STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd

advertisement
DAFTAR ISI
Sejauh Mana Allah
Memegang Kendali . . . . . 2
Kebenaran Paradoksal . . 5
Kerajaan yang
Berseteru . . . . . . . . . . . 15
Masalah
Membingungkan . . . . . . 20
Implikasi Praktis . . . . . . 26
Penerbit: RBC Ministries
Penulis: Herbert Vander Lugt
Editor Pelaksana: David Sper
Penerjemah: Tim Gloria
Editor: Natalia Endah, Merry D.,
Tim Gloria
Penata Letak: Jane Selomulyo
Foto Sampul: Liason International
Diterjemahkan dari: How Much
Does God Control?
Bacaan Alkitab merupakan
kutipan dari ALKITAB
terjemahan Lembaga Alkitab
Indonesia Perjanjian Lama, ©
1974; Perjanjian Baru, © 1997;
Cetakan ke-23 tahun 2003.
Copyright © 1994,
2009 RBC Ministries,
Grand Rapids, Michigan.
Dicetak di Indonesia.
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 1
SEJAUH MANA
ALLAH MEMEGANG
KENDALI?
S
ejauh mana Allah memegang
kendali? Jawaban kita atas
pertanyaan ini akan membahas
tentang kesanggupan kita untuk
mempercayai Allah. Jawaban itu akan
memperlihatkan sejauh mana kita siap
menjawab para skeptis yang berkata bahwa
Allah yang baik dan berkuasa, seperti yang
dilukiskan di Alkitab, merupakan hal yang
tidak masuk akal. Mereka mengatakan
bahwa banyaknya kepedihan dan
penderitaan di dunia membuktikan bahwa
jika Allah itu baik, Dia tidak berkuasa
sama sekali; dan jika Dia berkuasa,
Dia tidak baik sama sekali.
Meskipun argumen ini terdengar
filosofis, tetapi itu senyata dengan
penderitaan dan rasa takut yang
menyelimuti kehidupan kita dan keluarga.
Herb Vander Lugt, editor riset senior RBC,
memahami betul pertanyaan tersebut.
Selain berpengalaman selama lebih dari
50 tahun sebagai pendeta, ia dan Ginny,
istrinya, telah membesarkan putri mereka
yang mengalami kerusakan otak sejak lahir
dengan penuh kasih. Saya berdoa kiranya
Anda dapat memetik kesimpulan penulis,
yang diuraikannya dalam buklet ini,
yang memberikan penghiburan sekaligus
tantangan.
Martin R. De Haan II
1/25/10 10:00:36 AM
SEJAUH MANA
ALLAH MEMEGANG
KENDALI?
S
eorang pria, anak seorang
misionaris, yang dibesarkan
di Afrika Utara, bercerita
bahwa ia pernah melihat seorang
wanita hamil mati tertabrak saat
sepasang kuda penarik kereta
berlari kencang menerjang
kerumunan orang. Sang kusir
berhenti, dan ketika melihat
wanita itu telah meninggal, ia
mengangkat bahu sambil berkata,
“Ini sudah menjadi kehendak
Allah,” dan ia pun meneruskan
perjalanan.
Seorang wanita berusia 39
tahun kehilangan semangat hidup
karena suaminya meninggalkan
dirinya dan beralih kepada
kekasih lain yang lebih muda.
Wanita itu adalah seorang yang
beriman, dan hatinya bertanyatanya mengapa Allah berbuat
demikian terhadapnya.
Kakek, dari seorang gadis
remaja yang tewas terbunuh
oleh pengemudi mabuk, telah
memutuskan untuk tidak lagi
pergi ke gereja dan menjadi
marah ketika orang banyak
berusaha untuk menghiburnya.
Ia mengatakan bahwa Allah yang
baik dan Mahakuasa tidak akan
membiarkan hal seperti ini terjadi.
Sungguh sulit menghubungkan
keyakinan akan kebaikan dan
kuasa Allah dengan apa yang kita
lihat. Saya ingat apa yang saya
pikirkan dan rasakan sewaktu
berkunjung ke bangsal anak di
sebuah rumah sakit. Saya pernah
menjadi ahli bedah selama
Perang Dunia II sehingga saya
telah terbiasa melihat banyak
orang dalam keadaan luka berat.
Namun, saya tak tahan melihat
anak-anak yang cacat dan sekarat
itu. Saya tidak menemukan alasan
yang tepat atas apa yang saya
lihat. Mereka tidak berbuat apaapa, tetapi harus menanggung hal
itu. Mereka tidak dapat belajar
apa pun dari penderitaan itu. Saya
pun bertanya-tanya tentang Allah,
bahkan meragukan sebagian
keyakinan yang telah saya junjung
tinggi selama ini.
Orang-orang yang mengalami
atau mengamati banyak penyakit
yang menggelisahkan atau
keadaan yang menyedihkan
memiliki beberapa pilihan. Mereka
dapat menyangkal keberadaan
Allah dan bergumul dengan
berbagai akar masalah yang tak
dapat dijelaskan dan maknanya.
Mereka dapat menerima
keberadaan Allah sebagai Pribadi
2
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 2
1/25/10 10:00:36 AM
yang memiliki dua perpaduan
sifat, yakni baik dan jahat.
Atau mereka dapat mengambil
kesimpulan bahwa Allah itu baik,
tetapi beberapa hal berada di luar
jangkauan kuasa-Nya, seperti
yang diungkapkan Rabbi Kushner
dalam bukunya Why Bad Things
Happen To Good People (Mengapa
Hal Buruk Menimpa Orang Baik).
Pilihan lainnya adalah
percaya pada nasib. Banyak
orang mengambil sikap “apa
yang terjadi, terjadilah” terhadap
kehidupan. Apa pun yang terjadi,
itulah kehendak Allah. Allah yang
seperti itu mungkin akan ditakuti,
tetapi kemudian bagaimana Dia
dapat dikasihi? Dan jika Dia
tidak dapat dikasihi, bagaimana
kita dapat percaya pada-Nya?
Implikasinya amat mendalam.
Dari hasil pengamatan yang
cermat oleh Oswald Chamber
didapati bahwa “akar dari segala
dosa adalah karena adanya
keraguan bahwa Allah itu baik.”
Alkitab juga memberikan
pilihan lain, yakni menghadirkan
Allah dalam dua sifat: Mahakuasa
dan Mahabaik. Allah yang
dikisahkan dalam Alkitab itu
senang melihat orang-orang
yang melakukan kebajikan, dan
perlahan tetapi pasti Dia akan
murka terhadap mereka yang
bersikeras menentang-Nya
(Mzm. 7:12; Nah. 1:1-7). Dia
merasa sangat sedih terhadap
mereka yang menolak diri-Nya
(Kej. 6:6; Mzm. 95:10). HatiNya terluka saat Dia merasa
perlu menegur dan menghukum
(Yes. 63:9). Allah tidak berkenan
dengan kematian orang fasik dan
mengharapkan pertobatan mereka
(Yeh. 18:23,32; 33:11). Dia
menyukai kasih setia, keadilan,
dan kebenaran (Yer. 9:24). Dan
Allah sangat mengasihi dunia
sehingga melalui pribadi Yesus
Kristus, Dia menjadi anggota
keluarga manusia dan mengambil
alih hukuman yang sesungguhnya
diperuntukkan bagi kita, serta rela
mati seperti orang berdosa
(Yoh. 3:16; 2 Kor. 5:21).
Orang-orang yang percaya
kepada Yesus dan hidup taat
kepada firman Allah dapat
mengalami kasih-Nya secara
nyata, dan juga mengasihi-Nya.
Mereka akan mampu melewati
masa penderitaan yang hebat,
derita fisik yang menyedihkan,
dan keadaan sekitar yang
menakutkan dengan sukacita
yang mengagumkan. Seorang
ayah yang sedang bersedih
karena anak gadisnya yang
berusia 20 tahun meninggal
akibat pemanas hotel yang tidak
3
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 3
1/25/10 10:00:36 AM
berfungsi dengan baik, berkata
demikian, “Saya tidak marah
kepada Allah. Mana mungkin
saya meragukan kebaikan
Pribadi yang telah menyatakan
kasih-Nya yang begitu besar
dan begitu sabar kepada saya
di sepanjang hidup ini?” Saya
berbicara dengan orangtua yang
memiliki dua anak remaja, lelaki
dan perempuan, yang keduanya
meninggal dalam dua kecelakaan
yang berbeda. Pasangan ini
sangat berduka, tetapi tak pernah
mereka berbicara kepada orang
lain dengan nada dingin atau
mencerca. Mereka mengatakan
kepada saya bahwa mereka
mengharapkan surga dengan
hasrat yang baru dan merasakan
kehadiran Allah yang belum
pernah mereka alami sebelumnya.
Namun, kenyataan
menunjukkan bahwa dunia
ini penuh dengan kesusahan,
penderitaan, dukacita, kekejaman,
dan ketidakadilan. Dan walaupun
sebagian orang percaya mampu
mengatasi semua itu, banyak pula
yang sangat terguncang. Kerap
kali mereka bertanya-tanya di
mana Allah atau mengapa Allah
mengizinkan mereka mengalami
hal itu. Saya telah mencoba
membantu orang-orang seperti itu
dan ikut merasakan penderitaan
mereka. Oleh karena itu, saya
menulis buklet ini dengan
segenap hati dan pikiran. Saya
ingin menggunakan Alkitab dan
pengalaman manusiawi untuk
memberikan jawaban praktis
yang dapat dipahami tentang
pertanyaan “Sejauh Mana Allah
Memegang Kendali?” Saya akan
membahasnya dengan judul-judul
sebagai berikut:
(1) kebenaran paradoksal,
(2) kerajaan-kerajaan yang
berseteru,
(3) masalah membingungkan, dan
(4) implikasi-implikasi praktis.
