BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi Oleh : HAMIID AR RAZZAAQ A 610 090 037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH Hamiid Ar Razzaaq A 610 090 037 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi 1) Pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi tektonik, 2) Mengidentifikasi bentuk kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempa bumi tektonik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif,dengan desain fenomonologi. Tehnik pengumpulan data yang menggunakan survey lapangan melalui observasi, dan wawancara masyarakat. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan Snowbaal dengan menggunakan sebelas Informan. Uji keabasahan data mengunakan Triangulai Waktu dan Triangulasi Sumber. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, 1) Sembilan dari sebelas informan penelitian memilik pengetahuan cukup baik tentang bencana gempa bumi tektonik mereka menyatakan memperoleh informasi yang berkaitan dengan gempa bumi dari Penyuluhan dan Media Cetak/Elektronik, namun dua informan dapat diidentifikasi memiliki pengetahuan yang rendah tentang bencana gempa bumi tektonik mereka menyatakan sebenarnya mereka memperoleh informasi tetapi karena faktor rendahnya pendidikan sehingga mereka sulit untuk memahami informasi yang telah diperoleh. 2) Sembilan dari sebelas informan mengetahui bentuk kesiapsiagaan, bentuk kesiapsiagaan berupa penambahan cakar ayam pada struktur bangunan agar tahan terhadap gempa, adanya sosialisasi dari steakholder, pembuatan tenda darurat, dapur umum, dan fasilitas kesehatan pasca gempa, selain itu mereka mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi. Dua dari sebelas informan tidak mengetahui bentuk kesiapsiagaan, mereka menyatakan tindakan yang dilakukan saat terjadi gempa hanya berlari ketempat yang aman. Dua informan tersebut sebenarnya memperoleh informasi yang berkaitan dengan bentuk kesiapsiagaan dari penyuluhan, namun karena faktor rendahnya pendidikan sehingga menyebabkan mereka sulit untuk memahami informasi yang diperoleh. Kata Kunci : bentuk, kesiapsiagaan, bencana, gempa bumi 1 Timur). Laporan Inter Agency Standing PENDAHULUAN Committee – IASC (2006) menyebutkan Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya bahwa dua wilayah terparah adalah berada di dua lempeng aktif, Indo-Australia Kabupaten Bantul di D.I. Yogyakarta dan dan Eurasia yang membentang dari belahan Kabupaten Klaten di barat Sumatera hingga belahan selatan Gempa Nusa Tenggara. Hal tersebut menyebabkan bumi Jawa Tengah. tektonik tersebut mengakibatkan korban tewas seketika wilayah Yogyakarta dan sekitarnya sangat sebanyak 5.744 orang dan melukai lebih rawan terjadi gempa bumi tektonik, salah dari 45.000 orang. Sebanyak 350.000 satu bukti kerawanan gempa tersebut rumah hancur/rusak berat dan 278.000 adalah gempa tektonik yang terjadi pada rumah hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.53 WIB rusak sedang/ringan. Dampak gempa ini menyebabkan 1,5 juta orang BMKG (Badan Meteoroligi Klimatologi tidak memiliki rumah karena rusak atau dan Geofisika) mencatat gempa berpusat di hancur, total penduduk terdampak gempa bawah laut dengan kedalaman 11,3 km , 37 adalah 2,7 juta jiwa. km di selatan Yogyakarta dengan kekuatan Beberapa faktor penyebab utama gempa 5,9 Skala Richter. Badan Survei timbulnya banyak korban akibat bencana Geologi Amerika Serikat (U.S. Geological gempa Survey) mencatat kekuatan gempa sebesar adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana 6,3 Skala Richter pada kedalaman 10Km. dan kurangnya kesiapsiagaanan masyarakat (http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/e dalam mengantisipasi bencana tersebut. qinthenews/2006/usneb6/). Pusat gempa Hasil dari pengamatan tim relawan terletak di daratan selatan Yogyakarta UPI, (7.962° Lintang Selatan, 110.458° Bujur 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Klaten merupakan wilayah Jawa Tengah Selain itu juga menyebabkan seluruh sumur terparah akibat gempa, atau terparah kedua warga desa menjadi keruh dan tidak layak setelah konsumsi, (Sumber: Kantor Kelurahan Kabupaten Bantul. Seluruh Kecamatan di Kabupaten Klaten terkena Desa Dengkeng). dampak gempa tersebut, yang paling parah Melihat dampak dari gempa di Desa adalah Kecamatan Wedi. (Riset UPI, Dengkeng Membangun kembali Desa Pacing yang sebuah penelitian dengan kajian Bentuk Hancur Akibat Gempa). Kesiapsiagaan Dampak gempa tahun 2006 peneliti ingin melakukan Masyarakat dalam di Menghadapi Bencana Gempa Bumi Kecamatan Wedi mengakibatkan 335 orang Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan meninggal, 2799 orang luka-luka, 6179 Wedi, Kabupaten Klaten. rumah roboh, 4714 rusak berat, dan 2978 TINJAUAN PUSTAKA rusak ringan (Sumber: BAPPEDA Klaten). 