BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam dan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam dan energi yang terkandung dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam yang tak terbarukan sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi
hidup orang banyak. Potensi sumber daya alam dan cadangan mineral metalik
(logam) tersebar di beberapa lokasi di Indonesia antara lain bagian barat, tengah dan
timur, seperti tembaga dan emas di Papua, emas di Nusa Tenggara, nikel di Sulawesi
dan kepulauan Indonesia Timur, bauksit dan batubara di Kalimantan, emas, batubara,
di Sumatera, dan mineral lainnya yang masih tersebar diberbagai wilayah dan tempat.
Sumber daya mineral sebagai salah satu kekayaan alam yang dimiliki Bangsa
Indonesia, apabila dikelola dengan baik serta terencana akan memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi negara. Oleh karena itu pengelolaannya harus
dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian
nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 1
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengingat Mineral dan Batubara sebagai
1
Gatot Suparmono, Hukum Pertambangan MineralBatubara di Indonesia, (Jakarta:PT
Rineka Cipta, ),hlm 1.
Universitas Sumatera Utara
kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang
tak terbarukan pengelolaannya harus dilakukan seoptimal
mungkin, efisien,
transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan agar
memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran demokrasi ekonomi secara
berkelanjutan. 2 Menurut Jimly Asshiddiqie 3 pada Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945 menegaskan adanya prinsip berkelanjutan
terkandung dalam demokrasi ekonomi, “perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip berkelanjutan berwawasan
lingkungan”. Makna kata berkelanjutan terkait erat dengan perkembangan gagasan
tentang pentingnya wawasan pemeliharaan, pelestarian dan perlindungan lingkungan
hidup yang sehat, di mana dewasa ini telah menjadi wacana dan kesadaran umum
diseluruh penjuru dunia untuk mengimplementasikannya.
Dalam dunia pertambangan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya
kandungan Mineral yang siap diangkat kapan saja. Dari data yang diperoleh bahwa
Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk komoditi timah, posisisi
terbesar keempat untuk komoditi tembaga, posisi kelima untuk komoditi nikel dan
posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas. 4 Sedangkan mengenai pertambangan
Batubara dalam beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan pesat sebagaimana
diuraikan oleh International Energy Agency (IEA), tahun 1990 total konsumsi
2
Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
3
.Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, (Jakarta: Rajawali, Pres, 2009), hlm, 133.
4. Gatot Supramono, Op Cit, hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
batubara dunia baru mencapai 3.461 juta ton, pada tahun 2007 meningkat menjadi
5.522 juta ton atau rata-rata 3,5% pertahun. Selanjutnya
IEA
memperkirakan
konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6 % pertahun antara periode 20052015.
Meningkatnya konsumsi batubara dunia tidak terlepas dari meningkat
pesatnya permintaan energi dunia dimana batubara pemasok energi kedua terbesar
setelah minyak dengan kontribusi 26 %, peran ini akan diperkirakan akan meningkat
29% pada tahun 2030 dalam percaturan perdagangan batubara dunia. Indonesia
memiliki peran yang semakin penting dari tahun ke tahun baik sebagai produsen
maupun sebagai eksportir. Dari data diperoleh bahwa pada tahun 2007 Indonesia
berada di posisi ketujuh terbesar produsen batubara dunia dengan kontribusi 4,2 %
dan diposisi kedua terbesar sebagai eksportir batubara dengan total volume ekspor
202 juta ton. 5
Kemudian pada tahun 2009 Indonesia masih tetap berada diposisi ketujuh
terbesar produsen batubara dunia dengan kontribusi 4,2 % dan
diposisi kedua
terbesar sebagai eksportir batubara dengan total volume ekspor 220 Mt. 6 Sumber
daya mineral dalam hal ini pertambangan memiliki sifat tersendiri yaitu suatu lokasi
penyebarannya dan ukurannya terbatas, terdapat di dalam bumi mulai dari permukaan
tanah sampai kedalaman tertentu, hanya dapat ditambang satu kali karena sumber
5
Gatot Supramono, Ibid.
Makmun, Prosapek Batubara ke Depan Cerah, artikel Majalah Tambang 6 Oktober 2010.
6
Universitas Sumatera Utara
daya alam tak terbarukan (non-renewable resources), waktu pemanfaatannya hanya
beberapa tahun, resiko investasi sangat tinggi, padat modal dan teknologi, persiapan
untuk melakukan penambangan memerlukan waktu lebih kurang 5 (lima) tahun. Hal
ini disebabkan letak potensi sumber daya mineral pada umumnya di daerah
pedalaman (remote areas), maka pembukaan suatu tambang akan menjadi pemicu
pembangunan dan pengembangan daerah tertinggal, seperti di daerah Irian Jaya,
Kabupaten Madina dan Dairi di provinsi Sumatera Utara dan daerah lainnya.
Keberadaan usaha pertambangan ini juga akan memberikan dampak ganda baik yang
bersifat positif dan negatif dalam berbagai sektor.
Prinsip dalam melakukan usaha pertambangan yang utama dapat dipastikan
pada
berorientasi
ke
persoalan
bisnis,
karena
seorang
investor
bersedia
menginvestasikan modalnya akan memperhitungkan untung ruginya lebih dahulu
dengan pengkajian dan studi kelayakan. Jika hasil studi kelayakan diperhitungkan
mendapat keuntungan investor akan besar menanamkan modalnya untuk usaha
tersebut. Apalagi keberadaan pertambangan
pada umumnya berada di wilayah
pedesaan jauh dari perkampungan adakalanya tempatnya di bukit dan pegunungan
yang membutuhkan modal yang cukup besar.
