PERANAN TURKI SEBAGAI NEGARA PENGHUBUNG ANTARA EROPA DAN TIMUR TENGAH MENGENAI ISU PENGUNGSI SKRIPSI OLEH Ahyan Haeruddin E13112102 Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Hubungan Internasional JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Tugas akhir atau yang lebih dikenal dengan ‘skripsi’ tentu memiliki beragam kisah dibalik proses pengumpulan data, studi literatur, pengetikan, penyusunan, hingga penyelesaiannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. H. Haeruddin Ali Attas dan Hj. A. Mariyani, kedua orang tua yang telah membesarkanku dan menerima segala kekuranganku, yang terus mensupport saya, memarahi hingga menasehati saya. Adik yang sangat kubanggakan, terimakasih karna terus mendoakan keberhasilan saya. 2. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. Beserta jajarannya. 3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, MSi. Beserta jajarannya. 4. Dosen Pembimbing skripsi, Bapak Muhammad Nasir Badu dan Bapak Burhanuddin, S.IP, M.Si terima kasih banyak atas bimbingan dan arahan selama pengerjaan skripsi. Mulai dari memilih judul, gambaran umum data, hingga teknik penulisan. 5. Dosen Jurusan HI, Pak Darwis, Ibu Isdah, Ibu Puspa, Pak Patrice, Pak Ashry, Pak Adi, Pak Imran, Pak Adi, Pak Husain, Ibu Seniwati, Pak Agus, Pak Gego, Pak Aspi, terima kasih banyak atas dedikasi yang ii 6. diberikan. Ibu Rahma dan Bunda, terima kasih banyak atas bantuan dalam hal pengumpulan berkas-berkas akademik dan pemilihan jadwal ujian. 7. Rusly Baddu. SH. M.Si Kabid Fasilitasi Pelaksanaan dan Monitoring dan Evaluasi, Deputi I Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia, yang telah memberi penulis kesempatan untuk wawancara terkait penelitian skripsi. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan yang penulis ajukan terkait Pengelolaan Wilayah Perbatasan Ekonomi Khusus. 8. Sepupu dan Keluarga Besar. Terima kasih untuk kakak Uleng, Andha, Appe, Dirham, Ditia, Ricko beserta Keluarga atas ucapannya dan doanya untuk keberhasilan saya. 9. Teman angkatan HI 2012 (INTERRUPTERS), tanpa kalian semua kisahku sebagai mahasiswi HI serasa tidak lengkap. Aldi, Fahran, Chiko, Ilham, Ujang, Arnes, Afif, teman sekaligus saudara buat saya. Ajeng, Risna, Mercy, tiga sekawan yang paling kompak, selalu sama – sama. Intan, Ros, Lala, Leli, Asti, Dian, Ninik, Ayu, Umi, Yuli, Tika, Siska Ukhti – Ukhti yang is the best dalam kelas. Amel, Sani, Eki, Irene, Tami, Fifi, Elsya, Olvi, menurut saya cewe terame dan terhitsnya. Amalia, Ai, Vivi, Nita, Teman yang baik. Fitrah, Adry, Dewe, Hasan, Frischa, kawan-kawan seperjuangan di item Light Show Golden Moment 2013. Dela dan Nasly matanya para lelaki tertuju terus pada dua orang ini. Gadis cewe blondenya HI. Tillah, Fahmi, Winda, Tyo, Kharji aktor karna kelebihannya dari pada iii 10. yang lain di dalam kelas menurut saya, cerminan yang baik buat semua. Dimas, Syarif teman yang terkadang lucu untuk di bercandai. Bayu, Nizar Kau seorang yang berjiwa besar. Orang yang ulet berkepribadian yang baik. Sirton, Amma’, Bill, Topan, Gufron, Akmal, Bahri, Ino, Rial teman main dan teman bercanda pada saat mahasiswa baru, semoga bisa terulang lagi nanti. Faje’, Dewi, Fandi dan Oli, yang pernah menjadi bagian dari keluarga INTERRUPTERS. Sama-samaki duduk dalam satu ruang kelas, samaki kerja kelompok, samaki berdiskusi, samaki rapa-rapa kerja tugas yang hampir mencekik leher, pokoknya samaki lalui itu semua. Senang sedih pahit dan manisnya berada dan merasakan atmosfer ruang kelas dengan menghadapi beragam karakter dosen membuat suatu goresan tersendiri yang akan kusimpan di dalam hatiku yang paling dalam. 11. 8 Anak: Ahmad, Azhar, Alkir, Achsan, Dipo, Iji, Pute terima kasih banyak sudah Mensupport selama saya mengerjakan Skripsi ini dan bercanda tawa bersama 12. Muhammad Rizal, senior HI 2011 dan juga sebagai kakak/ saudara untuk saya. Terima Kasih selalu memberikan masukan untuk skripsi sekaligus membimbing saya atas keberhasilan skripsi saya. Masih ingat dengan kau menjelaskan dengan saya, saya merekam suara anda, untuk belajar dan memahami masukan yang kau kasih ke saya pada saat ujian proposal? haha. Saya sadar bahwa saya tidak terlalu pintar atau suka bercanda di saat serius, tapi kau tetap mengajariku dengan sabar dan penuh ikhlas. Senang di bantu denganmu. iv 13. Sahabat sekaligus menjadikan dia saudara sebut saja Lelaki Pagosip atau apapun namanya, karena denga berasa paling gagah dari pada yang lain, padahal biasa aja kalau di liat. Fahran ,ini org yg paling sering ketawa biar ada yg aneh aneh ikut tongi ketawa. tetapi saya tau dia adalah teman yg baik buat saya di luar perilakunya di luar dan di dalam kelas, dia sesosok saudara bagi saya, terima kasih atas bantuannya dan juga sudah membantu saya dalam mengerjakan skiprsi ini disaat dan menenangkan saya di saat mendekati ujian meja, dan kurang kurangi main mobile legend. Ilham, ini awal awal semester sdh kena penyakit Darah Tinggi, terima kasih juga sudah jadi teman dan sekaligus saudara bagi saya, sdh bantuka edit Proposalku dan Skripsiku sob. Maldini, dia adalah PEMBOHONG tingkat dewa, semoga kau bisa menjadi orang yg jujur kedepannya. terimakasih atas bantuannya juga sdh mendoakan, semoga kita bisa jadi partner yang baik kedepannya. Aldi, dia sosok org yg lebih berjasa juga dalam membantuku mengerjakan skripsiku mulai dari awal sampai tahap akhirnya, terima kasih atas bantuannya juga. Chiko, ini orang yang berasa dirinya paling manis, tetapi fakta memang banyak temannya cantik-cantik dari semua walaupun malaski mandi dan kalo mandi tidak bersih, terlepas dari itu dia adalah sosok yang sangat baik buat saya, walaupun terkadang suka menggampangkan sesuatu, terimakasih atas bantuannya juga brother saya juga dak bisa wisuda kalo bukan kau editkanka daftar pustaka ku. Alfryarnes, teman canda tawa juga untuk saya, satu hal yang dia patut omongkan, adalah perempuan. Saya tidak tau kenapa perempuan terus yang v 14. ada di otaknya, tapi terima kasih atas supportnya juga. Afif, orang arab yang fasih bahasa arab, dan ternyataa dia sesosok orang yang patut di contoh karena dia merupakan keponakan langsung dari Raja Salman al- saud, terima kasih juga telah membantu selama ini bridi. Ujang atau Uccang nama panggilannya di Bulukumba, dia sesosok orang yang santai, penuh candaan tawaan teman asik untuk berkumpul dan sekarang sudah menjadi ketua di komunitas KOBASTO nya dan Ketua dri kelompok gadis gadis manja, terima kasih sdh menjadi waliku pada saat yudisium berlangsung ayah ujang. Dan yang terakhir orang pintarnya di geng Tillah, Tyo, Kharji, Fahmi, mereka semua adalah cerminan untuk keberhasilan saya, thanks atas supportnya. 15. Terima kasih juga kepada kanda-kanda HI, kak Viko, kak Noval, kak Nunu, kak Wiwi, kak Ijal, kak Didin, kak Poppy, kak Hedar, kak Agor, kak Toso, kak Rara, kak Indah, kak Adit, kak Ribas, kak Ignas, kak Eki, kak Maul, kak Ridho, kak Michael, kak Riri. 16. Kepada semua pihak, teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih banyak untuk semuanya. Makassar, Juni 2017 Ahyan Haeruddin vi DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 A. Latar Belakang......................................................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................................... 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5 D. Metode Penelitian .................................................................................................... 5 E. Kerangka Konseptual .............................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 13 A. Politik Luar Negeri ................................................................................................ 13 B. Konsep Geo Politik dan Geo Strategi .................................................................... 17 C. Konsep Pengungsi ................................................................................................. 27 D. Konsep Human Security ........................................................................................ 34 BAB III KEBIJAKAN TURKI TERHADAP PENGUNGSI TIMUR TENGAH .......... 39 A. Orientasi Politik Luar Negeri Turki dari Masa ke Masa ....................................... 39 B. Kedudukan Turki di antara Eropa dan Timur Tengah ........................................... 45 C. Sejarah Perkembangan Politik Luar Negeri Turki ............................................... 51 BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI TURKI TERHADAP EROPA DAN TIMUR TENGAH TERKAIT ISU PENGUNGSI ................................. 56 A. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa dan Timur Tengah ....................... 56 A.1. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa ................................................... 56 A.2. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Timur Tengah...................................... 59 B. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Pengungsi yang Berasal dari Timur Tengah Menuju Eropa ........................................................................................... 63 BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 76 A. Kesimpulan ............................................................................................................ 76 B. Saran ...................................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian hubungan internasional merupakan sebuah kajian yang bersifat sangat dinamis dengan dibuktikan oleh banyaknya perkembangan yang terjadi dalam ilmu ini. Perkembangan isu ini didasari oleh banyaknya fenomenafenomena yang terjadi untuk kemudian dapat dikaji lebih mendalam. Pada dasarnya konsep hubungan internasional yang melihat interaksi dari aktor-aktor yang berperan di dalamnya dapat dikatakan sangat berperan terhadap terjadinya fenomena-fenomena tersebut. Berkaca pada masa perang dingin yang ketika dunia seakan-akan terpolarisasi hanya kepada dua kutub besar yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet isu yang menjadi fokus di masa itu hanya cenderung didominasi oleh persaingan kedua kubu tersebut dalam merebut pengaruhnya di setiap belahan dunia. Kemudian, pasca perang dingin, isu menjadi lebih berkembang dengan dibuktikan oleh semakin banyaknya fokus kajian dari ilmu hubungan internasional itu sendiri. Isu-isu yang bersifat low politics lebih cenderung menjadi perhatian dunia seperti isu kesehatan global, pengungsi, ekonomi dan masih banyak lagi. Hal itu membuktikan bahwa perkembangan ilmu hubungan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Terjadinya pergeseran isu dalam kajian hubungan internasional dari yang dulunya lebih didominasi oleh isu-isu high politics yang kemudian sekarang bergeser fokusnya ke isu-isu low politics telah membuat pola interaksi aktor dalam hubungan internasional itu sendiri telah mengalami banyak transformasi. 1 2 Aktor-aktor non negara lebih diakui eksistensinya dalam dinamika hubungan internasional menjadi salah satu bukti bahwa pergeseran isu tersebut telah berdampak pada dinamika dari hubungan internasional. Sehubungan dengan pergeseran isu dalam hubungan internasional, salah satu isu yang menjadi pembahasan penting sekarang ini adalah mengenai isu pengungsi. Hal itu terjadi karena adanya sekelompok masyarakat yang secara sadar meninggalkan negaranya karena dianggap sudah tidak aman lagi untuk ditinggali. Hal ini sangat umum terjadi kepada warga negara dari negara-negara timur tengah yang dimana, telah terjadi sebuah kejadian luar biasa yang diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan keamanan yang disebabkan oleh gerakangerakan separatis dari sekelompok orang disana. Pengungsi yang dimana mereka dulunya merupakan warga negara suatu negara harus memilih untuk pindah dan mencari tempat yang dapat memberikan mereka rasa aman karena negaranya sudah porak poranda oleh aktivitas militer yang dilakukan oleh kelompok separatis dan kelompok pemerintah. Ketidakjelasan dari kelangsungan hidup dari pengungsi tersebut tentunya sedikit banyak telah mencuri perhatian dari dunia internasional terutama ketika terjadi peperangan yang kemudian menimbulkan korban jiwa dari kelompok anak kecil. Masih sangat jelas ketika kita harus mengingat kembali kepada apa yang terjadi kepada seorang balita yang bernama Aylan Kurdi yang mayatnya sudah terdampar di pinggir pantai. Hal itu membuat banyak masyarakat dunia menyerukan gerakan penyelamatan terhadap pengungsi 3 itu sendiri dengan dasar bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkan perlindungan dimanapun mereka tinggal di dunia ini.1 Isu pengungsi ini seolah telah mengaburkan batas wilayah negara dan status warga negara karena pada dasarnya tanggung jawab untuk melindungi pengungsi itu sendiri telah menjadi fokus dari masyarakat internasional.2 Salah satu kawasan yang sangat menjadi sorotan untuk dapat bertindak terhadap isu pengungsi ini adalah kawasan Eropa. Kawasan Eropa menjadi fokus karena semua pengungsi tersebut bertujuan untuk pindah ke Eropa dengan alasan bahwa negara-negara Eropa dapat memberikan mereka jaminan untuk dapat hidup dengan layak. Hal itu kemudian memaksa parlemen Eropa untuk merancang sebuah kebijakan mengenai pengungsi ini yang dimana, mekanisme tersebut melibatkan seluruh anggota dari Uni Eropa untuk terlibat dalam penanganan pengungsi ini. Sebagai sebuah negara yang menjadi penghubung antara dua kawasan besar yaitu kawasan Timur Tengah dan kawasan Eropa, Turki menjadi sorotan pula. Hal itu dikarenakan oleh posisi Turki yang menjadi negara perantara mau tidak mau harus berperan penting dalam penanganan isu pengungsi ini. Hal ini dikarenakan oleh Turki menjadi salah satu pintu masuk utama dari pengungsi tersebut untuk masuk ke daratan utama Eropa. Oleh karena itu, kebijakan Turki yang kemudian disinergikan dengan kebijakan dari Uni Eropa menjadi sebuah fokus dalam penangan isu pengungsi ini. Kondisi Timur Tengah yang saat ini dapat dikatakan sangat kacau telah mendorong untuk terjadinya sebuah kejadian luar biasa yang dimana setiap ada suatu kejadian pasti menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil. Hal itu secara 1 Diakses dari https://www.theguardian.com/world/2015/dec/31/alan-kurdi-death-canada-refugeepolicy-syria-boy-beach-turkey-photo pada tanggal 12 Desember 2016 2 Ibid 4 tidak langsung mendesak warga negaranya untuk pergi keluar dan mencari perlindungan dari negara lain. Turki sebagai salah satu negara yang dekat dan berada di antara kawasan tempat mereka tinggal dan kawasan tujuan mereka mau tidak mau harus menerima kedatangan dari kelompok pengungsi tersebut dengan alasan kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam proposal ini penulis mengangkat judul yaitu “Peranan Kedudukan Turki Sebagai Penghubung Antara Kawasan Eropa dan Timur Tengah terkait Isu Pengungsi”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis berfokus kepada peranan kedudukan Turki yang menjadi negara yang mengantarai dua kawasan besar yaitu Eropa dan Timur Tengah yang dimana dua kawasan tersebut mengalami permasalahan yang saling berkaitan satu sama lain yaitu pengungsi. Oleh karena itu, dalam pembahasan nantinya penulis akan melihat fokus peranan kedudukan Turki sebagai negara penghubung dua kawasan tersebut dengan membatasi masalah pada isu pengungsi dan peranan yang dilakukan Turki dalam tiga tahun ke belakang yakni antara tahun 2013-2016, dengan rumusan masalah seperti yang akan dijabarkan di bawah ini: 1. Bagaimana kebijakan luar negeri Turki terhadap kawasan Timur Tengah dan Eropa? 2. Bagaimana kebijakan luar negeri Turki terhadap isu pengungsi dari Timur Tengah yang menuju ke Eropa? 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dengan melihat kepada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan tentang kebijakan luar negeri Turki terhadap kawasan Timur Tengah dan Eropa. 2. Menjelaskan tentang kebijakan yang diambil oleh pemerintah Turki terkait dengan isu pengungsi. Dengan adanya hasil penelitian ini maka diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk: 1. Menjadi sumber informasi tentang seperti apa orientasi politik luar negeri Turki terhadap kawasan tetangganya dan juga tentang kebijakan pemerintah Turki terhadap isu pengungsi. 2. Memberikan informasi kepada pengkaji hubungan internasional terutama yang mengambil fokus pada kajian pengungsi dan politik luar negeri suatu negara untuk lebih memahami tentang bagaimana suatu negara mengambil kebijakan mengenai suatu isu dan bagaimana faktor geopolitik dan geostrategis itu sendiri dapat berpengaruh kepada orientasi politik luar negeri suatu negara. D. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dimana penelitian ini nantinya akan menjelaskan bagaimana pengaruh dari kedudukan Turki serta orientasi politik luar negeri Turki dalam penanganan krisis 6 pengungsi yang terjadi di Eropa. Metode ini nantinya akan membantu penulis menjelaskan sejauh mana Turki berperan dalam penanggulangan krisis pengungsi. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode Library Research.Library research sendiri merupakan metode dengan cara mengumpulkan data dari beberapa Literature yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Literatur yang akan digunakan oleh penulis berupa buku, jurnal, dokumen, surat kabar, situs-situs internet ataupun laporan yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti. Bahan-bahan tersebut akan diperoleh melalui: a. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia b. Perpustakaan Universitas Indonesia c. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin 3. Jenis Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana data sekunder sendiri adalah data yang diperoleh dari beberapa literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini. data tersembut bersumber dari buku, jurnal, surat kabar, portal berita online, beserta situs-situs resmi yang berakitan dengan penelitian ini 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam menganalisis data penelitian adalah kualitatif. Untuk menganalisa permasalahan, penulis akan menggambarkannya berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan 7 fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Penulis juga akan menambahkan data kuantitatif untuk memperkuat analisis kualitatif. E. Kerangka Konseptual 1. Konsep Politik Luar Negeri Politik luar negeri pada dasarnya merupakan kebijakan suatau negara yang ditujukan kepada negara lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan suatu perangkat formula nilai, sikap dan arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional didalam percaturan dunia internasional.3 Politik luar negeri merupakan sistem tindakan-tindakan dari suatu pemerintah terhadap pemerintahan lainnya. Politik luar negeri adalah sekumpulan kebijakan yang berperan dan berpengaruh, dalam hubungan suatau negara (pemerintah) dengan negara (pemerintahan) lainnya, dengan mempertimbangkan juga tanggapan (respon terhadap kejadian dan masalah dilingkungan dunia internadional). Dengan kata lain politik luar negeri merupakan sintesa dari pengejawantahan tujuan dan kemampuan (kapabilitas) nasional.4 Politik luar negeri merupakan suatu strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negaralain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan 3 Diakses dari http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas-sospol/hubunganinternasional/2010/jbptunikompp-gdl-fuqohanim4-22706/6-i-bab-i.pdf/index5.html, pada tanggal 13 Oktober 2016 4 Ibid 8 nasional. Tujuan nasional yang hendak dicapai melalui politik luar negeri merupakan formulasi konkret dann dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang dimiliki untuk menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih dan ditetapkan oleh pembuat keputusan dan dikendalikan untuk mengubah (revisionist policy) atau mempertahankan (status quo policy) ihmwal kenegaraan tertentu dilingkungan internasional.5 Politik luar negeri suatu negara senantiasa didalamnya mengandung dua unsur saling berintaraeaksi, yaitu keajegan (tetap) dan perubahan. Unsur keajekan biasanya meliputi nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat di negara tersebut serta prinsip-prinsip dasar bernegara yang disepakati, sementara unsur perubahan lebih menyan ngkut pada persoalan strategi, prioritas, dan cara-cara memperjuangkan kepentingan nasionalnya 6 Sebagaimana halnya kepentingan nasional yang dapat mengalamin perubahan, demikian pula politik luar negeri suatu negara. Namun, ada beberapa faktor determinan adata indikator yang dapat digunakan untuk memahami perilaku politik luar negeri. Dalam hal ini, William D. Coplin mengidentifikasi ada empat determinan politik luar negeri. Pertama, adalah konteks internasional. Artinya, situasi politik internasional yang sedang terjadi pada waktu tertentu dapat mempengaruhi bagaomana negara itu akan berprilaku. Kedua, adalah perilaku para pengambil keputusan. Perilaku pemerintah yang dipengaruhi persepsi, pengalaman, pengetahuan dan kepentingan individu-individu dalam pemerintahannya menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan luar negeri. Ketiga adalah kondisi ekonomi dan militer. Kemampuan ekonomi dan militer suatu 5 Ibid Ibid 6 9 negara dapat mempengaruhi negara tersebut dalam interaksinya dengan negara lain. Dan keempat, yang mempengaruhi politik luar negeri adalah politik dalam negeri. Situasi politik dalam negeri akan memberikan pengaruh dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri (Wuryandari, 2008 : 17-18). Demikian ditarik dari konsep diatas penulis beranggapan bahwa setiap negara memiliki Foreign Policy terkait dengan isu isu yang berkembang di dunia saat ini tidak terkecuali negara Turki yang memiliki kebijakan terhadap penanganan pengungsi di kawasan Timur Tengah. 2. Konsep Geopolitik dan Geostrategi Konsep geopolitik dan geostrategi pada dasarnya diciptakan mengacu pada bagaimana setiap negara dan pemimpinnya mengintepretasikan kepentingan nasional. Geopolitik dijadikan sebagai instrumen untuk mewujudkan kepentingan nasional dengan memanfaatkan konsep keruangan geografi. Oleh karenanya wawasan geografi merupakan faktor esensial untuk merancang bagaimana arah kebijakan geopolitik sehingga dapat mewujudkan kepentingan nasional. Mengacu pada konsep geopolitik yang diangkat oleh kaum posmodernis, konsep geopolitik merupakan suatu yang subjektif, pengertian dan intepretasi setiap negara dapat berbeda tergantung pada bagaimana pola dan identitas politik suatu negara dan karakteristik kepemimpinannya. (Mahrita – fisip12.unair.ac.id) Konsep geopolitik dapat dikatakan sebagai sebuah konsep yang dimana menilai tingkah laku negara berdasarkan letak geografis dari suatu negara. Sederhananya adalah tingkah laku yang ditampakkah oleh negara dalam politik internasional sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis dari negara tersebut dan juga letak geografis dari negara itu. Kemudian, untuk geostrategi itu 10 sendiri merupakan konsep yang melihat kepada seperti apa negara memanfaatkan letak geografis yang dimilikinya untuk kemudian digunakan dalam pencapaian kepentingan nasionalnya. Dalam pembahasan nantinya, konsep ini akan digunakan untuk melihat seperti apa Turki menentukan orientasi politik luar negerinya dengan melihat pada letak geografisnya dan kemudian apa-apa saja yang Turki dapat lakukan dengan letak geografisnya tersebut dalam hal pencapaian kepentingan nasionalnya. 3. Pengungsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kata pengungsi berasa dari kata ungsi atau mengungsi, yang berarti pergi menghindarkan (menyingkirkan diri dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat yang dirasa aman). Jadi pengungsi dapat diartikan sebagai orang yang mengungsi untuk menyelamatkan diri ke tempat yang aman. Dalam bahasa inggris, pengungsi disebut sebagai refugee. Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai status pengungsi tahun 1951 pengungsi adalah (UNHCR.Convention and Protocol Relating to The Status of Refugees): 1. a person outside his country of origin or residences 2. for what reason may a person find himself outside his country of origin or residence: due to a well-founded fear or persecution 3. what types of persecution: for reasons of race, religion, nationality, membership of a particular social group or political opinion 4. thus, owing to such fear he is unable or unwilling to return Dalam sejarah Eropa modern, ada dua tipe pengungsi, yaitu religious (pengungsi Protestan) dan pengungsi politics (pengungsi revolusi Perancis), yang 11 meninggalkan tempat tinggalnya akibat kekerasan agama dan politik, dan pengungsi perang yang mencari perlindungan untuk melarikan diri dari peran. Terlebih, Eropa telah berevolusi dari benua yang memproduksi pengungsi menjadi tempat perlindungan untuk pengungsi yang datang dari daerah konflik. Asylum seeker atau pencari suaka merupakan individu yang mencari perlindungan internasional (status pengungsi atau status perlindungan subdisiary). Definisi pencari suaka seringkali dikaitkan dengan definisi pengungsi. Hal ini menyebabkan setiap negara menetapkan pedoman masing-masing dalam memberikan suaka kepada siapapun yang membutuhkan. UNHCR sebagai organisasi yang bergerak dalam masalah pengungsi memiliki definisi pencari suaka yang diterima secara internasional. Oleh karena itu, perbedaan antara pengungsi dan pencari suaka itu sendiri dapat dilihat pada prinsip yang mendasarinya yang dimana, dalam sistem suaka terdapat prinsip yang bersifat non-refoulment tadi yang mengikat negara penerimanya untuk tidak mengembalikan pencari suaka tersebut sementara status pengungsi memang harus dilindungi akan tetapi sifat perlindungan tersebut hanya bersifat sementara dan bisa untuk dikembalikan dengan dasar bahwa kondisi dari negara semula telah betul-betul membaik dan keselamatan dari pengungsi tersebut dapat terjamin. Hal itu juga yang mengakibatkan tidak terciptanya konvensi mengenai pencari suaka dalam sistem internasional seperti halnya dengan konvensi mengenai pengungsi yang telah lama terbentuk. Dengan melihat konsep pengungsi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya ada perbedaan yang cukup signifikan antara 12 pengungsi dan pencari suaka itu sendiri yang dimana, pengungsi lebih cenderung kepada orang-orang yang mengalami suatu hal yang memaksa mereka untuk meninggalkan negaranya untuk mendapatkan rasa aman dan kehidupan yang layak. Berdasarkan pada konsep tersebut, maka penulis akan membahas mengenai masalah ini dalam pembahasan nantinya tentang seperti apa penanganan pengungsi oleh Turki sesuai dengan orientasi dan kebijakan luar negeri yang ia miliki. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Luar Negeri Secara Umum Politik Luar negeri merupakan Studi yang kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek aspek eksternal akan tetapi juga aspek aspek internal suatu negara. Negara sebagai aktor yang melakukan politik luar negeri dalam hal kerjasama antar negara, Kepentingan Nasional tetap akan menjadi alat politik yang di prioritaskan dalam hubungan internasional.dalam kajian politik luar negeri ini Kepentingan dari lingkungan eksternal dan Internal sebuah negara di artikan oleh para pembuat kebijakan tiap negara dalam merealisasikan sebuah politik luar negerinya sendiri. Politik Luar Negeri sebuah negara sangat mengacu pada situasi tertentu, baik dalam lingkungan eksternal bahkan internalnya dengan mempertimbangkan beberapa kepentingan yang ingin di capai. Memasuki abad ke 21 ini politik luar negeri pada umumnya di tiap negara mengalami perubahan yang sangat signifikan. yang mengakibatkan proses transformasi luas pada peta politik terkait dengan kebijakan yang di ambil oleh negara itu sendiri dalam menghadapi isu isu Global yang terjadi saat ini, Menurut Christopher hill, yang mengatakan politik luar negeri sebagai hubungan luar yang resmi lalu di lakukan oleh aktor independent (biasa nya negara) dalam hubungan internasional. Untuk lebih lanjut hubungan antar negara tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Artinya, hubungan antar negara selalu mengalami perubahan perubahan dengan munculnya 13 14 isu isu politik yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia internasional yang terjadi, Lebih lanjut H.B Swope menunjukkan realitas perseteruan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet untuk mempertahankan aliansinya pasca berakhirnya perang dunia. Karena faktor Politik Luar Negeri kedua negara tersebut yang mengalami perbadaan hal hasil kedua belah pihak tidak dapat mencapai konsensus dalam persoalan bagaimana cara untuk merekonstruksi dunia kembali pasca perang dunia ke II7. Dari perbedaan pandangan di atas saya dapat menarik kesimpulan bahwa Negara yang menjadi pemenang di Perang dunia II akan tetap berdiri pada Egonya masing masing sehingga akan memicu terjadi Perang baru yaitu Perang Dingin karena yang pada dulunya melibatkan Militer sepenuhnya dalam kebijakan luar negeri untuk menyelesaikan problem dari setiap negara, namun pada perang dingin kali ini di tekankan lebih menggunakan pengaruh Ideologi dan revolusi teknologi yang merupakan motor penggerak perubahan dan pertumbuhan ekonomi dan Intelligent pada masa itu dalam memainkan pola politik luar negeri, tak luput pula dari statement yang di keluarkan oleh Joseph S Nye dalam bukunya understanding conflicts (2000) mengatakan bahwa kepemimpinan Gorbachev bagi Uni Soviet untuk kebijakan luar negerinya dengan memperkenalkan program New Thinking. Menurut Joseph S Nye juga memberikan kontribusi terhadap berakhirnya perang dingin. New Thinking adalah Program kebijakan luar negeri yang 7 Wuryandari Ganewati,Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional 15 menggantikan bentuk Zero sum game dari konsep security dilemma. secara konseptual New Thinkingmerupakan bentuk konsep politik luar negeri dalam merealisasikan keamanan bersama (common security) yang pelaksanaannya menekankan pada saling ketergantungan antarnegara negara dan penolakan terhadap Politik Luar Negeri yang bersifat expansionis yang mengarah kepada pemborosan dalam hal penempatan pasukan besar besaran di Eropa Timur pada masa Perang dingin, di anggap sebagai kebijakan luar negeri yang merugikan.8 Namun pandangan Joseph S. Nye sendiri sangat berbeda dengan Francis fukuyama. Francis mengemukakan bahwa keruntuhan dan disintegrasi yang terjadi sangat cepat di Uni Soviet dan negara negara sosialis komunis di kawasan Eropa Timur di maknai oleh Francis Fukuyama sebagai The End Of History, yakni perseteruan panjang antara dua ideologi yang berbeda namun kemenangan dari perbedaan itu di menangkan oleh ideologi Liberal dari negara barat.9 Secara umum untuk pandangan Francis Fukuyama terkait pandangannya mengenai The End of History bahwa Negara barat yang memenangkan perang kali ini memberikan efek domino terhadap kawasan Eropa Timur yang dulunya di kenal sebagai Uni Soviet, serentak pula mengalami krisis Perekonomian sehingga terjadi perubahan konsetalasi kekuatan dunia dan regional Uni Soviet mengalami keruntuhan. Di situlah untuk pertama kalinya banyak negara Pecahan dari Uni Soviet memutuskan untuk bergabung ke dalam Blok Barat, untuk kembali memainkan pola politik luar negerinya dalam membangun perekonomiannya 8 Nye, S Joesph, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional, Hal. 34 9 Francis Fukuyama, “The End of History”, The National InterestsHal. 