BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengubahan energi sinar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengubahan energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat) atau
yang disebut proses fotosintesis, yang mengubah energi kimia menjadi
energi kerja pada peristiwa pernafasan dalam tubuh tumbuhan, dan
manusia atau yang disebut dengan resprasi yang merupakan suatu
rangkaian proses kehidupan di dunia ini. Respirasi atau pernafasan
merupakan suatu proses pembongkaran (katabolisme atau desimilasi )
dimana
energi
yang
tersimpan
ditimbulkkan
kembali
untuk
menyelenggarakan proses-proses kehidupan.
Udara yang masuk dan keluar dari suatu tempat, maka udara yang
keluar dari tempat tersebut mempunyai kadar oksigen ( O2 ) yang lebih
rendah dan kadar gas CO2 yang tinggi dari pada udara yang masuk. Hal ini
berarti bahwa kadar CO2 yang tinggi itu disebabkan oleh terurainya suatu
zat organik. Menyusutnya zat organik tersebut diakhibatkan karena
penggunaan O2 dan pengeluaran CO2 dan timbulnya panas (energi) itu
semua manifesti dari proses respirasi yang terjadi di dalam tiap sel yang
hidup. Tidak semua respirasi mengeluarkan CO2 karena respirasi ada 2
macam yaitu respirasi aerob dan anaerob yang terjadi dalam sel-sel
tumbuhan.
1.2
Tujuan

Untuk mengetahui arti dan peranan respirasi dan fotorespirasi bagi
pertumbuhan tanaman.

Untuk mengetahui proses atau mekanisme respirasi.

Untuk mengetahui proses tau mekanisme respirasi.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
respirasi.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dan Peranan Respirasi dan fotorespirasi bagi Pertumbuhan Tanaman
2.1.1 Arti Respirasi
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang
dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa energi bernergi tinggi
(SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian
kegiatan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun
demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup
pada istilah pernapasan.Pada dasarnya respirasi adalah proses oksidasi yang
dialami SET sebagai unit penyimpanan energi kimia pada organisme hidup.
2.1.2
Manfaat Respirasi Bagi Tumbuhan
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat
tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan
senyawa organik, dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah
senyawa-senyawa antara yang penting sebagai ”Building Block”. Building
Block merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh.
Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein; nukleotida
untuk asam nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil
dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin,
dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O,
hal ini terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai
senyawa di atas terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah
menjadi CO2 dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi
seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya digunakan dalam proses
anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh. Sedangkan energi yang
ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dalam proses
3
respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan.
2.1.3
Arti Fotorespirasi
Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang
dibangkitkan oleh penerimaan cahaya yang diterima oleh daun. Diketahui
pula bahwa kebutuhan energi dan ketersediaan oksigen dalam sel juga
memengaruhi fotorespirasi. Walaupun menyerupai respirasi (pernafasan)
biasa, yaitu proses oksidasi yang melibatkan oksigen, mekanisme respirasi
karena rangsangan cahaya ini agak berbeda dan dianggap sebagai proses
fisiologi tersendiri.
2.1.4
Manfaat Fotorespirasi
Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan sepakat
bahwa fotorespirasi merupakan penyia-nyiaan energi. Dari sisi evolusi,
proses ini dianggap sebagai sisa-sisa ciri masa lampau (relik). Atmosfer
pada masa lampau mengandung oksigen pada kadar yang rendah, sehingga
fotorespirasi tidak terjadi seintensif seperti masa kini. Fotorespirasi
dianggap bermanfaat karena menyediakan CO2 dan NH3 bebas untuk
diasimilasi ulang, sehingga dianggap sebagai mekanisme daur ulang
(efisiensi). Pendapat lain menyatakan bahwa fotorespirasi tidak memiliki
fungsi fisiologis apa pun, baik sebagai penyedia asam amino tertentu
(serin dan glisin) maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan
karena
fotooksidasi.
