Prof.Adi dkk1

advertisement
J Kedokter Trisakti
Januari-Maret 2004, Vol.23 No.1
Perbedaan kadar hemoglobin berdasarkan
jenis kelamin bayi
Adi Hidayat*, Budi Utomo**
*Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
**Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
ABSTRAK
Perbedaan kadar hemoglobin (Hb) antara laki-laki dewasa dan perempuan sudah banyak diketahui.
Perempuan mengalami menstruasi selama masa usia suburnya dan pada saat menstruasi perempuan mengalami
perdarahan. Kekurangan zat besi akibat perdarahan tersebut dapat diatasi dengan asupan makanan yang cukup
zat besi dan pemberian suplementasi zat besi. Di samping itu beberapa penelitian terakhir pada orang dewasa
menunjukkan bahwa perbedaan hormonal pada laki-laki dan perempuan juga berpengaruh terhadap kadar Hb
antara kedua jenis kelamin tersebut. Namun demikian belum banyak dilaporkan adanya perbedaan kadar Hb
antara laki-laki dan perempuan pada bayi walaupun telah diketahui bahwa prevalensi anemia pada bayi masih
sangat tinggi. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang menggunakan rancangan eksperimental
secara random dengan kontrol untuk menilai efek pemberian kombinasi zat besi dan seng terhadap kadar Hb,
kesakitan dan pertumbuhan bayi. Sebanyak 200 bayi usia 4-6 bulan diberikan plasebo selama 6 bulan, dan kadar
Hb diukur dari darah kapiler menggunakan HEMOCUE-B Angelhol Swedia. Kadar Hb diukur pada awal studi
dan setelah diberikan suplementasi selama 6 bulan. Pada usia 4-6 bulan, kadar Hb bayi laki-laki dan perempuan
besarnya 105 ± 14 g/L dan 103 ± 9 g/L yang secara statistik tidak berbeda secara bermakna (P=0,617). Setelah
diberikan suplementasi selama 6 bulan, ternyata peningkatan kadar Hb bayi perempuan (8,5 ± 13 g/L) lebih
tinggi dibandingkan laki-laki (-1,1 ± 13 g/L) yang secara statistik berbeda secara bermakna (P=0,022). Terdapat
perbedaan kadar Hb antara laki-laki dan perempuan selama periode bayi.
Kata kunci: Perbedaan jenis kelamin, kadar hemoglobin, bayi
Sex differences in hemoglobin concentration during infancy
ABSTRACT
It is well known that there are differences in hemoglobin (Hb) levels between males and females in
adolescence and adulthood. These differences are considered to be primarily attributable to menstrual losses of
iron in fertile women. Recent studies in adolescens and adults also suggest hormonal difference was the risk
factor of iron status difference between sexes. However, little has been reported about sex differences of Hb
levels in infants. The objective of this study was to determine sex differences in Hb levels in infants. This study
was a part of a randomized, double-blind, placebo controlled trial to evaluate combined iron and zinc
supplementation on Hb concentration, growth and morbidity in infants. This study only analysed the placebo
group, and evaluated the Hb concentrations in males and females in infant. A total of 200 infants 4 to 6 months
of age were supplemented with placebo for 6 months, and Hb concentration was measured from capillary wheel
prick using HEMOCUE-B, Angelholm Sweden. The Hb levels were measured at base line and after 6 months
supplementation. At 4-6 months of age, the Hb concentration between boys (105 ± 14 g/L) and girls
(103 ± 9 g/L) was not significantly different (P=0.617). And after 6 months supplementation, the difference of
Hb concentration in girls (8.5 ± 13 g/L) were significantly higher than boys (-1.1 ± 13 g/L) (P = 0.022). There
are substantial sex differences in Hb concentrations during infancy.
Keywords : Sex differences, hemoglobin concentration, infant
21
Hidayat, Utomo
PENDAHULUAN
Sudah diketahui secara luas bahwa terdapat
perbedaan kadar hemoglobin (Hb) antara laki-laki
dan perempuan pada orang dewasa.(1) Perbedaan
tersebut lebih nyata setelah kaum perempuan
mengalami menstruasi selama masa usia subur.
