contoh soal dan lap.keu asp

advertisement
STIE MAHARDHIKA
KELAS BR.1 AK
MATA UJIAN : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
: TUGAS MANDIRI
WAKTU
: 75 Menit
SIFAT
: TERBUKA
DOSEN
: Drs.H.AGUS SUBANDORO,MM.
SEBELUM MENGERJAKAN BERDO’ALAH :
PRAKTIKA : (70%)
1. Dinas Pendapatan Daerah menerima pajak kendaraan bermotor {PKB} sebesar Rp. 5 milyar
yang terdiri dari PKB sedan,jeep, sebesar Rp 2 milyar, PKB sepeda motor Rp. 3 milyar.
2. Dinas Pendidikan mengeluarkan uang untuk membantu organisasi profesi sebesar Rp. 75
juta.
3. Kabag keuangan sekaligus bendara Dinas Ketahanan Pangan menyetor Sisa Uang rp. 20 juta
4. Sekda menerima DAU Rp. 20 milyar, terdiri piutang DAU Rp. 3 milyar dan DAU tahun
berjalan Rp. 17 milyar.
5. Dispenda telah menerima piutang pajak dan piutang retri busi masing-masing sebesar Rp.
550 juta dan Rp.425 juta.
6. Dinas PU membeli kendaraan dinas sebesar Rp. 650 juta untuk satu kendaraan merk Toyota
camry 2014.
7. Dispenda memerina retribusi pasar dan parkir sebesar Rp. 400 juta.
8. Dinas kesehatan telah membangun Puskesmas pembantu senelia Rp. 1,8 milyar, sumber
biaya dari pinjaman dengan masa anggsuran selama 5 tahun,bunga 5%.p.a
9. Dinas koperasi dan UMKM mengadakan pelatihan pembuatan laporan keuangan untuk
koperasi baru sebanyak 55 koperasi dengan biaya Rp.250 juta,dengan rincian sbb:
a. Honor penyelenggara Rp. 60 juta
b. Fotocopy bahan pelatihan Rp. 90 juta
c. Sewa tempat Rp. 20 juta
d. Konsumsi Rp. 80 juta
10. Dinas Pendapatan Daerah menerima Dana Bagi hasil pajak sebesar Rp. 20 milyar.
Berdasarkan soal diatas : Buatlah jurnal atas transaksi tersebut.
SOAL TEORI : (30%)
1. Jelaskan resume singkat materi akuntansi keuangan sektor publik.
2. Berilah argumentasi saudara terkaitan dengan laporan operasional
,khususnya tentang pengakuan pendapatan.
3. Menurut saudara mana yang paling tepat istilah beban atau belanja dabn
istilah penerimaan atau pendapatan.
4. Apakah ada perbedaan akuntansi komersial dan akuntansi sector public
dalam menilai asset tetap, dan penyusutannya { depresiasi}. Berilah contoh
konkrit
******* SELAMAT MENGERJAKAN DAN SUKSES **********
JAWABAN : BISA DI EMAIL :
1. Email : [email protected]
2. Email : [email protected]
Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945,Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, dan UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun
2012, Pemerintah menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2012 dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas.
LKPP Tahun 2012 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II (PSAP Berbasis Kas
Menuju Akrual). LKPP Tahun 2012 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara
(LKBUN).
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
(1)
(2)
(3)
1.
(LRA) LAPORAN REALISASI ANGGARAN
LKPP
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA 2012 dengan realisasinya, yang mencakup
unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2012.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2012 adalah sebesar Rp1.338,11 triliun atau 98,52 persen dari APBN-P.
Sementara itu, realisasi Belanja Negara pada TA 2012 adalah sebesar Rp1.491,41 triliun atau 96,33 persen dari APBN-P. Jumlah
realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.010,56 triliun atau 94,49 persen dari
APBN-P, dan realisasi Transfer keDaerah sebesar Rp480,65 triliun atau 100,39 persen dari APBN-P. Selain itu, pada TA 2012
terdapat Suspen Belanja sebesar Rp206,91 miliar.
Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara, Hibah, dan realisasi Belanja Negara, terjadi Defisit Anggaran TA 2012 sebesar
Rp153,30 triliun. Realisasi Pembiayaan Neto TA 2012 adalah sebesar Rp175,16 triliun atau 92,14 persen dari APBN-P, sehingga
terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp21,86 triliun.
Ringkasan Laporan Realisasi APBN TA 2012 dan 2011 dapat disajikan sebagai berikut.
Analisis:
Sesuai dengan Pasal 44 ayat (3) UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN TA 2012,
Laporan Realisasi Anggaran pada LKPP dilengkapi dengan informasi pendapatan dan
belanja berbasis akrual. Informasi tentang pendapatan dan belanja secara akrual
dimaksudkan sebagai tahap menuju pada penerapan akuntansi berbasis akrual yang
dilengkapi dengan informasi hak dan kewajiban yang diakui sebagai penambah atau
pengurang nilai kekayaan bersih Pemerintah dalam penganggaran berbasis kas.
2. NERACA
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Pusat mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2012.
Jumlah Aset per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp3.432,98 triliun yang terdiri dari
Aset Lancar sebesar Rp241,31 triliun; Investasi Jangka Panjang sebesar Rp932,41 triliun; Aset
Tetap sebesar Rp1.895,50 triliun; Piutang Jangka Panjang (netto) sebesar Rp4,67; dan Aset
Lainnya sebesar Rp359,09 triliun.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp2.156,89 triliun yang terdiri
dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp266,14 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar
Rp1.890,75 triliun.
Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto per 31 Desember 2012 adalah sebesar
Rp1.276,10 triliun yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar minus Rp23,58 triliun dan
Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp1.299,68 triliun.
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat disajikan sebagai berikut.
3. LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2012 serta saldo kasdan setara kas
pada tanggal 31 Desember 2012.
Saldo
Kas
Bendahara
Umum
Negara
(BUN),
Kas
KantorPelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), Kas Badan Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah
Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp107,84 triliun,
sedangkan pada awal tahun 2012 terjadi koreksi tambah sebesar Rp0,31 triliun, sehingga
saldo awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan
tahun 2012 menjadi Rp108,15
triliun.
Selama TA 2012 terjadi penurunan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp8,87
triliun, penurunan kas dari aktivitas investasi aset non keuangan sebesar Rp144,43
triliun, kenaikan kas dari aktivitas pembiayaan sebesar Rp175,16 triliun, penurunan kas
dari aktivitas non anggaran sebesar Rp1,50 triliun, penurunan karena penggunaan SAL
sebesar Rp56,17 triliun, dan penurunan karena penyesuaian pembukuan sebesar Rp0,76
triliun. Dengan demikian, saldo Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung
yang telah disahkan per 31 Desember 2012 menjadi Rp71,58 triliun.
Selain kas di atas, terdapat RekeningPemerintah Lainnya sebesar Rp13,49 triliun,
Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp0,21 triliun, Kas di Bendahara Penerimaan
