JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN Oleh : SYAHIDAH INAYAH D 111 08 857 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN M. S. Pallu1, H. Arfan1, S. Inayah2 ABSTRACT : Air tanah merupakan sumber daya penting dalam penyelidikan air di seluruh dunia. Penggunaan air permukaan seperti irigasi, industri maupun air minum makin meluas menyebabkan permintaan yang kian membesar. Dengan adanya kekurangan air maka peluang air tanah di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan. Karena itu memaksa kita untuk mengadakan penaksiran yang tepat, mengembangkan ke arah yang benar, mengatur dan melindungi sumbersumber air tanah demi kelestarian sumber daya air. Penelitian ini dilakukan dengan menciptakan aliran air tanah pada kondisi akuifer bebas dan akuifer tertekan untuk mengetahui beberapa sifat fisis dari formasi yang dibentuk oleh tanah dengan perlakuan matematis atas aliran air tanah di bawah permukaan dengan dalil aliran air tanah laminer guna melahirkan aplikasi ilmu pengetahuan yang baru menyangkut groundwater flow. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai debit yang dihasilkan pada kondisi akuifer bebas lebih kecil dibanding dengan debit pada kondisi akuifer tertekan. Begitu juga dengan nilai kecepatan aliran (V) dan gradien hidrolis (I). Ini disebabkan karena pada kondisi akuifer tertekan,air cenderung tertekan pada area bawah tanah sehingga rembesan yang dihasilkan pun lebih besar dibanding pada kondisi akuifer bebas. Dimana air cenderung bergerak ke segala arah. Keywords: Air Tanah, Akuifer Bebas, Akuifer Tertekan 1.PENDAHULUAN Air tanah memiliki sifat dan karakteristik tertentu, baik dalam pola pergerakannya, rembesan dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan studi mengenai debit dan pergerakan air tanah untuk mengetahui kuantitas unsur dari siklus hidrologi lainnya. Pengambilan air menimbulkan perubahan dalam tekanan pori-pori air dan biasanya berakibat dalam penurunan tanah sehingga dalam pengambilan air tanah perlu dilakukan studi terlebih dahulu. Adanya kenyataan bahwa air tanah mengalir dengan pola pergerakan tertentu, dan kecepatan aliran tertentu serta adanya perbedaan karakteristik air tanah antara suatu media permeabel dengan media permeabel lainnya. Pada kasus-kasus aktual di lapangan, penelitian mengenai kondisi air tanah adalah sukar untuk dilakukan, sehingga untuk mempelajari lebih lanjut mengenai volume atau karakteristik air tanah. 2.DASAR TEORI 2.1 Terjadinya Air Tanah Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah satu sumber utama air ini adalah air hujan yang meresap kebawah lewat ruang pori diantara butiran tanah. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya air tanah. - Zona-Zona Air Di Bawah Permukaan Tanah - Sumber-Sumber Air Tanah - Akuifer - Permukaan Air Tanah 1Dosen, - Pelepasan Air Tanah - Permeabilitas 2.2 Gerakan Air Tanah dan Hukum Darcy Sebelum ada perlakuan matematik atas aliran air tanah, maka untuk menganalisa aliran air tanah diperlukan asumsi-asumsi dengan tujuan untuk mempermudah pemasalahan : - dianggap homogen dan isotropik - Tidak ada jalur rumbai kapiler (Capilary Zone) - Alirannya adalah aliran tunak (Steady Flow) Pada tahun 1856, Hendry Darcy menerbitkan