Materi Kuliah SEJARAH SENI RUPA INDONESIA Disusun Oleh

advertisement
MATERI KULIAH
DISUSUN OLEH:
HUSNI MUBARAT, S.Sn., M.Sn
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
2017
Seni Rupa Indonesia
1. Zaman Pra-Sejarah
Merupakan zaman di mana manusia belum mengenal tulisan.
Disebut juga zaman Pra Aksara.
2. Zaman Sejarah
Di mana manusia sudah mengenal tulisan, dan peradabannya
yang sudah maju, baik ilmu pengetahuan, teknologi, informasi
serta seni.
Zaman Pra-Sejarah
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman Batu Tengah (Mezolitikum)
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman Logam
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Ciri-Cirinya:
1. Bentuk perkakas masih sederhana dan primitif,
2. Manusia pada zaman ini hidup berkelompok,
3. Tinggal di sekitar aliran sungai, gua, dan di atas pohon,
4. Mengandalkan Makanan dari alam (food gathering), dan berburu,
5. Hidup berpindah-pindah.
Zaman Batu Tengah (Mezolitikum)
Ciri-Cirinya:
1. Bentuk perkakas masih sederhana dan primitif,
2. Manusia pada zaman ini hidup berkelompok,
3. Tinggal di sekitar aliran sungai, gua, dan di atas pohon,
4. Mengandalkan Makanan dari alam (food gathering), dan berburu,
5. Hidup berpindah-pindah.
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Di Indonesia zaman ini dimulai sekitar 1.500 SM. Ciri-Cirinya:
1. Cara hidup dari food gathering ke food producting, yaitu cara
bercocok tanam dan berternak,
2. manusia sudah mulai menetap di rumah panggung,
3. manusia sudah mulai membuat lumbung (penyimpan makanan),
seperti di Lebak-Banten,
4. Manusia sudah mengenal beliung persegi dan kapak lonjong.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Ciri-Cirinya:
1. Manusia sudah mengenal kepercayaan:
- Animisme: kepercayaan terhadap roh leluhur yang mendiami
benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, dan senjata tajam.
- Dinamisme: bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki
kekuatan/ tenaga gaib yang dapat mempengaruhi
keberhasilan/kegagalan manusia, seperti azimat, batu cincin, dll
2. Manusia sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu
memperlakukan manusia yang sudah meninggal dengan baik sebagai
bentuk penghormatan.
Peninggalan yang bersifat rihaniah pada era Megalitikum ini ditemukan
di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan
Kalimantan dalam bentuk:
a. Menhir: tugu batu sebagai tempat pemujaan,
b. Dolemen: meja batu untuk menaruh sesaji
c. Sarkopagus: bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati
d. Kuburan Batu: lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat.
e. Punden Berundak: bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat
pemujaan.
f. Arca (patung): perwujudan subjek pemujaan yang menyerupai
manusia atau hewan.
Zaman Perunggu (Perundagian)
Kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi antara
masyarakat asli Indonesia (proto melayu/ melayu tua) dengan bangsa
Mongoloid yang membentuk ras Deutro Melayu (Melayu Muda). Disebut
zaman perunggu, karena zman ini manusia telah memiliki kepandaian
dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan
logam dimulai tahun 3000-200 SM.
Alat-alat besi yang banyak ditemui di Indonesia berupa alat-alat
keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, kapak, pedang, mata
tombak dan lain sebagainya.
Teknik peleburan perunggu ini berasal dari budaya Dong-Son di
Vietnam. Kebudayaan Dong-Son adalah kebudayaan di zaman perunggu
yang berkembang di lembah Song Hong Vietnam, dan berkembang di
Asia Tenggara termasuk Nusantara dari sekitar abad 1000 SM – 1 SM.
Kebudayaan Dong Son berkembang di indochina pada masa peralihan
dari periode mesolitikum dan neolitikum yang kemudian periode
megalitikum. Pengaruh juga berkembang menuju Nusantara yang
kemudian dikenal sebagai masa kebudayaan perunggu.
(https://id.wikipedia.org./wiki/Kebudayaan_Dongson).
