Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Thermae di Heerlen sebagai Bangunan Peninggalan Romawi di Belanda Dea Andhinta Arianti R. Achmad Sunjayadi, S.S, M.Hum Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Sastra dan Bahasa Belanda, Universitas Indonesia, Depok 16242, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Artikel ini mengenai Thermae, sebuah bangunan peninggalan bangsa Romawi berupa pemandian umum yang dibangun untuk menunjang kehidupan sosial mereka di Roma maupun di daerah jajahannya. Bangunan ini ditemukan di kota Heerlen, provinsi Limburg, Belanda yang dibuat pada abad ke-3 Masehi. Artikel ini membahas thermae di Heerlen yang merupakan sebuah bangunan bergaya arsitektur Romawi dan memaparkan fungsi bangunan ini pada masa pendudukan kekaisaran Romawi di Belanda hingga saat ini. Dalam artikel ini digunakan metode kajian pustaka dan disajikan secara deskriptif disertai dengan analisis data berdasarkan buku-buku arsitektur dan internet. Hasilnya menunjukan bahwa bangunan thermae di Heerlen ini memiliki tata letak struktur bangunan berarsitektur Romawi yang sama dengan thermae pada umumnya di Roma. Pada saat ini thermae di Heerlen ditunjuk pemerintah Belanda sebagai museum peninggalan masa Romawi terlengkap dan terbesar di Belanda. Kata kunci: Thermae, Peninggalan Romawi, Heerlen, Belanda Thermae at Heerlen as A Roman Heritage Building in The Netherlands ABSTRACT This article is about the Thermae, a Roman heritage building, a typical Roman public baths were built to support their social life in Rome and in the colonies. The building was found in the city of Heerlen, the province of Limburg, The Netherlands made in the 3rd century. This article discusses about Thermae in Heerlen, which is a Roman style building architecture and describe the function of this building during the occupation of the Roman Empire in The Netherlands today. The method that used in this article is literature review and presented descriptively accompanied by data analysis based on architecture books and the internet. The 1 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 result shows that building Thermae in Heerlen has a layout with a similar structure of Roman architecture generally in the Roman Thermae. At this time Thermae in Heerlen appointed by the Dutch government as the most comprehensive museum of Roman relics and the largest in The Netherlands. Keywords: Thermae, Roman Heritage, Heerlen, The Netherlands 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Peradaban Romawi Kuno merupakan salah satu akar dari berdirinya peradaban Eropa Modern. Melalui kebudayaan dan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi mampu menjadikan bangsanya menjadi kiblat untuk negara-negara Eropa lainnya pada masa itu (Decker 2011: 10). Kebudayaan Romawi banyak tersebar di seluruh Eropa karena kerajaan Romawi pernah menguasai hampir seluruh Eropa. Oleh karena itu, sisa-sisa kebudayaan, baik itu berupa penemuan artefak maupun bangunan-bangunan peninggalan bangsa Romawi, masih banyak ditemukan walaupun banyak dari bangunan tersebut hanya berupa puing-puing. Bangunanbangunan peninggalan Romawi yang masih berdiri hingga sekarang memiliki berbagai bentuk dan fungsi. Bangunan-bangunan tersebut, antara lain aqueduct yang memiliki bentuk dan struktur bangunan sederhana yang digunakan untuk sistem pengairan, colloseum yang berfungsi sebagai tempat hiburan dengan arsitektur bangunannya yang megah, pantheon bangunan berupa kuil-kuil penyembahan dewa-dewi Romawi yang memiliki fungsi untuk kepentingan agama, hingga thermae sebuah pemandian umum yang dibuat sedemikian rupa dengan berbagai fasilitas untuk menunjang kehidupan sosial bangsa Romawi (Stierlin 1980: 140). Kerajaan Romawi menguasai Eropa Barat khususnya Belanda dan daerah Flandria sejak abad 6 sebelum masehi hingga keruntuhan pemerintahan Romawi pada abad ke-5 Masehi. Tidak mengherankan jika beberapa bangunan dengan gaya Romawi masih dapat ditemukan di beberapa tempat di Belanda dan di daerah Flandria. Di Belanda sendiri terdapat sebuah bangunan yang telah diyakini oleh para arkeolog Belanda sebagai bangunan peninggalan Romawi berupa tempat pemandian umum atau thermae. Thermae ini dibangun pada abad ke-3 Masehi di daerah bekas kekuasaan Romawi di Belanda yang sekarang bernama kota Heerlen. Seiring berjalannya waktu fungsi bangunan ini pun berubah.1 1 www.thermenmuseum.nl diakses pada 8 Juli 2013 pukul 11:04. 