Pada saat menstruasi kaum perempuan mengalami
perdarahan, dan kekurangan zat besi akibat
perdarahan tersebut dapat diatasi dengan asupan
makanan yang cukup zat besi serta pemberian
suplementasi zat besi.(2,3) Di samping itu beberapa
penelitian terakhir pada orang dewasa menunjukkan
bahwa perbedaan hormonal pada laki-laki dan
perempuan juga mempengaruhi kadar Hb antara
kedua jenis kelamin tersebut.(4,5) Namun demikian
belum banyak dilaporkan adanya perbedaan kadar
Hb antara bayi laki-laki dan perempuan walaupun
diketahui bahwa prevalensi anemia pada bayi masih
sangat tinggi. Penelitian yang dilakukan di
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menunjukkan
prevalensi anemia (Hb<110 g /L) pada bayi usia 47 bulan besarnya 65,3%.(6) Anemia defisiensi zat
besi pada bayi dapat menyebabkan terjadinya
gangguan perkembangan psikomotor pada bayi dan
anak balita.(7-9)
Kandungan zat besi dalam darah bayi sejak
dilahirkan sampai usia empat bulan cukup tinggi
dan mengalami penurunan pada usia 6-12 bulan.(10)
Hal ini terjadi akibat kandungan zat besi yang
tersedia mulai menurun karena diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Rendahnya
asupan zat besi dari makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi tidak dapat mempertahankan
zat besi dalam kadar yang cukup. Zat besi banyak
tersedia dalam protein hewani yang pada saat ini
tidak mudah dijangkau oleh sebagian besar
masyarakat di Indonesia. Faktor-faktor tersebut
mendukung informasi tingginya prevalensi anemia
defisiensi zat besi pada bayi usia 9-12 bulan. Di
Honduras prevalensi anemia pada bayi berusia 912 bulan besarnya 29%.(11) Bayi yang mengalami
anemia pada usia 6 bulan mempunyai risiko untuk
meninggal 1,72 kali lebih besar dibandingkan bayi
yang tidak anemia.(12)
Penelitian ini merupakan bagian dari suatu
penelitian besar yang menggunakan rancangan
22
Kadar hemoglobin bayi
eksperimental dengan kontrol secara buta ganda
yang bertujuan untuk menilai pengaruh kombinasi
zat besi dan seng terhadap kadar Hb, kesakitan dan
pertumbuhan bayi. Penelitian yang dilaporkan ini
bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan
kadar Hb antara bayi laki-laki dan perempuan.
METODE
Rancangan penelitian
Studi eksperimental secara buta ganda
menggunakan kontrol dilakukan di dua kecamatan
di Kabupaten Indramayu untuk menilai efek
suplementasi kombinasi zat besi dan seng pada bayi.
Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Desember
1997 sampai 15 Januari 1999. Pada saat permulaan
studi dilakukan sensus rumah tangga untuk
mengidentifikasi dan membuat daftar bayi berusia
4-6 bulan yang akan dipilih sebagai subyek
penelitian. Usia 4-6 bulan merupakan interval mulai
terjadinya penurunan kadar zat besi. Pada penelitian
yang dilaporkan ini rancangan penelitian yang
digunakan hanyalah sebagian dari penelitian besar
di atas untuk mengetahui adanya perbedaan kadar
Hb antara bayi laki-laki dan perempuan.
Sampel penelitian
Bayi yang yang diikut sertakan pada studi
harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: i)
berusia 4-6 bulan, ii) diberikan air susu ibu (ASI),
iii) tidak mempunyai kelainan kongenital seperti
kelainan jantung bawaan. Bayi yang terpilih sebagai
sampel secara acak dibagi dalam empat kelompok
perlakuan: i) kelompok yang diberikan zat besi (10
mg elemen zat besi dalam bentuk zat besi sulfat);
ii) kelompok yang diberikan seng (10 mg elemen
seng dalam bentuk seng sulfat); iii) kelompok yang
diberikan zat besi dan seng (masing-masing sebesar
10 mg); dan iv) kelompok yang diberikan plasebo.
