PEUBAH KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM KABUPATEN LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN A. Marsambuana Pirzan* dan Akhmad Mustafa* Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Plankton berperan penting dalam penyediaan pakan alami di tambak. Kelimpahan plankton dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat kimia. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah menelaah peubah kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan plankton untuk mendukung pengelolaan tambak yang produktif dan berkelanjutan. Studi telah dilaksanakan pada tambak-tambak tanah sulfat masam di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Contoh plankton dan air diambil dari lokasi yang dianggap merepresentasikan kondisi kualitas air tambak tanah sulfat masam. Plankton dikoleksi menggunakan plankton net nomor 25, kemudian diawetkan dengan larutan Lugol (1%). Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya berdasarkan metode counting cell. Hasil studi menunjukkan bahwa kelimpahan plankton berkisar dari 50 – 810 ind./L dan jumlah genus berkisar dari 2–7 genera. Analisis regresi menunjukkan bahwa bahan organik total (BOT), fosfat, sulfat, besi, silika, dan pH berpengaruh terhadap kelimpahan plankton. Berdasarkan indeks keragaman maka komunitas plankton tergolong ke dalam kondisi stabil moderat, indeks keseragaman menunjukkan keberadaan / kepadatan plankton dalam keadaan merata dan indeks dominansi berindikasi tidak terjadi dominansi di perairan ini. Kata kunci: diversitas, kualitas air, luwu timur,plankton, tambak tanah sulfat masam JARAK TANAM OPTIMAL UNTUK REHABILITASI MANGROVE DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe Fakultas Kehutanan UGM Beberapa faktor perlu dipersiapkan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove untuk mencapai keberhasilan yang optimal, antara lain menyangkut habitat sebagai tempat tumbuh yang dipengaruhi lingkungan setempat. Namun demikian pertumbuhan tanaman selanjutnya ditentukan pula oleh faktor fisik yang membatasi pertumbuhannya, yaitu jarak tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen hidup mangrove pada berbagai jarak tanam di kawasan rehabilitasi mangrove tahun tanam 2003 Pantai Utara Kabupaten Pemalang, Kendal dan Rembang serta mengetahui jarak tanam efektif dan besarnya faktor lahan yang berpengaruh (salinitas dan ketebalan lumpur). Dengan diketahui jarak tanam yang efektif, maka pertumbuhan tanaman secara optimal dapat dicapai. Penelitian dilakukan dengan cara mancari kawasan rehabilitasi mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah yang mempunyai tahun tanam sama, tetapi jarak tanam berbeda. Diambil 3 jarak tanam, yaitu 2x2m, 2x1m, dan 2x0,5m. Pada setiap jarak tanam diukur persen hidup tanaman, tinggi, diameter dan lebar perakaran sebagai tolok ukur pertumbuhan tanaman. Kemudian diukur pula faktor lingkungan habitat, yaitu salinitas dan ketebalan lumpur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rehabilitasi mangrove tahun tanam 2003 di wilayah Kabupaten Pemalang mempunyai persen hidup tertinggi sebesar 86 % pada jarak tanam 2 x 1 meter, sedangkan di wilayah Kabupaten Kendal, persen hidup tertinggi sebesar 93 % pada jarak tanam 2 x 1 meter dan di wilayah Kabupaten Rembang, persen hidup sebesar 83 % pada jarak tanam 2 x 1 meter. Sedangkan jarak tanam efektif untuk rehabilitasi mangrove di kawasan Pantai Utara Kabupaten Pemalang, Kendal dan Rembang adalah 2 x 1 meter. Salinitas dan ketebalan lumpur berbeda pada setiap wilayah, akan tetapi tidak signifikan terhadap persen hidup mangrove. Kata kunci: jarak tanam, mangrove, Pantai Utara Jawa Tengah, rehabilitasi DISTRIBUSI LOGAM TIMBAL (PB) KADMIUM (CD), KROMIUM (CR), MERKURI (HG), TEMBAGA(CU) PADA KOLOM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DANAU UNHAS Nita Rukminasari 1)*, Khusnul Yaqin1), Sahabuddin 2) dan Muh. Ali Khomaeny 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas 2) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros 3) Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas Perairan Danau Unhas merupakan salah satu danau yang rentan terhadap bahaya pencemaran. Di danau ini terdapat beberapa saluran yang bersumber dari kawasan pemukiman dan rumah sakit. Hasil analisis awal terhadap kandungan logam telah ditemukan logam Cromium dan Tembaga (Cu) yang telah melampaui baku mutu lingkungan berdasarkan Keputusan Gubernur Su-lSel Tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi kadar logam Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Merkuri (Hg), dan Tembaga (Cu) pada kolom air dan Sedimen di perairan danau buatan Unhas, yang mana hasilnya diharapkan dapat memberikan inforamsi tentang tingkat pencemaran logam tersebut pada kolom air dan sedimen di perairan Danau buatan. Metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi logam berat ialah menggunakan sprektrofotometer serapan atom. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2009 di perairan Danau buatan Unhas dan di analisis di Instalasi Kimia Kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi logam timbal (Pb), Merkuri, (Hg), Kromium (Cr), Tembaga (Cu) dan kadmium (Cd), pada kolom air dan sedimen di perairan danau buatan UNHAS menunjukkan konsentrasi logam timbal (Pb), Cromium (Cr), Cadmium(Cd) dan tembaga (Cu) pada kolom air telah melampaui baku mutu berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Sul-Sel No. 14 Tahun 2003. Konsentrasi rata-rata tertinggi logam pada kolom air yaitu 0,0966 mg/l untuk logam Pb, 0,0182 mg/l untuk logam Cd, 0,5449 mg/l untuk logam Cr, 0,0023 mg/l untuk logam Hg, dan 0,0469 mg/l untuk logam Cu. Sedangkan pada sedimenkonsentrasi logam Cadmium (Cd), Tembaga (Cu), pada sedimen telah melewati baku mutu berdasarkan MacDonald et al, 2000. Konsentrasi rata-rata tertinggi logam pada kolom air yaitu 29,6507 mg/kg untuk logam Pb, 1,6240 mg/kg untuk logam Cd, 31,9087 mg/kg untuk logam Cr, 0,0904 mg/kg untuk logam Hg, dan 31,9080 mg/kg untuk logam Cu. Kata kunci: cadmium, danau Unhas, kromium, merkuri, tembaga, timbale KARAKTERISTIK PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SAAT TERJADI BANJIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEHADIRAN IKAN Aroef Hukmanan Rais dan Muhammad Ali Balai Riset Perikanan Perairan Umum Mariana – Palembang. Propinsi Sumatera Selatan banyak memiliki lahan yang berbentuk lahan rawa banjiran karena provinsi ini banyak memiliki sungai-sungai yang besar salah satunya adalah Sungai Musi. Dengan adanya proses banjiran maka lahan-lahan ini dapat mendukung kehidupan berbagai jenis ikan air tawar, karena dapat digunakan ikan sebagai sumber nutien dalam mendukung kehidupan ikan yaitu mencari makan, memijah ikan dan mengasuh anak ikan. Hasil pengamatan sesuai dengan karakteristik fisika dan kimia perairan rawa banjiran saat terjadi banjir yaitu : parameter fisika meliputi suhu antara 27 – 31oC, kecerahan berkisar 25 – 95 cm, kedalaman perairan mecapai 1,28- 8,94 m, kecepatan arus antara 0 – 0,3077 m/s, dan conductivity antara 10 – 20 µshos/cm. Berdasarkan parameter kimia nilai pH perairan antara 6 -6,5, total nitrogen antara 0,007651 – 0,022949 mg/L, total alkalinitas antara 5 – 10,5 mg/L CaCO3 , Hardness 4,504 -13,012 mg/L CaCO3 eq, oksigen terlarut 2,1 – 8,404 mg/L, karbondioksida terlarut 8,8 -35,2 mg/L (ppm), total phospat 0,000788 – 0,003781 mg/L, dan total dissolved solid berkisar antara 20 – 50 mg/L. Berbagai jenis ikan yang memasuki perairan rawa banjiran dan tertangkap nelayan saat surut adalah ikan betok, gabus, sepat siam, sepat mata merah, sapil, lais, baung, lele, sepatung, aro, bengalan, coli, lemajang, kepras, lampam, si hitam, tilan, patin sangkar, seluang, seberingit, serandang dan lundu. Kata kunci : karakteristik perairan, kehadiran ikan, rawa banjiran KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DI WADUK KEDUNGOMBO PROVINSI JAWA TENGAH Kunto Purnomo Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, BRKP-KKP Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah luasnya 4.600 ha dan kedalaman rata-rata 12,8 m. Secara administratif waduk ini termasuk wilayah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan. Kegiatan perikanan di waduk biasanya hanya bersifat sebagai pemanfaat sekunder, namun kegiatan tersebut setidaknya telah mampu menggantikan produktivitas lahan yang digenangi. Keberadaannya setidaknya telah menciptakan lapangan kerja/usaha baru sehingga mampu menyerap tenaga pengangguran di pedesaan, bahkan juga mampu menjadi penyedia protein hewani berupa ikan untuk memenuhi kebuthan gizi masyarakat. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metoda survei, tujuannya adalah untuk menentukan daerah suaka perikanan di Waduk Kedung Ombo berdasarkan kriteria limnologi dan populasi ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waduk Kedung Ombo tergolong perairan yang subur (eutrofik). Berturut-turut berdasarkan kelimpahannya maka enam jenis ikan yang ditemukan selama penelitian ialah ikan tawes (Barbonymus gonionotus), nila (Oreochromis niloticus), Lelawak (Puntius bramoides), betutu (Oxyeleotris marmorata), "nonong" atau red devil (Amphilophus citrinellus) dan karper (Cyprinus carpio). Daerah Nglanji dan Wonoharjo memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai daerah suaka perikanan. Kata kunci: eutrofik, konservasi, suaka perikanan, sumberdaya, waduk STATUS BIOGEOFISIK KAWASAN KONSERVASI PENYU HIIJAU (CHELONIA MYDAS) DI PANTAI PANGUMBAHAN, KABUPATEN SUKABUMI,JAWA BARAT Adriani Sri Nastiti-Krismono Peneliti Madya di Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan Jatiluhur Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas pendaratan penyu hijau adalah kondisi biogeofisk pantai sebagai habitat peneluran. Tujuan penulisan adalah untuk memberikan gambaran secara deskriptif kondisi biogeofisk pantai Pangumbahan sebagai kawasan konservasi penyu hijau. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2008 dan September 2009. Adapun parameter yang diukur dan diamati adalah : suhu pasir, lebar pantai, kemiringan pantai, ukuran pasir, bentuk butiran pasir, kelembaban pasir, pH pasir dan vegetasi pantai. Beberapa parameter tersebut diukur dan diamati pada 6 pos pengamatan baik pada siang hari maupun malam hari. Pengambilan data menggunakan metode stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pasir bagian dalam sarang berkisar 29,8-30,5 °C, lebar pantai berkisar antara 52-73 m, kemiringan pantai berkisar antara 2.7˚ - 3,3˚, dominasi ukuran pasir berkisar antara < 250- 150 µm dengan berat 284.2 gram (halus) , bentuk pasir bulat membundar sedang, kelembaban pasir 5-8 %, pH pasir berkisar antara 6,5 - 7, kandungan mineral logam 1.04 - 2.46 %, kandungan bahan organik 2.72-3.8%, pandan laut (Pandanus tectorius ) merupakan vegetasi yang selalu ada di 6 pos pengamatan, vegetasi ini merupakan tempat berlindung penyu hijau pada saat bertelur. Kata kunci: biogeofisik, kawasan konservasi, penyu hiijau (chelonian mydas), Pantai Pangumbahan STUDI KEANEKARAGAMAN HUTAN MANGROVE DENGAN METODE INDERAJA DAN SIG DI PESISIR KABUPATEN TRENGGALEK DAN MALANG I Nyoman Budi Satriya1*, Haryo Dwito Armono2, Dian Saptarini3 1 Postgraduate student (S2) at Departement of Marine Engineering ITS Surabaya 2 Lecture at Departement of Marine Engineering ITS Surabaya 3 Lecture at Departement of Biology ITS Surabaya The Mangrove Forest in the Gulf Coast of Prigi Trenggalek and Sendang Biru Malang, East Java has economic and sosial value for local people also reduce the damage caused of tsunami, acting as barrier, significantly reduce the devastation caused by the waves. Recent times the mangrove forest within this area has been subjected to the effects of a population growth, economic and sosial pressure manifested of rapid urbanization, and agricultural land expansion. Currently 70% of mangrove forests in Malang regency was damage and threaten destruction with the construction of Jalur Lintas Selatan (JLS). Thus, there is a steady deforestation of the mangrove forest and loss of biodiversity in the region. The purpose of this study is to analyze biodiversity of mangrove species on the basis of physical parameters and map the distribution of environmental parameter and area of mangrove forest on the Gulf of Prigi Trenggalek and Sendang Biru Malang with GIS method and Remote sensing techniques. Images used for the present study include SPOT XS (Multispectral mode imagery foor Satellite Pourl’ Observation de la Terre) SPOT 2 cover the area of Trenggalek Regency and SPOT 4 cover the area of Malang Regency. The data were used to map mangrove spesies with unsupervised classification, including visual interpretation.The study site consist of 13 station which distribute along coastal of Trenggalek and Malang Regency. Fieldwork phase of this study using the Plot Line Transek method that mangrove were sampled within a 100 m 2 vegetation quadrat in each study site. The results showed mangrove diversity index at the 12 stations ranged from 0.5405 3.0830, where a station with good category of 3.0830, six stations with medium category ranged from 1.5725 - 2.4191, four stations with poor category ranged from 1.0410 - 1.4609 and a stations with bad category of 0.5405. Keywords: biodiversity, GIS, mangrove, plot line transect, remote sensing ANALISIS KEBERLANJUTAN EKOSISTEM MANGROVE DI MUARA SUNGAI PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP Amran Saru Fakulatas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Makassar Analisis model keberlanjutan mangrove merupakan untuk memprediksi kondisi vegetasi mangrove dengan menggunakan software Powersim. Dalam membangun model perlu adanya identifikasi sistem yang berperan dalam dinamika hutan mangrove. Identifikasi sistem ini menyangkut peran masyarakat, LSM maupun pemerintah setempat yang masing-masing mempunyai peran yang berbeda terhadap pengelolaan hutan mangrove yang ada di Borneo muara sungai Pangkajene, aktivitas stakeholders yang diinput kedalam sistem berupa konversi tambak dan penggunaan kayu bakar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan ekosistem mangrove yang ada di muara Sungai Pangkajene. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat berupa penebangan mangrove untuk konversi tambak dan penggunaan kayu bakar, sangat besar jumlahnya tiap tahun bila dibandingkan dengan upaya reboisasi yang dilakukan oleh LSM ataupun pemerintah setempat per tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam beberapa tahun kedepan jumlah populasi hutan mangrove yang ada di muara sungai Pangkajene akan mengalami penurunan dan akhirnya habis. Kata Kunci : analisis keberlanjutan, ekosistem mangrove, estuaria HUBUNGAN KELIMPAHAN IKAN LAYANG (DECAPTERUS SPP.) DENGAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KESUBURAN PERAIRAN DI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN Andhika Prima Prasetyo1) dan Suwarso2) 1) Pusat Riset Perikanan Tangkap, Jakarta. 2) Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta. Dua species ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma) merupakan hasil tangkapan utama pukat cincin hampir di setiap daerah penangkapan, kontribusinya kira-kira 58%. Perairan Selat Makassar bagian selatan menjadi salah satu tujuan utama penangkapan dengan kontribusi ikan layang sekitar 43%. Kajian tentang hubungan fluktuasi kelimpahan (CPUE) ikan layang terkait fluktuasi suhu dan kesuburan perairan (kandungan klorofil-a) dilakukan berdasarkan data hasil tangkapan pukat cincin yang berbasis di Jawa (2006-2007) dengan data suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a yang berasal dari citra satelit AQUA MODIS. Hasil menunjukkan kelimpahan ikan layang di perairan Selat Makassar bagian selatan berfluktuasi menurut musim, puncak kelimpahan berlangsung selama 3 bulan antara bulan November sampai Januari, lebih lambat dua bulan dibanding puncak kelimpahannya di Laut Jawa (perairan sekitar Kepulauan Masalembo dan pulau Matasirih) yang berlangsung pada musim peralihan 2 (September sampai November). Pola demikian diduga terkait dengan kebiasaan migrasi ikan layang dalam upaya menuju ke daerah pemijahan (spawning migration) yang diperkirakan terjadi di perairan ini. Data citra AQUA MODIS menunjukkan konsetrasi klorofil-a selama periode 2006-2007 berkisar 0,22-0,81 mg/m3, konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi antara Februari-April tiap tahunnya. Sedangkan suhu permukaan laut berkisar 28,38-31,65°C, puncak suhu permukaan laut terjadi pada periode November-Januari. Puncak kandungan klorofil-a yang terjadi pada bulan Maret diduga melatarbelakangi musim dan lokasi pemijahan kedua jenis ikan tersebut. Pola-pola fluktuasi parameter lingkungan yang dikaji serta keterkaitannya dengan kelimpahan juga dibahas. Kata kunci : ikan layang (Decapterus spp.), kelimpahan, kesuburan perairan, selat makasar, suhu permukaan laut PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN ESTUARI SELAT PANJANG RIAU Rupawan Balai Riset Perikanan Perairan Umum Estuari merupakan kawasan muara sungai yang berhubungan bebas dengan laut sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Pengaruh campuran kedua massa air tersebut menghasilkan suatu kondisi lingkungan dan komunitas biota yang khas dan dinamis. Pemanfaatan sumberdaya ikan melalui aktivitas