PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 Isramilda Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam ABSTRAK Bising adalah suara atau bunyi yang menggaunggu atau tidaka di kehendaki, definisi ini menunjukan bahwa bising ini sangat subjektif, tergantung dari masing – masing individu waktu dan tempat terjadinya bising. Pengaruh khusus kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, ketidak nyamanan, dan juga berbagai aktivitas sehari – hari. Saat ini kebisingan telah menjadi masalah yang banyak di hadapi penduduk. Penelitian ini dilakukan di PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Inhil-Riau yang bertujuan untuk mengetahuipersepsi pekerja tentang gangguan pendengaran akibat kebisingan di PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) desa tanjung simpang kecamatan pelangiran inhil-riau 2014. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun variabel yang diukur adalah tingkat pemaparan kebisingan dengan gangguan pendengaran. Pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pabrik GIN (Guntung Idaman Nusa) yang berjumlah 53 orang .Hasil penelitian menunjukan 16 responden yang berada di atas ambang bising menyatakan mengalami penurunan pendengaran, dan 12 responden yang berada diatas ambang batas bising menyatakan tidak mengalami penurunan pendengaran.12 responden yang berada diatas ambang bising menyatakan nmengalami telinga berdengung (Tinnitus), sedangkan sebanyak 16 responden yang berada diatas ambang batas bising menyatakan tidak mengalami telinga berdengung (Tinnitus). Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada karyawan pabrik untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang dapat mengurangi tingkat paparan kebisingan pada telinga, apabila terpapar kebisingan yang sangat tinggi sebaiknya karyawan melakukan istirahat beberapa saat di tempat yang intensitas suara rendah (tidak bising) untuk menormalkan fungsi pendengaran (telinga). Dan diharapkan kepada instansi yang terkait seperti Dinas Kesehatan, Depnaker (Depeartemen Tenaga Kerja) dan instasi terkait lainya agar melakukan penyuluhan kepada karyawan pabrik tentang pengaruh kebisingan dan cara pengendalianya. Kata Kunci : Gangguan Pendengaran, Kebisingan PENDAHULUAN occupational safety and health (NIOSH) dan indonesia menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising ditempat kerja adalah 85dBA. Bila NAB ini dilampaui terus - menerus dalam waktu lama maka akan menimbulkan Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Faktor lain yang berpengaruh terhadap NIHL adalah frekuensi bising, periode pajanan setiap hari, lama kerja, kepekaan individu, Latar Belakang Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau yang tidak dikehendaki, definisi ini menunjukan bahwa bising itu sangat subjektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi (Adriana, 2005).National institute for 28 umur dan lain-lain (Depnakertrans RI, 2004). dihasilkan oleh mesin pabrik, diketahuinya karakteristik karyawan pabrik, diketahuinya jenis keluhan pendengaran yang terjaadi pada karyawan pabrik dan diketahuinya hubungan tingkat kebisingan di tempat kerja dengan keluhan pendengaran pekerja pabrik GIN. Kemajuan teknologi di sektor industri telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang dalam pengoperasianya sering kali menghasilkan polusi suara atau timbulnya bising ditempat kerja. Suara bising atau polusi suara, sebagai salah satu efek dari sektor industri dapat menimbulkan gangguan pendengaran atau ketulian pada seseorang yang bekerja atau yang berada pada lingkungan industri (Nandi, 2008). METODE Subject penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. PMKS GIN (Guntung Idaman Nusa). Instrumen penelitian yang di gunakan yaitu daftar lembar koesioner yang akan dibagikan pada saat penelitian. Respon dari instrumen penelitian ini menggunakan kategori normal, pendengaran