2 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Dalam artikel ini akan dibahas mengenai tempat peninggalan bangsa Romawi yang terdapat di Belanda yaitu sebuah tempat pemandian umum atau thermae yang sudah berumur hingga ratusan abad yang sampai sekarang masih berdiri di kota Heerlen, Limburg, selatan Belanda. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi bangunan ini. Dalam artikel ini akan dijelaskan ciri-ciri arsitektur Romawi yang bisa ditemukan pada bangunan tersebut, mulai dari gaya arsitekturnya secara keseluruhan serta fungsinya pada masa lalu dan masa sekarang. 1.2 Rumusan Masalah Ciri-ciri apa yang dimiliki thermae (tempat pemandian umum) di Heerlen, Limburg Belanda sehingga dapat disebut sebagai bangunan peninggalan Romawi? Fungsi apa saja yang dimiliki oleh bangunan tersebut pada masa Romawi dan masa sekarang? 1.3 Tujuan Menjelaskan serta membuktikan ciri-ciri arsitektur Romawi yang terdapat pada thermae di Heerlen, Limburg, Belanda serta fungsinya sebagai bangunan peninggalan Romawi serta fungsinya pada saat ini. 1.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah kajian pustaka dengan pembahasan yang disajikan secara deskriptif disertai dengan analisis data berdasarkan buku-buku arsitektur dan internet. Kajian pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan pada buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan. 2. Hasil dan Pembahasan 2.1 Sejarah Romawi Sejarah panjang peradaban Romawi beserta peninggalan-peninggalan kebudayaannya yang masih ada hingga saat ini menjadikannya sebagai salah satu akar budaya dari peradaban Eropa. Pusat peradaban bangsa Romawi sendiri berdiri di kota Roma, Italia, negara yang berada di Eropa selatan. Kebudayaan bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban Eropa ini, meliputi berbagai hal dalam seluruh aspek kehidupan seperti sistem pemerintahan, ilmu pengetahuan, kepercayaan, sastra dan bahasa, serta arsitektur (Hendrayana 2009: 203). 3 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Pada tahun 146 SM, Yunani jatuh dalam kekuasaan Romawi yang menjadikan Yunani sebagai salah satu provinsi Romawi. Secara militerisasi dan penaklukan wilayah memang Kekuasaan Romawi akhirnya dapat menguasai Yunani, namun apabila kita lihat secara lebih dalam Peradaban Romawi lah yang telah dikuasai oleh Yunani melalui kebudayaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa Romawi banyak diadaptasi dari kebudayaan-kebudayaan yang sudah berkembang sebelumnya, misalnya Yunani, Persia, Etrusci, dan Hellenisme (Andrews 1979: 15). Penguasaan bangsa Yunani sedemikian rupa memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan bangsa Romawi dalam segala bidang seperti ilmu pengetahuan, teknik bangunan, seni arsitektur dan seni-seni lainnya, serta penerapan sistem kota-kota yang nantinya juga diterapkan oleh bangsa Romawi ke daerah jajahannya di seluruh Eropa Barat (Hendrayana 2009: 203). Sebagai daerah yang berada di kawasan pesisir, Limburg menjadi wilayah potensial selama beberapa abad bagi negara-negara penguasa Eropa pada saat itu seperti Romawi Kuno, Perancis, Spanyol, dan Austria. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bangsa Roma selalu menerapkan sistem polis atau sistem kota-kota pada daerah jajahannya. Ketika Limburg menjadi daerah jajahan Romawi pada sekitar abad 6 SM, bangsa Romawi membangun beberapa infrastruktur dan sarana yang memadai untuk menunjang kehidupan mereka di Limburg. Limburg secara menyeluruh diromanisasi dan banyak kota dibuat. Beberapa contoh kota yang didirikan oleh bangsa Romawi di Belanda adalah kota Mosa Trajectum yang sekarang menjadi kota Maastricht dan kota Coriovallum yang sekarang bernama kota Heerlen.2 Gambar 1: Peta letak Kota Heerlen Sumber: www.vswerkenner.nl 2 www.limburg.nl diakses pada 8 Juli 2013 pukul 19:07. 4 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 2.2 Arsitektur Romawi Kekaisaran Romawi dimulai pada abad ke-2 sebelum masehi. Saat itulah dimulai pembangunan desa-desa Romawi beserta infrastruktur yang dibutuhkan masyarakatnya. Bangunan-bangunan Romawi merupakan penyempurnaan dari gaya arsitektur yang sebelumnya yaitu Yunani kuno. Bangsa Romawi mengadopsi gaya Yunani dan membuatnya menjadi tidak hanya kokoh namun juga bergaya dan canggih. Bangsa Romawi mempunyai dorongan bukan untuk menyamai dan menyaingi kesempurnaan Yunani melainkan untuk mengungguli kehebatan teknologi bangsa Yunani.3 Bangsa Romawi tidak hanya mempelajari namun juga mengembangkan arsitektur bangunan Yunani menjadi beragam. Bangunan-bangunan yang dibuat bangsa Romawi menggunakan material yang kokoh dan konstruktif. Orang Romawi menemukan teknik membuat beton dan mendirikan bangunan berbentuk kubah yang dikenal dalam dunia teknik sipil. Bangsa Romawi mampu memanfaatkan berat beton pada kubah menjadi kekuatannya sendiri dengan ditopang oleh tiang-tiang penyangga. Pada masa itu muncul pula pengetahuan tentang pembuatan jalan, aqueduct (saluran air gantung), dan tata kota (Hendrayana 2009: 202). Beton sangat baik digunakan untuk membangun sebuah bangunan yang sangat sesuai dengan konsep arsitektur Romawi. Selain itu beton merupakan bahan bangunan yang bisa diproduksi secara massal. Konsep-konsep Arsitektur Romawi tersebut terdiri dari kekokohan, kenyamanan, keamanan, dan fungsional. Kekokohan bangunan-bangunan Romawi dapat terlihat pada Colloseum yang merupakan bangunan peninggalan Romawi yang masih berdiri hingga saat ini. Teknologi dan arsitektur bangsa Romawi merupakan peminjam yang secara keseluruhan mengadopsi pilar-pilar Yunani yang bergaya Dorico, Ionico dan Corinzio, yang selanjutnya digabung serta dikembangkan yaitu menjadi gaya Composito dan Tuscanico. 4 Sebuah bangunan dapat diidentifikasikan sebagai bangunan Romawi apabila bangunan tersebut memiliki ciri- ciri seperti berikut ini : Pilar-pilar yang bergaya Romawi 3 4 www.mbenkrromblogsopt.com diakses pada 14 Juli 2013 pukul 21:00. www.decarch.it diakses pada 31 Juli 2013 pukul 22:04. 5 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Gambar 2: Bentuk pilar dorico Sumber: www.decarch.it Gambar 3: Bentuk pilar ionico Sumber: www.decarch.it Gambar 4: Bentuk pilar corinzio Sumber: www.decarch.it Pilar-pilar ini menjadi ciri utama dari setiap bangunan Romawi (Cichy 1967: 6). Konsep lainnya yang menjadi ciri dari bangunan Romawi adalah Konsep Etruska yang digunakan pada pola Aqueduct dan Viaduct. Konsep ini berupa bangunan yang berbentuk lengkung busur. Rangka lengkung busur ini ditunjang dengan rangka kayu lalu dilapisi beton hingga beton itu mengeras. Konsep etruska bisa dibuat dengan cara membuat langgam baru selain yang mengadopsi dari Yunani yaitu langgam atau gaya Tuscanico, sedangkan model lainnya adalah gaya Composito yang merupakan penggabungan dari ukiran pilar Ionico dan Corinzio. Jadi langgam gaya yang dipakai untuk pilar-pilar ala Romawi adalah Dorico, Ionico, Corinzio, Composito, dan Tuscanico (Norwich 1987:66). 