Saya berdoa, kiranya
pemikiran yang terekspresikan
di dalam halaman-halaman
berikut ini dapat dipakai Allah
untuk menguatkan umat-Nya
dan mengarahkan mereka yang
diliputi keraguan supaya beriman
kepada seorang Pribadi yang telah
menghadapi masalah kejahatan
bagi kita.
4
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 4
1/25/10 10:00:36 AM
moral dan rohani yang baik.
Bagaimana kedua pernyataan
itu dapat dibenarkan? Agaknya
mustahil kecuali kita membatasi
kedaulatan Allah atau kebebasan
manusia. Namun, Alkitab
tidak mengizinkan kita untuk
mengutamakan salah satu dari
kedua pernyataan tersebut.
KEBENARAN
PARADOKSAL
A
lkitab tidak
mengungkapkan dengan
jelas bagaimana, kapan,
atau mengapa kejahatan
masuk ke dalam dunia yang
diciptakan Allah. Namun, Alkitab
menuturkan segala sesuatu yang
perlu kita ketahui agar dapat
hidup dengan penuh pengharapan
dan tanggung jawab dalam
dunia yang jahat ini. Alkitab
meyakinkan kita bahwa Allah
berdaulat, memegang kendali
atas segala sesuatu, dan akan
menjalankan segala rencana
serta kehendak-Nya yang penuh
kasih bagi kita. Di sisi lain,
Alkitab juga menyatakan bahwa
kita adalah makhluk bermoral
yang mampu untuk menentukan
pilihan, dan Allah menganggap
kita bertanggung jawab dalam
membuat keputusan-keputusan
KEDAULATAN ALLAH
Allah itu Mahakuasa dan
melibatkan diri sedemikian rupa
dengan segala sesuatu yang
terjadi, sehingga tak seekor pun
burung pipit jatuh ke bumi di luar
kehendak-Nya (Mat. 10:29). Dia
mengendalikan sejarah. Paulus
menyatakan, “Dari satu orang
saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk
mendiami seluruh muka bumi
dan Ia telah menentukan musimmusim bagi mereka dan batasbatas kediaman mereka”
(Kis. 17:26). Juga dikatakannya
bahwa pemerintah bangsa-bangsa,
baik yang cakap maupun yang
tidak, memperoleh kekuasaan
mereka dari Allah (Dan. 4:17;
Rm. 13:1). Allah akan
menentukan kepada siapa diriNya akan menaruh belas kasihan
dan menghindarkan murka-Nya
(Kel. 33:19; 34:5-7; Rm. 9:14-24).
Allah telah memilih mereka yang
5
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 5
1/25/10 10:00:36 AM
kelak menjadi orang-orang
tebusan di surga (Yoh. 6:37;
Rm. 8:28-29; Ef. 1:4). Allah
juga terlibat ketika Firaun
menolak untuk mendengarkan
Musa dan memutuskan untuk
tidak melepaskan bangsa Israel
dari perbudakan (Kel. 5–14).
Allah bahkan terlibat dalam
pengkhianatan Yudas Iskariot
dengan menyediakan keadaankeadaan yang memungkinkan
Yudas untuk menggenapi peran
yang memang telah digariskan
sebelumnya (Kis. 1:15-20).
Allah selalu bertindak aktif
dalam sejarah, bahkan saat Dia
tampaknya tidak aktif. Ini dapat
dijumpai dalam keseluruhan
isi Alkitab. Kisah Yusuf dalam
Perjanjian Lama merupakan
contoh yang menonjol. Yusuf
dimanja oleh ayahnya, dibenci
dan dianiaya oleh saudarasaudaranya, difitnah melakukan
penyerangan seksual terhadap istri
tuannya, dan dilupakan dalam
penjara. Namun, melalui masamasa yang kelam itu, perlahan
Allah memimpin Yusuf untuk
menjadi penyelamat bangsa
Israel dari kelaparan. Allah
mengaruniakan kemampuan
menafsirkan mimpi kepada Yusuf,
yang membuatnya disenangi Raja
Mesir. Dan berkat kecakapannya
yang berasal dari Allah dalam
mengatur segala sesuatu,
dengan segera Yusuf diangkat
menjadi perdana menteri Mesir.
Dengan jabatannya ini, ia dapat
melindungi bangsa Mesir, dan
juga keluarganya sendiri dari
kelaparan.
Lebih dari 30 tahun menjadi
korban kebencian saudarasaudaranya, Yusuf menenangkan
mereka dengan berkata bahwa ia
tidak akan membalas dendam:
Janganlah takut, sebab aku
inikah pengganti Allah?
Memang kamu telah merekarekakan yang jahat terhadap
aku, tetapi Allah telah merekarekakannya untuk kebaikan,
dengan maksud melakukan
seperti yang terjadi sekarang ini,
yakni memelihara hidup suatu
bangsa yang besar
(Kej. 50:19,20).
Allah memberikan kelimpahan
bagi keturunan Yakub di Mesir.
Mereka beranak cucu dan
menjadi sebuah bangsa dengan
2,5 juta penduduk. Lalu Allah
mengizinkan terjadinya perubahan
tatkala seorang keturunan raja
baru muncul dan berkuasa. Allah
menghadirkan Musa ke dunia,
menyelamatkan hidupnya, dan
melalui serangkaian peristiwa
Dia melatih dan memperlengkapi
6
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 6
1/25/10 10:00:36 AM
Musa untuk memimpin bangsa
Israel. Dengan cara yang luar
biasa, Allah melepaskan bangsa
Israel dari perbudakan Mesir
dengan mendatangkan 10 tulah
dan membinasakan pasukan
Firaun. Lalu, Dia juga melindungi
mereka secara menakjubkan
sampai berhasil memasuki Tanah
Perjanjian 40 tahun kemudian.
Dalam setiap peristiwa, peran
Allah tidak selalu dapat diduga.
Tindakan-Nya seringkali begitu
terkait dengan faktor-faktor
manusia dan dunia sehingga kita
tidak tahu secara pasti mana
yang dapat kita hubungkan
secara langsung dengan-Nya.
Kita mengetahui bahwa sebagai
Allah yang kudus dan membenci
dosa Dia tidak pernah memimpin
seseorang untuk melakukan
kejahatan. Yakobus menyatakan
satu prinsip mutlak, yakni,
“Allah tidak dapat dicobai oleh
yang jahat, dan Ia sendiri tidak
mencobai siapa pun” (Yak. 1:13).
Namun, kita juga melihat bahwa
Allah bekerja di dalam dan
melalui dosa manusia untuk
menggenapi segala kehendak-Nya.
Allah menyatakan bahwa jika
bangsa Israel tidak taat kepadaNya, Dia akan mendatangkan
suatu bangsa yang sangat kejam,
yang akan melawan mereka
(Ul. 28:49-52). Penulis Alkitab
berulang kali memberitahukan
bahwa Allah mengirim bangsa
Asyur dan Babel untuk melawan
Israel. Musa juga mengatakan
kepada bangsa Israel bahwa Allah
akan mendatangkan wabah dan
penyakit (ay.58-62).
Sejumlah faktor manusia
dan duniawi terkait di dalam
terjadinya penggenapan hukuman
Allah tersebut. Para pemimpin
bangsa yang menyerang
Israel diberi kebebasan untuk
melakukannya. Para penyerbu
asing bebas berbuat kejam dan
tidak berperasaan.
Kemungkinan besar, sebagian
dari kelaparan dan wabah dapat
dijelaskan sebagai peristiwa alami,
tetapi Alkitab tidak mengatakan
hal itu. Allah mengatakan bahwa
hal-hal tersebut akan berperan
dalam penghukuman terhadap
manusia dan Dia mengaturnya
sehingga betul-betul terjadi.
Iblis dan kerajaannya begitu
jahat sehingga mereka dengan
cepat mendatangkan wabah dan
penyakit, segera setelah Allah
melepaskan tangan kendali-Nya.
Iblis begitu berhasrat untuk
membuat Ayub menderita dan
ia benar-benar melakukannya
dengan sepenuh hati segera
setelah Allah mengizinkannya.
7
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 7
1/25/10 10:00:36 AM
Ayub yang tidak tahu-menahu
soal itu, menghubungkan
penderitaan-nya dengan Allah.
Tentu saja pada akhirnya
penderitaan itu memang seizin
Allah. Sebenarnya, Allah dapat
saja mencegah hal itu terjadi, jika
Dia menghendaki-Nya.
Barangkali hubungan antara
Yudas Iskariot dengan Yesus
dapat memberikan sejumlah
wawasan tentang hubungan
antara Allah dan orang-orang
jahat yang dipakai-Nya untuk
melaksanakan rencana-Nya.
Setelah mengetahui apa yang
hendak dilakukan Yudas, Yesus
pun menyembunyikan fakta
itu dari para murid lainnya,
menyuruh Yudas untuk
segera melakukan apa yang
diinginkannya, dan kemudian Dia
pun pergi ke taman, tempat sang
pengkhianat akan menjual-Nya
dengan harga 30 keping perak.
Hati manusia tidak perlu
dibantu untuk dapat memikirkan
dan melakukan hal jahat. Yang
dibutuhkan hanyalah kesempatan
dan melemahnya kontrol diri.
Rencana-rencana jahat bukan
dari Allah, tetapi Dia mengizinkan
atau bahkan turut terlibat dengan
menyediakan keadaan yang
memungkinkan rencana jahat itu
terlaksana, selama hal itu terjadi
untuk menyempurnakan tujuanNya.
Kita boleh yakin bahwa tidak
akan terjadi apa-apa pada diri kita
di luar izin dan kehendak Allah,
dan Dia akan mendatangkan
kebaikan sesuai kehendak-Nya
(Rm. 8:28). Dengan keyakinan
demikian kita dapat hidup
dengan penuh kepercayaan dan
pengharapan, bagaimanapun
keadaan kita.