hasil percobaan yang dilakukannya di paris dan menggunakan suatu dalil yang saat ini dikenal dengan Hukum Dasar Aliran Air Tanah Laminer (Hukum Darcy). Darcy menyatakan bahwa kecepatan pengaliran setiap luasan satuan sebuah akuifer sebanding dengan kelandaian hulu potensial yang diukur pada arah pengaliran. Darcy mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient hidrolik sebagai berikut : v = ki…………………………(1) dimana : v = Kecepatan air (m/det) i = Gradien hidrolik k = Koefisien permeabilitas (m/det) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA 2Mahasiswa, Debit rembesan (q) dinyatakan dalam persamaan : q = kiA ………………………(2) Sehingga persamaan di atas dapat ditulis : q = vA……..…………………(3) dimana : q = debit rembesan (m3/det) v = kecepatan air (m/det) A = luas aliran (m2) 4.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Data Pengujian Sumur Ganda pada Akuifer Bebas 2.3 Hidrolika Sumur Situasi yang sering ditemui bahwa aliran radial terjadi mengalir menuju sumur yang dipompa, sehingga menimbulkan masalah yaitu berapa kuantitas air yang dapat diambil dari akuifer, dan berapa penurunan muka air piezometrik. Hal ini tergantung dari tipe akuifer. Analisa aliran menuju sumur, pertama kali dikemukakan oleh dupuit (1863), kemudian dimodifikasi oleh thiem (1906). Analisa aliran radial ini dibahas dalam 2 keadaan : a.Untuk sumur pada akuifer bebas (unconfined aquifer). b.Untuk sumur yang menembus penuh (well fully penetrating) pada akuifer tertekan/confained aquifer. 1.Aliran sumur pada akuifer bebas Akuifer bebas/tak tertekan (unconfined aquifer) adalah lapisan rembesan air yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka air bawah tanah lapisan ini tidak kedap air, sehingga kandungan air bawah tanah yang bertekanan sama dengan tekanan udara bebas/tekanan atmosfir. Untuk mendapatkan Q sumur = Q total dari aliran radial. Maka oleh Dupuit persamaan dari Hukum darcy di integralkan sehingga diperoleh debit total pada sumur Ganda yaitu : Q tot = Langkah – langkah yang dilakukan dalam studi ini adalah : - Melakukan percobaan permeabilitas (constant-head) di laboratorium. - Melakukan pengambilan data debit air dan piezometer pada kondisi akuifer bebas. - Melakukan pengambilan data debit air dan piezometer pada kondisi akuifer tertekan. - Menganalisa perhitungan data dua kondisi akuifer dengan pendekatan para ahli. ……..…………(4) 2.Aliran sumur pada akuifer tertekan Akuifer tertekan/terkekang (confined aquifer) adalah lapisan rembesan air yang mengandung kandungan air bawah tanah yang bertekanan lebih besar dari tekanan udara bebas/tekanan atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Muka air bawah tanah dalam kedudukan ini disebut piesometri, yang dapat berada di atas maupun di bawah muka tanah. Menurut Thiem untuk menghitung debit total pada sumur Ganda berdasarkan hukum Darcy, maka : Q tot = ……..