1. Kesiapsiagaan Desa Dengkeng merupakan salah satu desa Menurut UU RI No.24 Tahun 2007 di Kecamatan Wedi yang terkena dampak gempa yang cukup parah, 2 menyatakan orang kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meninggal dunia, 57 orang luka-luka, dari mengantisipasi 661 rumah di Desa Dengkeng 547 roboh, bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah 112 rusak berat, 2 rusak ringan. Dampak yang tepat guna dan berdaya guna gempa juga merusak fasilitas umum di 2. Masyarakat Desa Dengkeng antara lain, Jalan desa Menurut Ralph Linton (1968), masyarakat retak, Kantor Kelurahan, Balai pertemuan, adalah setiap kelompok manusia yang SD, TK, Masjid roboh dan rusak berat. hidup dan bekerja sama dalam waktu 3 yang relatif lama dan mampu membuat lempeng keteraturan dalam kehidupan bersama dan mendadak yang mempunyai kekuatan dari mereka yang sangat kecil hingga yang sangat menganggap sebagai satu lempeng tektonik kesatuan sosial. Masyarakat adalah orang- besar.Gempa orang dan menimbulkan kerusakan atau bencana alam Selo di bumi, getaran gempa bumi yang kuat yang menghasilkan hidup bersama kebudayaan ( Soemardjan ) bumi ini secara banyak mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh 3. Bencana perlepasan [tenaga] yang terjadi karena Menurut Undang-Undang No.24 Tahun pergeseran lempengan plat tektonik seperti 2007, bencana adalah peristiwa atau layaknya rangkaian peristiwa yang mengancam dan gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga METODE PENELITIAN mengakibatkan timbulnya korban jiwa Pendekatan penelitian ini adalah manusia, kerusakan lingkungan, kerugian penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian harta benda, dan dampak psikologis. kualitatif adalah meneliti pada obyek yang 4. Gempa Bumi Tektonik alamiah, (sebagai lawannya adalah Ade saputri (2009), Gempa bumi tektonik eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai adalah Gempa bumi yang disebabkan oleh instrumen kunci. Untuk dapat menjadi adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran instrumen, maka peneliti harus memiliki 4 bekal teori dan wawasan yang luas, seperti bola salju yang menggelinding, sehingga mampu bertanya, menganalis, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2009). memotret, dan mengkontruksi obyek yang Jumlah responden atau informan diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. dalam penelitian kulitatif belum diketahui (Sugiyono 2007 : 1). Metode kualitatif sebelum digunakan untuk mendapatkan data yang kualitatif mempunyai tujuan tercapainya menggunakan studi pendekatan kualitatif, kualitas data yang memadai, sehingga dengan desain fenomologi. Fenomologi sampai dengan responden yang keberapa merupakan desain paradigma definisi sosial data yaitu mengkaji sesuatu yang tidak tampak keadaan “tidak tidak lagi memberi informasi baru lagi, Informan menggunakan dalam artinya teknik sama saja dengan responden-responden Snowball Sampling. Snowball Sampling hasil responden tersebut “ceritanya” sebelumnya ( Hamidi, 2004 : 76 ). dilakukan karena data yang sedikit belum memberikan dalam titik jenuh karena responden tersebut sudah suatu makna (Subadi,2005). mampu telah berkualitas” lagi dalam arti sudah mencapai dengan kajian mikro agar memperoleh ini kegiatan karena pengumpulan data suatu penelitian makna (Sugiyono 2007 : 3). Penelitian ini penelitian melakukan pengumpulan data di lapangan. Hal ini mendalam, suatu data yang mengandung Penentuan peneliti Teknik pengumpulan data dalam yang penelitian ini akan menggunakan tiga cara memuaskan, maka mencari orang lain yaitu sebagai sumber data. Dengan demikian : Wawancara, dokumentasi. jumlah sampel data akan semakin besar, 5 observasi, dan 1. Wawancara, peneliti memberikan dan mana spesifik dari tiga sumber data beberapa pertanyaan kepada informan Desa tersebut. Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten dianalisis Klaten menghasilkan kesimpulan selanjutnya untuk memperoleh data yang diperlukan. Kemudian oleh data tersebut peneliti sehingga dimintakan kesepakatan (member check) 2. Observasi, peneliti melakukan dengan tiga sumber data tersebut. pengamatan langsung kepada aspek-aspek 2. yang berkaitan dengan penelitian. dengan melukukan wawancara kepada 3. Dokumentasi, Triangulasi Waktu dilakukan peneliti informan dengan waktu yang berbeda, mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan uji data melibatkan tiga orang informan dengan penelitian, dengan mencatat dan untuk diwawancara dan dilakukan pada memotret. waktu pagi, siang dan sore hari. Keabsaan Data yang digunakan dalam Tehnik Analisi Data : penelitian ini adalah trianggulasi dengan Miless dan Huberman, 1992 dalam penjelasan sebagai berikut : subadi, (2005:64) menyatakan bahwa 1. Triangulasi sumber dilakukan dengan proses pengolahan data, terdapat 3 alur cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber. analisi data kualitatif, yaitu reduksi data, Peneliti penyajian data, dan kesimpulan. Dengan menguji data kepada 3 orang informan penjelasan sebagai berikut : yang berbeda Kepala Desa, RT, dan Ketua PKK kemudian dari tiga sumber 1. Reduksi Data data mana Reduksi data adalah proses kegiatan pandangan yang sama, yang berbeda, seleksi menggolongkan, pemfokusan, tersebut dikategorikan, 6 penyederhanaan, serta membuang hal 6 bulan dari bulan Maret 2014 hingga yang tidak diperlukan. Sehingga data Agustus 2014. dapat terorganisasi dalam pengambilan HASIL DAN PEMBAHASAN keputusan dan kesimpulan. Wawancara yang telah dilakukan 2. Penyajian Data Penyajian oleh data pengumpulan merupakan proses informasi untuk a. Hasil dari uji keabsahan data dengan Waktu Hal ini peneliti berusaha untuk menarik dan bahwa ada perbedaan hasil wawancara, tiga informan menyatakan dan penyajian data.Setelah itu data tentang menunjukkan kesamaan kesimpulan berdasarkan reduksi data untuk menghasilkan Triangulasi Sumber dan Triangulasi 3. Kesimpulan diinterpretasi tersebut keterangan sebagai berikut: pengambilan kesimpulan. gambaran peneliti memahami maksud dari kesiapsiagaan, memperoleh mereka pengetahuan memperoleh informasi kesiapsiagaan dari LSM, Pemerintah masyarakat dalam kesiapsiagaan dalam dan menghadapi bencana. TV berupa penyuluhan dan tayangan berita. Mengetahui bentuk Penelitian ini dilakukan di Desa dari kesiapsiagaan berupa lari, tidak Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten panik, membangun rumah dengan Klaten, cakar ayam, dan menjalin koneksi dengan subjek penelitian masyarakat Desa Dengkeng dengan kriteria dengan umur 17-60 tahun dan objek penelitian mempermudah Desa Dengkeng, dengan waktu pengerjaan Steakholder yang ikut berperan dalam proses 7 pihak luar untuk bantuan masuk. kesiapsiagaan adalah Pemerintah, BPBD, LSM dan menyiapkan mental waktu tersebut sangat membantu masyarakat keabsahan data dengan Triangulasi dalam dan Waktu juga menunjukkan perbedaan penderitaan masyarakat, hal-hal yang hasil antar informan dengan waktu dilakukan yang pihak memberikan pemberian beban tersebut adalah penyuluhan dan bantuan pasca kesehatan dan gempa b. pemberian dalam untuk pembangunan proses rumah Informan kesiapsiagaan menyatakan berupa adalah untuk Gempa Bumi Tektonik dan Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat, selanjunya dari wawancara diklasifikasikan. hasil uji keabsahan data hanya terdapat (Ketua tersebut sebelas aspek Pengetahuan Masyarakat tentang panik saat terjadi gempa. Perbedaan 3 wawancara peneliti mengidentifikasi berdasarkan anggota keluarga dan masyarakat yang Informan dari menjawab rumusan masalah penelitian, dengan cakar ayam dan masih ada pada menunjukkan telah dirumuskan oleh peneliti, untuk kesiapsiagaan berupa pembengkakan biaya tidak