menurun dan telinga berdengung. Instrumen penelitian ini sudah di uji coba terlebih dahulu dan memenuhi persaratan dengan keseluruhan butir instrumen memiliki koofisien validitas dan memiliki nilai alpa e”0.70 Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang kurang baik terhadap kesehatan. Suara merupakan gelombang mekanik yang dihantarkan oleh suara medium yaitu umumnya oleh udara. Kualitas dan kuantitas suara ditentukan oleh intensitas (loudness), frekuensi, periodesitas (kontinu atau terputus) dan durasinya. Faktor-faktor tersebut juga ikut mempengaruhi dampak kebisingan terhadap kesehatan (Mansyur, 2003). Pengumpulan dan Analisa data Pengambilan data responden oleh seluruh karyawan PT. PMKS GIN dilakukan selama 3 hari dan jumlah soal yang diberikan kepada responden sebanya 9 soal. Responden diminta untuk mengisi lembar persetujuan sebagai responden sebelum mengisi kuesioner. Berdasarkan survei “ Multi center study “ di asia tenggara, Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan 3 negara lainya yakni Srilanka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan india (6,3%). walaupun bukan yang tertinggi tapi prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat. Sementara itu organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2000 terdapat 250 juta penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dan 75 juta- 140 juta diantaranya terdapat di Asia tenggara (Depkes RI, 2004). Selama pengisian koesioner, peneliti membantu pekerja untuk memahami maksud kalimat-kalimat dalam koesioner dengan memberikan penjelasan tambahan, selanjutnya pekerja dipersilahkan untuk memilih jawaban sesuai pengetahuan nya masing-masing. Keseluruhan data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak statistik, uji statistik dilakukan menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 April 2014 di PT. PMKS GIN (Guntung Idaman Nusa) Desa Tanjung Simpang Kecamatan Adapun tujuan penelitian ini adalah diketahuinya persepsi pekerja tentang gangguan pendengaran akibat kebisingan di PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa). Dengan tujuan khusus diketahuinya tingkat kebisingan yang 29 Pelangiran Inhil-Riau dengan jumlah Populasi 53 orang dan jumlah sampel yang diambil adalah keseluruhan Populasi dari semua yang bekerja di pabrik GIN (Guntung Idaman Nusa). HASIL Identitas responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain Umur, Masa,kerja, Jam kerja. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Identitas Responden Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Identitas Responden Jumlah % 1 Umur < 20 2 3,8 21 – 30 37 69,8 31 – 40 11 20,8 41 – 50 3 5,8 Total 53 100.0 2 Masa Kerja < 5 tahun 49 92,5 >5 tahun 4 7,5 Total 53 100.0 3 Jam Kerja < 7 jam 5 9,4 >7 jam 48 90,6 Total 53 100.0 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel diatas, di ketahui dari kelompok umur responden yang terbanyak adalah pada umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 37 responden (69,8%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah pada umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 3 orang (5,8%). Pada tabel diatas juga dapat dilihat sebanyak 49 responden (92,5%) memiliki masa kerja < 5 tahun, dan sebanyak 4 responden (7,5%) memiliki masa kerja > 5 tahun. Sedangkan untuk jam kerja sebanyak 5 responden (9,4%) bekerja < 7 jam, dan 48 responden (90,6%) bekerja > 7 jam. Tingkat pengetahuan tentang gangguan dengar pada responden Dari kuesioner dapat dilihat adanya hubungan kebisingan terhadap terjadinya gangguan dengar (pendengaran menurun, telinga berdengung) pada responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 30 Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Tentang Gangguan Dengar Pada Responden Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Keterangan Jumlah (orang) Pengetahuan responden tentang hubungan kebisingan