Karena
tidak
efisien,
sejumlah
tumbuhan
mengembangkan mekanisme untuk mencegah fotorespirasi. Untuk
menekan fotorespirasi, tumbuhan C4 mengembangkan strategi ruang
dengan memisahkan jaringan yang melakukan reaksi terang (sel mesofil)
dan reaksi gelap (sel selubung pembuluh, atau bundle sheath). Sel - sel
mesofil tumbuhan C4 tidak memiliki Rubisco. Strategi yang diambil
tumbuhan CAM bersifat waktu (temporal), yaitu memisahkan waktu untuk
4
reaksi terang (pada saat penyinaran penuh) dan reaksi gelap (di malam
hari).
2.3 Tahapan Respirasi
2.3.1 Respirasi Aerob
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen
bebas untuk mendapatkan energi. Ada beberapa tumbuhan yang kegiatan
respirasinya menurun bila konsentrasi oksigen di udara dibawah normal,
misalnya bayam, wortel dan beberapa tumbuhan lainnya. Persamaan reaksi
proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O >> 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak
tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi
itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan
transport elektron (Syamsuri, 1980). Pembongkaran sempurna terjadi pada
oksidasi asam piruvat dalam respirasi aerob. Dari proses ini dihasilkan
CO2 dan H2O serta energy yang lebih banyak , yaitu 38 ATP (Loveless,
A.R, 1991).
5
Proses aerob dibagi menjadi sebagai berikut :
a. Glikolisis
Pada tahap awal dari glikolisis (dari kata latin, glykos = gula; lysis
= pemecahan), karbohidrat diubah menjadi heksosa fosfat, yang
kemudian dipecah menjadi dua molekul triosa fosfat. Selanjutnya
kedua molekul triosa fosfat tersebut dioksidasi menjadi dua molekul
piruvat. Disamping menyiapkan substrat untuk oksidasi dalam siklus
asam sitrat, glikolisis juga menghasilkan sejumlah kecil ATP dan
NADH.
Glikolisis pada tumbuhan memiliki mekanisme pengaturan yang
khas, berlangsung secara paralel antara glikolisis sitotol dan plastida,
serta jalur-jalur alternatif dari reaksi-reaksi glikolisis di dalam sitosol.
Pada hewan, substrat utama respirasi adalah glukosa dan produk
akhirnya adalah piruvat. Pada tumbuhan, sukrosa merupakan bentuk
gula utama yang ditranslolasikan dan oleh karenanya merupakan jenis
gula utama yang diimpor oleh jaringan/organ non fotositesis, maka
sukrosa diyakini merupakan substrat utama respirasi tumbuhan dan
6
hasil akhirnya tidak hanya piruvat, tetapi juga dapat berupa asam
organik lainnya yaitu malat.
Pada tahap awal glikolisis, sukrosa dipecah menjadi dua
monosakarida, glukosa dan fruktosa, yang dapat segera masuk ke
lintasan glikolisis. Terdapat dua lintasan yang memecah sukrosa di
dalam tumbuhan. Pertama, pada sebagian besar jaringan tumbuhan,
enzim sukrosa sintase yang ada di dalam sitosol, digunakan untuk
memecah sukrosa dengan cara menggabungkan sukrosa dengan UDP
menjadi fruktosa dan UDP-glukosa. Kemudian enzim UDP-glukosapirofosforilase mengubah UDP-glukosa dan pirofosfat (PPi) menjadi
UTP dan glukosa-6-fosfat. Kedua, pada beberapa jaringan tumbuhan,
enzim invertase yang terdapat pada dinding sel, vakuola atau sitosol
menghidrolisis sukrosa menjadi dua heksosa, yaitu fruktosa dan
glukosa, yang kemudian difosforilasi dalam suatu reaksi yang
menggunakan ATP.
Plastida, seperti kloroplas dan amiloplas, dapat juga menyediakan
substrat untuk glikolisis. Pati disintesis dan dipecah hanya di dalam
plastid. Plastid mengubah pati menjadi triosa fosfat menggunakan
enzim-enzim glikolisis yang mengubah heksosa fosfat menjadi triosa
fosfat. Senyawa karbon yang diperoleh dari pemecahan pati masuk ke
dalam lintasan glikolisis di dalam sitosol. Senyawa karbon tersebut
terutama dalam bentuk heksosa fosfat yang ditranslokasikan dari
amiloplas atau triosa fosfat yang ditranslokasikan dari kloroplas. Hasil
fotosintesis dapat juga langsung masuk lintasan glikolisis dalam
bentuk triosa fosfat.
