Standar Antarmuka Halaman Web untuk Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi 1. Pendahuluan Penerapan sistem informasi berbasis komputer seringkali tidak berhasil mencapai tujuan utamanya, yaitu mempermudah pengguna dalam menjalankan tugasnya. Tidak berhasil dapat berarti tidak mampu memenuhi kebutuhan pengguna, baik dari segi kinerja, kemudahan ataupun dari segi keamanan. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah karena tidak adanya panduan atau standar yang dijadikan acuan dalam mengembangkan perangkat lunak sehingga pengguna mendapatkan produk yang sulit digunakan. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemudahan penggunaan aplikasi adalah antarmuka aplikasi dengan pengguna. Adanya standar antarmuka diharapkan dapat meningkatkan kemudahan penggunaan aplikasi, karena pengguna akan terbiasa dengan antarmuka yang seragam. Pada makalah ini akan diuraikan standar antarmuka halaman web yang dikhususkan untuk digunakan pada aplikasi sistem informasi berbasis web di lingkungan akademik. Tujuan dibuatnya standar antarmuka ini adalah untuk membantu perancang antarmuka dalam melakukan perancangan antarmuka agar menghasilkan antarmuka halaman web yang konsisten, sederhana dan kontekstual. 2. Metode Standar yang dibuat merupakan hasil kajian dari berbagai literatur yang membahas panduan perancangan antarmuka, baik secara umum maupun spesifik untuk halaman web. Aspek yang distandarkan adalah tema, yaitu hal-hal yang mampu memberikan kesan tertentu terhadap suatu halaman web, bahasa yang digunakan, umpan balik bagi pengguna, tata letak, dan perangkat I/O yang digunakan. Referensi mengenai panduan perancangan antarmuka yang lebih detail, terutama untuk antarmuka halaman web dapat dilihat di http://usableweb.com dan http://www.hcibib.org. 3. Hasil Strategi yang digunakan dalam mengembangkan standar antarmuka halaman web ini adalah: 1. Menggunakan prinsip-prinsip perancangan antarmuka secara umum. 2. Menggunakan CSS (Cascading Style Sheet) untuk mengatur tampilan halaman web. 3. Memungkinkan pembuatan style yang bervariasi, tanpa mengubah konsistensi tata letak. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang beberapa aspek penting yang distandarkan dalam standar antarmuka halaman web ini. Tema Tema adalah hal-hal yang mampu memberikan kesan tertentu terhadap suatu halaman web. Tema yang dicakup dalam standar antarmuka ini meliputi tiga komponen, antara lain warna, visual style, dan jenis font. Prinsip utama pemilihan warna untuk halaman web adalah mengatur warna yang kontras antara warna dasar dengan warna teks sehingga teks mudah dibaca. Warna yang kontras adalah warna yang memiliki perbedaan komponen brighness yang signifikan seandainya warna tersebut diukur dengan metode HSB (Hue-Saturation-Brightness). Warnawarna yang memiliki nilai brighness dibawah 50% akan tampak lebih gelap daripada warnawarna dengan brighness lebih dari 50% (warna terang). Berdasarkan prinsip dasar pemilihan warna tersebut, hanya ada dua pilihan komposisi warna, yaitu: 1. Warna dasar terang, warna permukaan (foreground, teks) gelap. 