Keempat jenis perlakuan diberikan dalam bentuk
sirup yang tidak dapat dibedakan satu sama lain.
Setiap botol sirup berisikan 60 ml dan diberikan
tambahan vitamin C sebanyak 30 mg. Rasa sirup
diuji terlebih dahulu pada bayi dan orang dewasa
untuk mengetahui penerimaan bayi saat minum
sirup tersebut. Semua jenis sirup disediakan oleh
P.T. Kenrose Laboratory Jakarta, Indonesia. Pada
J Kedokter Trisakti
Vol.23 No.1
studi ini hanya kelompok plasebo yang dilaporkan
hasilnya tentang perbedaan kadar Hb antara bayi
laki-laki dan perempuan. Suplementasi sirup
diberikan oleh petugas lapangan sebanyak 2 ml
setiap hari, kecuali hari Minggu selama 6 bulan
yang melakukan kunjungan rumah setiap hari.
Setiap botol sirup digunakan untuk memberikan
suplementasi kepada bayi selama 30 hari, dan setiap
bayi diperkirakan akan menerima 6 botol sirup.
Setiap bayi secara total diberikan sirup suplementasi
selama 180 hari. Sebelum perlakuan dimulai setiap
bayi yang terpilih sebagai sampel diberikan vitamin
A sebanyak 100.000 IU unit secara oral.
Sebanyak 169 bayi per kelompok diperkirakan
mampu mendeteksi adanya perbedaan proporsi
terjadinya anemia antara keempat kelompok
perlakuan sebesar 30% dengan menggunakan
tingkat kemaknaan α sebesar 0,05 dua arah dan
power sebesar 80%.(13) Setelah memperhitungkan
adanya drop-out sebesar 10%, maka besar sampel
untuk setiap kelompok ditentukan sebesar 200 bayi.
Sedangkan pada studi yang dilaporkan ini hanya
pada kelompok yang diberikan plasebo sebanyak
200 bayi.
reliabilitas data antropometrik dilakukan pada 6
bayi berusia 4-6 bulan.
Sampel darah yang diperoleh dari kapiler tumit
bayi dikumpulkan pada awal studi (bayi berusia 46 bulan) dan setelah diberikan perlakuan selama 6
bulan. Pengukuran Hb dilakukan dengan
menggunakan HEMOCUE - B Hb fotometer buatan
Angelholm, Swedia. Pengambilan sampel darah
kapiler dilakukan oleh para peneliti di Puskesmas
setempat, bila bayi tidak dapat datang ke Puskesmas
maka pemeriksaan kadar Hb dilakukan di rumahnya
masng-masing. Definisi anemia ditetapkan bila
kadar Hb < 110 g/L.
Kepatuhan bayi untuk minum sirup
suplementasi dipantau oleh petugas lapangan yang
telah memberikan sirup setiap hari kepada bayi di
rumahnya masing-masing. Petugas lapangan
mengukur volume sirup yang tersisa pada setiap
botol untuk menentukan banyaknya sirup
suplementasi yang sudah diminum. Pemberian sirup
dilakukan pada pagi hari sebelum bayi diberikan
makanan tambahan oleh ibunya. Petugas lapangan
juga memantau efek samping yang terjadi pada saat
bayi minum sirup suplementasi, seperti muntahmuntah dan tinja bewarna hitam.