Pada tahap awal glikolisis, tiap unit heksosa difosforilasi dua kali
dan dipecah menjadi dua molekul triosa fosfat. Bergantung apakah
pemecahan tersebut menggunakan enzim sukrosa sintase atau invertas,
serangkaian reaksi pemecahan tersebut menggunakan dua sampai
empat molekul ATP untuk tiap unit sukrosa. Reaksi-reaksi tersebut
juga melibatkan dua dari tiga reaksi tidak dapat balik penting dari
lintasan glikolisis yang dikatalisis oleh enzim heksokinase dan
7
fosfofruktokinase . Reaksi fosfofruktokinase adalah satu dari titik
kendali glikolisis baik pada tumbuhan maupun hewan.
Ketika molekul gliseraldehid-3-fosfat terbentuk, lintasan glikolisis
memulai memanen energi pada tahap pemanenan energi dari glikolisis.
Enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi
aldehid
untuk
membentuk
asam
karboksilat
dan
mereduksi
NAD+ menjadi NADH. Reaksi tersebut melepas energi bebas dalam
jumlah cukup untuk melakukan fosforilasi gliseraldehid-3-fosfat
menggunakan fosfat inorganik dan membentuk 1,3-bisfosfogliserat.
Molekul ini merupakan suatu pemberi gugus fosfat yang cukup kuat
karena memiliki standar energi bebas untuk hidrolisis yan gcukup
tinggi (-49.3 kJ per mol atau –11.8 kkal per mol).
Pada tahap berikutnya gugus fosfat dari ato carbon ke 1 dari 1,3bisfosfogliserat dipindhakan ke molekul ADP untuk membentuk ATP
dan molekul 3-fosfogliserat. Untuk tiap sukrosa yang masuk glikolisis
akan dihasilkan empat ATP dari reaksi ini. Sintesis ATP dengan cara
tersebut
disebut fosforilasi
tingkat
substrat,
yang
melibatkan
pemindahan langsung sebuah gugus fosfat dari molekul substrat ke
ADP untuk membentuk ATP. Sintesis ATP melalui proses ini berbeda
mekanismenya dengan sintesis ATP melalui fosforilasi oksidatif di
mitokondria atau sintesis ATP pada proses fotosintesis.
Pada dua reaksi berikutnya, fosfat dari molekul 3-fosfogliserat
dipindahkan ke ataom karbon ke dua dan kemudian sebuah molekul air
dilepas menghasilkan senyawa yang disebut fosfoenol piruvat (PEP).
Gugus fosfat dari PEP memiliki standar energi bebas yang tinggi (61.9 kJ per mol atau –14.8 kkal per mol), sehingga PEP merupakan
suatu donor fosfat yang baik untuk membentuk ATP. Dengan
menggunakan
PEP
sebagai
substrat,
enzim
piruvat
kinase
memindahkan gugus fosfat dari PEP ke ADP untuk membentuk ATP
dan piruvat. Tahap terahir ini, yang merupakan tahap tidak dapat balik
ketiga yang penting dalam glikolisis, menghasilkan empat molekul
8
ATP untuk tiap molekul sukrosa yang masuk ke dalam lintasan
glikolisis.
Di dalam tumbuhan, selain PEP diubah ke bentuk piruvat, PEP
juga dapat mengalami karboksilasi untuk membentuk asam organik
oksaloasetat (OAA) dengan bantuan enzim PEP karboksilase. OAA
kemudian direduksi menjadi malat dengan bantuan enzim malat
dehidrogenase dan menggunakan NADH. Malat yang dihasilkan dapat
disimpan di dalam vakuola atau ditransport ke mitokondria dan masuk
ke siklus asam sitrat.