sebesar Rp0,20 triliun, Kas Lainnya dan Setara Kas sebesar Rp5,45 triliun, dan Kas pada
BLU yang Belum Disahkan sebesar Rp0,08 triliun. Selama tahun 2012 terdapat deposito
(Investasi Jangka Pendek) yang berasal dari Kas pada BLU yang telah disahkan sebesar
Rp0,77 triliun, sehingga saldo akhir Kas dan Bank Pemerintah Pusat sebesar Rp90,24
triliun.
Ringkasan Laporan Arus Kas TA 2012 dan TA 2011 dapat disajikan sebagai berikut.
urnal Realisasi Anggaran Bendahara Umum Daerah (BUD) atau SKPKD selaku PPKD
1.
AKUNTANSI PENDAPATAN PPKD
Akuntansi pendapatan PPKD meliputi pencatatan atas pendapatan dana perimbangan dan
hibah, sebagaimana yang dianggarkan di DPA PPKD. Pendapatan tersebut akan diakui (dijurnal)
pada saat telah diterima di rekening kas umum daerah. Bukti transaksi yang dapat digunakan
sebagai dasar pencatatan dapat berupa nota kredit dan/atau rekening koran Kasda.
Secara umum jurnal yang dibuat ketika pendapatan tersebut telah diterima adalah:
Nama Rekening / Uraian
Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
xxx
Pendapatan ................
xxx
Dengan diterimanya pendapatan, berarti aset berupa kas bertambah dan ekuitas dana
otomatis bertambah pula. Akan tetapi, bertambahnya ekuitas dana akan dicatat melalui rekening
perantara yaitu rekening pendapatan. Di dalam kaidah penjurnalan, bila aset bertambah rekening
aset akan di debit, dalam hal ini yang di debit adalah rekening Kas di Kasda. Sementara itu, bila
pendapatan bertambah akan dikredit, dalam hal ini di sisi kredit pada rekening pendapatan yang
bersangkutan, misalnya Pendapatan DAU, Pendapatan DAK, Pendapatan Pajak, Penerimaan
sisa uang persediaan dari SKPD dan seterusnya.
Contoh :
1.
Pada Tanggal 2 Januari 2014, Diterima setoran sisa uang persediaan dari Dinas Perhubungan Pemprov Jawa Barat
tahun 2014 sebesar Rp 31.500.000,00
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Kas di Kas Daerah
Debet
Rp 31.500.000,00
Uang Muka dari Dinas Perhubungan
2.
Kredit
Rp 31.500.000,00
Pada Tanggal 3 Januari 2014, Diterima pendapatan pajak daerah dari SKPD sebesar Rp 40.000.000,00
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Kas di Kas Daerah
Debet
Rp 40.000.000,00
Pendapatan Pajak Daerah
3.
Kredit
Rp 40.000.000,00
Pada Tanggal 5 Januari 2014, Pemprov Jawa Barat menerima Dana Alokasi Umum sebesar Rp 25.000.000,00
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Debet
Kredit
Kas di Kas Daerah
Rp 25.000.000,00
Pendapatan DAU
2.
Rp 25.000.000,00
AKUNTANSI BELANJA PPKD
Belanja yang dibayar oleh PPKD umumnya dilakukan dengan LS. Jika terjadi pembayaran
belanja, maka sudah terjadi belanja sehingga akun dari masing-masing jenis belanja didebit.
Sementara itu yang dikredit adalah rekening/akun “Kas di Kasda” karena memang uang kas di
Kasda berkurang.
Secara umum jurnal yang dibuat ketika belanja tersebut telah dibayarkan adalah:
Nama Rekening / Uraian
Debet
Belanja ..... (dicatat sesuai nama rekeningnya)
Kredit
xxx
Kas Di Kas Daerah
xxx
Untuk membuat jurnal dengan benar perlu dilakukan analisis atas setiap transaksi
pembayaran belanja dan ditentukan pengaruhnya terhadap aset, kewajiban serta jenis belanja
tertentu dan kemudian ditentukan nama akun / rekening yang didebit dan akan dikredit. Berikut
ini diberikan contoh soal akuntansi belanja pada PPKD.
Contoh :
1.
Pada Tanggal 6 Januari 2014, Diterbitkan SP2D LS untuk belanja subsidi SKPKD sebesar Rp 10.000.000,00
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Belanja Subsidi
Debet
Rp 10.000.000,00
Kas di Kas Daerah
2.
Kredit
Rp 10.000.000,00
Pada Tanggal 7 Januari 2014, Diterbitkan SP2D LS untuk belanja hibah SKPKD sebesar Rp 12.000.000,00
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Belanja Hibah
Debet
Rp 12.000.000,00
Kas di Kas Daerah
3.
Kredit
Rp 12.000.000,00
Pada Tanggal 8 Januari 2014, Diterbitkan SP2D LS untuk belanja barang dan jasa Dinas Perhubungan Pemprov Jawa
Barat sebesar Rp 26.569.600,00. Atas transaksi ini BUD memotong PPN sebesar 10% dan PPh Pasal 22 sebesar 0,5%.
Harga sudah termasuk PPN
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Belanja Barang-Jasa Dinas Perhubungan
Debet
Rp 26.569.600,00
Kas di Kas Daerah
Kas di Kas Daerah
Kredit
Rp 26.569.600,00
Rp 2.548.266,00
Penerimaan PFK PPN
Rp 2.415.418
Penerimaan PFK PPh 22
Rp 132.848,00
Untuk transaksi nomor 3, ditambahkan penerimaan Kas di Kas daerah dari hasil
pemotongan pajak atas pembelian barang-jasa. Pada pemerintahan untuk menghitung pajak, kita
harus mengetahui Dasar Pengenaan Pajak dengan cara menghitung :
DPP = 100/110 x Harga Pokok
Setelah diketahui DPP maka, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. BUD akan
memotong pajak tersebut, sehingga akun pemotongan pajak di kredit dan kas daerah bertambah
akibat pemotongan tersebut sehingga kas di kas daerah ditulis di sisi debit.
Ketika BUD menyetorkan pajak tersebut kepada pusat maka, kita hanya membalikan akun
pajak pada kas di kas daerah.
Contoh
Dari transaksi tanggal 8, BUD menyetorkan pajak tersebut pada tanggal 9 Januari 2014
Jurnal
Nama Rekening / Uraian
Debet
Penyetoran PFK PPN
Rp 2.415.418
Penyetoran PFK PPh 22
Rp 132.848,00
Kas di Kas Daerah
Kredit
Rp 2.548.266,00
BAB I
PENDAHULUAN
AKUNTANSI RUMAH SAKIT
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan yang selalu timbul adalah sulitnya
meramalkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan masyarakat maupun kebutuhan sumber daya
untuk mendukungnya. Di lain pihak Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana
tenaga maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di samping itu
Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk
membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat bekerja dengan
tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
Dengan perubahan sistem keuangan Rumah Sakit serta sistem keuangan Pemerintah secara
keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh Rumah Sakit akan menjadi lebih besar dan terus
meningkat sejalan dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta persiapan
Badan Layanan Umum dari tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif
bagi peningkatan pelayanan, tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya ekses negatif
penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam
mengatasinya.
Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan
adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan
informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan
maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit. Yang menjadi kendala pada
Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua
sistem pencatatan dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual
Basis) dan Basis Kas (Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan
dapat berjalan secara paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya
(kontrol internal), namun dirasakan menjadi beban petugas Rumah Sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Rumah Sakit?
2. Bagaimana struktur dana di Rumah Sakit?
3. Bagaimana siklus transaksi akuntansi di Rumah Sakit?
4. Bagaimana bentuk laporan keuangan pada Rumah Sakit?
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui tentang akuntansi Rumah Sakit
2. Untuk memahami mengenai struktur dana di Rumah Sakit
3. Untuk mengetahui siklus transaksi akuntansi di Rumah Sakit
4. Untuk mengetahui bentuk laporan keuangan di Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN RUMAH SAKIT
Menurut WHO rumah sakit adalah sebagai organisasi sosial dan kesehatan yang berfungsi
menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap dalam hal :
a. Pencegahan dan penyembuhan penyakit;
b. Pelayanan rawat jalan; dan
c. Pusat penelitian biomedis.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian.
2.2 JENIS-JENIS RUMAH SAKIT
Secara umum, rumah sakit berdasarkan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dibagi dalam beberapa jenis :
1. Rumah Sakit Umum
Adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada penderita berbagai jenis penyakit,
pengobatan umum, pembedahan dan sebagainya. Biasanya memiliki institusi perawatan darurat
yang siaga 24 jam untuk memberikan pertolongan pertama.
2. Rumah Sakit Terspesialisasi
Merupakan rumah sakit yang memiliki spesialisasi terhadap suatu penyakit yang
membutuhkan penanganan khusus. Rumah sakit yang dapat dikategorikan sebagai rumah sakit
terspesialisasi antara lain trauma center, rumah sakit anak, gigi, manula, dll. Biasanya rumah sakit
ini memiliki afiliasi dengan universitas atau pusat medis tertentu.
3. Rumah sakit pendidikan/penelitian
Adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di
fakultas kedokteran pada suatu lembaga/universitas. Biasanya digunakan sebagai tempat pelatihan
dokter-dokter muda, uji coba obat baru, atau teknik pengobatan baru.
4. Rumah sakit lembaga/perusahaan
Merupakan rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada anggota lembaga/perusahaan tersebut.
5. Klinik
Merupakan fasilitas medis yang lebih kecil dari rumah sakit dan hanya melayani keluhan
tertentu. Klinik biasanya hanya menerima pasien rawat jalan dan dijalankan oleh lembaga
swadaya masyarakat atau dokter-dokter yang ingin membuka praktik pribadi. Kumpulan klinik
disebut poliklinik.
Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi :
1. Rumah Sakit Milik Pemerintah
Rumah sakit milik pemerintah ini dibedakan menjadi rumah sakit milik pemerintah pusat
yang dikenal Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi dan
kabupaten atau kota yaitu RSUD.
Perbedaan keduanya ada pada kepemilikan dimana RSUP merupakan milik pemerintah
pusat yang mengacu pada Departemen Kesehatan (DepKes), sedangkan RSUD merupakan milik
pemerintah provinsi dan kabupaten atu kota dengan pembinaan urusan kerumahtanggaan dari
Departemen Dalam Negeri. Namun, RSUD tetap berada di bawah koordinasi Departeman
Kesehatan.
Berikut dua jenis rumah sakit milik pemerintah :
a. Rumah sakit milik pemerintah yang tidak dipisahkan
Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah. Contoh : RSUD Banyumas
dan RSUD Tangerang.
b. Rumah sakit milik pemerintah yang dipisahkan
Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah yang dipisahkan, misalnya
milik BUMN PT Aneka Tambang, PT Pelni dan beberapa perusahaan perkebunan Karena rumah
sakit tersebut merupakan bagian dari BUMN, keadaannya sangat bergantung pada kondisi
keuangan BUMN yang menjadi induknya.
2. Rumah sakit berbentuk Badan Layanan Umum (BLU)
BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Tujuan BLU adalah meningkatkan pelayangan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik yang
sehat (PP No. 23/2005 tentang pengelolaan keuangan BLU)
Rumah sakit berbentuk BLU antara lain, RSCM, RS Jantung Harapan Kita, RS Hasan
Sadikin Bandung, RS Makassar, RS Karyadi Semarang, RS Sanglah Denpasar, RS Padang, RS
palembang, dan RS Dr. Sadjito Yogyakarta. Sedangkan RSUD yang sudah dialihkan menjadi
BLUD antara lain RSUD Budi Asih, RSUD Tarakan , Koja, Duren Sawit, RSUD Haji, dan RSUD
Pasar Rebo.
3. Rumah sakit swasta
Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum. Rumah sakit swasta
ada yang dimiliki oleh yayasan keagamaan dan kemanusiaan ataupun dimiliki oleh perusahaan.
2.3 AKUNTANSI DANA DI RUMAH SAKIT
Aplikasi akuntansi dana juga dapat kita lihat dalam praktik akuntansi di rumah sakit.
Namun, harus disadari bahwa tidak semua rumah sakit adalah organisasi yang bersifat nirlaba.
Beberapa rumah sakit dioperasikan sebagai layaknya perusahaan yang mencari laba, bahkan
beberapa diantaranya melakukan penjualan sahamnya di pasar modal. Dalam kasus rumah sakit
yang berorientasi laba, standar akuntansi yang diikuti adalah standar akuntansi keuangan yang
digunakan untuk sektor komersial.
Dalam hal ini dibahas bagaimana aturan dan prinsip-prinsip penggunaan akuntansi dana
dalam rumah sakit di Amerika Serikat (AS). Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta (Private Hospital)
Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accounting
Standards Board – FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan
no.117 tentang Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba.
2. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah (Public Hospital)
Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang
dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards Board – GASB (Dewan Standar
Akuntansi Pemerintah).
Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan
mengharuskan pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund)
Yaitu dana yang tidak dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu.
2. Dana Terikat (Restricted Fund)
Yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya muncuul
karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan. Terikat tidaknya aktiva
tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber keuangan
Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang
paling cocok untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal.
Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
 Dana tidak terikat;
 Dana terikat sementara; dan
 Dana terikat permanen.
2.4
LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT
Dalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang
dihasilkan oleh proses akuntansi, yaitu:
1. Neraca
Terdiri dari :
 Aktiva dan utang diklasifikasi menjadi:
 Aktiva lancar – aktiva tetap
 Utang lancar – utang jangka panjang
 Aktiva bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan:
 Aktiva bersih tidak terikat;