Pengumpulan data
Sebanyak 18 orang petugas lapangan
mengumpulkan data dasar tentang keadaan sosial
ekonomi keluarga dan karakteristik demografi
seperti usia ayah dan ibu, serta tingkat pendidikan
ayah dan ibu. Pengukuran data antropometrik bayi
seperti panjang badan, berat badan dan lingkar
lengan atas dilakukan oleh dua kelompok yang
masing-masing terdiri dari dua orang. Panjang
badan bayi diukur dengan menggunakan ukuran
panjang dari kayu dengan ketelitian sebesar 0,1 cm,
dan berat badan bayi diukur menggunakan
timbangan badan digital merk Seca dengan ketelitian
0,1 kg. Lingkar lengan atas (LILA) diukur
menggunakan flexible steel tape. Semua metode
pengukuran menggunakan metode standar dari
Badan Kesehatan Sedunia.(14) Keempat anggota tim
antropometrik memiliki tingkat reliabilitas
pengukuran yang sangat tinggi dengan inter-class
correlation sebesar R = 0,95 dan intra-class
correlation sebesar R = 0,96. (15) Pengukuran
Pengolahan dan analisis data
Data dimasukkan ke dalam komputer dengan
menggunakan program Microsoft Visual Fox Pro
yang memperhitungkan logic, range dan
consistency checks. Bila terdapat kesalahan pada
formulir kuesioner, maka formulir dikembalikan
kepada petugas lapangan untuk diperbaiki. Usia,
panjang dan berat badan dikonversi ke dalam
weight-for-age Z-score (WAZ), height-for-age Zscore (HAZ), dan weight-for height Z-score (WHZ)
dengan menggunakan program Epinut Epi-Info
versi 6.03. SPSS versi 10,0 digunakan untuk
analisis data, sedangkan metode statistik yang
digunakan adalah uji t untuk membandingkan data
kontinu, dan uji Chi-square untuk data diskret.
Analisis regresi ganda linear digunakan untuk
menguji model perbedaan kadar Hb dengan
menambahkan variabel-variabel pengganggu yang
dianggap berperan terhadap kadar Hb. Semua uji
statistik menggunakan tingkat kemaknaan α sebesar
0,05.
23
Hidayat, Utomo
Kadar hemoglobin bayi
Tabel 1. Karakteristik bayi dan ibu responden pada awal studi
* LILA : lingkar lengan atas, HAZ = height-for age Z score, WAZ = weight-for-age Z score, WHZ =
weight-fo-height Z-score
# Tidak sekolah, rendah (tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SLTP), tinggi (SLTA dan Perguruan
Tinggi/Akademi)
Informed consent dijelaskan kepada ibu atau
pengasuh bayi secara lisan tentang maksud dan
tujuan penelitian. Mereka diberikan informasi
bahwa setiap saat mereka dapat berhenti dari
penelitian tanpa dikenakan sanksi apapun. Bayi
yang sakit selama studi berlangsung diberikan
pengobatan oleh tim peneliti atau dirujuk ke
Puskesmas setempat sesuai dengan standar
pengobatan yang berlaku.
HASIL
Sebanyak 800 bayi berhasil dikumpulkan (200
setiap kelompok perlakuan) dan sebanyak 719
berhasil diikuti sampai studi selesai. Delapan puluh
satu bayi (10,1%) tidak dapat menyelesaikan studi
karena meninggal (6 bayi), pindah dari lokasi studi
(11 bayi), menolak untuk terus mengikuti studi
sampai selesai (64 bayi). Pada kelompok plasebo
sebanyak 14 bayi tidak dapat diikuti sampai studi
selesai. Jadi hanya 186 bayi pada kelompok plasebo
yang akan dianalisis dan dilaporkan hasilnya pada
penelitian ini.