Tatkala keraguan datang,
kita dapat meniru Ayub, yakni
berbicara terus terang dan jujur
kepada Allah perihal keraguan
tersebut. Saat kita mengenal
Dia semakin dalam, kita akan
melihat semakin jelas betapa
besar dan baiknya Dia. Kita juga
akan melihat betapa kecil dan
berdosanya kita. Pada akhirnya
kita akan mengakhiri segala keluh
kesah kita dan berkata sama
seperti Ayub, “Hanya dari kata
orang saja aku mendengar tentang
Engkau, tetapi sekarang mataku
sendiri memandang Engkau.
Oleh karena itu, aku mencabut
perkataanku dan dengan
menyesal aku duduk dalam debu
dan abu” (Ayb. 42:5-6).
Allah berdaulat. Dia senantiasa
memegang kendali atas segala
sesuatu. Mereka yang mengenal
Dia akan menanti-nantikan saat
8
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 8
1/25/10 10:00:36 AM
untuk dapat bergabung bersama
seluruh penghuni alam semesta
ini dan menaikkan pujian, “Bagi
Dia yang duduk di atas takhta dan
bagi Anak Domba, adalah pujipujian dan hormat dan kemuliaan
dan kuasa sampai selamalamanya!” (Why. 5:13).
KEBEBASAN MANUSIA
Di bawah kedaulatan Allah, kita
adalah pelaku moral yang punya
kebebasan. Bebas memilih untuk
melakukan yang benar atau
yang salah, yang baik atau yang
jahat. Alkitab menyatakan bahwa
manusia diciptakan segambar
dengan Allah dan karena itu
memiliki kemampuan dan
tanggung jawab yang tidak sama
seperti makhluk bumi lainnya.
• Kita mempunyai tingkat
pemahaman yang unik/khas.
• Kita mempunyai kemampuan
yang unik dalam memutuskan
pilihan-pilihan moral.
• Kita mempunyai kemampuan
yang unik untuk secara sadar
mendahulukan kepentingan
orang lain daripada
kepentingan diri sendiri; untuk
mengasihi dengan kasih seperti
yang dimiliki Allah.
Keunikan kita ini akan tampak
jelas tatkala kita menimbangnimbang kesanggupan kita dalam
menanggapi inti perkataan Allah
tentang Hukum Taurat dan kitab
para nabi: mengasihi Allah di atas
segalanya dan mengasihi sesama
manusia seperti diri sendiri
(Mat. 22:37-40).
Pertama-tama, sebagai
manusia kita dapat memahami
apa maksud dari perintah itu.
Kita dapat menarik implikasi yang
terkandung di dalamnya bagi
kehidupan kita. Tidak dibutuhkan
pendidikan atau tingkat
kecerdasan yang tinggi untuk
melakukannya.
Kedua, sebagai manusia kita
dapat memilih apakah kita akan
melakukan perintah itu secara
serius atau tidak. Jika kita telah
membuat pilihan yang benar
tetapi tak sanggup melakukannya
dengan sempurna, kita dapat
mencari pengampunan dan
kekuatan dari Allah.
Ketiga, dengan pertolongan
Allah kita akan dimampukan
untuk mendahulukan kepentingan
orang lain daripada kepentingan
diri sendiri. Terkadang orang
berupaya keras dan berani
mengorbankan diri sendiri
untuk menolong orang lain
meskipun di antara mereka
tidak ada hubungan kasih alami.
Sebagian orang bahkan bersedia
mengorbankan hidupnya bagi
9
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 9
1/25/10 10:00:37 AM
musuhnya. Ini tidak berlaku
dalam dunia hewan, yang
memang tidak diciptakan
segambar dengan Allah.
Karena manusia dapat
memahami perintah-perintah
Allah, kita dapat memilih untuk
melakukannya dengan serius atau
tidak. Dan, karena kita diberi
kemampuan untuk mendahulukan
kepentingan orang lain daripada
kepentingan diri sendiri, kita
bertanggung jawab atas semua
tindakan buruk, jahat, tak
bermoral, dan mementingkan
diri sendiri yang kita lakukan.
Oleh karena itu, kita tidak berhak
menyalahkan Allah atas dosa kita.
Kita juga tak dapat menyalahkanNya bila seseorang berlaku tidak
adil atau berbuat jahat terhadap
kita. Kebanyakan penderitaan
manusia diakibatkan oleh orangorang yang berbuat jahat kepada
orang lain. Ini adalah akibat dari
pilihan salah yang diambil oleh
orang-orang yang seharusnya
dapat berbuat lebih baik.
Meskipun Allah tidak
terkejut ketika melihat kita
menyalahgunakan kebebasan,
Dia ikut merasakan kegagalan
kita. Tatkala Allah berhadapan
dengan Adam dan Hawa setelah
mereka jatuh dalam dosa, Dia
menunjukkan kekecewaan-
Nya ketika berseru kepada
mereka, “Di manakah engkau?”
(Kej. 3:9). Setelah itu, Dia juga
meminta Kain untuk menahan
niat jahatnya untuk membunuh
Habel (4:6-7), tetapi sia-sia
belaka. Dalam beberapa pasal
selanjutnya, Allah memperhatikan
bahwa kejahatan manusia
sudah begitu besar sehingga
“menyesallah TUHAN, bahwa Ia
telah menjadikan manusia di
bumi, dan hal itu memilukan hatiNya” (6:6).
“Kebanyakan
penderitaan manusia
merupakan akibat
dari pilihan salah yang
diambil oleh orang-orang
yang seharusnya dapat
berbuat lebih baik.”
Pertanyaan kita, “Apakah Allah
menyesal? Tidak tahukah Dia
apa yang akan terjadi?” Namun,
Musa merasa hal itu tidak perlu
dijelaskan. Beberapa ribu tahun
kemudian, sekitar 1500 SM, untuk
kesekian kalinya Allah merasa
sedih dan kecewa dengan bangsa
Israel, bangsa yang dibebaskan-
10
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 10
1/25/10 10:00:37 AM
Nya dari perbudakan Mesir. Dia
mempunyai rencana yang besar
bagi bangsa ini. Dikatakan-Nya
bahwa Dia akan menjadikan
mereka “harta kesayangan”,
“kerajaan imam”, dan “bangsa
yang kudus” (Kel. 19:5-6). Dia
berjanji bahwa jika mereka taat,
mereka akan “diberkati lebih
daripada segala bangsa”, dan
Dia akan “menjauhkan segala
penyakit daripada [mereka]”
(Ul. 7:12-16). Melalui bangsa
Israel, Allah ingin diri-Nya dikenal
oleh bangsa-bangsa penyembah
berhala di sekitarnya. Namun,
Israel tak mau tunduk dalam
ketaatan yang akan menjadikan
mereka “terang bagi bangsabangsa yang tidak mengenal
Allah” (Kis. 13:47).
Bagaimana perasaan Allah
saat mendapati umat-Nya tidak
mau taat kepada-Nya dan
mendatangkan berbagai masalah
bagi diri mereka sendiri? Allah
marah (Mzm. 95:8-11). Dia ikut
menderita bersama mereka dan
merasa pilu hati-Nya: “Dalam
segala kesesakan mereka. Bukan
duta atau utusan, melainkan Ia
sendirilah yang menyelamatkan
mereka . . . Tetapi mereka
memberontak dan mendukakan
Roh Kudus-Nya” (Yes. 63:9-10).
Dia merasa seperti seorang
suami yang penuh kasih yang
harus bertindak tatkala istrinya
tidak setia dan menolak untuk
mengubah cara hidupnya, hingga
pada akhirnya tidak ada pilihan
lain selain menceraikannya:
“Masakan Aku membiarkan
engkau, hai Efraim, menyerahkan
engkau, hai Israel? . . . Hati-Ku
berbalik dalam diri-Ku”
(Hos. 11:8). Dia merasa seperti
seorang ayah yang harus
bertindak ketika anak-anaknya
bersikap kurang ajar dan tidak
tahu berterima kasih: “Seorang
anak menghormati bapanya . . .
Jika Aku ini bapa, di manakah
hormat yang kepada-Ku itu?”
(Mal. 1:6).
Perjanjian Baru juga
melukiskan kekecewaan,
kepedihan hati, dan frustrasi yang
dirasakan Allah. Yesus “datang
kepada milik kepunyaan-Nya,
tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerima-Nya”
(Yoh. 1:11). Berulang kali Yesus
memberitahu bangsa Israel
bahwa Dialah Mesias yang
dijanjikan dalam Perjanjian
Lama. Dia mengadakan
banyak mukjizat sebagai bukti
bahwa perkataan-Nya benar,
tetapi Dia malah dibenci,
difitnah, ditolak, dan akhirnya
disalibkan dengan tuduhan
11
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 11
1/25/10 10:00:37 AM
sebagai seorang penghujat.
Matius mengungkapkan betapa
kecewanya Yesus dan betapa
sedihnya Dia ketika memikirkan
penghakiman yang akan menimpa
mereka yang menolak-Nya:
Yerusalem, Yerusalem . . .
Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu,
sama seperti induk ayam
mengumpulkan anak-anaknya
di bawah sayapnya, tetapi kamu
tidak mau. Lihatlah rumahmu
ini akan ditinggalkan dan
menjadi sunyi (Mat. 23:37-38).
Lukas juga menceritakan
saat Yesus mendekati dan
melihat Yerusalem menjelang
akhir pelayanan-Nya di dunia,
menangisinya, dan berkata:
Betapa baiknya jika . . . engkau
mengerti apa yang perlu untuk
damai sejahteramu! Tetapi
sekarang hal itu tersembunyi
bagi matamu. Sebab akan
datang harinya, bahwa
musuhmu akan . . . mengepung
engkau . . . membinasakan
engkau beserta dengan
pendudukmu . . . karena
engkau tidak mengetahui saat,
bilamana Allah melawat engkau
(Luk. 19:42-44).