Aktiva bersih terikat temporer; dan
Aktiva bersih terikat permanen
Neraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun proses
penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca perusahaan yang
sering kita kenal disektor komersial namun demikian ada beberapa hal yang secara khusus perlu
diperhatikan antara lain:
a. Kas
Jumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang tidak
dapat digunakan untuk kegiatan operasi.
b. Piutang
Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.
c. Investasi
Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar pada
saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.
d. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.
e. Aktiva yang Disisihkan
Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang penggunaannya
dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana tersebut.
f. Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang dilaporkan pada neraca.
g. Saldo Dana
Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh rumah
sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara waktu, dan terikat permanen.
2. Laporan Operasi
Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi
(Statement of Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung dan rugi,
serta transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan. Dalam laporan
operasi harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih dalam perusahaan, yang
melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit selama periode berjalan. Indikator kinerja ini harus
mencakup baik laba ataupun rugi operasi selama periode berjalan maupun laba langsung yang
diperoleh selama operasi berjalan. Perubahan lain dari saldo dana selama periode berjalan harus
dilaporkan setelah indikator kinerja.
Berikut adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:
a. Pendapatan Jasa Pasien
Pendapatan jasa pasien dihitung dari jumlah bruto dengan menggunakan tarif standar.
Jumlah tersebut kemudian di kurangi dengan penyesuaian kontraktual (contractual adjusments)
menjadi Pendapatan Bersih Jasa Pasien.
b. Penyesuaian Kontraktual
Penyesuaian kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses penggantian
pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti kurang dari jumlah tarif standar
penuh untuk jasa medis yang disediakan bagi pasien yang menjadi tanggunan asuransi. Meskipun
rumah sakit memiliki tarif standar untuk jasa yang diberikan, namun rumah sakit menjalin kontrak
dengan pembayar pihak ketiga di mana rumah sakit menerima jumlah pembayaran yang lebih
rendah untuk jasa tersebut.
c. Pendapatan dari Kegiatan Lainnya
Pendapatan dari kegiatan lain mencerminkan pendapatan dari sumber-sumber bukan pasien,
seperti kantin dan sewa parkir. Pendapaatan ini biaaanya mencerminkan jumlah bersih dari
operasinya, jadi bukan jumlah brutonya.
d. Transfer Antardana
Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika persyaratan yang
ditetapkan oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi. Dalam hal ini aktiva tersebut harus
ditransfer dari Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat. Untuk tujuan pelaporan keuangan, transfer
antar dana ini dilaporkan dalam Laporan Operasi sebagai “Pelepasan Saldo Dana” dan
ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana Tidak Terikat.
1.
2.
3.
4.
Contoh Pendapatan:
Pendapatan operasioal rawat jalan: karcis umum dan karcis spesialis;
Pendapatan operasional rawat inap: akomodasi dan visite;
Pendapatan tindakan medis: tindakan medik, dan tindakan keperawatan; dan
Pendapatan operasional unit penunjang: rasiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, dan rehab
medik.
e. Beban Dana Umum
Beban-beban dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya pada entitas komersial.
Contoh beban :
1. Biaya pelayanan: bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan, pemeliharaan, asuransi, langganan
dan daya, pelatihan, dan penelitian; dan
2. Biaya umum dan administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan, pemelihataan,
langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.
f. Sumbangan
Sumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang terbentuk jasa dan berbentuk aktiva.
Karena sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi yang berbentuk jasa, maka nilai dari
donasi ini biasanya tidak dicatat. Namun, jika terdapat kebutuhan untuk melakukan pencatatan,
maka perkiraan nilai dari donasi jasa dicatat sebagai sumbangan yang langsung diikuti dengan
beban dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang berbentuk aktiva dilaporkan pada nilai
wajar pada tanggal diterimanya sebagai sumbangan jika donasi aktiva ini penggunaannya dibatasi
oleh pihak sponsor atau donor maka dilaporkan dalam Dana Terikat Sementara atau Dana Terikat
Permanen. Ketika pembatasannya sudah tidak berlaku lagi, maka dilakukan transfer dari Dana
Terikat ke Dana Umum.
3. Laporan Perubahan Aktiva Bersih
Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang Tidak Terikat,
Terikat Sementara, dan terikat Permanen.
4. Laporan Arus Kas
Format dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial.
Laporan arus kas terdiri dari:
1. Aktivitas operasi;
2. Aktivitas investasi; dan
3. Aktivitas pendanaan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Terdiri dari :
1. Gambaran umum RS;
2. Iktisar kebijakan akuntansi; dan
3. Penjelasan pos-pos laporan keuangan.
Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang
sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pendahuluan;
Laporan Keuangan;
Akuntansi Aktiva;
Akuntansi Kewajiban;
Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas);
Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih;
Laporan Arus Kas;
h. Catatan Atas Laporan Keuangan;
i. Ilustrasi Laporan Keuangan; dan
j. Rasio Keuangan
2.5 RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU)
1. Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
Pengertian atau definisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yaitu : Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi danproduktivitas”.
Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam
Pasal 1 angka 1 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Tujuan dibentuknya BLU adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa “Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Kemudian ditegaskan kembali dalam PP No. 23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari
asal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa “BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat”.
Sedangkan Asas BLU diatur menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, yaitu:
a. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
1)
didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya;
Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan
instansi induk;
BLU tidak mencari laba;
Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah; dan
Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU memiliki suatu
karakteristik tertentu, yaitu :
Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan Negara;
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;
Tidak bertujuan untuk mencarai laba;
Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;
Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada instansi induk;
Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung;
Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil; dan
BLU bukan subyek pajak.
b.
c.
d.
e.
Selain itu, sekalipun BLU dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas
ala korporasi, namun terdapat beberapa karakteristik lainnya yang membedakan pengelolaan
keuangan BLU dengan BUMN/BUMD, yaitu:
a. BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
b. Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta
dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang
bersangkutan;
c. Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan
teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang
bersangkutan;
d. Pembinaan keuangan BLU instansi pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan
daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang
e.
f.
g.
h.
i.
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;
Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja BLU disusun
dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan laporan
kinerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah;
Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan
pendapatan negara/daerah;
Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja yang bersangkutan;
BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain; dan
j. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam peraturan pemerintah
