IMAN YANG LUAR BIASA Matius 8:5-13 Dalam pembacaan alkitab pada hari ini Yesus memuji iman perwira yang datang kepada Yesus mohon kesembuhan untuk hambanya demikian: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah aku jumpai pada seorangpun diantara orang Israel” Apa yang luar biasa dari iman perwira tadi itu yang akan menjadi pokok perenungan Firman Tuhan pada pagi ini. Iman yang luar biasa tidak tumbuh begitu saja. Iman yang luar biasa tumbuh dari sebuah prakondisi. Paling sedikit ada tiga pra kondisi yang memungkinkan iman yang luar biasa tumbuh dalam diri perwira tadi. Pertama, Perwira tadi punya jabatan tinggi dalam hirarki ketentaraan romawi dan perwira tadi dilatih dalam sebuah disiplin ketentaraan, tapi ia dapat memisahkan antara pekerjaan dengan keseharian. Mengapa saya mengatakannya demikian? Sebab fakta alkitab menceritakan bahwa ia mempunyai seorang hamba tapi tidak menempatkan hambanya seperti dalam hirarki ketentaraan maupun seperti yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Dalam hirarki ketentaraan semakin rendah posisi seseorang maka ia semakin tidak diperhitungkan. Perwira tadi adalah seorang Centurion seorang pemimpin pasukan yang beranggotakan 100 prajurit. Sementara seorang hamba jauh lebih rendah dari seorang prajurit. Seorang hamba apalagi ia seorang budak dalam pandangan masyarakat pada umumnya pada waktu itu tidak lebih seperti sebuah barang. Ia bisa diperjual belikan, ia tidak punya hak bebas, ia tidak punya kedudukan dari segi hukum. Seorang budak selama ia berguna ia dipakai tuannya tetapi ketika ia tidak berguna ia bisa di buang atau dilepaskan. Dalam kehidupan masa kini kita masih menemukan cara hidup seperti ini: ketika berguna ia dipelihara tapi ketika ia tidak berguna ia di buang. Ketika ia sehat ia di cintai ketika sakit-sakitan ia dicampakkan< habis manis sepah di buang. Yang ironis sikap ini acap terjadi dalam kehidupan anak-anak Tuhan dalam hubungan dengan keluarga: ketika seorang ibu sakit keras salah satu anak mereka panggil pdt. Pak pdt tolong doakan ibu saya supaya ia bisa cepat pulang kasihan ia menderita seperti ini. Sang pdt pun berdoa supaya Tuhan cepat panggil pulang sang ibu yang terbaring sakit. Begitu doa selesai sang pdt terkejut sebab ia mendapati sang ibu membuka mata dengan sorot mata marah. Sebab sang ibu masih ingin hidup kenapa didoakan supaya cepat pulang................ Sang perwira tidak pernah memperlakukan hambanya seperti kebanyakan orang. Ia tidak menganut faham habis manis sepah di buang. Ketika ia tahu hambanya sakit dan hampir mati, ia diliputi rasa prihatin yang dalam, ia berusaha mencari kesembuhan untuk hambanya. Ini adalah prakondisi penting bagi bertumbuhnya iman yang luar biasa. Yang ke dua perwira tadi, betapapun belum mengenal Kristus tapi ia sudah mempraktekkan prinsip-prinsip hidup yang diajarkan Tuhan Yesus. Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi membalas kejahatan dengan kebaikan. Dari sudut pandang orang yahudi perwira tadi masuk dalam kategori orang berdosa, orang kafir dan orang yang tidak mengenal Tuhan. Oleh karena itu orang Yahudi di larang untuk berkunjung kerumah orang berdosa (orang yang bukan Yahudi). Betapapun diperlakukan demikian oleh orang Yahudi, perwira tadi tidak menjadi marah, ia tidak menjadi berang malah ia menghargai kepercayaan orang lain sekalipun kepercayaan orang lain itu merendahkan dirinya. Yang sering terjadi dimasa itu dan juga di masa kini, kalau seseorang direndahkan oleh orang lain ia akan berusaha untuk membalas dan merendahkan orang tersebut. Apabila seseorang dihina ia akan mencari cara agar dapat balas menghina.................. Tapi sang perwira punya sikap yang lain, ia tidak balas menghina melainkan membalasnya dengan keramahan. Kemungkinan besar perwira ini punya andil bagi pembangunan bait suci di Yerusalem, sebab dalam perikop paralel yang terdapat dalam kitab injil Lukas nampak ada kedekatan hubungan antara perwira ini dengan tua-tua orang Yahudi. Yang ketiga, perwira ini menempatkan Yesus di tempat yang paling tinggi, lebih tinggi dari kuasa-kuasa jahat yang dianggap pada jamannya sebagai sumber segala sakit penyakit. Sang perwira tadi punya atasan. Dalam hirarki ketentaraan Romawi diatas Centurion ada seorang legion (pemimpin 6000 prajurit). Sama seperti seorang atasan memberi perintah kepada bawahananya, perintah itu begitu berkuasa. Maka Ia menempatkan Yesus sebagai penguasa segala sesuatu. Pada hari ini kita bersukacita olehkarena kita menyaksikan ada anak-anak kita yang dibaptiskan dan mengaku percaya. Mereka mengimani Yesus sebagai juru selamat pribadinya. Dan dalam sukacita yang besar ini kita diajak belajar kepada seorang yang dianggap berdosa seorang yang dianggap kafir, mau mengingatkan kita agar jangan sampai baptisan hanya menjadi sebuah label yang tidak menunjukkan kuasanya. Sang perwira tadi belum pernah diinisiasi menjadi pemeluk agama Yahudi tapi ternyata punya iman yang lebih baik dari seorang Yahudi. Iman bertumbuh tidak cukup dengan mengenakan label, iman yang luar biasa akan tumbuh apabila kita menyiapkan sebuah prakondisi sebagaimana kita lihat dalam kehidupan sang perwira dalam pembacaan alkitab. Pdt. Suta Prawira