analisis kebijakan luar negeri turki terhadap eropa dan timur tengah

advertisement
PERANAN TURKI SEBAGAI NEGARA PENGHUBUNG ANTARA
EROPA DAN TIMUR TENGAH MENGENAI ISU PENGUNGSI
SKRIPSI
OLEH
Ahyan Haeruddin
E13112102
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Tugas akhir atau yang lebih dikenal
dengan ‘skripsi’ tentu memiliki beragam kisah dibalik proses pengumpulan data, studi
literatur, pengetikan, penyusunan, hingga penyelesaiannya.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
H. Haeruddin Ali Attas dan Hj. A. Mariyani, kedua orang tua yang telah
membesarkanku
dan
menerima
segala
kekuranganku,
yang
terus
mensupport saya, memarahi hingga menasehati saya. Adik yang sangat
kubanggakan, terimakasih karna terus mendoakan keberhasilan saya.
2.
Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu,
MA. Beserta jajarannya.
3.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof. Dr. Andi Alimuddin
Unde, MSi. Beserta jajarannya.
4.
Dosen Pembimbing skripsi, Bapak Muhammad Nasir Badu dan Bapak
Burhanuddin, S.IP, M.Si terima kasih banyak atas bimbingan dan arahan
selama pengerjaan skripsi. Mulai dari memilih judul, gambaran umum data,
hingga teknik penulisan.
5.
Dosen Jurusan HI, Pak Darwis, Ibu Isdah, Ibu Puspa, Pak Patrice, Pak
Ashry, Pak Adi, Pak Imran, Pak Adi, Pak Husain, Ibu Seniwati, Pak
Agus, Pak Gego, Pak Aspi, terima kasih banyak atas dedikasi yang
ii
6.
diberikan. Ibu Rahma dan Bunda, terima kasih banyak atas bantuan dalam
hal pengumpulan berkas-berkas akademik dan pemilihan jadwal ujian.
7.
Rusly Baddu. SH. M.Si Kabid Fasilitasi Pelaksanaan dan Monitoring dan
Evaluasi, Deputi I Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan
Perbatasan, Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia, yang
telah memberi penulis kesempatan untuk wawancara terkait penelitian
skripsi. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan
yang penulis ajukan terkait Pengelolaan Wilayah Perbatasan Ekonomi
Khusus.
8.
Sepupu dan Keluarga Besar. Terima kasih untuk kakak Uleng, Andha,
Appe, Dirham, Ditia, Ricko beserta Keluarga atas ucapannya dan doanya
untuk keberhasilan saya.
9.
Teman angkatan HI 2012 (INTERRUPTERS), tanpa kalian semua kisahku
sebagai mahasiswi HI serasa tidak lengkap. Aldi, Fahran, Chiko, Ilham,
Ujang, Arnes, Afif, teman sekaligus saudara buat saya. Ajeng, Risna,
Mercy, tiga sekawan yang paling kompak, selalu sama – sama. Intan, Ros,
Lala, Leli, Asti, Dian, Ninik, Ayu, Umi, Yuli, Tika, Siska Ukhti – Ukhti
yang is the best dalam kelas. Amel, Sani, Eki, Irene, Tami, Fifi, Elsya,
Olvi, menurut saya cewe terame dan terhitsnya. Amalia, Ai, Vivi, Nita,
Teman yang baik. Fitrah, Adry, Dewe, Hasan, Frischa, kawan-kawan
seperjuangan di item Light Show Golden Moment 2013. Dela dan Nasly
matanya para lelaki tertuju terus pada dua orang ini. Gadis cewe blondenya
HI. Tillah, Fahmi, Winda, Tyo, Kharji aktor karna kelebihannya dari pada
iii
10.
yang lain di dalam kelas menurut saya, cerminan yang baik buat semua.
Dimas, Syarif teman yang terkadang lucu untuk di bercandai. Bayu, Nizar
Kau seorang yang berjiwa besar. Orang yang ulet berkepribadian yang baik.
Sirton, Amma’, Bill, Topan, Gufron, Akmal, Bahri, Ino, Rial teman
main dan teman bercanda pada saat mahasiswa baru, semoga bisa terulang
lagi nanti. Faje’, Dewi, Fandi dan Oli, yang pernah menjadi bagian dari
keluarga INTERRUPTERS. Sama-samaki duduk dalam satu ruang kelas,
samaki kerja kelompok, samaki berdiskusi, samaki rapa-rapa kerja tugas
yang hampir mencekik leher, pokoknya samaki lalui itu semua. Senang
sedih pahit dan manisnya berada dan merasakan atmosfer ruang kelas
dengan menghadapi beragam karakter dosen membuat suatu goresan
tersendiri yang akan kusimpan di dalam hatiku yang paling dalam.
11.
8 Anak: Ahmad, Azhar, Alkir, Achsan, Dipo, Iji, Pute terima kasih
banyak sudah Mensupport selama saya mengerjakan Skripsi ini dan
bercanda tawa bersama
12.
Muhammad Rizal, senior HI 2011 dan juga sebagai kakak/ saudara untuk
saya. Terima Kasih selalu memberikan masukan untuk skripsi sekaligus
membimbing saya atas keberhasilan skripsi saya. Masih ingat dengan kau
menjelaskan dengan saya, saya merekam suara anda, untuk belajar dan
memahami masukan yang kau kasih ke saya pada saat ujian proposal? haha.
Saya sadar bahwa saya tidak terlalu pintar atau suka bercanda di saat serius,
tapi kau tetap mengajariku dengan sabar dan penuh ikhlas. Senang di bantu
denganmu.
iv
13.
Sahabat sekaligus menjadikan dia saudara sebut saja Lelaki Pagosip atau
apapun namanya, karena denga berasa paling gagah dari pada yang lain,
padahal biasa aja kalau di liat. Fahran ,ini org yg paling sering ketawa biar
ada yg aneh aneh ikut tongi ketawa. tetapi saya tau dia adalah teman yg baik
buat saya di luar perilakunya di luar dan di dalam kelas, dia sesosok saudara
bagi saya, terima kasih atas bantuannya dan juga sudah membantu saya
dalam mengerjakan skiprsi ini disaat dan menenangkan saya di saat
mendekati ujian meja, dan kurang kurangi main mobile legend. Ilham, ini
awal awal semester sdh kena penyakit Darah Tinggi, terima kasih juga
sudah jadi teman dan sekaligus saudara bagi saya, sdh bantuka edit
Proposalku dan Skripsiku sob. Maldini, dia adalah PEMBOHONG tingkat
dewa, semoga kau bisa menjadi orang yg jujur kedepannya. terimakasih atas
bantuannya juga sdh mendoakan, semoga kita bisa jadi partner yang baik
kedepannya. Aldi, dia sosok org yg lebih berjasa juga dalam membantuku
mengerjakan skripsiku mulai dari awal sampai tahap akhirnya, terima kasih
atas bantuannya juga. Chiko, ini orang yang berasa dirinya paling manis,
tetapi fakta memang banyak temannya cantik-cantik dari semua walaupun
malaski mandi dan kalo mandi tidak bersih, terlepas dari itu dia adalah
sosok
yang
sangat
baik
buat
saya,
walaupun
terkadang
suka
menggampangkan sesuatu, terimakasih atas bantuannya juga brother saya
juga dak bisa wisuda kalo bukan kau editkanka daftar pustaka ku.
Alfryarnes, teman canda tawa juga untuk saya, satu hal yang dia patut
omongkan, adalah perempuan. Saya tidak tau kenapa perempuan terus yang
v
14.
ada di otaknya, tapi terima kasih atas supportnya juga. Afif, orang arab yang
fasih bahasa arab, dan ternyataa dia sesosok orang yang patut di contoh
karena dia merupakan keponakan langsung dari Raja Salman al- saud,
terima kasih juga telah membantu selama ini bridi. Ujang atau Uccang
nama panggilannya di Bulukumba, dia sesosok orang yang santai, penuh
candaan tawaan teman asik untuk berkumpul dan sekarang sudah menjadi
ketua di komunitas KOBASTO nya dan Ketua dri kelompok gadis gadis
manja, terima kasih sdh menjadi waliku pada saat yudisium berlangsung
ayah ujang. Dan yang terakhir orang pintarnya di geng Tillah, Tyo, Kharji,
Fahmi, mereka semua adalah cerminan untuk keberhasilan saya, thanks atas
supportnya.
15.
Terima kasih juga kepada kanda-kanda HI, kak Viko, kak Noval, kak
Nunu, kak Wiwi, kak Ijal, kak Didin, kak Poppy, kak Hedar, kak Agor,
kak Toso, kak Rara, kak Indah, kak Adit, kak Ribas, kak Ignas, kak
Eki, kak Maul, kak Ridho, kak Michael, kak Riri.
16.
Kepada semua pihak, teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan
namanya satu per satu. Terima kasih banyak untuk semuanya.
Makassar, Juni 2017
Ahyan Haeruddin
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5
D. Metode Penelitian .................................................................................................... 5
E. Kerangka Konseptual .............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 13
A. Politik Luar Negeri ................................................................................................ 13
B. Konsep Geo Politik dan Geo Strategi .................................................................... 17
C. Konsep Pengungsi ................................................................................................. 27
D. Konsep Human Security ........................................................................................ 34
BAB III KEBIJAKAN TURKI TERHADAP PENGUNGSI TIMUR TENGAH .......... 39
A. Orientasi Politik Luar Negeri Turki dari Masa ke Masa ....................................... 39
B. Kedudukan Turki di antara Eropa dan Timur Tengah ........................................... 45
C.
Sejarah Perkembangan Politik Luar Negeri Turki ............................................... 51
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI TURKI TERHADAP EROPA
DAN TIMUR TENGAH TERKAIT ISU PENGUNGSI ................................. 56
A. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa dan Timur Tengah ....................... 56
A.1. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa ................................................... 56
A.2. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Timur Tengah...................................... 59
B. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Pengungsi yang Berasal dari Timur
Tengah Menuju Eropa ........................................................................................... 63
BAB V
PENUTUP ...................................................................................................... 76
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 76
B. Saran ...................................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian hubungan internasional merupakan sebuah kajian yang bersifat
sangat dinamis dengan dibuktikan oleh banyaknya perkembangan yang terjadi
dalam ilmu ini. Perkembangan isu ini didasari oleh banyaknya fenomenafenomena yang terjadi untuk kemudian dapat dikaji lebih mendalam. Pada
dasarnya konsep hubungan internasional yang melihat interaksi dari aktor-aktor
yang berperan di dalamnya dapat dikatakan sangat berperan terhadap terjadinya
fenomena-fenomena tersebut. Berkaca pada masa perang dingin yang ketika dunia
seakan-akan terpolarisasi hanya kepada dua kutub besar yakni Amerika Serikat
dan Uni Soviet isu yang menjadi fokus di masa itu hanya cenderung didominasi
oleh persaingan kedua kubu tersebut dalam merebut pengaruhnya di setiap
belahan dunia. Kemudian, pasca perang dingin, isu menjadi lebih berkembang
dengan dibuktikan oleh semakin banyaknya fokus kajian dari ilmu hubungan
internasional itu sendiri. Isu-isu yang bersifat low politics lebih cenderung
menjadi perhatian dunia seperti isu kesehatan global, pengungsi, ekonomi dan
masih banyak lagi. Hal itu membuktikan bahwa perkembangan ilmu hubungan
internasional telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
Terjadinya pergeseran isu dalam kajian hubungan internasional dari yang
dulunya lebih didominasi oleh isu-isu high politics yang kemudian sekarang
bergeser fokusnya ke isu-isu low politics telah membuat pola interaksi aktor
dalam hubungan internasional itu sendiri telah mengalami banyak transformasi.
1
2
Aktor-aktor non negara lebih diakui eksistensinya dalam dinamika hubungan
internasional menjadi salah satu bukti bahwa pergeseran isu tersebut telah
berdampak pada dinamika dari hubungan internasional.
Sehubungan dengan pergeseran isu dalam hubungan internasional, salah
satu isu yang menjadi pembahasan penting sekarang ini adalah mengenai isu
pengungsi. Hal itu terjadi karena adanya sekelompok masyarakat yang secara
sadar meninggalkan negaranya karena dianggap sudah tidak aman lagi untuk
ditinggali. Hal ini sangat umum terjadi kepada warga negara dari negara-negara
timur tengah yang dimana, telah terjadi sebuah kejadian luar biasa yang
diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan keamanan yang disebabkan oleh gerakangerakan separatis dari sekelompok orang disana. Pengungsi yang dimana mereka
dulunya merupakan warga negara suatu negara harus memilih untuk pindah dan
mencari tempat yang dapat memberikan mereka rasa aman karena negaranya
sudah porak poranda oleh aktivitas militer yang dilakukan oleh kelompok
separatis dan kelompok pemerintah. Ketidakjelasan dari kelangsungan hidup dari
pengungsi tersebut tentunya sedikit banyak telah mencuri perhatian dari dunia
internasional terutama ketika terjadi peperangan yang kemudian menimbulkan
korban jiwa dari kelompok anak kecil. Masih sangat jelas ketika kita harus
mengingat kembali kepada apa yang terjadi kepada seorang balita yang bernama
Aylan Kurdi yang mayatnya sudah terdampar di pinggir pantai. Hal itu membuat
banyak masyarakat dunia menyerukan gerakan penyelamatan terhadap pengungsi
3
itu sendiri dengan dasar bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkan
perlindungan dimanapun mereka tinggal di dunia ini.1
Isu pengungsi ini seolah telah mengaburkan batas wilayah negara dan status
warga negara karena pada dasarnya tanggung jawab untuk melindungi pengungsi
itu sendiri telah menjadi fokus dari masyarakat internasional.2 Salah satu kawasan
yang sangat menjadi sorotan untuk dapat bertindak terhadap isu pengungsi ini
adalah kawasan Eropa. Kawasan Eropa menjadi fokus karena semua pengungsi
tersebut bertujuan untuk pindah ke Eropa dengan alasan bahwa negara-negara
Eropa dapat memberikan mereka jaminan untuk dapat hidup dengan layak. Hal itu
kemudian memaksa parlemen Eropa untuk merancang sebuah kebijakan mengenai
pengungsi ini yang dimana, mekanisme tersebut melibatkan seluruh anggota dari
Uni Eropa untuk terlibat dalam penanganan pengungsi ini. Sebagai sebuah negara
yang menjadi penghubung antara dua kawasan besar yaitu kawasan Timur Tengah
dan kawasan Eropa, Turki menjadi sorotan pula. Hal itu dikarenakan oleh posisi
Turki yang menjadi negara perantara mau tidak mau harus berperan penting dalam
penanganan isu pengungsi ini. Hal ini dikarenakan oleh Turki menjadi salah satu
pintu masuk utama dari pengungsi tersebut untuk masuk ke daratan utama Eropa.
Oleh karena itu, kebijakan Turki yang kemudian disinergikan dengan kebijakan
dari Uni Eropa menjadi sebuah fokus dalam penangan isu pengungsi ini.
Kondisi Timur Tengah yang saat ini dapat dikatakan sangat kacau telah
mendorong untuk terjadinya sebuah kejadian luar biasa yang dimana setiap ada
suatu kejadian pasti menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil. Hal itu secara
1
Diakses dari https://www.theguardian.com/world/2015/dec/31/alan-kurdi-death-canada-refugeepolicy-syria-boy-beach-turkey-photo pada tanggal 12 Desember 2016
2
Ibid
4
tidak langsung mendesak warga negaranya untuk pergi keluar dan mencari
perlindungan dari negara lain. Turki sebagai salah satu negara yang dekat dan
berada di antara kawasan tempat mereka tinggal dan kawasan tujuan mereka mau
tidak mau harus menerima kedatangan dari kelompok pengungsi tersebut dengan
alasan kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam proposal ini penulis mengangkat
judul yaitu “Peranan Kedudukan Turki Sebagai Penghubung Antara Kawasan
Eropa dan Timur Tengah terkait Isu Pengungsi”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis berfokus kepada peranan
kedudukan Turki yang menjadi negara yang mengantarai dua kawasan besar yaitu
Eropa dan Timur Tengah yang dimana dua kawasan tersebut mengalami
permasalahan yang saling berkaitan satu sama lain yaitu pengungsi. Oleh karena
itu, dalam pembahasan nantinya penulis akan melihat fokus peranan kedudukan
Turki sebagai negara penghubung dua kawasan tersebut dengan membatasi
masalah pada isu pengungsi dan peranan yang dilakukan Turki dalam tiga tahun
ke belakang yakni antara tahun 2013-2016, dengan rumusan masalah seperti yang
akan dijabarkan di bawah ini:
1. Bagaimana kebijakan luar negeri Turki terhadap kawasan Timur
Tengah dan Eropa?
2. Bagaimana kebijakan luar negeri Turki terhadap isu pengungsi dari
Timur Tengah yang menuju ke Eropa?
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dengan melihat kepada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan tentang kebijakan luar negeri Turki terhadap kawasan
Timur Tengah dan Eropa.
2. Menjelaskan tentang kebijakan yang diambil oleh pemerintah Turki
terkait dengan isu pengungsi.
Dengan adanya hasil penelitian ini maka diharapkan penelitian ini dapat
berguna untuk:
1. Menjadi sumber informasi tentang seperti apa orientasi politik luar
negeri Turki terhadap kawasan tetangganya dan juga tentang kebijakan
pemerintah Turki terhadap isu pengungsi.
2. Memberikan informasi kepada pengkaji hubungan internasional
terutama yang mengambil fokus pada kajian pengungsi dan politik luar
negeri suatu negara untuk lebih memahami tentang bagaimana suatu
negara mengambil kebijakan mengenai suatu isu dan bagaimana faktor
geopolitik dan geostrategis itu sendiri dapat berpengaruh kepada
orientasi politik luar negeri suatu negara.
D. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
dimana penelitian ini nantinya akan menjelaskan bagaimana pengaruh dari
kedudukan Turki serta orientasi politik luar negeri Turki dalam penanganan krisis
6
pengungsi yang terjadi di Eropa. Metode ini nantinya akan membantu penulis
menjelaskan sejauh mana Turki berperan dalam penanggulangan krisis pengungsi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode Library
Research.Library
research
sendiri
merupakan
metode
dengan
cara
mengumpulkan data dari beberapa Literature yang berkaitan dengan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Literatur yang akan digunakan oleh penulis
berupa buku, jurnal, dokumen, surat kabar, situs-situs internet ataupun laporan
yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti. Bahan-bahan tersebut
akan diperoleh melalui:
a. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
b. Perpustakaan Universitas Indonesia
c. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin
3. Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
dimana data sekunder sendiri adalah data yang diperoleh dari beberapa literatur
yang berhubungan dengan objek penelitian ini. data tersembut bersumber dari
buku, jurnal, surat kabar, portal berita online, beserta situs-situs resmi yang
berakitan dengan penelitian ini
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam menganalisis data
penelitian adalah kualitatif. Untuk menganalisa permasalahan, penulis akan
menggambarkannya berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan
7
fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang
tepat. Penulis juga akan menambahkan data kuantitatif untuk memperkuat analisis
kualitatif.
E. Kerangka Konseptual
1. Konsep Politik Luar Negeri
Politik luar negeri pada dasarnya merupakan kebijakan suatau negara yang
ditujukan kepada negara lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. Secara
umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan suatu perangkat formula
nilai, sikap dan arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan
memajukan kepentingan nasional didalam percaturan dunia internasional.3
Politik luar negeri merupakan sistem tindakan-tindakan dari suatu
pemerintah terhadap pemerintahan lainnya. Politik luar negeri adalah sekumpulan
kebijakan yang berperan dan berpengaruh, dalam hubungan suatau negara
(pemerintah) dengan negara (pemerintahan) lainnya, dengan mempertimbangkan
juga tanggapan (respon terhadap kejadian dan masalah dilingkungan dunia
internadional). Dengan kata lain politik luar negeri merupakan sintesa dari
pengejawantahan tujuan dan kemampuan (kapabilitas) nasional.4
Politik luar negeri merupakan suatu strategi atau rencana tindakan yang
dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negaralain
atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan
3
Diakses dari http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas-sospol/hubunganinternasional/2010/jbptunikompp-gdl-fuqohanim4-22706/6-i-bab-i.pdf/index5.html, pada tanggal
13 Oktober 2016
4
Ibid
8
nasional. Tujuan nasional yang hendak dicapai melalui politik luar negeri
merupakan formulasi konkret dann dirancang dengan mengaitkan kepentingan
nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang
dimiliki untuk menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih dan ditetapkan oleh
pembuat keputusan dan dikendalikan untuk mengubah (revisionist policy) atau
mempertahankan (status quo policy) ihmwal kenegaraan tertentu dilingkungan
internasional.5
Politik luar negeri suatu negara senantiasa didalamnya mengandung dua
unsur saling berintaraeaksi, yaitu keajegan (tetap) dan perubahan. Unsur keajekan
biasanya meliputi nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat di negara tersebut
serta prinsip-prinsip dasar bernegara yang disepakati, sementara unsur perubahan
lebih menyan
ngkut pada persoalan strategi, prioritas, dan cara-cara
memperjuangkan kepentingan nasionalnya 6
Sebagaimana halnya kepentingan nasional yang dapat mengalamin
perubahan, demikian pula politik luar negeri suatu negara. Namun, ada beberapa
faktor determinan adata indikator yang dapat digunakan untuk memahami
perilaku politik luar negeri. Dalam hal ini, William D. Coplin mengidentifikasi
ada empat determinan politik luar negeri.
Pertama, adalah konteks internasional. Artinya, situasi politik internasional
yang sedang terjadi pada waktu tertentu dapat mempengaruhi bagaomana
negara itu akan berprilaku. Kedua, adalah perilaku para pengambil
keputusan. Perilaku pemerintah yang dipengaruhi persepsi, pengalaman,
pengetahuan dan kepentingan individu-individu dalam pemerintahannya
menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan luar negeri. Ketiga
adalah kondisi ekonomi dan militer. Kemampuan ekonomi dan militer suatu
5
Ibid
Ibid
6
9
negara dapat mempengaruhi negara tersebut dalam interaksinya dengan
negara lain. Dan keempat, yang mempengaruhi politik luar negeri adalah
politik dalam negeri. Situasi politik dalam negeri akan memberikan
pengaruh dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri
(Wuryandari, 2008 : 17-18).
Demikian ditarik dari konsep diatas penulis beranggapan bahwa setiap negara
memiliki Foreign Policy terkait dengan isu isu yang berkembang di dunia saat ini
tidak terkecuali negara Turki yang memiliki kebijakan terhadap penanganan
pengungsi di kawasan Timur Tengah.
2. Konsep Geopolitik dan Geostrategi
Konsep geopolitik dan geostrategi pada dasarnya diciptakan mengacu pada
bagaimana setiap negara dan pemimpinnya mengintepretasikan kepentingan
nasional. Geopolitik dijadikan sebagai instrumen untuk mewujudkan kepentingan
nasional dengan memanfaatkan konsep keruangan geografi. Oleh karenanya
wawasan geografi merupakan faktor esensial untuk merancang bagaimana arah
kebijakan geopolitik sehingga dapat mewujudkan kepentingan nasional. Mengacu
pada konsep geopolitik yang diangkat oleh kaum posmodernis, konsep geopolitik
merupakan suatu yang subjektif, pengertian dan intepretasi setiap negara dapat
berbeda tergantung pada bagaimana pola dan identitas politik suatu negara dan
karakteristik kepemimpinannya. (Mahrita – fisip12.unair.ac.id)
Konsep geopolitik dapat dikatakan sebagai sebuah konsep yang dimana
menilai tingkah laku negara berdasarkan letak geografis dari suatu negara.
Sederhananya adalah tingkah laku yang ditampakkah oleh negara dalam politik
internasional sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis dari negara
tersebut dan juga letak geografis dari negara itu. Kemudian, untuk geostrategi itu
10
sendiri merupakan konsep yang melihat kepada seperti apa negara memanfaatkan
letak geografis yang dimilikinya untuk kemudian digunakan dalam pencapaian
kepentingan nasionalnya.
Dalam pembahasan nantinya, konsep ini akan digunakan untuk melihat
seperti apa Turki menentukan orientasi politik luar negerinya dengan melihat pada
letak geografisnya dan kemudian apa-apa saja yang Turki dapat lakukan dengan
letak geografisnya tersebut dalam hal pencapaian kepentingan nasionalnya.
3. Pengungsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kata pengungsi
berasa dari kata ungsi atau mengungsi, yang berarti pergi menghindarkan
(menyingkirkan diri dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat yang dirasa
aman). Jadi pengungsi dapat diartikan sebagai orang yang mengungsi untuk
menyelamatkan diri ke tempat yang aman.
Dalam bahasa inggris, pengungsi disebut sebagai refugee. Menurut
Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai status pengungsi tahun 1951
pengungsi adalah (UNHCR.Convention and Protocol Relating to The Status of
Refugees):
1. a person outside his country of origin or residences
2. for what reason may a person find himself outside his country of
origin or residence: due to a well-founded fear or persecution
3. what types of persecution: for reasons of race, religion,
nationality, membership of a particular social group or political
opinion
4. thus, owing to such fear he is unable or unwilling to return
Dalam sejarah Eropa modern, ada dua tipe pengungsi, yaitu religious
(pengungsi Protestan) dan pengungsi politics (pengungsi revolusi Perancis), yang
11
meninggalkan tempat tinggalnya akibat kekerasan agama dan politik, dan
pengungsi perang yang mencari perlindungan untuk melarikan diri dari peran.
Terlebih, Eropa telah berevolusi dari benua yang memproduksi pengungsi
menjadi tempat perlindungan untuk pengungsi yang datang dari daerah konflik.
Asylum seeker atau pencari suaka merupakan individu yang mencari
perlindungan internasional (status pengungsi atau status perlindungan subdisiary).
Definisi pencari suaka seringkali dikaitkan dengan definisi pengungsi. Hal ini
menyebabkan setiap negara menetapkan pedoman masing-masing dalam
memberikan suaka kepada siapapun yang membutuhkan. UNHCR sebagai
organisasi yang bergerak dalam masalah pengungsi memiliki definisi pencari
suaka yang diterima secara internasional.
Oleh karena itu, perbedaan antara pengungsi dan pencari suaka itu sendiri
dapat dilihat pada prinsip yang mendasarinya yang dimana, dalam sistem suaka
terdapat prinsip yang bersifat non-refoulment tadi yang mengikat negara
penerimanya untuk tidak mengembalikan pencari suaka tersebut sementara status
pengungsi memang harus dilindungi akan tetapi sifat perlindungan tersebut hanya
bersifat sementara dan bisa untuk dikembalikan dengan dasar bahwa kondisi dari
negara semula telah betul-betul membaik dan keselamatan dari pengungsi tersebut
dapat terjamin. Hal itu juga yang mengakibatkan tidak terciptanya konvensi
mengenai pencari suaka dalam sistem internasional seperti halnya dengan
konvensi mengenai pengungsi yang telah lama terbentuk.
Dengan melihat konsep pengungsi di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pada dasarnya ada perbedaan yang cukup signifikan antara
12
pengungsi dan pencari suaka itu sendiri yang dimana, pengungsi lebih cenderung
kepada orang-orang yang mengalami suatu hal yang memaksa mereka untuk
meninggalkan negaranya untuk mendapatkan rasa aman dan kehidupan yang
layak. Berdasarkan pada konsep tersebut, maka penulis akan membahas mengenai
masalah ini dalam pembahasan nantinya tentang seperti apa penanganan
pengungsi oleh Turki sesuai dengan orientasi dan kebijakan luar negeri yang ia
miliki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Politik Luar Negeri
Secara Umum Politik Luar negeri merupakan Studi yang kompleks karena
tidak hanya melibatkan aspek aspek eksternal akan tetapi juga aspek aspek
internal suatu negara. Negara sebagai aktor yang melakukan politik luar negeri
dalam hal kerjasama antar negara, Kepentingan Nasional tetap akan menjadi alat
politik yang di prioritaskan dalam hubungan internasional.dalam kajian politik
luar negeri ini Kepentingan dari lingkungan eksternal dan Internal sebuah negara
di artikan oleh para pembuat kebijakan tiap negara dalam merealisasikan sebuah
politik luar negerinya sendiri.
Politik Luar Negeri sebuah negara sangat mengacu pada situasi tertentu,
baik dalam lingkungan eksternal bahkan internalnya dengan mempertimbangkan
beberapa kepentingan yang ingin di capai. Memasuki abad ke 21 ini politik luar
negeri pada umumnya di tiap negara mengalami perubahan yang sangat
signifikan. yang mengakibatkan proses transformasi luas pada peta politik terkait
dengan kebijakan yang di ambil oleh negara itu sendiri dalam menghadapi isu isu
Global yang terjadi saat ini, Menurut Christopher hill, yang mengatakan politik
luar negeri sebagai hubungan luar yang resmi lalu di lakukan oleh aktor
independent (biasa nya negara) dalam hubungan internasional. Untuk lebih lanjut
hubungan antar negara tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Artinya,
hubungan antar negara selalu mengalami perubahan perubahan dengan munculnya
13
14
isu isu politik yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia
internasional yang terjadi,
Lebih lanjut H.B Swope menunjukkan realitas perseteruan antara Amerika
Serikat dengan Uni Soviet untuk mempertahankan aliansinya pasca berakhirnya
perang dunia. Karena faktor Politik Luar Negeri kedua negara tersebut yang
mengalami perbadaan hal hasil kedua belah pihak tidak dapat mencapai konsensus
dalam persoalan bagaimana cara untuk merekonstruksi dunia kembali pasca
perang dunia ke II7.
Dari perbedaan pandangan di atas saya dapat menarik kesimpulan bahwa
Negara yang menjadi pemenang di Perang dunia II akan tetap berdiri pada Egonya
masing masing sehingga akan memicu terjadi Perang baru yaitu Perang Dingin
karena yang pada dulunya melibatkan Militer sepenuhnya dalam kebijakan luar
negeri untuk menyelesaikan problem dari setiap negara, namun pada perang
dingin kali ini di tekankan lebih menggunakan pengaruh Ideologi dan revolusi
teknologi yang merupakan motor penggerak perubahan dan pertumbuhan
ekonomi dan Intelligent pada masa itu dalam memainkan pola politik luar negeri,
tak luput pula dari statement yang di keluarkan oleh Joseph S Nye dalam bukunya
understanding conflicts (2000) mengatakan bahwa kepemimpinan Gorbachev
bagi Uni Soviet untuk kebijakan luar negerinya dengan memperkenalkan program
New Thinking.
Menurut Joseph S Nye juga memberikan kontribusi terhadap berakhirnya
perang dingin. New Thinking adalah Program kebijakan luar negeri yang
7
Wuryandari Ganewati,Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik
Internasional
15
menggantikan bentuk Zero sum game dari konsep security dilemma. secara
konseptual New Thinkingmerupakan bentuk konsep politik luar negeri dalam
merealisasikan keamanan bersama (common security) yang pelaksanaannya
menekankan pada saling ketergantungan antarnegara negara dan penolakan
terhadap Politik Luar Negeri yang bersifat expansionis yang mengarah kepada
pemborosan dalam hal penempatan pasukan besar besaran di Eropa Timur pada
masa Perang dingin, di anggap sebagai kebijakan luar negeri yang merugikan.8
Namun pandangan Joseph S. Nye sendiri sangat berbeda dengan Francis
fukuyama. Francis mengemukakan bahwa keruntuhan dan disintegrasi yang
terjadi sangat cepat di Uni Soviet dan negara negara sosialis komunis di kawasan
Eropa Timur di maknai oleh Francis Fukuyama sebagai The End Of History,
yakni perseteruan panjang antara dua ideologi yang berbeda namun kemenangan
dari perbedaan itu di menangkan oleh ideologi Liberal dari negara barat.9
Secara umum untuk pandangan Francis Fukuyama terkait pandangannya
mengenai The End of History bahwa Negara barat yang memenangkan perang kali
ini memberikan efek domino terhadap kawasan Eropa Timur yang dulunya di
kenal sebagai Uni Soviet, serentak pula mengalami krisis Perekonomian sehingga
terjadi perubahan konsetalasi kekuatan dunia dan regional Uni Soviet mengalami
keruntuhan. Di situlah untuk pertama kalinya banyak negara Pecahan dari Uni
Soviet memutuskan untuk bergabung ke dalam Blok Barat, untuk kembali
memainkan pola politik luar negerinya dalam membangun perekonomiannya
8
Nye, S Joesph, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional,
Hal. 34
9
Francis Fukuyama, “The End of History”, The National InterestsHal. 36
16
kembali. Pandangan ini di tekankan kembali oleh Francis Fukuyama dalam
artikelnya
What we may be witnessing is not just the end of Cold War, or the passing
of particular period of post- war history, but the end of history as such...
that is, the end point of mankind’s ideologikal evolution and the
universalization of western liberal democracy as the final form of human
government.
Lebih lanjut Admiral Dennis Cutler Blair mendefinisikan a network of
security and military relationships – bilateral and multirateral bahwa kehadiran
Amerika Serikat di kawasan asia merupakan bentuk manuver politik luar negeri
Amerika Serikat dalam menetralisirkan seluruh pengaruh ideologi komunis pada
kawasan asia pasca hubungan diplomasi bilateral ataupun multilateral terhadap
wilayah asia, sekaligus merupakan awal dari strategi keamanan AS di wilayah
Asia Pasifik Timur ( U.S. Security Strategy for the East Asia-Pacific Region )
Berseberangan dengan pendapat admiral dennis blair mengenai pengaruh
amerika serikat pada kawasan Asia Timur. Dick K.Nanto mengemukakan
dinamika kawasan asia timur di dorong oleh antara lain 5 faktor faktor berikut:
Pertama, bangkitnya China yang mengembangkan pengaruh dan posisi
kepemimpinan berbarengan dengan yang di lakukan oleh jepang, korea selatan,
dan beberapa negara lainnya.
Kedua, globalisasi dan kegiatan antarnegara yang di lakukan oleh PMN (
Perusahaan Multi Nasional ), termasuk di dalamnya pasokan bahan baku dan
energi;
Ketiga, liberalisasi perdagangan dan investasi;
Keempat, perang global melawan terorisme; dan
17
Kelima, adanya upaya untuk mendirikan skema keamanan multilateral dan
peningkatan interaksi antarpihak negara di kawasan, yang merupakan skema
untuk menggantikan model perimbangan kekuatan (balance of power)10
Teuku May Rudi mendefinisikan, politik luar negeri sebagai sekumpulan
kebijakan yang berperan dan berpengaruh dalam hubungan suatu negara
(pemerintah) dan negara lainnya, sebagai respon terhadap masalah di dunia
internasional. Dengan kata lain, politik luar negeri merupakan sintesa
pengejawantahan tujuan dan kemampuan (kapabilitas) nasional.11
Secara umum dapat di katakan bahwa kebijakan luar negeri tidak hanya
meliputi perumusan tujuan negara dan bertujuan untuk menjaga kewibawaan
negara di mata dunia, melainkan yang terpenting adalah bagaimana memenuhi
kepentingan nasional,utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dengan kata lain, dalam merumuskan kebijakan luar negeri sebuah negara, negara
harus mempertimbangkan aspek moral dan tanggung jawab, yaitu dalam hal ini
pemerintah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya.