6 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Gambar 5: Pilar-pilar khas arsitektur Romawi dengan konsep Etruska dengan banyak detail melengkung yang diadopsi dan dikembangkan dari pilar arsitektur Yunani. Sumber: www.architecturoby.blogspot.com 2.3 Thermae Sebagai Fasilitas Publik Terungkap dari sejarah bahwa bangunan arsitektur Romawi yang megah merefleksikan kejayaan mereka pada masa itu. Seperti yang kita tahu bahwa istana-istana di Romawi seperti istana Hadrian memiliki banyak pemandian mewah. Penguasa pada saat itu tidak memandang rendah penggunaan dan keberadaan thermae sebagai tempat pemandian umum. Ide dari pembentukan thermae ini menunjukan daya tarik tersendiri serta sangat sesuai bagi kehidupan masyarakat Roma. Rakyat Roma tidak memiliki banyak pilihan untuk tidak mengunjungi thermae umum karena mereka tinggal di sebuah apartemen yang memiliki polapola seperti apartemen berblok besar Romawi kuno pada umumnya. Apartemen itu dikenal dengan nama Horrea Epagathia at Ostia yang tidak memiliki saluran air mengalir pada bangunannya. Selain itu, rumah-rumah pribadi di sana memiliki sumber air terpisah dari rumah mereka yang hanya berada di halaman rumah saja. Dengan demikian bangunan thermae memiliki peranan penting dalam kehidupan kota Romawi, bahkan kota-kota kecil juga memiliki beberapa tempat pemandian. Pemandian itu dibuat untuk digunakan oleh para pekerja tambang, yang apabila kita lihat dari kelas sosialnya, mereka berada di kelas bawah (Stierlin 1980: 140). Contoh thermae terbesar dan termewah berada, tentu saja, di Roma yaitu Thermae Diocletian. 2.3.1 Thermae Diocletian Bangunan Thermae Diocletian memiliki bentuk bujur sangkar yang hampir sempurna yaitu 411 x 393 meter persegi di lahan 32 hektar dan bisa menampung hingga 3000 orang (Stierlin 1980: 140). Thermae Diocletian berada di Roma. Thermae pada saat itu selalu memiliki bentuk, gaya, dan fungsi yang sama, untuk membedakannya dengan yang lain thermae ini diubah oleh Michelangelo (1575-1564) ke gaya basilika dari Saint Mary of The 7 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Angels dan Christian Martyrs. 5 Di dalam bangunan tersebut terdapat gymnasium, perpustakaan, kolam renang yang berukuran lebih dari 3500 meter persegi yang dibagi ke beberapa komplek kolam renang, menjadi Frigidarium (kolam air dingin), Tepidarium (kolam air hangat), dan Calidarium (kolam air panas) (Stierlin 1980: 140). Dengan adanya gymnasium, khususnya perpustakaan, thermae ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat mandi bangsa Romawi saja namun juga menjadi pusat dari kehidupan sosial mereka. Struktur luar biasa yang dimiliki oleh thermae Diocletian berbanding lurus dengan fungsi-fungsi penting dari keberadaan bangunan ini seperti tempat bersantai untuk melepas penat, menikmati seni, bercakap-cakap mengenai topik-topik ringan seputar kehidupan seharihari, hingga mendiskusikan politik dengan sesama pengunjung. Bangunan megah ini menjadi istana hiburan yang menyediakan banyak hiburan menarik dan mengakui keberadaan setiap orang baik kaya maupun miskin. Oleh karena itu thermae diocletian sangat memenuhi kebutuhan dan keinginan bangsa Romawi dilihat dari budaya mereka yang menganggap penting kegiatan mandi dan bersosialisasi (Payne 1970: 232). Ruang Calidarium atau kolam air panas ditempatkan pada proyeksi ruang yang tepat yaitu terdapat di suatu sisi tengah dari kedua sisi panjang bangunan tersebut yang dijadikan ruang-ruang pribadi untuk mengganti pakaian. Calidarium dan ruang-ruang pribadi memiliki letak simetris yang sejajar, jadi pengunjung melewati kamar ganti terlebih dahulu apabila ingin menuju ke ruang Calidarium yang berada di tengah atau poros ruangan untuk berendam di air panas. Semua instalasi penting di bangunan tersebut diatur agar berada di sekitar poros (Stierlin 1980: 142). Dari bagian timur laut sampai barat daya bangunan terdapat Frigidarium atau kolam air dingin terbuka yang saling bersambungan hingga 2734 meter persegi dan juga ada aula besar bernama Cella Media, yang memiliki atap berkubah barel dan aula tersebut mengarahkan pengunjung menuju ke beberapa kolam air dingin lainnya. Pada kedua sisi dari blok pusat terdapat dua sayap simetris. Dua vestibulus atau ruang depan diapit oleh kolam air dingin besar yang mengarah ke ruang ganti yang masing-masing ditutup oleh apses.6 Setelah pengunjung melepaskan pakaiannya, mereka bisa langsung menyeburkan diri ke kolam air dingin atau menuju ke salah satu Palaestra, ruang besar berbentuk persegi panjang seperti 5 www.archeoroma.beniculturali.it diakses 10 Juli 2013 pukul 11:52. 