Oleh karenanya sifat-sifat tersebut, maka penambangan suatu bahan galian
disuatu tempat harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain perhitungan (cost
benefit ratio)yang merupakan salah satu metode kelayakan investasi, agar
memberikan manfaat kepada semua pihak, yang perlu dipertimbangkan adalah agar
Universitas Sumatera Utara
kegiatan penambangan tersebut bermanfaat pula bagi generasi mendatang. Untuk itu
pada setiap pembukaan tambang baru perlu dipersiapkan usaha untuk mencegah
terjadinya dampak negatif terhadap lingkungan hidup dengan pertanggungjawaban
dibebankan pada pemilik atau penguasa pertambangan yang implementasinya dalam
bentuk Community Development (CD) 7, dan Corporate Social Responsibility(CSR) 8.
Dengan adanya program program tersebut jika tambang ditutup atau tidak beroperasi
lagi, masyarakat disekitar lokasi tambang telah menjadi masyarakat mandiri yang
lebih maju, lebih sejahtera dan dapat mengembangkan dirinya dari hasil atau manfaat
penambangan di daerah mereka. Akan tetapi dalam kenyataannya timbul
permasalahan antara masyarakat setempat dengan perusahaan pertambangan atas
dampak negatif yang ditimbulkannya, berupa pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, terjadinya perampasan hak-hak atas tanah adat atau masyarakat
setempat, terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), baik oleh perusahaan,
maupun oleh oknum aparat, dengan dalih mengamankan kepentingan investasi dan
kepentingan nasional. 9
Pengelolaan pertambangan harus memperhatikan sejumlah elemen dasar yaitu
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan 10 , baik kelembagaan,
7
Community Development merupakan bantuan perusahaan kepada masyarakat yang terkena
dampak atas adanya kegiatan pertambangan.
8
Corporate Social Responbility, sebagai komitmen manajemen dalam rangka tanggung jawab
perusahaan terhadaplingkungan hidup dan pelestarian alam.
9
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik PertambanganIndonesia(Yogyakarta:Pustaka
Indonesia, 2013) hlm 8.
10
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup,sosial, dan ekonomi kedalamstrategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, sosial dan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus
mengubah cara pengelolaan pertambangan yang didasari landasan hukum yang sesuai
dengan kaidah-kaidah penambangan.
Pada tanggal 12 Januari 2009 Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan
dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967,
dengan pertimbangan Undang-undang bersifat sentralistik sudah tidak sesuai dengan
perkembangan situasi sekarang dan tantangan di masa depan. Disamping itu,
pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
strategis, baik bersifat Nasional maupun Internasional. Tantangan yang utama
dihadapi oleh pertambangan Mineral dan Batubara adalah pengaruh globalisasi yang
mendorong demokratis, otonomi daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup,
perkembangan teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan
peningkatan peran swasta dan masyarakat. Pertimbangan lain sebagaimana
ditegaskan dalam konsideran Undang-undang tersebut, bahwa
kegiatan usaha
pertambangan Mineral dan Batubara merupakan kegiatan usaha pertambangan di luar
panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah mempunyai peranan penting dalam
lingkungan serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan.
Universitas Sumatera Utara
memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan
pembangunan daerah secara berkelanjutan. 11
Salah satu instrumen lingkungan untuk mewujudkan pertambangan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup adalah izin lingkungan sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 yang
berbunyi: Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKLUPL wajib memiliki izin lingkungan. yang diterbitkan oleh Pemerintah berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau
rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Namun dalam kenyataannya banyak
perusahaan pertambangan di daerah yang belum memiliki izin lingkungan dan hal ini
akan menimbulkan kasus dan juga dapat menyulut terjadinya konflik sosial yang akan
menimbulkan dampak serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu perizinan yang akan diterbitkan oleh Pemerintah harus memperhatikan hak-hak
warga negara dalam kehidupan demokrasi. Seyogianya adanya perizinan bukanlah
menimbulkan konflik sosial tetapi semestinya mampu menciptakan harmonisasi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agus Ngadino
12
persoalan pengelolaan perizinan pertambangan harus
mendapat perhatian serius, karena ada beberapa alasan, yaitu :
11
Point Menimbang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Batubara, huruf b.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pengelolaan perizinan pertambangan yang masih bersifat sektoral.
Pengaturan perizinan pertambangan masih belum terintegrasi dengan sistem
perizinan yang dikembangkan dalam Undang-undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No.32 Tahun 2009). Selain itu adanya
tumpang tindih dalam pemberian izin pertambangan menunjukkan carut
marutnya pengelolaan perizinan pertambangan utamanya dalam hal pemberian
dan pengawasan perizinan pertambangan. Lemahnya kordinasi antar
kelembagaan, karena pengeloaan pertambangan terkait dengan sektor bidang
pemerintahan, misalnya kegiatan usaha pertambangan akan terkait dengan
Badan Pertanahan, kementerian perhubungan, kementerian perdagangan,
Menteri Negara Lingkungan Hidup, serta Pemerintah Daerah. Oleh karena itu,
pemberian izin perlu dikaji secara cermat dan akurat untuk menghindari
dampak lingkungan, sosial dan budaya. 13
Ketidakpaduan sistem perizinan bidang lingkungan hidup terjadi pada
pengaturan mengenai izin-izin sektoral diatur dalam Undang-undang tersendiri dan
mengutamakan kepentingan ekonomi. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(UUPPLH)
yang
seharusnya
menjadi
pedoman
bagi
penyelenggaraan perizinan sektoral, izin usaha atau kegiatan, justru berdiri sendiri.