B. Konsep Geo Politik dan Geo Strategi
Dengan
penenafsiran
dari
Friedrich
Ratzel
seorang
faham
fisis
determinisme yang tidak jauh berbeda dengan aliran environmentalisme pada
abad ke 19 berpendapat bahwa faktor alam bukan hanya berpengaruh, tetapi juga
memegang peranan penting dalam menentukan the state and political power.12
Yang menjelaskan bahwa kekuatan dari sebuah negara tidak dapat di ukur dari
Dick K. Nanto “East Asian Regional Architecture: New Economic and Security Arrangments
and U.S Policy “CRS Report for Congres, 4 januari 2008
11
Teuku May Rudy.1993. “Teori, Etika, dan Kebijakan Hubungan Internasional”. Bandung:
Angkasa. Hal. 16
12
Hayati Sri dan Yani Ahmad, Geografi Politik,2007 Hal. 10
10
18
kondisi geografis nya. Kita bisa melihat Jepang. Yang merupakan negara kecil
yang sudah mengalami kekalahan pada perang dunia ke dua, dan saat ini jepang
bangkit kemudian mampu bersaing dengan negara negara besar dalam sector
perekonomian dan Militer.
Berbicara mengenai konsep living globe yang berkaitan juga dengan di atas
Karl Ritter yang bekerja di Universitas Berlin mengembangkan apa yang di kenal
dengan konsep Living Globe yang kemudian berkembang menjadi The Organic
View of State.13 Menurutnya merupakan suatu Organisme hidup, yang di lahirkan
dan tumbuh menjadi negara muda, remaja, dewasa, dan akhirnya mati.
Selaras dengan Teori Karl Ritter, Ratzel yang berasal dari Universitas
Leipzig
mempertegas
pendapat
pendahulunya.
Bahwa
kekuatan
negara
menurutnya banyak di tentukan oleh faktor geografis (letak, luas, bentuk, sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan hubungan internalnya). Faktor geografis
merupakan Organic State yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan
seperti halnya makhluk hidup yang bergantung pada faktor faktor geografis.,
karena setiap makhluk hidup dalam Teori ratzel yang di peruntukkan untuk
Negara yang pada hakikatnya seperti Organic State membutuhkan ruang hidup
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya itu ia harus mendapatkan dengan
memperjuangkan dan juga memperluas ruang hidupnya.14
Lantas teori organic state tidak bertahan lama karena munculnya gagasan
baru untuk mengembangkan konsep organic state lebih luas lagi yang di pelopori
oleh Jean Brunhes (1869-1930). Albert Demangeon dan Paul Vidal de La Blaca
13
14
Ibid Hal. 10
Ibid
19
(1845- 1919) memperkenalkan teori possibilisme yang bependapat bahwa negara
bukanlah “an organic power political entity” , akan tetapi merupakan “suatu
kesatuan nasional dan kultural” yang aktivitas aktivitasnya di tentukan oleh “the
collective consciousnsess of it citizens”
15
yang patut di tekankan dalam
pengaplikasian teori ini bahwa faktor lingkungan alam tidaklah mutlak
menentukan segala aspek kehidupan manusia, sebab keadaan alam memberi
kemungkinan kemungkinan kepada manusia untuk memilih alternatif-alternatif
yang lebih menguntungkan bagi perkembangan dan kehidupannya.
Negara adalah Political unit, yang mampu merealiasaikan teori teori di atas
dalam memperkuat kedaulatannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa “States
are part of a hierarchy of politically organaized areas”dan juga “the state is a
basic component of the world political pattern”
dari pendapat Punds dan
alexander menjelaskan objek geografi politik yang dapat menjelaskan bahwa
suatu kesatuan politik yang memperlihatkan keunikan, homogenitas, dan
individualitas
Faktor political region dapat menggambarkan bentuk wilayah suatu negara,
lokasi dan luas dan
merupakan space factors yang perlu dikuasai sebelum
menganalisis suatu negara, karena “Space is the integrating factor in geography”
menurut Carlson (1960:24-25)16 menekankan bahwa terdapat faktor penting perlu
diketahui untuk melihat kondisi geografis suatu negara.
Pertama, dalam aspek lokasi di tentukan berdasarkan garis lintang dan garis
bujur (lokasi astronomis)
15
16
Ibid Hal. 11
Carlson, 1960, Geography and World Politics, Prentice Hall. Inc., New Jersey
20
Kedua, lokasi dalam hubungan dengan negara tetangga di sekitarnya
(vicinal location)
Ketiga, lokasi maritim dan kontinental untuk menggambarkan posisinya
terhadap pusat pusat kegiatan dunia.
Selain itu geografi politik tidak hanya mempelajari tentang power,
menganalisa kemampuan dan ketangguhan dalam mengembangkan dan
mempertahankan kehidupan politik suatu negara. Seperi apa yang di tekankan
oleh Normand Ponds dan Abdurachmat. Untuk menyatakan istilah power
mencakup pengertian pengertian baik yang bersifat internal maupun eksternal.17
Internal power adalah kemampuan yang ditujukan ke dalam membina kesatuan
dan persatuan nasional, sedangkan external power kemampuan untuk memainkan
manuver politik luar negeri dan pembangunan pertahanan nasional.18
Abdurrachmat kembali menekankan dalam mendifinisikan Geografi Politik
yaitu “That the major objective of political geography is analysis of inter-state
relationship and of internal adaptations to environmental conditions“
Dengan demikian bahwa objek geografi politik menurut definisi di atas
adalah analisa dan hubungan antarnegara dan adaptasi terhadap kondisi
lingkungan di dalam negara tersebut.
Dalam beberapa sumber tulisan, istilah boundary (batas) dan frontier
(perbatasan) dibedakan. Carlson (1987) mendefiniskan batas (boundary) sebagai
“an international boundary marks the outher limits of the area over which
government has sovereignity dengan arti untuk tanda yang membatasi bagian
17
18
Pounds Norman J.G., 1963, Political Geography, Mogrow-Hill Book co.Inc., New York
Abdurrachmat.I,1982, Pengantar Geografi Politik,Jurusan Pendidikan Geografi IKIP Bandung.
21
wilayah yang paling luar di kuasai oleh suatu negara. Sedangkan perbatasan
merupakan tapal batas atau garis pemisah antar dua negara.
Selaras dengan Carlson. Alexander lebih memperdalam penjelasan di atas
dengan statement A boundary is a line, separating factor,which is-inner oriented”
and also “A frontier is a zone of transition, an integrating factor...” yang
mengarah pada perbatasan yang di artikan sebagai garis yang tidak tampak, tapi
dapat diidentifikasikan pada bentang alam. Tidak semua batas negara memiiki
tanda atau di tandai di lapangan, tapi umumnya di usahakan agar lebih tegas
secara kasat mata.
Dalam
buku
Pengantar
Geografi
Politik,
Abdurrachmat
(1982).
Menyebutkan bahwa power mengandung pengertian suatu kekuatan, kemampuan
dan ketangguhan dalam membina, mengembangkan dan mempertahankan
kehidupan politik dari suatu negara. Seperti bagaimana Turki mempertahankan
kehidupan politiknya pasca terjadi kudeta militer yang di lakukan oleh kalangan
minoritas di negaranya. Turki di lihat dari kondisi Geografi dan juga sangat cocok
dengan teori Abdurrachmat dalam penggunaan power. Dapat dilihat dari
bagaimana rakyat Turki menyikapi aksi kudeta yang di lakukan militer di
negaranya untuk mengambil alih pemerintahannya, dan juga pasca kudeta,
pemerintah Turki tetap melakukan perlawanan terhadap intervensi dari negara
asing yang menuntut atas penangkapan oknum oknum di internal Turki secara
massal karena alasan keterlibatan dalam kudeta pada saat itu.
Norman Pounds (1963:17) menyatakan bahwa kekuatan politik ada dua
jenis, yaitu kemampuan untuk membuat dan memaksakan keputusan di dalam
22
batas batas negara; dan kedua adalah kekuatan itu terdiri dari kemampuan untuk
membuat keputusan keputusan dan menerapkannya dalam bidang bidang
kehidupan negara. Dilihat dari jenisnya power dapat di bagi menjadi dua, yaitu
power individu dan kelompok. Teori Norman Pounds ini terlihat jelas dari
pembersihan atau penangkapan orang orang yang ingin menggulingkan
pemerintahan president Erdogan di Turki melalui militer. Ditekankan juga
kekuatan dari sebuah kelompok kecil dapat menjadi penyakit dalam kedaulatan
negara. Seperti yang terjadi di Irak pertentangan antara 2 kelompok yaitu Shia’
yang mendominasi pemerintahan Irak dan Sunni menjadi oposisi termasuk
kelompok minoritas yang melakukan perlawanan kecil sampai menyebar di
beberapa teritori Irak sampai ke negara tetangga Irak seperti Suriah dan Libya
melalui pembentukan Negara Islam Suriah dan Irak yang beribukota di Raqqa dan
Mosul.
Carlson memperdalam penjelasan di atas bahwa sebenarnya ada kekuatan di
setiap negara disebabkan oleh berbedanya potensi atau unsur kekuaan yang ada di
tiap negara. Dasar pembentukan kekuatan negara yang paling utama adalah
penduduk, sumber daya alam, dan industri. Namun ada negara yang tidak dapat
mewujudkan dari apa yang di kemukakan oleh Carlson seperti Yemen, Yemen
merupakan negara yang dilihat dari letak geografisnya berdekatan dengan negara
negara maju seperti Arab saudi, Uni Emirate Arab, Yemen juga memiliki sumber
daya alam yang melimpah dalam sektor industri minyak. Namun negara ini
merupakan negara yang tergolong miskin yang berada di semenanjung arab,
karena pemerintahnya tidak mampu mengelola sumber daya alamnya sendiri dan
23
juga terjadi perbedaan pandangan antara pemerintah sekarang dengan pemerintah
oposisi yang berasal dari minoritas Shia’ yang menghasilkan konflik internal
sehingga pembentukan kekuatan negara di sana tidak mampu terwujud oleh faktor
itu. Potensi yang dialami oleh negara ini akan persis dengan teori organic state,
yang menjelaskan bahwa negara seperti manusia, lahir, dewasa, kemudian mati.
Geopolitik adalah pemanfaatan ilmu dari geografi untuk maksud politik
praktis. Karl Haushoffer (1896-1946), seorang petugas angkatan perang Jerman
pada waktu itu, seorang ahli bumi dan seorang advokat yang terkemuka dalam
bidang geopolitik dasar untuk Nazi. Karl Haushoffer menggunakan policy advice,
dengan adanya geopolitik dapat menjelaskan bahwa adanya perkembanganperkembangan yang terjadi dari semua peristiwa peristiwa politik atas adanya
kenyataan kenyataan tetap pada bumi. Hauhoffer kembali merumuskan antara lain
geopolitik adalah doktrin kekuasaan, dan geopolitik merupakan landasan ilmiah
bagi tindakan politik dalam perjuangan hidup matinya suatu organisme negara
untuk mendapatkan ruang hidup.
Teori Ruang Hidup kembali dijelaskan oleh Prof. Dr. Jenderal Karl
Haushoffer. Beliau telah merasakan pahitnya suatu bangsa yang dikalahkan dalam
perang, dari teori di atas jerman menganut teori determinis di dalam penerapan
bertambahnya penduduk, jika suatu bangsa memiliki populasi penduduk lebih
banyak dari luas suatu daerah, maka bangsa tersebut harus berkembang
memperluas ruang hidupnya agar segala kebutuhannya dapat tercapai sesuai
dengan kemampuannya.
24
Teori Autarki yang selaras dengan anggapan Ratzel tentang teori negara
sebagai organisme, maka bangsa-bangsa yang sudah maju sebaiknya mampu
berdiri sendiri dan tidak “mengganggu” negara lain, tetapi kenyataannya tidak
demikian negara yang sudah maju dari segi militer, ekonomi, industri
menganggap dirinya tergolong nomor satu tidak memberikan bantuan, justru
melainkan memperalat negara yang lemah. Seperti apa yang terjadi di Irak pasca
digulingkannya pemerintahan Saddam Husein yang di anggap sangat otoriter dan
mencederai ideologi demokrasi oleh Amerika Serikat dilihat dengan kondisi yang
sekarang Irak mengalami kemunduran pembangunan dan perekonomian karena
semua industri minyak di sana dikuasai sepenuhnya oleh Amerika Serikat dalam
bentuk kerjasama luar negeri untuk membangun Irak kembali, namun negara ini
seperti puppet state yang dikendalikan sesukanya oleh Amerika Serikat, sebagai
bentuk pendudukan pertamanya Amerika Serikat kembali pada tahun 2003 dan
juga untuk memperluas pengaruh ideologi demokrasi sekaligus kapitalismenya.
Teori Kekuatan Laut, teori ini dikemukakan oleh Albert teer Mahan. Ia
adalah seorang ahli dalam sejarah maritim, kemudian menjadi seorang jurnalis di
salah satu harian di Amerika Serikat dan merupakan alumni dari Columbia
University New York, dia menulis sebuah buku mengenai kekuatan di laut dan
sejarah. Dari tulisan bukunya tersebut menjelaskan suatu negara dapat
mempertahankan dirinya bila ia mempunyai angkatan laut yang kuat. Karena
kekuatan laut merupakan kekuatan yang vital untuk menjaga pertumbuhan,
kemakmuran dan keamanan nasional. Suatu kekuatan laut dapat dijamin apabila
tiga faktor pokok di bawah ini selalu dapat dipelihara keseimbangannya. Ketiga
25
faktor tersebut adalah letak geografis, corak pengawasan fisik bumi, dan cara
pembagian pengawasan luas wilayah.
Selaras dengan teori di atas, Mackinder berpendapat bahwa fisik geografi
dari dunia mengalami perubahan secara otomatis, hingga selalu akan terdapat
perubahan pandangan terhadap dunia dengan perubahan tersebut yang terus
menerus. Dengan meminjam konsep Geografi Politik yang terbagi menjadi 4 pilar
yaitu; Dimensi Ruang, Dimensi Perbatasan Negara, Dimensi kekuatan, dan
Dimensi Kemanan Negara seperti apa yang di ungkapkan oleh Haushofer untuk
mendefiniskan keempat konsep ini dalam membangun geopolitik di masa yang
akan datang akan di jelaskan dari
-
Dimensi Ruang
Ruang adalah dinamika dari politik dan miiter. Dengan demikian geopolitik
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengaitkan ruang dengan kekuatan
politik dan kekuatan fisik militer dan ekonomi. Kekuatan politik selalu
menginginkan pengguasaan ruang dalam arti pengaruh. Jika ruang pengaruh
diperluas maka akan ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan dan kerugian
akan lebih besar apabila hal itu terjadi melalui perang. Hal ini terkait secara
langsung dengan faktor-faktor karakter, pengetahuan ekonomi dan industri. Dari
segi strategis luas ruang negara juga menentukan tingkat rasa aman dari penduduk
dan akan menentukan karakter dari bangsa. Dimensi ruang dapat di lihat dari
kondisi geografis yang selalu berusaha agar negaranya menmperoleh posisi yang
lebih baik. Didukung adanya sumber daya alam yang sekiranya merupakan
26
sumber-sumber kekayaan alam yang sekiranya dapat digunakan untuk
meningkatkan kemakmuran sebuah negara.
-
Dimensi Perbatasan Negara
Batas Negara yang yang sebenarnya terletak jauh dari negaranya sendiri
namun dalam konteks globalisasi hal itu tidak memiliki makna dikarenakan oleh
masyarakat dunia sekarang sudah sangat dinamis dan bergerak, sehingga
mengubah frontier sebagai perwujudan kepentingan nasional dapat terjamin agar
keadaan bargaining power di negara negara pada suatu kawasan terpaksa
ditingkatkan dalam melakukan kerjasama untuk menghadapi persaingan global.
Serta bagaimana batas imajiner suatu bangsa dapat dipetakan dalam sebuah
lembaran peta yang pemetaan daerah pemasaran produk barang. Semakin besar
angka pengaruh di daerah tersebut.
-
Dimensi Kekuatan
Dalam memenuhi kepentingan nasional diperlukan kekuatan politik,
ekonomi dan militer. Oleh karena itu dalam penggunaan dimensi kekuatan, politik
kekuatan menjadi salah satu masalah dalam faktor geopolitik. Membangun
geopolitik dari aspek kekuatan dalam arti kekuatan militer adalah sesuatu yang
tidak akan pernah berhenti. Kekuatan suatu bangsa hanya dapat dibangun
keberanian untuk hidup. Contoh paling sederhana adalah Iran yang mencoba
berani menyatakan diri mengembangkan nuklir untuk kesejahteraan rakyatnya.
-
Dimensi Keamanan Negara
Geopolitik juga ditujukan untuk menentukan keamanan negara dan bangsa.
Ketahanan nasional tidak cukup menjamin keamanan dalam negeri. Ruang yang
27
diartikan real secara geografi dapat diartikan dari sudut pandang kemanan sebagai
semangat persatuan dan kesatuan. Dengan asumsi di atas dimensi keamanan
negara bukanlah bersumber dari luar dan ketersediaan sumber daya alam tetapi
sebuah persatuan antar warga negara.
C. Konsep Pengungsi
Istilah dan definisi pengungsi (refugee) pertama kali muncul pada waktu
perang dunia pertama, yang dianggap sebagai titik kulminasi dari proses
pembangunan bangsa 19 . Para pengungsi yang merupakan korban dari perang
dunia merupakan orang orang yang sangat miskin dan dan tidak dapat mencari
penghidupan serta memperbaiki taraf kehidupan mereka tanpa adanya bantuan
perlindungan dari negara negara yang mereka datangi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa akar kata dari
istilah pengungsi adalah ungsi dan kata kerjanya adalah mengungsi, yaitu pergi
mengungsi (menghindari) diri dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat
yang mereka rasa dapat memberikan rasa aman). Pengungsi adalah kata benda
yang berarti orang yang mengungsi ialah penduduk suatu negara yang pindah ke
negara pengungsi politik lain karena aliran yang bertentangan dengan politik
penguasa negara asalnya.20 Pengertian pengungsi menurut penulis dalam skripsi
ini adalah sekumpulan orang sebagai pencari suaka (asylum seeker) yang dapat
mempengaruhi kestabilan sosial, politik, keamanan negara dan juga tidak
19
Peter J. Taylor, Political Geography World Economy, Nation State and Locality, Es Sex:
Longman, ed. 1993. Dalam Achmad Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum
Internasional dan prinsip prinsip perlindungan internasional, ( Jakarta : UNHCR, 2003 ) Hal. 28
20
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1995, Hal . 675
28
menutupi mereka bisa jadi korban dari human trafficking, trafficking in person
dan terorisme internasional
Malcom Proudfoot memberikan pengertian pengungsi dengan melihat
keadaan para pengungsi dari dampak perang dunia kedua, pengertiannya sebagai
berikut:
“These forced movements, ..were the result of the prosecution, forcible
deportation, or flight of jews and politicalopponents of the authoritarian
government; transference of ethnic population back to their homeland or to
newly created provinces acquired by war or treaty; the arbiatry
rearrangment of prewar boundaries of sovereign states; the mass flight of
the air and terror of bombarment from the air and under the threat or
pressure of advance or retreat of armies over immense areas of europe; the
forced removal of populations from coastal or defence areas under militay
dictation; and the deportation for forced labour to bloster the german war
effort.