Ingatlah bahwa saat Anda
membaca dan mendengarkan
Yesus dalam Injil, berarti
Anda sedang melihat dan
mendengarkan Allah. Kata Yesus,
“Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9).
Renungkan perkataan ini. Apakah
Anda sedang diliputi kesedihan,
menderita karena kejahatan,
ketidakadilan, kepedihan yang
menyakitkan, dan dukacita?
Demikian juga dengan Allah!
Apakah Anda menderita karena
perlakuan orang lain? Apakah
Anda berpikir mengapa Allah
mengizinkan Anda mengalami
penderitaan ini? Jika demikian,
yakinlah bahwa orang jahatlah
yang menyebabkan hal itu terjadi.
Allah tidak menyuruh orang-orang
jahat melakukan ketidakadilan
ini. Dia tidak suka bila Anda
disakiti. Dia merasakan kepedihan
Anda. Dia menuntut orang-orang
yang berlaku tidak adil kepada
Anda untuk bertanggung jawab
atas apa yang mereka lakukan.
Dan Dia dapat mendatangkan
kebaikan kekal bagi Anda
melalui pengalaman yang sulit
sekalipun (Mzm. 42). Oleh karena
itu, berhentilah menyalahkan
Allah. Berdoalah kepada-Nya.
Percayalah kepada-Nya. Ambillah
tindakan-tindakan tepat yang
dapat Anda lakukan. Dan lihatlah
bahwa Allah akan membuktikan
bahwa diri-Nya setia.
12
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 12
1/25/10 10:00:37 AM
Saat kita menghadapi
kehidupan dengan kesenangan
dan kesusahannya, keindahan
dan keburukannya, kebaikan dan
kejahatannya, kita dapat menarik
dua kebenaran: (1) Allah kita yang
baik berkuasa mutlak, dan (2) kita
adalah pelaku-pelaku moral yang
bebas memilih untuk menerima
atau menolak pertolongan Allah
dalam menghadapi hal-hal yang
benar dan yang salah. Acap
kali kita menjatuhkan pilihan
yang salah. Pada saat itulah kita
mendukakan dan mengecewakan
Allah. Namun, Dia tak pernah
terkejut atau khawatir. Dia
sungguh-sungguh berkuasa. Dia
bahkan dapat memakai dosa
orang-orang yang memberontak
kepada-Nya untuk menghukum
umat-Nya tatkala mereka tidak
taat, untuk menghukum orang
jahat, dan menyempurnakan
semua tujuan-Nya.
Terkadang Allah tidak
ikut turun tangan ketika kita
mengharapkan hal itu terjadi. Dia
membiarkan orang-orang fasik
hidup sejahtera, sementara orangorang saleh menderita. Seorang
pemazmur Israel mengalami
hal ini dan mengungkapkannya
dalam ayat-ayat pembuka dari
Mazmur 73. Namun, kemudian
ia berubah sikap setelah masuk
ke tempat kudus Allah dan sujud
menyembah-Nya. Di sana ia
melihat kehidupan dari sudut
pandang kekekalan. Oleh karena
itu, melihat kaum fasik hidup
sejahtera, ia pun menyadari
kesudahan mereka kelak. Ketika
melihat mereka “berada di
tempat-tempat licin”, ia mengakui
pandangannya yang dangkal
dan menegaskan keyakinannya
akan kebaikan dan kuasa Allah.
“Dengan nasihat-Mu Engkau
menuntun aku, dan kemudian
Engkau mengangkat aku ke dalam
kemuliaan” (ay.24).
Nabi Habakuk juga mengalami
kebimbangan ketika Allah tidak
menghukum orang-orang fasik di
Israel. Ia meminta Tuhan menilik
kejahatan mereka. Allah berkata
kepada hamba-Nya itu bahwa
penghukuman pasti akan tiba.
Pasukan Babel akan menyerbu.
Hal ini membingungkan sang
nabi. Mengapa Allah membantu
Babel, bangsa yang jahat dan
kejam, yang lebih tidak taat
kepada Tuhan dan lebih kejam
dibandingkan bangsa Israel? Lalu
Allah meyakinkan Nabi Habakuk
bahwa pada waktu-Nya, Dia
juga akan menghukum bangsa
Babel. Akhirnya, Habakuk merasa
yakin akan kebaikan dan kuasa
Allah sehingga di akhir kitabnya
13
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 13
1/25/10 10:00:37 AM
ia menuliskan sebuah nyanyian
sebagai pujian dan ungkapan rasa
percayanya (Hab. 3:17-19).
Yehezkiel yang berada di
antara kaum buangan sesudah
Babel mengalahkan Kerajaan
Yehuda, menjadi perantara Allah
untuk menyampaikan pesan
kepada umat Tuhan, yakni bahwa
meski mereka telah “menajiskan”
tanah asal dengan dosa mereka
dan “mencemarkan” nama Allah
ke mana pun mereka pergi, kelak
mereka akan bertobat, ditahirkan,
menerima hati yang baru, dan
pembaruan hidup (Yeh. 36:16-38).
Pada saat Allah datang ke
dunia dalam pribadi Yesus Kristus
dan menyatakan diri-Nya sebagai
Mesias yang dijanjikan kepada
Israel, Dia ditolak dan disalibkan.
Namun, Allah tidak mencemaskan
hal itu. Karena Dia mengetahui
bahwa hal itu harus terjadi. Dia
menjadikan penyaliban dan
kebangkitan Kristus sebagai jalan
keselamatan dan kemuliaan
kekal bagi semua orang yang mau
percaya. Setelah kurang lebih
tujuh minggu sesudah kematian
dan kebangkitan Tuhan, Petrus
mengungkapkan kebenaran yang
luar biasa ini:
Hai orang-orang Israel,
dengarlah perkataan ini: Yang
aku maksudkan, ialah Yesus
dari Nazaret, seorang yang
telah ditentukan Allah dan
yang dinyatakan kepadamu
dengan kekuatan-kekuatan
dan mukjizat-mukjizat dan
tanda-tanda yang dilakukan
oleh Allah dengan perantaraan
Dia di tengah-tengah kamu,
seperti yang kamu tahu. Dia
yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencana-Nya,
telah kamu salibkan dan kamu
bunuh oleh tangan bangsabangsa durhaka. Tetapi Allah
membangkitkan Dia dengan
melepaskan Dia dari sengsara
maut, karena tidak mungkin Ia
tetap berada dalam kuasa maut
itu (Kis. 2:22-24).
Walaupun manusia bertindak
seenaknya sendiri ketika menolak
dan menyalibkan Anak Allah,
mereka tetap tidak berkuasa atas
alam semesta. Allah-lah yang
tetap berkuasa dan Dia memakai
pemberontakan mereka untuk
menyempurnakan segala tujuanNya.
Mazmur 2 memberikan
gambaran nyata tentang
kedaulatan Allah yang jauh
melebihi pemberontakan manusia.
Pasal ini dibuka dengan kisah
tentang bangsa-bangsa yang
bersekutu untuk melawan
Allah. Mereka marah kepada-
14
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 14
1/25/10 10:00:37 AM
Nya dan menyatakan akan
mematahkan segala belengguNya. Namun, yang Mahatinggi
tidak merasa terancam. Allah
tertawa mencemooh raja-raja yang
lemah itu. Dan tawa-Nya dengan
cepat berubah menjadi amarah
sewaktu Dia berkata kepada para
pemberontak bahwa Dia telah
melantik Anak-Nya sebagai Raja.
Lalu, untuk memperingatkan
para raja dunia supaya melawan
pemberontakan yang masih terus
berlanjut, Allah mendesak mereka
supaaya melayani-Nya dengan
gentar dan takluk kepada AnakNya.
Manusia bebas untuk
menentang atau menerima
Allah. Namun, Allah tetap
mengendalikan segala sesuatu.
Tak satu pun akan terjadi bila Dia
tidak mengizinkan. Dan akhirnya,
Dia akan memusnahkan semua
yang jahat, membenarkan setiap
kesalahan, dan mengaruniakan
sukacita abadi bagi semua yang
percaya. Inilah penghiburan kita!
KERAJAAN YANG
BERSETERU
S
elain melukiskan
Allah sebagai yang
berdaulat, Alkitab juga
menggambarkan perseteruan
Allah dengan kekuatan lain yang
memusuhi-Nya. Musuh-Nya,
Setan, mempunyai kekuatan
yang besar sehingga ia disebut
“penguasa dunia ini” (Yoh. 12:31;
14:30; 16:11) dan “ilah zaman ini”
(2 Kor. 4:4). Paulus memakai kata
exousia sebanyak tiga kali untuk
menunjukkan kekuasaan Setan
atas “kegelapan” dan “kerajaan
angkasa” (Kis. 26:18; Ef. 2:1-2;
Kol. 1:13). “Seluruh dunia berada
di bawah kuasa si jahat”
(1 Yoh. 5:19).
Karena Setan memiliki kuasa
atas dunia yang luas ini, ia
memimpin kerajaan kejahatan
untuk bertempur melawan
15
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 15
1/25/10 10:00:37 AM
kerajaan Allah. Di sekitar kita
terdapat banyak bukti perseteruan
antara kedua kerajaan ini, di alam
ini, tetapi lebih nyata lagi dalam
sikap dan perbuatan manusia baik
secara moral maupun rohani.
Orang-orang yang memilih
kerajaan kegelapan akan
mencerminkan roh pemimpinnya,
sang iblis. Kata Yesus tentang
iblis, “Ia adalah pembunuh
manusia sejak semula . . . .
Apabila ia berkata dusta, ia
berkata atas kehendaknya sendiri,
sebab ia adalah pendusta dan
bapa segala dusta” (Yoh. 8:44).