36 16 kembali. Pandangan ini di tekankan kembali oleh Francis Fukuyama dalam artikelnya What we may be witnessing is not just the end of Cold War, or the passing of particular period of post- war history, but the end of history as such... that is, the end point of mankind’s ideologikal evolution and the universalization of western liberal democracy as the final form of human government. Lebih lanjut Admiral Dennis Cutler Blair mendefinisikan a network of security and military relationships – bilateral and multirateral bahwa kehadiran Amerika Serikat di kawasan asia merupakan bentuk manuver politik luar negeri Amerika Serikat dalam menetralisirkan seluruh pengaruh ideologi komunis pada kawasan asia pasca hubungan diplomasi bilateral ataupun multilateral terhadap wilayah asia, sekaligus merupakan awal dari strategi keamanan AS di wilayah Asia Pasifik Timur ( U.S. Security Strategy for the East Asia-Pacific Region ) Berseberangan dengan pendapat admiral dennis blair mengenai pengaruh amerika serikat pada kawasan Asia Timur. Dick K.Nanto mengemukakan dinamika kawasan asia timur di dorong oleh antara lain 5 faktor faktor berikut: Pertama, bangkitnya China yang mengembangkan pengaruh dan posisi kepemimpinan berbarengan dengan yang di lakukan oleh jepang, korea selatan, dan beberapa negara lainnya. Kedua, globalisasi dan kegiatan antarnegara yang di lakukan oleh PMN ( Perusahaan Multi Nasional ), termasuk di dalamnya pasokan bahan baku dan energi; Ketiga, liberalisasi perdagangan dan investasi; Keempat, perang global melawan terorisme; dan 17 Kelima, adanya upaya untuk mendirikan skema keamanan multilateral dan peningkatan interaksi antarpihak negara di kawasan, yang merupakan skema untuk menggantikan model perimbangan kekuatan (balance of power)10 Teuku May Rudi mendefinisikan, politik luar negeri sebagai sekumpulan kebijakan yang berperan dan berpengaruh dalam hubungan suatu negara (pemerintah) dan negara lainnya, sebagai respon terhadap masalah di dunia internasional. Dengan kata lain, politik luar negeri merupakan sintesa pengejawantahan tujuan dan kemampuan (kapabilitas) nasional.11 Secara umum dapat di katakan bahwa kebijakan luar negeri tidak hanya meliputi perumusan tujuan negara dan bertujuan untuk menjaga kewibawaan negara di mata dunia, melainkan yang terpenting adalah bagaimana memenuhi kepentingan nasional,utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain, dalam merumuskan kebijakan luar negeri sebuah negara, negara harus mempertimbangkan aspek moral dan tanggung jawab, yaitu dalam hal ini pemerintah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. B. Konsep Geo Politik dan Geo Strategi Dengan penenafsiran dari Friedrich Ratzel seorang faham fisis determinisme yang tidak jauh berbeda dengan aliran environmentalisme pada abad ke 19 berpendapat bahwa faktor alam bukan hanya berpengaruh, tetapi juga memegang peranan penting dalam menentukan the state and political power.12 Yang menjelaskan bahwa kekuatan dari sebuah negara tidak dapat di ukur dari Dick K. Nanto “East Asian Regional Architecture: New Economic and Security Arrangments and U.S Policy “CRS Report for Congres, 4 januari 2008 11 Teuku May Rudy.1993. “Teori, Etika, dan Kebijakan Hubungan Internasional”. Bandung: Angkasa. Hal. 16 12 Hayati Sri dan Yani Ahmad, Geografi Politik,2007 Hal. 10 10 18 kondisi geografis nya. Kita bisa melihat Jepang. Yang merupakan negara kecil yang sudah mengalami kekalahan pada perang dunia ke dua, dan saat ini jepang bangkit kemudian mampu bersaing dengan negara negara besar dalam sector perekonomian dan Militer. Berbicara mengenai konsep living globe yang berkaitan juga dengan di atas Karl Ritter yang bekerja di Universitas Berlin mengembangkan apa yang di kenal dengan konsep Living Globe yang kemudian berkembang menjadi The Organic View of State.13 Menurutnya merupakan suatu Organisme hidup, yang di lahirkan dan tumbuh menjadi negara muda, remaja, dewasa, dan akhirnya mati. Selaras dengan Teori Karl Ritter, Ratzel yang berasal dari Universitas Leipzig mempertegas pendapat pendahulunya. Bahwa kekuatan negara menurutnya banyak di tentukan oleh faktor geografis (letak, luas, bentuk, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan hubungan internalnya). Faktor geografis merupakan Organic State yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan seperti halnya makhluk hidup yang bergantung pada faktor faktor geografis., karena setiap makhluk hidup dalam Teori ratzel yang di peruntukkan untuk Negara yang pada hakikatnya seperti Organic State membutuhkan ruang hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya itu ia harus mendapatkan dengan memperjuangkan dan juga memperluas ruang hidupnya.14 Lantas teori organic state tidak bertahan lama karena munculnya gagasan baru untuk mengembangkan konsep organic state lebih luas lagi yang di pelopori oleh Jean Brunhes (1869-1930). Albert Demangeon dan Paul Vidal de La Blaca 13 14 Ibid Hal. 10 Ibid 19 (1845- 1919) memperkenalkan teori possibilisme yang bependapat bahwa negara bukanlah “an organic power political entity” , akan tetapi merupakan “suatu kesatuan nasional dan kultural” yang aktivitas aktivitasnya di tentukan oleh “the collective consciousnsess of it citizens” 15 yang patut di tekankan dalam pengaplikasian teori ini bahwa faktor lingkungan alam tidaklah mutlak menentukan segala aspek kehidupan manusia, sebab keadaan alam memberi kemungkinan kemungkinan kepada manusia untuk memilih alternatif-alternatif yang lebih menguntungkan bagi perkembangan dan kehidupannya. Negara adalah Political unit, yang mampu merealiasaikan teori teori di atas dalam memperkuat kedaulatannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa “States are part of a hierarchy of politically organaized areas”dan juga “the state is a basic component of the world political pattern” dari pendapat Punds dan alexander menjelaskan objek geografi politik yang dapat menjelaskan bahwa suatu kesatuan politik yang memperlihatkan keunikan, homogenitas, dan individualitas Faktor political region dapat menggambarkan bentuk wilayah suatu negara, lokasi dan luas dan merupakan space factors yang perlu dikuasai sebelum menganalisis suatu negara, karena “Space is the integrating factor in geography” menurut Carlson (1960:24-25)16 menekankan bahwa terdapat faktor penting perlu diketahui untuk melihat kondisi geografis suatu negara. Pertama, dalam aspek lokasi di tentukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur (lokasi astronomis) 15 16 Ibid Hal. 11 Carlson, 1960, Geography and World Politics, Prentice Hall. Inc., New Jersey 20 Kedua, lokasi dalam hubungan dengan negara tetangga di sekitarnya (vicinal location) Ketiga, lokasi maritim dan kontinental untuk menggambarkan posisinya terhadap pusat pusat kegiatan dunia. Selain itu geografi politik tidak hanya mempelajari tentang power, menganalisa kemampuan dan ketangguhan dalam mengembangkan dan mempertahankan kehidupan politik suatu negara. Seperi apa yang di tekankan oleh Normand Ponds dan Abdurachmat. Untuk menyatakan istilah power mencakup pengertian pengertian baik yang bersifat internal maupun eksternal.17 Internal power adalah kemampuan yang ditujukan ke dalam membina kesatuan dan persatuan nasional, sedangkan external power kemampuan untuk memainkan manuver politik luar negeri dan pembangunan pertahanan nasional.18 Abdurrachmat kembali menekankan dalam mendifinisikan Geografi Politik yaitu “That the major objective of political geography is analysis of inter-state relationship and of internal adaptations to environmental conditions“ Dengan demikian bahwa objek geografi politik menurut definisi di atas adalah analisa dan hubungan antarnegara dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam negara tersebut. Dalam beberapa sumber tulisan, istilah boundary (batas) dan frontier (perbatasan) dibedakan. Carlson (1987) mendefiniskan batas (boundary) sebagai “an international boundary marks the outher limits of the area over which government has sovereignity dengan arti untuk tanda yang membatasi bagian 17 18 Pounds Norman J.G., 1963, Political Geography, Mogrow-Hill Book co.Inc., New York Abdurrachmat.I,1982, Pengantar Geografi Politik,Jurusan Pendidikan Geografi IKIP Bandung. 21 wilayah yang paling luar di kuasai oleh suatu negara. Sedangkan perbatasan merupakan tapal batas atau garis pemisah antar dua negara. Selaras dengan Carlson. Alexander lebih memperdalam penjelasan di atas dengan statement A boundary is a line, separating factor,which is-inner oriented” and also “A frontier is a zone of transition, an integrating factor...” yang mengarah pada perbatasan yang di artikan sebagai garis yang tidak tampak, tapi dapat diidentifikasikan pada bentang alam. Tidak semua batas negara memiiki tanda atau di tandai di lapangan, tapi umumnya di usahakan agar lebih tegas secara kasat mata. Dalam buku Pengantar Geografi Politik, Abdurrachmat (1982). Menyebutkan bahwa power mengandung pengertian suatu kekuatan, kemampuan dan ketangguhan dalam membina, mengembangkan dan mempertahankan kehidupan politik dari suatu negara. Seperti bagaimana Turki mempertahankan kehidupan politiknya pasca terjadi kudeta militer yang di lakukan oleh kalangan minoritas di negaranya. Turki di lihat dari kondisi Geografi dan juga sangat cocok dengan teori Abdurrachmat dalam penggunaan power. Dapat dilihat dari bagaimana rakyat Turki menyikapi aksi kudeta yang di lakukan militer di negaranya untuk mengambil alih pemerintahannya, dan juga pasca kudeta, pemerintah Turki tetap melakukan perlawanan terhadap intervensi dari negara asing yang menuntut atas penangkapan oknum oknum di internal Turki secara massal karena alasan keterlibatan dalam kudeta pada saat itu. Norman Pounds (1963:17) menyatakan bahwa kekuatan politik ada dua jenis, yaitu kemampuan untuk membuat dan memaksakan keputusan di dalam 22 batas batas negara; dan kedua adalah kekuatan itu terdiri dari kemampuan untuk membuat keputusan keputusan dan menerapkannya dalam bidang bidang kehidupan negara. Dilihat dari jenisnya power dapat di bagi menjadi dua, yaitu power individu dan kelompok. Teori Norman Pounds ini terlihat jelas dari pembersihan atau penangkapan orang orang yang ingin menggulingkan pemerintahan president Erdogan di Turki melalui militer. Ditekankan juga kekuatan dari sebuah kelompok kecil dapat menjadi penyakit dalam kedaulatan negara. Seperti yang terjadi di Irak pertentangan antara 2 kelompok yaitu Shia’ yang mendominasi pemerintahan Irak dan Sunni menjadi oposisi termasuk kelompok minoritas yang melakukan perlawanan kecil sampai menyebar di beberapa teritori Irak sampai ke negara tetangga Irak seperti Suriah dan Libya melalui pembentukan Negara Islam Suriah dan Irak yang beribukota di Raqqa dan Mosul. Carlson memperdalam penjelasan di atas bahwa sebenarnya ada kekuatan di setiap negara disebabkan oleh berbedanya potensi atau unsur kekuaan yang ada di tiap negara. Dasar pembentukan kekuatan negara yang paling utama adalah penduduk, sumber daya alam, dan industri. Namun ada negara yang tidak dapat mewujudkan dari apa yang di kemukakan oleh Carlson seperti Yemen, Yemen merupakan negara yang dilihat dari letak geografisnya berdekatan dengan negara negara maju seperti Arab saudi, Uni Emirate Arab, Yemen juga memiliki sumber daya alam yang melimpah dalam sektor industri minyak. Namun negara ini merupakan negara yang tergolong miskin yang berada di semenanjung arab, karena pemerintahnya tidak mampu mengelola sumber daya alamnya sendiri dan 23 juga terjadi perbedaan pandangan antara pemerintah sekarang dengan pemerintah oposisi yang berasal dari minoritas Shia’ yang menghasilkan konflik internal sehingga pembentukan kekuatan negara di sana tidak mampu terwujud oleh faktor itu. Potensi yang dialami oleh negara ini akan persis dengan teori organic state, yang menjelaskan bahwa negara seperti manusia, lahir, dewasa, kemudian mati. Geopolitik adalah pemanfaatan ilmu dari geografi untuk maksud politik praktis. Karl Haushoffer (1896-1946), seorang petugas angkatan perang Jerman pada waktu itu, seorang ahli bumi dan seorang advokat yang terkemuka dalam bidang geopolitik dasar untuk Nazi. Karl Haushoffer menggunakan policy advice, dengan adanya geopolitik dapat menjelaskan bahwa adanya perkembanganperkembangan yang terjadi dari semua peristiwa peristiwa politik atas adanya kenyataan kenyataan tetap pada bumi. Hauhoffer kembali merumuskan antara lain geopolitik adalah doktrin kekuasaan, dan geopolitik merupakan landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan hidup matinya suatu organisme negara untuk mendapatkan ruang hidup. Teori Ruang Hidup kembali dijelaskan oleh Prof. Dr. Jenderal Karl Haushoffer. Beliau telah merasakan pahitnya suatu bangsa yang dikalahkan dalam perang, dari teori di atas jerman menganut teori determinis di dalam penerapan bertambahnya penduduk, jika suatu bangsa memiliki populasi penduduk lebih banyak dari luas suatu daerah, maka bangsa tersebut harus berkembang memperluas ruang hidupnya agar segala kebutuhannya dapat tercapai sesuai dengan kemampuannya. 24 Teori Autarki yang selaras dengan anggapan Ratzel tentang teori negara sebagai organisme, maka bangsa-bangsa yang sudah maju sebaiknya mampu berdiri sendiri dan tidak “mengganggu” negara lain, tetapi kenyataannya tidak demikian negara yang sudah maju dari segi militer, ekonomi, industri menganggap dirinya tergolong nomor satu tidak memberikan bantuan, justru melainkan memperalat negara yang lemah. Seperti apa yang terjadi di Irak pasca digulingkannya pemerintahan Saddam Husein yang di anggap sangat otoriter dan mencederai ideologi demokrasi oleh Amerika Serikat dilihat dengan kondisi yang sekarang Irak mengalami kemunduran pembangunan dan perekonomian karena semua industri minyak di sana dikuasai sepenuhnya oleh Amerika Serikat dalam bentuk kerjasama luar negeri untuk membangun Irak kembali, namun negara ini seperti puppet state yang dikendalikan sesukanya oleh Amerika Serikat, sebagai bentuk pendudukan pertamanya Amerika Serikat kembali pada tahun 2003 dan juga untuk memperluas pengaruh ideologi demokrasi sekaligus kapitalismenya. Teori Kekuatan Laut, teori ini dikemukakan oleh Albert teer Mahan. Ia adalah seorang ahli dalam sejarah maritim, kemudian menjadi seorang jurnalis di salah satu harian di Amerika Serikat dan merupakan alumni dari Columbia University New York, dia menulis sebuah buku mengenai kekuatan di laut dan sejarah. Dari tulisan bukunya tersebut menjelaskan suatu negara dapat mempertahankan dirinya bila ia mempunyai angkatan laut yang kuat. Karena kekuatan laut merupakan kekuatan yang vital untuk menjaga pertumbuhan, kemakmuran dan keamanan nasional. Suatu kekuatan laut dapat dijamin apabila tiga faktor pokok di bawah ini selalu dapat dipelihara keseimbangannya. Ketiga 25 faktor tersebut adalah letak geografis, corak pengawasan fisik bumi, dan cara pembagian pengawasan luas wilayah. Selaras dengan teori di atas, Mackinder berpendapat bahwa fisik geografi dari dunia mengalami perubahan secara otomatis, hingga selalu akan terdapat perubahan pandangan terhadap dunia dengan perubahan tersebut yang terus menerus. Dengan meminjam konsep Geografi Politik yang terbagi menjadi 4 pilar yaitu; Dimensi Ruang, Dimensi Perbatasan Negara, Dimensi kekuatan, dan Dimensi Kemanan Negara seperti apa yang di ungkapkan oleh Haushofer untuk mendefiniskan keempat konsep ini dalam membangun geopolitik di masa yang akan datang akan di jelaskan dari - Dimensi Ruang Ruang adalah dinamika dari politik dan miiter. Dengan demikian geopolitik merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengaitkan ruang dengan kekuatan politik dan kekuatan fisik militer dan ekonomi. Kekuatan politik selalu menginginkan pengguasaan ruang dalam arti pengaruh. Jika ruang pengaruh diperluas maka akan ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan dan kerugian akan lebih besar apabila hal itu terjadi melalui perang. Hal ini terkait secara langsung dengan faktor-faktor karakter, pengetahuan ekonomi dan industri. Dari segi strategis luas ruang negara juga menentukan tingkat rasa aman dari penduduk dan akan menentukan karakter dari bangsa. Dimensi ruang dapat di lihat dari kondisi geografis yang selalu berusaha agar negaranya menmperoleh posisi yang lebih baik. Didukung adanya sumber daya alam yang sekiranya merupakan 26 sumber-sumber kekayaan alam yang sekiranya dapat digunakan untuk meningkatkan kemakmuran sebuah negara. - Dimensi Perbatasan Negara Batas Negara yang yang sebenarnya terletak jauh dari negaranya sendiri namun dalam konteks globalisasi hal itu tidak memiliki makna dikarenakan oleh masyarakat dunia sekarang sudah sangat dinamis dan bergerak, sehingga mengubah frontier sebagai perwujudan kepentingan nasional dapat terjamin agar keadaan bargaining power di negara negara pada suatu kawasan terpaksa ditingkatkan dalam melakukan kerjasama untuk menghadapi persaingan global. Serta bagaimana batas imajiner suatu bangsa dapat dipetakan dalam sebuah lembaran peta yang pemetaan daerah pemasaran produk barang. Semakin besar angka pengaruh di daerah tersebut. - Dimensi Kekuatan Dalam memenuhi kepentingan nasional diperlukan kekuatan politik, ekonomi dan militer. Oleh karena itu dalam penggunaan dimensi kekuatan, politik kekuatan menjadi salah satu masalah dalam faktor geopolitik. Membangun geopolitik dari aspek kekuatan dalam arti kekuatan militer adalah sesuatu yang tidak akan pernah berhenti. Kekuatan suatu bangsa hanya dapat dibangun keberanian untuk hidup. Contoh paling sederhana adalah Iran yang mencoba berani menyatakan diri mengembangkan nuklir untuk kesejahteraan rakyatnya. - Dimensi Keamanan Negara Geopolitik juga ditujukan untuk menentukan keamanan negara dan bangsa. Ketahanan nasional tidak cukup menjamin keamanan dalam negeri. Ruang yang 27 diartikan real secara geografi dapat diartikan dari sudut pandang kemanan sebagai semangat persatuan dan kesatuan. Dengan asumsi di atas dimensi keamanan negara bukanlah bersumber dari luar dan ketersediaan sumber daya alam tetapi sebuah persatuan antar warga negara. C. Konsep Pengungsi Istilah dan definisi pengungsi (refugee) pertama kali muncul pada waktu perang dunia pertama, yang dianggap sebagai titik kulminasi dari proses pembangunan bangsa 19 . Para pengungsi yang merupakan korban dari perang dunia merupakan orang orang yang sangat miskin dan dan tidak dapat mencari penghidupan serta memperbaiki taraf kehidupan mereka tanpa adanya bantuan perlindungan dari negara negara yang mereka datangi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa akar kata dari istilah pengungsi adalah ungsi dan kata kerjanya adalah mengungsi, yaitu pergi mengungsi (menghindari) diri dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat yang mereka rasa dapat memberikan rasa aman). Pengungsi adalah kata benda yang berarti orang yang mengungsi ialah penduduk suatu negara yang pindah ke negara pengungsi politik lain karena aliran yang bertentangan dengan politik penguasa negara asalnya.20 Pengertian pengungsi menurut penulis dalam skripsi ini adalah sekumpulan orang sebagai pencari suaka (asylum seeker) yang dapat mempengaruhi kestabilan sosial, politik, keamanan negara dan juga tidak 19 Peter J. Taylor, Political Geography World Economy, Nation State and Locality, Es Sex: Longman, ed. 1993. Dalam Achmad Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan prinsip prinsip perlindungan internasional, ( Jakarta : UNHCR, 2003 ) Hal. 28 20 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1995, Hal . 