RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR ACEH TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI ACEH USULAN/SARAN/MASUKAN GUBERNUR ACEH Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 30 ayat (3) dan pasal 33 ayat (2) qanun aceh nomor 2 tahun 2011 tentang pengelolaan lingkungan hidup, perlu menetapkan peraturan gubernur tentang pelaksanaan pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup di aceh. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara Indonesia Tahun 195 (Lembaran Negara Republik 6 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah - 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan -1- Hidup (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); - 6. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pejabat Pengawas Limgkungan Hidup Daerah;Qanun Aceh Nomor 15 Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 05; 7. Permendagri No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 8. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR ACEH TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI ACEH -2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang gubernur. 2. Pemerintah Aceh adalah Pemerintah Daerah Provinsi dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19945 yang menyelenggarakan urusan pemerintah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. 3. Pemerintah Daerah Aceh yang selanjutnya disebut Pemerintah Aceh adalah unsur penyelenggara pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan perangkat daerah Aceh. 4. Gubernur adalah kepala Pemerintah Aceh yang dipilih melalui suatu proses demokratis yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. 5. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Aceh adalah pegawai negeri sipil yang berada pada Instansi yang bertanggung jawab masalah lingkungan hidup sdaerah yang memenuhi persyaratan dan diangkat oleh Gubernur/Kepala Badan Lingkungan Hidup Aceh. -3- 6. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain. 7. Peranserta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan prakarsa. 8. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 9. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. 10. Kualitas air adalah kondisi air yang diukur dan/atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan 11. kualitas udara adalah kondisi udara yang diukur dan/atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan 12. Kerusakan hutan dan lahan adalah proses dimana lingkungan biofisik berubah akibat aktivitas manusia dan bencana alam 13. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuhmenyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. 14. Emisi Gas Rumah Kaca merupakan gas -4- diatmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer 15. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan. 16. Proses produksi adalah merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan factor-fakor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana aga lebih bermanfaat bagi manusia. 17. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. 18. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. 19. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. 20. Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. 21. Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat luas. 22. Penggunaan system peringatan dan pencegahan dini adalah proses monitoring situasi dalam masyarakat atau daerah yang diketahui rawan terhadap bahaya -5- 23. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan 24. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk usaha dan/ atau kegiatan ladang dan/atau kebun bagi masyarakat. 25. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengena sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 26. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 27. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 28. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. -6- 29. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. 30. Pemantauan Lingkungan Hidup merupakan kegiatan terencana secara teratur dan terjadwal untuk mengukur, mencatat, mengamati parameterparameter lingkungan dari suatu kegiatan usaha atau industri. 31. Pengawasan Lingkungan Hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidupuntuk mengetahui tingkat ketaatan penanggungjawab usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup maupun perizinan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman di dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup di Aceh. (2) Tujuan dari peraturan ini adalah untuk memberikan arahan pelaksanaan pemantauan dan pengawasan dalam pengelolaan lingkungan hidup. -7- BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) Pelaksanaan pemantauan lingkungan meliputi : a. Pemantauan kualitas air b. Pemantauan kualitas udara c. Pemantauan kerusakan hutan dan lahan. d. Pemantauan kualitas tanah e. Pemantauan kawasan DAS f. Pemantauan kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil g. Pemantauan Emisi Gas Rumah Kaca h. Pemantauan limbah (2) Pelaksanaan pengawasan lingkungan meliputi: a. Penaatan persyaratan yang dicantumkan dalam izin lingkungan; b. Proses produksi yang diperkirakan dapat menjadi sumber pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup; c. Sistem pengelolaan sumber pencemar air, padat, udara dan limbah B3; d. Sistem pengelolaan limbah cair, padat, udara dan B3; e. Penggunaan system peringatan dan pencegahan dini; dan f. Hal-hal lainnya yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan. BAB IV Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup Pasal 4 (1) Gubernur berwenang melakukan pemantauan terhadap perubahan alam yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. (2) Dalam melakukan pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur melalui Instansi yang -8- bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dapat menetapkan petugas pemantau. Pasal 5 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Petugas pemantau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berwenang melakukan observasi dan koordinasi dengan pihak terkait dalam pengumpulan fakta. (2) Petugas pemantau wajib dilengkapi dengan surat penugasan dari Pejabat