis, tapi termasuk
di dalamnya pasien dan keluarganya. Makanya, RSUD
memilih untuk menjadikannya sebagai media informasi
dan edukasi kepada masyarakat, terutama untuk memberitahu tentang bagaimana bersikap batuk yang benar
dan bagaimana mencuci tangan yang baik serta bebas
dari kuman penyakit.
44
edisi 2 | 2016
Kalau merujuk pernyataan Direktur RSUD Ciawi, drg.
Hesti Iswandari, M. Kes, informasi mengenai etika batuk
sepenuhnya memang ditujukan bagi pasien dan keluarganya. Sebab selama ini masih banyak masyarakat yang
belum paham betul tentang etika batuk yang benar dan
tidak berdampak pada orang lain.
Sejatinya, batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk
merupakan meka-nisme pertahanan tubuh pernapasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi
tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya
lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar reflek
batuk sering terjadi, hal ini tentu saja fisiolgis atau
normal. Tetapi efeknya menjadi tidak normal apabila
tidak diketahui akibat yang ditimbulkan dari batuk yang
dapat mengeluarkan spora dari mulut.
Etika batuk ini perlu diketahui bersama, karena
dari hal penularan yang terkecil kita ketahui dan
pahami maka kita telah bertindak dalam proses
pencegahan infeksi yang saat ini sedang digalakkan. Dahulu kebanyakan masyarakat me-ngenal atau
terbiasa saat batuk menutup mulut dengan telapak
atau kepalan tangan. Tujuannya baik tetapi belum tentu
benar dan justru cara ini akan menjadi media penyebaran infeksi yang cepat. Dengan menutup telapak
atau kepalan tangan tanpa sadar telah memindahkan
bakteri dari telapak dan kepalan tangan kita ke orang
lain melalui bersentuhan atau bersalaman.
Secara standar yang benar etika batuk adalah
dengan menutup mulut dengan tissu, tetapi terkadang kita tidak sadar saat kita reflek bersin atau batuk
dimana dan kapan . Kita juga tidak selalu membawa
atau memegang tissu saat reflek bersin atau batuk
menyerang kita, sepertinya kalah cepat kejadian dengan
penutupan dengan tissu bila tissu kita letakan dikantong atau ditas.
Etika batuk yang benar dan aman adalah dengan
menutup saat batuk dengan lengan atas kita, Hal ini
juga yang sosialisasikan oleh team
PPI (Pencegahan dan Pengen-dalian
Infeksi) Indonesia. Mungkin ini tidak
biasa dilakukan tetapi ini meminimalkan proses transmisi bakteri ke
orang lain dan lingkungan.
Rasionalnya tindakan menutup batuk dengan lengan atas,
adalah bahwa lengan atas jarang
atau bahkan tidak dominan kontak
dengan orang lain. Bila menutup
dengan telapak tangan langsung kita
tahu bahwa telapak tangan adalah
dominan menyentuh, memegang
bahkan bersalaman dengan orang
lain. Meskipun kita tidak sakit tetapi
flora normal yang keluar akan
berubah menjadi tidak normal dan
akan membuat proses kolonisasi
kemudian bisa menjadi infeksi.
Selain itu, kalau sedang batuk usahkan menggunakan masker, cara ini
juga dipandag lebih aman dan tidak
mudah menyebarkan virus kepada
orang lain. Kalau terpaksa batuk
menggunakan tissue, karena kebetulan sedang di tangan, tissue tersebut
harus dibuang ke tempat sampah yang tertutup rapat.
Setelah itu, dibiasakan mencuci tangan dengan sabun
atau cairan khusus pembersih tangan (aseptic gel) yang
biasanya tersedia di sudut-sudut ruangan rumah sakit.
Bicara soal soal cuci tangan, kegiatan ini juga salah
satu informasi yang diprogramkan dalam informasi dan
edukasi di RSUD Ciawi. Targetnya tidak hanya pasien
dan keluarga tetapi juga seluruh karyawan rumah
sakit, baik medis maupun non medis. “Alasannya karena
teryata masih ada karyawan disini yang belum menyadari pentingnya mencuci tangan. Kita sebagai pelayan
kesehatan sudah semestinya sadar akan hal itu (mencuci tangan) karena bersinggungan langsung dengan
pasen dan sumber penyakit,” tegas drg. Hesti Iswandari.
Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih.Tujuannya menghilangkan
mikro-organisme sebanyak mungkin.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan
kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab
utama terinfeksinya penyakit menular, terutama di
rumah-rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan
BM Media
lainnya. Penyebaran mikroorga-nisme ini diakui sebagai
kontributor penting timbulnya wabah penyakit
Untuk itu ada enam langkah mencuci tangan
dengan baik dan benar yang disosialisasikan rumah
sakit. Pertama, basahi kedua telapak tangan setinggi
pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil
sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut. Kedua, usap dan gosok juga kedua
punggung tangan secara bergantian. Ketiga, jangan
lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.
Keempat, bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
mengatupkan. Kelima, gosok dan putar kedua ibu jari
secara bergantian. Keenam, letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan .Bersihkan kedua
perge-langan tangan secara bergantian dengan cara
memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh
bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk atau tisu.
Ayo, biasakan hidup bersih dan selalu wasada
terhadap menjangkitnya berbagai kuman agar kita
senantiasa selalu sehat, karena sehat itu amatlah mahal
harga-nya.***
edisi 2 | 2016
45
GALERI
BM Media
dari kami
dengan
sepenuh hati
46
edisi 2 | 2016
BM Media
"Pelayanan terbaik
hanya dapat terwujud
jika mata hati kita
sebagai pelayan terbuka
lebar dan diterapkan
dalam keseharian"
edisi 2 | 2016
47
BM Media
Menuju Rumah Sakit
berstandar
internasional
RSUD Ciawi
Menyediakan
Fasilitas ESWL
Lebih Akrab
dengan Batik
Pelayanan Maksimal
Jadi Prioritas
Up
k
ec
l Chan Dini it
a
c
i
Med adar Penyak
Kes wan
Mela
Download