…………(5) 3.METODOLOGI Hasil penelitian untuk debit aliran keluar (output), volume air pada sumur, dan pembacaan piezometer disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Pembacaan tinggi Muka Air dan Debit Aliran Keluar pengamatan H0 1 25 2 22 3 16.5 4 14 5 12.4 6 11 7 10 8 4.2 t (menit) 3 3 3 3 3 3 3 3 Vout 440 1910 1330 1440 1130 1115 790 2680 Hp1 19.5 8 6.5 4.2 3 1.7 0.8 0 Hp2 1 1.2 0 0 0 0 0 0 Vp1 590 290 455 190 80 45 0 0 Vp2 5 - H1 Q (ml/dtk) 2.4444 10.6111 7.3889 8.0000 6.2778 6.1944 4.3889 3.9 14.8889 Tabel 4.1 menunjukkan hasil pengamatan pada pengujian Sumur Ganda Akuifer Bebas,yaitu data pembacaan tinggi muka air di upstream (H0) hingga downstream (H1) juga besar nilai volume aliran keluar (Vout). Dimana besar nilai volume keluar tiap pengamatan pada waktu (t) semakin besar hingga mencapai titik kejenuhan pada pasir. Hal ini menyebabkan bahwa besar volume aliran keluar pada pengamatan 7 dan 8 menjadi lebih kecil. Sedangkan Hp1 dan Hp2 adalah tinggi muka air pada sumur uji,dan Vp1 ,Vp2 adalah besarnya volume air pada sumur uji. Dari nilai volume dapat diperoleh nilai debit tiap pengamatan. Hasil pengamatan debit aliran keluar pada tiap pengamatan kemudian diplot pada grafik 4.1. : Gambar 4.1 perbandingan debit aliran keluar tiap pengamatan Besar debit aliran keluar pada pengamatan 1 hingga pengamatan 4 semakin meningkat. Tetapi pada 2 pengamatan 5 hinggga pengamatan 7 besarnya debit aliran keluar menurun. Ini disebabkan oleh besarnya rembesan air yang terjadi pada pasir, sehingga ketika pasir sudah mencapai keadaan jenuh,volume air keluar pada pengamatan 5-7 menjadi semakin kecil. Adapun pengamatan 8 debit aliran keluar menjadi besar karena pasir didiamkan dengan waktu (t) hingga mencapai kondisi water balance,baru kemudian diukur volume air keluar. Tabel 4.2 Data Pengujian Sumur Ganda pada Akuifer Bebas untuk pembacaan piezometer Pengamatan 1- 4 Tabel 4.2 menunjukkan tinggi muka air pada tabung piezometer, dimana ketinggian air di beberapa piezometer cenderung tetap, seperti pada piezometer 22. Adapun piezometer nomor 1 – 12 untuk mengontrol tinggi muka air secara vertikal sedangkan piezometer nomor 13 – 22 adalah untuk mengontrol tinggi muka air secara horizontal. Untuk lebih jelas mengenai penurunan tinggi muka air yang terjadi pada tiap pengamatan maka nilai tiap piezometer diplot pada grafik 4.2. Hasil pembacaan piezometer pada pengamatan 1 disajikan dalam gambar 4.2. u m ur 1 S u m ur 2 S Gambar 4.2 Pembacaan piezometer pada pengamatan 1 akuifer bebas Dari gambar 4.2 dapat dilihat terjadinya perubahan tinggi muka air, terutama tinggi muka air pada daerah sumur uji. Piezometer 4 merupakan letak dari sumur uji 1. Sedangkan sumur uji 2 terletak pada piezometer 8. Tinggi air di sumur uji 1 lebih tinggi dari sumur uji 2 disebabkan oleh jarak sumur dari hulu (upstream) dan besarnya rembesan yang terjadi pada area sampel. Tabel 4.3 Data Pembacaan piezometer Pengamatan 5 8 4.1.2 Data Pengujian Sumur Ganda pada Akuifer Tertekan Hasil penelitian untuk debit aliran keluar (output), volume air pada sumur, dan pembacaan piezometer disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Pembacaan tinggi Muka Air dan Debit Aliran Keluar pengamatan H0 t (menit) 1 31 3 2 16.7 3 3 15 3 4 13.5 3 5 12.4 3 6 5.2 3 Vout 2730 5020 1140 1060 880 4760 Hp1 90 - Hp2 1 1.2 - Vp1 590 290 455 190 80 45 Vp2 5 - H1 - Q (ml/dtk) 15.1667 27.8889 6.3333 5.8889 4.8889 26.4444 Besarnya debit yang diperoleh pada akuifer tertekan lebih besar dibanding dengan debit pada akuifer bebas. Ini dikarenakan pada waktu pengamatan akuifer tertekan, sumur uji yang digunakan