(dhi. PP No. 23 Tahun 2005).
B. Rumah Sakit Sebagai BLU
Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit Pelanggan baik eksternal maupun
internal mempunyai keinginan- keinginan ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan oleh
rumah sakit. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh
rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan
mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer satisfaction), sedangkan tenaga
profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi,
sedangkan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Jadi mutu dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang
Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar pelayanan
minimum yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinanlembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai
dengan kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan
layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah sakit pemerintah
di daerah (RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan
peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1) Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang
terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;
2) Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan;
3) Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional
sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
4) Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya
untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD;
5) Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat memungut biaya
kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar
a.
b.
c.
d.
perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh
rumah sakit kepada menteri keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD sesuai dengan
kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/kepala daerah dengan peraturan
menteri keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Kontinuitas dan pengembangan layanan;
Daya beli masyarakat;
Asas keadilan dan kepatutan; dan
Kompetisi yang sehat.
Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan demikian rumah sakit
pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala macam
tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran
ataupu subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung
untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis
pada unit cost, pasar (kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif
tersebut diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu
diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada prosentase tertentu namun berdasar pada
kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui
mekanisme usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada
pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan DPRD.
 Pengelolaan Keuangan
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang Pemerintahan
Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008), UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun
2002 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD, kemudian PP No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, dan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, membuat rumah sakit pemerintah daerah harus
melakukan banyak penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun
penganggarannya, termasuk penentuan biaya.
Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah mengalami
perubahan menjadi BLU. Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan tidak lagi
kepada Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen Keuangan, sehingga harus mengikuti
standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu pada prinsip-prinsip akuntabilitas,
transparansi dan efisiensi. Anggaran yang akan disusun pun harus berbasis kinerja (sesuai dengan
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).
Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari
indikator input, indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008
tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, dan khusus untuk
RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan berdasarkan Permendagri Permendagri No.
61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
 Pelaporan dan Pertanggungjawaban
BLU sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan merupakan organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba. Sesuai dengan
Pasal 26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa “Akuntansi dan laporan
keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan
oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia”. Ketentuan ini menimbulkan inkonsistensi, karena BLU
merupakan badan/unit atau organisasi pemerintahan yang seharusnya menggunakan PSAP atau
Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 menggunakan PSAK
(Standar Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi kepemerintahan yang
bersifat nirlaba, maka rumah sakit pemerintah daerah semestinya juga menggunakan SAP bukan
SAK.
Laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah merupakan laporan yang disusun oleh
pihak manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan keuangan
tersebut merupakan penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah harus mengikuti
ketentuan untuk pelaporan keuangan sebagaimana diatur menurut SAK, yaitu sebagai organisasi
nirlaba (PSAK No. 45) dan menyanggupi untuk laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor
independen. Laporan keuangan rumah sakit yang harus diaudit oleh auditor independen.
Adapun Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang disusun harus
menyediakan informasi untuk:
1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;
2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas dan
laporan arus kas);
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporan posisi keuangan);
4. Mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas).
Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca). Klasifikasi aktiva
dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya. Sedangkan aktiva bersih
diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan terikat permanen. Yang
dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan
oleh penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya
oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode
tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu;
b. Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan aktiva bersih);
c. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan;
d. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer,
dan perubahan klasifikasi aktiva bersih.
Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah dengan laporan
keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan pemerintah daerah, maka
rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi
keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP (Pasal 6 ayat (4) PMK No.
76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum).
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan
Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27 PP No. 23 tahun 2005, maka
rumah sakit pemerintah daerah dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan
kegiatan pelayanannya, menyusun dan menyajikan:
1. Laporan Keuangan; dan
2. Laporan Kinerja.
a.
b.
c.
d.
Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:
Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;
Neraca;
Laporan Arus Kas; dan
Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah tersebut sebelum disampaikan kepada
entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam hal tidak terdapat satuan
pemeriksaan intern, reviu dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga.
Reviu ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan
Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
2.6
MANFAAT AKUNTANSI RUMAH SAKIT
Fungsi utama akuntansi di Rumah sakit adalah sebagai sumber informasi yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah dan perencanaan untuk keberhasilan
pengembangan Rumah Sakit. Secara umum akuntansi tidak lepas dari biaya (cost), dengan
perhitungan biaya yang berbeda akan menghasilkan akuntansi biaya yang berbeda pula serta
berdampak pada pengambilan keputusan yang berbeda. Dengan demikian untuk pengambilan
keputusan yang tepat serta keberhasilan perencanaan diperlukan sistem dan pelaksanaan akuntansi
Rumah Sakit secara optimal.
Sistem akuntansi Rumah Sakit Pemerintah bertujuan untuk memberikan pengendalian dan
pengawasan terhadap jalannya keuangan rumah sakit, terlebih lagi saat ini Rumah Sakit telah
ditetapkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ataupun sebagai Badan Layanan
Umum yang penerimaannya harus disetor ke Negara melalui Kantor Kas Negara. Dan membantu
dalam upaya memantau peningkatan perkembangan kinerja dan nilai Rumah Sakit.
2.7
IMPLEMENTASI AKUNTANSI RUMAH SAKIT
Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Sistem keuangan Rumah Sakit mengalami
perubahan secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh Rumah Sakit akan menjadi
lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) serta persiapan Badan Layanan Umum dari tahun ke tahun.
Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi peningkatan pelayanan, juga
membuka peluang untuk menghindari penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan
negara. Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan
adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan
informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan
maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan dalam Rumah Sakit. Kendala pada Rumah Sakit
yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan
dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas
(Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan secara
paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun
hal ini dirasakan menjadi beban bagi petugas Rumah Sakit.
Dalam penerapannya RS Pemerintah menggunakan Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel yaitu
sistem yang hanya dicatat "penerimaan" dari pengeluaran uang, sehingga sebetulnya sistem ini
sangat sederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Di samping itu
pengawasan menjadi lebih mudah. Penerimaan akan dicatat jika telah diterima uang dan
pengeluaran dalam satu tahun anggaran yang ditentukan. Serta menggunakan Sistem Accrual
Basis yaitu sistem transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak diterima
atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain
penghasilan diakui pada saat penyerahan jasa, bukan pada saat kas diterima; dan biaya diakui pada
saat terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan. Dengan metode aktual, harta di akui pada saat
diperoleh kepemilikannya.
Rumah Sakit Pemerintah dalam mengelola keuangannya menggunakan sistem akuntansi
yang hasil akhirnya adalah Laporan keuangan. Walaupun Rumah Sakit Pemerintah berorientasi
sosial atau nir laba, namun dengan perubahan menjadi Unit Swadana, maka mencari laba usaha
adalah penting walaupun bukan menjadi tujuan utama pendirian Rumah Sakit tersebut. Rumah
Sakit Pemerintah menggunakan Laporan Hasil Usaha dalam melaporkan hasil usahanya, tetapi
berbeda dengan badan usaha lainnya atau Rumah Sakit yang berbentuk PT, pada Rumah Sakit
Swadana tidak ada bagian yang diserahkan kepada pemilik sebagai dividen.
Pembuatan sebuah Neraca juga disebut laporan posisi keuangan yang menunjukkan kondisi
atau posisi keuangan suatu entitas pada suatu tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi
keuangan adalah : posisi dari aktiva atau harta, kewajiban dan Modal. Dalam membuat neraca
keuangan rumah sakit menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan pembelanjaan dan
pendekatan sumber daya.
Setelah itu di buatlah sebuah Laporan Arus Kas Rumah Sakit yang berisi informasi tentang
arus kas/setara kas masuk dan ke luar selama periode tertentu yang berasal dari aktivitas operasi,
investasi yang berjangka pendek dan pendanaan. Yang bertujuan untuk menilai kemampuan
organisasi Rumah Sakit dalam menghasilkan kas dan menilai kebutuhan arus kas ke luarnya.
Karena dengan membaca laporan arus kas dapat diketahui jumlah kas yang dihasilkan dalam suatu
periode, berapa yang berasal dari kegiatan operasional, investasi dan pendanaan, berapa jumlah
kas yang dikeluarkan untuk supplier, karyawan, membayar bunga, pengembalian pinjaman dan
bagaimana terjadinya SHU dengan penerimaan dan engeluaran kas.
2.8 KENDALA DAN HAMBATAN AKUNTANSI RUMAH SAKIT PEMERINTAH
a. Ketepatan waktu; Laporan yang tertunda dapat menghasilkan informasi yang kurang relevan.
Sebaliknya untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu seringkali mengurangi keandalan
informasi. Untuk mengimbangkan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil
keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan.
b. Keseimbangan biaya dan manfaat; Biaya membuat informasi jelas harus lebih rendah dari
manfaatnya. Pertimbangan ini jelas berdampak pada cara pencatatan dan penyajian laporan
akuntansi yang dipilih.
c. Masih minimnya kesadaran pegawai rumah sakit untuk menerapkan pelaporan keuangan secara
bersih dan transparan sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan.
d. Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk
membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat bekerja dengan
tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
e. Masih sulitnya Rumah Sakit Pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas peranan
akuntansi pertanggungjawaban dalam mengendalikan dan mengevaluasi kinerja manajemen
rumah sakit.
f. Dalam Rumah Sakit Masih banyak terdapat Earning management merupakan praktek yang
membuat laporan keuangan dapat diatur karena disajikan menurut tujuan dari penyusunnya.
2.9
SIKLUS TRANSAKSI RUMAH SAKIT
Siklus transaksi rumah sakit, yaitu siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus pelayanan,
dan siklus keuangan, dan siklus pelaporan keuangan, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah
ini.
1. Siklus pendapatan terkait dengan pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien atau pihak
lain dan penerimaan pembayaran pasien atau tagihan dari pihak lain.
2. Siklus pengeluaran terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa dari pihak lain dan pelunasan
utang dan kewajibannya.
3. Siklus produksi/pelayanan terkait dengan transformasi sumber daya rumah sakit menjadi jasa
pelayanan rumah sakit.
4. Siklus keuangan terkait dengan perolehan dan pengelolaan capital fund (dana modal), seperti
modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid lainnya) dan sumber dana jangka panjang.
5. Siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan siklus operasi (operating cycle) sebagaimana
empat siklus pertama di atas. Siklus ini memperoleh data operasi dan akuntansi dari siklus yang
lain dan memprosesnya menjadi laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
1. Jurnal Transaksi
Merupakan catatan tentang transaksi ekonomi yang terjadi didalam organisasi. Penjurnalan
dilakukan setiap kali terjadi transaksi, jurnal berisi informasi tentang:
a. Tanggal transaksi
b. Nama akun dan jumlahnya yang harus didebet dan di kredit
c. Keterangan singkat atas transaksi tersebut
d. Pendebetan dicatat disisi kanan dan pengkreditan dicatat pada sisi kiri
Contoh jurnal :
 Tanggal 5 Oktober 2015 terjadi pembelian barang farmasi secara tunai sebesar Rp500.000, Tanggal 7 Oktober mencatat pendapatan dari pasien umum, berdasarkan formulir kuitansi yang
diperoleh dari kasir, dengan perincian: biaya pendaftaran Rp5.000, biaya pemeriksaan dan
tindakan Rp15.000, dan biaya obat Rp60.000 (harga pokok obat Rp50.000).
Jurnal Umum
Tgl
Keterangan
5 Okt Persediaan-Barang Farmasi
Kas
7 Okt Kas
Pendapatan-Pendaftaran
Pendapatan-Pelayanan
Halaman 1
Ref Debet
Kredit
Rp500.000
Rp500.000
80.000
5.000
15.000
Pendapatan-Apotek
Biaya/beban Obat
Persediaan-Barang Farmasi
60.000
50.000
50.000
2. Posting Ke Buku Besar
Pemindahan akun yang dicatat dalam buku jurnal ke dalam buku besar.
Langkah-langkah:
a.
Masukkan tanggal posting, jumlah yang didebet dan yang di kredit didalam jurnal dan ke dalam
kolom-kolom yang sesuai di dalam buku besar.
b. Di dalam kolom referensi pada jurnal, masukkan nomor akun buku besar.
Tgl
Keterangan
Persediaan-Barang Farmasi
Ref
Debet
121 Rp500.000
101
Kredit
Kas
5
Okt
Rp500.000
7 Okt
Kas
Tgl
1 Okt
5
Kas
Pendapatan-Pendaftaran
Pendapatan-Pelayanan
Pendapatan-Apotek
Biaya/beban Obat
Persediaan-Barang Farmasi
Keterangan
Saldo awal
101
401
402
403
501
121
Ref
J1
Debet
Rp600.000
80.000
5.000
15.000
60.000
50.000
50.000
Kredit
No.101
Saldo
Rp500.000 Rp100.000
Okt
7 Okt
Persediaan-Barang Farmasi
Tgl
Keterangan
5 Okt
7 Okt
Pendapatan Pendaftaran
Tgl
Keterangan
7 Okt
J1
Rp 80.000
Rp180.000
No.121
Saldo
Ref
Debet
Kredit
J1
Rp500.000
J1
Rp50.000 Rp500.000
Rp450.000
Ref
J1
Debet
Kredit
Rp5.000
No.401
Saldo
Rp5.000
Pendapatan Pelayanan
Tgl
Keterangan
7 Okt
Ref
Debet
J1
Rp15.000
Pendapatan Apotik
Tgl
Keterangan
7 Okt
Ref
J1
Biaya/Beban Obat
Tgl
Keterangan
5 Okt
7 Okt
No.501
Ref
Debet
Kredit
Saldo
J1
Rp500.000
Rp500.000
J1
Rp50.000 Rp450.000
Debet
Kredit
Kredit
Rp60.000
No.402
Saldo
Rp15.000
No.403
Saldo
Rp60.000
3. Daftar Saldo / Neraca Saldo