penangkapan sangat berkembang, menggunakan bermacam jenis alat tangkap dan metoda penangkapan mulai dari alat tangkap yang sederhana atau menangkap sedikit sampai pada alat tangkap yang dapat menangkap jumlah banyak. Jenis alat dan metoda penangkapan berorientasi untuk mendapatkan jumlah atau nilai hasil tangkapan yang sebesar-besarnya. Keadaan ini akan mengarah pada pemanfaatan yang berlebih dan cenderung tidak ramah lingkungan. Penelitian untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya ikan diperairan estuari selat Panjang telah dilakukan pada bulan Pebruari -Nopember tahun 2009. Dilakukan dengan metoda survey,pengamatan lapangan,pengamatan di laboratorium, wawancara dan enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estuari selat Panjang tergolong perairan estuary daratan pesisir dengan kisaran salinitas air 7,0 - 22,ppt. Aktivitas penangkapan sekala kecil,trip harian dan perorangan. Menggunakan 5 jenis alat tangkap utama yaiitu; Gumbang (filtering divice), Blad (beach barrier traps), jaring ingsang (gillnet), pancing rawai (bottom longline) dan jala (cast net). Estimasi jumlah sumberdaya ikan yang berhasil dimanfaatkan tahun 2009 mencapai 672 ton. Keanekaragaman jenis hasil tangkapan 54 jenis terdiri 7 jenis udang panaedae dan 47 jenis ikan. Suatu jumlah dan ekanekaragaman yang sangat berperan baik sebagai sumber pendapatan, sumber protein dan kekayaaan sumberdaya hayati. Kata kunci: estuari, pemanfaatan, selat panjang, sumberdaya ikan PENGARUH AKTIFITAS HATCHERI DI WILAYAH PESISIR GONDOL TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESUBURAN PERAIRANNYA Bejo Slamet Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut – Gondol Pesisir Gondol merupakan area pengembangan hatcheri ikan laut dan budidaya laut di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktifitas hatcheri di wilayah pesisir Gondol terhadap kualitas air dan kesuburan perairannya. Penelitian dilakukan dengan analisa kualitas air berupa kecerahan, temperatur, salinitas, pH, kandungan oksigen terlarut, amoniak, nitrit, nitrat, phospat, COrganik dan TOM; serta analisa planktonnya yang meliputi jenis, kemelimpahan dan keragamannya. Pengambilan sampel air dilakukan tiap seminggu sekali dari bulan Agustus sampai Oktober 2009. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 38 genus plankton dari 10 phyllum dengan kemelimpahan berkisar 234-9.858 ind./L, serta indeks keanekaragaman berkisar 1,2-2,44; indeks keseragaman 0,3-0,61 dan indeks dominansi 0,13-0,43, yang mengindikasikan sebagian besar perairan relatif masih cukup baik. Dua parameter kualitas air yaitu kandungan nitrat dan phospat dalam air sudah melebihi standar baku mutu air laut untuk biota laut, walaupun nilainya sangat kecil, sedangkan parameter kualitas air lainnya yaitu suhu, TSS, Kecerahan, pH, DO, Salinitas, NH3, NO2, C-Organik dan total bahan organik (TOM) masih dalam batas standar baku mutu menurut kantor KLH (2004). Secara keseluruhan kondisi kualitas air di perairan wilayah pesisir Gondol masih cukup baik serta layak untuk hatcheri dan budidaya perikanan laut. Untuk kesinambungan budiaya perikanan laut di perairan ini, diperlukan upaya pelestarian lingkungan perairan secara terpadu dan berkelanjutan. Kata kunci: kesuburan, kualitas air, perairan gondol POTENSI PRODUKSI IKAN DAN KUALITAS AIR DANAU MOOAT KABUPATEN BOOLANG MONGONDOW, SULAWESI UTARA Samuel dan Safran Makmur Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang Salah satu Danau Vulkanik yang terdapat di Sulawes Utara adalah Danau Mooat. Danau kedua terbesar di Sulawesi Utara ini mempunyai luas 910 ha, terletak di Kecamatan Modayag atau sekitar 23 km dari Kotamobagu Kabupaten Boolang Mongondow. Saat ini jenis ikan di Danau Mooat di dominasi jenis ikan introduksi. Danau Moat mempunyai arti penting bagi Propinsi Sulawesi Utara karena selain sebagai sumber air bagi kebutuhan pertanian, perikanan dan konsumsi serta objek wisata, sumber air Danau Mooat digunakan untuk PLTA untuk memenuhi kebutuhan listrik di Propinsi Sulut dan Gorontalo. Permasalahan saat ini karena semakin banyaknya kegiatan di sekitar dan di Danau Moat mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan bahkan mengancam putusnya fungsi ekosistim danau. Riset pada tahun 2009. dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 3 kali di lapangan (Februari-Mei-September) dan analisis di laboratorium. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei, sedangkan data sekunder didapatkan melalui pengumpulan berbagai referensi yang relevan. Stasiun pengambilan contoh ditentukan secara purposif (5 stasiun) yang didasari pada keberadaan inlet/outlet, keterwakilan zona litoral dan zona tengah danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan. Pengambilan beberapa parameter fisika, kimia dan biologi perairan (temperatur, kecerahan, kedalaman, substrat dasar dan daya hantar listrik. Parameter kimia yaitu : pH, DO, CO2, Total Phospat (PO4), Amoniak (NH3), Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) dan Alkalinitas. Parameter biologi yaitu plankton, bentos dan chlorofil-a) dilakukan berdasarkan stratifikasi kedalaman perairan danau. Data potensi produksi ikan di Danau Moat didapatkan dengan cara mengukur produktivitas primer perairan. Hasil riset menunjukkan bahwa jenis ikan di Danau Mooat umumnya merupakan jenis ikan introduksi seperti ikan mujaer (Oreochromis mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), nilem (Osteochilus hasselti), bitik (Xiphophorus helleri) dan mas (Cyprinus carpio),lele dumbo(Clarias bathtacus), lele kuning (Clarias sp) dan satu jenis ikan asli danau Mooat yaitu Sogili (Anguilla marmorata). Berdasarkan nilai parameter fisika-kimia dan produktivitas primer, Danau Mooat termasuk dalam klasifikasi danau oligo-mesotrofik yaitu danau dengan tingkat kesuburan rendah-sedang. Potensi produksi ikan di Danau Mooat tergolong rendah yaitu pada survei pertama berkisar antara 5,330-6,289 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 5,760 kg/ha/tahun. Pada survei kedua dan ketiga nilai potensi produksi ikan masing-masing berkisar antara 8,042-9,152 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 8,774 kg/ha/tahun berkisar antara 9,125-10,166 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 9,651 kg/ha/tahun. Kata Kunci : danau mooat, kualitas air, potensi produksi ikan, sulawesi utara DISTRIBUSI SPATIAL NITRAT, FOSFAT, DAN RASIO N/P DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Yuliana*), Enan M. Adiwilaga**), Enang Harris**), dan Niken T.M. Pratiwi**). *)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, Ternate **)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Teluk Jakarta merupakan kawasan perairan yang sangat penting, baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Perairan ini termasuk perairan dengan beban masukan yang tinggi dari daratan yang disebabkan oleh tingginya curah hujan di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, beban masukan tersebut masuk ke Teluk Jakarta melalui 13 sungai yang bermuara ke perairan ini. Jenis masukan nutrien di perairan ini berkaitan erat dengan kegiatan domestik, industri, dan pertanian di Kota Jakarta dan sekitarnya. Jenis masukan yang ada di teluk ini terutama berupa nitrogen dan fosfor, kedua jenis nutrien tersebut termasuk nutrien anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi spatial nitrat dan fosfat, serta menentukan rasio N/P di perairan Teluk Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli dan September 2009 di 6 (enam) stasiun. Hasil yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di perairan berkisar antara 0,1019 - 0,2937 mg/l, fosfat 0,0473 - 0,5836 mg/l, sedangkan rasio N/P berada pada nilai <16. Kata kunci : distribusi, fosfat, nitrat, rasio N/P, teluk jakarta STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PULAU KELAPA, KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati*, Andri Warsa* dan Sri Turni Hartati** **(Balai Riset Perikanan Laut) *(Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan), Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jl. Cilalawi No.1 Jatiluhur Purwakarta Jawa Barat 41152. Email : [email protected] Keberadaan Daerah Perlindungan Laut di Kepulauan Seribu sangat penting sebagai sumber plasma nutfah keanekaragaman hayati, merupakan daerah yang tertutup secara permanen dimana segala bentuk eksploitasi dilarang demi kelestarian sumberdaya pesisir dan laut. Penelitian dilakukan pada bulan April 2007 dengan tujuan penulisan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di DPL Pulau Kelapa (Karang Wak Rom dan Kaliage Kecil). Metode penelitian menggunakan Line