675 28 menutupi mereka bisa jadi korban dari human trafficking, trafficking in person dan terorisme internasional Malcom Proudfoot memberikan pengertian pengungsi dengan melihat keadaan para pengungsi dari dampak perang dunia kedua, pengertiannya sebagai berikut: “These forced movements, ..were the result of the prosecution, forcible deportation, or flight of jews and politicalopponents of the authoritarian government; transference of ethnic population back to their homeland or to newly created provinces acquired by war or treaty; the arbiatry rearrangment of prewar boundaries of sovereign states; the mass flight of the air and terror of bombarment from the air and under the threat or pressure of advance or retreat of armies over immense areas of europe; the forced removal of populations from coastal or defence areas under militay dictation; and the deportation for forced labour to bloster the german war effort. Terjemahan di atas menunjukkan pengungsi merupakan suatu kelompok orang orang yang terpaksa pindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan, deportasi secara paksa, atau pengusiran orang orang dan perlawanan politik pemerintah yang berkuasa. Dapat pula dalam bentuk pengembalian suatu etnik tertentu ke negara asal mereka atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau perjanjian atau penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi. Perpindahan penduduk sipil secara besar besaran akibat adanya tekanan atau ancaman. Perpindahan secara paksa penduduk dari wilayah pantai atau daerah pertahanan berdasarkan perinta militer serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang orang yang terpaksa berpindah ke tempat lain atau Genocida Yahudi yang mengakibatkan terjadi perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa pada saat 29 itu, mendorong pengembalian etnik tertentu ke negara asalah mereka atau pembangunan provinsi baru yang di timbulkan akibat perang dan pernjanjian. Akibat dari itu penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi, dapat menghasilkan perpindahan penduduk sipil yang massive akibat adanya serangan dan tekanan atau ancaman militer di beberapa wilayah. Pemindahan penduduk secara paksa dari wilayah pantai atau daerah pertahanan berdasarkan dari perintah militer. Serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam peperangan Jerman. Brunson McKinley memberikan definisi bahwa: “ Migration will be the one of the majority policy concern of twenty- firts century. I our shrinking world, more and more people will look to imagiration, temporary or permanent “. pada bagian lain ia beranggapan bahwa “ Governments will need to develop sound migration policies and practices “ properly managed, migration can contribute to properity development and mutual understanding among people” Berdasarkan pendapat proudfoot dan Brunson McKinley penulis menyimpulkan Orang Orang kedepannya akan meninggalkan wilayah negaranya yang sedang dilanda konflik bersenjata sehingga mereka (imigran) akan menjadi masalah yang besar untuk abad ke 21 ini, kedepannya negara akan didatangi oleh sekelompok orang yang menginginkan untuk menetap sementara atau selamanya demi mempertahankan kehidupan mereka. Romsan kembali mempertegas pengertian Pengungsi dari para ahli di atas dengan: “persons compelled to leave their country of origin as a result of international or national armed conflicts are not normally considered refugees under the 1951 conventions of 1967 protocol. They do however, have the protection provided for in other international instrumens, i. e. The geneva convention of 1949. Et. Al. In the case of forces invasion and 30 subsequent occupation, occupying forces may begin persecute segments of the populations. In such cases, asylum seekers may meet the conditions of the convention definition21” Dapat diartikan seseorang atau kelompok orang yang terpaksa meninggalkan negara asalnya akibat pertikaian bersenjata yang bersifat internasional atau nasional. Terhadap mereka tersebut tidak dianggap pengungsi biasa menurut hasil Konvensi 1951 atau protokol 1967. Pengungsi jenis ini mendapat perlindungan menurut instrumen internasional yang laain, yakni Konvensi Jenewa 1949. Fenomena seperti di atas telah terjadi sekarang, di mana ada banyak kategori kelompok atau perseorangan dari negara yang dilanda konflik bersenjata dari kawasan Timur Tengah, Asia dan Afrika, kebanyakan dari mereka mendapar status sebagai mandat refugee’s (pengungsi mandat) dipergunakan untuk menunjuk orang orang yang diakui statusnya oleh lembaga UNHCR sesuai Fungsi, wewenang, atau mandat yang di tetapkan oleh status UNHCR. Negara yang didatangi oleh pengungsi semacam ini harus segera diberikan tempat perlindungan yang layak. Negara harus menuruti aturan pasal 33 dari konvensi tahun 1995 yang merupakan dasar dari perlindungan internasional terhadap pengungsi. 22 Substansi yang tepat dari penjelasan pasal di atas adalah prinsip non-refoulment menjelaskan mengenai jaminan suatu negara untuk tidak mengusir atau mengembalikan seorang pengungsi dengan cara apapun ke negara asalnya dimana kehidupan dan kebebasannya akan terancam. Negara peserta dari konvensi ini 21 22 Achmad Romsan, Op, Cit., Hal. 29 Wagiman,S. Fil., S.H., M.H, Hukum Pengungsi Internasional, Hal. 118 31 dilarang keras untuk mengusir atau mengekstradisi (non-refoulment) ke negara lain seseorang atau sekelompok orang yang memiliki cukup alasan bahwa ia berada dalam ancaman penyiksaan dan kekerasan.23 Implementasi atau penerapan prinsip non refoulment pada kasus penanganan pengungsi lintas batas dalam pengaplikasiannya sangat berbeda. Terhadap kasus pengungsi atau pencari suaka yang berasal dari kawasan Timur Tengah, Asia dan Afrika mencakup berbagai aspek. Prinsip non refoulment merupakan aspek dasar yang memperkuat hukum pengungsi untuk melarang negara negara dan wilayah yang berpotensi untuk membuat membuat nyawa dan kebebasan mereka terancam dan oleh karena pengaruh prinsip non refoulment bersifat mengikat semua negara, meskipun negara tersebut bukan peserta konvensi tahun 1951. Pengungsi sudah menjadi permasalahan global, namun penanganan terhadap mereka masih kurang maksimal, karena masih banyak dari mereka belum mendapatkan perlindungan yang layak. Seperti yang terjadi di Irak, di mana camp pengungsian di sana berhasil disusupi oleh kelompok teroris dan kelompok ini berhasil menguasai camp tersebut, sehingga para pengungsi ini dijadikan sebagai human shield oleh mereka. Akibat dari kejadian itu liga arab segera mengeluarkan resolusi agar negara negara berpenduduk mayoritas Islam memilki sebuah cara pandang baru terhadap penanganan pengungsi, khususnya penanganan pengungsi di Irak dan Suriah. Amerika dan beberapa negara yang tergabung di NATO (North Atlantic Organization) harus mengambil bagian dalam penanganan 23 Convention Againts Torture, Pasal 3 32 pengungsi asal Irak dan Suriah. Kegiatan agresi militer Amerika dan sekutu di Irak dan Suriah sebagai upaya misi pemberantasan terorisme di Irak, kemudian di Suriah untuk mendukung pasukan oposisi menggulingkan rezim pemerintahan Bashar Assad. Turki, Libya, Mesir, Yordan dan Lebanon yang kebetulan secara geografis berdekatan dengan Irak dan Suriah, sebagai negara tetangga yang ingin menjaga hubungan bilateralnya dengan baik harus menampung para pengungsi asal Irak dan Suriah. Upaya Amerika Serikat dan sekutu untuk membantu memberikan tempat tinggal yang layak untuk ledakan pengungsi susulan dari Irak dan Suriah namun usaha tersebut berjalan sangat lambat dan tidak didukung oleh biaya yang memadai. Serta pemerintah Amerika Serikat juga seringkali mengabaikan Turki yang selama ini menjadi negara penampung terbesar pengungsi dari Timur Tengah yang hendak menuju ke Eropa. Tercatat dari UNHCR (United Nation High Commission of Refugees) ada 2.764,500 jiwa pengungsi yang berada di Turki saat ini, 24 Pengungsian tersebut membuat pemerintah Turki kewalahan dalam menampung pengungsi sebanyak itu. Selanjutnya bagaimana upaya Uni Eropa menangani pengungsi, banyak negara Eropa yang menjadi tujuan pengungsi dari Turki untuk mendapatkan perlindungan dan tempat tinggal yang layak, diantaranya ada Perancis, Jerman, Italia, Hungaria, dan Yunani. Pengungsi yang berada di camp Calais tidak optimal, pasca sebuah delegasi Dewan Eropa mengunjungi camp tersebut. UNHCR menyebutkan bahwa kebijakan Pemerintah Perancis tidak memenuhi 24 Laporan UNHCR, terhadap Pengungsi di Turki, (//data.unhcr.org/syrianrefugees/country.php?id=224) 33 standar, Begitupun di Yunani di mana beberapa tahun terakhir ini imigran ilegal di Yunani meningkat lima kali lipat hampir 150 ribu ditangkap dan yang diberikan perlindungan untuk menetap camp penampungan sementara ada 57.00025 mereka masuk melalui pantai pantai Yunani. Misalnya Pulau Lesbos dengan menggunakan sekoci. Jarak antar Yunani dan Uni Eropa termasuk pula negara yang bukan kawasan Uni Eropa seperti Turki sangat dekat, sehingga pihak yunani kini mendapat bantuan dari polisi perbatasan Uni Eropa frontex, untuk memasuki Uni Eropa, Yunani merupakan gerbang utama, namun mereka terpaksa harus menetap di Yunani untuk sementara akibat perjanjian Dublin, perjanjian ini menetapkan seseorang hanya boleh mengajukan permohonan suaka di satu negara anggota Uni Eropa dan semua anggota Uni Eropa harus mengkaji permohonan suaka tersebut.26 Organisasi yang menaungi pengungsi ini lahir dari hasil kerjasama PBB dengan negara yang bergabung di dalam, IOM dan UNHCR adalah badan internasional/Organisasi Internasional khusus untuk menangani pengungsi dan imigran gelap. 27 Badan internasional ini dapat mengkategorikan seseorang itu adalah imigran gelap atau pencari suaka. Mandat IOM secara internasional yaitu membantu pemerintah di berbagai negara dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan, fokus lembaga tersebut saat ini dalam penanganan imigran gelap. Hal ini menjadi masalah utama dalam penanganan migrasi di negara yang dijadikan sebagai tujuan dari pengungsi tersebut. Lembaga ini juga menyelidiki 25 Laporan ( https://www.rescue.org/country/greece) di akses pada Anna Kokstidou,Dyan Kostermans, Yunani dan Masalah Meningkatnya Pengungsi (www.dwworld.de/dw/article/0,,4408688,00.html) di akses pada 27 Op.cit Hal. 186 26 34 kasus penyelundupan manusia (people smuggling) yang telah mengalami peningkatan beberapa tahun ini dan juga mendapati semakin banyaknya imigran menggunakan bantuan dan bahkan menjadi objek sindikat kejahatan terorganisir.28 D. Konsep Human Security Pada masa Perang Dunia (PD) I, PD II, dan Perang Dingin, konsep keamanan hanya terpusat pada national security. Mengingat bahwa pada masa itu, masih banyak terjadi perang antarnegara. Sehingga konsep keamanan lebih bersifat state-centric. Namun konsep national security mengalami pergeseran menjadi sebuah konsep yang tidak lagi terpusat pada negara, melainkan terpusat pada individu dan masyarakat di negara manapun di seluruh dunia. Konsep inilah yang kita kenal sekarang dengan konsep human security. Konsep human security yang mengemuka pasca Perang Dingin langsung mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, seperti kalangan pengkaji keamanan dan para pengambil kebijakan. Beberapa pengertian mengenai human security mulai dikemukakan oleh berbagai ahli. Seperti pengertian human security yang dikemukakan oleh Hans Van Ginkel (Rector, United Nations University) dan Edward Newman: 28 Wagiman, S.Fil., S.H., M.H., Hukum Pengungsi Internasional, Hal. 193 35 “In policy terms, human security is an integrated, sustainable, comprehensive security from fear, conflict, ignorance, poverty, social and cultural deprivation, and hunger, resting upon positive and negative freedoms.”29 Amitav Acharya dalam karyanya juga menuliskan bahwa human security mempunyai tiga definisi, yaitu: freedom from fear (as stressed by human rights advocates in Asia and elsewhere), freedom from want (as stressed by some Asian governments such as Japan), and freedom from cruelty and suffering in times of conflict (as stressed by the former Canadian Foreign Minister Lloyd Axworthy).30 Menurut Barry Buzan dalam makalahnya yang berjudul Human Security: What It Means, and What It Entails, mengatakan bahwa: “keamanan manusia merupakan satu konsep yang problematis, khususnya dijadikan sebagai bagian dari analisis atas keamanan internasional. Bentuk keamanan ini memiliki agenda yang berbeda yang menjadikan sebagai isu keamanan internasional dapat ditemukan dalam pemahaman keamanan militer-politik tradisional. Dalam konteks ini, keamanan bagi suatu negara senantiasa berkaitan dengan kelangsungan hidup. Sementara itu, identitas merupakan kunci dari pemahaman keamanan bagi suatu bangsa”.31 Konsep Human Security pertama sekali berkembang sejalan dengan berdirinya Palang Merah Internasional (International Red Cross) pada 1896. Kemudian pada 1945 melalui “Piagam PBB” konsep human security disahkan dan disusul oleh “Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia” pada 1948. Namun sayangnya konsep human security harus mengalami kegagalan pasca PD II yang disusul dengan Perang Dingin. Pada masa ini, konsep national Hans Van Ginkel dan Edward Newman, In Quest of “Human Security”. Jurnal tersedia di http://www.un.org/News/Press/docs/1999/19991012.dsgsm70.doc.html, diakses pada 19 Maret 2014, pkl. 22.14 WIB. 30 Amitav Acharya, The Nexus Between Human Security and Traditional Security in Asia dalam Human Security in East Asia. Korean: Korean National Commission for UNESCO, 2004, Hijrah S. Har, [jurnal on-line] Pp.8. tersedia di http://id.scribd.com/doc/112265785/Bahan-UntukHuman-Security, diakses pada 19 Maret 2014, pkl 22.10 WIB. 31 Barry Buzan, “Human Security: What It Means, and What It Entails”, Makalah yang dipresentasikanpadathe 14th Asia Pacific Roundtable on Confidence Building and Conflict Resolution, Kuala Lumpur, Juni 2000, hal. 1-3. 29 36 security lebih mendominasi mengingat pada masa itu dunia masih dilingkupi oleh perang antarnegara. Konsep human security kembali mengemuka pasca Perang Dingin pada awal 1990-an. Hal ini didukung dengan adanya keinginan PBB atas desakan negara-negara dunia ketiga agar PBB lebih berperan aktif dalam mengantisipasi perkembangan isu-isu global kontemporer pasca Perang Dingin. Pasca Perang Dingin isu yang mengemuka tidak lagi terpusat mengenai militer dan politik. Isu-isu non-militer yang tidak terpikirkan kini menjadi isu yang sangat serius untuk dibahas dan dicari solusinya. Seperti, isu lingkungan, HAM, kesehatan, kemiskinan, dan teknologi. Keinginan PBB untuk berperan aktif dalam perkembangan human security pasca Perang Dingin ini lalu ditegaskan kembali dalam laporan tentang Pembaharuan PBB bahwa menjelang millennium ketiga, PBB akan lebih berperan, terutama dalam melaksanakan lima misi utama, yaitu: 1. Perdamaian dan keamanan, 2. Masalah-masalah ekonomi dan sosial, 3. Kerjasama pembangunan, 4. Masalah-masalah kemanusiaan, dan 5. Penegakan HAM. 32 Selain itu juga terdapat tujuh element yang termasuk dalam konsep Human Security yaitu : 1) Keamanan Ekonomi (Economic Security) mengacu pada kenikmatan individu atas pendapatan dasar/ basic income, baik melalui pekerjaan yang menguntungkan atau dari jaring pengaman sosial. 