Suatu Ringkasan POLA PIKIR Karl Raimund Popper ( 1902-1994) Ilmuwan Filsafat, Ahli Filosofi Ilmu Pengetahuan dan Pemikir Sosial Serta Profesor Latihan dan Logika, Dengan dasar falsifiabilitas1 dari statemen ilmiah sendiri mustahil untuk membeda-bedakan ilmu pengetahuan dari tidak ilmu pengetahuan. Oleh Arsad Rahim Ali *** 1. Falsifiabilitas atau refutabilitas adalah kemungkinan bahwa sebuah pernyataan dapat difalsifikasi atau “dibuktikan salah” melalui observasi atau uji coba fisik. Sesuatu yang bisa difalsifikasi bukan berarti itu salah, namun berarti bahwa jika pernyataan tersebut salah, maka kesalahannya dapat ditunjukkan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Falsifiabilitas). Dapat dicontohkan secara sederhana, jika si Fulan suka tersenyum, adalah suatu pernyataan, di uji dengan indra mata, pada kesempatan lain si fulan terlihat tidak tersenyum. Pernyataan ini secara falsifiabilitas dapat dikatakan salah, sementara indra mata yang melihatnya bukan menunjukkan kesalahan, tetapi menunjukan kenormalan fungsi mata. 1|Page Saya cuma berharap ketika Anda telah membaca ringkasan ini “ janganlah Anda mencoba merekayasa suatu fakta dengan alibi Anda, opini mungkin dibenarkan, tapi ketika Anda memutarbalikan fakta maka pada dasarnya Anda tidak mempunyai Ilmu. “Arsad Rahim Ali” Pola Pikir Popper Karl Raimund Popper ( 1902-1994), dengan musik ia berpikir kritis dan dogmatis2 yang menyangkut subyektifitas dan obyektifitas3 berkembang kearah/bentuk historicism4 menyangkut gagasan sifat alami yang mengarah pada kemajuan (progresif). Karena kritisnya terhadap standar pengajaran /karakter teoritis ia keluar dari universitas Vienna pada tahun 1918, dan berkarir didunia politik sayap kiri serta bergabung dengan asosiasi sosial sekolah siswa dan menjadi penganut Marxist5 Menemukan teori Freud yang psychoanalitik dan teori Adler ( perlindungan kepada anak-anak yang membutuhkan ) dan ikut mendengarkan ceramah-cerama Einstein tentang teori relatifitas. Mendapat ijazah mengajar pada tahun 1925, tiga tahun kemudian mendapat gelar Ph.D Ilmu Filsafat 1928 untuk memberi pengajaran ilmu fisika dan matematika (metafisika) di sekolah menengah di tahun 1929. Sementara di Vienna Universiti berkembang pemikiran ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan (Siklus Scientifically Minded) guna menetapkan ilmu filosofi berdasarkan ilmu pengetahuan Induktif6. Tujuan utamanya adalah mempersatukan ilmu pengetahuan dan mengapus metafisika, namun usaha itu gagal setelah dilakukan pengujian ilmu metafisika. Popper yang kritis dengan ajaran paham positifisme logis terutama peletakan teori dan maksud arti filosofi yang diverifikasi dalam metodologi ilmiah, menjadikan ia sebagai oposisi para pejabat di universitas Vienna. Dari sini ia menerbitkan buku dengan judul Logika (mengikuti jalan pemikiran), mengajar filosofi di Canterbury Selandia Baru dan kemudian pindah ke Universitas London sebagai profesor Latihan dan Logika ia dijuluki sebagai ahli filosofi ilmu pengetahuan dan pemikir sosial dan juga ia banyak menulis tentang logika penemuam ilmiah. 2. Dogmatis adalah sikap seseorang atau karakteristik seseorang yang cenderung tertutup, dalam pengertian cenderung tertutup untuk menerima masukan dari orang lainnya. 