Berikut prosesnya:
1. Fosforilasi glukosa oleh ATP. Penambahan satu fosfat oleh ATP
terhadap glukosa menghasilkan glukosa 6-fosfat dan ATP berubah
menjadi ADP.
2. Penyusunan kembali diikuti dengan fosforilasi kedua. Hasil akhir
berupa fruktosa 1,6- bifosfat.
3.
Perubahan 1,6 fruktosa-bifosfat yang memiliki 6 atom C menjadi
gliseraldehida 3-fosfat (3 atom C).
4. Selanjutnya fosfogliseraldehida bersenyawa dengan suatu asam
fosfat (H3PO4) dan berubah menjadi 1,3 –disfosfogliseraldehid
kemudian menjadi asam 1,3 –difosfogliserat dengan bantuan
enzimdehidrogenase.
Peristiwa
ini
terjadi
karena
adanya
penambahan H2.
5. Dengan bantuan enzim transfosforilase fosfogliserat serta ion – ion
Mg++, asam 1,3-
difosfogliserat kehilangan satu fosfat sehingga
berubah menjadi asam – 3 – fosfogliserat.
6. Selanjutnya asam – 3 – fosfogliserat menjadi asam – 2 –
fosfogliserat karena pengaruh enzim fosfogliseromutase.
7. Dengan pertolongan enzim enolase dan ion – ion Mg++, maka
asam- 2-fosfofogliserat melepaskan H2O dan menjadi asam -2fosfoenolpiruvat.
9
8. Perubahan terakhir dalam glikolisisadalah pelepasan satu fosfat
dari asam-2-fosfoenolpiruvat menjadi asam piruvat. Enzim
transfosforilase fosfopiruvat dan ion – ion Mg++ membantu proses
ini sedang ADP meningkat menjadi ATP.
(Pratiwi dkk, 2003)
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Sebelum masuk ke tahap selanjutnya dalam mitokondria, asam piruvat
terlebih dahulu akan diubah menjadi senyawa Asetil Co-A dan
berlangsung dalam membrane mitokondria. Tahapannya sebagai berikut:
i) Senyawa asam piruvat yang mengandung 3 atom karbon, dioksidasi
dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase untuk melepas 1 atom
karbonnya dan mengubahnya menjadi CO2. Bersamaan dengan
terbentuknya CO2, NAD+ akan direduksi dan membentuk NADH.
ii) Selanjutnya, terbentuklah senyawa dengan 2 atom karbon yang disebut
acetyl group, yang kemudian akan ditambahkan dengan koenzim A
membentuk Acetyl Koenzim-A
10
c. Siklus Krebs
Siklus kreb berlangsung di matriks mitokondria. Asetil KoA
bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. KoA
dilepaskan sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain
dari asam piruvat. Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs ,
sementara itu sisa dua karbon dari glukosa dilepaskan sebagai CO2.
Selama terjadi pembentukan – pembentukan , energy yang dibutuhkan
dilepaskan untuk menggabungkan fosfat denga ADP membentuk molekul
ATP. Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai,
Jadi, sebagai hasil dari glikoslisis , reaksi antara dan siklus krebs adalah
pemecahan satu molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul 1 karbon,
selain itu juga dihasilkan 2 molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi
dari siklus krebs. Perlu diingat bahwa tiap – tiap proses melepaskan atom
hydrogen yang ditranspor ke sistem transport electron oleh molekul
pembawa (Pratiwi, dkk. 2003).
Siklus asam sitrat disebut juga siklus asam trikarboksilat untuk
menunjukkan pentingnya dua molekul trikarboksilas, citrat dan isositrat,
sebagai dua intermediet pertama dari siklus ini. Untuk berlangsungnya
siklus asam sitrat, piruvat yang dihasilkan dari glikolisis harus ditrasport
ke dalam matriks mitrokondria melalui protein transport khusus yang
terdapat pada membran dalam mitrokondria. Setelah piruvat ada di dalam
matriks, piruvat kemudian didekarboksilasi dalam suatu reaksi opksidasi
oleh ensim piruvat dehidrogenase. Hasil dari reaksi ini adalah NADH,
CO2 dan asam asetat dalam bentuk asetil koA. Piruvat dehidrogenase
merupakan kompleks enzim yang mengkatalisis keseluruhan tiga proses
ini, yaitu dekarboksilasi, oksidasi dan konjugasi asam asetat dengan KoA.