2) Keamanan Pangan (Food Security) mengacu pada akses individu terhadap makanan melalui aset, pekerjaan, atau penghasilan yang dimilikinya. 3) Keamanan Kesehatan (Health Security) mengacu pada kebebasan individu dari berbagai penyakit dan melemahkan penyakit dan aksesnya kepada perawatan kesehatan. 32 United Nations, Renewing the United Nations, hal. 23-26. 37 4) Keamanan Lingkungan (Environmental Security) mengacu pada integritas tanah, udara, dan air, yang membuat manusia betah untuk tinggal/ habitable. 5) Keamanan Pribadi (Personal Security) mengacu pada kebebasan individu dari kejahatan dan kekerasan, khususnya perempuan dan anakanak. 6) Keamanan Komunitas (Community Security) mengacu pada martabat budaya dan perdamaian antar-komunitas di mana individu hidup dan tumbuh. 7) Keamanan Politik (Political Security) mengacu pada perlindungan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).33 Berdasarkan Human Development Report 1994 yang dikeluarkan oleh UNDP, definisi konsep keamanan manusia mengandung dua aspek penting: 1. Keamanan manusia merupakan keamanan dari ancaman-ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit, dan represi. 2. Keamanan manusia pun mengandung makna adanya perlindungan atas pola-pola kehidupan harian seseorang baik itu di dalam rumah, pekerjaan, atau komunitas dari berbagai gangguan yang datang secara tiba-tiba serta menyakitkan.34 Berkembangnya konsep human security dalam isu-isu hubungan internasional tidak terlepas dari faktor-faktor yang turut memengaruhi perkembangan human security. Konsep human security menekankan pada pentingnya sentralitas manusia sebagai individu maupun kelompok dalam seluruh kerangka keamanan. Faktor human security lebih difokuskan pada tataran individu yang membutuhkan: 33 1. Kepastian atas “Pembangunan yang Berkelanjutan” 2. Kepastian Hukum 3. Good Governance Erwin Ruhiyat, Pengantar Kajian Human Security. Taki-Taki [jurnal on-line]; tersedia di http://id.scribd.com/doc/114988976/Pengantar-Human-Security, diunduh pada 20 Maret 2014, pkl. 19.07 WIB. 34 UNDP, 1994, hal. 23. 38 4. Keadilan Sosial pada Tingkat Makro Persoalan human security akan melemahkan sumber daya manusia. Terutama di negara-negara berkembang yang masih berada dalam masa transisi politik, diliputi berbagai masalah disintegrasi bangsa, krisis ekonomi berkepanjangan, konflik etnis, serta merebaknya korupsi di antara para pejabat pemerintahan, dan aparat penegak hukum. Berbagai persoalan domestic ini juga meningkatkan berbagai ancaman terhadap human security.35 Human security bersifat umum maka dikatakan “transnasional” karena tidak memandang batas n negara. Semua negara pastinya akan terkena ancaman darinya. Pemberlakuan kerjasama internasional perlu digalang masyarakat dari seluruh elemen negara maupun non-negara demi menciptakan keamanan dalam lingkup domestik, regional, dan internasional. Dengan melihat konsep di atas maka dapat saya simpulkan bahwa faktor seperti politik mampu mendasari sebab dari kemunculan sebuah isu terkait suatu ancaman yang sedang hangat diperbincangkan sekarang. Seperti apa yang terjadi di Turki pada saat ini, isu pengungsi saat ini menjadi perhatian utama Turki sendiri dalam hal human security. Seperti dalam satu sisi mereka diharuskan menerima pengungsi dengan dasar dari human security itu sendiri namun di sisi lain mereka harus mempertimbangkan kapabilitas negaranya. 35 Ibid. BAB III KEBIJAKAN TURKI TERHADAP PENGUNGSI TIMUR TENGAH A. Orientasi Politik Luar Negeri Turki dari Masa ke Masa Dalam perubahan transisi orientasi politik luar negeri Turki dari masa perang dunia pertama hingga sekarang, melibatkan intervensi militer dalam konsolidasi demokrasi, intervensi militer tidak saja mengingkari kedudukan normatif militer profesional yang bekerja di bawah kendali otoritas sipil, tetapi cenderung menanggalkan praktek demokratiasai semu sebagai karakter rezim hibrida yang mencampurkan unsur otoritarian dan demokrasi36 praktek semacam ini yang banyak terjadi di negara negara timur tengah seperti Mesir, Suriah, Libya, Irak, Iran dan Turki sendiri. Dalam prakteknya militer justru ikut campur dalam politik dengan dalih yang hampir seragam pada umumnya, yakni menyelamatkan negara, atau setidaknya, ideologi negara sebagaimana antara lain yang terjadi transisi politik luar negeri tidak luput dari kudeta sejak tahun 1960 hingga reformasi kelembagaan pada tahun 2003, ketika militer sangat berpengaruh dalam politik melalui pola “mengatur tetapi tidak memerintah” 37 hubungan sipil dengan militer merupakan isu krusial. Secara historis, angkatan bersenjata Turki (Turk Silahli Kuvvetleri, TSK) telah memainkan peran penting dalam pembentukan Republik. Bahkan dalam perkembangannya, militer telah berapa kali melakukan kudeta dimulai dari tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997. 36 Alfred Stephan dan Juan.JLinz , Democratization Theory and Arab Spring, dalam bukuMiliter dan Politik di Turki, Hal. 1 37 Ibid Hal. 2 39 40 Secara umum pihak militer di Turki kala itu menganggap pemerintahan sipil lemah dan gagal mengatasi kekerasan-kekerasan politik yang massive, sehingga militer tergerak melakukan “penyelamatan terhadap demokrasi dan melindungi karakter sekuler negara” McLaren mencatat bahwa Turki menghadapi banyak situasi yang serupa dengan rezim transisi Eropa Selatan lainnya, tetapi tidak seperti mereka, sejauh ini (Turki) telah gagal untuk mencapai demokrasi penuh. Dengan demikian, hal ini menciptakan teka-teki membingungkan yang masih perlu diselesaikan.38 Telaah lainnya, misalnya seperti yang dilakukan aknur39 dan Cizre40 menjelaskan perpolitikan Turki dewasa ini mewarisi tradisi negara kuat (strong state) yang berakar dari rezim politik sebelumnya, AKP sendiri merupakan partai baru yang berkuasa di Turki memanfaatkan tradisi negara kuat sebagai residu tradisi Turki Utsmani dan Kemalis. 41 Fenomena semacam ini dikaitkan dengan corak konflik tradisional Kemalis yang berlangsung, cirinya militer sekuler mengidentifikasikasi Islamis dan Kurdi sebagai ancaman yang nyata terhadap nasionalisme. Karena AKP menggambarkan pergerakan islam sebagai ideologi partai yang merupakan ancaman, jika keseimbangan ini dapat terwujud dalam politik domestik dipandang mampu memaksa militer yang sudah lama memainkan roda politik di Turki untuk tidak bersifat konfrontatif. Hubungan Sipil dan Militer tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah demokratisasi Turki yang sesungguhnya telah tersorot sejak 1876, ketika 38 Lauren M. McLaren, Constructing Democracy in southern Europe A Comparative Analysis of Italy, Spain, Turkey, New York: Routledge, 2008 Hal. 1 39 Muge Aknur, “ The Impact of Civil-Military Relations on Democratic Consolidation in Turkey ” 40 Umit Cizre, “ The Justice and Development Party and The Military: Recreating the Past after Reforming it “ 41 Siret Hursoy, “ Impact of The State on Democratic Consolidation in Turkey (ed) ” Hal. 115-116 41 konstitusi modern dan pemilu multipartai pertama kali diterapkan. 42 Fase ini berusia singkat, namun kembali hadir pada tahun 1908-1913, berlanjut pada masa awal Republik (1923-1925 dan 1930) dan pemilu multipartai 1946 hingga dewasa ini, tradisi perpolitikan sipil di Turki juga tidak dapat di lepaskan dari ketatnya regulasi politik kemalisme dan pengaruh sufisme beragam gerakan sosialnya. Resultan dari dua arus tersebut membentuk karakter politik sipil yang moderat, di mana kekuatan ideologis islam terorganisisasi garis keras tidak memiliki akar yang kokoh. Kekuatan politik Islamis di Turki memilih selalu hadir dalam sistem multi partai dan pemilu, bahkan dapat bergabung dalam koalisi pemerintahan, Praktik Sekularisme di Turki tidak selalu mengabaikan Faktor Islam, termasuk terutama pemanfaatannya dalam menangkal Komunisme, dan isu persatuan nasional – menyusul disosialisasikannya doktrin sintesis Turki-Islam oleh militer dan pemerintah pada dekade 1980-an. Uraian di atas dimaksudkan untuk menjelaskan adanya modal historis dalam proses proses negosiasi demokrasi di Turki. Deradikalisasi politik sipil terbentuk dari proses historis kemalis yang radikal dan tradisi Sufisme – Moderat. Selain itu tak dapat dipungkiri, militer tetaplah merupakan kekuatan politik yang selalu menginginkan stabilitas politik kendatipun hal itu harus dilakukan melalui praktek praktek quasi-demokrasi, hal yang sepanjang perang dingin tidak terlalu dipersoalkan oleh Barat sebagai sekutu utama Turki. Hingga 2003, setahun setelah partai AKP berkuasa, pemerintah Turki baik sekuler maupun islamis dalam kasus pemerintahan Necmettin Erbakan pertengahan 1990-an nyaris tidak pernah 42 Op.Cit Hal. 12 42 memanfaatkan faktor kekuatan internasional NATO dan Uni Eropa dalam mengelola demokrasi internalnya. Setelah partai AKP berkuasa cara pihak militer merespon kebijakan kebijakan pemerintah radikal AKP menurut pandangan militer dan juga bagaimana militer mempertahankan pengaruhnya dalam politik ketika Hadirnya AKP di pemerintahan menandai sebuah fase transisi politik, akan terjawab dalam perspektif perbandingn politik, secara umum, model demokratisasi yang terkait dengan penataan ulang hubungan perpolitikan sipil dan militer di Turki dari masa ke masa bukan hanya menginspirasikan kompatibilitas islam dan demokrasi, tetapi juga sekaligus kemampuan kekuatan politik pasca-islamis (AKP) dengan memanfaatkan Uni Eropa dalam berengoisasi dengan kekuatan militer dalam politik.43 Turki akan semakin dipandang relevan apabila diperbandingkan dengan dinamika politik di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan negara lain yang memiliki tradisi kudeta militer, seperti Thailand unuk daerah Asia Tenggara, Pakistan dan Bangladesh di Asia Selatan, bahkan Indonesia. Dibandingkan dengan Mesir dan berbagai negara Arab, juga dengan Pakistan dan Bangladesh, militer Turki dan Indonesia lebih memiliki kesamaan karakter dalam protes demokratisasi, namun sebagaimana militer Mesir dan Thailand mereka juga mengalami transisi politik dari pemerintahan sipil ke Militer. Turki dalam memodernisasi militernya justru diinsipirasi oleh kemajuan negara-negara Barat, gagasan Eropa pada Turki muda di mana Mustafa Kemal merupakan pemimpin tertinggi dari Republik Turki pada masa itu sangat 43 Alfian Alfan M, Militer dan Politik di Turki, 2015, Hal. 15 43 mengagumi Eropa selain dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan plural, di mana penduduk musim berdampingan dengan Yahudi sebagai komunitas terbesar dan Yunani. Eropa pada waktu itu sedang berada pada era yang indah, hal itu terkait dengan kondisi abad ke sembilan belas, di mana Eropa dipandang sangat berpengaruh dan mampu mengkonsentrasikan “Kekuatan, Pengetahuan, dan kesejahteraan” Pada dekade 1950-an, Turki sendiri waktu itu dinahkodai pemerintahan Menderes membuat sebuah kebijakan penting dalam upayanya untuk menjadi sekutu Negara Barat di mana Turki antara lain telah menjadi anggota Dewan Eropa. 44 Manuver Politik untuk mendekat ke Amerika Serikat juga gencar dilakukan, di mana Doktrin Truman dipandang cocok dengan rencana-rencana modernisasi Turki. Untuk menegaskan kesejahterannya dengan haluan strategis Barat, di bawah payung PBB, Turki berpartisipasi aktif dalam Perang Korea 1950-1953 sebagai bentuk Loyalitasnya terhadap Resolusi PBB untuk menyelesaikan konflik tersebut melalui penggunaan militer sebagai hard diplomacy dari pihak negara Barat untuk menyelesaikan perang Korea. Banyaknya tentara Turki yang gugur dalam perang Korea berhasil menuai simpati dari pihak Barat, setidaknya hal itu memperlihatkan kesungguhan dan Pengorbanannya yang patut diapresiasi, bagaimanapun pengajuan Turki pada saat itu untuk masuk ke NATO ditolak oleh Denmark dan Norwegia, kemudian akhirnya keanggotaan Turki dalam NATO diakui secara penuh pada 18 Februari 44 Op.Cit Hal. 46 44 1950 sejak Aplikasinya paada tahun 1950.45 Diterimanya Turki sebagai anggota NATO, dapat dinilai sebagai kesuksesan besar DP (Democratic Party) maupun partai oposisi. Mereka sama sama memiliki alasan rasional, masuknya Turki ke NATO dipandang sebagai jaminan terhadap agresi Uni Soviet dan sebagai jaminan aliran bantuan dan pinjaman Negara Barat yang akan membuat Modernisasi Turki dimungkinkan. Namun secara emosional hal itu dipandang sebagai tanda diterimanya turki sebagai bagian dari negara negara barat. Interaksi Turki dalam NATO telah merombak pola dan doktrin Prusia dalam kemiliteran dan berbagai bantuan militer bernilai lebih dari dua miliar Dolar AS untuk memodernisasi dan mekanisasi militer kemudian banyak perwira turki yang terlibat dalam berbagai pelatihan melalui program NATO. Bagaimanapun dinamika politik Turki yang sangat bergantung akan Uni Eropa dari masa ke masa mengalami perubahan drastis semasa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan pada tahun 2014 sampai saat ini. Dia mengatakan dalam pidato nya dalam UN Speech: "Again, those objecting (to) the murders in Iraq, Syria and the murder of democracy in Egypt are subjected to certain unfair and groundless accusations and almost immediately accused of supporting terrorism, If we defend democracy, then let's respect the ballot box. If we will defend those who come to power not with democracy but with a coup then I wonder why this UN existsin his speech”46 Pernyataan ini mengarah kepada Negara Timur Tengah yang mengalami pemberontakan oleh militernya sendiri seperti apa yang dialami oleh Turki dari masa ke masa dalam perpolitikannya selalu mendapat intervensi dari militer. 45 Ibid Dikutip melalui (http://www.jpost.com/Middle-East/Egypt-slams-Turkish-leader-Erdogan-afterUN-speech-376322)di akses pada tanggal 25 Oktober 2016 46 45 Sebelum terjadinya kudeta yang ingin menggulingkan pemerintahan Erdogan sepenuhnya, kudeta ini terjadi disebabkan Erdogan berhasil menghilangkan Sekulerisme yang sangat dipertahankan oleh militer kemudian Erdogan menggantinya dengan konservatif Islam yang bertentangan dengan Sekulerisme, namun pemberontakan ini mengalami kegagalan dan dapat mengubah mata dunia bahwa dampak dari Arab Spring tidak dapat mempengaruhi dinamika politik yang terjadi di Turki pada pemerintahan Erdogan saat ini, akan tetapi kegagalan tersebut akan menjadi perubahan yang baru dalam proses demokrasi yang terjadi di Turki.47 B. Kedudukan Turki di antara Eropa dan Timur Tengah Pasca runtuhnya kekhalifahan islam di Turki, dan Turki berubah menjadi negara Republik dan mengadopsi sekulerisme di negaranya sebagai bentuk demokratisasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk yang sangat mengagumi budaya barat, akhirnya dapat menarik perhatian dari negara barat untuk melakukan sebuah invasi secara tidak langsung melalui industri dalam bidang militer, teknologi dan ilmu pengetahuan yang pada saat itu telah memasuki era kejayaan. Hal seperti itu tidak di sadari oleh pemimpin di negara timur tengah akibat tidak bersatunya para penguasa lokal di negara muslim tersebut. Analisa atas kedudukan Turki di antara dua kawasan tersebut memungkinkan terjadi sebuah relasi yang baik antar kedua kawasan sekaligus menguntungkan pihak Turki sendiri sebagai negara yang menghubungkan kedua kawasan tersebut faktor geopolitik semacam ini dapat mempengaruhi kondisi geografis baik berupa posisi 47 Dikutip melalui (http://www.jpost.com/International/Turkish-Prime-Minister-says-military-coupattempt-underway-460533) Di akses pada tanggal 26 Oktober 2016 46 strategis, kondisi iklim, sumber daya alam, populasi serta tak luput dari sejarah negara. Apa lagi banyak negara di kawasan timur tengah yang sempat menjadi bagian dari kekhalifahan Turki secara historisnya. Turki berada di persimpangan tiga yaitu benua Asia, Eropa, dan Afrika yang terbentang dari semenanjung Anatolia Barat Daya hingga daerah Balkan di bagian Eropa tenggara namun penulis akan mengangkat dua kawasan untuk di analisa mengenai keuntungan turki sebagai negara yang menghubungkan kedua kawasan tersebut,48 Sejarah di atas telah mewarnai kebijakan Turki tehadap relasi dengan Eropa dan Timur Tengah, perdebatan ini akhirnya berujung pada kebijakan pro terhadap negara Eropa atau westernisasi yang diperkenalkan oleh mustafa kemal dan berujung sampai sekarang, kebijakan pro barat ini berlanjut hingga masa perang dingin di mana Turki ikut terlibat dalam proyek Marshall Plan. Proyek ini bagi Turki merupakan peluang untuk masuk ke dalam bagian Uni Eropa, sebagai bentuk keseriusannya Turki turut berkontribusi dalam the Committee for Europian Economic Co- Operation (CEEC).49 Gambar 1.1 Menunjukkan Letak Geografis yang sangat Strategis dari Turki terhadap kawasan Timur Tengah dan kawasan Eropa 48 Austin, “The Geopolitics Of Turkey : Searching for More.” Stratfor, (2010), 2-11. Şaban Çalış,“Turkey's Integration with Europe : Initial Phases Reconsidered.”SAM (Centre for Strategic Research), (2000), 8. 