6 Apses merupakan kata jamak dari apse yang berarti atap yang melengkung. www.deskripsi.com diakses pada 20 Agustus 2013 pukul 12:07. 8 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 istana dengan deretan pilar, dan berakhir di Cella Media. Setelah pengunjung menghangatkan dirinya, mereka bisa kembali ke ruang Frigidarium dan menyeburkan dirinya ke dalam salah satu kolam yang berbatasan dengan Cella Media atau mengarah lurus menuju ruang Calidarium atau kolam air panas melalui beberapa rangkaian ruang pemanas yang terletak di bagian barat daya bangunan (Stierlin 1980: 142). Pada kebanyakan thermae di masa Romawi, tempat pemandian wanita dan pria dipisah. Wanita memiliki tempat pemandian yang lebih kecil pada setiap thermae. 7 Thermae ini merupakan sebuah kompleks besar yang berdiri di sebuah taman tertutup yang ditutup oleh dinding beton penahan. Apabila kita melihat bangunan ini dari luar, bangunan ini terlihat sebagai serangkaian bangunan persegi yang dibangun bersama beberapa bagian berbentuk bulat yang disebut Exedrae. Exedrae terbesar terletak di bagian tengah depan ruang Calidarium, exedrae tersebut merupakan pintu masuk dari bangunan ini (Stierlin 1980: 143). Susunan letak ruangan dari bangunan thermae yang memiliki bentuk bujur sangkar ini dilihat dari depan adalah sebagai berikut: Pintu masuk utama, Natatio: kolam renang biasa, frigidarium: kolam air dingin, tepidarium: kolam air hangat, calidarium: kolam air panas, dan masing-masing bagian samping ruang, palaestra: ruangan seperti istana dengan deretan pilar, exedrae: pintu keluar.8 Gambar 6: Denah susunan Thermae Diocletian: Sumber: Stierlin 1980: 142 7 8 1. calidarium 2. tepidarium 3. frigidarium 4. natatio 5. palaestra 6. pintu masuk 7. exedra www.mbenkrromblogsopt.com diakses pada 14 Juli 2013 pukul 21:03. www.archeoroma.beniculturali.it, diakses pada 31 Juli 2013 pukul 23:02. 9 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 2.3 Analisis Thermae di Heerlen, Belanda 2.3 Analisis Thermae di Heerlen, Belanda Salah satu bangunan peninggalan Romawi di Belanda terdapat di kota Heerlen, yaitu sebuah tempat pemandian umum yang biasa disebut thermae. Thermae berasal dari kata Yunani yaitu Thermos yang berarti hangat atau panas (Stierlin 1980: 140). Thermae di Belanda yang dulunya berada di kota Coriovalum dibangun pada masa pemerintahan kasiar Hadrian. Bangunan yang sudah berdiri 2000 tahun itu ditemukan dalam kondisi yang parah, seperti reruntuhan. Pemandian tersebut lalu dibangun kembali dengan masih mempertahankan keaslian gaya arsitektur Romawinya.9 Struktur denah bangunan ini meyakinkan para arkeolog bahwa bangunan ini hampir identik dengan pemandian di Roma, namun tata letak ruangannya, besar bangunan dan kemewahannya beberapa memang ada yang berbeda. Thermae Diocletian di Roma yang dibahas di atas memiliki luas lahan 32 hektar, sedangkan thermae di Heerlen ini hanya berukuran 2500 meter persegi. Walaupun luas lahan bangunannya jauh berbeda, namun sama seperti thermae pada umumnya di Roma, ruang-ruang yang terdapat di thermae Heerlen juga terdiri dari ruang Frigidarium (kolam air dingin), ruang Tepidarium (kolam air panas), dan Calidarium (ruang mandi uap dan kolam air hangat) yang ditata secara berurutan.10 Thermae di Heerlen bahkan juga memiliki fasilitas-fasilitas penunjang untuk sebuah pemandian Romawi pada umumnya. Terdapat gymnasium yang terletak di sebuah lapangan dekat bangunan ini, kolam renang yang dilengkapi sauna, restoran, penginapan, toko dan perpustakaan.11 Hal tersebut sangat mencirikan karakteristik orang-orang Romawi pada saat itu karena pemandian dengan berbagai fasilitas merupakan salah satu budaya mereka untuk bersosialisasi. Keberadaan bangsa Romawi di Belanda untuk memperluas daerah jajahannya tidak membuat mereka lupa akan budaya bersosialisasi di sebuah tempat pemandian. Kegiatan bersosialisasi didukung dengan macam-macam fasilitas yang membuat thermae ini bukan hanya sekedar tempat pemandian. Toko yang berada di dalam thermae menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari para pengunjung, kolam renang sauna untuk 9 www.ifthensnow.nl diakses pada 13 Juli 2013 pukul 21:05. www.thermenmuseum.nl diakses pada 13 Juli 2013 pukul 21:09. 