“Kerajaan kegelapan
memiliki kuasa
yang sangat hebat.
Kuasa ini telah
menyebabkan semakin
banyaknya dosa dan
penderitaan yang
merusak bumi ini.”
Orang-orang yang memilih
Allah sebagai Raja akan
mencerminkan roh Pemimpinnya,
yakni Pribadi yang menciptakan
kehidupan, Pribadi yang di dalamNya “kita hidup, kita bergerak,
kita ada” (Kis. 17:28) dan Pribadi
yang “tidak berdusta” (Tit. 1:2).
Fakta bahwa kerajaan kegelapan
memiliki kuasa yang sangat hebat
telah menyebabkan semakin
banyaknya dosa dan penderitaan
yang merusak bumi ini.
KERAJAAN ALLAH
Alkitab sering berbicara tentang
“Kerajaan Allah”. Terkadang ini
digambarkan sebagai sesuatu
yang sudah ada dan akan selalu
ada. Pemazmur berkata, “Tuhan
sudah menegakkan takhtaNya di surga dan kerajaan-Nya
berkuasa atas segala sesuatu”
(Mzm. 103:19) dan “Kerajaan-Mu
ialah kerajaan segala abad dan
pemerintahan-Mu tetap melalui
segala keturunan” (Mzm. 145:13).
Baik di surga, di dunia, maupun
di neraka, tiada yang di luar
jangkauan kuasa Allah. Bahkan
iblis hanya dapat bertindak, jika
Allah mengizinkan (Ayb. 1:12;
2:6). Selain itu, Allah-lah yang
mendatangkan musim hujan dan
berbuah (Im. 26:4-5; Ul. 28:12;
Yes. 30:23; Kis. 14:17). Dialah
sumber dari segala sesuatu yang
baik, menyenangkan, tulus, dan
adil (Mzm. 34). Selain memegang
kendali dari segala peristiwa alam,
Allah juga mengadakan mukjizatmukjizat. Dia mendatangkan
16
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 16
1/25/10 10:00:37 AM
sepuluh tulah kepada Mesir,
mengeringkan Laut Merah, dan
memberi makan manna kepada
2,5 juta orang Israel selama 40
tahun. Baik campur tangan-Nya
yang ajaib maupun hal-hal yang
alami terjadi, keduanya tak jauh
berbeda.
Tuhan melakukan apa yang
dikehendaki-Nya, di langit dan
di bumi, di laut dan di segenap
samudra raya; Ia menaikkan
kabut dari ujung bumi, Ia
membuat kilat mengikuti hujan,
Ia mengeluarkan angin dari
dalam perbendaharaan-Nya.
Dialah yang memukul mati
anak-anak sulung Mesir, baik
manusia maupun hewan, dan
mendatangkan tanda-tanda dan
mukjizat-mukjizat ke tengahtengahmu, hai Mesir, menentang
Firaun dan menentang semua
pegawainya (Mzm. 135:6-9).
Yesaya mengatakan bahwa
Raja Asyur adalah “cambuk”,
“tongkat”, “kapak”, dan
“gergaji” yang dipakai Allah
untuk menghukum dua suku
bangsa yang tidak taat dan suka
memberontak (Yes. 10:5-15).
Raja Asyur melakukan hal ini
berdasarkan kehendaknya sendiri,
tanpa sedikit pun hasrat untuk
memenuhi kehendak Allah.
Yeremia menyatakan
bahwa Tuhan “membangkitkan
semangat raja-raja Media” untuk
memusnahkan Babel (Yer. 51:11;
28-37). Tidak dicantumkan dalam
Alkitab apakah Allah melakukan
hal itu secara langsung atau
dengan mengizinkan mereka
memenuhi hasratnya menguasai
bangsa Babel. Oleh karena itu, tak
ada gunanya menduga-duga.
Tidak ada gunanya juga
kita berdebat tentang susunan
kronologis dari pengetahuan masa
lalunya Allah dan kehendak yang
penuh tekad. Para ahli teologi
memperdebatkan hal ini, tetapi
masih belum ada penyelesaian.
Karena Allah memperhatikan
segala sesuatu baik di masa
lampau, masa kini, dan masa
depan dengan sama jelasnya, kita
sebagai makhluk yang terbatas
tidak mampu memahami urutan
cara kerja Allah. Cara Allah
memegang kendali melalui hal-hal
alami maupun melalui kuasa-Nya
yang ajaib tidak selalu jelas bagi
kita. Namun, itu bukan masalah.
Bagaimanapun juga, “kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu”
(Mzm. 103:19).
Ungkapan “Kerajaan Allah”
terkadang menunjuk pada alam
rohani yang ada sekarang. Kita
masuk dalam “pemerintahan
Allah” saat percaya kepada Yesus
17
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 17
1/25/10 10:00:37 AM
Kristus. Paulus menuturkan
bahwa Allah membebaskan
orang-orang percaya dari “kuasa
kegelapan dan memindahkan
. . . ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih” (Kol. 1:13).
Yesus menuturkan dasar-dasar
Kerajaan-Nya melalui Khotbah di
Bukit (Mat. 5-7 dan Luk. 6:20-49).
Paulus mengatakan bahwa
Kerajaan Allah berbicara soal
“kebenaran, damai sejahtera, dan
sukacita oleh Roh Kudus”
(Rm. 14:17). Oleh karena itu,
mereka yang ada di bawah
pemerintahan Allah pasti memiliki
kasih, kejujuran, kebaikan, sifat
suka berdamai, dan kesediaan
untuk mengampuni.
“Kerajaan Allah” dapat pula
mengacu pada alam jasmani di
masa depan. Suatu hari kelak
(dan barangkali segera) Yesus
Kristus akan kembali ke dunia
untuk membangun Kerajaan-Nya
dengan keadilan, kebenaran, dan
kedamaian yang universal. Para
nabi Perjanjian Lama kerap kali
berbicara tentang masa yang akan
datang, yakni suatu masa yang
penuh berkat rohani
(Yes. 32:1-2; Yer. 23:6;
Yeh. 36:26-38). Masa
ditegakkannya keadilan yang
sempurna (Yes. 2:1-4; 32:5;
Mal. 3:18). Peperangan akan
dihapuskan (Yes. 9:6,7; Hos. 2:18;
Mik. 4:3). Keadilan sosial akan
dinyatakan (Yes. 65:21-22; Am.
9:11,14). Iklim akan membuat
daerah-daerah gurun berbunga
dan subur (Yes. 35:1-2). Segala
penyakit dan cacat jasmani akan
disingkirkan (Yes. 35:5-6).
“Dalam kerajaan
Kristus yang akan
datang tidak akan
ada lagi ketidakadilan,
peperangan, bencana
alam, dan penyakit.
Inilah kondisi yang
menyenangkan
hati Allah.”
Fakta bahwa orang-orang yang
secara sukarela masuk Kerajaan
Allah ditandai dengan kasih,
kekudusan, kebaikan, dan roh
yang mengampuni, mengatakan
kepada kita seperti apakah Allah
itu. Fakta bahwa Kerajaan Kristus,
yang akan datang akan terbebas
dari ketidakadilan, peperangan,
bencana alam, dan penyakit,
menunjukkan kepada kita tentang
kondisi yang menyenangkan hati
18
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 18
1/25/10 10:00:37 AM
Allah. Perang, ketidakadilan,
bencana alam, dan hal buruk
lain terjadi karena dosa yang
menyerang dunia, yang pada
mulanya diciptakan baik adanya.
KERAJAAN IBLIS
Seperti pembahasan sebelumnya,
Alkitab sering mengacu kepada si
jahat yang dipanggil Setan atau
iblis yang memimpin kerajaan
kejahatan. Paulus melukiskan
bahwa kerajaan tersebut diatur
begitu baik:
Karena perjuangan kita bukan
melawan darah dan daging,
tetapi melawan pemerintahpemerintah, melawan penguasapenguasa, melawan penghulupenghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara
(Ef. 6:12).
Alkitab tidak menceritakan
sejak kapan Setan menjadi musuh
Allah. Juga tidak dituliskan
riwayat tentang kejatuhan iblis.
Masalah ini hanya disinggung di
Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel
28:12-19, yang mengacu pada
raja Babel dan raja Tirus. Saat
Setan memberontak, ia menyeret
pula sejumlah besar malaikat
bersamanya (Why. 12:4). Para
malaikat jatuh (yang disebut iblis)
kini menjadi asistennya si Setan.
Setan menganiaya Ayub
(Ayb. 1–2). Ia membuat
Daud menjadi sombong dan
membujuknya untuk menghitung
orang Israel (1 Taw. 21:1).
Sesosok roh jahat, anggota
balatentara Setan, menjadi
“roh dusta” dalam mulut nabinabi yang menasihati Ahab
untuk memulai perang yang
menewaskannya (1 Raj. 22:13-28).
Roh jahat yang sangat kuat
memberi kuasa dan membimbing
para pemimpin bangsa
(Dan. 10:13). Banyak orang
kerasukan roh jahat pada zaman
Kristus dan mungkin sampai
kini (Mat. 8:16-17; 28-34). Setan
juga menimbulkan duri dalam
daging bagi Paulus (2 Kor. 12:7).
Iblis dan roh jahat melancarkan
kuasanya yang nyata melalui
orang-orang yang terlibat dalam
penyembahan berhala dan sihir
(1 Kor. 10:20). Nabi-nabi palsu
diberi wewenang olehnya
(2 Kor. 11:13-14), sehingga
mereka dapat membuat mukjizat
palsu (2 Tes. 2:9; Why. 18:23).