49 47 Dari gambar peta di atas dapat disimpulkan bahwa Kondisi Geografis maupun Geopolitik di atas sangat menguntungkan bagi Turki dalam merealisasikan kepentingan identitas, kepentingan ekonomi dan kepentingan politik terhadap kedua kawasan tersebut seiring dari bagaimana pemerintah Turki menyikapi berbagai potensi ancaman terhadap negaranya dari pihak Russia,Ukraina ( yang dulunya adalah Uni Soviet ) dapat memanfaatkan kepentingan luar negerinya dalam membangun hubungan bilateral dengan negaranegara barat yang secara historis sempat berkonflik dengan Turki, kemudian pihak Turki berhasil menjalin sebuah hubungan diplomatik yang baik dengan Eropa yang pada saat itu menjadi sekutu utama Turki dibandingkan negara Timur Tengah yang merupakan aliansi terlama Turki pada masa kekaisaran Ottoman. Sekutu mampu mendorong Turki untuk terlibat dalam Proyek Marshall Plan yang digagas oleh Amerika Serikat dikarenakan alasan strategis untuk mencegah expansi Uni Soviet masuk ke kawasan Timur Tengah yang terlebih dahulu sudah berhasil dipengaruhi oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya melalui penyebaran Ideologi demokrasi terhadap sistem Ototriter/Monarchy yang dominan berada di negara negara Timur Tengah tersebut. Selain itu keikutsertaan Turki dalam NATO pada tahun 1952 (North Atlantic Organization) adalah organisasi yang digagas oleh negara Uni Eropa guna untuk saling melindungi diri dari invasi Uni Soviet pada saat itu, kemudian kepentingan Turki akan itu akhirnya membuahkan hasil yang mana lebih mendekatkan hubungan Turki dengan Uni Eropa 48 Kedekatan dari segi politik luar negeri tersebut kemudian mengantarkan Turki untuk lebih memperjelas keanggotaannya lagi dalam Uni Eropa yang secara resmi diajukan pada 1987. Keinginan Turki untuk bergabung bersama Uni Eropa semakin besar seiring dengan meningkatnya kepentingan luar negeri terhadap Uni Eropa, kepentingan tersebut mencakup a. Kepentingan Identitas Kepentingan identitas yang dimaksud adalah identitas pro barat yang dinamakan olrh Mustafa Kemal Ataturk sewaktu memimpin Republik Turki dan telah mengakar sebagai revolusi Kemalism (dalam istilah Turki), 50 secara substansi ideologi tersebut telah mengakar dan merubah tatanan politik, budaya, dan sistem perekonomian Turki yang sebelumnya didasari pada nilai-nilai islam semasa pemerintahan dinasti Ottoman.51 Revolusi ataturk menjadikan alasan bagi Turki untuk bergabung ke Uni Eropa 52 ditambah lagi revolusi ataturk sangat berorientasi barat didukung juga dengan pengaruh geopolitik yang semakin mendekatkan Turki ke kawasan Eropa. Sehingga tidak dipungkiri jika pada masa awal berdirinya Republik Turki, pemerintah saat itu berupaya mengatur kebijakan mengarah ke Eropa. b. Kepentingan Ekonomi Faktor ekonomi juga menjadi kepentingan Turki untuk menjadi bagian dari keanggotaan Uni Eropa. Kondisi perekonomian Turki pada awal perang dingin sangat memburuk sehingga dengan cara tersebut sangat mempengaruhi Utkan, Kocatürk. “Atatürk’s Revolutions And Modernization.” Atatürk Araştırma Merkezi Başkanlığı. 2013. (http://www.atam.gov.tr/dergi/sayi-13/ataturks-revolutions-and-modernization) diakses pada 24 Februari 2016. 51 Kocatürk. “Atatürk’s Revolutions And Modernization.” 52 Çalış, “Turkey's Integration with Europe : Initial Phases Reconsidered”, Hal. 8 50 49 kebijakan luar negeri Turki terkait kerjasama mengenai ekonomi, Turki sempa mengalami krisis ekonomi pada saat Tahun 1980an disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi yang dialami Turki sejak tahun 1970an, di mana gross national product (GNP) Turki hanya berkisar 0,5% pada tahun 1979 dan 2,8% pada tahun 1980. Untuk menstabilkan perekonomiannya pemerintah Turki melakukan devaluasi lira sebesar 100% selama dua tahun. Kondisi perekonomian Turki kala itu mengalami kemunduruan yang pesat pada masa perang dingin menjadikan pihak Turki harus menata kembali sistem perekonomian dan perdaganyannya, di mana pemerintah Turki menargetkan Eropa sebagai pangsa pasaryang menguntungkan sekaligus penyalur foreign aid yang potensial. 53 Kemudian tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mewujudkan kepentingan luar negerinya, Turki berhasil masuk dalam EU Custom Union. Masuknya Turki dalam EU Custom Union menandai permulaan hubungan perdagangannya dengan Uni Eropa.54 c. Kepentingan Politik Tak lepas dari kepentingan ekonomi dan identitasnya terhadap Uni Eropa keinginan Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa didorong juga dari kepentingan politik, kepentingan ekonomi saja menurut pemerintah Turki dinilai belum cukup untuk menjelaskan relasi Turki dan Uni Eropa. Kembali ke tahun 1980an menjadi tahun yang baik bagi perkembangan Politik di Turki yang mulai digerakkan oleh presiden Turgut Ozal pada tahun (1989-1993) dengan meliberalisasi ekonomi Turki dan menjalin sebuah hubungan bilateral yang baik 53 54 Çalış, “A Key for Understanding Turkey’s Membership Policy”, Hal. 84-85 Gillson, Rowe, dan Ozdemir, Evaluation of The EU-Turkey Customs Union,Hal. 2. 50 dengan Eropa.55 Pemerintah Turki baru menyadari bahwa pentingnya membangun sebuah relasi dengan Eropa selama periode perang dingin. Karena faktor geopolitik yang tidak dapat dipungkiri oleh Turki selama perang dingin yang menggunakan identitasnya sebagai salah satu negara Timur Tengah yang sangat Pro terhadap kebijakatan Negara Barat dalam kehidupan politik Turki, di mana hal tersebut di picu oleh ancaman dari pihak Uni Soiviet,56 Namun pasca kejadian Pemberontakan militer yang dilakukan oleh kalangan minoritas yang merasa terdiskriminasi oleh pemerintahan Presiden Erdogan dari Partai AKP, Orientasi Politik Luar Negeri Turki yang dari masa perang dingin hingga sebelum terjadinya Kudeta militer sangat Pro terhadap negara Barat pada akhirnya kembali mempijarkan kakinya untuk kali kedua ke kawasan Timur Tengah dengan melakukan soft diplomacy terhadap para pengungsi/Refugees yang berasal dari negara tetangga di kawasan Timur Tengah seperti Suriah, Mesir, Libya dan Irak yang secara Historis sempat menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman Turki, kemudian untuk hard diplomacy Turki diperuntukkan untuk ambil bagian dalam operasi pemberantasan terrorisme pimpinan Amerika Serikat untuk negara-negara di Timur Tengah yang sedang dilanda akan civil war yang berlarut selama beberapa tahun terakhir. Kebijakan seperti itu akhirnya membuahkan hasil bagi Turki untuk kembali rujuk dengan negara negara Timur Tengah dalam jangka waktu sementara, Timur Tengah bagi Turki adalah sebuah wilayah yang secara politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, Afrika-Eurasia, yang pusat dari wilayah ini adalah daratan Mediterrania dan Teluk Persia serta wilayah yang 55 56 Alaranta, “Turkey Under the AKP”, Hal. 6 Ibid 51 memanjang dari Anatolia, Jazirah Arab dan Asia Tengah di sebelah Utara, media dan PBB pada umumnya menganggap wilayah Timur Tengah sebagai Asia Barat Daya (termasuk Turki dan Iran) dalam Mencapai kepentingan luar negerinya di kawasan Timur Tengah, Turki menggambarkan kondisi Timur Tengah dari kondisi Geografisnya sangat unik. Karena merupakan wilayah yang terletak pada pertemuan Eropa, Asia dan Afrika dengan demikian bahwa penjelasan terkait wilayah Timur Tengah bagi pihak Turki sendiri sangat strategis terhadap tiga benua yang ditujukan dalam peta Ekonomi Politik. C. Sejarah Perkembangan Politik Luar negeri Turki Dalam konsep geopolitik, kondisi geografis dapat mempengaruhi arah kebijakan luar neger suatu negara. Dalam hal ini Turki, kerena faktor geografis dapat menentukan the state and political power untuk Turki sebagai negara yang menghubungkan dua kawasan. Kondisi ini kemudian mengharuskan Turki untuk berperan aktif sebagai negara penghubung bagi dua kawasan tersebut yang tidak lain pula arah kebijakan Turki dapat berpengaruh terhadap stabilitas hubungan dari kedua kawasan tersebut. Sebagai contoh dari pernyataan di atas, dahulu Turki pernah menjadi salah satu negara yang dari sudut religi dipandang sebagai pemain penting bagi kemajuan Islam di Timur Tengah, karena pengaruh Kekaisaraan Ottoman begitu kuat kemudian dapat mempengaruhi sebagian besar negara Barat untuk terbuka terhadap ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh cendekiawan muslim untuk 52 dikembangkan di negaranya sendiri.57 Hal ini sesuai konsep Living Globe Organic View of State yang menyatakanbahwa negara merupakan sebuah organisme hidup yang dilahirkan dan tumbuh menjadi negara muda, dewasa dan akhirnya mati. Terbukti ketika Kekaisaran Ottoman Turki runtuh dan berganti menjadi Republik Turki kemudian budaya Islam yang masih melengket kuat dari Kekaisaran Ottoman tersingkirkan dengan sendirinya oleh budaya barat dan paham sekulerisme yang diperkenalkan Ataturk dan merupakan sebuah langkah politik luar negeri Turki untuk meninggalkan kawasan Timur Tengah sementara dan melangkah ke Kawasan Barat untuk mencapai sebuah dinamika politik yang baru dengan negara-negara Barat. Ketika Turki memasuki abad dimana persaingan era industri menjadi sangat jelas dan memanasnya perpolitikan di kawasan Eropa antara Jerman dengan negara negara Eropa sebagai awal dari perang dunia kedua, Turki kala itu bawah kepemimpinan president İsmet İnönü (1938 – 1950) membawa Turki untuk pertama kalinya tidak terlibat dalam perang dunia kedua, dengan melihat atas kekalahan turki pada perang dunia pertama, İsmet İnönü kala itu lebih berfokus untuk membenahi perekonomian Turki yang masih terpuruk akibat perang dunia pertama, dengan melakukan berbagai pendekatan kepada Uni Soviet, Jerman, Inggris, Italia dan Prancis. Walaupun mendapat tekanan dari negara Eropa yang 57BBC, Ottoman Empire (1301-1922) (http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/history/ottomanempire_1.shtml) di akses pada tanggal 21 januari 2017 53 berkonflik satu sama lain presiden İsmet İnönü berkomitmen agar menjaga Turki tidak terlibat dengan perang dunia kedua.58 Seperti yang dikemukakan oleh H.B Swope mengenai realita perseturuan Amerika Serikat dengan Uni Soviet dalam mempertahankan aliansinya pasca berakhirnya perang dunia kedua, yang merupakan perang paling besar memakan korban setelah perang dunia pertama. Membuat Turki harus melihat kesempatan untuk mendekatkan diri kepada negara-negara Barat untuk mencapai sebuah kepentingan nasional yang menguntungkan bagi perekonomian, identitas dan politik Turki, karena sangat sulit untuk memulihkan perekonomian Turki kala itu apabila tidak melakukan kerjasama dengan negara-negara Barat dalam sektor perindustrian dan militer. Upaya Turki untuk menjadi negara penghubung di antara du kawasan ini tergambar jelas ketika Turki berjuang untuk masuk ke Eropa yang masih menjadi tantangan besar bagi negaranya sendiri. Beragam kerjasama dengan Eropa telah disikapi positif oleh pemerintah Turki terkait isu konflik yang menjadikan pandangan Turki di mata dunia sebagai puppet state dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, namun ada kerjasama yang menggambarkan Turki sebagai negara yang merangkul kedua kawasan seperti kerjasama yang menciptakan stablitisas kawasan untuk jalur geopolitiknya antara lain di Laut Balkan, Caucasus, Caspian Basin, Black Sea, Mediterranian, dan Teluk Persia meliputi Afrika dan Timur Tengah. Strategi ini akan lebih memperkuat garis sejarah Turki 58 Inonu Foundation, Gains in International Politics ( http://www.ismetinonu.org.tr/index.php/gains-in-international-politics/gains-in-internationalpolitics) diakses pada tanggal 21 januari 2017 54 dengan kawasan Timur Tengah, selagi hubungan diplomasi Turki dengan Uni Eropa tidak terganggu.59 Ketika memasuki Perang dunia ke dua, neutral foregin policy merupakan langkah yang tepat untuk orientasi politik luar negeri Turki. Kemudian orientasi politik luar negeri Turki mengalami perubahan drastis ketika di bawah kepemimpinan dari aktor Militer Cemal Gürsel menjadi Presiden Turki yang melibatkan Turki untuk kedua kalinya menjadi subjek negosiasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Di sisi lain, konflik secara tidak langsung antara Turki dan Yunani dalam memperebutkan Cyprus. Waktu itu Turki mendapatkan support langsung dari Amerika Serikat atas sengketa kepulauan Cyprus, dalam bentuk dukungan secara tidak langsung dengan memberikan sebuah surat dan juga bertujuan untuk menghindarkan Turki dalam aneksasinya menggunakan opsi Militer. “I am gravely concerned by the information which I have had through Ambassador Hare from you and your Foreign Minister that the Turkish Government is contemplating a decision to intervene by military force to occupy a portion of Cyprus. I wish to emphasize, in the fullest friendship and frankness, that I do not consider that such a course of action by Turkey, fraught with such far reaching consequences, is consistent with the commitment of your government to consult fully in advance with the United States. Ambassador Hare has indicated that you postponed your decision for a few hours in order to obtain my views”60 Isi surat diatas menggambarkan bahwa kelangsungan aliansi Turki dan Amerika Serikat dapat diartikan sangat kuat dengan memastikan kepemilikan Turki atas pulau Cyprus. Sudah jelas dalam artian tanpa menggunakan intervensi Davutoğlu, Ahmet. 2009. Turkish ForeignPolicy and The EU in 2010. Turkish PolicyQuarterly Volume 8, Numder 3: 11-17. 60 Cyprus-Dispute, Letter to Prime Minister Inonu from President Jhonson dated June 5, 1964 (http://www.cyprus-conflict.org/materials/johnsonletter.html) diakses pada tanggal 21 januari 2017 59 55 dari pihak manapun, sikap agresif itu akan menjadi konflik Turki dan Yunani yang untuk pertama kalinya sebagai anggota Uni Eropa dan hal ini tidak dapat diterima oleh angggota Uni Eropa yang lain. BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI TURKI TERHADAP EROPA DAN TIMUR TENGAH TERKAIT ISU PENGUNGSI A. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa dan Timur Tengah A.1. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa Uni Eropa adalah sebuah organisasi regional yang membawahi negaranegara yang berada dalam benua Eropa serta memiliki identitas dan sejarah yang sama. Problem ini yang menjadi salah satu faktor penghalang Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa walaupun secara historis terdapat sejarah yang kuat mengenai hubungan Turki dan Eropa pada saat itu. Bagaimanapun pada akhirnya ketegangan antara negara-negara Eropa dan Uni Soviet ketika masa kepemimpinan Gorbachev yang memperkenal program new thinking untuk Uni Soviet yang menurut dari Joseph.S Nye sebagai tanda akan berakhirnya perang dingin dan dinyatakan sebagai sebuah konsep politik luar negeri yang menggantikan konsep zero sum game dan konsep security dilemma. Program new thinking ini lebih mengarah kepada konsep politik luar negeri untuk keamanan bersama (seluruh kawasan Eropa meliputi Eropa Timur). Yang dalam pelaksanannya menekankan ketergantungan antar negara dan penolakan terhadap jenis politik luar negeri yang bersifat expansionis. Kebijakan tersebut disambut baik oleh Turki pasca keanggotaannya dalam Uni Eropa diterima semasa perang dingin berlangsung dan setiap negara yang ingin berhubungan ataupun bergabung kedalam Uni Eropa, mereka dituntut untuk memenuhi semua aturan Uni Eropa pasca berakhirnya perang dingin dengan Uni Soviet tahun 1991 yang berhasil 56 57 mendorong Uni Eropa untuk semakin meningkatkan kerjasama serta mencakup bidang bidang yang lebih luas. Uni Eropa pada akhirnya memberikan sinyal untuk membuka pintu bagi anggota anggota baru melalui perluasan (enlargment) khususnya dari negara negara bekas Uni Soviet di kawasan Eropa Tengah dan Timur demi mencapai suatu integrasi yang lebih mendalam antar negara-negara kawasan Uni Eropa. Kemudian, di tengah kesimpangsiuran status Turki di Uni Eropa, Turki justru aktif dalam organisasi pertahanan bersama negara-negara Barat. Contohnya adalah konflik Kosovo yang merupakan satu rangkaian kebijakan luar negeri Turki dalam melibatkan militernya di bawah bendera NATO dan ada faktor utama pendorong akan keterlibatannya seperti, During the entire conflict, Turkish leaders did not take major initiatives in the international diplomatic arena. They even refrained, especially during the first phase of the fighting, from commenting on the events and the whole issue did not give rise to passionate political debate (as it had for Bosnia-Herzegovina). After the decision of military intervention was made by its NATO allies, here again, Turkish military and political leaders looked rather reluctant to invest in this military operation. Turkish leaders did not oppose the intervention (as they did in the case of Greece and Russia for example) but expressed their willingness to remain on the side.61 61 Balkanlogie, Turkish Policy towards the conflict in Kosovo: the preeminence of national political interest (https://balkanologie.revues.org/517) diakses pada tanggal 21 januari 2017 58 Between 1992 and 1995, the persecution of Muslims in BosniaHerzegovina aroused scandalized reactions in the public opinion in Turkey. The Turks saw - or perceived - their fellow Muslims massacred precisely because of their religion. The war in Bosnia-Herzegovina was extensively commented on in the press and in public declarations, and Turkey exerted a fairly intense diplomatic pressure on the international community by launching initiatives whenever it could in the international organizations to which it belongs (NATO, OSCE, UN, Organization of the Islamic Conference). Moreover, Turkish leaders insisted on the implementation of the decisions of the United Nations, even if this meant a military intervention More surprisingly, Turkey finally participated in the actual bombings during the NATO strikes. This represented a noticeable change in the line followed during the conflict in Bosnia-Herzegovina, and reactions in the Turkish press were rather mixed. Turkish leaders themselves were somewhat embarrassed and rumors spread in the press before confirmation in mid-May 1999. A month earlier, Biilent Ecevit, the former Prime minister, was categorically denying Turkey could participate in offensive missions, and most analysts did not expect Turkey to do so. Turkey probably wanted to strengthen its positions within the Alliance, and this, several weeks after the Washington summit where it had to fight hard against the French-English proposal to establish a European Identity of Defense and Security, which would have marginalized it. A few days 59 earlier, the Turkish cabinet had also approved the NATO request for using Turkish bases during the air strikes.62 Ketiga point di atas membuktikan bagaimana manuver politik luar negeri Turki bermain dalam mewujudkan identitas negaranya untuk dapat diakui sebagai bagian dari benua Eropa dan sekaligus faktor historis tersebut terindikasi kuat dengan Turki dalam menggambarkan Turki tetap ingin diakui oleh negara-negara Timur Tengah meskipun kedekatannya dengan Uni Eropa dapat terwujudkan. A.2. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Timur Tengah Hubungan bilateral Timur Tengah dan Turki tidak selesai dengan begitu saja ketika Turki meninggalkan budaya Islamnya dari peninggalan Kekaisaran Ottoman. Turki tetap berusaha menjalin hubungan baiknya dengan negara-negara Timur Tengah, yang kemudian Timur Tengah melihat ini sebagai sebuah keuntungan untuk mempererat hubungan diplomatiknya dengan negara-negara Barat terkait revolusi industri di kawasan Timur Tengah yang berkembang pesat dengan melihat Turki sebagai salah satu negara penghubung yang dianggap masih menjadi bagian dari kawasan Timur Tengah itu, akan dapat memberikan efek positif untuk peningkatan kapabilitas ekonomi negara-negara di kawasan Timur Tengah. Negara dalam mewujudukan kepentingan luar negerinya terlebih dahulu harus dapat memenuhi kebutuhan dasar warga negaranya bukan hanya dari segi aspek militer. Seperti yang dirasakan oleh Turki dan Timur Tengah pasca berakhirnya dinasti Ottoman, aspek ekonomi juga harus mampu menjadi bagian 62 Ibid 60 dalam mencapai itu seperti Turki yang pada dasarnya dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa dan keinginan keras pemerintah Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa dapat dilihat dari penawaran dalam aspek ekonomi dan penggagas kerjasama internasional seperti Ankara Agreement pada tahun 1970 dan Custom Union yang mengarah pada tahap penting persiapan Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa melalui beberapa kerjasama seperti free trade agreements untuk meningkatkan hubungan komersil yang baik antara Turki dan Uni Eropa dalam mencapai kebutuhan kedua negara untuk saat ini. Bukan hanya antara Turki dan Negara Eropa yang menyepakati free trade agreement Canada, Singapore dan Korea Selatan ikut ambil bagian untuk mewujudkan kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak ini.63 Turki mengharapkan kerjasama selama ini dijalin dengan Uni Eropa dapat meningkatkan pengakuan dari masyarakat internasional bahwa mereka adalah negaara yang menjunjung tinggi demokrasi dan lebih demokrasi dibanding negara islam lainnya. Hubungan Turki dengan Suriah mencapai taraf keberhasilan paling gemilang bagi Turki dengan menggunakan Prinsip “Zero Problem with Neighbours“64 . di awal tahun 2011, hubungan kedua negara berhasil mencapai sebuah puncak persahabatan, namun berbagai isu yang selama ini menghantui hubungan Turki dan Suriah. Sebelum normalisasi hubungan bilateral Turki dan Suriah Terwujud, Suriah merupakan ancaman nyata paling bahaya bagi Turki sebab Suriah pernah mengklaim wilayah Hatay sebagai miliknya dan dukungan 63 Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs, Turkey-EU Relations (http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-european-union.en.mfa) diakses pada tanggal 20 januari 2017 64 “Seline Bolme”, SETA. Turkey in 2011. Policy Report , 20 Januari 2017 61 Suriah terhadap kelompok PKK yang menjadi musuh utama Turki hingga saat ini. Namun semenjak rakyat suriah mendeklarasikan untuk melakukan perlawanan terhadap rezim pemerintahan bashar al assad pada maret 2011 hubungan bilateral kedua negara mengalami penurunan, kemudian Turki menunjukkan niat untuk untuk terlibat lebih jauh kedalam dalam proses perdamaian di suriah untuk meningkatkan pamor di kawasan Timur Tengah melalui sebuah Kerjasama. Kerjasama dapat di jadikan sebagai alat dalam mencapai kepentingan politik spesifiknya di lakukan oleh actor independent, seperi Turki kala waktu mengeluarkan kerjasama yang mengarah kepada opsi militer dalam melakukan perlawanan terhadap Terorisme yang terjadi di negara tetangganya sejak tahun 2011 seperti Suriah, dan juga bertujuan untuk mencegah tindak terorisme masuk sampai ke kawasan Turki. Turki menjadi salah satu negara yang sejak awal pecahnya konflik di Suriah merupakan Negara yang menjadi penyuplai logistik utama untuk kelompok oposisi suriah dengan memberikan akses bagi suntikan dana dan senjata dari Turki sampai ke pihak oposisi, kelompok oposisi suriah menjadikan Turki sangat penting dalam perlawanannya ke pemerintah Bashar Al Assad. Alasan mengapa pemerintah Turki pada tahun 2014 sangat sering memberikan bantuan logistik terhadap pasukan oposisi suriah, di karenakan tekanan dari negara Eropa dan sekutunya untuk mencegah warga negaranya yang ingin bergabung dengan kelompol radikal islam seperti Islamic State, dengan memanfaatkan pasukan oposisi suriah dalam melakukan pencegahan terhadap 62 kelompok yang berasal dari negara Eropa ketika memasuki territorial suriah dan irak melalui Turki.65 Pemerintah Turki pun menggunakan kelompok oposisi suriah ini dalam menumpas etnis kurdi yang di anggap bagi pemerintah Turki dapat mengganggu keamanan Turki. Bagaimanapun Turki dalam menjalankan kebijakannya terkait isu konflik yang terjadi di Timur Tengah dan sudah melibatkan negara Eropa yang menjadi tetangga Turki untuk mengambil bagian dalam intervensi ke Suriah, melihat potensi Power yang di miliki Turki dalam menggunakan kekuatan untuk mengambil opsi militer dalam menangani konflik yang berkecamuk di Suriah kalah waktu tak luput Turki memfasilitasi renegosiasi kelompok oposisi dan pihak pemerintahan suriah dalam menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung 6 tahun dengan bantuan dari negara Uni Eropa dalam pertemuan yang berlangsung di Astana yang merupakan ibu kota dari Kazakhstan yang menggambarkan keterlibatan rusia secara tidak langsung dalam proses perdamaian ini.66 Seperti di jelaskan oleh Abdurrachmat 1982 dalam bukunya Geografi Politik dengan memanfaatkan suatu kekuatan, kemampuan dan ketangguhan dalam membina mengembangkan dan mempertahankan kehidupan politik dari suatu negara, pihak Turki akan mendapatkan keuntungan dari kedua belah pihak The Wall Street Journal, Turkey’s Failed Coup Offers Some Relief for Syrian Opposition , Rufegees (http://www.wsj.com/articles/turkeys-failed-coup-offers-some-relief-for-syrianopposition-refugees-1468695999) diakses pada tanggal 20 Januari 2017 66 Aljazeera, First Day of Astana Summit endd without break through ( http://www.aljazeera.com/news/2017/01/astana-syria-peace-talks-breakthrough170123180946956.html) di akses pada tanggal 21 januari 2017 65 63 dalam proses perpolitikannya untuk dua kawasan jika perdamaian atas konflik yang berlangsung selama 6 tahun di Suriah dapat diselesaikan. B. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Pengungsi yang Berasal dari Timur Tengah Menuju Eropa Pengungsi lahir di sebabkan oleh konflik dan ekonomi sehingga dalam upaya unuk memperbaiki taraf kehidupan mereka, mereka memutuskan untuk meninggalkan negara asal mereka yang sedang melangsungkan konflik. Dengan menempu rute yang dapat mengancam jiwa mereka sendiri, pengungsi ini sering menjadi korban Human Trafficking ataupun Trafficking in Person pernyataan ini di gambarkan ProudFoot dan Brunson McKinley untuk pengungsi seperti apa yang terjadi dalam situasi saat ini ialah Pengungsi akan menjadi problem utama untuk abad 21 karena benyak negara di belahan dunia akan merasakan dampak menguntungkan dan merugikan dari Pengungsi yang ingin mencari sebuah kehidupan yang dapat merubah perekonomian mereka dan mampu memberikan rasa aman untuk mereka. Berbeda dengan Romsan yang menggambarkan Status pengungsi sebagai kelompok yang meninggalkan negaranya karena konflik,dan tidak sepantasnya mendapatkan perlindungan dari negara yang di jadikan sebagai tujuan mereka untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka menurut hasil Konvensi 1951 atau protokol 1967. Sejak Oktober 2011 Turki telah memperlakukan pengungsi dari suriah dan Irak tidak seperti pengungsi namun seperti tamu terhormat di negaranya, bukan cuman itu saja Turki memberikan perlindungan sementara terhadap pengungsi untuk memastikan agar mereka tidak di kembalikan secara paksa. Namun pada tahun 2014 ini. mulai berlaku untuk 64 mereka agar status pengungsi ini dapat menggambarkan bahwa mereka adalah pencari suaka sementara yang kontrol oleh General Directorate of Migration Management (GDMM), Pengungsi sudah menjadi permasalahan global, namun penanganan terhadap mereka masih kurang maksimal, karena masih banyak dari mereka belum mendapatkan perlindungan yang layak, Turki kebetulan secara geografis berdekatan dengan Irak dan Suriah, sebagai negara tetangga yang harus menjaga Hubungan Bilateral agar sebuah kepentingan luar negeri dapat berjalan dengan baik, Turki musti menampung para pengungsi asal Irak dan Suriah. Pada pertengahan 2014 konflik yang berkecamuk di kawasan Timur Tengah yang merupakan efek dari Arab Spring yang terjadi pada tahun 2011 di Tunisia, yang di kemudian hari efek dominonya terasa di Suriah, Irak dan Libya karena adanya intervensi dari negara-negara Barat yang berhasil mempengaruhi kalangan minoritas dari salah satu Golongan di negara Timur Tengah yang sistem kepemimpinannya yang otoriter untuk melakukan revolusi terhadap pemerintah yang lama dan digantikan oleh pemerintahan yang baru. Perang terjadi dengan menimbulkan korban dari banyak pihak, sehingga kelompok yang merasa terancam dan kehilangan tempat tinggal kemudian ingin mencari perlindungan dan kehidupan yang layak untuk kedepannya dikategorikan sebagai kelompok pengungsi maupun pencari suaka dan destinasi yang ditempuh oleh kelompok pengungsi ini merupakan negara-negara maju yang spesifiknya adalah negaranegara Barat. 65 Namun pada tahun 2015 terjadi ledakan pengungsi yang masuk di perbatasan Eropa, Uni Eropa dihadapkan pada permasalahan krisis pengungsi. Hal ini ditandai dengan besarnya gelombang pengungsi yang datang ke Eropa akibat konflik yang terjadi di Timur Tengah, terutama pada Suriah dan Irak yang ingin mencari suaka. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengungsi yang datang ke Eropa dimana sedikitnya ada 350.000 pengungsi melewati perbatasan Eropa sejak januari sampai agustus 2015, dibandingkan dengan jumlah pengungsi sepanjang tahun 2013 sampai 2014 yang hanya mencapai 280.000.67 masuknya gelombang pengungsi di wilayah Eropa dipermudah oleh letak geografis dari kawasan Timur Tengah dan kawasan Eropa yang sangat dekat. Melihat keadaan ini, krisis pengungsi kemudian menjadi fokus utama dari Turki dan Uni Eropa, terutama dalam rangka kebijakan CEAS (Common European Asylum Seeker) yang diterapkan oleh Uni Eropa dan negara-negara anggotanya termasuk Turki. Maka dari itu Turki yang merupakan bagian dari Uni Eropa walaupun hubungan bilateralnya sempat merenggang akibat kejadian kudeta militer yang sedang dihadapi pemerintah Turki yang akhirnya pihak Turki melakukan penangkapan besar-besaran terhadap orang orang di negaranya yang menjadi bagian dari kudeta tersebut justru mendapat kecaman dari negara-negara Eropa yang menjadikan Turki sebagai anggota untuk regional mereka. Kebijakan tersebut sangat erat terhadap Turki sendiri dan negara anggota Uni Eropa, isu pengungsi ini menghadapkan kepada pihak Uni Eropa sebagai sebuah tantangan terbesar bagi kawasanya, terutama pada kerangka kebijakan CEAS yang memang 67 BBC . “Why is EU Struggling with Migrants and Asylum” (http://www.bbc.com/news/worldeurope24583286) diakses pada tanggal 5 january 2017 66 dibuat untuk menangani para pengungsi/imigran yang berkategori sebagai para pencari suaka. Rencana relokasi dan sistem pembagian kuota pengungsi untuk ke Turki dan pihak negara-negara Eropa diajukan oleh pihak Komisi Eropa ke PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) demi menyelesaikan masalah ini. Hasil dari rencana itu mendapat respon yang baik dari PBB melalui UNHCR (United Nations High Commissioner of Refugees) dengan penyuntikan dana yang diberikan melalui pihak Komisi Eropa ke pada pihak pemerintah Turki, untuk membatasi masuknya gelombang besar kedua dari pengungsi yang berasal dari Suriah dan Irak, Komisi Eropa menyuntikkan dana tersebut akibat peristiwa besar yang terjadi di Prancis dan Jerman. Sehingga Turki yang merupakan negara penghubung antar kedua kawasan tersebut dapat memfasilitasi para pengungsi melalui penampungan sementara agar gelombang yang menuju Eropa dapat diminimalisir, namun kebijakan tersebut yang dilaksanakan oleh Turki tak mampu meminimalisikan gelombang pengungsi dari Suriah dan Irak untuk terus menuju ke Kawasan Eropa. Presiden Komisi Eropa Jean Claude Junker mengumumkan untuk rencana menampung tambahan gelombang pengungsi dari Turki sebanyak 160.000 jiwa kemudian dari kuota tersebut dibagi ke negara-negara anggota Uni Eropa seperti Hungaria, Jerman dan Perancis yang bersedia terlebih dahulu menampung para pengungsi ini kemudian mengajak negara anggota yang lain untuk ikut berpartisipasi dalam hal itu.68 68 Business Insider. “Map of Europe refugee Crisis 2015”(http://www.businessinsider.co.id/mapofeurope-refugee-crisis-2015-9/?r=US&IR=T#.VlMoRN8rKRs) diakses pada tanggal 5 january 2017 67 Diagram 1.1 Jumlah pengungsi yang masuk ke Eropa melalui LautMediterrania Data di atas dapat memperlihatkan bahwa jumlah pengungsi dan Imigran secara keseluruhan yang sampai di Eropa pada tahun 2015 sendiri via laut menurut UNHRC mencapai 1.015.078 orang. Apabila dibandingkan dengan angka pengungsi yang masuk ke Eropa pada tahun 2014 secara keseluruhan yang hanya mencapai 280.000 orang, maka hal ini dapat membuktikan bahwa jumlah pengungsi pada tahun 2015 merupakan jumlah arus pengungsi tertinggi kali ini, salah satu faktor yang membuat meningkatnya pengungsi ke kawasan Eropa adalah perang sipil yang terjadi di Suriah dan Irak yang berlangsung selama kurang lebih lima tahun lamanya. Akibat lemahnya pemahaman mereka akan serangan Oposisi dari pihak pro demokrasi di surah yang didukung oleh koalisi Amerika Serikat dan sekutu nya di kawasan Timur Tengah untuk menggulingkan rezim diktator dari Presiden Bashar Al-Assad mengakibatkan ketikastabilan di wilayah tersebut dan untuk Irak karena