aplikasi sistem informasi geografis dalam penilaian proporsi luas

advertisement
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penilaian Proporsi Luas Laut .........................................................(Ramdhan, M. dan Arifin, T.)
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENILAIAN
PROPORSI LUAS LAUT INDONESIA
(Application of Geographic Information System for Assessment
of Indonesia Marine Proportion)
1
Muhammad Ramdhan1 dan Taslim Arifin2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, KKP
2
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430
E-mail : [email protected]
Diterima (received): 17 Oktober 2013;
Direvisi (revised): 10 November 2013;
Disetujui dipublikasikan (accepted): 21 November 2013
ABSTRAK
Wilayah perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman. Laut sebagai
komponen wilayah yang utama dari negara kepulauan perlu mendapat perhatian khusus. Sistem Informasi Geografis (SIG)
merupakan suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi
geografis, termasuk di dalamnya penilaian proporsi laut. Penelitian ini menyajikan aplikasi pengolahan peta digital untuk
menghitung luasan suatu wilayah, dengan tujuan memperoleh angka proporsi laut Indonesia. Hasil yang diperoleh adalah
proporsi wilayah laut terhadap luas keseluruhan NKRI adalah 76,94 %. Dari keseluruhan laut tersebut yang menjadi
kewenangan pusat adalah 78,86 % dan kewenangan daerah adalah 21,14 %.
Kata Kunci: SIG, luas laut, proporsi, wilayah NKRI
ABSTRACT
Indonesian waters area includes the Indonesian territorial sea, archipelagic waters, and inland waters. Sea as a major
component of the area of the archipelagic nation needs special attention. Geographic Information Systems (GIS) is a system
(computer-based) that are used to store and manipulate geographic information, including the proportion of marine
assessment. This study presented the application of digital map processing to calculate the area of a region, with the aim of
obtaining the proportion of Indonesian sea figures. The result showed the proportion of sea area to the total area of the
Republic of Indonesia was 76.94 %. Of the whole sea under the authority of the cental government was 78.86 % and 21.14
% was in the regional government authority.
Keywords: GIS, sea area, proportion, Indonesia region
PENDAHULUAN
Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia
menganut prinsip negara kepulauan (Archipelagic
State), sehingga perairan antar pulau pun
merupakan wilayah Republik Indonesia (RI) dan
bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda
selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960
tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah
Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari
2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km². Dengan
perhitungan 196 garis batas lurus (straight
baselines) dari titik pulau terluar, terciptalah garis
maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil
laut.
Pada Tahun 1982 Deklarasi Djuanda diterima
dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB keIII Tahun 1982 (United Nations Convention on the
Law of the Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya
delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor
17 Tahun 1985 tentang ratifikasi UNCLOS 1982
bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.
Menurut Janhidros (2006) dalam Rumampuk
(2013), luas wilayah daratan Indonesia ±
2.012.402 km2 dan luas perairannya ± 5.877.879
km2. Fakta fisik inilah yang menjadikan Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan
diakui oleh dunia internasional.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut menjamin kedaulatan NKRI terhadap
perairan pedalaman, perairan teritorial serta zona
ekonomi eksklusif untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam, baik hayati maupun non-hayati.
Berdasarkan Pasal 77 UNCLOS 1982 negara
pantai
menikmati
hak
berdaulat
untuk
mengeskplorasi dan mengeksploitasi sumberdaya
alam di landas kontinen yang berada dalam batas
200 mil zona ekonomi eksklusif. Hak-hak tersebut
bersamaan dengan hak-hak yang dinikmati
berdasarkan pasal 56 UNCLOS 1982 tentang zona
ekonomi eksklusif.
Berdasarkan Pasal 3 UU No. 6/1996 tentang
Perairan Indonesia, Gambar 1, menyajikan
wilayah perairan Indonesia mencakup : (1) Laut
Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil
141
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 2 Desember 2013 : 141 - 146
laut diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia;
(2) Perairan Kepulauan, adalah semua perairan
yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus
kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman dan
jarak dari pantai; dan (3) Perairan Pedalaman
adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat
dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia,
termasuk di dalamnya semua bagian dari perairan
yang terletak pada sisi darat pada suatu garis
penutup.
Luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km 2
atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia,
terdiri dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta
km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km 2. Luas
wilayah perairan Indonesia tersebut telah diakui
sebagai Wawasan Nusantara oleh United Nation
Convention of the Law of the Sea (UNCLOS, 1982).
Pada Tahun 2010 Kemendagri telah merilis
bahwa luas daratan NKRI adalah 1.910.931,32 km2
atau 35% dari total seluruh wilayah NKRI. Wilayah
laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
dalam buku statistik Kelautan dan Perikanan Tahun
2011 dinyatakan bahwa Indonesia memiliki luas
laut teritorial pedalaman seluas 284.210,900 km2,
luas Zone Ekonomi Eksklusif seluas 2.981.211,000
km2 dan luas laut 12 Mil seluas 279.322,000 km2
yang disajikan pada Tabel 1. Namun metode
penghitungan luas dari kedua sumber tersebut
tidak diketahui.
Indonesia
menyimpan
potensi
kekayaan
sumberdaya kelautan yang belum dieksplorasi dan
dieksploitasi secara optimal, bahkan sebagian
belum diketahui potensi yang sebenarnya. Dalam
hal pemanfaatan wilayah laut, Sutisna (2006)
menyatakan bahwa luas wilayah laut perlu
dimasukkan dalam perhitungan Dana Alokasi
Umum (DAU), yang merupakan salah satu
komponen dari dana perimbangan pada APBN.
Kebutuhan akan informasi tentang proporsi laut
Indonesia sangat dibutuhkan saat ini, sehingga laut
sebagai sumberdaya alternatif yang dapat
diperhitungkan pada masa mendatang akan
semakin berkembang. Berdasarkan alasan-alasan
tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk
memaparkan aplikasi pengolahan peta digital untuk
menghitung luasan perairan Indonesia. Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi baru mengenai angka proporsi laut
Indonesia.
Gambar 1. Peta Perairan Indonesia berdasarkan UU No. 6 Tahun 1996 (Dewan Kelautan Indonesia, 2008).
Tabel 1. Luas wilayah Indonesia menurut kementerian terkait.
1.910.931,320
Proporsi terhadap
Luas Total NKRI (%)
35,03
Luas Lautan NKRI
3.544.743,900
64,97
- Luas Laut Teritorial
284.210,900
Komponen
Luas Daratan
- Luas Zone Ekonomi Eksklusif
- Luas Laut 12 Mil
Total Luas NKRI
142
Luas NKRI (km2)
2.981.211,000
279.322,000
5.455.675,220
100,00
Sumber
Kemendagri, 2010
KKP, 2011
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penilaian Proporsi Luas Laut .........................................................(Ramdhan, M. dan Arifin, T.)
METODE
Metode yang digunakan adalah pengolahan peta
digital menggunakan software Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk mengekstrak informasi
luasan suatu area. Adapun peta digital yang dipakai
adalah data garis pantai pulau dari Bakosurtanal
dan peta WPP dari P3SDLP. Deskripsi dari data
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data yang digunakan.
Nama File
Ukuran
Sumber
Provinsi.shp
49,741
kB
Bakosurtanal/BIG
WPP Juni
2011.shp
35,741
kB
P3SDLP
Keterangan
Sistem
koordinat
geografis,
datum WGS-84
Sistem
koordinat
geografis,
datum WGS-84
Gambar 2. Ilustrasi poligon dalam peta digital.
Peta digital berbentuk poligon yang dilustrasikan
pada Gambar 2 terdiri dari titik-titik koordinat
yang disebut dengan vertex. Pada bidang datar
penghitungan luas dapat dilakukan dengan
mengalikan koordinat-koordinat vertex yang ada
pada peta digital secara berurutan dari vertex
pertama melingkar searah jarum jam hingga
kembali lagi ke vertex awal. Luasan dihitung
dengan menggunakan rumus pada Persamaan 1.
(
|
) (
)
(
)
|...(1)
dimana :
x1 = koordinat x dari vertex 1
y2 = koordinat y dari vertex ke-2, hingga ke-n
Pada perkalian terakhir koordinat vertex ke-n
dikalikan kembali dengan koordinat vertex pertama.