dilubangi pada 3 sisi yang berbeda dengan ukuran lubang berdiameter ½ “ sebanyak 5 lubang pada tiap sisinya. Dengan demikian, rembesan yang terjadi pada area sampel pasir lebih cepat dan lebih besar. Mengingat air yang berada pada lapisan dasar mengalami penekanan dari bawah sehingga debit yang terjadi lebih besar dibandingkan pada pengamatan pada akuifer bebas. Sedangkan piezometer pada pengamatan ini sama seperti sebelumnya, yaitu untuk mengontrol tinggi muka air pada area sampel dan sumur uji. Tabel 4.7 Data Pengujian Sumur Ganda pada Akuifer Tertekan untuk pembacaan piezometer setelah penambahan air Tabel 4.5 Data Pengujian Sumur Ganda pada Akuifer Tertekan untuk pembacaan piezometer Pengamatan 1-4 Adapun hasil pembacaan piezometer pada pengamatan 1 sumur ganda akuifer tertekan disajikan secara grafis dalam gambar 4.3. Setelah level ketinggian muka air rendah, maka dilakukan penambahan air pada daerah hulu (upstream) dan mengulangi prosedur yang sama dengan pengamatan 1 – 6 pada sumur ganda akuifer tertekan. Tabel 4.6 Pembacaan tinggi Muka Air dan Debit Aliran Keluar setelah Penambahan Air pengamatan H0 t (menit) 7 32 3 8 16 3 9 14.5 3 10 7.3 3 Vout 6840 4760 1090 5495 Hp1 17.7 - Hp2 21.8 - Vp1 2290 - Vp2 385 - H1 Q (ml/dtk) 38.0000 26.4444 6.0556 7.5 30.5278 Setelah dilakukan penambahan air, maka yang terjadi adalah pengamatan yang dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan pengamatan awal. Rembesan yang terjadi cukup besar sehingga debit aliran keluar yang dihasilkan pun lebih besar. Hal ini disebabkan oleh keadaan pasir yang sudah jenuh air dan mengalami water balance, sehingga pengambilan data volume aliran keluar lebih sedikit dari pengamatan sebelumnya. Gambar 4.3 pembacaan piezometer pada pengamatan 1 akuifer tertekan Pada percobaan Sumur Ganda Akuifer Tertekan sumur uji 1 terletak di antara piezometer 3 dan 4 sedangkan sumur uji 2 terletak pada piezometer 9 dan 10. Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat tinggi muka air pada sumur uji 1 lebih tinggi dari sumur uji 2. Hal ini disebabkan oleh letak sumur uji 1 dari sumber air (hulu) lebih dekat dibanding dengan sumur uji 2. Sehingga air pada sumur uji 1 lebih tinggi dibandingkan sumur uji 2. 4.1.3 Data Pengujian Permeabilitas Pengujian permeabilitas dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dengan metode Constant-Head 4 - L= - D= - H= 6 cm 6.4 cm 102 cm piezometer p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 Tabel 4.8 Data pengujian permeabilitas Waktu (detik) 182 166 175 Volume (ml) 500 500 500 4.2 Analisa Data 4.2.1 Perhitungan Permeabilitas Untuk menghitung digunakan rumus : k= koefisien permeabilitas k = Koefisien Permeabilitas (cm/dt) Q = Debit air yang keluar (cm 3 /dt) h = Tinggi Tekanan (cm) A = luas contoh bahan (cm 2 ) Tabel 4.9 Perhitungan Koefisien Permeabilitas D (cm) 6.4 6.4 6.4 h (H -h ) (cm) R r Ln R/r Q (cm) (cm) (cm) (cm) 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 25.5 24.5 22.8 20.4 17.4 16.5 13.2 11.4 9.7 6.5 6.2 4 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 270 220 139.59 35.91 77.49 108 206.01 250.29 286.16 338 341.81 364.25 30 20 10 10 10 20 10 20 10 20 30 40 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 1.775886 1.370421 0.677274 0.677274 0.677274 1.370421 0.677274 1.370421 0.677274 1.370421 1.775886 2.063568 (cm/dt ) 2.386977 2.520393 3.23586 0.832436 1.796309 1.237284 4.775553 2.867406 6.633524 3.872241 3.021825 2.77128 3 (k) ……..