Penyebabnya karena dalam sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia
kedududukan Undang-undang terhadap undang-undang sederajat, dan ini akan
membawa akibat, masing-masing kementerian merasa memiliki wewenang yang
sama kuat. Penyelenggaraan Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaaan
Lingkungan Hidup tidak dapat mengontrol jalannya Undang Undang Pertambangan.
Ketidakpaduan juga terjadi pada persyaratan, prosedur, dan waktu serta biaya untuk
12
Agus Ngadino, Pengelolaan Perizinan Pertambangan Berdasarkan Tata Kelola
Pemerintahan Yang Baik, Proseding Seminar Nasional&Kongres Pembina Hukum Lingkungan seIndonesia, Bandung 2013.
13
. Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta : Sinar Grafika,
2010), hlm242.
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan mendapatkan izin. Masing-masing sektor memiliki aturan sendiri. Terjadi
tumpang tindih persyaratan untuk mendapatkan izin usaha atau tidak memenuhi
syarat, namun izin tetap dikeluarkan oleh instansi sektoral. Selain itu masih ditambah
kurangnya koordinasi dan pengawasan pelaksanaan izin pada masing-masing instansi
sektoral. 14
Sebagaimana telah diuraikan kegiatan pengelolaan pertambangan terkait
dengan sektor bidang pemerintahan salah satu diantaranya adalah Badan Pertanahan
Nasional atau Daerah yang berhubungan dengan pemberian status hak atas sebidang
tanah, karena kegiatan penambangan harus memiliki suatu kawasan atau hamparan
untuk melakukan penggalian tanah dengan kedalaman tertentu yang letaknya di
dalam perut bumi. Sebuah perusahaan pertambangan untuk dapat melakukan
penambangan harus memiliki izin dari pemerintah lebih dahulu. Namun dengan izin
yang dimilikinya perusahaan pertambangan tidak dapat langsung melakukan
penambangan sesuai dengan lokasi yang ditunjukkan dalam izin bersangkutan, akan
tetapi perlu melihat dahulu di lokasi penambangan, apakah di lokasi tersebut terdapat
hak-hak atas tanah yang dimiliki pihak lain.
Sebidang tanah merupakan bagian dari bumi yang ketentuan hukumnya
berada pada
bidang
Hukum Agraria,
Pemerintah Republik Indonesia telah
mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Undang-Undang Pokok Agraria pada tanggal 24 September 1960. Hukum agraria
14
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, (akarta:Sinar Grafika, 2012), hlm 228.
Universitas Sumatera Utara
ruang lingkupnya sangat luas karena obyek yang diatur adalah mengenai bumi, air
dan ruang angkasa. Undang-undang ini menyebutkan secara tidak langsung bagianbagian agaria yakni bumi, air, kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 1 ayat (2) serta Pasal
2 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria menempatkan hak menguasai negara
sebagai dasar dan asal dari hak-hak keagrariaan. Berdasarkan kekuasaan negara ini
kemudian diterbitkan kekuasaan-kekuasaan dalam ukuran yang lebih kecil, dalam
bentuk, dan sifatnya beraneka ragam. Undang-Undang Pokok Agraria sebagai dasar
hak penguasaan negara, atas bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya termasuk pertambangan batubara. Pengelolaan
pertambangan tidak terlepas dari tanah, dalam implementasi asas perlekatan,
pemilikian tanah pada negara menggunakan haknya atas ruang bawah tanah berupa
penguasaan mineral dan batubara.
Dasar tujuan dari konsep dikuasai negara sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 maupun UUPA, bahwa hak menguasai oleh negara
adalah sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dan berdasarkan tujuan tersebut ada
beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar, yaitu :
a. Apabila denganitikad baik tanah-tanah telah dikuasai dan dimanfaatkan oleh
rakyat, maka pernyataan itu harus dihormati dan dilindungi. Keberadaan
rakyat di tanah-tanah tersebut merupakan salah satu penjelmaan dari tujuan
Universitas Sumatera Utara
kemakmuran rakyat. Rakyat harus mendapat didahulukan dari pada accupant
baru yang menyatakan formalitas-formalitas hukum berlaku; dan
b. Tanah yang dikuasai negara, tetapi telah dimanfaatkan rakyat dengan itikat
baik hanya dapat dicabut atau diasingkan dari mereka, semata-mata untuk
kepentingan umum, yaitu untuk kepentingan sosial dan/atau kepentingan
negara.
c. Setiap pencabutan atau pemutusan hubungan hukum atau hubungan konkrit
yang diduduki atau dimanfaatkan dengan itikad baik, harus dijamin tidak akan
menurunkan status atau kualitas mereka karena hubungan mereka dengan
tanah tersebut.