Terjemahan di atas menunjukkan pengungsi merupakan suatu kelompok
orang orang yang terpaksa pindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan,
deportasi secara paksa, atau pengusiran orang orang dan perlawanan politik
pemerintah yang berkuasa. Dapat pula dalam bentuk pengembalian suatu etnik
tertentu ke negara asal mereka atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau
perjanjian atau penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi.
Perpindahan penduduk sipil secara besar besaran akibat adanya tekanan atau
ancaman. Perpindahan secara paksa penduduk dari wilayah pantai atau daerah
pertahanan berdasarkan perinta militer serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk
ikut dalam perang. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang orang
yang terpaksa berpindah ke tempat lain atau Genocida Yahudi yang
mengakibatkan terjadi perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa pada saat
29
itu, mendorong pengembalian etnik tertentu ke negara asalah mereka atau
pembangunan provinsi baru yang di timbulkan akibat perang dan pernjanjian.
Akibat dari itu penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi, dapat
menghasilkan perpindahan penduduk sipil yang massive akibat adanya serangan
dan tekanan atau ancaman militer di beberapa wilayah. Pemindahan penduduk
secara paksa dari wilayah pantai atau daerah pertahanan berdasarkan dari perintah
militer. Serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam peperangan
Jerman.
Brunson McKinley memberikan definisi bahwa:
“ Migration will be the one of the majority policy concern of twenty- firts
century. I our shrinking world, more and more people will look to
imagiration, temporary or permanent “. pada bagian lain ia beranggapan
bahwa “ Governments will need to develop sound migration policies and
practices “ properly managed, migration can contribute to properity
development and mutual understanding among people”
Berdasarkan
pendapat
proudfoot
dan
Brunson
McKinley
penulis
menyimpulkan Orang Orang kedepannya akan meninggalkan wilayah negaranya
yang sedang dilanda konflik bersenjata sehingga mereka (imigran) akan menjadi
masalah yang besar untuk abad ke 21 ini, kedepannya negara akan didatangi oleh
sekelompok orang yang menginginkan untuk menetap sementara atau selamanya
demi mempertahankan kehidupan mereka.
Romsan kembali mempertegas pengertian Pengungsi dari para ahli di atas
dengan:
“persons compelled to leave their country of origin as a result of
international or national armed conflicts are not normally considered
refugees under the 1951 conventions of 1967 protocol. They do however,
have the protection provided for in other international instrumens, i. e. The
geneva convention of 1949. Et. Al. In the case of forces invasion and
30
subsequent occupation, occupying forces may begin persecute segments of
the populations. In such cases, asylum seekers may meet the conditions of
the convention definition21”
Dapat
diartikan
seseorang
atau
kelompok
orang
yang
terpaksa
meninggalkan negara asalnya akibat pertikaian bersenjata yang bersifat
internasional atau nasional. Terhadap mereka tersebut tidak dianggap pengungsi
biasa menurut hasil Konvensi 1951 atau protokol 1967. Pengungsi jenis ini
mendapat perlindungan menurut instrumen internasional yang laain, yakni
Konvensi Jenewa 1949.
Fenomena seperti di atas telah terjadi sekarang, di mana ada banyak
kategori kelompok atau perseorangan dari negara yang dilanda konflik bersenjata
dari kawasan Timur Tengah, Asia dan Afrika, kebanyakan dari mereka mendapar
status sebagai mandat refugee’s (pengungsi mandat) dipergunakan untuk
menunjuk orang orang yang diakui statusnya oleh lembaga UNHCR sesuai
Fungsi, wewenang, atau mandat yang di tetapkan oleh status UNHCR. Negara
yang didatangi oleh pengungsi semacam ini harus segera diberikan tempat
perlindungan yang layak.
Negara harus menuruti aturan pasal 33 dari konvensi tahun 1995 yang
merupakan dasar dari perlindungan internasional terhadap pengungsi. 22 Substansi
yang tepat dari penjelasan pasal di atas adalah prinsip non-refoulment
menjelaskan mengenai jaminan suatu negara untuk tidak mengusir atau
mengembalikan seorang pengungsi dengan cara apapun ke negara asalnya dimana
kehidupan dan kebebasannya akan terancam. Negara peserta dari konvensi ini
21
22
Achmad Romsan, Op, Cit., Hal. 29
Wagiman,S. Fil., S.H., M.H, Hukum Pengungsi Internasional, Hal. 118
31
dilarang keras untuk mengusir atau mengekstradisi (non-refoulment) ke negara
lain seseorang atau sekelompok orang yang memiliki cukup alasan bahwa ia
berada dalam ancaman penyiksaan dan kekerasan.23
Implementasi atau penerapan prinsip non refoulment pada kasus
penanganan pengungsi lintas batas dalam pengaplikasiannya sangat berbeda.
Terhadap kasus pengungsi atau pencari suaka yang berasal dari kawasan Timur
Tengah, Asia dan Afrika mencakup berbagai aspek. Prinsip non refoulment
merupakan aspek dasar yang memperkuat hukum pengungsi untuk melarang
negara negara dan wilayah yang berpotensi untuk membuat membuat nyawa dan
kebebasan mereka terancam dan oleh karena pengaruh prinsip non refoulment
bersifat mengikat semua negara, meskipun negara tersebut bukan peserta konvensi
tahun 1951.
Pengungsi sudah menjadi permasalahan global, namun penanganan terhadap
mereka masih kurang maksimal, karena masih banyak dari mereka belum
mendapatkan perlindungan yang layak. Seperti yang terjadi di Irak, di mana camp
pengungsian di sana berhasil disusupi oleh kelompok teroris dan kelompok ini
berhasil menguasai camp tersebut, sehingga para pengungsi ini dijadikan sebagai
human shield oleh mereka. Akibat dari kejadian itu liga arab segera mengeluarkan
resolusi agar negara negara berpenduduk mayoritas Islam memilki sebuah cara
pandang baru terhadap penanganan pengungsi, khususnya penanganan pengungsi
di Irak dan Suriah. Amerika dan beberapa negara yang tergabung di NATO
(North Atlantic Organization) harus mengambil bagian dalam penanganan
23
Convention Againts Torture, Pasal 3
32
pengungsi asal Irak dan Suriah. Kegiatan agresi militer Amerika dan sekutu di
Irak dan Suriah sebagai upaya misi pemberantasan terorisme di Irak, kemudian di
Suriah untuk mendukung pasukan oposisi menggulingkan rezim pemerintahan
Bashar Assad.
Turki, Libya, Mesir, Yordan dan Lebanon yang kebetulan secara geografis
berdekatan dengan Irak dan Suriah, sebagai negara tetangga yang ingin menjaga
hubungan bilateralnya dengan baik harus menampung para pengungsi asal Irak
dan Suriah. Upaya Amerika Serikat dan sekutu untuk membantu memberikan
tempat tinggal yang layak untuk ledakan pengungsi susulan dari Irak dan Suriah
namun usaha tersebut berjalan sangat lambat dan tidak didukung oleh biaya yang
memadai. Serta pemerintah Amerika Serikat juga seringkali mengabaikan Turki
yang selama ini menjadi negara penampung terbesar pengungsi dari Timur
Tengah yang hendak menuju ke Eropa. Tercatat dari UNHCR (United Nation
High Commission of Refugees) ada 2.764,500 jiwa pengungsi yang berada di
Turki saat ini, 24 Pengungsian tersebut membuat pemerintah Turki kewalahan
dalam menampung pengungsi sebanyak itu.
Selanjutnya bagaimana upaya Uni Eropa menangani pengungsi, banyak
negara Eropa yang menjadi tujuan pengungsi dari Turki untuk mendapatkan
perlindungan dan tempat tinggal yang layak, diantaranya ada Perancis, Jerman,
Italia, Hungaria, dan Yunani. Pengungsi yang berada di camp Calais tidak
optimal, pasca sebuah delegasi Dewan Eropa mengunjungi camp tersebut.
UNHCR menyebutkan bahwa kebijakan Pemerintah Perancis tidak memenuhi
24
Laporan UNHCR, terhadap Pengungsi di Turki,
(//data.unhcr.org/syrianrefugees/country.php?id=224)
33
standar, Begitupun di Yunani di mana beberapa tahun terakhir ini imigran ilegal
di Yunani meningkat lima kali lipat hampir 150 ribu ditangkap dan yang diberikan
perlindungan untuk menetap camp penampungan sementara ada 57.00025 mereka
masuk melalui pantai pantai Yunani. Misalnya Pulau Lesbos dengan
menggunakan sekoci. Jarak antar Yunani dan Uni Eropa termasuk pula negara
yang bukan kawasan Uni Eropa seperti Turki sangat dekat, sehingga pihak yunani
kini mendapat bantuan dari polisi perbatasan Uni Eropa frontex, untuk memasuki
Uni Eropa, Yunani merupakan gerbang utama, namun mereka terpaksa harus
menetap di Yunani untuk sementara akibat perjanjian Dublin, perjanjian ini
menetapkan seseorang hanya boleh mengajukan permohonan suaka di satu negara
anggota Uni Eropa dan semua anggota Uni Eropa harus mengkaji permohonan
suaka tersebut.26
Organisasi yang menaungi pengungsi ini lahir dari hasil kerjasama PBB
dengan negara yang bergabung di dalam, IOM dan UNHCR adalah badan
internasional/Organisasi Internasional khusus untuk menangani pengungsi dan
imigran gelap. 27 Badan internasional ini dapat mengkategorikan seseorang itu
adalah imigran gelap atau pencari suaka. Mandat IOM secara internasional yaitu
membantu pemerintah di berbagai negara dalam mengembangkan dan
menerapkan kebijakan, fokus lembaga tersebut saat ini dalam penanganan imigran
gelap. Hal ini menjadi masalah utama dalam penanganan migrasi di negara yang
dijadikan sebagai tujuan dari pengungsi tersebut. Lembaga ini juga menyelidiki
25
Laporan ( https://www.rescue.org/country/greece) di akses pada
Anna Kokstidou,Dyan Kostermans, Yunani dan Masalah Meningkatnya Pengungsi (www.dwworld.de/dw/article/0,,4408688,00.html) di akses pada
27
Op.cit Hal. 186
26
34
kasus penyelundupan manusia (people smuggling) yang telah mengalami
peningkatan beberapa tahun ini dan juga mendapati semakin banyaknya imigran
menggunakan
bantuan
dan
bahkan
menjadi
objek
sindikat
kejahatan
terorganisir.28
D. Konsep Human Security
Pada masa Perang Dunia (PD) I, PD II, dan Perang Dingin, konsep
keamanan hanya terpusat pada national security. Mengingat bahwa pada masa itu,
masih banyak terjadi perang antarnegara. Sehingga konsep keamanan lebih
bersifat state-centric.
Namun konsep national security mengalami pergeseran menjadi sebuah
konsep yang tidak lagi terpusat pada negara, melainkan terpusat pada individu dan
masyarakat di negara manapun di seluruh dunia. Konsep inilah yang kita kenal
sekarang dengan konsep human security.
Konsep human security yang mengemuka pasca Perang Dingin langsung
mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, seperti kalangan
pengkaji
keamanan dan para pengambil kebijakan. Beberapa pengertian mengenai human
security mulai dikemukakan oleh berbagai ahli.
Seperti pengertian human security yang dikemukakan oleh Hans Van
Ginkel (Rector, United Nations University) dan Edward Newman:
28
Wagiman, S.Fil., S.H., M.H., Hukum Pengungsi Internasional, Hal. 193
35
“In policy terms, human security is an integrated, sustainable, comprehensive
security from fear, conflict, ignorance, poverty, social and cultural
deprivation, and hunger, resting upon positive and negative freedoms.”29
Amitav Acharya dalam karyanya juga menuliskan bahwa human
security mempunyai tiga definisi, yaitu:
freedom from fear (as stressed by human rights advocates in Asia and
elsewhere), freedom from want (as stressed by some Asian governments such
as Japan), and freedom from cruelty and suffering in times of conflict (as
stressed by the former Canadian Foreign Minister Lloyd Axworthy).30
Menurut Barry Buzan dalam makalahnya yang berjudul Human Security:
What It Means, and What It Entails, mengatakan bahwa:
“keamanan manusia merupakan satu konsep yang problematis, khususnya
dijadikan sebagai bagian dari analisis atas keamanan internasional. Bentuk
keamanan ini memiliki agenda yang berbeda yang menjadikan sebagai isu
keamanan internasional dapat ditemukan dalam pemahaman keamanan
militer-politik tradisional. Dalam konteks ini, keamanan bagi suatu negara
senantiasa berkaitan dengan kelangsungan hidup. Sementara itu, identitas
merupakan kunci dari pemahaman keamanan bagi suatu bangsa”.31
Konsep Human Security pertama sekali berkembang sejalan dengan
berdirinya Palang Merah Internasional (International Red Cross) pada 1896.
Kemudian pada 1945 melalui “Piagam PBB” konsep human security disahkan dan
disusul oleh “Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia” pada 1948.
Namun sayangnya konsep human security harus mengalami kegagalan
pasca PD II yang disusul dengan Perang Dingin. Pada masa ini, konsep national
Hans Van Ginkel dan Edward Newman, In Quest of “Human Security”. Jurnal tersedia di
http://www.un.org/News/Press/docs/1999/19991012.dsgsm70.doc.html, diakses pada 19 Maret
2014, pkl. 22.14 WIB.
30
Amitav Acharya, The Nexus Between Human Security and Traditional Security in Asia dalam
Human Security in East Asia. Korean: Korean National Commission for UNESCO, 2004, Hijrah
S. Har, [jurnal on-line] Pp.8. tersedia di http://id.scribd.com/doc/112265785/Bahan-UntukHuman-Security, diakses pada 19 Maret 2014, pkl 22.10 WIB.
31
Barry Buzan, “Human Security: What It Means, and What It Entails”, Makalah yang
dipresentasikanpadathe 14th Asia Pacific Roundtable on Confidence Building and Conflict
Resolution, Kuala Lumpur, Juni 2000, hal. 1-3.
29
36
security lebih mendominasi mengingat pada masa itu dunia masih dilingkupi oleh
perang antarnegara.
Konsep human security kembali mengemuka pasca Perang Dingin pada
awal 1990-an. Hal ini didukung dengan adanya keinginan PBB atas desakan
negara-negara dunia ketiga agar PBB lebih berperan aktif dalam mengantisipasi
perkembangan isu-isu global kontemporer pasca Perang Dingin.
Pasca Perang Dingin isu yang mengemuka tidak lagi terpusat mengenai
militer dan politik. Isu-isu non-militer yang tidak terpikirkan kini menjadi isu
yang sangat serius untuk dibahas dan dicari solusinya. Seperti, isu lingkungan,
HAM, kesehatan, kemiskinan, dan teknologi.
Keinginan PBB untuk berperan aktif dalam perkembangan human security
pasca Perang Dingin ini lalu ditegaskan kembali dalam laporan tentang
Pembaharuan PBB bahwa menjelang millennium ketiga, PBB akan lebih
berperan, terutama dalam melaksanakan lima misi utama, yaitu:
1. Perdamaian dan keamanan,
2. Masalah-masalah ekonomi dan sosial,
3. Kerjasama pembangunan,
4. Masalah-masalah kemanusiaan, dan
5. Penegakan HAM. 32
Selain itu juga terdapat tujuh element yang termasuk dalam konsep Human
Security yaitu :
1) Keamanan Ekonomi (Economic Security) mengacu pada kenikmatan
individu atas pendapatan dasar/ basic income, baik melalui pekerjaan yang
menguntungkan atau dari jaring pengaman sosial.
2) Keamanan Pangan (Food Security) mengacu pada akses individu
terhadap makanan melalui aset, pekerjaan, atau penghasilan yang
dimilikinya.
3) Keamanan Kesehatan (Health Security) mengacu pada kebebasan
individu dari berbagai penyakit dan melemahkan penyakit dan aksesnya
kepada perawatan kesehatan.
32
United Nations, Renewing the United Nations, hal. 23-26.
37
4) Keamanan Lingkungan (Environmental Security) mengacu pada
integritas tanah, udara, dan air, yang membuat manusia betah untuk
tinggal/ habitable.
5) Keamanan Pribadi (Personal Security) mengacu pada kebebasan
individu dari kejahatan dan kekerasan, khususnya perempuan dan anakanak.
6) Keamanan Komunitas (Community Security) mengacu pada martabat
budaya dan perdamaian antar-komunitas di mana individu hidup dan
tumbuh.
7) Keamanan Politik (Political Security) mengacu pada perlindungan
terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).33
Berdasarkan Human Development Report 1994 yang dikeluarkan oleh
UNDP, definisi konsep keamanan manusia mengandung dua aspek penting:
1.
Keamanan manusia merupakan keamanan dari ancaman-ancaman
kronis seperti kelaparan, penyakit, dan represi.
2. Keamanan manusia pun mengandung makna adanya perlindungan atas
pola-pola kehidupan harian seseorang baik itu di dalam rumah, pekerjaan,
atau komunitas dari berbagai gangguan yang datang secara tiba-tiba serta
menyakitkan.34
Berkembangnya konsep human security dalam isu-isu hubungan
internasional tidak terlepas dari faktor-faktor yang turut memengaruhi
perkembangan human security. Konsep human security menekankan pada
pentingnya sentralitas manusia sebagai individu maupun kelompok dalam seluruh
kerangka keamanan. Faktor human security lebih difokuskan pada tataran
individu yang membutuhkan:
33
1.