Kerajaan iblis sangat kuat
dan berpengaruh. Tak diragukan
lagi, Setan dan para pengikutnya
harus bertanggung jawab atas
banyaknya kejahatan di dunia
ini. Mereka penuh dengan
kejahatan dan kebencian. Tak
perlu disangkal pula, mereka ikut
19
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 19
1/25/10 10:00:37 AM
memiliki andil dalam terjadinya
peperangan, ketidakadilan,
penyiksaan, wabah, dan berbagai
bentuk kejahatan lain yang
merusak dunia ini. Namun,
mereka hanya dapat melakukan
hal-hal itu sebatas yang diizinkan
Allah. Oleh karena itu, para
penulis Alkitab terkadang
menganggap hal-hal yang jahat
itu berasal dari Allah dan yang
menjadi pelaku kejahatan itu
adalah utusan-utusan roh jahat.
Kita dapat melihat hal ini saat
membandingkan 1 Tawarikh
21:1 dan 2 Samuel 24:1. Bahkan
Ayub juga mengira bahwa
penderitaannya berasal dari
Tuhan. Namun, Allah tidak
pernah berkata, “Jangan salahkan
Aku, iblislah yang melakukannya”.
Pada akhirnya Allah memang
mengizinkan iblis melakukan
hal-hal jahat yang membuat kita
menderita.
Bagaimanapun ada hal
penting yang perlu dicermati,
yakni banyak kejahatan di dunia
yang disebabkan oleh iblis dan
para pengikutnya. Ini dapat
membuat kita tetap yakin bahwa
Allah mutlak tidak berdosa dan
tidak pernah menjadi penyebab
kejahatan moral maupun
rohani. Allah mengizinkan
terjadinya penderitaan, bukan
yang menyebabkan terjadinya
penderitaan. Paulus menyatakan
bahwa Allah menyerahkan
orang-orang berdosa yang suka
memberontak kepada kebodohan
(Rm. 1:22), kecemaran (ay.24-25),
praktik homoseksual (ay.26-27),
pikiran-pikiran terkutuk
(ay.28-29), dan perasaan yang
sangat tumpul (ay.30-32).
Namun, Allah tidak membuat
para pendosa semakin terpuruk
dalam kejatuhan. Dia hanya
mengizinkannya. Apakah tidak
mungkin terjadi bahwa saat Allah
melihat manusia semakin jatuh
dalam dosa dan pemberontakan,
maka Dia mengizinkan iblis
dan para pengikutnya untuk
mendatangkan bencana alam,
melakukan tindak kriminal yang
merusak, perang, penganiayaan,
agama palsu, dan wabah?
20
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 20
1/25/10 10:00:38 AM
MASALAH
MEMBINGUNGKAN
D
alam pernyataannya,
C. S. Lewis memberikan
alasan yang baik
dengan mengatakan bahwa
peperangan, tindak kejahatan, dan
ketidakadilan—kejahatan yang
berasal dari pilihan-pilihan salah
yang diambil oleh orang-orang
jahat dan tidak taat hukum—
menjadi penyebab dari sekurangkurangnya 80% penderitaan
manusia. Banyak orang
mengatakan bahwa Lewis terlalu
kolot dalam membuat estimasi.
Lagi pula, Alkitab memperlihatkan
kepada kita bahwa kadang kala
peperangan, kelaparan, dan
penyakit didatangkan Allah
sebagai hukuman atas dosa yang
disengaja dan ketidakpercayaan
manusia. Namun, sejumlah
pertanyaan sulit perlu dijawab.
• Mengapa Allah mengizinkan
adanya kejahatan?
• Mengapa Allah mengizinkan
terjadinya bencana dan
penyakit?
• Mengapa Allah mengizinkan
sejarah manusia terus bergulir
dari generasi ke generasi,
meskipun sebagian besar
manusia akan mati tanpa iman
dalam Kristus dan menuju
pada neraka abadi?
Mengapa Allah
mengizinkan adanya
kejahatan? Meski kita mengaku
bahwa kita adalah orang-orang
yang jatuh dalam dosa, terkadang
kita masih bertanya-tanya
mengapa Allah yang Mahakuasa
mengizinkan sebagian orang
bersikap sangat jahat dan tidak
berperasaan. Perbudakan,
penganiayaan, pembunuhan,
kekerasan, dan pelanggaran susila
membuktikan kejahatan manusia
yang mengerikan. Mengapa Allah
tidak mencegah manusia ketika
mereka melakukan sesuatu yang
keji dan tidak bermoral? Memang
terkadang Allah melakukannya,
tetapi tidak selalu demikian.
Jika Allah menghalangi segala
kejahatan, berarti Dia meniadakan
fakta penting yang mengatakan
bahwa memelihara pemikiran
yang penuh kebencian dan tidak
bermoral dapat menyebabkan
21
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 21
1/25/10 10:00:38 AM
terjadinya pembunuhan dan
tindakan merusak diri yang
sesungguhnya. Allah justru akan
mengacaukan manusia. Dia akan
menghilangkan kesempatan bagi
kita untuk mempercayai-Nya
dalam keadaan baik maupun
buruk.
“Mengapa Allah
tidak mencegah
manusia ketika mereka
melakukan sesuatu yang
keji dan tak bermoral?”
Umat manusia menjadi
seperti sekarang ini karena orangorang yang pernah “mengenal
Allah” berpaling dari-Nya dan
mulai menyembah berhala
serta melakukan perbuatanperbuatan yang tidak bermoral
(Rm. 1:21-23). Oleh karena itu,
Allah “menyerahkan mereka
kepada keinginan hati mereka
akan kecemaran” (ay.24), “hawa
nafsu yang memalukan” (ay.26),
dan “pikiran-pikiran yang
terkutuk” (ay.28). Bahkan saat
Allah membiarkan mereka dalam
jalan-jalannya yang jahat, Dia
masih memberitahukan tentang
“tuntutan-tuntutan hukum Allah”.
Namun, mereka tetap berbuat
jahat dan juga mendorong orang
lain untuk bergabung bersama
mereka (ay.32).
Allah tidak menciptakan
manusia sebagai orang yang
mementingkan diri sendiri seperti
kondisi manusia yang ada
sekarang ini. Dia menciptakan
manusia pertama dengan hati
yang benar dan kudus (Ef. 4:24).
Namun, setelah dosa masuk ke
dalam keluarga manusia, dosa itu
mulai menyebar bagaikan limbah
industri yang mencemari sungai
yang jernih. Polusi begitu mudah
menyebar sehingga manusia tidak
lagi melihat kebaikan, jika Allah
tidak hadir untuk membendung
polusi tersebut.
Mengapa Allah
mengizinkan terjadinya
bencana dan penyakit?
Meskipun kita dapat mengalami
pertumbuhan rohani melalui
penderitaan (Ibr. 12:6), terkadang
kita menjumpai penderitaan
yang tampak kejam dan tidak
ada manfaatnya. Siapa yang
beruntung dengan lahirnya
seorang bayi yang cacat?
Kebaikan apa yang dapat
diperoleh dari keterbelakangan
mental yang parah? Apa yang
dapat dilakukan oleh seorang
22
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 22
1/25/10 10:00:38 AM
lanjut usia dalam melewati bulan
demi bulan dengan hidupnya
yang seakan sudah tak berguna?
Mengapa korban stroke yang
sudah tidak dapat berbicara
atau tidak dapat menggerakkan
anggota tubuhnya harus terbaring
di rumah perawatan dari tahun
ke tahun? Dan bagaimana pula
dengan korban kecelakaan atau
bencana?
Harus kita akui bahwa
terkadang kita tidak menemukan
alasan atau maksud dibalik
penderitaan yang kita alami.
Namun, bukan berarti bahwa
memang tidak ada alasan
maupun maksud-maksud ilahi
dibalik semua itu. Hanya saja
kita tidak melihatnya. Yesus
berkata bahwa Bartimeus
dilahirkan buta bukan karena
dosa siapa-siapa, melainkan
karena pekerjaan-pekerjaan
Allah harus dinyatakan di dalam
dia (Yoh. 9:3). Kemudian Dia
menyembuhkannya dengan ajaib.
Sebelum mukjizat itu terjadi, tak
seorang pun mengetahui mengapa
ia dilahirkan buta. Namun, Allah
tahu. Oleh karena itu, kita harus
bersandar pada keyakinan bahwa
Allah mengetahui jawaban atas
pertanyaan, “Mengapa?”
Selain itu, kenyataankenyataan yang menggelisahkan
ini juga merupakan panggilan
untuk bertobat. Hal-hal tersebut
mengingatkan kita bahwa hidup
ini hanyalah bagian kecil dari
sesuatu yang jauh lebih besar.
Yesus mengatakan bahwa
kecelakaan yang dialami oleh
18 orang yang mati tertimpa
menara, bukanlah karena mereka
lebih buruk dibandingkan para
pendosa pada umumnya. KataNya kemudian, “Tetapi jikalau
kamu tidak bertobat, kamu semua
akan binasa atas cara demikian”
(Luk. 13:5). Kapan pun kita
menjumpai sakit-penyakit, cacat
tubuh, malapetaka, ataupun
korban kecelakaan, kita harus
ingat bahwa kita tidak lebih baik
dari mereka. Inilah yang dimaksud
dengan panggilan pertobatan bagi
kita semua.
Hal lain yang dapat menolong
kita saat menghadapi kenyataan
hidup yang menggelisahkan ini
adalah adanya kesadaran bahwa
(1) Allah bukanlah penyebab
terjadinya keadaan-keadaan
itu, dan bahwa (2) Allah turut
menderita bersama mereka yang
terluka. Dunia yang kita lihat
sekarang ini berada di bawah
kutuk Allah sejak awal sejarah
manusia (Kej. 3:17-19). Paulus
menyatakan bahwa seluruh
makhluk sangat menantikan
23
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 23
1/25/10 10:00:38 AM
kedatangan Kristus yang kedua
kali, karena pada saat itulah
kita dibebaskan dari segala
kekecewaan dan penderitaan yang
diakibatkan oleh roh jahat
(Rm. 8:18-25).