Pasal 16 dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang
Pokok Agraria, hak atas tanah meliputi, Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan. Dalam
beberapa Undang-Undang yang ada di kenal Hak Masyarakat Hukum Adat. Apabila
ada hak-hak atas tanah tersebut yang melekat di areal atau kawasan yang akan
diusahakan pertambangan sedangkan dari hasil kajian yang telah dilakukan oleh
pihak perusahaan pertambangan terdapat sumber Mineral dan Batubara, tentunya
perusahaan pertambangan akan menghadapi masalah yaitu perbenturan kepentingan
antara penggunaan hak atas tanah dengan penggunaan hak penambangan pada
wilayah yang sama. Sementara itu pada umumnya hak atas tanah lebih dahulu
diberikan pemerintah dibandingkan dengan hak penambangan.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang akan dihadapi menyangkut pembenturan kepentingan
penggunaan hak atas tanah sangat terbuka, dimana pemerintah hak atas tanah dan hak
atas pertambangan kepada dua orang yang berbeda tetapi berada di kawasan yang
sama. Pada permukaan tanah pemerintah memberikan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan, atau hak pakai sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pokok
Agraria kepada seseorang (individu, badan usaha berbentuk badan hukum atau non
badan hukum), sedangkan di bawah permukaan tanah pemerintah memberikan hak
atas pertambangan kepada orang lain sesuai dengan Undang-undang Pertambangan.
Konsekwensinya akan terjadi benturan secara horizontal antara peraturan perundangundangan yang berhubungan dengan kawasan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor
5 tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 dan peraturan lain yang
terkait.
Dengan demikian berarti, bahwa pemilik hak atas pertambangan tentu tidak
dapat langsung melakukan penggalian atau pengeboran tanah karena disitu ada hak
atas tanah. Sedangkan pemilik hak atas tanah pada umumnya akan melarang orang
lain memasuki lahannya dan melakukan pertambangan. Apalagi hak atas tanah lebih
dahulu diberikan dari pada hak atas pertambangan, dan jika ini dipaksakan oleh
pemilik hak atas pertambangan yang telah diberikan oleh pemerintah untuk
melakukan penggalian atau pengeboran akan menimbulkan konflik atau sengketa
diantara pemilik hak atas tanah dengan pemilik hak atas pertambangan,
Universitas Sumatera Utara
kosekwensinya pihak-pihak akan mengalami kerugian dan juga akan menimbulkan
keresahan dalam masyarakat.
Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha pertambangan,
khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga
mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu
keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan
manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan cenderung ditolak
masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa ijin (PETI)
yang sangat merusak lingkungan. 15
Berdasakan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral disebutkan bahwa setelah otonomi
daerah telah dikeluarkan lebih dari 10.000 Izin Usaha pertambangan. Hal mana telah
mendorong Direktorat Jenderal Mineral melakukan kebijakan Clean and Clearatau
penataan dan kejelasan terkait Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebagai langkah
mengatasi berbagai masalah perizinan tambang yang tidak tertata (tumpang tindih).
Hal mana dari hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara ternyata
hingga 14 Mei 2012 hanya 4
16
dari lebih 10.000 izin yang tidak bermasalah atau
masuk dalam Clean and Clear.
15
Rencana Jangka Pembangunan Menengah (RJPM) Republik Indonesia, Bab 32.
Mohamad Anis, Menjamin Pembangunan berkelanjutan, Warta Mineral Majalah Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara, Edisi XII-April 2012, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara,
hlm.5.
16
Universitas Sumatera Utara
Sebagaiman telah diuraikan, bahwa persoalan perizin pertambangan juga
menjadi permasalahan, karena setiap orang atau perusahaan yang melakukan usaha
di bidang apa saja dalam hal ini Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya di sebut
IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan yang diterbitkan oleh
pihak yang berwenang yaitu Pemerintah. Dahulu izin yang
diperlukan hanya
berhubungan dengan bidang usahanya, perusahaan berstatus sebagai perusahaan yang
resmi atau legal. Namun sejalan dengan perkembangan keadaan, semua usaha yang
berhubungan dengan pengeloaan Sumber Daya alam dan berkaitan dengan
lingkungan hidup, sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap perusahaan
wajib memiliki izin lingkungan, yang dapat digunakan sebagai dasar bagi perusahaan
untuk mengurus penerbitan izin usaha agar dapat menjalankan usahanya. Pasal 1
angka 1 dari Undang-undang tersebut menetapkan, Izin lingkungan adalah izin yang
diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib
AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan
dari
uraian-uraian
tersebut
di
atas,
terdapat
beberapa
permasalahan yang timbul atas hak pengelolaan pertambangan, meliputi perizinan
pertambangan, penerapan konsep pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan
usaha pertambangan yang berwawasan lingkungan serta hak atas tanah yang terdapat
dalam hukum pertanahan (Agraria) serta masih terdapat peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangan yang tidak sinkron dan tumpang tindih yang harus ada koordinasi antara
sektor dan instansi yang terkait dalam kegiatan pertambangan. Berdasarkan uraian
tersebut di atas penulis memilih judul tesis : “Analisis Yuridis Atas Hak
Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya
Dengan Hukum Pertanahan”
B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi peraturan perundang-undangan hak atas pengelolaan
pertambangan dalam pemanfaatan Sumber DayaMineral dan Batubarayang
berwawasan lingkungan hidup?
2. Bagaimana hubungan kewenangan antara hak atas pengelolaan pertambangan
dengan hukum pertanahan dalam hal ini Undang-undang Pokok Agraria?