2. Warna dasar gelap, warna permukaan terang. Dengan pertimbangan estetika, maka pilihan pertama lebih tepat untuk dipakai di lingkungan akademik. Pengguna halaman web lebih mengenal pilihan kedua untuk situs-situs hacker, para seniman, situs-situs ‘bawah tanah’, dan sebagainya. Termasuk didalam pemilihan warna disini adalah pemilihan warna untuk link dan menu. Link dan menu harus memiliki warna yang berbeda dengan teks normal, sehingga pengunjung mengenali bahwa itu adalah link ataupun menu. Visual style adalah gaya tampilan bentuk-bentuk bidang yang terdapat pada window aplikasi atau halaman web, misalnya bentuk button, bentuk menu, logo/gambar, grid pada tabel dan sebagainya. Tidak ada aturan khusus dalam pembuatan visual style ini, yang penting indah, sederhana, sesuai dengan konteks halaman, dan tidak membingungkan pengunjung halaman web. Hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan gambar. Penggunaan gambar sebaiknya tidak terlalu banyak atau menggunakan file berukuran besar sehingga memakan waktu lama untuk proses loading. Batas maksimum untuk loading adalah sepuluh detik (dengan kecepatan rata-rata 28,8 Kbps Modem). Lebih dari itu, halaman web harus dirancang ulang. Komponen tema yang ketiga adalah jenis font. Berdasarkan pengamatan, kebanyakan halaman web di dunia tidak menggunakan jenis font yang ‘berekor’. Jenis font yang berekor, misalnya times new roman, memang mudah dibaca, tapi kurang indah dilihat pada halaman web. Tulisan berekor dalam halaman web terlihat kaku, dan pengunjung akan merasa seperti sedang membaca dokumen resmi. Dengan alasan tersebut, standar antarmuka yang dibuat ini menyarankan untuk tidak menggunakan font berekor. Hal ini tentu tidak bersifat mutlak. Misalnya, untuk halaman yang memang ditujukan untuk menghasilkan dokumen resmi, boleh digunakan jenis font times new roman. Contoh halaman web seperti ini adalah halaman pembangkit dokumen PDF. Jenis font yang tidak berekor sangat beragam sehingga pemilihan font membuka peluang untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas perancang. Akan tetapi, satu hal yang perlu diperhatikan yaitu keterbatasan jenis font yang tersedia pada komputer client (browser). Pemilihan font harus memperhatikan jenis-jenis font yang dimiliki oleh komputer client, karena jika font yang didefinisikan pada halaman web tidak dimiliki oleh komputer client, maka browser akan mengganti font tersebut dengan font default. Font default ini pada beberapa browser adalah jenis font yang berekor. Untuk menghindari hal tersebut, dalam standar ini disarankan untuk menggunakan beberapa jenis font sekaligus yang didefinisikan pada file CSS dengan urutan Verdana, Arial, Helvetica, kemudian Tahoma. Jenis-jenis font tersebut dipilih karena salah satu atau ketiga jenis font tersebut sudah terinstaasi secara default pada mesin dengan OS Linux Red Hat 7.3 atau yang lebih baru, dan juga pada Windows 98/ Me/ NT/ 2000/ XP. Bahasa Bahasa memegang peranan yang penting dalam perancangan antarmuka halaman web karena bahasa adalah media untuk saling berdialog dan berinteraksi. Pemilihan bahasa yang kurang tepat dapat menyebabkan salah persepsi sehingga berpengaruh negatif terhadap perilaku pengguna. Yang dimaksud pengaruh negatif disini adalah pengaruh yang menyebabkan perilaku pengguna tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh aplikasi. Penggunaan bahasa tentu tergantung pada konteks web dan karakteristik pengunjung. Untuk aplikasi sistem informasi berbasis web di lingkungan akademik di Indonesia, bahasa yang tepat digunakan adalah bahasa Indonesia yang baku atau formal. Dengan kata lain, seluruh teks atau label yang muncul di layar harus dalam bahasa Indonesia yang baku atau formal. Pengecualian tetap ada untuk teks atau label yang sudah umum diketahui kalangan pengunjung dalam bahasa Inggris, misalnya home, login, logout, dan lain-lain. Umpan Balik Pengguna Pengguna (atau pengunjung) pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba. Karena rasa ingin tahu tersebut, seringkali tanpa sengaja pengunjung melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkannya. Sebagai contoh, apabila menu yang dicoba merupakan pemicu operasi yang destruktif, misalnya proses penghapusan data. Atau mungkin juga proses yang dijalankan tersebut adalah proses yang berpengaruh terhadap aplikasi secara total, misalnya me-non-aktifkan suatu modul. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, perlu dibuat standar bahwa setiap kali ada proses yang destruktif atau proses yang berpengaruh luas terhadap aplikasi, aplikasi harus memberikan konfirmasi atau peringatan kepada pengguna. Sangat penting bagi suatu aplikasi untuk senantiasa memberikan umpan balik kepada pengguna atas aksi yang telah dilakukannya, karena hal itu akan sangat mempengaruhi kepuasan pengguna. Untuk itu, perlu dibuat standar bahwa setiap kali suatu proses dilakukan, berhasil atau tidaknya harus ditunjukkan dengan sebuah pesan. Hal ini berlaku untuk operasioperasi yang menyangkut manipulasi data, seperti penambahan, pengubahan, dan penghapusan data. Ada kalanya seorang pengguna juga menginginkan informasi lebih detail tentang menu atau aksi yang ditawarkan kepadanya. Dalam hal ini sangat tidak bijaksana jika pengguna dibiarkan trial and error. Pemberian fasilitas bantuan (help) perlu distandarkan, yakni diletakkan di suatu tempat yang mudah dijangkau oleh pengguna. Tata Letak Tata letak sebenarnya adalah bagian dari kreatifitas perancang. Akan tetapi, dalam situasi tertentu, tata letak perlu distandarkan untuk memberikan lingkungan kerja yang konsisten bagi pengguna. Dapat dibayangkan apabila pengguna menghadapi tata letak halaman yang sangat beraneka ragam dalam satu aplikasi. Hal ini tentu akan membingungkan, atau paling tidak, menguras lebih banyak waktu pengguna untuk melakukan penyesuaian. Dari berbagai macam bentuk tata letak yang ada, sebagai standar untuk aplikasi sistem informasi di lingkungan akademik dipilihkan tata letak seperti pada Gambar 1. Baris Logo Header Top Menu Body Footer Kolom Menu Tambahan Kolom Menu Utama Kolom Halaman Utama Gambar 1. Tata Letak Halaman Web Tata letak tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga tampilannya selalu memenuhi layar browser (width=100%, height=100%). Baris menu dibagian atas disediakan hanya untuk jumlah menu yang terbatas. Untuk jumlah menu yang kemungkinannya bertambah secara tidak tentu (misalnya submenu modul-modul aplikasi), diperlukan kolom menu sebelah kiri. Kolom menu sebelah kiri ini disebut dengan kolom menu utama. Jika diperlukan, dapat juga ditambahkan kolom menu tambahan sebelah kanan. Kolom menu utama (kiri) tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menampung menu-menu yang panjangnya tidak terprediksi. Pembagian tata letak menu seperti ini sangat diperlukan, sebab jika seluruh menu diletakkan di bagian atas dan ternyata panjangnya melebihi panjang layar browser, maka hanya akan ada dua kemungkinan buruk sebagai akibatnya. Kemungkinan pertama adalah baris menu menjadi bertumpuk, hal yang tentunya akan sangat merusak tampilan. Kemungkinan kedua adalah pengguna dipaksa untuk melakukan scrolling kesamping kiri atau kanan, hal yang akan sangat merepotkan pengguna karena pengguna umumnya (orang Indonesia, dan sebagian besar penduduk dunia) membaca tulisan secara horisontal, bukan vertikal. Perangkat I/O Standar ini mengharuskan minimal ada keyboard dan mouse (atau jenis kakas pointing lain misalnya trackball) sebagai perangkat input, dan layar monitor sebagai perangkat output. Ketiga kakas tersebut mutlak diperlukan dalam aplikasi berbasis web dengan tampilan grafis (GUI). Untuk halaman yang mengandung form isian, standar antarmuka ini menentukan bahwa seluruh elemen form harus dapat dijangkau dengan keyboard (tombol tab) tanpa bantuan mouse. Hal ini untuk membantu pengguna dalam hal kemudahan dan kecepatan. Khusus untuk halaman web yang mengandung form isian yang terdiri dari beberapa kolom, standar ini menerapkan sedikit aturan tambahan, yaitu penjangkauannya harus terurut mulai kolom pertama (paling kiri) dari atas ke bawah, kemudian kolom kedua juga dari atas ke bawah, dan seterusnya. Hal ini tidak lain adalah untuk menyesuaikan kelakuan aplikasi dengan kebiasaan manusia sehari-hari, misalnya ketika membaca koran yang memiliki halaman dengan beberapa kolom. 