Intersept Transect sepanjang 50 m. Ikan karang yang teramati sebanyak 24 spesies di Karang Wak Rom dan 27 spesies di Kaliage Kecil yang terbagi dalam 11 famili. Jumlah spesies yang dijumpai paling banyak adalah dari famili Pomancentridae yaitu 7 – 10 spesies dan jumlah individu terbanyak adalah spesies Apogon victoriae dari family Apogonidae dan spesies Scolopsis affinis dari family Nemipteridae. Jumlah individu ikan mayor berkisar 62 – 81 %, ikan target berkisar 19 – 35 % dan ikan indikator berkisar 3 %, namun tidak teramati ikan indikator di Karang Wak Rom yang diduga disebabkan oleh persentase kesehatan karang yang lebih rendah dibandingkan dengan di Kaliage Kecil. Nilai indeks keanekaragaman (H’) berkisar 2,726 – 2,761 yang menunjukkan pada katagori sedang. Nilai indeks keseragaman berkisar 0,838 – 0,858 menandakan kemerataan antar spesies relatif sama dengan indeks dominasi Simpson berkisar 0,086 – 0,088 yang menandakan tidak terjadi dominasi suatu spesies terhadap spesies lain dalam komunitas atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Secara keseluruhan spesies tersebar relatif sama di kedua stasiun pengamatan, sesuai dengan indeks kesamaan jenis sebesar 0,63. Kata Kunci : struktur komunitas, Daerah Perlindungan Laut, dan Kepulauan Seribu KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN JENIS FITOPLANKTON DI ESTURIA TANJUNG API-API SUMATERA SELATAN Ahmad Farid,Solekha Aprianti, dan Dessy Arisna Peneliti Pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) Penelitian ini untuk mengetahui komposisi dan keanekaragaman jenis fitoplankton di estuaria Tanjung Api-Api Sumatera Selatan.Survey dilakukan tiga kali,Pelaksanaan pertama dilakukan pada bulan Maret 2009,kedua bulan Juni 2009,ketiga bulan Oktober 2009.Pengambilan air dilakukan pada 5 stasiun yaitu: Muara Banyuasin,Terusan,Sungai Bungin,Terabisan,Sungai Calik.Contoh air untuk analisa fitoplankton diambil pada kedalaman 0.5 m dari permukaan dengan menggunakan water sampler dan dimasukkan kedalam botol 500 ml.Untuk pengawetan dan perwarnaan sampel air diberi Lugol 5 ml.Kemudian dianalisis kuantitas dan kualitasnya dibawah mikroskop dengan bantuan alat SRC (Sedwick rafter counter cell).Identifikasi plankton dilakukan sampai tingkat genera dengan bantuan buku identifikasi plankton.Jenis fitoplankton yang ditemukan di estuaria Tanjung Api-Api 14 jenis pada bulan Maret yang terdiri dari kelompok Chlorophyceae (29%) dan Bacillariophyceae (71%).Pada bulan Juni 18 jenis yang terdiri dari kelompok Chlorophyceae (38%),Bacillariophyceae (47%),Chrysophyceae (13%) dan Cyanophyceae (3%).Sedangkan pada bulan Oktober terdapat 15 jenis terdiri dari kelompok Chlorophyceae (20%),Bacillariophyceae (60%),Chrysophyceae (20%). Kata kunci: fitoplankton, keanekaragaman, Tanjung Api-Api Sumatera Selatan KELIMPAHAN FITOLANKTON DAN KONDISI LINGKUNGAN DI PULAU PAMEGARAN, KEPULAUAN SERIBU Andri Warsa dan Sri Turni Hartati Fitoplankton adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah kelas yang berbeda dan mempunyai peranan yang penting dalam sistem pelagik. Fitoplankton merupakan produsen utama zat –zat organik yang mampu membuat ikatan – ikatan organik yang kompleks dari bahan organik yang sedehana. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton serta kondisi oseanografi di Pulau Pamegaran, Kepulauan seribu. Penelitian ini dilakukan di Pulau Pamegaran Kepulauan Seribu pada bulan Mei 2009 dengan metode sampling berstrata. Pengambilan sampel oseanografi dan plankton dilakukan pada tiga lokasi pengamatan. Untuk sampel fitoplankton dilakukan dengan saringan plankton no 25 dengan diameter cincin saringan adalah 30 cm. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal dengan menggunakan tali dengan jarak 10 m. Kelimpahan fitoplankton yang ditemukan dilokasi sekitar lokasi berkisar 76.050 – 377.715 sel/m3. Fitoplankton yang ditemukan di sekitar Pulau Pamegaran berkisar terdiri dari 37 genus dari 3 kelas yaitu Dinophyceae (6 genus), Cyanophyceae (4 genus) dan Bailariphyceae (27 genus). Suhu air di lokasi pengamtan berkisar 30,3 – 32,3 o C, Kisaran salinitas dilokasi pengamatan berkisar 32 – 33 o/oo, Konsentrasi oksigen terlarut berkisar 4,99 – 6,83 mg/l, Nilai pH dilokasi pengamatan 7,49 – 7,68 unit yang menandakan perairan tersebut bersifat netral. Berdasarkan kondisi oseanografi lokasi tersebut mendukung untuk kehidupan biota akuatik seperti fitoplankton. Kata Kunci : Kelimpahan fitoplankton, Oseanografi dan Pulau Pamegaran KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK MENDUKUNG PERIKANAN DI WADUK CIRATA Chairulwan Umar Pusat Riset Perikanan Tangkap Kajian kualitas air di waduk Cirata dilakukan mulai bulan Desember 2007 sampai bulan Juni 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keadaan kualitas air dalam upaya mendukung perikanan di waduk Cirata. Pengambilan contoh air dilakukan di tiga stasiun pengukuran dengan menggunakan metode survei berstrata dan contoh air diambil dengan menggunakan kemmerer bottle sampler. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kualitas air di waduk Cirata cukup mendukung untuk kegiatan perikanan. Pengukuran rata-rata pada tiga stasiun pengukuran terhadap suhu berkisar antara 28 0C – 30 0C, kekeruhan 1.1 – 5.87 , oksigen terlarut 2.4 – 4.7 mg/l, kesadahan 22,67 – 51,66 mg/l (CaCo3), pH 7.58 – 7.96 , amonia 0.021 – 0.104 mg/l, nitrit 0.031 – 0.14 mg/l dan nitrat 0.325 -0.67 mg/l. Hasil pengukuran terhadap konsentrasi N-NO3, pada semua stasiun pengukuran menunjukkan bahwa tingkat trofik di waduk ini masih berada pada level eutrofik. Kata kunci: eutrofik, kualitas perairan, waduk cirata KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA DI KAWASAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DANAU KERINCI JAMBI Joni Haryadi, Imam Taufik dan Ofri Johan Pusat Riset Perikanan Budidaya Penggunaan pestisida pada kegiatan pertanian di sekitar kawasan pengembangan perikanan budidaya Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci Jambi dapat merugikan kegiatan budidaya perikanan serta menyebakan degradasi lingkungan karena pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh fisiologi dan taksonomi biota, termasuk mahluk akuatik bukan sasaran. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi pencemaran pestisida di kawasan pegembangan perikanan danau kerinci, sehingga dapat diketahui kelayakan perairan tersebut bagi pengembangan budidaya perikanan danau yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2006 dengan menggunakan metode random sampling. Hasil analisis dari tiga golongan utama pestisida (organoklorin, organoposfat dan karbamat) menunjukan bahwa pencemaran pestisida di danau Kerinci masih di bawah Batas Maksimum Residu (BMR) untuk keperluan peternakan dan perikanan. Kata kunci : danau kerinci, pestisida, perikanan budidaya KOMPOSISI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN DI PERAIRAN SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Melfa Marini dan Husnah Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang Ikan sebagai organisme akuatik sungai merupakan salah satu indikator bagi baik buruknya kondisi lingkungan perairan, diikhawatirkan terjadi penurunan di alam, penurunan tersebut selain karena tingkat eksploitasi yang meningkat juga karena perubahan habitat, pada penelitian ini dilakukan analisis spasial dan temporal komposisi ikan, yang bertujuan untuk mengetahui hubungannya dengan faktor biotik dan abiotik di sungai Siak Provinsi Riau sebagai dasar untuk konservasi. Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan saat survey lapangan, catatan harian nelayan dan koleksi harian ikan awetan nelayan yang dikumpulkan pada ember 25 L yang berisi larutan formalin 10%. Lokasi sampling ditetapkan di 15 titik pengamatan dimulai didaerah hulu (sekitar Menpura besar) hingga di hilir (Sungai Pinang) pada bulan Pebruari, Juli, dan Oktober 2009. Dari hasil penelitian ditemukan 51 jenis ikan yang termasuk kedalam 38 genera dan 26 familia. Komposisi ikan secara spasial lebih dipengaruhi oleh tipe habitat. Didaerah yang terdapat tanaman air, kelimpahan ikan relatif lebih tinggi di bandingkan di stasiun yang tidak terdapat tanaman air. Secara temporal, komposisi ikan dipengaruhi oleh ketinggian air, oksigen terlarut, dan pH. Kelimpahan ikan tertinggi terdapat pada bulan Juli. Kata kunci: komposisi, distribusi, spasial dan temporal, Sungai Siak HUBUNGAN KERAGAMAN FITOPLANKTON DENGAN KUALITAS AIR DI DANAU MANINJAU Rasidi dan Erlania Pusat Riset Perikanan Budidaya Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang terletak di Kabupaten Agam Sumatra Barat. Pemanfaatan danau antara lain untuk PLTA, irigasi, budidaya ikan, keperluan rumah tangga dan rekreasi/pariwisata. Adanya multifungsi danau tersebut diperkirakan akan menimbulkan kualitas perairan akan mengalami kemunduran. Salah satu cara untuk mengetahui kualitas perairan yaitu dengan pendekatan bioindikator perairan dengan mengetahui indeks biologi fitoplankton. Penelitian dilakukan di danau Maninjau, Agam Sumatra Barat pada bulan September 2009. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kelimpahan fitoplankton dilihat dari analisis indeks biologi fitoplankton dan hubungannya dengan kualitas air. Pengukuran kualitas air langsung di lapang (insitu) dan pengambilan sampel air dan plankton untuk dianalisis di laboratorium (eksitu) untuk parameter kimia air dan fitoplankton. Pengambilan plankton menggunakan plankton-net no 25. Hasil penelitian menunjukkan indek keragaman berkisar 1,24 – 1,73, indeks keseragaman berkisar 0,45 – 0.68, indeks dominansi bekisar 0,21 – 0,38. Dengan demikian dapat dikatakan kondisi komunitas fitoplankton di perairan danau Maninjau termasuk stabil moderat (sedang). Berdasarkan uji hubungan linear, keragaman fitoplankton berhubungan erat dengan beberapa parameter in situ anatara lain TDS, Kecerahan dan Kedalaman dan parameter ek situ antara lain Nitrit, Kalium, P total, dan H 2S dengan nilai koefisien regresi r >5. Kata Kunci : danau maninjau, fitoplankton, keragaman, kualitas air. BAHAN ORGANIK POLUTAN (OIL DAN GREASE, FENOL) TERHADAP KUALITAS PERAIRAN SUNGAI SIAK BAGIAN HILIR HUBUNGANNYA Siswanta Kaban Balai Riset Perikanan Perairan Umum Bahan organik polutan seperti halnya oil dan grease, fenol dapat digunakan sebagai indikator perairan, yang dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen, peningkatan permintaan oksigen biokimia (BOD), peningkatan suhu air dan keasamaan air yang terkait dengan degradasi habitat perairan, berkurangnya produktivitas dan keanekaragaman hayati. Sebaran terhadap polutan bahan organik minyak dan lemak, phenol di Sungai Siak bagian hilir dilakukan pada tahun 2009. Bahan organik polutan seperti halnya oil dan grease dan fenol merupakan bahan polutan yang berbahaya khususnya terhadap biota yang dapat menyebabkan gangguan fisiologis (abnormal) seperti halnya pengurangan kekebalan organisme akuatik yang ada di perairan. Hasil penelitian menunjukkan fenol di sungai siak masih berada di ambang batas yang ditetapkan sedangkan konsentrasi oil/grease cukup tinggi bahkan pada lokasi tertentu mencapai 3,4 mg/l yang kemungkinan disebabkan aktivitas industri disepanjang sungai siak cukup tinggi maupun dari limbah domestik dan pemanfaatan transportasi yang cukup tinggi. Kualitas perairan yang berpengaruh langsung akibat tingginya oil/grease di sungai siak seperti halnya rendahnya oksigen terlarut dan derajat keasaman. Kata kunci : bahan organik polutan, fenol, oil dan grease, sungai siak. KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN PLANKTON DI WADUK KEDUNG OMBO JAWA TENGAH Susilo Adjie Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang Waduk Kedung Ombo (4.800 ha) terletak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah secara resmi dioperasikan pada tahun 1991. Daerah genangan air waduk menyebar ke tiga wilayah administrasi Kabupaten yaitu Grobogan, Boyolali dan Sragen. Sumber air waduk Kedung Ombo yaitu berasal dari sungai Jerabung, Serang, Lusi, dan Juwana (JRATUNSELUNA). Dalam dunia perikanan, keberadaan plankton terutama fitoplankton merupakan faktor biologi yang penting, karena fitoplankton merupakan bagian mata rantai pertama dalam jaringan makanan di perairan. Disamping itu, kelimpahan plankton dapat juga menjadi indikator tentang kesuburan perairan. Pengamatan kelimpahan dan keragaman plankton telah dilakukan di waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November 2009 dengan menetapkan 6 stasiun pengamatan yaitu inlet Serang, inlet Samodro, tengah, KJA aquafarm, KJA Ngasinan dan outlet Boyolayar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keragaman plankton dalam kaitannya dengan kesuburan perairan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa plankton yang ditemukan terdiri dari delapan kelas yaitu: Bacillariophyceae (9 spesies), Chlorophyceae (7 spesies), Cyanophyceae (3 spesies), Dinophyceae (1 spesies), Euglenophyceae (1 spesies), Crustacea (2 spesies), Mastigophora (2 spesies) dan Monogononta (4 spesies). Bacillariophyceae menempati proporsi tertinggi berdasarkan jumlah spesies. Waduk Kedung Ombo termasuk kesuburannya tinggi (eutrofik) dengan kelimpahan tertinggi pada stasiun 6 yaitu sekitar 357.758 sel/liter. Kata kunci: kelimpahan, keragaman, plankton, waduk Kedung Ombo KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN JUVENIL IKAN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA DKI JAKARTA Adriani Sri Nastiti Krismono*), Achmad Fitriyanto*) dan Astri Suryandari*) *) Peneliti di Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur Teluk Jakarta merupakan perairan semi terbuka dengan ekosistem antara estuarin dan marin (hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang) yang berperan sebagai saringan pertukaran aliran energi didalamnya, flushing rate tinggi sekaligus mudah terpapar bahan pencemar, diketahui bahwa kondisi sumber daya ikan di perairan Teluk Jakarta cenderung sudah kritis (over fishing). Kenyataan yang ada bahwa daerah penangkapan ikan adalah habitat juvenil ikan yang sebetulnya harus dilindungi atau di konservasi.Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif juvenil ikan sebagai salah satu dasar pengelolaan kawasan konservasi sumber daya ikan di Perairan Teluk Jakarta. Metode penelitian yang digunakan pengambilan contoh berstrata (stratified sampling method). Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai Oktober 2009 pada 10 stasiun. Untuk mendapatkan komposisi kelimpahan juvenil ikan digunakan alat tangkap mini bottom trawl selanjutnya contoh juvenil ikan yang diperoleh disortir dengan bantuan loop diperoleh jenis sedangkan untuk mendapatkan kelimpahan juvenil ikan digunakan metode swept area. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Teluk Jakarta komposisi Juvenil ikan 63 % dan juvenil crustacea 37 %. Komposisi juvenil ikan di Tanjung Karawang dan Muara Gembong (wilayah timur Teluk Jakarta) sebesar 79% di dominasi oleh ikan teri (Stolepharus sp) dan udang putih (Peneaus merguensis) sedangkan terendah di Muara Kamal dan Tanjung Rebo (wilayah barat Teluk Jakarta) sebesar 21% didominasi ikan Beseng-beseng (Apogon sp) dan ikan petek (Leigantahus sp). Nilai total Kelimpahan Juvenil yang tertinggi di wilayah timur Teluk Jakarta sebanyak 54,773 ind/m2 didominasi oleh jenis udang putih (Peneaus merguensis) sedangkan terendah di wilayah barat Teluk Jakarta sebanyak 45,140 ind/m2 didominasi oleh jenis ikan petek (Leiogantahus sp). Kondisi habitat di wilayah timur Teluk Jakarta lebih baik dibandingkan wilayah barat. Wilayah barat Teluk Jakarta, perairannya dipengaruhi oleh banyak aktivitas manusia baik di bidang industri dan rumah tangga. Kata kunci: komposisi, kelimpahan, juvenil, Teluk Jakarta. POLA REKRUITMEN KERANG SIMPING (AMUSIUM PLEURONECTES) DI PERAIRAN KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH Ana Kristianti1, Waridin2, Jusup Suprijanto2 1. Mahasiswa Program Double Degree Managemen Sumberdaya Pantai UN DIP 2. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang Kerang merupakan salah satu sumberdaya laut, yang mempunyai potensi besar dan nilai ekonomis yang tinggi, namun belum banyak dimanfaatkan secara optimal, sebagai salah satu contoh adalah kerang simping. Produksi kerang simping rata-rata di Kabupaten Brebes mencapai 59 ton per tahun meskipun kerang simping merupakan product by-cacth. Sebagai salah satu biota yang hidup di dasar perairan dan keberadaannya tidak sepanjang tahun maka sangat menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan melakukan penangkapan di wilayah perairan Brebes yang diduga sebagai habitat kerang simping dengan menggunakan jaring arad. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2009 – Maret 2010 yang bertujuan untuk menganalisa pola rekruitment kerang simping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerang simping melakukan pemijahan atau rekruitment sepanjang tahun, dengan bulan Mei sampai dengan bulan Agustus merupakan puncak musim pemijahan. Pada bulan Mei 17.29%, bulan Juni 17.87%, Juli 15.76% dan bulan Agustus 10.42%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola rekruitmen individu baru yang ditandai dengan adanya proses pemijahan terjadi sepanjang tahun dari bulan Januari sampai dengan Desember tetapi lebih optimal terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus. Hal ini sesuai dengan pendapat Joll (1987) yang menyatakan bahwa fase gametogenesis Amusium balloti mulai terlihat pada bulan Maret dan gonad tersebut mengalami perkembangan seksual sampai dengan Desember/Januari dan spawning Amusium balloti terjadi dari April/Mei sampai Desember. Selain itu Joll (1989) juga mengatakan bahwa gonad pada Amusium balloti mulai berkembang pada bulan Juni/Juli dan spawning terjadi dari bulan Agustus sampai Februari/Maret. Hal ini menunjukkan bahwa Amusium balloti dapat melakukan spawning sepanjang tahun sesuai dengan pendapat Hasler dan Moran (1988) dalam Setiobudiandi (2000) bahwa kerang di daerah tropis memijah sepanjang tahun. Kata kunci: karakteristik pertumbuhan, kerang simping (Amusium pleuronectes), KERAGAMAN GENETIK IKAN SEMAH (TOR SORO, VALENCIENNES, BERDASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt B DNA MITOKONDRIA 1842) Arif Wibowo, Subagja dan Safran Makmur Penelitian dilakukan selama tahun 2008 di perairan umum Prov. Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jawa barat. Tujuan penelitian adalah mendeterminasi struktur genetika (keragaman nukleotida dan haplotype) Ikan Semah (Tor soro) yang merupakan komponen penting bagi pengelolaan sumber daya ikan semah di masa yang akan datang. Metode penelitian menggunakan purposive sample untuk pengambilan sample ikan semah. Sirip ekor dan darah ikan dikoleksi dan diawetkan menggunakan alkohol absolut 99%. dan diekstraksi dengan menggunakan metode sambrook. Analisis genetik menggunakan metode sekuense DNA mitokondria di Laboratorium Rekayasa Genetika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong, dengan tahapan-tahapan pengerjaan yang dijelaskan sebagai berikut. Ekstraksi dan purifikasi DNA total dilakukan menurut metode Sambrook yaitu purifikasi total genom DNA dengan standar fenol, kloroform, isoamil alkohol (ChoI-IAA) dan diikuti dengan presepitasi etanol absolut. Primer didesign menggunakan paket program PRIMER 3. Runtutan basa nucleotida yang dihapat disejajarkan dengan Clustal W dan dianalisis keragaman nukleotida (variasi dan komposisi nukleotida) dalam paket program MEGA 4.0. Analisis keragaman haplotype (h) dab menggunakan ARLEQUIN 3.1.Hasil penelitian mengungkapkan Populasi Ikan Semah yang berada di Jawa Barat memiliki keragaman genetic yang paling tinggi (h = 1.000; π = 0.313), kemudian berturut-turut sampai yang terendah populasi ikan semah Sumatera Selatan (h = 1.000; π = 0.148) dan Sumatera Utara (h = 1.000; π = 0.121).Pengamatan pohon filogenetik mengindikasikan bahwa populasi diferensiasi telah terjadi pada ikan semah, dimana populasi Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan adalah populasi atau unit stok yang terpisah. Kata kunci: haplotype, ikan semah (Tor soro), keragaman, nukleotida KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI WADUK GAJAHMUNGKUR WONOGIRI JAWA TENGAH Danu Wijaya dan Agus Djoko Utomo Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Waduk Gajahmungkur, Jawa Tengah. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari dan Mei 2009. Dalam peneitian ini ditentukan empat stasiun, yaitu : Inlet, Tengah, KJA, dan Outlet. Pengambilan contoh fitoplankton dilakukan dengan menggunakan plankton net. Dari hasil pengamatan didapatkan 22 genera fitoplankton dari 4 kelas. Pada Februari 2009, kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun KJA Aquafarm (183.015 sel/L) dan terendah di stasiun outlet (28.792 sel /L). Pada Mei 2009, kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun tengah(171.473 sel /L) dan terendah di stasiun outlet (7.060 sel /L). Sedangkan indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada bulan Februari terdapat di stasiun inlet (0,72) dan pada bulan Mei terdapat di stasiun tengah (1,43). Kata kunci: fitoplankton, kelimpahan, Waduk Gajahmungkur BAHAN ORGANIK TOTAL DAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK IR H DJUANDA Lismining Pujiyani Astuti dan Andri Warsa Peneliti pada Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur Masukan pencemaran yang menyebabkan perubahan kualtas air di waduk Ir H Djuanda dapat berasal dari dalam yaitu aktivitas budidaya dan dari luar yaitu dari runoff catchment area dan dari inlet Waduk Cirata. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Nopember 2009 pada 4 stasiun pengamatan menggunakan metode sampling berstrata. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan organik terhadap keberdaan beberapa parameter kualtas air di Waduk Ir H Djuanda. Konsentrasi bahan organik selama penelitian pada kedalaman 0 – 8 m adalah 3,52 – 10,73 mg/L dengan rata – rata 6,16 mg/L dan di dasar perairan berkisar 3,65 – 13,8 mg/L dengan rata – rata 6,77mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut pada kedalaman 0 – 8 m adalah 0,2 – 9,2 mg/L dengan rata – rata 4,17 mg/L dan di dasar perairan berkisar 0,0 – 2,20 mg/L dengan rata – rata 0,49 mg/L. konsentrasi ammonium pada kedalaman 0 – 8 m adalah 0,07 – 2,80 mg/L dengan rata – rata 0,58 mg/L dan di dasar periran berkisar 0,19 – 1,17 mg/L dengan rata – rata 0,55 mg/L dan konsentrasi Orthofosfat pada kedalaman 0 – 8 m adalah 0,00 – 0,025 mg/L dengan rata – rata 0,08 mg/L dan di dasar periran berkisar 0,02 – 0,51 mg/L dengan rata – rata 0,15 mg/L. Konsentrasi bahan organik di Waduk Ir H Djuanda berpengaruh pada keberadaan beberapa parameter kualitas air lainnya yaitu penurunan konsentrasi oksigen terlarut. Adanya konsentrasi bahan organik yang tinggi akan menyebabkan naiknya konsentrasi amonium dan orthofosfat yang berasal dari dekomposisi bahan organik tersebut. Kata kunci : bahan organik, Waduk Ir H Djuanda, kualitas air KELIMPAHAN ZOOPLANKTON DI WADUK SAGULING JAWA BARAT Masayu Rahmia Anwar Putri dan Sri Endah Purnamaningtyas Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan Jl. Cilalawi Tromol Pos No. 1 jatiluhur Purwakarta Email : [email protected] Zooplankton mepunyai peran penting sebagai konsumen pertama dalam rantai makanan di perairan yang memanfaatkan fitoplankton sebagai produsen primer. Waduk Saguling yang terletak di provinsi Jawa Barat merupakan waduk dengan tingkat pencemaran cukup tinggi yang berasal dari kegiatan budidaya, blooming eceng gondok dan juga limbah industri ataupun rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan zooplankton di waduk Saguling. Penelitian dilakukan pada tahun 2008 di 5 stasiun pengamatan dengan kedalaman 0, 2, 4 dan 8 meter. Kelimpahan individu zooplankton dilakukan dengan menggunakan metode Lackey drop microtransect counting. Ditemukan 4 kelas zooplankton di Waduk Saguling, yaitu Copepoda, Cladocera, Rotifera dan Protozoa. Secara horizontal, kelimpahan zooplankton tertinggi berada di stasiun Dam yaitu 476.844 ind/l dan terendah di stasiun Maroko dengan kelimpahan 192.146 ind/l. Secara vertikal semakin dalam perairan, kelimpahan zooplankton semakin tinggi dimana pada kedalaman 8 meter kelimpahannya 459.720 ind/l sedangkan pada permukaan perairan 334.998 ind/l. Sedangkan secara temporal, kelimpahan zooplankton terendah terjadi pada bulan Juni yaitu sekitar 123.738 ind/l dan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 583.882 ind/l. Kata Kunci : Kelimpahan, Waduk Saguling, Zooplankton PENGARUH SUHU TERHADAP ZOOXANTHELLAE PADA KARANG PORITES LOBATA, POCILLOPORA DAMICORNIS DAN ACROPORA ASPERA Richie Faizal Purwanto, Galang Sasana Pribadi, Ambariyanto dan Diah Permata Wijayanti Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP, Semarang Pemanasan global membawa ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang. Fenomena yang mengakibatkan pergeseran iklim global (global climate change) tersebut diduga merupakan dampak dari efek rumah kaca yang dibawa oleh kelebihan CO 2 (karbondioksida) dan gasgas rumah kaca lainnya di atmosfir. Pengaruh pemanasan global pada ekosistem terumbu karang diduga telah menyebabkan sering munculnya pemutihan karang dalam tiga dekade terakhir. Kenaikan suhu lingkungan dari suhu toleransi karang berpengaruh terhadap zooxanthellae di dalam karang karena zooxanthellae sangat sensitif terhadap perubahan parameter lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap perubahan densitas zooxanthellae, Mitotic Index (MI), ukuran zooxanthellae dan kandungan klorofil-a dari zooxanthellae yang diisolasi pada karang P. damicornis dan A. aspera. Pengambilan sampel diambil di Perairan Bandengan Jepara yang menggunakan cara sampling purposive. Penelitian ini dilakukan secara laboratoris dengan mengisolasi zooxanthellae dari karang P. lobata, P. damicornis dan A. aspera. Karang diberi perlakuan dengan 3 perlakuan suhu yaitu suhu 32ºC, 34ºC, 36ºC dan sebagai kontrol suhu 30ºC. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu yang tinggi menyebabkan penurunan densitas dan klorofil-a dalam jaringan karang, serta mengecilnya ukuran zooxanthellae. Sedangkan mitotic index menunjukkan bahwa respon yang diberikan cenderung bervariasi. Peningkatan suhu air memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap parameter uji. Respon zooxanthellae yang diisolasi dari karang P. lobata cenderung tidak signifikan (P≥0,05). Sedangkan pada zooxanthellae karang P. damicornis dan A. aspera menunjukkan zooxanthellae memberikan nilai yang signifikan (P<0,05) terhadap kenaikan suhu air. Kata kunci: zooxanthellae, kenaikan suhu, pemutihan karang, P. lobata, P. damicornis, A. aspera KADAR PESTISIDA ORGANOKLORIN DI PERAIRAN SUNGAI SIAK BAGIAN HILIR Siswanta Kaban dan Husnah Balai Riset Perikanan Perairan Umum Pestisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama. Pestisida memegang peranan penting dalam melindungi tanaman, ternak, dan untuk mengontrol sumber-sumber vector penyakit. Penggunaan pestisida oleh petani di seputaran di Sungai Siak karena sebagian besar telah membuka lahan untuk perkebunan. Pada penelitian ini dilakukan studi mengenai residu cemaran pestisida golongan organoklor yang terlarut dalam air. Preparasi sampel dilakukan mengikuti prosedur standar, diteruskan dengan analisis residu cemaran pestisida golongan organoklorin dengan menggunakan Gas Chromatografi. Hasil penelitian menunjukkan pada 5 lokasi sampling yang didapatkan adanya delapan residu cemaran pestisida organoklorin yang dianalisis, yaitu: dieldrin; aldrin; chlordane; methoxychlor; endrin; heptachlorepoxide; heptachlor dan lindane dengan kadar tertinggi sebesar 0,008 µg/L jenis lindane dan rata-rata kadar pestisida organoklorin sebesar 0,04 µg/L. Hasil tersebut menunjukan bahwa kadar total pestisida organoklorin di perairan Sungai Siak dalam air masih rendah, jauh di bawah baku mutu yang diperbolehkan dalam perairan untuk biota yang telah ditetapkan oleh Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup . Kata kunci : organoklor, pestisida, pencemaran, sungai siak SEBARAN JENIS-JENIS IKAN DI WADUK KOTOPANJANG, PROVINSI RIAU Susilo Adjie Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang Waduk PLTA Kotopanjang yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, wisata dan perikanan ini terletak di kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Memiliki topografi yang dikelilingi oleh perbukitan dan merupakan hasil pembendungan di bagian hulu sungai Kampar Kanan, dan sungai Mahat pada tahun 1996. Penelitian untuk mengetahui sebaran jenis-jenis ikan di waduk Kotopanjang telah dilaksanakan pada bulan Agustus dan Oktober 2009. Metode penelitian dengan metode survei dengan menetapkan 5 stasiun pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap di waduk Kotopanjang berjumlah 23 jenis yang tersebar hampir di seluruh stasiun penelitian kecuali ikan mas menyebar di sekitar KJA, ikan pimping menyebar di tengah dan di tepi waduk, ikan puyuh, ikan ikan inggi dan sepat rawa menyebar di tepi waduk dan ikan tapah menyebar di perairan bagian dalam. Kualitas air di waduk Kotopanjang pada umumnya masih layak untuk mendukung kehidupan ikan KAJIAN DINAMIKA POPULASI IKAN WADER PARI (RASBORA LATERISTRIATA) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULON PROGO Agus Arifin Sentosa1) dan Djumanto2) 1)Staf peneliti pada Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, Jatiluhur pada Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada 2)Dosen Ikan wader pari (Rasbora lateristriata) merupakan salah satu jenis ikan tangkapan utama di Daerah Aliran Sungai Ngrancah dan Waduk Sermo. Kajian dinamika populasi menjadi penting sebagai dasar pengelolaan perikanan agar stok ikan wader pari dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter populasi ikan wader pari di sungai Ngrancah, Kabupaten Kulon Progo. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode survai tunggal setiap minggu pada bulan Juli 2007, Mei 2008 dan Mei 2009. Pengambilan contoh ikan dilakukan menggunakan jala tebar dan bubu. Semua contoh ikan yang tertangkap diukur panjang total menggunakan jangka sorong. Data frekuensi panjang dianalisis menggunakan perangkat lunak FiSAT II untuk menduga parameter pertumbuhan, mortalitas dan rekrutmen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai parameter populasi ikan wader pari yang diduga terkait dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Populasi ikan wader pari pada tahun 2007, 2008 dan 2009 secara berturut-turut memiliki dugaan parameter populasi sebagai berikut: Parameter panjang asimtot (L∞) memiliki nilai sebesar 12,34; 13,39 dan 13,39 cm dengan nilai K sebesar 0,62; 0,32 dan 0,63 pertahun dan nilai to sebesar -0,33; -0,65 dan -0,32 tahun. Mortalitas alami (M) sebesar 1,67; 1,06 dan 1,65 pertahun dengan mortalitas total (Z) sebesar 1,76; 1,23; dan 3,09 pertahun dan mortalitas tangkap (F) sebesar 0,09; 0,17 dan 1,44 pertahun. Pola rekrutmen ikan wader pari terjadi setiap tahun dengan puncaknya diduga pada bulan April hingga Juli bertepatan dengan akhir musim penghujan. Kata kunci: Kulon Progo, populasi, Rasbora lateristriata, Sungai Ngrancah,. STUDI KANDUNGAN NITRAT DAN FOSFAT DALAM PERAIRAN PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (KAPPAPHYCUS ALVAREZII) DI SULAWESI BARAT TERHADAP POLEWALI, Andi Sahrijanna dan Petrus Rani Pong-Masak Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kandungan nitrat dan posfat terhadap pertumbuhan rumput laut, Kappaphycus alvarezii di perairan Tonyaman, Polewali Mandar Sulawesi Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan nitrat dan posfat di perairan terhadap laju pertumbuhan rumput laut tersebut. Analisis kualitatif nitrat dan posfat dengan menggunakan pereaksi kimia sulafanilamid dan naftilamide untuk membentuk senyawa diazo yang berwarna merah muda. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada gelombang 543 nm, diperoleh konsentrasi rata-rata nitrat dari awal (o), 15, 30, 45, 60 dan 75 hari secara berturut-turut adalah 0.0767 ppm, 0.3748 ppm, 0.0120 ppm, 0.0382 ppm, 0.0098 ppm, dan 0.0117 ppm. Dari hasil analisis ini dapat dibuktikan bahwa kandungan nitrat berpengaruh nyata pada pertumbuhan rumput laut. Selain itu dapat pula dilihat pengaruh faktor –faktor lingkungan dan musim terhadap mutu rumput laut. Kata kunci: analisis, nitrat, perairan Sulawesi Barat, rumput laut STUDI STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON KABUPATEN GARUT JAWA BARAT DI PERAIRAN SITU BAGENDIT Arip Rahman1), Titin Herawati2), Ayi Yustiati2) 1)Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan 2)Fakultas Perikanan dan Kelautan UNPAD Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2003 sampai Juni 2003 di perairan Situ Bagendit Kab. Garut Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey dengan menetapkan lima stasiun dan enam kali waktu sampling secara time series seminggu sekali. Data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus kelimpahan plankton, indeks dominansi Simpson dan indeks keanekaragaman Simpson. Hasil identifikasi menunjukan pada perairan Situ Bagendit terdapat 26 genus fitoplankton dan 21 genus zooplankton. Kelimpahan fitoplankton terbesar adalah kelas Cyanophyceae (196 sel/l) dengan genus yang paling banyak ditemukan adalah Microcystis sedangkan dari zooplankton kelimpahan terbesar adalah dari kelas Crustaceae (244 individu/l) dengan genus yang paling banyak ditemukan adalah Cyclops. Kelimpahan fitoplankton di perairan Situ Bagendit di dominansi oleh kelas Cyanophyceae (rata-rata indeks dominansi 0,584), sedangkan kelimpahan zooplankton relatif merata (rata-rata indeks dominansi 0,227). Kondisi ekosistem perairan Situ Bagendit menunjukan perairan yang kurang stabil dengan rata-rata indeks keanekaragaman Simpson fitoplankton 0,370 dan zooplankton 0,739. Dilihat dari kualitas airnya, pengembangan usaha perikanan yang mungkin dilaksanakan di perairan Situ Bagendit adalah pen culture dan melakukan restocking untuk wisata pancing. Kata kunci : fitoplankton, situ bagendit, struktur komunitas plankton, zooplankton POTENSI KERANG SIMPING (AMUSIUM PLEURONECTES) DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH Johan Danu Prasetya*, Jusup Suprijanto** dan Johannes Hutabarat** * Alumni Program DD MSDP Konsentrasi Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Universitas Diponegoro Semarang / Staf Pengajar Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta ** Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan dan Program DD MSDP Konsentrasi Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Universitas Diponegoro Semarang