Sumber: - https://jurnalpagi.com/2013/02/10/periode zaman sejarah-di-indonesia. Didownload 13/02/2017
Karya Seni Pada Masa Budaya Dong Son
Nekara (gendang Dong Son) adalah gendang
perunggu berbentuk dandang berpinggang pada
bagian tengahnya dengan selaput suara berupa
logam (perunggu).
Patung perunggu kebudayaan Dong Son, asal
Thailand.
Tinjauan Karya Seni Rupa Indonesia
Masa Pra-Sejarah
1. Seni Lukis
Seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan PraSejarah memperlihatkan bahwa, sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang
manusia Indonesia telah membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk
mencitrakan bagian-bagian penting kehidupan. Gambar tersebut dibuat
dengan alat gambar yang sangat sederhana, seperti: arang, kapur, batu, tanah
dan lain sebagainya.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/seni_lukis
Teknik menggambar yang digunakan manusia pada masa Pra-Sejarah
cukup sederhana; dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu
menyemburkannya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral
berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna warni di dindingdinding gua yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Lukisan gua PraSejarah di Indonesia telah berkembang pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan.
1. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Sulawesi Selatan
Menurut analisis Van Hekeren (1972), beberapa gua yang terdapat di Sulawesi
selatan telah dihuni sejak ribuan tahun SM.
Sekurang-kurangnya ada dua tempat di Sulawesi Selatan yang memiliki
lukisan:
Kabupaten Maros
Kabupaten Pengkajane:
Gua Akarasaka, Bulu Ballang, Bulusumi, Bulu Ribba, Bulu Sipong, Camingkana,
Cumi Lantang, Garunggung, Kassi, Lasitae, Lompoa, Petungan, Sakapao, Saluka,
Sapiria, dan Sumpang Bita.
Lukisan gua di Sulawesi Selatan pertamakali diperkenalkan oleh C.H.M Heren
(1950), yang meneliti lukisan cap tangan dengan Backgroun warna merah di gua
Leang Pattae. Diduga lukisan tersebut cap tangan kiri perempuan. Ditemukan
juga lukisan objek hewan: Babi dan Rusa yang terpanah pada jantungnya. Lukisan
tersebut diduga menggambarkan harapan dan keberhasilan mereka dalam
berburu.
Heerkeren dan Fransen melakukan penelitian bersama, sehingga berhasil
ditemukan lukisan cap tangan pada dinding gua 29 buah dengan latar belakang
warna merah. Ada juga empat lukisan cap tangan yang hanya memiliki 3-4 jari.
Temuan lainnya adalah di Gua Lammbatorang (Maros), ditemukan lukisan cap
tangan sebanyak 40 buah. Warna merah sepertinya adalah warna dominan yang
digunakan, akan tetapi ada beberapa gua yang menggunakan warna hitam untuk
menggambarkan pola manusia, yaitu gua Passi, Lompoa, dan Sapiria. Di gua
Sumpamg Bita, ditemukan lukisan cap kaki, hewan Anoa, dan perahu (sampan).
Lukisan cap kaki diduga/ dihubungkan dengan ritual/upacara bagi bayi yang
dapat berjalan pertamakali.
BERIKUT ADALAH BEBERAPA CONTOH LUKISAN GUA YANG TERDAPAT DI
KABUPATEN SULAWESI SELATAN:
Lukisan “Telapak Tangan”pada dinding Gua Pettakere, Maros
Foto: Cahyo Ramadhani (Tanpa Tahun)
Lukisan “Telapak Tangan”pada di Dinding Gua Leang-Leang
Lukisan “Anoa”pada dinding Gua Sumpangbita
Lukisan “Ikan”pada dinding Gua Lasitae, Pangkep
Pola dan Bentuk Lukisan
Jika diamati secara keseluruhan, pola lukisan pada dindning gua menggambarkan
bentuk fauna (binatang), seperti gambar babi, ikan, ular, kura-kura, dan rusa. Di
samping pola binatang, ditemukan juga pola Kapak dan gambar yang mirip dengan
mata bajak. Umumnya gua-gua tersebut terdapat pola lukisan “Cap
Tangan”dan“Babi”, pola ini sering dikaitkan dengan makna religi dan magis.