2|Page LATAR BELAKANG PEMIKIRAN Popper sangat terkesan dengan perbedaan teori Freud dan Adler tentang ilmu dan teori Relativitas Einstein dalam ilmu fisika. Popper mengatakan bahwa kedua teori (terutama teori Einstein ) tersebut adalah sangat rapuh, penuh resiko, bersifat prediksi hanya karena didasarkan pada teori psikoanalisa. Faktor ini oleh popper membuat garis pemisah ilmu pengetahuan dan yang bukan ilmu pengetahuan yaitu : Jika teori bertentangan dengan pengamatan bisa jadi itu adalah ilmiah sebaliknya jika teori kompatebel dengan semua pengamatan bisa jadi itu adalah tidak ilmiah. Kenapa demikian karena teori tersebut telah dimodifikasi dengan dasar teori psykoanalitik7. PERMASALAHAN DALAM DEMARKASI Oleh Popper masalah pokok memisahkan ilmu pengetahuan (termasuk logika, metafisika, psikoanalisa dan spikologi induvidu Adler) adalah membedakan terminologi ilmu pengetahuan dan bukan ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan metodologi Induktif yang disesuaikan dengan hasil – hasil pengamatan. Teori Demarkasi8 Popper berdasarkan presepsi asymetry logis yang mana pemalsuan dan yang mana pembuktian. Tiap teori ilmiah asli akan menjadi penghalang, implikasi dan kejadian peristiwa tertentu karena teori-teori itu dapat diuji dan dipalsukan atau diganti dengan teori lain tetapi tidak pernah secara logika membuktikan. Popper selalu menggambarkan suatu perbedaan dengan jelas antara logika pemalsuan dan logika metodologi. Ketika teori itu palsu, tidak perlu lagi diuji, secara metodologis akan lebih kompleks, tidak ada pengamatan bebas dari kemungkinan kesalahan, konsekwensinya apakah hasil yang bersifat percobaan dapat terjadi. Fakta bahwa dalam praktek tidak cukup secara metodologis untuk memalsukan suatu teori. 3. Subjektif adalah lebih kepada keadaan dimana seseorang berpikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan atau selera orang yang bersangkutan Sedangkan objektif sikap yang lebih pasti, bisa diyakini keabsahannya, tapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi. Dengan didukung dengan fakta/data. Sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi bagi seseorang untuk berpandangan terhadap suatu masalah. Tidak ada suatu batasan yang jelas antara penilaian dengan secara subjektif dengan objektif. Cara yang bisa digunakan untuk menilai keobjektifan adalah dengan mencoba membandingkan buah penilaian beberapa orang. Jika hasilnya sama persis atau cenderung sama, maka bisa disebut penilaiannya bersifat objektif. (http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/30/apa-subjektif-dan-objektif--513138.html) 4. Historicism dapat diartikan kembali ke gaya sejarah dan mencoba menyesuaikan diri secara alami dengan gaya masih kini yang mengarah pada perbaikan-perbaikan atau penyempurnaan. 5. Marxist adalah orang –orang yang menganut pandangan-pandangan Karl Marx yaitu ketidak setujuan para proletar (pekerja) terhadap para kapitalis (pemodal) 3|Page Ilmu pengetahuan yang dimulai dari permasalahan, dilakukan pengamatan dan kemudian pengamatan dan teori diuji, harus berfungsi sebagai solusi dari masalah yang ditentukan. Kesimpulan teori Demarkasi dapat diuraikan sbb : Jika (A) pernyataan dasar. Di bagi dalam 2 sub klas. Jika benar pernyataan dasar adalah bertentangan berarti memalsukan keseluruhan teori. Jika benar pernyataan menguatkan/membenarkan. dasar adalah konsisten berarti Maka dikatakan sebagai teori adalah ilmiah. Diharapkan untuk difahami sebagai laporan observasi PERKEMBANGAN PENGETAHUAN MANUSIA Oleh Popper perkembangan pengetahuan manusia berasal dari permasalahan manusia dan usaha untuk memecahkan permasalahan tersebut. Usaha ini dimulai dengan perumusan teori jika tidak ada teori maka dicari pengetahuan lain dimana dibutuhkan imajinasi yang kreatif dan mandiri dalam perumusan teori. Dan oleh Popper pusat dari permasalaan ilmu pengetahuan tertinggi adalah mengenali ilmuan sebagai pemecah masalah. Jejak ilmuwan dengan permasalahan bukan dengan pengamatan. Popper membantah satu-satunya teknik logis adalah bagian integral metode kritikan yaitu mengurangi uji coba teori sehingga disampaikan hipotesa yang bersifat sementara. Kesimpulan sementara ini apakah dipalsukan atau menguatkan. Mengapa ? Karena hanya suatu minat, harapan dan berbagai keinginan. 