3. Bagaimana penyelesaian hukumnya jika terjadi benturan kepentingan antara
pemilik hak pertambangan dan pemilik hak atas tanah dalam pemanfaatan
fungsi atas hak yang melekat pada kedua hak tersebut.?
C. Tujuan Penelitian
Menurut Soejono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan
merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penulisan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. 17 Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan
hak atas pengelolaan
pertambangan dalam pemanfaatan Sumber DayaMineral dan Batubarayang
berwawasan lingkungan hidup.
2. Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan kewenangan antara hak atas
pengelolaan pertambangan dengan hukum pertanahan dalam hal ini Undangundang Pokok Agraria.
3. Untuk menganalisis dan alternatif pemecahannya jika terjadi benturan
kepentingan antara hak atas
pertambangan dengan hak atas tanah dalam
pemanfaatan fungsi yang melekat pada kedua hak tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam rangka know how di
dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa
yang seyogianya atas isu yang diajukan. Mengingat penelitian hukum merupakan
suatu kegiatan dalam rangka know how, isu hukum hanya dapat diindetifikasi oleh
ahli hukum serta mempunyai expertise dalam menganalisis hukum yang mampu
melakukan penelitian hukum. 18
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI-Press, 1986), hlm.118.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group 2007),
18
hlm.41.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam
memperoses ilmu pengetahuan. 19 Secara operasional penelitian dapat berfungsi
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, menunjang pembangunan,
mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia. 20 Sesuai dengan
tujuan penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas, diharapkan dengan penelitian
ini akan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.
a. Secara teoritis.
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini diharapkan akan membuka wawasan
dan paradigma berpikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum
yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan Pertambangan
Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya dengan Hukum Pertanahan.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan
referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan hukum.
b. Secara praktis.
Sebagai pedoman dan masukan bagi Pemerintah dalam hal ini
sektor yang
berhubungan dengan usaha pertambangan dan hak atas tanah yang diatur dalam
hukum agraria. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan kajian bagi legislatif
untuk
penyusunan
konsep-konsepakademis
dibidang
pertambangan
yang
19
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju,2008),
hlm.10.
20
Ibid,.hlm.77.
Universitas Sumatera Utara
berwawasan lingkungan dan hukum pertanahan. Diharapkan juga sebagai
informasi bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk memahami hak atas
pengelolaan pertambangan dan hak-hak atas tanah dalam rangka pemanfaatan
sumber daya alamyang menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan
berwawasan lingkungan hidup yang terdapat dibawah lapisan tanah.
E. Keaslian Penelitian
Dari hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul “ Analisis Yuridis Atas
Hak Pengelolaan Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya
dengan Hukum Pertanahan”, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.
F. Kerangka Teori Dan Konsep
1. Kerangka Teori
Menentukan suatu teori dalam penelitian dalah penting, sedemikian
pentingnya, sehingga menurut David Madsen sebagaimana dikutip oleh Lintong Q
Siahaan mengatakan “The basic
purposes of scientific research is the theory he
adds that a good theory properly seen present a systematic view of phenomene by
specifiying realitation among cariables, with the purposes of exploring, and
Universitas Sumatera Utara
prediction the phenomenona” 21 Artinya dasar dari suatu penelitian adalah teori yang
secara sistematis dapat menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan sesuatu
yang akan dipredeksi atas fenomena tersebut. Teori harus mengungkapkan suatu tesis
atau argumentasi tentang fenomena tertentu yang dapat menerangkan bentuk
substansi atau eksistensinya. 22. Suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui
dunia sosial dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang dapat
menghubungkan teori dengan ilmu bahkan ilmu pengetahuan lain. 23 Menurut John
W.Best, teori pada dasarnya berisi penggambaran hubungan sebab akibat diantara
variabel-variabel. Suatu teori di dalam dirinya terkandung keunggulan untuk bisa
menjelaskan suatu gejala, tidak itu saja suatu teori juga berkekuatan untuk
mempredeksi suatu gejala. 24 Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran
atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan
(problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis. 25
Kebutuhan akan kerangka teori semakin jelas bila dilihat dari fungsinya, yaitu
Pertama kerangka teori menguraikan variabel-variabel yang diperhitungkan atau yang
dijadikan sebagai objek yang diusulkan dalam suatu penelitian dan darinya memberi
hasil bagi pemecahan masalah. Kedua, memberikan batasan-batasan kepada
penyelidikan yang akan diajukan dengan menyarankan variabel-variabel mana yang
21
Lintong O. Siahaan, Prospek PTUN sebagaimana penyelesaian Sengketa Administrasi
Indonesia, Cetakan pertama (Jakarta: Perum Percetakan Negara RI,2000), hlm 5.
22
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung :Refika Aditama 2005),
hlm. 23.
23
Ibid, hlm.23.
24
Uber Silalahi, Metode dan Metodologi Penelitian (Bandung, Bina Budaya, 1999), hlm 69.
25
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian (Bandung :Mandar Maju, 1994), hlm.80.