Pada kelompok plasebo ini terdapat 107 bayi
laki-laki dan 79 bayi perempuan, rata-rata usia bayi
laki-laki adalah 5,5 ± 0,9 bulan, dan bayi perempuan
5,7 ± 0,9 bulan yang secara statistik tidak berbeda
24
secara bermakna (P = 0,092). Ukuran LILA,
panjang dan berat badan bayi laki-laki masingmasing sebesar 14,1 ± 1,1 cm, 64,8 ± 2,3, cm dan
7,1 ± 0,8 Kg yang secara statistik berbeda bermakna
dengan ukuran LILA, panjang dan berat badan bayi
perempuan yang masing-masing besarnya 13,7 ±
1,3 cm (P= 0,016), 63,8 ± 2,3 cm (P=0,003), dan
6,7 ± 0,9 Kg (P=0,006). Sedangkan usia dan tingkat
pendidikan ibu antara bayi laki-laki dan perempuan
tidak berbeda secara bermakna. (Tabel 1)
Tidaklah mudah untuk mengambil sampel
darah kapiler bayi di lapangan, dan pada studi ini
secara subsampel berhasil dikumpulkan 49 sampel
darah kapiler dari kelompok plasebo pada awal
studi. Duapuluh tujuh bayi laki-laki dan 22 bayi
perempuan diperiksa kadar Hb di Puskesmas
setempat. Kadar Hb bayi laki-laki dan perempuan
pada awal studi masing-masing besarnya 105 ± 14
g/L dan 103 ± 9 g/L yang secara statistik tidak
berbeda secara bermakna (P=0,617). Dan setelah
diberikan suplementasi selama 6 bulan, ternyata
kadar Hb pada bayi laki-laki (105 ± 13 g/L) dan
perempuan (112 ± 14 g/L) tidak berbeda secara
bermakna (P=0,126). Walaupun demikian kadar Hb
pada bayi perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki sebesar 6,93 ± 4,4 g/L. (Tabel 2)
J Kedokter Trisakti
Vol.23 No.1
Tabel 2. Kadar Hb bayi berdasarkan jenis kelamin pada awal dan akhir studi
pada bayi usia 4-6 bulan dan 10-12 bulan
* Perbedaan kadar Hb setelah dan sebelum diberikan suplementasi
Setelah diberikan suplementasi plasebo selama
6 bulan (usia 10-12 bulan), ternyata perbedaan
kadar Hb pada bayi perempuan lebih besar (8,5 ±
13 g/L) dibandingkan laki-laki (-1,1 ± 13 g/L) yang
secara statistik berbeda secara bermakna (P=0,022).
Bayi laki-laki mengalami penurunan kadar Hb
setelah diberikan plasebo selama 6 bulan.
LILA, panjang dan berat badan bayi pada awal
studi dapat merupakan variabel pengganggu
terhadap perbedaan kadar Hb antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan. Ketiga variabel
pengganggu tersebut dan jenis kelamin bayi
dimasukkan ke dalam model regresi ganda linear
dengan perbedaan kadar Hb sebagai variabel
tergantung. Setelah dilakukan penyesuaian (ajust)
hasil analisis regresi ganda linear menunjukkan
LILA, panjang dan berat badan bayi bukan
merupakan variabel pengganggu terhadap
perbedaan kadar Hb. Jenis kelamin bayi merupakan
variabel yang berpengaruh terhadap perbedaan
kadar Hb bayi tersebut (P=0,017). Kadar Hb bayi
perempuan lebih tinggi dibandingkan bayi laki-laki
(Tabel 3).
Tabel 3. Analisis regresi ganda linear, model
mencakup LILA, panjang dan berat badan bayi
pada awal studi, serta jenis kelamin bayi
PEMBAHASAN
Pada usia 4-6 bulan didapatkan kadar Hb pada
bayi laki-laki tidak berbeda dengan bayi perempuan.
Hasil studi ini berbeda dengan studi yang dilakukan
di Swedia dan Honduras (16) yang menunjukkan
adanya perbedaan kadar Hb pada bayi usia 4 bulan.
Studi di Swedia dan Honduras mendapatkan kadar
Hb bayi laki-laki lebih rendah dibandingkan
perempuan. Faktor gizi kecil kemungkinannya
berperan terhadap perbedaan kadar Hb pada usia
4-6 bulan, mengingat bayi-bayi tersebut tetap
memperoleh air susu ibu.