6. Induktif adalah cara pandang yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus kemudian mengarah kepada pernyataan dasar yang bersifat umum. Induktif adalah lawan dari deduktif yaitu cara pandang yang dimulai dari pernyataan dasar atau umum kemudian mengerucut pada pernyataan-pernyataan khusus. 7. Spykoanalitik adalah model analisasi perkembangan spikologis/kepribadian seseorang yang bertujuan membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. (http://namiho.wordpress.com/2013/03/17/terapi-dengan-pendekatan-psikoanalitik/) 8. Demarkasi dapat diartikan batas pemisah 4|Page Bagaimana bekerja menggunakan prosedur ? a. Secara formal : Jika bertentangan dengan uji coba konsistensi internal dari sistem teori, artinya jika tidak konsisten maka dapatkan dibuatkan format logis prosedur. b. Semiformal : Aksioma teori untuk membedakan “unsur empiris” dan “unsur logis” maka dibuat format logis dari teori. Kegagalan format logis, mengarahkan pencarian ke data empiris yang sebenarnya tidak ada, sehingga dicari teori yang bersifat analitik (berdasarkan purbasangka dan unsur buatan untuk membedahkan keduanya ) c. Membandingakn teori baru dengan yang sudah ada. Apakah suatu kemajuan. Jika tidak, jangan diadopsi. Jika “ya” merupakan suatu kemajuan dari teori yang telah ada ( diadopsi ) Popper menekankan jika suatu teori lebih baik dibanding dengan teori lain hanya bisa diuji secara deduktif bukan secara induktif. Karena deduktif tidak dipalsukan mempunyai isi empiris dan prediktif yang lebih besar. Contoh teori newton grafitasi universal diganti teori relatifitas Einsteins. Popper melihat ini, merupakan sifat alami pengetahuan, disetiap waktu ada yang berlawanan, dilain waktu menyelaraskan lebih teori sebelumnya, Kalau tidak ada pembandingnya, teori terakhir untuk sementara diadopsi. Singkatnya Teori X menjadi lebih baik dibanding teori (a) menyaingi teori Y, jika X mempunyai isi empiris lebih benar dan karenanya kuasa bersifat prediksi lebih besar dibanding Y Maka ilmuwan akan mengambil teori yang tidak bisa diturunkan lagi atau mengambil yang sementara diperdebatkan, jika ramalan baru membuktikan maka teori baru dibenarkan diadopsi secara aktif jika ramalan tidak membuktikan mereka memalsukan teori. Perkembangan selanjutnya filosofi ilmu pengetahuan oleh Popper yang juga ditunjukan oleh Humes adalah semua pengetahuan diperoleh dari pengalaman yang universal. Penekanan popper tentang pentingnya roh yang kritis ke ilmu pengetahuan merupakan inti sari dari rasionalita sebab pemikiran kritis dapat menghapuskan teori sumbang/palsu dan menetapkan teori yang terbaik dari yang tersedia. Karena bersifat menjelaskan dan bersifat prediksi Pengetahuan dan Verisimilitude9 dalam banyak pandangan sarjana pengetahuan masyarakat bahwa suatu teori adalah lebih baik jika memilih dua teori yang mana sama kuat dalam kaitannya bersifat menjelaskan dan berbeda satu dengan yang lain. Adalah mungkin dan yang lain tidak mungkin maka kita pilih yang terdahulu. 9. Verisimilitude dapat diartikan bagaimana menjelaskan sebuah teori dapat mendekati kebenaran 5|Page Popper menolak, teori dengan isi informatif tinggi bersifat prediktif tinggi dan konsekwensinya sangat bisa menguji. Semakin berisi informatif semakin besar akan banyaknya cara utuk dipalsukan karena adanya penyesuian kemungkinan dan testabilitas. Oleh Popper krtitik ilmiah harus sedikit demi sedikit untuk mempertanyakan tiaptiap aspek suatu teori. Hal ini mendasari terminologi ilmu pengetahuan, bagaimanapun latar belakang pengetahuan bukanlah pengetahuan. Integrasi konsep isi dan kebenaran dalam bingkai metodological konsep verisimuilitude. Isi teori mempunyai konsekwensi logis dibagi menjadi dua kelas yaitu Truth content (Isi Kebenaran) ------ dengan konsekwensi