11 http://ifthensnow.nl diakses pada 13 Juli 2013 pukul 21:12. 10 10 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 beristirahat melepas penat, restoran yang pada awalnya dibuat atas permintaan para pemimpin yang mengatakan bahwa ‘tidak boleh ada yang kelaparan di sini karena restoran selalu berada dekat kita di thermae’ (Davis 1972: 367). Sementara itu perpustakaan dikunjungi pengunjung yang ingin belajar dan membaca, ruang theater untuk melihat pameran seni dan ilmu pengetahuan, sebuah taman dan lapangan untuk mendengarkan bacaan sastra (Carcopino 1940: 267). Semua fasilitas tersebut dapat menarik para pengunjung untuk berinteraksi dengan memulai percakapan yang ringan mengenai topik sehari-hari, seni dan sastra, hingga masalah politik. Pentingnya peran sebuah pemandian bagi bangsa Romawi tercermin dari salah satu pepatah Romawi kuno yang berbunyi, ‘dia tidak bisa berenang’, dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seseorang buta huruf.12 Gambar 7: Denah thermae di Heerlen, memiliki bentuk yang hampir sama dengan thermae di Roma walaupun susunan letaknya berbeda. Sumber: www.thuisinbrabant.nl Pemandian ini juga menggunakan aqueduct sebagai sistem saluran air untuk pemasok dan pembuangan air. Seperti yang kita tahu, rakyat Roma menggunakan aqueduct untuk mengalirkan persediaan air ke rumah-rumah mereka (Hendrayana 2009: 202). Pada serangkaian penelitian yang dimulai dari tahun 1940 ditemukan bahwa saluran pembuangan air pemandian ini dibuat dari dinding yang terbuat dari besi rawa dan beton-beton khas Romawi, bahkan yang mengejutkan salurannya tersambung dengan sungai-sungai kecil ke arah Brabant dan terdapat pula ubin-ubin datar bekas pemandian ini.13 Thermae menggunakan aqueduct untuk memasoki ribuan liter air dan air itu berasal dari sumber air. Air yang digunakan untuk ruangan tepidarium dan calidarium berasal dari air yang dipanaskan dengan menggunakan tungku yang berasal dari ruang pembakaran kayu- 12 13 www.livius.org diakses pada 13 Juli 2013 pukul 10:11. www.thuisinbrabant.nl diakses pada 13 Juli 2013 pukul 15:04. 11 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 kayu. Pada kedua ruangan ini tidak hanya terdapat air panas saja namun lantai-lantainya juga memiliki suhu yang tinggi. Hal itu disebabkan karena adanya jaringan pipa uap yang berada di bawah sepanjang lantai pemandian yang menghubungkan tungku dengan kolam air panas tersebut (Stierlin 1980: 142). Meskipun pada awalnya banyak kemungkinan yang dapat disimpulkan dari fungsi maupun bentuk bangunan ini, namun para arkeolog pada akhirnya sependapat bahwa ini merupakan sebuah bangunan bekas peninggalan Romawi dilihat dari waktu pembuatan bangunan ini yaitu pada abad ke tiga Masehi.14 Pada masa itu bangsa Romawi menguasai kota Heerlen yang dahulu memiliki nama Romawi, Coriovallum. Selain itu, dilihat dari tata letak, aqueduct, struktur bangunan terdapatnya ubin-ubin datar dan beton, serta kolam-kolam merupakan bukti-bukti yang mendukung pengidentifikasian bahwa bangunan ini merupakan sebuah thermae. Walaupun antara thermae Heerlen dengan thermae Diocletian memiliki perbedaan yang sangat besar dalam hal luas lahan bangunan, namun hal tersebut tidak mempengaruhi bentuk serta struktur yang dimiliki oleh thermae di Heerlen yang memiliki luas lahan yang tidak besar menjadi sangat berbeda dengan thermae Diocletian ataupun thermae pada umumnya di Roma. Thermae Heerlen juga memiliki bangunan dengan bentuk persegi yang hampir