Kerang Simping merupakan salah satu potensi komoditi perikanan tangkap Kabupaten Brebes yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan dapat dikembangkan secara komersial. Namun demikian, informasi tentang potensi Kerang Simping di Kabupaten Brebes belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian potensi kerang Simping meliputi jumlah produksi dan musim penangkapan, nilai indeks kondisi serta biometrika. Penelitian dilakukan di Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Metode pengumpulan data dilakukan dengan sampling dan dokumentasi. Sampling kerang Simping dilakukan langsung dari perairan serta dari nelayan atau pedagang. Metode dokumentasi dilakukan dengan menganalisis data sekunder dari pengepul kerang Simping tentang produksi kerang Simping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi Simping setiap tahun sebesar 52,82 ton, jumlah produksi Simping terbesar dan terkecil masingmasing adalah 68,27 ton (2009) dan 29,98 ton (2007). Musim Simping berkisar antara bulan Januari hingga bulan Mei dengan musim puncak pada bulan Maret setiap tahun. Rata-rata nilai indeks kondisi pada 23 Maret 2008, 03 dan 24 Mei 2008 serta April 2009 masing-masing sebesar 60,63 ± 5,46 (kategori besar); 61,61 ± 4,99 (kategori besar); 43,67 ± 8,63 (kategori sedang) dan 44,93 ± 6,13 (kategori sedang). Rata-rata panjang dan berat total Simping minimal dan maksimal masing-masing adalah 25,33 mm dan 88,21 mm; 3,89 gram dan 53,67 gram. Hubungan regresi antara panjang dengan berat total pada sampel Simping 03 dan 24 Mei 2008 dan 22 April 2009 masing-masing adalah allometri positif, allometri negatif dan allometri positif. Kata kunci: Amusium pleuronectes, Brebes, potensi, simping ANALISIS PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT (EUCHEMA COTTONII) DI KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN Sutinah Made Staf Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Analisis Prospek Pengembangan Rumput Laut (Eucheuma cottonii ) di Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Rumput laut saat ini merupakan komoditi Unggulan dan mendapat prioritas dari pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Produsen terbesar di dunia pada tahun 2014. Tujuan jangka panjang Penelitian ini adalah Memformulasi strategi pengembangan usaha rumput laut di Kabupaten Bone. Target Khusus yang ingin dicapai adalah : 1). Mengidentifikasi faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha rumput laut, 2).Mendesain strategi pengembangan usaha rumput laut, untuk meningkatkan produksi yang berkualitas dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka kegiatan penelitian ini direncanakan 6 (enam) bulan dengan jenis penelitian Survey. Lokasi penelitian di Kabupaten Bone. Jumlah responden adalah 202 orang. Analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah analisis SWOT untuk strategi pengembangan usaha rumput laut. Hasil penelitian menyatakan : : Berdasarkan analisis SWOT maka strategi pengembangan usaha rumput laut E. Cottonii yaitu : Optimalisasi usaha melalui pemanfaatan areal budidaya; Diversifikasi produk olahan rumput laut yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan permintaan ekspor ; Peningkatan kualitas produk sesuai standar eksport, agar dapat meningkatkan pendapatan dan devisa Negara ; Meningkatkan kualitas bibit melalui kebun bibit dan kultur jaringan ; Merencanakan tata ruang untuk budidaya rumput laut agar dapat berkesinambungan ; Melaksanakan pola kemitraan dengan industri, sebagai pemberi modal dan pasar produk ; Peningkatan peran penyuluh perikanan Kata kunci: pengembangan, prospek, rumput laut (Euchema cottonii) . ASPEK LINGKUNGAN DAN BIOLOGI IKAN PALAU DI DANAU RANAU, SUMATERA SELATAN Samuel Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang Adanya berbagai aktivitas terhadap sumberdaya alam dan hayati perairan di Danau Ranau, menimbulkan perubahan lingkungan perairan dan juga komunitas organisme air yang ada didalamnya. Aktivitas tersebut seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan waktu akan menambah beban yang dialami ekosistem perairan danau, demikian pula dengan jenis-jenis ikan di perairan danau yang sebagian besar tergolong ekonomis penting merasakan pula akibat dari tekanan ekologis tersebut. Dari beberapa jenis ikan ekonomis penting, ikan palau (Osteochilus hasselti) merupakan jenis ikan yang digemari oleh penduduk sebagai ikan konsumsi. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan populasi ikan tersebut di Danau Ranau dan kondisi ekosistem perairan danau, perlu adanya suatu riset tentang aspek lingkungan perairan dan biologi dari populasi ikan tersebut. Dari dua kali pengamatan di Danau Ranau bulan September dan Oktober 2009 terhadap beberapa parameter kualitas perairan di 5 stasion penelitian, menyimpulkan bahwa perairan Danau Ranau termasuk perairan ideal untuk mendukung kehidupan dan perkembang-biakan organisme akuatik termasuk ikan dan organisme air lainnya sebagai makanan ikan. Perairan danau termasuk perairan meso-eutrofik yaitu perairan dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi dan tingkat pencemaran air dalam katagori tidak tercemar sampai tercemar ringan. Dari aspek biologi ikan, ikan palau mempunyai sifat pertumbuhan yang cendrung alometrik positif. Diamati dari kebiasaan makanan, ikan palau cendrung herbivor. Berdasarkan aspek biologi reproduksi, ikan palau dapat melakukan pemijahan lebih dari satu kali dalam setahun dengan musim pemijahan terjadi di bulan Oktober-Nopember. Ukuran pertama kali ikan palau betina matang gonad berukuran ±14,95 cm. Kata Kunci: kualitas perairan, biologi ikan, ikan palau (Osteochilus hasselti), danau ranau HUBUNGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN KUALITAS AIR DI WADUK CIRATA JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas dan Didik Wahju Hendro Tjahjo Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelimpahan fitoplankton dengan kualitas air di Waduk Cirata selama 4 (empat) tahun dari tahun 2006 – 2009. Pengambilan sampel air dan plankton menggunakan “Kemmerer bottle sampler” ukuran 5 liter. Sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel. Sampel plankton disaring menggunakan plankton net no.25, kemudian dimasukkan ke dalam tabung ukuran 25 ml dan diberi larutan lugol. Kelimpahan fitoplankton selama pengamatan didapat Chlorophyceae: 858.020 ind/L, Cyanophyceae; 2.343.842 ind/L, Bacillariophyceae: 238.444 ind/L, Dinophyceae: 2.132.791 ind/L. Hubungan kelimpahan plankton dengan kualitas air sangat nyata, kelimpahan plankton ini dipengaruhi oleh bahan organik total (BOT), nitrat (NO 3), fosfat (PO4), rasio N/P, dan kecerahan dengan nilai korelasi (r) = 0,91 Kata Kunci: kelimpahan fitoplankton, kualitas air, waduk cirata STUDI KEPADATAN DAN DISTRIBUSI KERANG BULU ANADARA PILULA (REEVE, 1843) Widhya Nugroho Satrioajie1, Sutrisno Anggoro2, Irwani2 1Mahasiswa Program Beasiswa Double Degree Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Kandidat Peneliti pada UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon 2Staff Pengajar Program Pascasarjana Manajemen Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro This study aims to assess the potential of A. pilula based on stock density, distribution, morphometric, biometric characteristics, condition index and the habitat parameters of A. pilula in Tegal waters. Sample of the population was conducted by stratified random sampling method where the location of research stations are divided into three classes based on waters depth. Samples of A. pilula were taken over three months using transects square sizing 1 x 1 m 2. Mussel catches and morphometric data are processed using Excel and SPSS 13, while the prediction of growth of shells uses the model of Von Bertalanffy equations in ELEFAN applications in FISAT II. The description of mussel distribution are showed by Arc. View GIS 3.3 application. The result of the study showed that the highest density found in the 30 th sub station on January 2010 as many as 26 ind/m 2. A. pilula growth and biometric has an allometri negative. The condition index result shows that most A. pilula has the middle category. Calculation with the model of Von Bertalanffy growth curve was obtained Lt= 4.32{1e[-0,92(t-0.255)]}. The observation of environmental parameters showed that A. pilula lives at temperature range 29-30oC, DO ±4ppm, pH 7-8, salinity of 29-33 ‰, with a depths of 0,5 to 3 meters and muddy sand substrates. Distributions differences of mussel are influenced by environmental parameters especially level of substrates organic matter. Keywords: A. pilula, biometric, density, morphometric, growth