Kepastian atas “Pembangunan yang Berkelanjutan”
2.
Kepastian Hukum
3.
Good Governance
Erwin Ruhiyat, Pengantar Kajian Human Security. Taki-Taki [jurnal on-line]; tersedia di
http://id.scribd.com/doc/114988976/Pengantar-Human-Security, diunduh pada 20 Maret 2014,
pkl. 19.07 WIB.
34
UNDP, 1994, hal. 23.
38
4.
Keadilan Sosial pada Tingkat Makro
Persoalan human security akan melemahkan sumber daya manusia.
Terutama di negara-negara berkembang yang masih berada dalam masa transisi
politik,
diliputi
berbagai
masalah
disintegrasi
bangsa,
krisis
ekonomi
berkepanjangan, konflik etnis, serta merebaknya korupsi di antara para pejabat
pemerintahan, dan aparat penegak hukum. Berbagai persoalan domestic ini juga
meningkatkan berbagai ancaman terhadap human security.35
Human security bersifat umum maka dikatakan “transnasional” karena tidak memandang batas n
negara. Semua negara pastinya akan terkena ancaman darinya. Pemberlakuan
kerjasama internasional perlu digalang masyarakat dari seluruh elemen negara
maupun non-negara demi menciptakan keamanan dalam lingkup domestik,
regional, dan internasional.
Dengan melihat konsep di atas maka dapat saya simpulkan bahwa faktor
seperti politik mampu mendasari sebab dari kemunculan sebuah isu terkait suatu
ancaman yang sedang hangat diperbincangkan sekarang. Seperti apa yang terjadi
di Turki pada saat ini, isu pengungsi saat ini menjadi perhatian utama Turki
sendiri dalam hal human security. Seperti dalam satu sisi mereka diharuskan
menerima pengungsi dengan dasar dari human security itu sendiri namun di sisi
lain mereka harus mempertimbangkan kapabilitas negaranya.
35
Ibid.
BAB III
KEBIJAKAN TURKI TERHADAP PENGUNGSI TIMUR TENGAH
A. Orientasi Politik Luar Negeri Turki dari Masa ke Masa
Dalam perubahan transisi orientasi politik luar negeri Turki dari masa
perang dunia pertama hingga sekarang, melibatkan intervensi militer dalam
konsolidasi demokrasi, intervensi militer tidak saja mengingkari kedudukan
normatif militer profesional yang bekerja di bawah kendali otoritas sipil, tetapi
cenderung menanggalkan praktek demokratiasai semu sebagai karakter rezim
hibrida yang mencampurkan unsur otoritarian dan demokrasi36 praktek semacam
ini yang banyak terjadi di negara negara timur tengah seperti Mesir, Suriah,
Libya, Irak, Iran dan Turki sendiri. Dalam prakteknya militer justru ikut campur
dalam politik dengan dalih yang hampir seragam pada umumnya, yakni
menyelamatkan negara, atau setidaknya, ideologi negara sebagaimana antara lain
yang terjadi transisi politik luar negeri tidak luput dari kudeta sejak tahun 1960
hingga reformasi kelembagaan pada tahun 2003, ketika militer sangat
berpengaruh dalam politik melalui pola “mengatur tetapi tidak memerintah” 37
hubungan sipil dengan militer merupakan isu krusial. Secara historis,
angkatan bersenjata Turki (Turk Silahli Kuvvetleri, TSK) telah memainkan peran
penting dalam pembentukan Republik. Bahkan dalam perkembangannya, militer
telah berapa kali melakukan kudeta dimulai dari tahun 1960, 1971, 1980 dan
1997.
36
Alfred Stephan dan Juan.JLinz , Democratization Theory and Arab Spring, dalam bukuMiliter
dan Politik di Turki, Hal. 1
37
Ibid Hal. 2
39
40
Secara umum pihak militer di Turki kala itu menganggap pemerintahan sipil
lemah dan gagal mengatasi kekerasan-kekerasan politik yang massive, sehingga
militer tergerak melakukan “penyelamatan terhadap demokrasi dan melindungi
karakter sekuler negara” McLaren mencatat bahwa Turki menghadapi banyak
situasi yang serupa dengan rezim transisi Eropa Selatan lainnya, tetapi tidak
seperti mereka, sejauh ini (Turki) telah gagal untuk mencapai demokrasi penuh.
Dengan demikian, hal ini menciptakan teka-teki membingungkan yang masih
perlu diselesaikan.38 Telaah lainnya, misalnya seperti yang dilakukan aknur39 dan
Cizre40 menjelaskan perpolitikan Turki dewasa ini mewarisi tradisi negara kuat
(strong state) yang berakar dari rezim politik sebelumnya, AKP sendiri
merupakan partai baru yang berkuasa di Turki memanfaatkan tradisi negara kuat
sebagai residu tradisi Turki Utsmani dan Kemalis. 41 Fenomena semacam ini
dikaitkan dengan corak konflik tradisional Kemalis yang berlangsung, cirinya
militer sekuler mengidentifikasikasi Islamis dan Kurdi sebagai ancaman yang
nyata terhadap nasionalisme. Karena AKP menggambarkan pergerakan islam
sebagai ideologi partai yang merupakan ancaman, jika keseimbangan ini dapat
terwujud dalam politik domestik dipandang mampu memaksa militer yang sudah
lama memainkan roda politik di Turki untuk tidak bersifat konfrontatif.
Hubungan Sipil dan Militer tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah
demokratisasi Turki yang sesungguhnya telah tersorot sejak 1876, ketika
38
Lauren M. McLaren, Constructing Democracy in southern Europe A Comparative Analysis of
Italy, Spain, Turkey, New York: Routledge, 2008 Hal. 1
39
Muge Aknur, “ The Impact of Civil-Military Relations on Democratic Consolidation in Turkey
”
40
Umit Cizre, “ The Justice and Development Party and The Military: Recreating the Past after
Reforming it “
41
Siret Hursoy, “ Impact of The State on Democratic Consolidation in Turkey (ed) ” Hal. 115-116
41
konstitusi modern dan pemilu multipartai pertama kali diterapkan. 42 Fase ini
berusia singkat, namun kembali hadir pada tahun 1908-1913, berlanjut pada masa
awal Republik (1923-1925 dan 1930) dan pemilu multipartai 1946 hingga dewasa
ini, tradisi perpolitikan sipil di Turki juga tidak dapat di lepaskan dari ketatnya
regulasi politik kemalisme dan pengaruh sufisme beragam gerakan sosialnya.
Resultan dari dua arus tersebut membentuk karakter politik sipil yang moderat, di
mana kekuatan ideologis islam terorganisisasi garis keras tidak memiliki akar
yang kokoh. Kekuatan politik Islamis di Turki memilih selalu hadir dalam sistem
multi partai dan pemilu, bahkan dapat bergabung dalam koalisi pemerintahan,
Praktik Sekularisme di Turki tidak selalu mengabaikan Faktor Islam, termasuk
terutama pemanfaatannya dalam menangkal Komunisme, dan isu persatuan
nasional – menyusul disosialisasikannya doktrin sintesis Turki-Islam oleh militer
dan pemerintah pada dekade 1980-an.
Uraian di atas dimaksudkan untuk menjelaskan adanya modal historis dalam
proses proses negosiasi demokrasi di Turki. Deradikalisasi politik sipil terbentuk
dari proses historis kemalis yang radikal dan tradisi Sufisme – Moderat. Selain itu
tak dapat dipungkiri, militer tetaplah merupakan kekuatan politik yang selalu
menginginkan stabilitas politik kendatipun hal itu harus dilakukan melalui praktek
praktek quasi-demokrasi, hal yang sepanjang perang dingin tidak terlalu
dipersoalkan oleh Barat sebagai sekutu utama Turki. Hingga 2003, setahun setelah
partai AKP berkuasa, pemerintah Turki baik sekuler maupun islamis dalam kasus
pemerintahan Necmettin Erbakan pertengahan 1990-an nyaris tidak pernah
42
Op.Cit Hal. 12
42
memanfaatkan faktor kekuatan internasional NATO dan Uni Eropa dalam
mengelola demokrasi internalnya.
Setelah partai AKP berkuasa cara pihak militer merespon kebijakan
kebijakan pemerintah radikal AKP menurut pandangan militer dan juga
bagaimana militer mempertahankan pengaruhnya dalam politik ketika Hadirnya
AKP di pemerintahan menandai sebuah fase transisi politik, akan terjawab dalam
perspektif perbandingn politik, secara umum, model demokratisasi yang terkait
dengan penataan ulang hubungan perpolitikan sipil dan militer di Turki dari masa
ke masa bukan hanya menginspirasikan kompatibilitas islam dan demokrasi,
tetapi juga sekaligus kemampuan kekuatan politik pasca-islamis (AKP) dengan
memanfaatkan Uni Eropa dalam berengoisasi dengan kekuatan militer dalam
politik.43 Turki akan semakin dipandang relevan apabila diperbandingkan dengan
dinamika politik di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan negara lain yang
memiliki tradisi kudeta militer, seperti Thailand unuk daerah Asia Tenggara,
Pakistan dan Bangladesh di Asia Selatan, bahkan Indonesia. Dibandingkan
dengan Mesir dan berbagai negara Arab, juga dengan Pakistan dan Bangladesh,
militer Turki dan Indonesia lebih memiliki kesamaan karakter dalam protes
demokratisasi, namun sebagaimana militer Mesir dan Thailand mereka juga
mengalami transisi politik dari pemerintahan sipil ke Militer.
Turki dalam memodernisasi militernya justru diinsipirasi oleh kemajuan
negara-negara Barat, gagasan Eropa pada Turki muda di mana Mustafa Kemal
merupakan pemimpin tertinggi dari Republik Turki pada masa itu sangat
43
Alfian Alfan M, Militer dan Politik di Turki, 2015, Hal. 15
43
mengagumi Eropa selain dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan plural, di mana
penduduk musim berdampingan dengan Yahudi sebagai komunitas terbesar dan
Yunani. Eropa pada waktu itu sedang berada pada era yang indah, hal itu terkait
dengan kondisi abad ke sembilan belas, di mana Eropa dipandang sangat
berpengaruh dan mampu mengkonsentrasikan “Kekuatan, Pengetahuan, dan
kesejahteraan”
Pada dekade 1950-an, Turki sendiri waktu itu dinahkodai pemerintahan
Menderes membuat sebuah kebijakan penting dalam upayanya untuk menjadi
sekutu Negara Barat di mana Turki antara lain telah menjadi anggota Dewan
Eropa. 44 Manuver Politik untuk mendekat ke Amerika Serikat juga gencar
dilakukan, di mana Doktrin Truman dipandang cocok dengan rencana-rencana
modernisasi Turki. Untuk menegaskan kesejahterannya dengan haluan strategis
Barat, di bawah payung PBB, Turki berpartisipasi aktif dalam Perang Korea
1950-1953 sebagai bentuk Loyalitasnya terhadap Resolusi PBB untuk
menyelesaikan konflik tersebut melalui penggunaan militer sebagai hard
diplomacy dari pihak negara Barat untuk menyelesaikan perang Korea.
Banyaknya tentara Turki yang gugur dalam perang Korea berhasil menuai simpati
dari pihak Barat, setidaknya hal itu memperlihatkan kesungguhan dan
Pengorbanannya yang patut diapresiasi, bagaimanapun pengajuan Turki pada saat
itu untuk masuk ke NATO ditolak oleh Denmark dan Norwegia, kemudian
akhirnya keanggotaan Turki dalam NATO diakui secara penuh pada 18 Februari
44
Op.Cit Hal. 46
44
1950 sejak Aplikasinya paada tahun 1950.45 Diterimanya Turki sebagai anggota
NATO, dapat dinilai sebagai kesuksesan besar DP (Democratic Party) maupun
partai oposisi. Mereka sama sama memiliki alasan rasional, masuknya Turki ke
NATO dipandang sebagai jaminan terhadap agresi Uni Soviet dan sebagai
jaminan aliran bantuan dan pinjaman Negara Barat yang akan membuat
Modernisasi Turki dimungkinkan. Namun secara emosional hal itu dipandang
sebagai tanda diterimanya turki sebagai bagian dari negara negara barat. Interaksi
Turki dalam NATO telah merombak pola dan doktrin Prusia dalam kemiliteran
dan berbagai bantuan militer bernilai lebih dari dua miliar Dolar AS untuk
memodernisasi dan mekanisasi militer kemudian banyak perwira turki yang
terlibat dalam berbagai pelatihan melalui program NATO. Bagaimanapun
dinamika politik Turki yang sangat bergantung akan Uni Eropa dari masa ke masa
mengalami perubahan drastis semasa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan pada
tahun 2014 sampai saat ini.
Dia mengatakan dalam pidato nya dalam UN Speech:
"Again, those objecting (to) the murders in Iraq, Syria and the murder of
democracy in Egypt are subjected to certain unfair and groundless
accusations and almost immediately accused of supporting terrorism, If we
defend democracy, then let's respect the ballot box. If we will defend those
who come to power not with democracy but with a coup then I wonder why
this UN existsin his speech”46
Pernyataan ini mengarah kepada Negara Timur Tengah yang mengalami
pemberontakan oleh militernya sendiri seperti apa yang dialami oleh Turki dari
masa ke masa dalam perpolitikannya selalu mendapat intervensi dari militer.
45
Ibid
Dikutip melalui (http://www.jpost.com/Middle-East/Egypt-slams-Turkish-leader-Erdogan-afterUN-speech-376322)di akses pada tanggal 25 Oktober 2016
46
45
Sebelum terjadinya kudeta yang ingin menggulingkan pemerintahan Erdogan
sepenuhnya, kudeta ini terjadi disebabkan Erdogan berhasil menghilangkan
Sekulerisme yang sangat dipertahankan oleh militer kemudian Erdogan
menggantinya dengan konservatif Islam yang bertentangan dengan Sekulerisme,
namun pemberontakan ini mengalami kegagalan dan dapat mengubah mata dunia
bahwa dampak dari Arab Spring tidak dapat mempengaruhi dinamika politik
yang terjadi di Turki pada pemerintahan Erdogan saat ini, akan tetapi kegagalan
tersebut akan menjadi perubahan yang baru dalam proses demokrasi yang terjadi
di Turki.47
B. Kedudukan Turki di antara Eropa dan Timur Tengah
Pasca runtuhnya kekhalifahan islam di Turki, dan Turki berubah menjadi
negara Republik dan mengadopsi sekulerisme di negaranya sebagai bentuk
demokratisasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk yang sangat
mengagumi budaya barat, akhirnya dapat menarik perhatian dari negara barat
untuk melakukan sebuah invasi secara tidak langsung melalui industri dalam
bidang militer, teknologi dan ilmu pengetahuan yang pada saat itu telah memasuki
era kejayaan. Hal seperti itu tidak di sadari oleh pemimpin di negara timur tengah
akibat tidak bersatunya para penguasa lokal di negara muslim tersebut. Analisa
atas kedudukan Turki di antara dua kawasan tersebut memungkinkan terjadi
sebuah relasi yang baik antar kedua kawasan sekaligus menguntungkan pihak
Turki sendiri sebagai negara yang menghubungkan kedua kawasan tersebut faktor
geopolitik semacam ini dapat mempengaruhi kondisi geografis baik berupa posisi
47
Dikutip melalui (http://www.jpost.com/International/Turkish-Prime-Minister-says-military-coupattempt-underway-460533) Di akses pada tanggal 26 Oktober 2016
46
strategis, kondisi iklim, sumber daya alam, populasi serta tak luput dari sejarah
negara. Apa lagi banyak negara di kawasan timur tengah yang sempat menjadi
bagian dari kekhalifahan Turki secara historisnya. Turki berada di persimpangan
tiga yaitu benua Asia, Eropa, dan Afrika yang terbentang dari semenanjung
Anatolia Barat Daya hingga daerah Balkan di bagian Eropa tenggara namun
penulis akan mengangkat dua kawasan untuk di analisa mengenai keuntungan
turki sebagai negara yang menghubungkan kedua kawasan tersebut,48
Sejarah di atas telah mewarnai kebijakan Turki tehadap relasi dengan Eropa
dan Timur Tengah, perdebatan ini akhirnya berujung pada kebijakan pro terhadap
negara Eropa atau westernisasi yang diperkenalkan oleh mustafa kemal dan
berujung sampai sekarang, kebijakan pro barat ini berlanjut hingga masa perang
dingin di mana Turki ikut terlibat dalam proyek Marshall Plan.
Proyek ini bagi Turki merupakan peluang untuk masuk ke dalam bagian Uni
Eropa, sebagai bentuk keseriusannya Turki turut berkontribusi dalam the
Committee for Europian Economic Co- Operation (CEEC).49
Gambar 1.1 Menunjukkan Letak Geografis yang sangat Strategis dari Turki terhadap
kawasan Timur Tengah dan kawasan Eropa
48
Austin, “The Geopolitics Of Turkey : Searching for More.” Stratfor, (2010), 2-11.
Şaban Çalış,“Turkey's Integration with Europe : Initial Phases Reconsidered.”SAM (Centre for
Strategic Research), (2000), 8.
49
47
Dari gambar
peta di atas dapat disimpulkan bahwa Kondisi Geografis
maupun Geopolitik di atas sangat menguntungkan bagi Turki dalam
merealisasikan kepentingan identitas, kepentingan ekonomi dan kepentingan
politik terhadap kedua kawasan tersebut seiring dari bagaimana pemerintah Turki
menyikapi
berbagai
potensi
ancaman
terhadap
negaranya
dari
pihak
Russia,Ukraina ( yang dulunya adalah Uni Soviet ) dapat memanfaatkan
kepentingan luar negerinya dalam membangun hubungan bilateral dengan negaranegara barat yang secara historis sempat berkonflik dengan Turki, kemudian
pihak Turki berhasil menjalin sebuah hubungan diplomatik yang baik dengan
Eropa yang pada saat itu menjadi sekutu utama Turki dibandingkan negara Timur
Tengah yang merupakan aliansi terlama Turki pada masa kekaisaran Ottoman.