kebenaran Falsity content (Isi Kesalahan) ---- dengan konsekwensi kepalsuan Oleh Popper menawarkan dua metode dalam membandingkan teori dalam kaitannya dengan verisimilitude yaitu definisi kwantitatif dan kwalitatif. Secara kwalitatif dapat dijabarkan dengan truth content dan falsity content maka dua teori “T-1” dan “T-2” dapat diperbandingkan sbb : T2 lebih mendekati kebenaran atau mendekati fakta dibanding T1 jika dan hanya jika : a. Truth content (isi kebenaran) hanyalah bukan falsity content (isi kesalahan) T2 melebihi T1 ( TC2 > TC1) b. Falsity Content (isi kesalahan) T1 tetapi bukan truth content (isi kebenaran) melebihi T2 ( FCT1 > FCT2 ). Secara kwalitatif dapat dirumuskan sebagai berikut VS (A) = Ctt(A) – Ctf(A) dimana : - VS(A) adalah Verisimilitude (a). - CH (A) adalah Truth Content (a) - dan Ctf (A) adalah Falsity Content (a). Dengan konsep ini maka ilmu pengetahuan mendapat kemajuan kearah kebenaran sampai bukti-bukti menguatkan dan memalsukan, ditemukan melalui percobaan sebagai indikator Verisimulitude. 6|Page Namun oleh Tukang Giling Tichy dan Grunbaum definisi Popper secara formal cacat. Namun Popper berargumentasi. “Aku berpikir bahwa kita mestinya tidak menyimpulkan dari kegagalan usahaku untuk memecahkan masalah, Masalah tidak bisa dipecahkan“ Mengenai Doktrin Historicist dari ilmu sosial menyebutkan: a. Tugas utama dari ilmu sosial akan membuat ramalan tentang sosial dan pengembangan politik manusia. b. Tugas politik, ketika ramalan kunci telah dibuat adalah masa depan sosial dan pengembangan politik Konsep Ramalan oleh Popper menyebutkan : a. Ramalan Ilmu bersyarat harus mempunyai format: “ Jika X berlangsung kemudian Y akan berlangsung “ b. Ramalan ilmu tampa bersyarat mempunyai format : “ Y akan berlangsung “ Format ini dapat diasumsikan jika perubahan yang ditetapkan mempunyai akibat jika peristiwa terdahulu berlangsung, rumusnya adalah : ( C.P + E.S = U.P) dimana - CP adalah Kondisi Ramalan. - ES adalah Existensial Statemen - dan UP adalah Uncondisional buatan Klaim Popper : a. Historicist tidak sepenuhnya dibuat ilmiah tampa syarat dari ramalan bersyarat b. Historicist tidak bisa menunjukkan perbuatan ilmiah tampa syarat jangka panjang yang dapat diperolah dari ramalan bersyarat. Ringkasan Kritik Popper 1. Stateman Dasar bukanlah semata-mata laporan tentang sensasi yang dicatat secara pasif, melainkan uraian dari apa yang diamati ketika 7|Page ditafsirkan oleh peninjau berkenaan dengan suatu kerangka teoritis yang sudah baku. Oleh popper menyatakan : a. Tidak manjur, Teori dimuati presepsi. b. Pikiran berasimilasi dengan data acuan, Tidak bisa dipertimbangkan dengan pengalaman. 2. Teori Demarkasi adalah test kritis untuk membuktikan teori yang dipalsukan dan teori yang menguatkan. 3. Hukum Ilmiah dinyatakan oleh stateman universal, walaupun : a. Stateman dasar dapat memalsukan suatu hukum ilmiah stateman dasar yang lainnya b. Memberi stateman dasar bukanlah dapat menarik kesimpulan dari hukum ilmiah Oleh Popper menyatakan : Hukum yang ilmiah itu selalu diambil bersama dengan uraian stateman Lalu memberikan stateman eksistensial Hasilnya merupakan implikasi mutlak. Jadi simpulan terakhir Popper adalah Bawah ia mengakui bahwa mustahil untuk membeda-bedakan ilmu pengetahuan dari tidak ilmu pengetahuan atas dasar Falsifiabilitas dari stateman ilmiah dari seseorang; Ia mengenali teori ilmiah itu bersifat prediksi dan sebagai konsekwensinya menjadi penghalang, hanya ketika secara bersama-sama mengambil alat bantu hipotesis dan ia juga mengenali penyesuaian ulang atau modifikasi, merupakan bagian yang integral dari praktek ilmiah. *** Penulis adalah seorang praktisi epidemiologi gizi dan kesehatan Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 8|Page yang bekerja di Dinas