sempurna. Konsep etruska ditemukan penggunaannya pada jendela-jendela di thermae Heerlen yang memiliki bentuk melengkung seperti busur. Tidak seperti penggunaan ruangan yang berbeda untuk pengunjung laki-laki dan perempuan di thermae Diocletian, thermae di Heerlen menggunakan pengaturan jadwal waktu yang berbeda antara pengunjung laki-laki dan perempuan agar tetap bisa terpisah. Hal tersebut dikarenakan luas bangunan thermae Heerlen yang tidak sebesar thermae Diocletian jadi digunakan pengaturan waktu yang berbeda untuk penghematan ruang di thermae Heerlen.15 Melalui thermae ini, konsep-konsep yang dimiliki oleh bangsa Romawi untuk membangun sebuah bangunan terlihat dan terbukti. Konsep kenyamanan terlihat dari penggunaan thermae yang merupakan pusat kehidupan sosial bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Bangunan ini dibuat mewah untuk rekreasi, santai, dan melepas penat. Konsep kekokohan terbukti dari keberadaan thermae sampai sekarang walaupun keadaannya tidak seutuh pada masa Romawi. Konsep keamanan terbukti dari amannya penggunaan tungku 14 15 www.thuisinbrabant.nl diakses pada 13 Juli 2013 pukul 15:13. www.thermenmuseum.nl diakses pada 14 Juli 2013 pukul 12:08. 12 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 yang membakar kayu-kayu untuk menghasilkan api yang berada di bawah lantai tempat orang-orang lalu-lalang. Konsep fungsional terlihat dari banyaknya fungsi yang dimiliki bangunan ini, tidak hanya sebagai tempat pemandian umum tetapi juga sebagai tempat untuk bersosialisasi, perpustakaan, gymnastik, toko, kantor dan penginapan. Dr. HJ Beckers seorang arkeolog amatir Belanda memulai penggalian bangunan ini pada tahun 1941. Bangunan ini direkonstruksi ulang dengan tetap mempertahankan gaya romawinya, agar tetap dapat menghasilkan representasi sebuah pemandian Romawi. Banyaknya pertanyaan dari masyarakat Belanda mengenai peninggalan Romawi, membuat tempat pemandian bekas bangsa Romawi ini dijadikan museum oleh pemerintah Belanda pada saat ini. Pada tahun 1977 thermae ini dibuka untuk umum. Museum ini bernama Thermenmuseum dan berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sisa-sisa peninggalan bersejarah masa Romawi.16 Situs resmi dari Thermenmuseum mengatakan beragam koleksi artefak dari periode masa Romawi ini didapatkan dari hasil penelitian yang berkesinambungan dengan mengeksplor keberadaan reruntuhan kota Coriuvalum yang terpendam di Heerlen. Sudah lebih dari 30.000 artefak yang dikoleksi dari temuan arkeolog dalam kurun waktu seratus tahun belakangan ini yang ditemukan dari sekitar kota itu. Artefak-artefak tersebut sangat bernilai harganya apabila dilihat dari usianya, beberapa guci ada yang sudah berusia hingga 1800 tahun.17 Gambar 8: Salah satu peninggalan Romawi dari museum thermae di Heerlen berupa guci yang sudah berumur ratusan tahun. Sumber: www.ifthensnow.nl 16 17 www.thermenmuseum.nl diakses pada 14 Juli 2013 pukul 12:09. www.thermenmuseum.nl diakses pada 14 Juli 2013 pukul 12:34. 13 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Selain menyimpan barang-barang bersejarah saja, museum ini juga beberapa kali mengadakan pameran. Salah satu tema pameran tersebut adalah ‘Er was Eens een Romeine Weg’, yang berarti pernah ada sebuah jalan Romawi. Dari pameran itu pengunjung mendapat penjelasan mengenai konstruksi arsitektur Romawi dan penggunaan jalan buatan bangsa Romawi di wilayah barat laut Eropa. 18 Heerlen ditunjuk pemerintah Belanda menjadi kota tertua dan pertama yang menyimpan peninggalan benda-benda bersejarah.19 Gambar 9: Tampak luar Thermae di Heerlen, Limburg, Belanda Sumber: www.livius.org/Corriovalum Gambar 10: Thermae di Heerlen bagian dalam, yang sekarang menjadi museum barang-barang peninggalan Romawi. Sumber: Sumber: www.livius.org/Corriovalum 3. Kesimpulan Penyempurnaan gaya arsitektur bangunan-bangunan Yunani yang diadopsi oleh bangsa Romawi untuk mengungguli kehebatan pengetahuan bangsa Yunani telah menjadikan orang-orang Romawi sebagai bangsa yang memiliki cita rasa kebudayaan yang menakjubkan. Mereka menyukai segala sesuatu yang mewah, megah, dan monumental oleh karena itu 18 19 www.anwb.nl diakses pada 13 Juli 2013 pukul 11:48. www.thermenmuseum.nl diakses pada 14 Juli 2013 pukul 12:43. 