Sekutu mampu mendorong Turki untuk terlibat dalam Proyek Marshall
Plan yang digagas oleh Amerika Serikat dikarenakan alasan strategis untuk
mencegah expansi Uni Soviet masuk ke kawasan Timur Tengah yang terlebih
dahulu sudah berhasil dipengaruhi oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya
melalui penyebaran Ideologi demokrasi terhadap sistem Ototriter/Monarchy yang
dominan berada di negara negara Timur Tengah tersebut. Selain itu keikutsertaan
Turki dalam NATO pada tahun 1952 (North Atlantic Organization) adalah
organisasi yang digagas oleh negara Uni Eropa guna untuk saling melindungi diri
dari invasi Uni Soviet pada saat itu, kemudian kepentingan Turki akan itu
akhirnya membuahkan hasil yang mana lebih mendekatkan hubungan Turki
dengan Uni Eropa
48
Kedekatan dari segi politik luar negeri tersebut kemudian mengantarkan Turki
untuk lebih memperjelas keanggotaannya lagi dalam Uni Eropa yang secara resmi
diajukan pada 1987. Keinginan Turki untuk bergabung bersama Uni Eropa
semakin besar seiring dengan meningkatnya kepentingan luar negeri terhadap Uni
Eropa, kepentingan tersebut mencakup
a. Kepentingan Identitas
Kepentingan identitas yang dimaksud adalah identitas pro barat yang
dinamakan olrh Mustafa Kemal Ataturk sewaktu memimpin Republik Turki dan
telah mengakar sebagai revolusi Kemalism (dalam istilah Turki),
50
secara
substansi ideologi tersebut telah mengakar dan merubah tatanan politik, budaya,
dan sistem perekonomian Turki yang sebelumnya didasari pada nilai-nilai islam
semasa pemerintahan dinasti Ottoman.51 Revolusi ataturk menjadikan alasan bagi
Turki untuk bergabung ke Uni Eropa 52 ditambah lagi revolusi ataturk sangat
berorientasi barat didukung juga dengan pengaruh geopolitik yang semakin
mendekatkan Turki ke kawasan Eropa. Sehingga tidak dipungkiri jika pada masa
awal berdirinya Republik Turki, pemerintah saat itu berupaya mengatur kebijakan
mengarah ke Eropa.
b. Kepentingan Ekonomi
Faktor ekonomi juga menjadi kepentingan Turki untuk menjadi bagian
dari keanggotaan Uni Eropa. Kondisi perekonomian Turki pada awal perang
dingin sangat memburuk sehingga dengan cara tersebut sangat mempengaruhi
Utkan, Kocatürk. “Atatürk’s Revolutions And Modernization.” Atatürk Araştırma Merkezi
Başkanlığı. 2013. (http://www.atam.gov.tr/dergi/sayi-13/ataturks-revolutions-and-modernization)
diakses pada 24 Februari 2016.
51
Kocatürk. “Atatürk’s Revolutions And Modernization.”
52
Çalış, “Turkey's Integration with Europe : Initial Phases Reconsidered”, Hal. 8
50
49
kebijakan luar negeri Turki terkait kerjasama mengenai ekonomi, Turki sempa
mengalami krisis ekonomi pada saat Tahun 1980an disebabkan oleh tingginya
tingkat inflasi yang dialami Turki sejak tahun 1970an, di mana gross national
product (GNP) Turki hanya berkisar 0,5% pada tahun 1979 dan 2,8% pada tahun
1980. Untuk menstabilkan perekonomiannya pemerintah Turki melakukan
devaluasi lira sebesar 100% selama dua tahun.
Kondisi perekonomian Turki kala itu mengalami kemunduruan yang pesat
pada masa perang dingin menjadikan pihak Turki harus menata kembali sistem
perekonomian dan perdaganyannya, di mana pemerintah Turki menargetkan
Eropa sebagai pangsa pasaryang menguntungkan sekaligus penyalur foreign aid
yang potensial.
53
Kemudian tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
mewujudkan kepentingan luar negerinya, Turki berhasil masuk dalam EU Custom
Union. Masuknya Turki dalam EU Custom Union menandai permulaan hubungan
perdagangannya dengan Uni Eropa.54
c. Kepentingan Politik
Tak lepas dari kepentingan ekonomi dan identitasnya terhadap Uni Eropa
keinginan Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa didorong juga dari
kepentingan politik, kepentingan ekonomi saja menurut pemerintah Turki dinilai
belum cukup untuk menjelaskan relasi Turki dan Uni Eropa. Kembali ke tahun
1980an menjadi tahun yang baik bagi perkembangan Politik di Turki yang mulai
digerakkan oleh presiden Turgut Ozal pada tahun (1989-1993) dengan
meliberalisasi ekonomi Turki dan menjalin sebuah hubungan bilateral yang baik
53
54
Çalış, “A Key for Understanding Turkey’s Membership Policy”, Hal. 84-85
Gillson, Rowe, dan Ozdemir, Evaluation of The EU-Turkey Customs Union,Hal. 2.
50
dengan Eropa.55 Pemerintah Turki baru menyadari bahwa pentingnya membangun
sebuah relasi dengan Eropa selama periode perang dingin. Karena faktor
geopolitik yang tidak dapat dipungkiri oleh Turki selama perang dingin yang
menggunakan identitasnya sebagai salah satu negara Timur Tengah yang sangat
Pro terhadap kebijakatan Negara Barat dalam kehidupan politik Turki, di mana
hal tersebut di picu oleh ancaman dari pihak Uni Soiviet,56 Namun pasca kejadian
Pemberontakan militer yang dilakukan oleh kalangan minoritas yang merasa
terdiskriminasi oleh pemerintahan Presiden Erdogan dari Partai AKP, Orientasi
Politik Luar Negeri Turki yang dari masa perang dingin hingga sebelum
terjadinya Kudeta militer sangat Pro terhadap negara Barat
pada akhirnya
kembali mempijarkan kakinya untuk kali kedua ke kawasan Timur Tengah
dengan melakukan soft diplomacy terhadap para pengungsi/Refugees yang berasal
dari negara tetangga di kawasan Timur Tengah seperti Suriah, Mesir, Libya dan
Irak yang secara Historis sempat menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman Turki,
kemudian untuk hard diplomacy Turki diperuntukkan untuk ambil bagian dalam
operasi pemberantasan terrorisme pimpinan Amerika Serikat untuk negara-negara
di Timur Tengah yang sedang dilanda akan civil war yang berlarut selama
beberapa tahun terakhir. Kebijakan seperti itu akhirnya membuahkan hasil bagi
Turki untuk kembali rujuk dengan negara negara Timur Tengah dalam jangka
waktu sementara, Timur Tengah bagi Turki adalah sebuah wilayah yang secara
politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, Afrika-Eurasia, yang pusat
dari wilayah ini adalah daratan Mediterrania dan Teluk Persia serta wilayah yang
55
56
Alaranta, “Turkey Under the AKP”, Hal. 6
Ibid
51
memanjang dari Anatolia, Jazirah Arab dan Asia Tengah di sebelah Utara, media
dan PBB pada umumnya menganggap wilayah Timur Tengah sebagai Asia Barat
Daya (termasuk Turki dan Iran) dalam Mencapai kepentingan luar negerinya di
kawasan Timur Tengah, Turki menggambarkan kondisi Timur Tengah dari
kondisi Geografisnya sangat unik. Karena merupakan wilayah yang terletak pada
pertemuan Eropa, Asia dan Afrika dengan demikian bahwa penjelasan terkait
wilayah Timur Tengah bagi pihak Turki sendiri sangat strategis terhadap tiga
benua yang ditujukan dalam peta Ekonomi Politik.
C. Sejarah Perkembangan Politik Luar negeri Turki
Dalam konsep geopolitik, kondisi geografis dapat mempengaruhi arah
kebijakan luar neger suatu negara. Dalam hal ini Turki, kerena faktor geografis
dapat menentukan the state and political power untuk Turki sebagai negara yang
menghubungkan dua kawasan. Kondisi ini kemudian mengharuskan Turki untuk
berperan aktif sebagai negara penghubung bagi dua kawasan tersebut yang tidak
lain pula arah kebijakan Turki dapat berpengaruh terhadap stabilitas hubungan
dari kedua kawasan tersebut.
Sebagai contoh dari pernyataan di atas, dahulu Turki pernah menjadi salah
satu negara yang dari sudut religi dipandang sebagai pemain penting bagi
kemajuan Islam di Timur Tengah, karena pengaruh Kekaisaraan Ottoman begitu
kuat kemudian dapat mempengaruhi sebagian besar negara Barat untuk terbuka
terhadap ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh cendekiawan muslim untuk
52
dikembangkan di negaranya sendiri.57 Hal ini sesuai konsep Living Globe Organic
View of State yang menyatakanbahwa negara merupakan sebuah organisme hidup
yang dilahirkan dan tumbuh menjadi negara muda, dewasa dan akhirnya mati.
Terbukti ketika Kekaisaran Ottoman Turki runtuh dan berganti menjadi Republik
Turki kemudian budaya Islam yang masih melengket kuat dari Kekaisaran
Ottoman tersingkirkan dengan sendirinya oleh budaya barat dan paham
sekulerisme yang diperkenalkan Ataturk dan merupakan sebuah langkah politik
luar negeri Turki untuk meninggalkan kawasan Timur Tengah sementara dan
melangkah ke Kawasan Barat untuk mencapai sebuah dinamika politik yang baru
dengan negara-negara Barat.
Ketika Turki memasuki abad dimana persaingan era industri menjadi sangat
jelas dan memanasnya perpolitikan di kawasan Eropa antara Jerman dengan
negara negara Eropa sebagai awal dari perang dunia kedua, Turki kala itu bawah
kepemimpinan president İsmet İnönü (1938 – 1950) membawa Turki untuk
pertama kalinya tidak terlibat dalam perang dunia kedua, dengan melihat atas
kekalahan turki pada perang dunia pertama, İsmet İnönü kala itu lebih berfokus
untuk membenahi perekonomian Turki yang masih terpuruk akibat perang dunia
pertama, dengan melakukan berbagai pendekatan kepada Uni Soviet, Jerman,
Inggris, Italia dan Prancis. Walaupun mendapat tekanan dari negara Eropa yang
57BBC,
Ottoman Empire (1301-1922)
(http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/history/ottomanempire_1.shtml) di akses pada
tanggal 21 januari 2017
53
berkonflik satu sama lain presiden İsmet İnönü berkomitmen agar menjaga Turki
tidak terlibat dengan perang dunia kedua.58
Seperti yang dikemukakan oleh H.B Swope mengenai realita perseturuan
Amerika Serikat dengan Uni Soviet dalam mempertahankan aliansinya pasca
berakhirnya perang dunia kedua, yang merupakan perang paling besar memakan
korban setelah perang dunia pertama. Membuat Turki harus melihat kesempatan
untuk mendekatkan diri kepada negara-negara Barat untuk mencapai sebuah
kepentingan nasional yang menguntungkan bagi perekonomian, identitas dan
politik Turki, karena sangat sulit untuk memulihkan perekonomian Turki kala itu
apabila tidak melakukan kerjasama dengan negara-negara Barat dalam sektor
perindustrian dan militer.
Upaya Turki untuk menjadi negara penghubung di antara du kawasan ini
tergambar jelas ketika Turki berjuang untuk masuk ke Eropa yang masih menjadi
tantangan besar bagi negaranya sendiri. Beragam kerjasama dengan Eropa telah
disikapi positif oleh pemerintah Turki terkait isu konflik yang menjadikan
pandangan Turki di mata dunia sebagai puppet state dari negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat, namun ada kerjasama yang menggambarkan Turki sebagai
negara yang merangkul kedua kawasan seperti kerjasama yang menciptakan
stablitisas kawasan untuk
jalur geopolitiknya antara lain di Laut Balkan,
Caucasus, Caspian Basin, Black Sea, Mediterranian, dan Teluk Persia meliputi
Afrika dan Timur Tengah. Strategi ini akan lebih memperkuat garis sejarah Turki
58
Inonu Foundation, Gains in International Politics (
http://www.ismetinonu.org.tr/index.php/gains-in-international-politics/gains-in-internationalpolitics) diakses pada tanggal 21 januari 2017
54
dengan kawasan Timur Tengah, selagi hubungan diplomasi Turki dengan Uni
Eropa tidak terganggu.59
Ketika memasuki Perang dunia ke dua, neutral foregin policy merupakan
langkah yang tepat untuk orientasi politik luar negeri Turki. Kemudian orientasi
politik luar negeri Turki mengalami perubahan drastis ketika di bawah
kepemimpinan dari aktor Militer Cemal Gürsel menjadi Presiden Turki yang
melibatkan Turki untuk kedua kalinya menjadi subjek negosiasi antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet.
Di sisi lain, konflik secara tidak langsung antara Turki dan Yunani dalam
memperebutkan Cyprus. Waktu itu Turki mendapatkan support langsung dari
Amerika Serikat atas sengketa kepulauan Cyprus, dalam bentuk dukungan secara
tidak langsung dengan memberikan sebuah surat dan juga bertujuan untuk
menghindarkan Turki dalam aneksasinya menggunakan opsi Militer.
“I am gravely concerned by the information which I have had through
Ambassador Hare from you and your Foreign Minister that the Turkish
Government is contemplating a decision to intervene by military force to
occupy a portion of Cyprus. I wish to emphasize, in the fullest friendship
and frankness, that I do not consider that such a course of action by Turkey,
fraught with such far reaching consequences, is consistent with the
commitment of your government to consult fully in advance with the United
States. Ambassador Hare has indicated that you postponed your decision
for a few hours in order to obtain my views”60
Isi surat diatas menggambarkan bahwa kelangsungan aliansi Turki dan
Amerika Serikat dapat diartikan sangat kuat dengan memastikan kepemilikan
Turki atas pulau Cyprus. Sudah jelas dalam artian tanpa menggunakan intervensi
Davutoğlu, Ahmet. 2009. Turkish ForeignPolicy and The EU in 2010.
Turkish PolicyQuarterly Volume 8, Numder 3: 11-17.
60
Cyprus-Dispute, Letter to Prime Minister Inonu from President Jhonson dated June 5, 1964
(http://www.cyprus-conflict.org/materials/johnsonletter.html) diakses pada tanggal 21 januari 2017
59
55
dari pihak manapun, sikap agresif itu akan menjadi konflik Turki dan Yunani
yang untuk pertama kalinya sebagai anggota Uni Eropa dan hal ini tidak dapat
diterima oleh angggota Uni Eropa yang lain.
BAB IV
ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI TURKI TERHADAP EROPA
DAN TIMUR TENGAH TERKAIT ISU PENGUNGSI
A.
Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa dan Timur Tengah
A.1. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Eropa
Uni Eropa adalah sebuah organisasi regional yang membawahi negaranegara yang berada dalam benua Eropa serta memiliki identitas dan sejarah yang
sama. Problem ini yang menjadi salah satu faktor penghalang Turki untuk menjadi
bagian dari Uni Eropa walaupun secara historis terdapat sejarah yang kuat
mengenai hubungan Turki dan Eropa pada saat itu.
Bagaimanapun pada akhirnya ketegangan antara negara-negara Eropa dan
Uni Soviet ketika masa kepemimpinan Gorbachev yang memperkenal program
new thinking untuk Uni Soviet yang menurut dari Joseph.S Nye sebagai tanda
akan berakhirnya perang dingin dan dinyatakan sebagai sebuah konsep politik luar
negeri yang menggantikan konsep zero sum game dan konsep security dilemma.
Program new thinking ini lebih mengarah kepada konsep politik luar negeri untuk
keamanan bersama (seluruh kawasan Eropa meliputi Eropa Timur). Yang dalam
pelaksanannya menekankan ketergantungan antar negara dan penolakan terhadap
jenis politik luar negeri yang bersifat expansionis. Kebijakan tersebut disambut
baik oleh Turki pasca keanggotaannya dalam Uni Eropa diterima semasa perang
dingin berlangsung dan setiap negara yang ingin berhubungan ataupun bergabung
kedalam Uni Eropa, mereka dituntut untuk memenuhi semua aturan Uni Eropa
pasca berakhirnya perang dingin dengan Uni Soviet tahun 1991 yang berhasil
56
57
mendorong Uni Eropa untuk semakin meningkatkan kerjasama serta mencakup
bidang bidang yang lebih luas. Uni Eropa pada akhirnya memberikan sinyal
untuk membuka pintu bagi anggota anggota baru melalui perluasan (enlargment)
khususnya dari negara negara bekas Uni Soviet di kawasan Eropa Tengah dan
Timur demi mencapai suatu integrasi yang lebih mendalam antar negara-negara
kawasan Uni Eropa.