(mathopenref). Software SIG yang digunakan
adalah ArcGIS 9.3. Secara global penelitian ini
dilaksanakan menggunakan alur kerja seperti
tersaji pada Gambar 3.
Data pertama berupa file peta digital provinsi
seluruh Indonesia, akan dijadikan sebagai dasar
penghitungan luas daratan. Data provinsi tersebut
juga digunakan untuk membuat batas area 12 mil
laut dari garis pantai. Menurut UU 27 tahun 2007,
laut daerah atau laut yang menjadi kewenangan
provinsi adalah 12 mil dari garis pantai.
Data kedua berupa Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP)-RI yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
Permen-KP No. 01 Tahun 2009 (KKP, 2009). Peta
digital WPP ini menjadi data dasar untuk
menghitung luas lautan seluruh Indonesia.
Seluruh data awal memiliki sistem koordinat
yang sama yaitu koordinat geografis dengan lintang
dan bujur, dengan format angka desimal derajat.
Untuk menghitung luas, diperlukan transformasi
koordinat tersebut ke dalam koordinat kartesian
yang telah didatarkan. Adapun sistem koordinat
yang umum dipakai dalam dunia pemetaan di
Indonesia adalah Universal Transverse Mercator
(UTM). UTM membagi bola bumi menjadi bidang
datar selebar 6 derajat, sehingga total ada 60 zona
UTM, sedangkan untuk wilayah Indonesia terletak
pada zona 46 hingga zona 54.
Luas
dihitung
dengan
terlebih
dahulu
memproyeksikan peta digital menjadi sistem UTM
zone 50, pemilihan zone 50 dikarenakan zona
tersebut berada di tengah Indonesia, sehingga
diharapkan distorsi jarak yang terjadi menjadi
minimum. Karakteristik sistem proyeksi UTM adalah
(Soedomo, 2009) :
- Membagi daerah di atas muka bumi menjadi
zona-zona selebar 6o meridian.
- Meridian tengah zona, disebut meridian sentral.
- Sistem proyeksi konform dengan faktor
perbesaran standard : mo = 0,9996.
- Faktor perbesaran standard, hanya terjadi pada
titik potong meridian sentral dengan equator.
- Pusat koordinat semula (sejati), adalah
perpotongan meridian sentral dengan equator.
- Pusat koordinat semu, diletakkan di barat daya,
sebesar 500.000 m di barat, 10.000.000 m
selatan.
Penomoran zona, dengan nomor standard yang
sudah tertentu. Setelah berkoordinat UTM Zona
50, software ArcGIS 9.3 dapat melakukan
perhitungan luas secara otomatis dari Area Daratan
Indonesia (ADI), Area Laut Daerah (ALD) dan Area
Laut Indonesia Keseluruhan (ALIK). Dari data yang
dihasilkan, dapat dihitung Luas Total Indonesia
yang merupakan jumlah dari luas laut Indonesia
keseluruhan dengan luas daratan. Juga dapat
dihitung luas laut yang menjadi kewenangan pusat
(laut nasional) yaitu luas laut
keseluruhan
dikurangi dengan luas laut daerah. Selanjutnya
proporsi laut Indonesia dapat diketahui.
143
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 2 Desember 2013 : 141 - 146
WPPjuni2011
.shp
Provinsi.shp
Buffer 12 Mil
Laut
Laut Daerah
(LD)
Daratan
Indonesia (DI)
Laut Indonesia
Keseluruhan (LIK)
Transformasi Koordinat Geografis
menjadi UTM zona 50
Menghitung Luas Area (ADI,
ALD, ALIK)
Luas Total
Indonesia
(ADI + ALIK)
Luas
Daratan
Indonesia
Luas Laut
Daerah
(ALD)
Luas Laut
Nasional
(ALIK - ALD)
Proporsi Laut
Indonesia
Gambar 3. Diagram alir proses penghitungan proporsi laut Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proporsi Laut Indonesia
Proporsi Laut dalam Kerangka Pengelolaan
Secara Terpadu
Peta digital yang diolah dapat ditampilkan dalam
suatu layout peta pada Gambar 4, yang
merupakan tampilan secara visual mengenai
proporsi laut di Indonesia. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa warna abu-abu yang mewakili
wilayah laut di Indonesia lebih dominan dari warna
hijau yang mewakili daratan Indonesia.