Daftar saldo atau neraca saldo ini disusun berdasarkan saldo akhir yang terdapat dalam setiap
akun individual atau buku besar.

Disusun pada akhir periode ketika akan membuat laporan keuangan.
RUMAH SAKTI “HARAPAN SEHAT”
DAFTAR SALDO
31 OKTOBER 2011
NAMA AKUN
DEBET
KREDIT
Kas
Rp430.000
Piutang Pelayanan
50.000
Persediaan Rumah Tangga
450.000
Hutang Usaha
185.000
Hutang Gaji
Rp100.000
Pendapatan Diterima di Muka
50.000
Ekuitas
100.000
Surplus Tahun Lalu
800.000
Pendapatan Pendaftaran
Pendapatan Pelayanan
Pendapatan Apotik
Pendapatan
Beban Obat
Beban Bahan Habis Pakai
Total
50.000
5.000
15.000
60.000
50.000
15.000
Rp1.180.000 Rp1.180.000
4. Jurnal Penyesuaian
Hal-hal yang menyebabkan perlunya penyesuaian antara lain:
 Transaksi tidak mungkin dicatat secara harian dengan pertimbangan efisiensi.
 Beberapa biaya tidak dicatat dalam periode waktu tertentu, karena biaya tersebut berkaitan dengan
berlalunya waktu dan bukan merupakan akibat dari pemakaian sumber daya sehari-hari.
 Transaksi tidak dicatat karena sebab lain.
Jurnal penyesuaian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Defferals