…………(6) L (cm) 6 6 6 H (cm) Tabel 4.11Perhitungan Debit Sumur Ganda Akuifer Bebas pada sumur II dimana : Q (cm3/dt) 2.747253 3.012048 2.857143 2 2 k (cm/dt) A h (cm2) (cm) 32.16991 102 32.16991 102 32.16991 102 Rata-rata k (cm/dt) 0.005023 0.005508 0.005224 0.005252 Dari perhitungan diperoleh kofisien permeabilitas ratarata adalah 0.005252 dibulatkan menjadi 0.005 4.2.2 Perhitungan Jari-jari Hidrolis (R) dan kondisi aliran air tanah Untuk perhitungan Jari -Jari Hidrolis (R) didasarkan pada jarak antara Sumur dengan piezometer. Sedangkan Kondisi muka air tanah dapat dilihat pada pembacaan tabung piezometer. 4.2.3 Perhitungan Debit Tabel 4.10 Perhitungan Debit Sumur Ganda Akuifer Bebas pada sumur I piezometer p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 k H h (cm/dt) 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 (cm) 25.5 24.5 22.8 20.4 17.4 16.5 13.2 11.4 9.7 6.5 6.2 4 (cm) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 (H -h ) (cm) 649.25 599.25 518.84 415.16 301.76 271.25 173.24 128.96 93.09 41.25 37.44 15 R r Ln R/r Q (cm) 30 20 10 10 10 20 10 20 10 20 30 40 (cm) 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 (cm) 1.775886 1.370421 0.677274 0.677274 0.677274 1.370421 0.677274 1.370421 0.677274 1.370421 1.775886 2.063568 (cm/dt ) 5.739797 6.865208 12.02732 9.623895 6.99515 3.10753 4.015906 1.477409 2.157935 0.472574 0.330994 0.114123 3 Tabel 4.12 Perhitungan Debit Sumur Ganda Akuifer Tertekan pada sumur I 2 2 k H h r 3.14 3.14 (cm) 23.8 31.4 (cm) 90 90 (H -h ) (cm) 7533.56 7114.04 R (cm/dt) 0.005 0.005 (cm) 35.5 15.5 (cm) 5.08 5.08 (cm) (cm/dt3) 1.115529 106.0276 0.079437 1406.028 3 4 5 6 3.14 3.14 3.14 3.14 0.005 0.005 0.005 0.005 26.2 24.6 25 22.9 90 90 90 90 7413.56 7494.84 7475 7575.59 5.5 4.5 14.5 24.5 5.08 5.08 5.08 5.08 0.079437 0.121234 1.048837 1.573362 1465.226 970.595 111.8929 75.59403 7 8 9 10 11 12 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 22.1 22.9 19.3 17.3 4.7 15 90 90 90 90 90 90 7611.59 7575.59 7727.51 7800.71 8077.91 7875 25.5 15.5 5.5 4.5 14.5 34.5 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 1.613367 1.115529 0.079437 0.121234 1.048837 1.915648 74.06991 106.6192 1527.275 1010.206 120.9179 64.54082 piezometer p 1 2 Ln R/r Q Tabel 4.13 Perhitungan Debit Sumur Ganda Akuifer Tertekan pada sumur II 2 2 k H h r 3.14 3.14 (cm) 23.8 31.4 (cm) 1 1 (H -h ) (cm) 565.44 984.96 R (cm/dt) 0.005 0.005 (cm) 35.5 15.5 (cm) 5.08 5.08 (cm) (cm/dt3) 1.944221 4.566048 1.115529 13.86237 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 26.2 24.6 25 22.9 22.1 22.9 19.3 17.3 4.7 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 685.44 604.16 624 523.41 487.41 523.41 371.49 298.29 21.09 224 5.5 4.5 14.5 24.5 25.5 15.5 5.5 4.5 14.5 34.5 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 0.079437 0.121234 1.048837 1.573362 1.613367 1.115529 0.079437 0.121234 1.048837 1.915648 piezometer p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ln R/r Tabel 4.14 Perhitungan Debit Sumur Ganda Akuifer Q 135.4713 