Setelah diberikan suplementasi (usia bayi 1012 bulan) ternyata kadar Hb bayi laki-laki lebih
rendah dari perempuan walaupun tidak berbeda
bermakna secara statistik. Hasil studi di Swedia dan
Honduras menunjukkan kadar Hb bayi-laki pada
usia 9 bulan lebih kecil secara bermakna
dibandingkan bayi perempuan. Perbedaan
kemaknaan ini dapat terjadi karena besar sampel
pada studi ini kecil (bayi laki-laki 25, bayi
perempuan 20) dibandingkan studi di Swedia dan
Honduras (bayi laki-laki 108, bayi perempuan 114).
Pada usia 10-12 bulan, kadar Hb bayi laki-laki lebih
rendah dibandingkan pada usia 4 bulan, namun pada
bayi perempuan kadar Hb pada usia 10-12 bulan
lebih tinggi dibandingkan pada usia 4 bulan.
Perbedaan kadar Hb antara sebelum dan sesudah
diberikan suplementasi pada bayi perempuan
didapatkan kenaikan secara bermakna dibandingkan
dengan bayi laki-laki yang mengalami penurunan
kadar Hb. Penelitian di Inggris menunjukkan bayi
berusia 12 bulan kadar Hb pada bayi laki-laki
25
Hidayat, Utomo
berbeda dengan bayi perempuan, kadar Hb bayi
laki-laki lebih rendah dibandingkan kadar Hb pada
bayi perempuan. Walaupun pada usia 8 bulan kadar
Hb antara kedua jenis kelamin tersebut tidak
berbeda.(17) LILA, panjang dan berat badan bayi
pada usia 4-6 bulan bukan merupakan faktor risiko
terjadinya penurunan kadar Hb pada laki-laki
karena analisis regresi ganda tetap menunjukkan
adanya perbedaan kadar Hb antara bayi laki-laki
dan perempuan setelah LILA, panjang dan berat
badan bayi dikendalikan dalam model. Terdapat
beberapa kemungkinan menurunnya kadar Hb pada
bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan pada
usia 10-12 bulan. Choi dkk. (18) menunjukkan
terjadinya perbedaan kadar Hb antara bayi laki-laki
dan perempuan sebagai akibat meningkatnya
aktifitas eritropoetik pada janin laki-laki pada masa
kehidupan dalam kandungan. Hal ini menyebabkan
bayi laki-laki saat dilahirkan memiliki kandungan
zat besi yang lebih rendah dibandingkan bayi
perempuan. Semakin bertambahnya usia maka
kadar zat besi akan semakin menurun. Apakah
absorpsi zat besi oleh bayi laki-laki lebih sedikit
dibandingkan bayi perempuan? Penelitian yang
dilakukan Domeloff dkk.(19) dengan menggunakan
isotop zat besi yang stabil menunjukkan tidak
terdapat perbedaan absorpsi zat besi yang bermakna
antara bayi laki-laki dan perempuan. Faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kadar Hb
pada bayi laki-laki dan perempuan masih perlu
diteliti lebih lanjut.
Kadar hemoglobin bayi
Ucapan terima kasih
Terima kasih dan penghargaan disampaikan
kepada ibu-ibu yang telah mengijinkan bayinya ikut
serta dalam penelitian ini. Dan kepada UNICEF
yang sudah memberikan dana bagi kelangsungan
penelitian ini diucapkan terima kasih. Terima kasih
ditujukan pula kepada PT Kenrose Indonesia yang
sudah menyediakan sirup suplemen dan PT Kimia
Farma yang menyumbangkan vitamin A.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KESIMPULAN
Studi ini menunjukan tidak adanya perbedaan
kadar Hb antara bayi laki-laki dan perempuan pada
usia 4-6 bulan, dan pada usia 10-12 bulan terdapat
perbedaan yang tidak bermakna secara statistik.
Pada usia 10-12 bulan, bayi laki-laki mengalami
penurunan kadar Hb sedangkan pada bayi
perempuan terdapat peningkatan kadar Hb.
Perubahan kadar Hb antara bayi laki-laki dan
perempuan berbeda secara bermakna. Faktor
penyebab terjadinya perbedaan kadar Hb antara
bayi laki-laki dan perempuan masih perlu diteliti
lebih lanjut pada populasi yang lebih besar.