dengan penurunan pendengaran Ya Tidak Total 2 Mengetahui penyebab penurunan pendengaran Ya Tidak Total 3 Hubungan kebisingan terhadap tinnitus Ya Tidak Total Sumber : Data Parimer % 1 Tabel diatas dapat menunjukan bahwa sebanyak 49 responden (92,5%) menyatakan ada hubungan kebisingan terhadap penurunan pendengaran dan 4 responden (7,5%) menyatakan tidak ada hubungan kebisingan terhadap penurunan pendengaran. Sebanyak 45 responden (84,9%) mengetahui 49 4 53 92,5 7,5 100.0 45 8 53 84,9 15,1 100.0 50 3 53 94,3 5,7 100.0 penyebab ketulian, dan sisanya sebanyak 8 responden (15,1%) tidak mengetahui penyebab ketulian. Sebanyak 50 responden (94,3%) menyatakan ada hubungan kebisingan terhadap telinga berdengung dan hanya 3 reponden (5,7%) menyatakan tidak ada hubungan kebisingan terhadap telinga berdengung. Gangguan akibat bising pada responden Dari kuesioner dapat dilihat adanyagangguan akibat bising pada responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Gangguan Akibat Bising Pada Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Gangguan akibat bising Jumlah (orang) 1 Mengalami ketidak nyamanan karena kebisingan selama berada di area pabrik Ya 43 81,1 Tidak 10 18,9 Total 53 100.0 2 Keluhan Pendengaran Keluhan Pendengaran menurun 17 32,1 Keluhan Telinga berdengung 12 22,6 Normal 24 45,3 Total 53 100.0 Sumber : Data Primer 31 % Tabel diatas dapat menunjukan bahwa sebanyak 43 responden (81,1%) mengalami ketidak nyamanan akibat bising selama berada di area pabrik, dan 10 responden (18,9%) tidak mengalami ketidak nyamanan akibat bising saat berada di area pabrik. Sebanyak 17 responden (32,1%) pendengaran menurun, sebanyak 12 responden (22,6%) telinga berdengung, dan sebanyak 24 responden (45,3%) yang tidak mengalami gangguan pendengaran. Tingkat Pemaparan Hasil pengukuran yang dilakukan pada responden di klasifikasikan berdasarkan tingkat kebisingan dengan nilai ambang bising 85dB sebagai batas yang di perbolehkan untuk paparan 8 jam perhari. Tabel 4. Tingkat Pemaparan Kebisingan Yang Diterima Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No 1 2 dB < 85 >85 Jumlah Sumber : Data Primer Responden 25 28 53 % 47,2 52,8 100.0 Tabel diatas menunjukan sebanyak 28 responden (52,8%) berada di atas nilai ambang batas bising dan sisanya 25 responden (47,2%) berada di bawah nilai ambang bising. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Kebisingan Observasi terhadap responden maka didapatkan hasil bahwa banyak responden yang menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 5. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Penggunaan APD 1 Ya 2 Tidak Jumlah Sumber : Data Primer Responden % 48 5 53 90,6 9,4 100.0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sebanyak 48 responden (90,6%) menggunakan alat pelindung diri dan sisanya 5 responden (9,4%) yang tidak menggunaka alat pelindung diri. Tabel 6. Alasan Tidak Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Alasan tidak menggunakan APD Jumlah ( orang ) % 1 Mengganggu aktifitas 0 2 Tidak tahu alatnya apa 0 3 Tidak tahu kegunaanya 0 4 Merasa tidak perlu 5 100.0 Jumlah 5 100.0 Sumber : Data Primer 32 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya 5 responden (9,4%) tidak menggunakan APD karena merasa tidak perlu dan 48 responden (90,6%) menggunakan APD. kebisingan dengan gangguan pendengaran pada karyawan PT. PMKS GIN Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Inhil-Riau April 2014 dipakai Analisa Dengan Uji Chi-square dapat ditunjukan dengan crosstabs dan di dapat hasil sebagai berikut : Analitik Statistik Analitik statistik yaitu untuk menguji apakah ada hubungan antara tingkat Tabel 7. Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan Dengan Pendengaran Menurun Pada Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Tingkat Kebisingan Pendengaran Menurun Total Tidak % Ya % 1 Dibawah Ambang Bising 24 45,3 1 1,9 25 2 Diatas Ambang Bising 12 22,6 16 30,2 28 Jumlah 36 67,9 17 32,1 53 Sumber : Data Primer Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berada diatas ambang bising dan mengalami pendengaran menurun sebanyak 16 responden (30,2%). Dari chi-square yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 yang berarti hasil yang diperoleh signifikan, berarti ada hubungan kebisingan dengan pendengara yang menurun. Tabel 8. Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan Dengan Telinga Berdengung Pada Karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa) April 2014. No Tingkat Kebisingan Telinga Berdengung Total Tidak % Ya % 1 Dibawah Ambang Bising 24 45,3 1 1,9 25 2 Diatas Ambang Bising 16 30,2 12 22,6 28 Jumlah 40 75,5 13 24,5 53 Sumber : Data Primer Dari data diatas dapat diketahui bahwa responden yang berada diatas ambang bising dan mengalami telinga berdengung yaitu sebanyak 12 responden (22,6%). Dari chi-square yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,001 yang berarti hasil yang diperoleh signifikan, berarti ada hubungan kebisingan dengan telinga berdengung. sebanyak 37 responden (69,8%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah berjumlah 3 responden (5,8%) pada usia 41 -50 tahun. Umumnya ressponden yang berada pada usia < 40 tahun, dimana usia ini merupakan usia produktif. Dan pada usia ini organ atau alat fungsi tubuh masih bekerja secara optimal sehingga kemungkinan untuk mengalami gangguan pendengaran semakin rendah dibanding dengan responden dengan usia > 40 tahun (Depkes RI, 2001). PEMBAHASAN PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa usia responden yang terbanyak adalah pada usia 21 – 30 tahun yaitu Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui sebanyak 49 responden (92,5%) memiliki masa kerja < 5 tahun , 33 sedangkan sebanyak 4 responden memiliki masa kerja > 5 tahun. Seorang yang memiliki masa kerja yang lama maka orang tersebut akan sering terpapar oleh sumber yang dapat merusak kondisi organnya dibanding dengan orang yang memiliki masa kerja sebentar (Arifin, 2007). ada hubungan antara kebisingan dengan terjadinya telinga berdengung. Tingkat Pemaparan Kebisingan Berdasarkan hasil yang ditunjukan tabel 4.4. menunjukan bahwa 47,2% responden berada dibawah nilai ambang bising dan 52,8% responden berada diatas nilai ambang bising. Sesuai dengan peraturan Depkes RI 1991, dengan pemaparan suara 85dB waktu yang diperbolehkan maksimal adalah 8 jam. Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui sebanyak 48 responden (90,6%) yang memiliki masa kerja > 7 jam dan hanya 5 rsponden (9,4%) yang memiliki jam kerja < 7 jam. Batas masa kerja yang dianjurkan adalah 8 jam dengan nilai ambang batas bising 85dB (Ballanger, 1996). Tabel 4.5. Menunjukan sebanyak 48 responden (90,6%) yang menggunakan Alat Pelindung Diri saat bekerja dan hanya 5 responden (9,4%) yang tidak menggunakan alat pelindung dirin saat bekerja. Salah satu yang menjadi alasan responden tidak menggunakan Alat Pelindung Diri adalah merasa tidak perlu yaitu sebanyak 5 responden (9,4%). Tingkat kebisingan yang terpapar oleh mesin pabrik dapat dicegah dengan menggunakan pelindung telinga. Gangguan Pendengaran Pada pekerja Pabrik. Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa sebanyak 49 responden (92,5%) menyatakan bahwa ada hubungan kebisingan dengan terjadinya penurunan pada pendengaran dan sebanyak 4 responden (7,5%) menyatakan tidak ada hubungan kebisingan dengan penurunan pada pendengaran. Sedangkan penyebab penurunan pendengaran, sebanyak 45 Responden (84,9%) mengetahui penyebab penurunan pada pendengaran, dan hanya 8 responden (15,1%) yang tidak mengetahui penyebab dari penurunan pendengaran. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu , lebih-lebih yang terputusputus atau yang datangnya tiba-tiba dan tak terduga, pengaruhnya akan sangat terasa apabila sumber kebisingan tersebut tidak di ketahui (RISKESDAS, 2010). Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran Pendengaran Menurun Berdasarkan analisis menggunakan Chisquare didapat nilai p = 0,000 hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemaparan kebisingan dengan penurunan pendengaran. Hal ini menunjukan ada hubungan antara tngkat pemaparan kebisingan dengan penurunan pendengaran pada karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa). Penurunan pendengaran dapat disebabkan oleh pemaparan bising yang terus menerus. Jika dilihat hubungan kebisingan dengan telinga berdengung, sebanyak 50 responden (94,3%) menyatakan ada hubungan kebisingan terhadap telinga berdengung dan hanya 3 responden (5,7%) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kebisingan dengan telinga berdengung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi (2008) yang menyatakan bahwa Telinga Berdengung (Tinnitus) Berdasarkan hasil analisa uji Chi-square di dapat nilai p = 0,001 hal ini menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pemaparan kebisingan dengan telinga berdengung (Tinnitus). 34 Hal ini menunjukan ada hubungan tingkat pemapatran kebisingan dengan telinga berdengung pada karyawan PMKS PT. GIN (Guntung Idaman Nusa). Hal ini bisa disebabkan karena masa kerja responden rata-rata lebih dari 2-3 tahun, yang memungkinkan pemaparan yang cukup lama dari sumber kebisingan. Tinitus (Telinga Berdengung) adalah keadaan dimana terdengar suara di telinga atau di telinga tanpa adanya stimulus akustik. Suara yang terdengar dapat berupa nada murni atau nada yang multipel dan dapat berupa nada tinggi, nada rendah, berdenging, bergemuruh, dan bunyi mendesis (Unshul, 2010). 3. 4. KESIMPULAN 1. Umur responden yang terbanyak adalah pada umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 37 responden (69,8%), sedangkan responden yang sedikit adalah pada umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 3 responden (5,8%). Sebanyak 49 responden (92,5%) memiliki masa kerja < 5 tahun dan sisanya 4 responden (7,5%) memiliki masa kerja > 5 tahun, sebanyak 48 reponden (90,6%) memiliki jam kerja > 7 jam dan sisanya 5 responden (9,4%) memiliki masa kerja < 7 jam. 2. Jumlah responden yang mengetahui penyebab dari dari gangguan pendengaran sebanyak 49 responden (92,5%) yang menyatakan bahwa ada hubungan kebisingan dengan penurunan pendengaran dan sisanya 4 responden (7,5%) menyatakan tidak ada hubungan kebisingan dengan penurunan pendengaran. Sebanyak 45 responden (84,9%) menyatakan mengetahui penyebab dari penurunan pendengaran dan sisanya 8 responden (15,1%) menyatakan tidak mengetahui penyebab dari penurunan pendengaran. Sebanyak 50 responden (94,3%) menyatakan ada hubungan kebisingan terhadap telinga berdengung (Tinnitus) dan sisanya 3 responden (5,7%) menyatakan tidak ada hubungan kebisingan dengan telinga berdengung (Tinnitus). Berdasarkan hasil pengukuran sound level meter karyawan yang berada di atas nilai ambang batas bising adalah sebanyak 28 responden (52,8%) bekerja diatas nilai ambang bising dan sebanyak 25 responden (47,2%) bekerja dibawah nilai ambang bising. Hasil analisis menunjukan adanya hubungan signifikan adanya hubungan kebisingan dengan terjadinya penurunan pendengaran dimana p = 0,000, dan telinga berdengung (Tinnitus) dimana p = 0,001. SARAN 1. Diharapkan kepada karyawan pabrik untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang dapat mengurangi tingkat pemaparan kebisingan pada telinga. 2. Apabila terkena pemaparan yang tinggi sebaiknya karyawan melakukan istirahat beberapa saat di tempat yang intensitas bisingnya lebih rendah , untuk menormalkan fungsi pendengaran. 3. Diharapkan kepada instasi yang berkait seperti Dinas Kesehatan, Depnaker (Departemen Ketenagakerjaan), dan instansi terkait lainya melakukan penyuluhan kepada karyawan tentang pengarahan kebisingan dan cara pengendaliannya. 35