4. Diskusi Standar antamuka halaman web ini telah diterapkan pada pengembangan aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian di Departemen Teknik Informatika ITB. Hasil penerapan strategi yang digunakan pada standar antamuka halaman web yang dikembangkan diuraikan pada Tabel 1. Tabel 1. Evaluasi Penerapan Strategi Strategi Penggunaan prinsipprinsip antarmuka secara umum Penggunaan CSS Kebebasan penggunaan style, dan konsistensi tata letak Penerapan Komponen Standard a. Dalam pembuatan tema, warna dan bentuk menu konsisten, halaman tidak menampilkan hal-hal yang tidak perlu seperti huruf berkedip b. Dalam penggunaan bahasa, pemilihan kata tidak ambigu. c. Menggunakan umpan balik sesuai dengan konteks keadaan, yaitu konfirmasi ketika akan melakukan aksi penghapusan, pesan error, dan tersedianya fasilitas bantuan. d. Pengaksesan bagian formulir dengan keyboard sesuai dengan keadaan di dunia nyata. Menggunakan CSS untuk mendefinisikan seluruh komponen tema a. Style yang dipilih dalam SIPEG adalah flat style, dapat diubah dengan melakukan perubahan pada file CSS b. Tata letak konsisten Meskipun ada beberapa aspek yang bisa berlaku umum, standar antarmuka yang dikembangkan ini akan berbeda hasilnya apabila tidak ditujukan untuk aplikasi sistem informasi di lingkungan akademik. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik pengguna di lingkungan akademik dengan lingkungan lainnya. Evaluasi standar antarmuka yang baik hanya dapat dilakukan apabila standar tersebut telah cukup banyak diterapkan/digunakan. Dari pengalaman penerapan standar tersebut, dapat dikumpulkan penilaian baik tidaknya atau lengkap tidaknya standar yang dikembangkan, baik dari sisi perancang maupun dari sisi pengguna (pengunjung) halaman web. 5. Kesimpulan Standar antarmuka halaman web yang dikembangkan ini dianggap telah sesuai dengan prinsip-prinsip antarmuka secara umum, menggunakan CSS dalam penerapannya, dan memungkinkan pembuatan style yang bervariasi tanpa mengubah konsistensi tata letak. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil penerapan standar antarmuka pada aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian di Departemen Teknik Informatika ITB. Standar antarmuka halaman web yang telah dibuat ini dapat dianggap lebih lengkap jika dibandingkan dengan Apple User Interface Guidelines dan lebih khusus, yaitu untuk aplikasi sistem informasi di lingkungan akademik, meskipun masih memerlukan beberapa penyempurnaan. Penyempurnaan yang dapat dilakukan antara lain adalah penambahan panduan konversi kode CSS untuk mengatasi ketidakkompatibelan implementasi CSS antar browser. 6. Referensi 1. Prastawa, Hannan Gigih. (2005). Pengembangan dan Penerapan Standard Pengkodean PHP dan Standarad Antarmukan Halaman Web pada Pembangunan Aplikasi Analisis Kenaikan Jabatan. Laporan Tugas Akhir Tingkat Sarjana. Program Studi Teknik Informatika ITB 2. Rees, Michael; White, Andrew; White, Bebo. (2001). Designing Web Interfaces. Prentice Hall PTR. 3. Apple Computer, Inc. (1987). Apple Human Interface Guidelines: The Apple Desktop Interface. Reading, MA: Addison-Wesley.