pasca invasi Amerika Serikat di sana yang membuat kelompok sunni merasa terintimidasi oleh kelompok shia yang 68 mayoritas telah menduduki pemerintahan di Irak pasca kepemimpinan Saddam Hussein berakhir. Diagram 1.2 JumlahPengungsiSetiap Bulan yang Akan Menuju Yunani melalui Turki Dari diagram di atas terjadi peningkatan jumlah gelombang pengungsi pertama dari negara Timur Tengah pada bulan september 2015 kemudian pada bulan oktober 2015 merupakan puncak dari gelombang kedua pengungsi terbesar yang masuk ke Turki sebelum melanjutkan perjalanan ke Yunani yang merupakan salah satu negara Eropa yang memiliki rute terdekat dengan beberapa negara Eropa yang sudah maju. Namun terjadi penurunan gelombang pada pertengahan 2015 sampai february 2016 yang akan menuju ke Yunani. Diduga para kelompok pencari suaka ini mendapatkan fasilitas dan tempat tinggal yang layak dari pemerintah Turki dan tak luput hasil kerjasamanya dengan UNHCR yang dapat meminimalisir munculnya gelombang pengungsi terbesar ketiga yang akan masuk ke kawasan Eropa melalui Yunani dari Turki. Namun hal itu akan sulit karena pemerintah Yunani yang mendapatkan mandat langsung dari negara tetangganya di kawasan Eropa untuk melakukan blokade sementara di daerah perbatasannya 69 dengan Turki yang membuat para pengungsi tertahan di perbatasan berhasil mengambil hati mata dunia international untuk memaksa kawasan Eropa mau menerima para pencari suaka ini dari Turki. Gambar 1.3 Rute yang Digunakan Pengungsi untuk Menuju Kawasan Eropa dari Turki Kebijakan yang di tempuh Uni Eropa dan Turki terhadap penanganan pengungsi menjadikan Turki sebagai negara yang harus menampung para pengungsi Timur Tengah dikarenakan faktor kondisi geografis Turki yang sangat dekat dengan Timur Tengah, kemudian dari sisi Agama Turki merupakan negara yang mayoritas penduduk negaranya beragama Islam tak dapat menolak para pengungsi untuk datang dan kemudian menuju ke negara-negara Eropa, Eropa menyuntikkan dana ke Turki untuk mendirikan tempat tinggal yang layak untuk pengungsi ini kemudian menutup pintu perbatasannya dengan Eropa seperti yang dilakukan Hungary agar potensi munculnya pengungsi ke Eropa dapat terhenti di Turki, namun pasca kudeta yang terjadi di Turki sempat membuat hubungan 70 bilateral Turki dan Uni Eropa memanas karena tudingan melanggar HAM dilimpahkan ke Turki pasca kudeta militer tersebut terjadi. Hal tersebut membuat Turki melakukan sebuah perlawanan kecil dengan memberikan ancaman terhadap Uni Eropa untuk berhenti mengintervensi kedaulatan Turki. Jika Uni Eropa masih melakukan itu maka pemerintah Turki akan membuka perbatasannya agar gelombang pengungsi yang lebih besar lagi dapat memenuhi kawasan Eropa dan hal itu merupakan senjata paling ampuh untuk menutup mata negara-negara Barat yang sangat menjunjung tinggi HAM. Semenjak konflik berkecamuk di Timur Tengah, Turki menjadi salah satu negara pertama yang merasakan konflik vertikal dari negara tetangga yang sedang di landa perang saudara, Suriah adalah salah satu negara tetangga Turki yang menghasilkan gelombang pengungsi pertama sebanyak 137.756 pada tahun 2012. Kemudian bertambah hingga mencapai 380.000 di pertengahan tahun 2013. Data tersebut adalah data bagi mereka yang melakukan registrasi resmi dengan menyerahkan dokumen dokumen negara seperti kartu kependudukan, kartu keluarga dan passpor. Di perkirkirakan terdapat 60.000-70.000 orang memasuki Turki secara ilegal (tidak membawa dokumen resmi).69 Angka tersebut bertambah hingga mencapai 2.715.789 jiwa di tahun 2016. 70 Kelompok pengungsi ini kebanyakan berhasil memasuki Turki melalui wilayah bagian selatan karena wilayah territorial Turki begitu sangat strategis di tinjau dari penilian pengungsi selain itu berbatasan langsung dengan negara asal mereka, kelompok pengungsi ini dapat menuju Eropa dengan selamat melalui Turki terlebih dahulu. ketika 69 70 United Nations, Syria Regional Response Plan.pdf, 2013, Hal.89. United Nations, Syria Situation Map as of 09 March 2016.pdf , Hal. 14-15 71 Recep Tayyep Erdogan menjadi perdana menteri dari negara Republik Turki ketika Suriah sedang di landa konflik pada waktu itu, namun pada tahun 2015 ketika Recep Tayyep Erdogan berhasil menduduki kepresidenan, pemerintahannya mengeluarkan kebijakan terkait akan pengungsi yang berisi “Turkey has taken serious steps in the past year to improve conditions for the growing influx ofSyrian refugees. And even though the New York Times Magazine referred to a Kilis refugeecamp, one of twenty-two in Turkey, as the world’s best, Turkey will nonetheless continue to facesocial, demographic, ethnic, and sectarian pressures created by the largest refugee flow in thecountry’s modern history.”71 Kutipan di atas, merupakan tulisan akhir dari salah satu sumber buku tulisan ini yang menyatakan bahwa tempat pengungsian Suriah yang berada di Kilis (salah satu kota di Turki yang di jadikan oleh pemerintah sebagai tempat perlindungan bagi pengungsi) pemerintah Turki menyikapi gelombang pengungsi dari suriah dengan baik, bukan cuman Kilis sendiri yang di jadikan penampungan pengungsi ada Hatay, Sanliurfa dan Gazientap yang di jadikan seperti Kilis. Hal positif dari pemerintah Turki sendiri selain menyikapi baik gelombang pengungsi yang masuk ke territorialnya adalah kesuksesan atas mengimprovisasi ekonomi negara sehingga cukup mampu untuk menyambut kedatangan gelombang pengungsi dari negara tetangga yang lebih banyak dari sebelumnya. Dengan menyiapkan kota kota serta klinik dan sekolah untuk langkah awal dalam memprediksikan jumlah pengungsi yang terus meningkat setiap tahun. Dalam penanganan banyaknya jumlah pengungsi dari kawasan Timur Tengah. 71 Soner Cagaptay, The Impact of Syrian Refugees on The Southern Turkey, The Washington Institute for Near East Policy, Washington DC, 2014, hal 24-25 72 Turki melakukan penataan area pengungsi agar tidak mengganggu stabilitas sosial atau ketimpangan sosial di masyarakat Turki. Pemerintah Turki membagi gelombang pengungsi untuk direlokasikan di berbagai macam kota yang masih memiliki sedikit populasi penduduk, sehingga masih banyak lahan yang dapat digunakan pemerintah untuk membantu pengungsi dalam berbagai hal termasuk mendirikan perkemahan pengungsi. Meskipun kondisi ini memberikan tantangan tersendiri bagi Turki atas meningkatnya konflik internal dengan kaum Kurdi yang sudah berlangsung lama dan didukung upaya kudeta militer yang ditunggangi oleh aktor aktor politik di Turki untuk menggulingkan Pemerintahan Reccep Tayyeb Erdogan. Berikut adalah kebijakan luar negeri yang di berikan pemerintah Turki terhadap pengungsi yang pada umumnya berasal dari daerah Timur Tengah antara lain sebagai berikut. a. Pembangunan Pengungsian. Seperti yang telah disebutkan di atas, Pemerintah Turki telah membangun 22 pengungsian dan salah satunya yang berada di Kilis telah menerima penghargaan. Pengungsi ini berada di Hatay, Sanliurfa, Gaziantep, Kilis, Kahramanmaras, Adiyaman dan Osmaniye. Di dalam wilayah pengungsian terdapat kebutuhan dasar tempat tinggal, fasilitas dapur dan fasilitas kesehatan. Melalui UNHCR (United Nation High Comission Refugee) dan WHO (World Health Organization) Turki selalu berusaha memenuhi kebutuhan pengungsi.72 72 United Nations, Syrian Refugees Plan.pdf, 2013, hlm. 90-91 73 b. Pemberian status legal bagi para pengungsi. Pengungsi yang datang pertama kali ke Turki telah dibekali status pengungsi, sekalipun hanya untuk sementara. Berdasarkan Konvensi 1951, mencegah pengungsi dari Timur Tengah mendapatkan wilayah legal di Turki, namun di lihat pada tahun 2013, pengungsi dari Timur Tengah ini dapat memperoleh perlindungan dari negara bersangkutan. Berdasarkan hukum tersebut, pengungsi Timur Tengah seperti Suriah dan Irak dapat memperoleh tempat tinggal sementara dimanapun. c. Persiapan rencana jangka panjang. Melihat panjangnya polemik yang terjadidi kawasan Timur Tengah dan kecilnya harapan hidup kembali ke negara asal mereka, Gelombang pengungsi ini diperkirakan akan terus bertambah dan kecil kemungkinan untuk kembali, Pemerintah Turki telah memikirkan rencana jangka panjang jika pengungsi ini memilih untuk tetap tinggal. Pemerintah Turki dalam hal ini membantu memberikan tempat tinggal, pekerjaan, dan tentunya pendidikan agar keberadaan mereka bisa bermanfaat bagi Turki. Seiring lamanya waktu pengungsian, mereka yang ilegal mengungsi terkadang bekerja di perusahaan-perusahaan kecil seperti toko pakaian, restauran, konstruksi, maupun perusahaan tekstil. Bagi yang tertangkap, maka langsung dikembalikan ke area pengungsi. berawal dari peristiwa tersebut, pemerintah mulai mencari jalan keluar agar pengungsipengungsi tersebut bisa bekerja legal di Turki. Pemerintah Turki akhirnya memperbolehkan pengungsi Suriah untuk bekerja, namun di provinsi-provinsi yang banyak dihuni oleh orang Suriah saja. 74 Tepatnya di daerah selatan, sekaligus daerah tersebut adalah daerah yang banyak akan pengangguran kerja. Pemerintah Turki berharap dapat meningkatkan taraf penghasilan di provinsi-provinsi tersebut dengan adanya pekerja dari Suriah. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Turki menyiapkan rencana jangka panjang untuk pengungsi di Turki melalui pendidikan yang layak. Di Istanbul misalnya, telah dibuka 7 sekolah untuk pengungsi dapat belajar bahasa Turki dan pemerintah pun memberikan beasiswa bagi mahasiswa tingkat universitas. Setidaknya mereka dapat belajar bahasa Turki namun sayangnya masih belum bisa mengikuti ujian nasional yang ada di Turki. Apabila melihat upaya Turki yang dengan gampangnya memberikan bantuan atau menerima masuknya pengungsi di negaranya diakibatkan oleh dua faktor utama. Faktor pertama adalah adanya perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa yang dimana Uni Eropa memberikan bantuan khusus kepada Turki untuk menerima masuknya pengungsi dan menahan sementara pengungsi tersebut di wilayah mereka. Faktor kedua adalah seperti apa yang dikemukakan oleh konsep human security bahwa keamanan manusia harus dijamin tanpa mengenal batas negara. Oleh karena itu, Turki sebagai salah satu negara sudah selayaknya melaksanakan hal tersebut. Terlebih pasca adanya insiden anak kecil yang bernama Aylan Kurdi yang terdampat di pesisir laut yang sudah dalam keadaan meninggal, maka masyarakat internasional terus menyerukan kepada negaranegara yang menjadi tujuan pengungsi tersebut tidak mempersulit prosedur untuk masuk ke negara tersebut dengan alasan kemanusiaan. Pada akhirnya, konsep human security maupun bantuan dari Uni Eropa betul-betul bisa mengarahkan 75 arah kebijakan Turki yang dimana, Turki mau tidak mau harus menerima pengungsi tersebut karena dua faktor tadi. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian tentang peranan kedudukan Turki sebagai penghubung antara kawasan Eropa dan Timur Tengah terkait isu pengungsi, penulis akhirnya dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Turki yang merupakan negara yang menempati posisi perbatasan antara dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan Timur Tengah memainkan peran yang sangat strategis terhadap gejolak maupun dinamika yang terjadi diantara kedua kawasan tersebut. Di satu sisi Turki berusaha untuk mendapat pengakuan dari organisasi kawasan dari salah satu kawasan yaitu Eropa, namun di sisi lain Turki tetap menjaga hubungan baik dengan kawasan sekitarnya yaitu Timur Tengah terlebih lagi Turki terikat hubungan tradisional dengan kawasan tersebut. Dalam gejolak isu pengungsi, Turki mengambil peran yang vital pula yaitu menjadi kawasan penghubung serta penyaring dari pengungsi Timur Tengah yang menuju ke Eropa. 2. Dalam isu pengungsi, kebijakan Turki berperan sangat vital untuk tetap menjaga agar tidak ada kawasan yang dirugikan. Dalam hal ini, Turki menerima beberapa bantuan dari Eropa untuk menjalankan kebijakan menjaga pengungsi Timur Tengah di wilayahnya agar jumlah pengungsi yang masuk ke Eropa tidak membludak. Beragam 76 77 kebijakan tersebut pun sudah dilaksanakan dengan perencanaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. B. Saran 1. Dalam menjaga dinamika dari dua kawasan, peran penting Turki sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sebaiknya Turki tetap menjaga stabilitas politik di dalam negerinya dan mengurangi langkah-langkah kontroversial seperti yang sering terjadi belakangan ini. Stabilitas dalam negeri Turki setidaknya dapat menjamin bahwa peran Turki sebagai penghubung dari kedua kawasan tersebut tidak akan berubah. Karena, seperti yang kita ketahui bersama bahwa gejolak politik dalam negeri Turki sangatlah dinamis dan apabila terjadi penggantian kekuasaan maka orientasi politiknya pun ikut berubah. 2. Sejauh ini, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Turki terhadap pengungsi sudah berjalan dengan baik terutama dengan keterlibatan bantuan dari Eropa. Oleh karenanya, pengungsi dari Timur Tengah tidak sedikit banyak terbantu dengan kebijakan tersebut. Meskipun disadari bahwa Turki tidak dapat menampung keseluruhan dari pengungsi tersebut. Turki sebaiknya mempertahankan kebijakan ini sampai gejolak di kawasan Timur Tengah telah benar-benar teratasi. Hal itu penting untuk mengangkat citra Turki di masyarakat internasional karena berperan penting terhadap isu-isu kemanusiaan yang telah menjadi isu global. 78 DAFTAR PUSTAKA Buku: Romsan, Achmad, 2013, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional, Hukum Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional, Bandung:Sanic Offset Wagiman,S, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Jakarta:Sinar Grafika Ganewati,Wuryandari, 2011, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional, Yogyakarta : Pustaka Pelajar May Rudy Teuku. 1993. Teori, Etika, dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung: Angkasa. Hayati Sri dan Yani Ahmad, 2007. Geografi Politik. Bandung : PT Refika Aditama Carlson, 1960, Geography and World Politics, New Jersey : Prentice Hall. Inc Pounds Norman J.G., 1963, Political Geography, New York : Mogrow-Hill Book co.Inc., Abdurrachmat.I, 1982, Pengantar Geografi Politik, Bandung. : Jurusan Pendidikan Geografi IKIP Lauren M. McLaren, 2008, Constructing Democracy in southern Europe A Comparative Analysis of Italy, Spain, Turkey, New York: Routledge, Aknur, Muge, 2012, The Impact of Civil-Military Relations on Democratic Consolidation in Turkey, Florida : Universal-Publishers Alfian Alfan M, 2015, Militer dan Politik di Turki, Penjuru Ilmu Sejati : Bekasi 79 Artikel & Jurnal:, Umit Cizre, (2013) The Justice and Development Party and The Military: Recreating the Past after Reforming it Siret Hursoy, (2012) Impact of The State on Democratic Consolidation in Turkey Şaban Çalış, (2000) Turkey's Integration with Europe : Initial Phases Reconsidered.”SAM (Centre for Strategic Research). Çalış, (2000) Turkey's Reconsidered Integration with Europe : Initial Phases Davutoğlu, Ahmet. (2009). Turkish Foreign Policy and The EU in 2010. Alfred Stephan dan Juan.J Linz , (2013) Democratization Theory and Arab Spring, Austin, (2010) The Geopolitics Of Turkey : Searching for More. Alaranta, (2015) Turkey Under the AKP Francis Fukuyama, (1989) The End of History?, The National Interests United Nations, (2013)Syria Regional Response Plan United Nations, (2016) Syria Situation Map Website: https://www.theguardian.com/world/2015/dec/31/alan-kurdi-death-canadarefugee-policy-syria-boy-beach-turkey-photo http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas-sospol/hubunganinternasional/2010/jbptunikompp-gdl-fuqohanim4-22706/6-i-babi.pdf/index5.html http://dokumen.tips/documents/transformasi-hubungan-dinamis-antaraturki-dan-uni-eropa.html. http://dokumen.tips/documents/turki-dan-uni-eropa.html www.unhcr.or.id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi https://www.rescue.org/country/greece) 80 http://www.jpost.com/International/Turkish-Prime-Minister-says-militarycoup-attempt-underway-460533) http://www.bbc.com/news/worldeurope-24583286 http://www.businessinsider.co.id/map-ofeurope-refugee-crisis-20159/?r=US&IR=T#.VlMoRN8rKRs) http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/history/ottomanempire_1.sht ml http://www.ismetinonu.org.tr/index.php/gains-in-internationalpolitics/gains-in-international-politics http://www.cyprus-conflict.org/materials/johnsonletter.html https://balkanologie.revues.org/517 http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-europeanunion.en.mfa http://www.aljazeera.com/news/2017/01/astana-syria-peace-talksbreakthrough-170123180946956.html)