26
7.
8.
9.
Looker AC, Dallman PR, Carroll MD, Gunter
EW, Johnson CL. Prevalence of iron deficiency
in the United States. JAMA 1997; 277: 973-6.
Milman N, Clauen J, Byg KE. Iron status in 268
Danish women aged 18-30 years: influence of
menstruation, contraception method, and iron
supplementation. Ann Hematol 1998; 77: 13-9.
Health AL, Murray SC, Williams S, Gibson RS.
The role of blood loss and diet in the aetiology of
mild iron deficiency in premenopausal adult New
Zealand women. Public Health Nutr 2001; 4: 197206.
Bergstrom E, Hernell O, Lonnerdal B, Person LA.
Sex differences in iron stores of adolescents: what
is normal? J Pediatr Gastroenterol Nutr 1995; 20:
215-24.
Ilich-Ernst JZ, McKenna AA, Badenhop NE. Iron
status, menarche, and calcium supplementation
in adolescent girls. Am J Clin Nutr 1998; 68:
880-7.
Cahyaningdiah D, Utomo B, Hidayat A. Faktorfaktor yang berhubungan dengan anemia pada
bayi usia 5 - 7 bulan. J Kedokter Trisakti 2001;
20: 1-8.
Walter T, deAndrea I, Chadud P, Perales CG. Iron
deficiency anemia adverse effects on infant
psychomotor development. Pediatrics 1989; 84:
7-17.
Moffatt ME, Longstaffe S, Besant J, Dureski C.
Prevention of iron deficiency and psychomotor
decline in high-risk infants through use of ironfortified infant formula : a randomized clinical
trial. J Pediatr 1994; 125: 527-34.
Grantham-McGregor S, Anie C. A review of
studies on the effect of iron deficiency on cognitive
development in children. J Nutr 2001; 131: 649S68S.
J Kedokter Trisakti
10. Schultink W, Gross R. Iron deficiency alleviation
in developing countries. Nutr Res Rev 1996; 9:
281-93.
11. Meloff M, Cohen RJ, Dewey KG, Hernell O,
Rivera LL, Lonnerdal B. Iron supplementation
of breast-fed Honduras and Swedis infants from
4 to 9 months of age. J Pediatr 2001;138:679-87.
12. Brabin BJ, Premji Z, Verhoeff F. An analysis of
anemia and child morality. J Nutr 2001; 131:
636S-48S.
13. Browner WS, Black D, Newman TB, Hulley SB.
Estimating sample size and power. In: Designing
clinical research: an epidemiological approach.
Hulley SB and Cummings SR, editors. Baltimore,
Williams & Wilkins; 1988. p. 139-50.
14. World Health Organization. Measuring change
in nutritional status. Geneva: World Health
Organization; 1983.
15. Streiner DL, Norman GR. Reliability. In: Health
measurement scales. A practical guide to their
Vol.23 No.1
16.
17.
18.
19.
development and use. Oxford: Oxford Medical
Publication; 1994. p. 79-96.
Domeloff M, Lonnerdal B, Dewey KG, Cohen
RJ, Rivera LL, Hernell O. Sex differences in iron
status during infancy. Pediatrics 2002; 110: 54552.
Sheriff A, Emond A, Hawkins N, Golding J.
Hemoglobin and ferritin concentrations in
children aged 12 and 18 months.ALSPAC
Children in Focus Study Team. Arch Dis Child
1999; 80: 153-7.
Choi JW, Kim CS, Pai SH. Erythropoeitic activity
and soluble transferrin receptor level in neonates
and maternal blood. Acta Pediatr 2000; 89: 6759.
Domeloff M, Lonnerdal B, Abrams SA, Hernell
O. Iron absorption in breast-fed infants. Efect of
age, iron status, iron supplements and
complementary foods. Am J Clin Nutr 2002; 76;
198-204.
27
Download