14 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 bangsa Romawi menciptakan konsep-konsep bangunan secara besar-besaran baik itu interior maupun eksteriornya yang dipenuhi oleh banyak hiasan yang selalu dapat menarik perhatian. Hasil dari kebudayaan Romawi hampir semua bisa dikatakan menjadi peninggalan yang tidak lekang dimakan zaman karena keunikannya serta kecanggihannya pada masa itu dengan menggunakan teknik bangunan yang sangat mengesankan. Mereka membangun sebuah bangunan dengan konstruksi lengkung untuk membuat ruangan-ruangan menjadi luas. Karya teknik bangunan yang mengagumkan tersebut terlihat dari bangunan-bangunan khas gaya Romawi seperti bangunan saluran air, jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan untuk olahraga dan pentas seni (thermae, theater, amphitheater), serta bangunan kuil untuk persemayaman dewa. Kesimpulan yang dapat diambil adalah thermae (tempat pemandian umum Romawi) yang terletak di Heerlen ini terlihat sangat jelas sebagai peninggalan Romawi. Hal tersebut dapat dilihat dari segi masa pembuatan, arsitektur, material yang digunakan dan juga bentuk atau pola yang terdapat pada bangunan thermae ini. Sedangkan dilihat dari sisi fungsi dan juga kegunaan thermae ini mencerminkan kebiasaan masyarakat Romawi karena mereka menganggap kegiatan mandi dan bersosialisasi sangat penting. Bangunan di Heerlen Belanda ini berhasil merefleksikan empat konsep bangunan Romawi yaitu kokoh, aman, nyaman, dan fungsional oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bangunan ini adalah bangunan peninggalan Romawi. Saat ini thermae tersebut menjadi sebuah museum di kota Heerlen yang berada di provinsi Limburg, Belanda. Museum yang bernama Thermenmuseum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan serta tempat pengelolaan koleksi benda-benda arkeologi lokal kota tersebut serta koleksi artefak-artefak nasional lainnya. Benda-benda bekas peninggalan bangsa Romawi di kota ini menjadi sajian koleksi utama museum ini. Heerlen ditunjuk pemerintah Belanda menjadi kota tertua dan pertama yang menyimpan peninggalan bendabenda bersejarah. 4. Daftar Pustaka Buku Andrews, Ian. 1979. Pompeji. Haarlem: Fibula – Van Dishoeck. Carcopino, Jerome. 1940. Daily Life in Ancient Rome. New Haven: Yale UP. Cichy, Bodo. 1967. Bouwkunst in Europa. Essen: Burkhard-verlag Ernst hayer. Davis, William. 1972. A Day in Old Rome. New York: Biblio. Decker, Zilah. 2011. Arkeologi Menguak Rahasia Masa Lampau Romawi Kuno. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 15 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013 Hendrayana. 2009. Sejarah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1 Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Norwich, John Julius. 1987. Geschiedenis Van De Bouwkunst. Alphen aan de rijn: Atrium. Payne, Robert. 1970. Ancient Rome. New York: American Heritage Stierlin, Ed Henri. 1980. Architecture of The World: The Roman Empire. Jerman: Compagnie du Livre d’Art. Situs www.anwb.nl www.archeoroma.beniculturali.it www.decarch.it www.deskripsi.com www.limburg.nl http://www.richeast.org/htwm/greeks/romans/bathing/bathing.html www.sertifikasiguru.unm.ac.id www.thuisinbrabant.nl www.thermenmuseum.nl Artikel dari internet Lendering, Jona. Coriovallum (Heerlen). www.livius.org. Penders, Stefan. 2011. Thermen Van Heerlen (Heerlen). http://ifthenissnow.nl/. Diakses pada 13 Juli 2013 Rizali, Romi. 2011. Mitologi Arsitektur Romawi. www.mbenkrromblogsopt.com. Diakses pada 14 Juli 2013 Thayer, Bill. Thermen Museum. http://rambambashi.wordpress.com/. Diakses pada 13 Juli 2013 16 Thermae di Heerlen ..., Dea Andhinta Arianti, FIB UI, 2013