Teori Teori adalah suatu hipotesis yang telah diuji beberapa kali dan mampu menjelaskan mengenai fakta atau fenomena hasil observasi dan dapat melakukan prediksi atau perkiraan kedepan tentang fakta atau fenomena tersebut. Begitu juga sebaliknya, bahwa suatu hipotesis yang telah diuji beberapa kali tetapi tidak mampu menjelaskan fakta atau fenomena hasil observasi maka hipotesis tersebut belum bisa diartikan sebagai sebuah teori. Suatu teori dapat dikatakan benar apabila teori tersebut telah diuji oleh beberapa atau banyak orang yang berbeda dan banyak cara untuk mengujinya sehingga kita dapat meyakini teori tersebut secara nalar. Dikalangan masyarakat awam, kata “teori“ sering kita dengar, namun istilah teori dimasyarakat tidaklah sama artinya dengan teori yang dipahami oleh ilmuwan. Ungkapan teori yang dimaksudkan oleh masyarakat awam adalah suatu dugaan yang belum dibuktikan dan belum teruji. Oleh para ilmuwan pengertian teori di masyarakat awam inilah yang disebut sebagai hipotesis. Sebagai contoh adalah “Teori Evolusi”. Perdebatan tentang “teori evolusi” ini tidak akan pernah selesai kalau tidak kita bedakan secara definisi. Bagi ilmuwan teori adalah suatu hipotesis yang telah teruji dan diperoleh kebenaran dari beberapa kali pengujian. Hukum Hukum adalah teori yang telah diuji secara ekstensif dan tidak pernah gagal dalam suatu pengujian. Pengujian teori tersebut dilakukan secara berulang dan tidak ditemukan lagi dari teori tersebut sesuatu hal yang bertentangan. Dengan kata lain, hasil dari pengujian teori tersebut walau dilakukan dengan berbagai cara dan metoda akan menghasilkan nilai tetap dan tidak mempunyai keraguan didalamnya. Contoh: suatu benda yang berada dalam suatu ruangan dingin akan menjadi dingin jika dibiarkan dalam beberapa waktu, kecuali benda tersebut memperoleh masukan panas dari suatu sumber. Apabila dalam rentang waktu tertentu lahir sebuah hukum baru yang tidak dapat dijelaskan oleh hukum sebelumnya, maka tidak serta merta hukum yang sebelumnya tersebut luntur begitu saja. Ini berarti hukum yang sebelumnya itu mempunyai batasan tertentu. Silet Ockham (Ockham Razor) Silet Ockham adalah sebuah prinsip yang dihubungkan oleh ahli logika dan pendeta Fransiskan pada abad ke-14 bernama William Ockham. Beliau menyatakan bahwa penjelasan dari suatu fenomena sebaiknya harus sesedikit mungkin asumsi yang dipakai, membuang asunsi yang tidak membuat perbedaan hasil prediksi dalam membuktikan hipotesis atau teori. Dalam bahasa Latin prinsip ini disebut lex parsimoniae, hukum hemat atau hukum ekonomi atau hukum keringkasan. Apabila ada beberapa hipotesis yang mirip dan saling bersaing satu sama lain, maka prinsip silet Ockham ini sangat disarankan dalam memilih sebuah hipotesis. Disarankan untuk memilih hipotesis yang mempunyai asumsi paling sedikit. Sebuah hipotesis yang mamakai banyak asumsi akan mengakibatkan besarnya kesalahan terhadap hipotesis tersebut, karena asumsi itu lahir untuk menyederhanakan sebuah permasalahan. Jika sebuah permasalahan terlalu banyak disederhanakan maka fokus permasalahan tersebut akan melenceng. Sehingga hipotesis yang memakai sedikit asumsi akan lebih membantu kita dalam menguji hipotesis tersebut. Teori atau hipotesis sebaiknya dibuat sesederhana mungkin, tetapi tidak disederhana-sederhanakan. Untuk membuat sebuah teori atau hipotesis dibutuhkan sebuah penjelasan dan penjelasan yang terbaik itu adalah penjelasan yang sederhana. Dengan penjelasan yang sederhana orang akan lebih mudah memahami sebuah teori atau hipotesis. Secara ringkas prinsip silet Ockham ini membuat hukum dengan prinsip yang sederhana. Sedapat mungkin hukum yang terbentuk adalah universal, bisa digunakan dan dipakai oleh berbagai penelitian berbeda. Mudah dimengerti dan kalau bisa dapat dijadikan hukum referensi untuk membentuk hukum yang baru. 1 Langkah-langkah Metoda Ilmiah Membuat Observasi Buat hipotesis untuk menjelaskan observasi Lolos Menguji hipotesis Salah Lolos berkalikali Hipotesis menjadi Teori Lolos Menguji teori Salah Lolos berkalikali Teori menjadi Hukum Salah Dari bagan di atas dapat dijelaskan langkah-langkah metoda ilmiah sebagai berikut: 1. Membuat suatu observasi. Pada saat mendesain observasi ini kita telah membuat asumsi. Disarankan membuat asumsi sesederhana mungkin. 2. Dari hasil observasi terbentuk hipotesis. Hipotesis yang terbentuk juga memakai asumsi. 3. Hipotesis yang terbentuk perlu dilakukan pengujian berulang-ulang. Jika hipotesis ini salah maka kita harus mengganti hipotesis awal tadi dengan yang baru dan seandainya hipotesis ini benar serta telah berkali-kali lolos dengan berbagai cara dan metoda yang berbeda maka hipotesis ini menjadi sebuah teori. 4. Sebuah teori juga butuh pengujian. Apabila dari pengujian tersebut teori ini ternyata salah maka teori yang digunakan ini harus dibuang dan kita kembali membuat hipotesis yang baru. Dan jika teori ini benar serta telah berkali-kali lolos dari berbagai cara dan metoda yang berbeda juga maka toeri ini menjadi sebuah Hukum. Seperti halnya teori, hukum ini juga perlu diuji. Apabila ternyata setelah pengujian hukum ini salah, maka kita kembali ke langkah kedua yaitu membentuk hipotesis baru untuk kembali menemukan teori dan hukum selanjutnya. 2 Daftar Pustaka Miharja, Dadang k., 2004. Metodologi Penelitian Sains Kebumian. Jurusan Oseanografi FITB. ITB. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_fisika 3