78.23979 9.340628 5.222916 4.743085 7.366495 73.42177 38.62908 0.315695 1.835828 Tertekan pada sumur I dengan penambahan air 2 2 Tabel 4.17 Perhitungan Kecepatan Aliran Sumur Ganda Akuifer Tertekan k H h r Ln R/r Q 3.14 3.14 3.14 3.14 (cm) 26.7 26 30.5 31.7 (cm) 17.7 17.7 17.7 17.7 (H -h ) (cm) 399.6 362.71 616.96 691.6 R (cm/dt) 0.005 0.005 0.005 0.005 (cm) 35.5 15.5 5.5 4.5 (cm) 5.08 5.08 5.08 5.08 (cm) 1.944221 1.115529 0.079437 0.121234 (cm/dt ) 3.226855 5.104796 121.9368 89.56342 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 30 29 24 28.5 26.5 16 7 7 17.7 17.7 17.7 17.7 17.7 17.7 17.7 17.7 586.71 527.71 262.71 498.96 388.96 -57.29 -264.29 -264.29 14.5 24.5 25.5 15.5 5.5 4.5 14.5 34.5 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 1.048837 1.573362 1.613367 1.115529 0.079437 0.121234 1.048837 1.915648 8.782436 5.265824 2.556484 7.022385 76.87457 7.419156 3.956145 2.166031 piezometer p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3 Tabel 4.15 Perhitungan Debit Sumur Ganda Akuifer Tertekan pada sumur II dengan penambahan air 2 2 k H h r Ln R/r Q 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 (cm) 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 (H -h ) (cm) 237.65 200.76 455.01 529.65 424.76 365.76 100.76 337.01 227.01 219.24 R (cm) 26.7 26 30.5 31.7 30 29 24 28.5 26.5 16 (cm) 35.5 15.5 5.5 4.5 14.5 24.5 25.5 15.5 5.5 4.5 (cm) 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 5.08 (cm) 1.944221 1.115529 0.079437 0.121234 1.048837 1.573362 1.613367 1.115529 0.079437 0.121234 (cm/dt3) 1.919074 2.825505 89.92878 68.59061 6.358213 3.649785 0.980516 4.743093 44.86656 28.39197 3.14 3.14 0.005 0.005 7 7 21.8 21.8 426.24 426.24 14.5 34.5 5.08 5.08 1.048837 6.380368 1.915648 3.493318 p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 H (cm) 23.8 31.4 26.2 24.6 25 22.9 22.1 22.9 19.3 17.3 4.7 15 R (cm) 35.5 15.5 5.5 4.5 14.5 24.5 25.5 15.5 5.5 4.5 14.5 34.5 A Q (cm2) 2652.986 1528.238 452.474 347.598 1138.25 1761.697 1769.547 1114.543 333.311 244.449 213.991 1624.95 (cm3/dt) 2.386977 2.520393 3.23586 0.832436 1.796309 1.237284 4.775553 2.867406 6.633524 3.872241 3.021825 2.77128 V (cm/dt) 0.0009 0.001649 0.007151 0.002395 0.001578 0.000702 0.002699 0.002573 0.019902 0.015841 0.014121 0.001705 PIEZOMETER p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 H (cm) 23.8 31.4 26.2 24.6 25 22.9 22.1 22.9 19.3 17.3 4.7 15 R (cm) 35.5 15.5 5.5 4.5 14.5 24.5 25.5 15.5 5.5 4.5 14.5 34.5 A Q (cm2) 2652.986 1528.238 452.474 347.598 1138.25 1761.697 1769.547 1114.543 333.311 244.449 213.991 1624.95 (cm3/dt) 2.386977 2.520393 3.23586 0.832436 1.796309 1.237284 4.775553 2.867406 6.633524 3.872241 3.021825 2.77128 V (cm/dt) 0.0009 0.001649 0.007151 0.002395 0.001578 0.000702 0.002699 0.002573 0.019902 0.015841 0.014121 0.001705 4.2.5 Perhitungan Gradien Hidrolis 4.2.4 Perhitungan Kecepatan Aliran Untuk menghitung kecepatan aliran persamaan : Q = A x V……..…………(7) p Tabel 4.18 Perhitungan Kecepatan Aliran Sumur Ganda Akuifer Tertekan dengan penambahan air (cm/dt) 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 piezometer PIEZOMETER digunakan Untuk perhitungan gradien hidrolis persamaan : V = K x I……..