Kemudian, di tengah kesimpangsiuran status Turki di Uni Eropa, Turki justru
aktif dalam organisasi pertahanan bersama negara-negara Barat. Contohnya
adalah konflik Kosovo yang merupakan satu rangkaian kebijakan luar negeri
Turki dalam melibatkan militernya di bawah bendera NATO dan ada faktor utama
pendorong akan keterlibatannya seperti,
 During the entire conflict, Turkish leaders did not take major initiatives in
the international diplomatic arena. They even refrained, especially during
the first phase of the fighting, from commenting on the events and the
whole issue did not give rise to passionate political debate (as it had for
Bosnia-Herzegovina). After the decision of military intervention was made
by its NATO allies, here again, Turkish military and political leaders
looked rather reluctant to invest in this military operation. Turkish leaders
did not oppose the intervention (as they did in the case of Greece and
Russia for example) but expressed their willingness to remain on the
side.61
61
Balkanlogie, Turkish Policy towards the conflict in Kosovo: the preeminence of national
political interest (https://balkanologie.revues.org/517) diakses pada tanggal 21 januari 2017
58
 Between 1992 and 1995, the persecution of Muslims in BosniaHerzegovina aroused scandalized reactions in the public opinion in
Turkey. The Turks saw - or perceived - their fellow Muslims massacred
precisely because of their religion. The war in Bosnia-Herzegovina was
extensively commented on in the press and in public declarations, and
Turkey exerted a fairly intense diplomatic pressure on the international
community by launching initiatives whenever it could in the international
organizations to which it belongs (NATO, OSCE, UN, Organization of the
Islamic Conference). Moreover, Turkish leaders insisted on the
implementation of the decisions of the United Nations, even if this meant a
military intervention
 More surprisingly, Turkey finally participated in the actual bombings
during the NATO strikes. This represented a noticeable change in the line
followed during the conflict in Bosnia-Herzegovina, and reactions in the
Turkish press were rather mixed. Turkish leaders themselves were
somewhat embarrassed and rumors spread in the press before
confirmation in mid-May 1999. A month earlier, Biilent Ecevit, the former
Prime minister, was categorically denying Turkey could participate in
offensive missions, and most analysts did not expect Turkey to do so.
Turkey probably wanted to strengthen its positions within the Alliance,
and this, several weeks after the Washington summit where it had to fight
hard against the French-English proposal to establish a European Identity
of Defense and Security, which would have marginalized it. A few days
59
earlier, the Turkish cabinet had also approved the NATO request for using
Turkish bases during the air strikes.62
Ketiga point di atas membuktikan bagaimana manuver politik luar negeri
Turki bermain dalam mewujudkan identitas negaranya untuk dapat diakui sebagai
bagian dari benua Eropa dan sekaligus faktor historis tersebut terindikasi kuat
dengan Turki dalam menggambarkan Turki tetap ingin diakui oleh negara-negara
Timur Tengah meskipun kedekatannya dengan Uni Eropa dapat terwujudkan.
A.2. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Timur Tengah
Hubungan bilateral Timur Tengah dan Turki tidak selesai dengan begitu
saja ketika Turki meninggalkan budaya Islamnya dari peninggalan Kekaisaran
Ottoman. Turki tetap berusaha menjalin hubungan baiknya dengan negara-negara
Timur Tengah, yang kemudian Timur Tengah melihat ini sebagai sebuah
keuntungan untuk mempererat hubungan diplomatiknya dengan negara-negara
Barat terkait revolusi industri di kawasan Timur Tengah yang berkembang pesat
dengan melihat Turki sebagai salah satu negara penghubung yang dianggap masih
menjadi bagian dari kawasan Timur Tengah itu, akan dapat memberikan efek
positif untuk peningkatan kapabilitas ekonomi negara-negara di kawasan Timur
Tengah.
Negara dalam mewujudukan kepentingan luar negerinya terlebih dahulu
harus dapat memenuhi kebutuhan dasar warga negaranya bukan hanya dari segi
aspek militer. Seperti yang dirasakan oleh Turki dan Timur Tengah pasca
berakhirnya dinasti Ottoman, aspek ekonomi juga harus mampu menjadi bagian
62
Ibid
60
dalam mencapai itu seperti Turki yang pada dasarnya dalam menjalin kerjasama
ekonomi dengan Uni Eropa dan keinginan keras pemerintah Turki untuk menjadi
bagian dari Uni Eropa dapat dilihat dari penawaran dalam aspek ekonomi dan
penggagas kerjasama internasional seperti Ankara Agreement pada tahun 1970
dan Custom Union yang mengarah pada tahap penting persiapan Turki untuk
menjadi bagian dari Uni Eropa melalui beberapa kerjasama seperti free trade
agreements untuk meningkatkan hubungan komersil yang baik antara Turki dan
Uni Eropa dalam mencapai kebutuhan kedua negara untuk saat ini. Bukan hanya
antara Turki dan Negara Eropa yang menyepakati free trade agreement Canada,
Singapore dan Korea Selatan ikut ambil bagian untuk mewujudkan kerjasama
yang menguntungkan kedua belah pihak ini.63
Turki mengharapkan kerjasama selama ini dijalin dengan Uni Eropa dapat
meningkatkan pengakuan dari masyarakat internasional bahwa mereka adalah
negaara yang menjunjung tinggi demokrasi dan lebih demokrasi dibanding negara
islam lainnya. Hubungan Turki dengan Suriah mencapai taraf keberhasilan paling
gemilang bagi Turki dengan menggunakan Prinsip “Zero Problem with
Neighbours“64 . di awal tahun 2011, hubungan kedua negara berhasil mencapai
sebuah puncak persahabatan, namun berbagai isu yang selama ini menghantui
hubungan Turki dan Suriah. Sebelum normalisasi hubungan bilateral Turki dan
Suriah Terwujud, Suriah merupakan ancaman nyata paling bahaya bagi Turki
sebab Suriah pernah mengklaim wilayah Hatay sebagai miliknya dan dukungan
63
Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs, Turkey-EU Relations
(http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-european-union.en.mfa) diakses pada
tanggal 20 januari 2017
64
“Seline Bolme”, SETA. Turkey in 2011. Policy Report , 20 Januari 2017
61
Suriah terhadap kelompok PKK yang menjadi musuh utama Turki hingga saat ini.
Namun semenjak rakyat suriah mendeklarasikan untuk melakukan perlawanan
terhadap rezim pemerintahan bashar al assad pada maret 2011 hubungan bilateral
kedua negara mengalami penurunan, kemudian Turki menunjukkan niat untuk
untuk terlibat lebih jauh kedalam dalam proses perdamaian di suriah untuk
meningkatkan pamor di kawasan Timur Tengah melalui sebuah Kerjasama.
Kerjasama dapat di jadikan sebagai alat dalam mencapai kepentingan politik
spesifiknya di lakukan oleh actor independent, seperi Turki kala waktu
mengeluarkan kerjasama yang mengarah kepada opsi militer dalam melakukan
perlawanan terhadap Terorisme yang terjadi di negara tetangganya sejak tahun
2011 seperti Suriah, dan juga bertujuan untuk mencegah tindak terorisme masuk
sampai ke kawasan Turki. Turki menjadi salah satu negara yang sejak awal
pecahnya konflik di Suriah merupakan Negara yang menjadi penyuplai logistik
utama untuk kelompok oposisi suriah dengan memberikan akses bagi suntikan
dana dan senjata dari Turki sampai ke pihak oposisi, kelompok oposisi suriah
menjadikan Turki sangat penting dalam perlawanannya ke pemerintah Bashar Al
Assad. Alasan mengapa pemerintah Turki pada tahun 2014 sangat sering
memberikan bantuan logistik terhadap pasukan oposisi suriah, di karenakan
tekanan dari negara Eropa dan sekutunya untuk mencegah warga negaranya yang
ingin bergabung dengan kelompol radikal islam seperti Islamic State, dengan
memanfaatkan pasukan oposisi suriah dalam melakukan pencegahan terhadap
62
kelompok yang berasal dari negara Eropa ketika memasuki territorial suriah dan
irak melalui Turki.65
Pemerintah Turki pun menggunakan kelompok oposisi suriah ini dalam
menumpas etnis kurdi yang di anggap bagi pemerintah Turki dapat mengganggu
keamanan Turki. Bagaimanapun Turki dalam menjalankan kebijakannya terkait
isu konflik yang terjadi di Timur Tengah dan sudah melibatkan negara Eropa yang
menjadi tetangga Turki untuk mengambil bagian dalam intervensi ke Suriah,
melihat potensi Power yang di miliki Turki dalam menggunakan kekuatan untuk
mengambil opsi militer dalam menangani konflik yang berkecamuk di Suriah
kalah waktu tak luput Turki memfasilitasi renegosiasi kelompok oposisi dan
pihak pemerintahan suriah dalam menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung
6 tahun dengan
bantuan dari negara Uni Eropa dalam pertemuan yang
berlangsung di Astana yang merupakan ibu kota dari Kazakhstan yang
menggambarkan keterlibatan rusia secara tidak langsung dalam proses
perdamaian ini.66
Seperti di jelaskan oleh Abdurrachmat 1982 dalam bukunya Geografi
Politik dengan memanfaatkan suatu kekuatan, kemampuan dan ketangguhan
dalam membina mengembangkan dan mempertahankan kehidupan politik dari
suatu negara, pihak Turki akan mendapatkan keuntungan dari kedua belah pihak
The Wall Street Journal, Turkey’s Failed Coup Offers Some Relief for Syrian Opposition ,
Rufegees (http://www.wsj.com/articles/turkeys-failed-coup-offers-some-relief-for-syrianopposition-refugees-1468695999) diakses pada tanggal 20 Januari 2017
66
Aljazeera, First Day of Astana Summit endd without break through (
http://www.aljazeera.com/news/2017/01/astana-syria-peace-talks-breakthrough170123180946956.html) di akses pada tanggal 21 januari 2017
65
63
dalam proses perpolitikannya untuk dua kawasan jika perdamaian atas konflik
yang berlangsung selama 6 tahun di Suriah dapat diselesaikan.
B. Kebijakan Luar Negeri Turki Terhadap Pengungsi yang Berasal dari
Timur Tengah Menuju Eropa
Pengungsi lahir di sebabkan oleh konflik dan ekonomi sehingga dalam
upaya unuk memperbaiki taraf kehidupan mereka, mereka memutuskan untuk
meninggalkan negara asal mereka yang sedang melangsungkan konflik. Dengan
menempu rute yang dapat mengancam jiwa mereka sendiri, pengungsi ini sering
menjadi korban Human Trafficking ataupun Trafficking in Person pernyataan ini
di gambarkan ProudFoot dan Brunson McKinley untuk pengungsi seperti apa
yang terjadi dalam situasi saat ini ialah Pengungsi akan menjadi problem utama
untuk abad 21 karena benyak negara di belahan dunia akan merasakan dampak
menguntungkan dan merugikan dari Pengungsi yang ingin mencari sebuah
kehidupan yang dapat merubah perekonomian mereka dan mampu memberikan
rasa aman untuk mereka. Berbeda dengan Romsan yang menggambarkan Status
pengungsi sebagai kelompok yang meninggalkan negaranya karena konflik,dan
tidak sepantasnya mendapatkan perlindungan dari negara yang di jadikan sebagai
tujuan mereka untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka menurut hasil
Konvensi 1951 atau protokol 1967. Sejak Oktober 2011 Turki telah
memperlakukan pengungsi dari suriah dan Irak tidak seperti pengungsi namun
seperti tamu terhormat di negaranya, bukan cuman itu saja Turki memberikan
perlindungan sementara terhadap pengungsi untuk memastikan agar mereka tidak
di kembalikan secara paksa. Namun pada tahun 2014 ini. mulai berlaku untuk
64
mereka agar status pengungsi ini dapat menggambarkan bahwa mereka adalah
pencari suaka sementara yang kontrol oleh General Directorate of Migration
Management (GDMM),
Pengungsi sudah menjadi permasalahan global, namun penanganan terhadap
mereka masih kurang maksimal, karena masih banyak dari mereka belum
mendapatkan perlindungan yang layak, Turki kebetulan secara geografis
berdekatan dengan Irak dan Suriah, sebagai negara tetangga yang harus menjaga
Hubungan Bilateral agar sebuah kepentingan luar negeri dapat berjalan dengan
baik, Turki musti menampung para pengungsi asal Irak dan Suriah.
Pada pertengahan 2014 konflik yang berkecamuk di kawasan Timur Tengah
yang merupakan efek dari Arab Spring yang terjadi pada tahun 2011 di Tunisia,
yang di kemudian hari efek dominonya terasa di Suriah, Irak dan Libya karena
adanya intervensi dari negara-negara Barat yang berhasil mempengaruhi kalangan
minoritas dari salah satu Golongan di negara Timur Tengah yang sistem
kepemimpinannya yang otoriter untuk melakukan revolusi terhadap pemerintah
yang lama dan digantikan oleh pemerintahan yang baru. Perang terjadi dengan
menimbulkan korban dari banyak pihak, sehingga kelompok yang merasa
terancam dan kehilangan tempat tinggal kemudian ingin mencari perlindungan
dan kehidupan yang layak untuk kedepannya dikategorikan sebagai kelompok
pengungsi maupun pencari suaka dan destinasi yang ditempuh oleh kelompok
pengungsi ini merupakan negara-negara maju yang spesifiknya adalah negaranegara Barat.
65
Namun pada tahun 2015 terjadi ledakan pengungsi yang masuk di
perbatasan Eropa, Uni Eropa dihadapkan pada permasalahan krisis pengungsi. Hal
ini ditandai dengan besarnya gelombang pengungsi yang datang ke Eropa akibat
konflik yang terjadi di Timur Tengah, terutama pada Suriah dan Irak yang ingin
mencari suaka. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengungsi yang datang ke Eropa
dimana sedikitnya ada 350.000 pengungsi melewati perbatasan Eropa sejak
januari sampai agustus 2015, dibandingkan dengan jumlah pengungsi sepanjang
tahun 2013 sampai 2014 yang hanya mencapai 280.000.67 masuknya gelombang
pengungsi di wilayah Eropa dipermudah oleh letak geografis dari kawasan Timur
Tengah dan kawasan Eropa yang sangat dekat.
Melihat keadaan ini, krisis pengungsi kemudian menjadi fokus utama dari
Turki dan Uni Eropa, terutama dalam rangka kebijakan CEAS (Common
European Asylum Seeker) yang diterapkan oleh Uni Eropa dan negara-negara
anggotanya termasuk Turki. Maka dari itu Turki yang merupakan bagian dari Uni
Eropa walaupun hubungan bilateralnya sempat merenggang akibat kejadian
kudeta militer yang sedang dihadapi pemerintah Turki yang akhirnya pihak Turki
melakukan penangkapan besar-besaran terhadap orang orang di negaranya yang
menjadi bagian dari kudeta tersebut justru mendapat kecaman dari negara-negara
Eropa yang menjadikan Turki sebagai anggota untuk regional mereka. Kebijakan
tersebut sangat erat terhadap Turki sendiri dan negara anggota Uni Eropa, isu
pengungsi ini menghadapkan kepada pihak Uni Eropa sebagai sebuah tantangan
terbesar bagi kawasanya, terutama pada kerangka kebijakan CEAS yang memang
67
BBC . “Why is EU Struggling with Migrants and Asylum” (http://www.bbc.com/news/worldeurope24583286) diakses pada tanggal 5 january 2017
66
dibuat untuk menangani para pengungsi/imigran yang berkategori sebagai para
pencari suaka.
Rencana relokasi dan sistem pembagian kuota pengungsi untuk ke Turki
dan pihak negara-negara Eropa diajukan oleh pihak Komisi Eropa ke PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) demi menyelesaikan masalah ini. Hasil dari
rencana itu mendapat respon yang baik dari PBB melalui UNHCR (United
Nations High Commissioner of Refugees) dengan penyuntikan dana yang
diberikan melalui pihak Komisi Eropa ke pada pihak pemerintah Turki, untuk
membatasi masuknya gelombang besar kedua dari pengungsi yang berasal dari
Suriah dan Irak, Komisi Eropa menyuntikkan dana tersebut akibat peristiwa besar
yang terjadi di Prancis dan Jerman. Sehingga Turki yang merupakan negara
penghubung antar kedua kawasan tersebut dapat memfasilitasi para pengungsi
melalui penampungan sementara agar gelombang yang menuju Eropa dapat
diminimalisir, namun kebijakan tersebut yang dilaksanakan oleh Turki tak mampu
meminimalisikan gelombang pengungsi dari Suriah dan Irak untuk terus menuju
ke Kawasan Eropa. Presiden Komisi Eropa Jean Claude Junker mengumumkan
untuk rencana menampung tambahan gelombang pengungsi dari Turki sebanyak
160.000 jiwa kemudian dari kuota tersebut dibagi ke negara-negara anggota Uni
Eropa seperti Hungaria, Jerman dan Perancis yang bersedia terlebih dahulu
menampung para pengungsi ini kemudian mengajak negara anggota yang lain
untuk ikut berpartisipasi dalam hal itu.68
68
Business Insider. “Map of Europe refugee Crisis 2015”(http://www.businessinsider.co.id/mapofeurope-refugee-crisis-2015-9/?r=US&IR=T#.VlMoRN8rKRs) diakses pada tanggal 5 january 2017
67
Diagram 1.1
Jumlah pengungsi yang masuk ke Eropa melalui LautMediterrania
Data di atas dapat memperlihatkan bahwa jumlah pengungsi dan Imigran
secara keseluruhan yang sampai di Eropa pada tahun 2015 sendiri via laut
menurut UNHRC mencapai 1.015.078 orang. Apabila dibandingkan dengan
angka pengungsi yang masuk ke Eropa pada tahun 2014 secara keseluruhan yang
hanya mencapai 280.000 orang, maka hal ini dapat membuktikan bahwa jumlah
pengungsi pada tahun 2015 merupakan jumlah arus pengungsi tertinggi kali ini,
salah satu faktor yang membuat meningkatnya pengungsi ke kawasan Eropa
adalah perang sipil yang terjadi di Suriah dan Irak yang berlangsung selama
kurang lebih lima tahun lamanya. Akibat lemahnya pemahaman mereka akan
serangan Oposisi dari pihak pro demokrasi di surah yang didukung oleh koalisi
Amerika Serikat dan sekutu nya di kawasan Timur Tengah untuk menggulingkan
rezim diktator dari Presiden Bashar Al-Assad mengakibatkan ketikastabilan di
wilayah tersebut dan untuk Irak karena pasca invasi Amerika Serikat di sana yang
membuat kelompok sunni merasa terintimidasi oleh kelompok shia yang
68
mayoritas telah menduduki pemerintahan di Irak pasca kepemimpinan Saddam
Hussein berakhir.