Makna Lukisan Gua
Secara keseluruhan, lukisan gua tersebut menggambarkan kehidupan yang
kompleks, di samping, kehidupan berburu, misalnya lukisan babi di gua Sakapo
yang memperlihatkan goresan di tubuhnya sering
Dihubungkan dengan kekuatan magis dalam perburuan. Nilai magis dan religi juga
dapat merujuk kepada lukisan cap tangan dan matahri.
Nilai Sosial-Ekonomi jelas diperlihatkan oleh pola babi, perahu, kapak, dan mata
bajak, sedangkan gambar pola ular mungkin dimaksudkan sebagai peringatan
bahaya.
2. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Sulawesi Tenggara
Di Sulawesi Tenggara, lukisan gua banyak ditemukan di Pulau Muna.
Berdasarkan hasil penelitian para arkeolog, gua dan ceruk (gua dangkal)
yang didapati lukisan prasejarah di pulau Muna berada di kawasan Liabano,
Kotobu. Diantaranya gua Kolumbo, La Kabori, Mentanduro, Gua Toko, dan wa
Bose. Lukisan gua prasejarah yang terdapat di Pulau Muna (Sulawesi
Tenggara) telah banyak diteliti oleh E.A. Kosasih (1977). Dari segi gaya
lukisannya umumnya berbeda dengan lukisan gua yang diketemuka di
Sulawesi Selatan, khususnya dengan kompleks Maros.
Cap jari tangan yang menjadi ciri khas lukisan gua di wilayah Maros, tidak
diketemukan di Pulau Muna. Dilihat dari gaya lukisannya, corak lukisan di
Pulau Muda justru lebih dekat kemiripannya dengan gaya lukisan yang
terdapat di Pulau Kei, di Papua, dan Seram.
Berikut adalah beberapa lukisan gua yang terdapat di gua Sulawesi Tenggara:
1
Lukisan pola Binatang di Gua Sulawesi Tenggara
2
Lukisan pola manusia dan perahu di Gua Sulawesi Tenggara
3
Lukisan pola Manusia dan Binatang di Gua Sulawesi Tenggara
4
Lukisan pola Binatang di Gua Sulawesi Tenggara
Gaya Lukisan
Lukisan gua di Pulau Muna umumnya memiliki warna coklat seperti dibuat dari
tanah liat. Lukisan gua di Pulau Muna didominasi oleh lukisan manusia yang
digambarkan dalam berbagai sikap. Contohnya penggambaran perkelahian
dengan menggunakan sejata, memegang sejenis pedang, kegiatan perburuan,
menari, seperti menaiki kuda dan bahkan ada yang seperti terbang.
Penggambaran manusia dilukiskan dengan bagian anggota badan
yang dibentangkan ke arah samping.
Selain itu juga ada lukisan yang berpola menyerupai binatang seperti anjing,
babi, buaya atau kadal, kuda, rusa, ular dan sebagainya. Pola matahari dan
geometris juga ditemukan dan yang paling menarik adalah penggambaran
perahu yang seperti sedang dinaiki.
Lukisan gua prasejarah di Pulau Muna menunjukan tingkat perbedaan
signifikan dari lukisan gua di Sulawesi Selatan, tidak saja teknik penggambaran
serta warna yang digunakan, tetapi juga terlihat dari pola yang lebih bervariasi
dalam menggambarkan kehidupan mereka.
Lukisan gua lainnya yang berhubungan dengan kegiatan sosial-ekonomi
masyarakatnya adalah bentuk lukisan pohon kelapa dan jagung di Gua Toko
mempunyai makna sosial-ekonomi yang erat hubungannya dengan mata
pencaharian mereka.
Penggambaran yang tertera dalam lukisan Gua di Sulawsi Tenggara ini
sedikitnya dapat memberi kita gambaran tentang kehidupan manusia pada
masa itu yang selain telah mampuu “berkesenian” mereka juga mampu
mengungkapkan simbol-simbol kehidupan mereka.
3. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Kalimantan
Lukisan gua prasejarah di Kalimantan banyak dijumpai di Kalimantan Timur dan
kemudian Kalimantan Barat. Penemuan pertama lukisan gua di Kalimantan
Timur (di Kabupaten Kutai) diketahui dari tim arkeologi gabungan Indonesia
dan Perancis pada tahun 1982, 1983 dan 1986.
Download