…………(8) digunakan Dimana : Dimana : V = kecepatan Aliran (cm/dt) K = permeabilitas (cm/dt) I = Gradien Hidrolis 3 Q = debit (cm /dt) A = luas penampang aliran cm2 ( V = kecepatan aliran (cm/dt) ) Tabel 4.16 Perhitungan Kecepatan Aliran Sumur Ganda Akuifer Bebas Tabel 4.19 Perhitungan Gradien Hidrolis Sumur Ganda Akuifer Bebas PIEZOMETER PIEZOMETER p 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 H (cm) 25.5 24.5 22.8 20.4 17.4 16.5 13.2 11.4 9.7 6.5 6.2 4 R (cm) 30 20 10 10 10 20 10 20 10 20 30 40 A Q (cm2) 2402.1 1538.6 715.92 640.56 546.36 1036.2 414.48 715.92 304.58 408.2 584.04 502.4 (cm3/dt) 2.386977 2.520393 3.23586 0.832436 1.796309 1.237284 4.775553 2.867406 6.633524 3.872241 3.021825 2.77128 V (cm/dt) 0.000994 0.001638 0.00452 0.00130 0.003288 0.001194 0.011522 0.004005 0.021779 0.009486 0.005174 0.005516 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K (cm/dt) 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 V (cm/dt) 0.000994 0.001638 0.00452 0.0013 -0.00329 -0.00119 -0.01152 -0.00401 -0.02178 -0.00949 -0.00517 -0.00552 I 0.198741 0.327622 0.903972 0.259909 -0.65756 -0.23881 -2.30436 -0.80104 -4.35585 -1.89723 -1.0348 -1.10322 Tabel 4.20 Perhitungan Gradien Hidrolis Sumur Ganda Akuifer Tertekan 6 PIEZOMETER 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K (cm/dt) 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 V (cm/dt) 0.0009 0.001649 0.007151 0.002395 -0.00158 -0.0007 -0.0027 -0.00257 -0.0199 -0.01584 -0.01412 -0.00171 I 0.179946 0.329843 1.430296 0.478965 -0.31563 -0.14047 -0.53975 -0.51454 -3.98038 -3.16814 -2.82425 -0.34109 Tabel 4.21 Perhitungan Gradien Hidrolis Sumur Ganda Akuifer Tertekan dengan Penambahan Air PIEZOMETER 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K (cm/dt) 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 V (cm/dt) 0.005 0.0025 0.001667 0.00125 0.001 0.000833 0.000714 0.000625 0.000556 0.0005 0.000455 0.000417 I 1.0000 0.5000 0.3333 0.2500 0.2000 0.1667 0.1429 0.1250 0.1111 0.1000 0.0909 0.0833 Gambar 4.4 perbandingan Debit keluar dengan Debit Pengamatan Gambar 4.4 di atas memperlihatkan bahwa debit air keluar (outflow) secara analitis berbanding lurus dengan Debit muka air pada pengamatan. Ini menunjukkan bahwa jika pasir dalam kondisi jenuh air maka debit air akan bertambah. Sebaliknya jika pasir dalam kondisi tidak jenuh air maka debit yang dihasilkan akan kecil. Besarnya nilai debit yang diperoleh secara analitis lebih besar daripada debit secara pengamatan. Dikarenakan variabel yang digunakan secara analitis lebih banyak dibandingkan variabel pada debit pengamatan. Untuk debit pengamatan, variabel yang digunakan adalah volume (v) dan waktu (t) sedangkan secara analitis variabel yang digunakan adalah koefisien permeabilitas, jari-jari Hidrolis (R), dan tinggi muka air dalam sumur uji. Setelah itu membandingkan debit pengamatan yang terjadi pada pengujian Sumur Ganda Akuifer Bebas dengan Sumur Ganda Akuifer Tertekan. Hasil pengamatan kedua percobaan tersebut diplot pada gambar 4.5. 4.2.6 Perhitungan Debit Rata-rata Berdasarkan perhitungan debit sebelumnya secara analitis diperoleh debit rata-rata tiap pengamatan pada kondisi akuifer bebas yaitu pada tabel 4.22. Tabel 4.22 Perhitungan debit rata-rata Gambar 4.5 perbandingan Debit Pengamatan Akuifer Bebas dengan Akuifer Tertekan Sehingga dapat diperoleh perbandingan debit keluar secara analitis dengan debit pengamatan yang terjadi pada kondisi akuifer bebas,yaitu pada gambar berikut. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh debit aliran keluar (outflow) pada akuifer Tertekan lebih besar dibandingkan dengan debit pada akuifer Bebas. Tetapi pada pengamatan 3 – 5 nilai debit pada akuifer tertekan cenderung lebih kecil dari debit akuifer bebas. Hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat rembesan yang terjadi. Pada akuifer bebas besar perubahan debit tidak terlalu besar karena air berada pada kondisi bebas dan tanpa tekanan. Dan juga sumur uji pada kondisi ini tidak memiliki lubang. Sedangkan pada akuifer tertekan, air pada area dasar pasir cenderung mengalami penekanan sehingga air naik ke sumur uji dan keluar melalui lubanglubang pada sumur uji, sehingga mengakibatkan rembesan yang terjadi lebih cepat pada area atas pasir tanpa pengekang. 5.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulsan Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan: - Hubungan antara debit dengan waktu pengaliran adalah berbanding lurus. Semakin lama waktu pengaliran, maka semakin besar debit yang diperoleh. Baik pada kondisi akuifer bebas maupun akuifer tertekan. - Nilai debit yang dihasilkan pada kondisi akuifer bebas lebih kecil dibanding dengan debit pada kondisi akuifer tertekan. Begitu juga dengan nilai kecepatan aliran (V) dan gradien hidrolis (I). Ini disebabkan karena pada kondisi akuifer tertekan,air cenderung tertekan pada area bawah tanah sehingga rembesan yang dihasilkan pun lebih besar dibanding pada kondisi akuifer bebas. Dimana air cenderung bergerak ke segala arah. Hubungan antara debit air yang keluar (outflow) dengan debit pada tiap pengamatan adalah berbanding lurus. - Semakin jenuh keadaan pasir,maka debit yang diperoleh semakin konstan. Begitu juga dengan nilai kecepatan aliran. Penurunan muka air tanah yang terjadi disebabkan oleh tingkat permeabilitas pasir dan jari-jari hidrolis. DAFTAR PUSTAKA Jmk, Dake, Hidrolika Teknik, Erlangga, Jakarta, 1985 Linsley, Ray K. Franzini, Joseph B., Teknik Sumberdaya Air, Erlangga, Jakarta, 1994 Linsley, Ray K. Dkk., Hidrologi untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta, 1989 Luknanto, Djoko. Aliran Air Tanah, UGM, Yogyakarta, 1999 Martha w, Joyce. Adidarma, Wanny., Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi, Nova, Bandung,1982 Sugiarto. Sirang., Studi Karakteristik Air Tanah Dangkal Dengan Teknik Sumur Tunggal Dan Ganda, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2003 Usmar, H., 2006., Bab II Dasar Teori dan Metodologi Penelitian. http://eprints.undip.ac.id Wilson, E.M., Hidrologi Teknik, ITB, Bandung, 1993 5.2 Saran - Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan beberapa sampel tanah/pasir sebagai bahan perbandingan pada kondisi aliran di tiap-tiap jenis media yang digunakan. - Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan beberapa jenis diameter sumur sebagai bahan perbandingan pada kondisi aliran di tiap-tiap jenis akuifer. - Perlunya penyediaan alat pengukur tampungan debit yang lebih baik sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat. 8