uji menjawab Rumusan Masalah yang Selain itu mereka menyatakan masih hambatan Tujuan informan bantuan untuk pembangunan rumah. adanya berbeda Hasil perbedaan yang begitu mencolok. berupa tenda darurat, dapur umum, posko bencana. sewaktu- Mayarakat Desa. Peran berbagai pihak meringankan terjadi jika sebelas Hasil informan klasifikasi tersebut menujukkan bahwa Sembilan PKK) dari bentuk sebelas informan penelitian berpengetahuan cukup baik tentang melakukan bencana gempa bumi tektonik mereka penyuluhan kepada anggota PKK, dan menyatakan 8 memperoleh informasi yang berkaitan dengan gempa bumi mengetahui dari Media (Informan 5 dan Informan 7), yang Cetak/Elektronik, dua informan dapat mereka tahu hanya saat terjadi gempa diidentifikasi memiliki pengetahuan bumi yang rendah tentang bencana gempa ketempat bumi tektonik mereka menyatakan mereka telah memperoleh informasi sebenarnya dari penyuluhan yang berkaitan dengan Penyuluhan mereka informasi memperoleh tetapi rendahnya mereka dan karena pendidikan sulit untuk informasi yang Sembilan dari Sebenarnya faktor rendahnya pendidikan sehingga sebelas informan bentuk aman. diri sehingga diperoleh. kesiapsiagan, yang menyelamatkan bentuk kesiapsiagaan, namun karena telah mengetahui harus kesiapsiagaan faktor memahami menyatakan bentuk mereka sulit untuk memahami informasi yang telah diperoleh. KESIMPULAN bentuk Berdasarkan hasil penelitian tentang kesiapsiagaan Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam berupa penambahan cakar ayam pada menghadapi Gempa Bumi Tektonik di struktur bangunan agar tahan terhadap Desa gempa, Kabupaten Klaten diperoleh hasil sebagai adanya sosialisasi dari steakholder , pembuatan tenda darurat, 1. Tingkat pasca gempa, selain itu masyarakat informan pengetahuan masyarakat Kabupaten Klaten tentang gempa dilakukan saat gempa bumi terjadi. sebelas Wedi, Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, mengetahui hal-hal apa saja yang harus dari Kecamatan berikut : dapur umum, dan fasilitas kesehatan Dua Dengkeng, bumi tektonik tidak 9 Berdasarkan hasil wawancara dapat terhadap gempa, adanya sosialisasi dari diidentifikasi bahwa Sembilan dari sebelas steakholder, informan penelitian memiliki pengetahuan dapur umum, dan fasilitas kesehatan pasca cukup baik tentang bencana gempa bumi gempa, selain itu mereka mengetahui hal- tektonik mereka menyatakan memperoleh hal apa saja yang harus dilakukan saat informasi yang berkaitan dengan gempa gempa bumi terjadi. Dua dari sebelas bumi informan dari Penyuluhan dan Media pembuatan tidak tenda mengetahui bentuk Cetak/Elektronik, namun dua informan kesiapsiagaan, dapat diidentifikasi memiliki pengetahuan tindakan yang dilakukan saat terjadi gempa yang rendah tentang bencana gempa bumi hanya berlari ketempat yang aman. Dua tektonik mereka menyatakan sebenarnya informan tersebut sebenarnya memperoleh mereka memperoleh tetapi informasi yang berkaitan dengan bentuk karena faktor pendidikan kesiapsiagaan dari penyuluhan, namun informasi rendahnya faktor mereka darurat, rendahnya menyatakan sehingga mereka sulit untuk memahami karena pendidikan informasi yang telah diperoleh. sehingga menyebabkan mereka sulit untuk memahami informasi yang diperoleh. 2. Bentuk kesiapsiagaan masyarakat Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten dalam menghadapi gempa bumi DAFTAR PUSTAKA tektonik Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. Sembilan dari sebelas informan Subadi, Tjipto. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. mengetahui bentuk kesiapsiagaan, bentuk (http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqi nthenews/2006/usneb6/),(online) Diakses Maret 2014). kesiapsiagaan berupa penambahan cakar ayam pada struktur bangunan agar tahan 10 Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (BMKG). (online),(www.google.com/BMK G, Diakses Maret 2014). Hamidi.(2008). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press. BNPB.“Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana”. (online),(https://www.google.com, Diakses Maret 2014). Ade Saputri. Dkk. (2009). Makalah Gempa Bumi. (www.google.com/Gempa Bumi). Diakses Februari 201 11