Universitas Sumatera Utara
harus dipandang sebagai tidak relevan dan karena itu harus diabaikan. Ketiga,
kerangka teori merupakan struktur yang memberikan arti kepada hasil-hasli
penelitian. Bagaimanapun juga arti hasil-hasil penelitian yang diperoleh melalui
analisis data adalah dengan mengacu kepada kerangka teori. Keempat kerangka teori
memberikan premis-premis dari mana peneliti dapat mendeduksikan obyek-obyek
penelitian. 26
Menurut Koentjaraningrat dikatakan bahwa landasan teori atau lazim juga
disebut kerangka teori, berisikan teori yang dapat membantu peneliti dalam
menentukan tujuan dan arah penelitian, serta berguna untuk menentukan konsep
secara tepat. 27
Berdasarkan uraian tentang kerangka teori di atas, maka teori yang digunakan
sebagai pisau analisis serta untuk menganalisis permasalahan mendasar dalam
penelitian ini adalah :
a. Teori Negara Hukum.
Penggunaan teori negara hukum (grand theory) dalam penelitian ini,
didasarkan pada pertimbangan bahwa UUD 1945 merupakan sumber tertinggi
hirachie peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan di dalamnya
dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Selanjutnya, di dalam
Konstitusi negara Republik Indonesia, yakni UUD 1945 yang sudah
26
Uber Silalahi, opcit, hlm 70.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, Gramedia, Edisi Ketiga,
1992),hlm 19.
27
Universitas Sumatera Utara
diamandemen, dinyatakan pula Indonesia adalah negara hukum. Gagasan
negara hukum ini telah berkembang sejak Plato menulis Nomoiatau bahkan
jauh sebelum itu. 28 Gagasan negara hukum didasari oleh suatu keyakinan
bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atasdasar hukum yang baik dan
adil. 29
Immanuel Kant, mengemukakan konsep negara hukum liberal, dimana paham
negara hukum dalam arti sempit, yang menempatkan fungsi rechtstaat, hanya
sebagai alat pelindung hak-hak individual dan kekuasaan negara diartikan
secara pasif, yang bertugas sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan
masyarakat.Paham
Kant
ini
terkenal
dengan
sebutannachtwakerstaat
ataunachtwachterstaat. 30
Hukum menjadi salah satu unsur penting dalam kehidupan bernegara
sebagaimana dikemukakan Sri Soemantri Martosoewigno, bahwa negara yang
dikategorikan sebagai negara hukum harus mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut : 31
1. Pemerintah
dalam
melaksanakan
tugas
dan
kewajibannya
harus
berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan.
2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara)
28
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Beradasarkan Hukum (Jakarta :Ghalia Indonesia,1986),
hlm 7.
29
Franz Magnis Suseno, Etika Politik (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama, 1994) hlm 295.
Muhamad Tahir Azhari, Negara Hukum-Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsip Dilihat Dari
Hukum Islam, Implementasinya Pada Negara Madinah dan Masa Kini (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
hlm.66.
31
R. Sri. Soemantri Martosoewignyo, Indonesia Bunga Rampai Hukum TataNegara
(Bandung: Alumni, 1992), hlm.29.
30
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya pengembagian kekuasaan dalam negara; dan
4. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechtterlijk controle).
b. Teori Negara hukum Kesejahteraan.
Seiring dengan perkembangan kenegaraan dan pemerintahan, ajaran negara
hukum yang kini dianut oleh negara-negara di dunia khususnya setelah perang
dunia kedua adalah negara kesajahteraan (welfare state). Menurut Lemaire
sebagaimana dikutip oleh S.F. Marbun, disebut bestuuszog (negara berfungsi
menyelenggarakan kesejahteraan umum, merupakan konsepsi negara hukum
modren, menempatkan peranan negara pada posisi yang kuat dan besar. Tugas
dan wewenang serta tanggung jawab pemerintah semakin berkembang dan
bertambah luas baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 32 Konsep negara
hukum kesejahteraan, (Lemaire menyebutnya bestuurzorg)
33
negara selain
tunduk pada hukum yang berlaku, juga memiliki tugas dan tanggung jawab
mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Negara tidak semata-mata sebagai
penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat, tetapi bertanggung jawab
untuk mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum guna sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
c. Teori Hak Menguasai Negara Atas Tanah.
32
Hasan Basri, Keadilan dan Kepastian Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah Dalam
Penggadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan PLTU
di Lombok Barat), Jurnal IUS, Univ Mataram, 2013, hlm 81.
33
Negara berfungsi menyelenggarakan kesejahteraan umum, atau welvaarstaat atau
verzogingsstaat dalam S.F. Marbun Peradilan Administrasi dan Upaya Administratif di Indonesia,
(Yogyakarta :UII Pres, 2003) hlm 133.
Universitas Sumatera Utara
Hak menguasai tanah oleh negara sebagaimana telah diuraikan diatur dalam
Pasal 33 ayat (3) UUD-NRI 1945 yang dengan tegas dinyatakan :”Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria merupakan aturan pelaksanaan Pasal
33 ayat (3) UUD NRI 1945 menjelaskan pengertian hak menguasai Sumber
daya alam oleh negara sebagai berikut :
1. Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 dan hal-hal sebagai
yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi
dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak
menguasai Negara tersebut dalam ayat pasal ini memberikan wewenang
untuk:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orangorang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi,air, dan
ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orangorang dan perbuatan–perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.
Universitas Sumatera Utara
2. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut
pada ayat 2 pasal 33 digunakan untuk mencapai kemakmuran rakyat
dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, kemerdekaan dalam masyarakat
dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur.