Adapun angka hasil penghitungan luas dari
masing-masing komponen wilayah dapat dilihat
pada Tabel 3. Diperoleh angka 8.647.003,475 km2
sebagai luas keseluruhan dari NKRI, dengan luas
daratan sebesar 1.993.662,036 km2 atau 23,06%
dari total keseluruhan wilayah NKRI. Sedangkan
lautan memiliki porsi 76,94% dari total luasan NKRI
atau seluas 6.653.341,439 km2.
Dari seluruh lautan NKRI, ternyata luas laut
daerah adalah 1.406.272,582 km2 atau 21,14%
saja, sedangkan laut yang menjadi kewenangan
pusat 5.247.068,857 km2 atau 78,86 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah pusat harus dapat
mengelola 78,86 % lautan Indonesia agar dapat
dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran
seluruh rakyat Indonesia. Beban yang cukup berat
bila hanya ditimpakan kepada Kementerian
Kelautan dan Perikanan yang hanya mendapat porsi
APBN Tahun 2013 sebesar 1,19% dari total seluruh
kementerian
dan
lembaga
yang
ada
di
pemerintahan NKRI. Untuk itu diperlukan berbagai
usaha kerjasama disamping kenaikan anggaran.
Wilayah perairan beserta sumberdaya alamnya
memiliki makna strategis bagi pengembangan
ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan
sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, ditegaskan
bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberikan
kewenangan untuk mengelola sumberdaya di
wilayah laut. Kewenangan daerah dalam mengelola
wilayah lautnya, yaitu paling jauh 12 mil-laut
untuk provinsi, yang dihitung dari garis pantai ke
arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan, dan 1/3 dari itu untuk kabupaten/kota.
Apabila lebar wilayah laut antara dua Provinsi yang
berhadapan < 24 mil-laut, maka kewenangan
dibagi
sama
jarak,
dan
kabupaten/kota
memperoleh 1/3 dari wilayah kewenangan provinsi
(Pasal 18 ayat 5). Kewenangan daerah untuk
mengelola sumberdaya di wilayat laut, meliputi: (a)
eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan
kekayaan laut; (b) pengaturan administratif; (c)
pengaturan tata ruang; (d) penegakan hukum
terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah
atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh
pemerintah; (e) ikut serta dalam pemeliharaan
keamanan; dan (f) ikut serta dalam pertahanan
kedaulatan negara (pasal 18 ayat 5).
Model
ICZM
(Integrated
Coastal
Zone
Management) telah diadopsi sebagai paradigma
144
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penilaian Proporsi Luas Laut .........................................................(Ramdhan, M. dan Arifin, T.)
kunci bagi pembangunan berkelanjutan wilayah
pesisir (Billé, 2008). ICZM dilakukan sebagai respon
terhadap kurangnya koordinasi antara stakeholder
(Babin, 1999).
Untuk mengimplementasikan pengelolaan pesisir
dan laut secara terpadu di tataran praktis
(kebijakan
dan
program)
maka
perlu
memperhatikan hal-hal berikut: (1) Penerapan
konsep
pembangunan
berkelanjutan
dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara
terpadu, termasuk di dalamnya integrasi ke dalam
rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten;
(2) Mengacu pada prinsip-prinsip dasar dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara
terpadu; (3) Proses perencanaan pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu; (4)
Elemen dan struktur pengelolaan wilayah pesisir
dan lautan secara terpadu; dan (5) Penerapan
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara
terpadu dalam perencanaan pembangunan daerah
(Darajati, 2004).
Dalam hal pengelolaan laut dan pesisir secara
terpadu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(WP-3-K). Pengelolaan WP-3K meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap interaksi manusia dalam
memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan PulauPulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan
dalam
upaya
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 5).
Pengelolaan WP-3K tersebut wajib dilakukan
dengan cara mengintegrasikan kegiatan: (a) antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (b)
antar-Pemerintah Daerah; (c) antar sektor; (d)
antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat;
(e) antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan
(f) antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip
manajemen (Pasal 6).