Di masa lampau, baik
berkaitan dengan kejatuhan Setan
atau Adam, Allah mengizinkan
masuknya suatu unsur kekacauan
ke dalam dunia. Mahasiswa
geologi tingkat dasar tahu bahwa
kerak bumi merupakan tempat
terkuburnya berbagai jenis spesies
yang pernah hidup di bumi, tetapi
tidak dapat bertahan hidup. Para
ilmuwan umumnya berpendapat
bahwa hal ini terjadi secara
serampangan, karena tampaknya
demikian bagi kita. (Namun, tidak
demikian bagi Allah.) Mungkin
unsur kekacauan inilah yang
menjadi penyebab langsung
terjadinya banyak penderitaan
di dunia ini—seperti bencana
alam, kecelakaan, cacat fisik, dan
penyakit yang melemahkan.
Faktor-faktor genetik yang
menonjol adalah fakta yang dapat
dipakai untuk memprediksikan
adanya keturunan dalam
beberapa keluarga yang akan
mengidap penyakit diabetes,
jantung, kanker, dan berbagai
penyakit lainnya. Mungkin kita
menganggap “norma alami”
sebagai penyebabnya, yang berarti
Allah mengizinkan alam berjalan
menurut kehendaknya sendiri.
Dialah yang mengelola dunia
ini. Namun, pada waktu Allah
mengizinkan hal tersebut terjadi,
secara pribadi Dia ikut terlibat
dalam setiap situasi. Dan Allah
tidak bersukacita ketika melihat
orang-orang harus menanggung
dukacita dan penderitaan.
Ketika Allah yang menyatakan
diri dalam Yesus itu datang ke
dunia ini, Dia memperlihatkan
sikap Bapa surgawi terhadap
sakit-penyakit dan segala bentuk
kecacatan. Yesus memperlakukan
semua itu bagaikan musuh
dengan cara menyembuhkan
yang sakit, mencelikkan mata
orang buta, dan membuat orang
lumpuh mampu menggerakkan
anggota tubuhnya kembali. Rasul
Yohanes mengungkapkan bahwa
ketika melihat para pelayat yang
berkabung menangisi kematian
Lazarus, “maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu”
(Yoh. 11:33).
Banyak ahli teologi
menyatakan bahwa kata Yunani
yang diterjemahkan sebagai
“masygul” (kecewa) acap kali
diartikan amarah. Seiring dengan
dukacita-Nya (sangat terharu),
Yesus merasakan kejengkelan dan
24
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 24
1/25/10 10:00:38 AM
kemarahan. Agaknya perasaan
itu melanda-Nya tatkala Dia
memikirkan semua penderitaan
dan segala kesusahan yang
dibawa Setan dan dosa ke dalam
dunia.
Hal ini cukup menghibur saat
kita menyadari bahwa banyak
penderitaan dan dukacita di dunia
yang diliputi dosa ini berasal dari
sebab-sebab alam atau musuhmusuh Allah. Namun, yang
terpenting kita dapat merasa lega
karena mengetahui bahwa Allah
mengontrol kehidupan dan Dia
turut menderita bersama kita.
Kita pun akan sangat terhibur
bila percaya bahwa Dia memiliki
alasan yang baik atas semua
yang terjadi meski kita tak dapat
melihatnya.
Lebih dari itu, jauhkanlah sikap
berlebihan dalam menghadapi
kesukaran, kesusahan, dan
penderitaan hidup. Sebagian
besar orang, termasuk mereka
yang hidup dalam kemiskinan
yang memprihatinkan atau yang
menanggung penderitaan seharihari atau yang harus menerima
cacat fisik yang berat, tetap
dapat menikmati kehidupan
dan memiliki semangat hidup.
Canda tawa terdengar dari
rumah-rumah di perkampungan.
Senyum menghiasi wajah
mereka, sekalipun mereka tidak
mengetahui apa yang akan
mereka makan esok hari.
Ya, ada banyak penderitaan.
Kita mengalaminya satu per satu
dan kita memperoleh anugerah
tatkala mengarahkan pandangan
kepada Allah. Ya, terkadang kita
sangat berduka. Namun, setelah
beberapa saat, kepedihan itu pun
sirna dan kita dapat terus maju.
Mengapa Allah
mengizinkan sejarah
manusia terus bergulir
dari generasi ke generasi
meskipun sebagian besar
manusia akan mati tanpa
iman dalam Kristus dan
menuju pada neraka
abadi? Kita tidak berhak
menuduh bahwa Allah bertindak
kejam karena membiarkan
sejarah manusia terus berjalan.
Rasul Petrus menyatakan bahwa
inilah tanda kasih Allah yang
penuh kesabaran, karena Dia
“menghendaki supaya jangan
ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik
dan bertobat” (2 Ptr. 3:9). Allah
memberi tambahan waktu agar
semua orang yang dipilih-Nya
dapat diselamatkan.
Kemuliaan surga sungguh
menakjubkan sehingga kita tidak
dapat memahaminya. Betapa
25
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 25
1/25/10 10:00:38 AM
baiknya Allah dengan kesabaranNya! Dan seperti halnya kita tak
mampu memahami kemuliaan
surgawi, kita pun tidak mampu
memahami bagaimana mereka,
yang mati sebagai pemberontak
melawan Allah, menjalani
kekekalan. Yang dapat kita ketahui
dari pengajaran alkitabiah adalah
bahwa Allah yang Mahakuasa
akan selalu bertindak adil.
Sebagian orang akan menerima
hukuman (Luk. 12:47,48).
Paulus berkata bahwa Allah
akan mempertimbangkan semua
faktor seperti pengetahuan dan
kesempatan yang manusia miliki
(Rm. 2:1-16).
Kita ingin menganut konsep
keselamatan yang universal—
bahwa pada akhirnya semua
orang akan menerima Yesus
Kristus dan jalan keselamatan
Allah satu-satunya. Namun,
Alkitab tidak menghendaki kita
berpandangan demikian. Kita
bahkan cenderung berpikir bahwa
orang-orang yang terhilang akan
dibinasakan setelah diadili dan
dihukum, tetapi pemikiran ini
juga tidak mendapat dukungan
alkitabiah.
Keberadaan yang kekal, juga di
neraka, merupakan penghargaan
bagi keunikan manusia. Ini
menegaskan betapa pentingnya
keputusan yang kita buat di
dunia ini. Beberapa ahli teologi
berpikir bahwa di neraka pun,
para penghuninya terus berupaya
membinasakan manusia. Mungkin
ya. Mungkin juga tidak. Sama
seperti Abraham kita mengajukan
pertanyaan yang tak perlu
dijawab ini, “Masakan Hakim
segenap bumi tidak menghukum
dengan adil?” (Kej. 18:25). Dan
kita pun terhibur oleh jawaban
yang terucap itu, “Ya, Dia akan
menghukum dengan adil.”
IMPLIKASI
PRAKTIS
H
idup ini sulit. Kadang
kala memang sulit
mengetahui apa yang
patut kita percayai. Namun,
Allah tidak meninggalkan kita
dalam kegelapan. Bahkan di
tengah gelapnya kungkungan
26
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 26
1/25/10 10:00:38 AM
bencana alam, penyakit
yang menghancurkan, dan
ketidakadilan yang menyakitkan,
Allah memberikan pengetahuan
akan yang baik dan yang jahat
dalam hati kita. Jauh di lubuk
hati, kita memiliki tanggung jawab
untuk memilih yang baik.
Dengan kesadaran ini, Allah
mengajak kita menanggapi terang
yang dikaruniakan-Nya dan
meneladani-Nya dalam hidup
yang penuh kasih, ketaatan, dan
kepercayaan.
BERKOMITMEN UNTUK
HIDUP DALAM TERANG
Titik puncak dari pernyataan diri
Allah adalah ketika Dia datang
dalam pribadi Yesus Kristus di
bumi ini. Yesus turut menanggung
penderitaan, kekecewaan, dan
kesusahan kita. Yesus hidup
tanpa dosa, tetapi Dia mati di atas
kayu salib seperti orang berdosa.
Yesus melakukan hal itu untuk
menanggung hukuman atas dosa
kita. Paulus berkata, “Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah” (2 Kor. 5:21).
Lalu, tiga hari sesudah
penyaliban, Yesus bangkit dari
kubur-Nya dengan tubuh yang
telah dimuliakan.
Semua ini merupakan sejarah
yang sudah tidak dapat diubah
lagi. Seluruh fakta yang ada
telah diuji kebenarannya. Oleh
karena itu, mengakui dosa kita
dan percaya pada apa yang telah
dinyatakan Alkitab tentang Yesus
Kristus dan tentang keselamatan
bukanlah langkah buta
menuju kegelapan. Sebaliknya,
keselamatan merupakan langkah
menuju terang. Yesus telah
berkata, “Sesungguhnya barang
siapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang
mengutus Aku, ia mempunyai
hidup yang kekal dan tidak turut
dihukum, sebab ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup”
(Yoh. 5:24). Rasul Paulus, yang
pertobatannya dalam Yesus
Kristus menjadi salah satu
peristiwa yang paling penting
dalam sejarah, menuliskan,
“Firman itu dekat kepadamu . . .
Itulah firman iman, yang kami
beritakan. Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati, maka kamu
akan diselamatkan” (Rm. 10:8,9).
Berkomitmen kepada Kristus
merupakan suatu perjalanan
menuju terang!
27
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 27
1/25/10 10:00:38 AM
BERKOMITMEN UNTUK
HIDUP DALAM KASIH
Agar menjadi orang Kristen
yang dapat mengalami kebaikan
dan keselamatan yang nyata
dari Allah, kita harus berusaha
hidup dengan kasih yang sejati,
bagi Allah dan sesama. Yesus
menyimpulkan seluruh tuntutan
hukum Perjanjian Lama demikian:
Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu
. . . Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri
(Mat. 22:37,39).