Pada reaksi berikutnya enzim sitrat sintase menggabungkan grup
asetil dari asetil koA dengan OAA, suatu asam dikarboksilat beratom
karbon empat, untuk menghasilkan sitrat, yang kemudian diisomerasi oleh
enzim aconitase untuk menghasilkan isositrat. Dua tahap reaksi berikutnya
11
adalah reaksi dekarbokislasi oksidatif berurutan yang masing-masing
menghasilkan satu meolekul NADH, melepas satu moelkul CO2 dan
membentuk suksinil koA. Sampai tahap ini sudah tiga molekul
CO2 dilepas untuk tiap piruvat yang masuk ke mitokondria, atau 12
molekul CO2 dari tiap molekul sukrosa yang dioksidasi.
Tahap berikutnya adalah oksidasi suksinil koA menjadi OAA,
sehingga memungkinkan siklus asam sitrat terus berputar. Mula-mula
energi bebas yang tersedia dari ikatan tioester pada seuksinil koA
disimpan di dalam ATP dari ADP dan Pi melalui proses fosforilasi tingkat
substrat yang dikatalisis oleh enzim suksinil koA sitetase. Suksinat yang
dihasilkan dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat edhidrogenase,
yang berada pada membran dalam mitokondria dan merupakan enzim
yang juga berperan di dalam rantai transport elektron.
Elektron dan proton dilepas dari suksinat dari suatu reaksi redoks
yang melibatkan FAD (flavin adenin dinukleotida). FAD secara kovalen
terikat pada sisi aktif dari suksinat ehidrogenase dan melangsungkan
reduksi FAD menjadi FADH2. Dua tahap terakhir dari siklus asam sitrat
adalah hidrasi fumarat menjadi malat, yang selanjutnya dioksidasi oleh
malat dehidrogenase menjadi OAA dan menghasilkan satu molekul
NADH. Sebagai kesimpulan, setiap piruvat yang masuk mitokondria akan
menghasilkan tiga molekul CO2, empat molekul NADH, satu molekul
FADH2 dan satu molekul ATP.

Siklus Asam Sitrat Tumbuhan Memiliki Keunikan
Siklus asam sitrat tumbuhan tidak identik dengan siklus asam sitrat
yang terjadi pada mitokondria hewan. Sebagai contoh apda tahapan yang
dikatalisis oleh enzim suksinil koA sintetase, di tumbuhan menghasilkan
ATP, sedangkan pada hewan menghasilkan GTP.
Perbedaan yang kedua adalah adanya aktifitas enzim NAD+-malat
yang tidak dijumpai pada organisme lain. Enzim ini mengkatalisis reaksi
dekarboksilasi oksidatif dari malat menjadi piruvat:
12
Malat + NAD+ → piruvat + CO2 + NADH
Keberadaan enzim NAD+-malat memungkinkan mitokondria
tumbuhan mampu melakukan lintasan alternatif dari metabolisme PEP
yang dihasilkan melalui glikolisis. Seperti diketahui, malat dapat disintesis
dari PEP di sitosol dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan malat
dehidrogenase. Malat kemudian ditransport ke dalam matriks mitokondria,
dimana enzim NAD+-malat dapat mengoksidasinya menjadi piruvat.
Reaksi ini memungkinkan oksidasi sempurna dari itermediat-intermediat
siklus asam sitrat, seperti malat atau sitrat.
Alternatif lain dari jalur metabolisme PEP adalah digunakannya
malat sebagai pengganti intermediat siklus asam sitrat. Malat yang masuk
ke mitokondria hasil PEP karboksilase dapat mengisi kekurnag malat
akibat keluarnya intermediat respirasi dari siklus. Misal 2 oksoglutarat
dapat keluar siklus dan digunakan dalam asimilasi nitrogen. Hal ini dapat
menyebabkan kekurang malat untuk kelangsung siklus. Adanya malat
yang masuk ke matriks dari sitosol hasil metabolisme PEP dapat
memenuhi kekurangan malat tersebut, sehingga siklus tetap berjalan.