Tabel 3. Hasil penghitungan proporsi laut di Indonesia.
Luasan NKRI
Seluruh Wilayah
Daratan
Luas Laut
Luas Laut Daerah
Luas Laut Pusat
Seluruh Wilayah
km2
8.647.003,475
1.993.662,036
6.653.341,439
1.406.272,582
5.247.068,857
8.647.003,475
Persentase terhadap
Seluruh Wilayah NKRI (%)
100,00
23,06
76,94
16,26
60,68
100,00
Persentase Terhadap
Wilayah Laut (%)
100,00
21,14
78,86
Gambar 4. Peta hasil penghitungan proporsi laut Indonesia.
145
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 2 Desember 2013 : 141 - 146
KESIMPULAN
Data Tahun 2011 menyatakan bahwa proporsi
laut Indonesia adalah 64,97% dari keseluruhan
total wilayah NKRI. Penelitian ini menghasilkan
angka yang berbeda, proporsi wilayah laut
terhadap luas keseluruhan NKRI adalah 76,94 %
lebih luas 9,28 % dari data sebelumnya. Dari
keseluruhan
laut
tersebut
yang
menjadi
kewenangan
pusat
adalah
78,86%
dan
kewenangan daerah adalah 21,14%. Kewenangan
pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan
wilayah laut dan pesisir, agar memperhatikan
konsep ICZM.
UCAPAN TERIMA KASIH
Diucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan, KKP yang telah memberi
kesempatan kepada peneliti untuk melakasnakan
penelitian ini.
Juga kepada Dewan Kelautan
Indonesia yang telah memberikan dukungan data
yang sangat berguna bagi penelitian ini. Juga
kepada Badan Informasi Geospasial yang telah
memberikan
akses
data
geospasial
untuk
mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Babin, D. (1999). Patrimonial mediation and management
subsidiarity: managing pluralism for sustainable
forestry and rural development. FAO-IUFRO-CIRAD.
p.277-303. Rome.
Billé, R. (2008). Integrated Coastal Zone Management:
Surveys and Perspectives Integrating Environment &
Society. Institut Veolia Environment. 1(2).
Darajati, W. (2004). Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan.
Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP. 22 September
2004. 7 hal.
Departemen Pertahanan. (2007). Himpunan Perundang-
Undangan yang Terkait dengan Penyelenggaraan dan
146
Pengelolaan
Pertanahan. Biro Hukum, Setjend
Dephan. Jakarta.
Dewan Kelautan Indonesia. (2008). Evaluasi Kebijakan
dalam Rangka Implementasi Konvensi Hukum Laut
Internasional (UNCLOS 1982) di Indonesia.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 101
hal.
Djunarsjah, E. (2011). Sejarah Hukum Laut. Mata Kuliah
GD-4205 Aspek Teknis Hukum Laut. FITB-ITB,
Bandung.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2009). Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor
Per.01/Men/2009
Tentang
Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik. Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2011). Kelautan
dan Perikanan dalam Angka 2011. Pusdatin-KKP.
Jakarta
Kementerian Keuangan. (2012). Data Pokok APBN 2007–
2013. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Jakarta.
Rumampuk, R. (2013). Hak atas pengelolaan kawasan
pesisir di Provinsi Sulawesi Utara. Lex et Societatis.
I(5): 54-63.
Soedomo, A.S. (2009).
Sistem dan Transformasi
Koordinat. Presentasi Modul Kuliah. FITB-ITB,
Bandung.
Sutisna, S. (2006). Kemungkinan Luas Laut Sebagai
Bagian dari Luas Wilayah dalam Perhitungan DAU,
Workshop Nasional Penguatan Pelaksanaan Kebijakan
Desentralisasi Fiskal. Bakosurtanal. Bogor.
The Math Open Reference Project. (2009). Dimuat pada
http://www.mathopenref.com/coordpolygonarea.html
[Diakses pada 5 September 2013].
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas
Kontinen Indonesia. Sekretariat Negara. Jakarta.
United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS). (1982).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996
tentang Perairan Indonesia. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah.
Sekretariat
Negara. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil. Menteri dan HAM RI. Jakarta.
Download