Artinya kita harus
menyenangkan Allah lebih dari
menyenangkan diri sendiri. Itu
berarti meninggalkan cara hidup
yang lama dan menunjukkan
kebaikan, murah hati, dan mau
mengampuni di setiap hubungan
yang kita bina di dunia. Selain itu,
dengan memberikan persembahan
kasih atau melayani secara
sukarela, kita dapat mengerjakan
bagian kita untuk menjangkau
sesama dengan Injil, memberi
makan yang lapar, memberi
tempat bernaung bagi mereka
yang tidak memiliki tempat tinggal,
dan menolong mereka yang
imannya jatuh. Kita dapat berbuat
banyak untuk meringankan
penderitaan yang ada di sekeliling
kita. Inilah ketaatan kepada
tantangan yang diucapkan Yesus:
Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari, dan
mengikut Aku. Karena barang
siapa mau menyelamatkan
nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barang
siapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan
menyelamatkannya
(Luk. 9:23,24).
BERKOMITMEN
UNTUK HIDUP DALAM
KETAATAN
Pada saat seseorang berkomitmen
untuk mengasihi Allah dan
sesama, secara otomatis ia akan
berkomitmen untuk hidup dalam
ketaatan. Ini berarti bahwa
kita akan menjadikan Alkitab
sebagai pedoman dan berupaya
keras menaati setiap perintah
di dalamnya. Kita akan berdoa
karena kita diperintahkan untuk
berdoa (1 Tes. 5:17). Kita akan
hormat dan tunduk kepada
pemerintah karena kita diminta
berbuat demikian (Rm. 13:1-7).
Sebagai warga negara sekaligus
pengikut Kristus kita bertanggung
jawab dengan sungguh-sungguh
28
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 28
1/25/10 10:00:38 AM
dan berpijak pada kebenaran dan
keadilan. Kita mau mematuhi
apa yang Alkitab katakan tentang
pernikahan dan perceraian. Kita
menghargai kehidupan tumbuhan
dan hewan, dan mengerjakan
yang terbaik saat kita diberi
tanggung jawab untuk berkuasa
dan memelihara bumi ini
(Kej. 1:26-28).
Orang-orang yang mengasihi
dan menaati Tuhan akan
menerima kepastian yang penuh
sukacita: “Jika seorang mengasihi
Aku, ia akan menuruti firman-Ku
dan Bapa-Ku akan mengasihi dia
dan Kami akan datang kepadanya
dan diam bersama-sama dengan
dia” (Yoh. 14:23).
BERKOMITMEN
UNTUK HIDUP DALAM
KEYAKINAN
Orang Kristen tidak luput dari
penderitaan dan dukacita.
Orang-orang yang mereka kasihi
meninggal dalam kecelakaan
mobil, sebagaimana dialami oleh
banyak orang lain. Ada juga
yang terserang kanker. Tatkala
bencana alam seperti gempa bumi
melanda, baik orang percaya
maupun orang yang tidak percaya
sama-sama mengalaminya.
Saat kita percaya kepada-Nya,
bukan berarti Allah menjadikan
kita makhluk kesayangan-Nya
yang terus ditimang-timang. Jika
itu dilakukan-Nya, kita akan
menjadi sosok yang puas dengan
diri sendiri dan sombong. Kita
menjadi orang Kristen yang hanya
mengharapkan keuntungan
duniawi. Melalui penderitaannya,
Ayub dapat mengenal Allah
dengan pemahaman yang baru.
Dalam 2 Korintus 11, Paulus
berkata bahwa dalam melayani
Tuhan, ia menderita, berkali-kali
didera, tiga kali mengalami kapal
karam, dilempari batu, kelaparan
dan kedinginan, berjerih lelah dan
bekerja berat, serta dipenjarakan.
Kemudian ia menyebut “duri di
dalam dagingku” dan bagaimana
ia berseru tiga kali supaya duri
itu dicabut darinya, tetapi Allah
kemudian menjelaskan padanya
mengapa duri itu diam di dalam
dirinya. Tuhan meyakinkannya,
“Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna” (2 Kor. 12:9). Karena
itu Paulus dapat menerima
kehendak Allah dengan sukacita:
Sebab itu terlebih suka aku
bermegah atas kelemahanku,
supaya kuasa Kristus turun
menaungi aku. Karena itu
aku senang dan rela di dalam
kelemahan, di dalam siksaan,
29
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 29
1/25/10 10:00:38 AM
di dalam kesukaran, di dalam
penganiayaan dan kesesakan
oleh karena Kristus. Sebab jika
aku lemah, maka aku kuat
(2 Kor. 12:9,10).
Dalam surat yang ditulisnya
kepada jemaat yang sedang
mengalami penyiksaan, Rasul
Petrus menasihatkan supaya
mereka bersabar dan menerima
setiap perlakuan buruk sama
seperti yang Yesus perbuat, tanpa
ada rasa benci atau keinginan
membalas dendam:
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci
maki; ketika Ia menderita,
Ia tidak mengancam
(1 Ptr. 2:23).
“Yesus dan Rasul
Paulus sama-sama
mengingatkan kita
bahwa penderitaan
hanyalah sementara,
tetapi kemuliaan
bersifat kekal.”
Yesus dan Rasul Paulus
mengingatkan bahwa penderitaan
yang mereka alami hanyalah
sementara, tetapi kemuliaan
bersifat kekal (Rm. 8:18;
2 Kor. 4:16-18; 1 Ptr. 5:10).
Apa yang dilakukan Yesus
dalam menghadapi penderitaan
terkait dengan pencobaan dan
penyaliban-Nya? Petrus berkata
bahwa Yesus menyerahkannya
kepada Allah, yang menghakimi
dengan adil (1 Ptr. 2:23).
Apa yang diperbuat Paulus
dalam penderitaannya? Ia
mempercayai Allah dan
mengalami bahwa saat ia
lemah secara jasmani,
rohaninya menjadi kuat. Dalam
kamar tahanan bawah tanah,
sambil menanti hukuman mati,
Paulus menulis dengan penuh
keyakinan:
Mengenai diriku, darahku
sudah mulai dicurahkan
sebagai persembahan dan
saat kematianku sudah
dekat. Aku telah mengakhiri
pertandingan yang baik, aku
telah mencapai garis akhir dan
aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku
mahkota kebenaran yang
akan dikaruniakan kepadaku
oleh Tuhan, Hakim yang adil,
pada hari-Nya; tetapi bukan
hanya kepadaku, melainkan
juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya
(2 Tim. 4:6-8).
30
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 30
1/25/10 10:00:38 AM
Mari nyatakan keyakinan kita
pada Allah. Saat melakukannya,
kita akan merasakan anugerah
yang memberi kita kekuatan untuk
menang atas peristiwa terburuk
sekalipun dalam kehidupan, yang
dapat menghempaskan kita keluar
dari jalur yang benar.
Tak ada jawaban yang mudah.
Namun, kita dapat berserah
kepada Kristus dan hidup dalam
kasih, ketaatan, dan keyakinan.
Dan kita akan mengalami
kebenaran yang tercantum
dalam 1 Yohanes 5:4, “Inilah
kemenangan yang mengalahkan
dunia––iman kita.”
Mari nyatakan
keyakinan kita
kepada Allah. Saat
melakukannya, kita
akan merasakan
anugerah-Nya yang
memberi kita kekuatan
untuk menang atas
peristiwa terburuk
sekalipun, yang dapat
menghempaskan kita
keluar dari
jalur yang benar.
Buklet Seri Terang Ilahi (STI) berjudul
“Sejauh Mana Allah Memegang
Kendali” diterbitkan oleh PT. Duta
Harapan Dunia (mitra pelayanan
RBC Indonesia).
Mulai bulan Juni 2007, Discovery House
Publishers telah menunjuk PT. Duta
Harapan Dunia untuk menerbitkan dan
mendistribusikan buku-buku mereka
termasuk Discovery Series yang dalam
bahasa Indonesia lebih dikenal dengan
Seri Terang Ilahi.
Adapun buku-buku yang dapat Anda
peroleh melalui PT. Duta Harapan Dunia
antara lain:
• Seri Hikmat Ilahi (SHI)
Terjemahan dari buku Discovery Series
Bible Study—Bahan Pendalaman Alkitab
untuk pribadi maupun kelompok.
• Seri Terang Ilahi (STI)
Terjemahan dari buklet Discovery Series—
Buklet yang mengulas aneka topik yang
bermanfaat untuk membuka wawasan
rohani orang Kristen.
• Santapan Rohani Tahunan (SR)
Buku renungan tahunan yang dirancang
untuk digunakan sebagai makanan rohani
sehari-hari bagi setiap orang Kristen.
• Pedoman Dasar Hidup Kristen
(PDHK)
Terjemahan dari buku Basics for Christian
Living—Buku pedoman yang membuat
Anda mengerti siapakah Allah itu dan
memperluas pengetahuan Anda tentang
kekristenan.
Untuk informasi lebih lanjut,
silakan menghubungi:
PT. Duta Harapan Dunia
PO Box 3500
Jakarta Barat 11035
Telp.: (021) 71111-430; 544-2152
Fax.: (021) 5435-1975
E-mail: [email protected]
31
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 31
1/25/10 10:00:38 AM
Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab
yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan
diterima oleh semua orang.
Anda dapat mendukung kami dalam melaksanakan misi
tersebut melalui persembahan kasih. Klik link di bawah ini
untuk informasi dan petunjuk dalam memberikan persembahan
kasih. Terima kasih atas dukungan Anda untuk pengembangan
materi-materi terbitan Our Daily Bread Ministries.
Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat
memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau
orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup.
Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau
denominasi apa pun.
DONASI
Download