Diagram 1.2
JumlahPengungsiSetiap Bulan yang Akan Menuju Yunani melalui Turki
Dari diagram di atas terjadi peningkatan jumlah gelombang pengungsi
pertama dari negara Timur Tengah pada bulan september 2015 kemudian pada
bulan oktober 2015 merupakan puncak dari gelombang kedua pengungsi terbesar
yang masuk ke Turki sebelum melanjutkan perjalanan ke Yunani yang merupakan
salah satu negara Eropa yang memiliki rute terdekat dengan beberapa negara
Eropa yang sudah maju. Namun terjadi penurunan gelombang pada pertengahan
2015 sampai february 2016 yang akan menuju ke Yunani. Diduga para kelompok
pencari suaka ini mendapatkan fasilitas dan tempat tinggal yang layak dari
pemerintah Turki dan tak luput hasil kerjasamanya dengan UNHCR yang dapat
meminimalisir munculnya gelombang pengungsi terbesar ketiga yang akan masuk
ke kawasan Eropa melalui Yunani dari Turki. Namun hal itu akan sulit karena
pemerintah Yunani yang mendapatkan mandat langsung dari negara tetangganya
di kawasan Eropa untuk melakukan blokade sementara di daerah perbatasannya
69
dengan Turki yang membuat para pengungsi tertahan di perbatasan berhasil
mengambil hati mata dunia international untuk memaksa kawasan Eropa mau
menerima para pencari suaka ini dari Turki.
Gambar 1.3
Rute yang Digunakan Pengungsi untuk Menuju Kawasan Eropa dari Turki
Kebijakan yang di tempuh Uni Eropa dan Turki terhadap penanganan
pengungsi menjadikan Turki sebagai negara yang harus menampung para
pengungsi Timur Tengah dikarenakan faktor kondisi geografis Turki yang sangat
dekat dengan Timur Tengah, kemudian dari sisi Agama Turki merupakan negara
yang mayoritas penduduk negaranya beragama Islam tak dapat menolak para
pengungsi untuk datang dan kemudian menuju ke negara-negara Eropa, Eropa
menyuntikkan dana ke Turki untuk mendirikan tempat tinggal yang layak untuk
pengungsi ini kemudian menutup pintu perbatasannya dengan Eropa seperti yang
dilakukan Hungary agar potensi munculnya pengungsi ke Eropa dapat terhenti di
Turki, namun pasca kudeta yang terjadi di Turki sempat membuat hubungan
70
bilateral Turki dan Uni Eropa memanas karena tudingan melanggar HAM
dilimpahkan ke Turki pasca kudeta militer tersebut terjadi. Hal tersebut membuat
Turki melakukan sebuah perlawanan kecil dengan memberikan ancaman terhadap
Uni Eropa untuk berhenti mengintervensi kedaulatan Turki. Jika Uni Eropa masih
melakukan itu maka pemerintah Turki akan membuka perbatasannya agar
gelombang pengungsi yang lebih besar lagi dapat memenuhi kawasan Eropa dan
hal itu merupakan senjata paling ampuh untuk menutup mata negara-negara Barat
yang sangat menjunjung tinggi HAM.
Semenjak konflik berkecamuk di Timur Tengah, Turki menjadi salah satu
negara pertama yang merasakan konflik vertikal dari negara tetangga yang sedang
di landa perang saudara, Suriah adalah salah satu negara tetangga Turki yang
menghasilkan gelombang pengungsi pertama sebanyak 137.756 pada tahun 2012.
Kemudian bertambah hingga mencapai 380.000 di pertengahan tahun 2013. Data
tersebut adalah data bagi mereka yang melakukan registrasi resmi dengan
menyerahkan dokumen dokumen negara seperti kartu kependudukan, kartu
keluarga dan passpor. Di perkirkirakan terdapat 60.000-70.000 orang memasuki
Turki secara ilegal (tidak membawa dokumen resmi).69 Angka tersebut bertambah
hingga mencapai 2.715.789 jiwa di tahun 2016. 70 Kelompok pengungsi ini
kebanyakan berhasil memasuki Turki melalui wilayah bagian selatan karena
wilayah territorial Turki begitu sangat strategis di tinjau dari penilian pengungsi
selain itu berbatasan langsung dengan negara asal mereka, kelompok pengungsi
ini dapat menuju Eropa dengan selamat melalui Turki terlebih dahulu. ketika
69
70
United Nations, Syria Regional Response Plan.pdf, 2013, Hal.89.
United Nations, Syria Situation Map as of 09 March 2016.pdf , Hal. 14-15
71
Recep Tayyep Erdogan menjadi perdana menteri dari negara Republik Turki
ketika Suriah sedang di landa konflik pada waktu itu, namun pada tahun 2015
ketika
Recep
Tayyep
Erdogan
berhasil
menduduki
kepresidenan,
pemerintahannya mengeluarkan kebijakan terkait akan pengungsi yang berisi
“Turkey has taken serious steps in the past year to improve conditions for
the growing influx ofSyrian refugees. And even though the New York Times
Magazine referred to a Kilis refugeecamp, one of twenty-two in Turkey, as
the world’s best, Turkey will nonetheless continue to facesocial,
demographic, ethnic, and sectarian pressures created by the largest refugee
flow in thecountry’s modern history.”71
Kutipan di atas, merupakan tulisan akhir dari salah satu sumber buku tulisan
ini yang menyatakan bahwa tempat pengungsian Suriah yang berada di Kilis
(salah satu kota di Turki yang di jadikan oleh pemerintah sebagai tempat
perlindungan bagi pengungsi) pemerintah Turki menyikapi gelombang pengungsi
dari suriah dengan baik, bukan cuman Kilis sendiri yang di jadikan penampungan
pengungsi ada Hatay, Sanliurfa dan Gazientap yang di jadikan seperti Kilis. Hal
positif dari pemerintah Turki sendiri selain menyikapi baik gelombang pengungsi
yang masuk ke territorialnya adalah kesuksesan atas mengimprovisasi ekonomi
negara sehingga cukup mampu untuk menyambut kedatangan gelombang
pengungsi dari negara tetangga yang lebih banyak dari sebelumnya.
Dengan menyiapkan kota kota serta klinik dan sekolah untuk langkah awal
dalam memprediksikan jumlah pengungsi yang terus meningkat setiap tahun.
Dalam penanganan banyaknya jumlah pengungsi dari kawasan Timur Tengah.
71
Soner Cagaptay, The Impact of Syrian Refugees on The Southern Turkey, The Washington
Institute for Near East Policy, Washington DC, 2014, hal 24-25
72
Turki melakukan penataan area pengungsi agar tidak mengganggu stabilitas sosial
atau ketimpangan sosial di masyarakat Turki.
Pemerintah Turki membagi gelombang pengungsi untuk direlokasikan di
berbagai macam kota yang masih memiliki sedikit populasi penduduk, sehingga
masih banyak lahan yang dapat digunakan pemerintah untuk membantu
pengungsi dalam berbagai hal termasuk mendirikan perkemahan pengungsi.
Meskipun kondisi ini memberikan tantangan tersendiri bagi Turki atas
meningkatnya konflik internal dengan kaum Kurdi yang sudah berlangsung lama
dan didukung upaya kudeta militer yang ditunggangi oleh aktor aktor politik di
Turki untuk menggulingkan Pemerintahan Reccep Tayyeb Erdogan.
Berikut adalah kebijakan luar negeri yang di berikan pemerintah Turki
terhadap pengungsi yang pada umumnya berasal dari daerah Timur Tengah antara
lain sebagai berikut.
a. Pembangunan Pengungsian.
Seperti yang telah disebutkan di atas, Pemerintah Turki telah membangun
22 pengungsian dan salah satunya yang berada di Kilis telah menerima
penghargaan. Pengungsi ini berada di Hatay, Sanliurfa, Gaziantep, Kilis,
Kahramanmaras, Adiyaman dan Osmaniye. Di dalam wilayah pengungsian
terdapat kebutuhan dasar tempat tinggal, fasilitas dapur dan fasilitas kesehatan.
Melalui UNHCR (United Nation High Comission Refugee) dan WHO (World
Health Organization) Turki selalu berusaha memenuhi kebutuhan pengungsi.72
72
United Nations, Syrian Refugees Plan.pdf, 2013, hlm. 90-91
73
b. Pemberian status legal bagi para pengungsi.
Pengungsi yang datang pertama kali ke Turki telah dibekali status
pengungsi, sekalipun hanya untuk sementara. Berdasarkan Konvensi 1951,
mencegah pengungsi dari Timur Tengah mendapatkan wilayah legal di Turki,
namun di lihat pada tahun 2013, pengungsi dari Timur Tengah ini dapat
memperoleh perlindungan dari negara bersangkutan. Berdasarkan hukum tersebut,
pengungsi Timur Tengah seperti Suriah dan Irak dapat memperoleh tempat
tinggal sementara dimanapun.
c. Persiapan rencana jangka panjang.
Melihat panjangnya polemik yang terjadidi kawasan Timur Tengah dan
kecilnya harapan hidup kembali ke negara asal mereka, Gelombang pengungsi ini
diperkirakan akan terus bertambah dan kecil kemungkinan untuk kembali,
Pemerintah Turki telah memikirkan rencana jangka panjang jika pengungsi ini
memilih untuk tetap tinggal. Pemerintah Turki dalam hal ini membantu
memberikan tempat tinggal, pekerjaan, dan tentunya pendidikan agar keberadaan
mereka bisa bermanfaat bagi Turki. Seiring lamanya waktu pengungsian, mereka
yang ilegal mengungsi terkadang bekerja di perusahaan-perusahaan kecil seperti
toko pakaian, restauran, konstruksi, maupun perusahaan tekstil. Bagi yang
tertangkap, maka langsung dikembalikan ke area pengungsi. berawal dari
peristiwa tersebut, pemerintah mulai mencari jalan keluar agar pengungsipengungsi tersebut bisa bekerja legal di Turki.
Pemerintah Turki akhirnya memperbolehkan pengungsi Suriah untuk
bekerja, namun di provinsi-provinsi yang banyak dihuni oleh orang Suriah saja.
74
Tepatnya di daerah selatan, sekaligus daerah tersebut adalah daerah yang banyak
akan pengangguran kerja. Pemerintah Turki berharap dapat meningkatkan taraf
penghasilan di provinsi-provinsi tersebut dengan adanya pekerja dari Suriah.
Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Turki menyiapkan rencana jangka panjang
untuk pengungsi di Turki melalui pendidikan yang layak. Di Istanbul misalnya,
telah dibuka 7 sekolah untuk pengungsi dapat belajar bahasa Turki dan
pemerintah pun memberikan beasiswa bagi mahasiswa tingkat universitas.
Setidaknya mereka dapat belajar bahasa Turki namun sayangnya masih belum
bisa mengikuti ujian nasional yang ada di Turki.
Apabila melihat upaya Turki yang dengan gampangnya memberikan
bantuan atau menerima masuknya pengungsi di negaranya diakibatkan oleh dua
faktor utama. Faktor pertama adalah adanya perjanjian kerjasama dengan Uni
Eropa yang dimana Uni Eropa memberikan bantuan khusus kepada Turki untuk
menerima masuknya pengungsi dan menahan sementara pengungsi tersebut di
wilayah mereka. Faktor kedua adalah seperti apa yang dikemukakan oleh konsep
human security bahwa keamanan manusia harus dijamin tanpa mengenal batas
negara. Oleh karena itu, Turki sebagai salah satu negara sudah selayaknya
melaksanakan hal tersebut. Terlebih pasca adanya insiden anak kecil yang
bernama Aylan Kurdi yang terdampat di pesisir laut yang sudah dalam keadaan
meninggal, maka masyarakat internasional terus menyerukan kepada negaranegara yang menjadi tujuan pengungsi tersebut tidak mempersulit prosedur untuk
masuk ke negara tersebut dengan alasan kemanusiaan. Pada akhirnya, konsep
human security maupun bantuan dari Uni Eropa betul-betul bisa mengarahkan
75
arah kebijakan Turki yang dimana, Turki mau tidak mau harus menerima
pengungsi tersebut karena dua faktor tadi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang peranan kedudukan Turki sebagai
penghubung antara kawasan Eropa dan Timur Tengah terkait isu pengungsi,
penulis akhirnya dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Turki yang merupakan negara yang menempati posisi perbatasan
antara dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan Timur Tengah
memainkan peran yang sangat strategis terhadap gejolak maupun
dinamika yang terjadi diantara kedua kawasan tersebut. Di satu sisi
Turki berusaha untuk mendapat pengakuan dari organisasi kawasan
dari salah satu kawasan yaitu Eropa, namun di sisi lain Turki tetap
menjaga hubungan baik dengan kawasan sekitarnya yaitu Timur
Tengah terlebih lagi Turki terikat hubungan tradisional dengan
kawasan tersebut. Dalam gejolak isu pengungsi, Turki mengambil
peran yang vital pula yaitu menjadi kawasan penghubung serta
penyaring dari pengungsi Timur Tengah yang menuju ke Eropa.
2. Dalam isu pengungsi, kebijakan Turki berperan sangat vital untuk
tetap menjaga agar tidak ada kawasan yang dirugikan. Dalam hal ini,
Turki menerima beberapa bantuan dari Eropa untuk menjalankan
kebijakan menjaga pengungsi Timur Tengah di wilayahnya agar
jumlah pengungsi yang masuk ke Eropa tidak membludak. Beragam
76
77
kebijakan tersebut pun sudah dilaksanakan dengan perencanaan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
B. Saran
1. Dalam menjaga dinamika dari dua kawasan, peran penting Turki
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sebaiknya Turki tetap menjaga
stabilitas politik di dalam negerinya dan mengurangi langkah-langkah
kontroversial seperti yang sering terjadi belakangan ini. Stabilitas
dalam negeri Turki setidaknya dapat menjamin bahwa peran Turki
sebagai penghubung dari kedua kawasan tersebut tidak akan berubah.
Karena, seperti yang kita ketahui bersama bahwa gejolak politik dalam
negeri Turki sangatlah dinamis dan apabila terjadi penggantian
kekuasaan maka orientasi politiknya pun ikut berubah.
2. Sejauh ini, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Turki terhadap
pengungsi sudah berjalan dengan baik terutama dengan keterlibatan
bantuan dari Eropa. Oleh karenanya, pengungsi dari Timur Tengah
tidak sedikit banyak terbantu dengan kebijakan tersebut. Meskipun
disadari bahwa Turki tidak dapat menampung keseluruhan dari
pengungsi tersebut. Turki sebaiknya mempertahankan kebijakan ini
sampai gejolak di kawasan Timur Tengah telah benar-benar teratasi.
Hal itu penting untuk mengangkat citra Turki di masyarakat
internasional karena berperan penting terhadap isu-isu kemanusiaan
yang telah menjadi isu global.
78
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Romsan, Achmad, 2013, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional,
Hukum
Internasional
dan
Prinsip-Prinsip
Perlindungan
Internasional, Bandung:Sanic Offset
Wagiman,S, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Jakarta:Sinar Grafika
Ganewati,Wuryandari, 2011, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus
Perubahan Politik Internasional, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
May Rudy Teuku. 1993. Teori, Etika, dan Kebijakan Hubungan
Internasional. Bandung: Angkasa.
Hayati Sri dan Yani Ahmad, 2007. Geografi Politik. Bandung : PT Refika
Aditama
Carlson, 1960, Geography and World Politics, New Jersey : Prentice Hall.
Inc
Pounds Norman J.G., 1963, Political Geography, New York : Mogrow-Hill
Book co.Inc.,
Abdurrachmat.I, 1982, Pengantar Geografi Politik, Bandung. : Jurusan
Pendidikan Geografi IKIP
Lauren M. McLaren, 2008, Constructing Democracy in southern Europe A
Comparative Analysis of Italy, Spain, Turkey, New York: Routledge,
Aknur, Muge, 2012, The Impact of Civil-Military Relations on Democratic
Consolidation in Turkey, Florida : Universal-Publishers
Alfian Alfan M, 2015, Militer dan Politik di Turki, Penjuru Ilmu Sejati :
Bekasi
79
Artikel & Jurnal:,
Umit Cizre, (2013) The Justice and Development Party and The Military:
Recreating the Past after Reforming it
Siret Hursoy, (2012) Impact of The State on Democratic Consolidation in
Turkey
Şaban Çalış, (2000) Turkey's Integration with Europe : Initial Phases
Reconsidered.”SAM (Centre for Strategic Research).
Çalış, (2000) Turkey's
Reconsidered
Integration
with
Europe
:
Initial
Phases
Davutoğlu, Ahmet. (2009). Turkish Foreign Policy and The EU in 2010.
Alfred Stephan dan Juan.J Linz , (2013) Democratization Theory and Arab
Spring,
Austin, (2010) The Geopolitics Of Turkey : Searching for More.
Alaranta, (2015) Turkey Under the AKP
Francis Fukuyama, (1989) The End of History?, The National Interests
United Nations, (2013)Syria Regional Response Plan
United Nations, (2016) Syria Situation Map
Website:
https://www.theguardian.com/world/2015/dec/31/alan-kurdi-death-canadarefugee-policy-syria-boy-beach-turkey-photo
http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas-sospol/hubunganinternasional/2010/jbptunikompp-gdl-fuqohanim4-22706/6-i-babi.pdf/index5.html
http://dokumen.tips/documents/transformasi-hubungan-dinamis-antaraturki-dan-uni-eropa.html.
http://dokumen.tips/documents/turki-dan-uni-eropa.html
www.unhcr.or.id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi
https://www.rescue.org/country/greece)
80
http://www.jpost.com/International/Turkish-Prime-Minister-says-militarycoup-attempt-underway-460533)
http://www.bbc.com/news/worldeurope-24583286
http://www.businessinsider.co.id/map-ofeurope-refugee-crisis-20159/?r=US&IR=T#.VlMoRN8rKRs)
http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/history/ottomanempire_1.sht
ml
http://www.ismetinonu.org.tr/index.php/gains-in-internationalpolitics/gains-in-international-politics
http://www.cyprus-conflict.org/materials/johnsonletter.html
https://balkanologie.revues.org/517
http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-europeanunion.en.mfa
http://www.aljazeera.com/news/2017/01/astana-syria-peace-talksbreakthrough-170123180946956.html)
Download