Dengan demikian berarti pengelolaannya dilaksanakan oleh negara
sebagai organisasi terbesar dalam sebuah bangsa. Dalam hal ini negara
memiliki hak dalam pengelolaan sumber daya alam, negara mendapatkan
hak ini tentu saja dari seluruh rakyat Indonesia melalui Hak Bangsa
(pemilik sumber daya alam tersebut).
Negara sebagai pemilik hak pengelolaan ini mendapat kewenangan dari
konstitusi dasar dan dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan
perundang-undangan sumber daya alam, antara lain adalah hak atas
pengelolaan pertambangan yang tercakup dalam hukum pertambangan
yaitu di dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009, dan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, mempunyai saling
keterkaitan dengan substansi penyusunan tesis ini, namun sebagai pisau analisis yang
dipergunakan dalam penyusunan dan pembahasan tesis ini adalah teori negara negara
hukum kesejahteraanterutama dalam menjawab permasalah yang diajukan, yaitu
masalah
pertama,
Implementasi
peraturan
perundang-undangan
hak
atas
Universitas Sumatera Utara
pertambangan dan Mineral dan Batubara adalah teori negara hukum, dalam hal ini
pemerintah melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini terdapat terdapat Undang-undang Nomor 5 tahun
1960 sebagai landasan hukum pertanahan di Indonesia, Undang-undang Nomor 4
tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru, dan Undang-undang Nomor
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagai
penjabaran dan dasar hukum untuk mewujudkan pertambangan yang berwawasan
lingkungan hidup.
Demikian juga dengan masalah kedua, dan ketiga dipergunakan teori negara
hukum kesejahteraan didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan untuk memanfaatkan sumber daya untuk kemakmuran rakyat.
Hak menguasai negara untuk menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa;
Wewenang yang bersumber pada hak menguasai negara digunakan untuk mencapai
kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, kemerdekaan
dalam
masyarakat.
2. Kerangka Konsep
Konsep
diartikan
sebagai
kata
yang
menyatakan
abstraksi
yang
digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus yang disebut dengan definisi
Universitas Sumatera Utara
operasional. 34 Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori, peranan konsep
dalam penelitian ini adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara
abstraksi dan realita. 35 Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif, dari segi
subyektif konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu.
Sedangkan dari segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan
intelek tersebut. Hasil dari tangkap akal manusia itu dinamakan konsep. 36 Satjipto
Rahardjo, menguraikan bahwa konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum
disamping yang lain seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk
membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya
dalam hukum, Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan
oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis. 37
Dalam penelitian ini, kerangka konsep akan menjelaskan hal-hal yang
berkenaan dengan konsep yang akan dipergunakan oleh peneliti.
Seperti telah
dikemukakan, bahwa konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang
digenarlisasikan dalam hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.
Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian
antara penafsiran mendua (debius) dari suatu istilah yang dipakai, selain itu
dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian tesis ini.
34
Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para
Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1992) hlm.10.
35
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta LP3ES, 1989), hlm 24.
36
Komaruddin, Yooke Tjuparmah.S, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm .122.
37
Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 70.
Universitas Sumatera Utara
Beranjak dari judul tesis ini, yaitu : “Analisis Yuridis Atas Hak Pengelolaan
Pertambangan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam Kaitannya Dengan
Hukum Pertanahan”, maka dapat dijelaskan konsep ataupun pengertian yang
terkandung dari kata demi kata dalam judul tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Analisis (Kajian) adalah hasil peningkatan dari upaya dan kegiatan untuk
menambah pengetahuan 38.
2. Yuridisdalam hal ini dimaksudkan dengan hukum dapat diartikan keseluruhan
peraturan yang tertulis dan tidak tertulis, yang biasanya bersifat memaksa untuk
kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antar negara yang berorientasi
pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan damai dalam
masyarakat. 39
3. Hak (rights) merupakan aspek dan satu kesatuan, malah bagian dari hukum. Hak
dalam arti Inggris mempunyai kaitan dengan, rights as apposed wrong, rights as
correlative to duty.Dalam kaitannya dengan hukum, maka hak yang dimiliki dan
diberikan oleh hukum adalah hak untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
ada diberikan kepadanya. 40
4. Pengelolaan ialah proses yang memberikan pengawasan pada pada semua hal
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. 41
38
.Bambang Setyabudi, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), (Jakarta
:DPTLKMNLHRI, 2007), hlm 168.
39
Notohamidjojo, Soal-Soal Filsafat Hukum, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1975) hlm.21.
40
A. Masyhur effendi, Membangun Kesadaran HAM Dalam Masyarakat Modern, dikutip dari
Memahami Hukum (Jakarta:Rajawali Press 2011), hlm 82-83.
41
http://m.artikata.com/arti-367785=pengelolaan.html, diakses pada tanggal 17 februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
5. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan Mineral atau Batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan permurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. 42
6. Berwawasan Lingkungan Hidup (Environmetally sustainable development)
adalah upaya sadar dan terencana memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan
ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan. 43
7. Hukum Pertanahan, pertanahan disini dimaksudkan adalah agraria. Kata Agraria
seringkali dipakai dalam arti yang berbeda. Dalam bahasa latinager berarti tanah
atau sebidang tanah. Agraria dalam kamus berarti sebagai urusan pertanahan,
urusan pemilikan tanah, sedangkan agraris diartikan mengenai pertanian,
mengenai petani atau cara hidup petani; bersifat pertanian. 44
Sebutan agraria atau dalam bahasa InggrisAgrarian diartikan tanah dan
dihubungkan dengan usaha pertanian. Sebutan Hukum Agraria atau Hukum
Pertanahan sering dipergunakan untuk menunjukkan kepada perangkat peraturan-
42
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara.