yang berwenang. Pasal 6 Tata cara pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) sebagaimana diatur pada Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. BAB V Pelaksanaan Pengawasan Lingkungan Hidup Pasal 7 (1) Gubernur berwenang melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. (2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur dapat menetapkan pejabat pengawas yang berwenang melakukan pengawasan. -9- Pasal 8 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berwenang meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tetentu, mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan/atau kegiatan. (2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi permintaan Pejabat pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pejabat pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan. Pasal 9 Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: a. mengizinkan Pejabat pengawas memasuki lingkungan kerjanya dan membantu terlaksananya tugas pengawasan; b. memberikan keterangan dengan benar, baik secara lisan maupun tertulis; c. memberikan dokumen dan/atau data yang diperlukan oleh Pejabat pengawas; d. mengizinkan Pejabat pengawas untuk melakukan pengambilan contoh limbah atau barang lainnya yang diperlukan Pejabat pengawas; dan e. mengizinkan Pejabat pengawas untuk melakukan pengambilan gambar dan/atau melakukan pemotretan di lokasi kerjanya. f. Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan keberatan dilakukan pengawasan oleh pejabat pengawas -10- wajib menandatangani berita acara penolakan. Pasal 10 Tata cara pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) sebagaimana diatur pada Lampiran I-III-IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. BAB VI PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP Pasal 11 (1) Pengawasan lingkungan hidup dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Aceh untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup; (2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh PPLH Aceh yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (3) Dalam melaksanakan tugasnya PPLH Aceh wajib melakukan pengawasan sebagaimana tertuang dalam peraturan perundang-undangan. (4) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib membantu kelancaran pelaksanaan tugas pejabat pengawas dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Pejabat pengawas Lingkungan Hidup Aceh wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan hidup atas perintah pejabat yang berwenang. -11- (6) Setiap hasil pengawasan dilaporkan kepada pejabat yang memberikan perintah untuk melakukan pengawasan. (7) Apabila dalam pelaksanaan pengawasan ditemukan indikasi adanya tindak pidana lingkungan, maka dilakukan penyidikan oleh PPNS atau Pejabat Penyidik Polisi sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Aceh memiliki kewenangan untuk: a. Melakukan inspeksi terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; b. Meminta keterangan dari pihak penanggung jawab usaha dan atau kegiatan mengenai upaya-upaya yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; c. Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan; d. Memasuki tempat tertentu yang diduga menjadi penyebab terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; e. Mengambil sampel pada titik-titik yang diperlukan pada lokasi usaha dan/atau kegiatan, serta melakukan pengukuran, analisa dan/atau melakukan pengawasan terhadap analisa sampel secara langsung di lapangan dan atau laboratorium; f. Memeriksa peralatan dan/atau instalasi yang digunakan untuk pengendalian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; g. Memeriksa alat transportasi untuk memudahkan dan/atau pengangkutan sampel limbah dan atau bahan kimia lainnya termasuk alat pengujian parameter lapangan; h. Meminta keterangan dari pihak yang -12- bertanggung jawab atas usaha dan/atau kegiatan. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 13 (1) Pemerintah Aceh/Kabupaten/Kota beserta perangkat daerah lainnya agar meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dan Lembaga Adat dalam hal pemantauan dan pengawasan lingkungan. (2) Masyarakat dan Lembaga Adat dapat melaporkan ke instansi Lingkungan Hidup Pemerintah Aceh/Kabupaten/Kota, apabila terjadi perusakan/pencemaran lingkungan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pasal 14 Masyarakat dan Lembaga Adat dalam menjalankan perannya sebagai ujung tombak pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup mendapat pembinaan secara berkelanjutan dari pemerintah Aceh/kabupaten/kota. Pasal 15 Instansi yang menangani urusan yang bertanggung jawab dibidang pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan pemegang izin usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup. -13- BAB VIII PEMBINAAN Pasal 16 (1) Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan kepada penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan, Pejabat Pengawas dan Pemantau Lingkungan Hidup, masyarakat dan Lembaga Adat. (2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur dapat bekerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak terkait lainnya. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi antara lain: a) Penyediaan informasi yang relevan. b) Penyediaan panduan teknis yang memuat tatacara dan penjelasan teknis pemantauan dan pengawasan Lingkungan Hidup; dan/atau c) Bimbingan teknis. (4) Hasil pembinaan dan pengawasan oleh instansi yang bertanggungjawab dibidang pengelolaan lingkungan hidup dilaporkan secara berkala kepada Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 17 (1) Biaya pelaksanaan Pemantauan dan Pengawasan Lingkungan Hidup dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh, Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota serta sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. (2) Biaya Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh, Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota serta sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. -14- BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini merujuk pada peraturan perundang-undangan terkait. Pasal 19 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada saat diundangkan. -15-