Prepaid Expenses-Beban/biaya telah dibayar tunai dan dicatat sebagai aset sebelum digunakan
atau dikonsumsi.

Unearned Revenue-Kas telah diterima dan dicatat sebagai hutang (kewajiban) sebelum
pendapatan diperoleh.
2. Accruals
 Accured Revenues-Pendapatan telah diperoleh tetapi kas belum diterima atau belum dilakukan
pencatatan.
 Accrual-Expenses-Beban telah terjadi tetapi kas belum dibayarkan atau belum dilakukan
pencatatan.
Contoh Jurnal Penyesuaian:
1. PREPAID EXPENSE
a. bahan habis pakai

Tanggal 5 Oktober rumah sakit membeli bahan habis pakai secara kredit seharga Rp2.500.000.
Bahan habis pakai ini diperkirakan akan habis dalam waktu 3 bulan.

Tanggal 31 Oktober bahan habis pakai yang tersisa senilai Rp1.000.000
Tgl
Keterangan
Ref Debet
Kredit
5 Okt
Bahan habis Pakai
Rp2.500.000
Hutang Usaha
Rp2.500.000
31 Okt Beban/Biaya Bahan Habis
1.500.000
Pakai
Bahan Habis Pakai
1.500.000
b. Asuransi

Tanggal 5 Oktober membayar polis asuransi sebesar Rp600.000, akan jatuh tempo pada tanggal
30 September tahun yang akan datang.
Tgl
Keterangan
5 Okt
Asuransi Dibayar Dimuka
Kas
31 Okt Beban asuransi
Asuransi Dibayar dimuka
Ref
Debet
Rp600.000
Kredit
Rp600.000
50.000
50.000
c.
Depresiasi Aset Tetap

Tanggal 1 Oktober rumah sakit membeli peralatan kantor seharga Rp5.000.000 secara kredit
dengan umur ekonomis 5 tahun.
Tgl
Keterangan
5 Okt
Peralatan Kantor
Hutang Usaha
31 Okt Biaya Depresiasi
Akumulasi Depresiasi
Ref
Debet
Kredit
Rp5.000.000
Rp5.000.000
1.000.000
1.000.000
2. UNEARNED REVENUE

Tanggal 5 Oktober, rumah sakit menerima dana jamkesmas sebesar Rp1.000.000.

Tanggal 31 Oktober, berdasarkan analisis yang dilakukan pendapatan yang terealisasi adalah
Rp500.000.
Tgl
5 Okt
31 Okt
Keterangan
Kas
Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan Pelayanan
Ref
Debet
Kredit
Rp1.000.000
Rp1.000.000
500.000
500.000
3. ACCRUED REVENUE

Tanggal 31 Oktober rumah sakit melakukan tagihan kepada pasien sebesar atas pelayanan sebesar
Rp100.000, tetapi pasien akan membayar bulan depan.
Tgl
Keterangan
Ref Debet
31 Okt Piutang Usaha
Rp100.000
Pendapatan Pelayanan
Kredit
Rp100.000
4. ACCRUED EXPENSE

Tanggal 31 Oktober, rumah sakit mempunyai kewajiban untuk membayar gaji karyawan sebesar
Rp250.000, tetapi baru akan dibayarkan pada tanggal 5 November.
Tgl
31 Okt
Keterangan
Beban Gaji
Hutang Gaji
Ref
Debet
Rp250.000
Kredit
Rp250.000
5. Penyelesaian Dalam Siklus Akuntansi

Kertas Kerja (Work Sheet);

Jurnal Penutup;

Jurnal Koreksi: dan

Jurnal Pembalik.
1. Kertas kerja/worksheet
Alat kerja akuntan yang digunakan dalam proses pembuatan jurnal penyesuaian dan laporan
keuangan.
Langkah-langkah pembuatan kertas kerja:
a. Membuat daftar saldo (neraca saldo), yang diambil dari setiap akun individu dalam buku besar.
b. Membuat penyesuaian dalam kolom penyesuaian.
c. Membuat daftar saldo setelah penyesuaian.
d. Menggolongkan akun-akun ke dalam akun neraca dan akun operasi.
e. Menyusun laporan keuangan (laporan operasi, neraca dan arus kas).
6. Jurnal Penutup

Berfungsi untuk menutup akun-akun temporer.

Memindahkan surplus/ defisit ke akun permanen/neraca.
Contoh Jurnal Penutup: Menutup akun Pendapatan dan Biaya
Tgl
Keterangan
Debet
Kredit
31 Okt Pendapatan Pelayanan
Rp10.600.000
Ikhtisar S/D
Rp10.600.000
31 Okt
Ikhtisar S/D
Biaya Obat
Biaya Habis Pakai
Biaya Depresiasi
Biaya Gaji
Biaya Sewa
Biaya Bunga
Rp7.740.000
Rp1.500.000
40.000
50.000
5.200.000
900.000
50.000
Contoh Jurnal Penutup: Menutup Akun Pembantu (Ikhtisar S/D) ke akun permanen
Tgl
Keterangan
Debet
Kredit
31 Okt Ikhtisar S/D
Rp2.860.000
Surplus tahun berjalan
Rp2.860.000
7. Jurnal Pembalik/ Jurnal Reversi

Merupakan pilihan (bisa dilakukan atau tidak)

Dibuat pada awal periode akuntansi

Merupakan lawan dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat pada periode sebelumnya.

Untuk memudahkan proses akuntansi pada periode selanjutnya.
Download