43
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
44
Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jakarta: Karya Agung, 2005) hlm.18.
Universitas Sumatera Utara
peraturan hukum yang bertujuan mengadakan pembagian tanah-tanah yang luas
dalam rangka lebih meratakan penguasaan dan pemilikannya. 45
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan
suatu masalah berdasarkan metode tertentu. Metode adalah cara kerja atau tata kerja
untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian dari ilmu pengetahuan
yang
bersangkutan.
46
Penelitian
atau
kegiatan
ilmiah
bertujuan
untuk
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 47 Penelitian
hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari gejala-gejala hukum dengan
cara menganalisisnya. 48 Pendekatan dalam penelitian tesis ini adalah yuridis normatif,
karena meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai asasasas, kaidah dari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan hak atas
pengelolaan pertambangan. Penelitian normatif mengacu kepada norma-norma dan
45
Budi Harsono. Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria Indonesia, Isi dan Pelaksanaannya (Jakarta: Djembatan, 2005). Hlm 5.
46
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian hukum Empiris (Jakarta Indonesia
Hilco, 19909), hlm.106.
47
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2001).hlm.1. ).
48
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta Sinar Gratifika, 1996hlm.6
Universitas Sumatera Utara
asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan
pengadilan atau disebut juga penelitian doctrinal. 49
1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam tesis, makapenelitian
ini bentuknya bersifatpreskriftif analisisyaitu suatu penelitian yang ditujukan
untukmendapatkan
saran-saran
untuk
memecahkan
masalah-masalah
tertentuyangbertujuan mengambarkan dan mengkajihak atas pengelolaan
pertambangan dalam kaitannya dengan hukum pertanahan. Menggunakan
pendekatan yuridis normativeyaitu penelitian kepustakaan karena sasaran
penelitian adalah ketentuan hukum yang berkenaan dengan pertambangan,
hukum lingkungan dan pertanahan (Agraria) dari segi peraturan perundangundangan.
2. Sumber Data/Bahan Hukum
Data yang diperoleh dalam penulisan tesis ini, adalah data sekunder sebagai
data utama
yang diperoleh dari Studi kepustakaan, arsip-arsip, laporan-
laporan penelitian, bahan pustaka yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, 50 yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu UndangUndang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia, Undang-Undang
Pokok
Agrari
Undang-undang
Nomor
5
tahun
1960,
Undang-
49
Bismar Nasution, Methode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum Makalah
disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum Pada
Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2013, hlm 1.
50
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta :Ghalia
Indonesia,1988).hlm.55.
Universitas Sumatera Utara
UndangPertambangan Mineral dan Batubara Undang-undang Nomor 4
tahun 2009, Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksananya meliputi
beberapa Peraturan Pemerintah Peraturan Menteri.
b. Bahan hukum sekunder 51 yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer, antara lain berupa jurnal, texs book, buku-buku dan
sebagainya.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum
primer dan sekunder seperti Kamus, Ensiklopedia dan sebagainya.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Sebagai penelitian hukum normatif, penelitian ini menitik beratkan pada studi
kepustakaan.Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penyusunan tesis ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
studi kepustakaan, arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi dari instansi yang
terkait serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
substansi dari tesis ini.
4. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasi obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta
dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian ini diperoleh
melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :
51
Soerjono Soekanto, Op Cit, hlm.21
Universitas Sumatera Utara
a. Studi Dokumen.
Studi
dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan
membaca, menelaah, meneliti, mengindentifikasi dan menganalisis data
sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian. 52
b. Informan.
Wawancara
merupakan tehnik pengumpulan data dimana penulis
melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang
akan memberikan keterangan-keterangan dalam melengkapi data yang
telah diperoleh. Alat yang dipergunakan adalah pedoman wawancara
dengan melakukan wawancara langsung kepada nara sumber (informan)
yang berkompeten sesuai dengan substansi penelitian, yaitu
Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Sumatera Utara, Dinas Pertambangan
Sumatera Utara dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara.
5. Analisa Data
Analisa data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui
verifikasi
data
sekunder
dan
primer.
Untuk
selanjutnya
dilakukan
pengelompokan sesuai dengan pembahasan permasalahan Analisa data adalah
sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi
52
Soerjono Soekanto, Op Cit, hlm.22
Universitas Sumatera Utara
yang sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang
nyata. 53
Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan secara kualitatif dengan
mengumpulkan data sekunder dan primer, selanjutnya dilakukan analisis dan
ditafsirkan secara logis dan sistematis. Kerangka berpikir deduktif dan
induktif akan membantu dalam penelitian ini khususnya dalam taraf
konsistensi, serta konseptual dengan prosedur dan tata cara sebagaimana yang
ditetapkan oleh asas-asas hukum yang berlaku umum dalam perundangundangan. Kemudian data yang disusun secara sistematik dianalisis untuk
menjawab permasalahan dari tesis ini, selanjutnya dikemukakan kesimpulan
dan saran.
53.
Erickson dan Nosanchuk, Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial (Jakarta :LP3ES,
1996), hlm.17.
Universitas Sumatera Utara
Download