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam
oksaloasetat (4C) menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam
oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam zat yang akhirnya
menjadi asam oksalosuksinat. Dalam perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan.
Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam bentuk ATP dan hidrogen.
ATP yang dihasilkan langsung dapat digunakan. Sebaliknya, hidrogen
berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu NAD dan FAD,
untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini dilepaskan
energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh
reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas
(aerob). Siklus krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).
13
d. Transpor Elektron
Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua
macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau
GTP (Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang
langsung dapat digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu
NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida)
dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem
transfer elektron. Proses transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya,
elektron dan H+ dan NADH dan FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak
yang lain secara berantai. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas
digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik (P) kemolekul ADP sehingga
terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen sebagai penerima,
sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik
menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus krebs dan transport
14
elektron dihasilkan senyawa – senyawa antara. Senyawa itu digunakan bahan
dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).
a) Sebanyak 10 molekul NADH2 dan 2 molekul FADH2 dihasilkan selama
tahap glikolisis dan siklus Krebs. Seluruhnya akan memasuki reaksi
redoks pada sistem transpor elektron.
b) Tahapan :
i) Mula-mula molekul NADH2 memasuki reaksi dan dihidrolisis oleh
enzim dehidrogenase kembali menjadi ion NAD+ diikuti pelepasan 3
ATP, kemudian diikuti molekul FADH2 yang dihidrolisis oleh enzim
flavoprotein kembali menjadi ion FAD+ dan menghasilkan 2 molekul
ATP, keduanya juga melepaskan ion Hidrogen diikuti elektron,
peristiwa ini disebut reaksi oksidasi.
ii) Selanjutnya elektron ini akan ditangkap oleh Fe+++ sebagai akseptor
elektron dan dikatalis oleh enzim sitokrom b, c, dan a. Peristiwa ini
disebut reaksi reduksi. Reaksi reduksi dan oksidasi ini berjalan terus
sampai elektron ini ditangkap oleh Oksigen (O2) sehingga berikatan
dengan ion Hidrogen (H+) menghasilkan H2O (air). Hasil akhir dari
sistem transpor elektron ini adalah 34 molekul ATP, 6 molekul H2O
(air).
Secara keseluruhan reaksi respirasi sel aerob menghasilkan 38
molekul ATP, 6 molekul H2O, dan 6 molekul CO2.
15
2.3.2 Respirasi Anaerob
Respirasi
anaerobik
adalah reaksi
pemecahan karbohidrat
untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerob disebut
fermentasi atau respirasi intramolekul. Respirasi anaerob dibedakan menjadi
obligatif dan fakultatif, respirasi anaerob obligatif mutlak memerlukan oksigen
sedangkan anaerob fakultatif dapat berlangsung tanpa atau dengan oksigen.
Tujuan fermentasi sama dengan respirasi aerob, yaitu mendapatkan energy. Hanya
saja energi yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari respirasi aerob. Respirasi
anaerob dapat berlangsung didalam udara bebas, tetapi proses ini tidak
menggunakan O2 yang disediakan di udara. Fermentasi sering pula disebut
sebagai peragian alcohol atau alkoholisasi. Pada respirasi aerob maupun anaerob,
asam piruvat hasil proses glikolisis merupakan substrat ( Loveless, A.R, 1991).
Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam
fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk
asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang
kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji–biji yang kulit tebal
yang sulit ditembus oksigen, sel–sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku
respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku
seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil
akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai
lengkap menjadi air dan karbondioksida. Reaksinya:
C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan.
Bahkan bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka
tertutup sehingga memberi kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980).
Beberapa proses respirasi anaerob :
16

Fermentasi alkohol : Proses ini terjadi pada beberapa mikroorganisme
seperti jamur ( ragi ), dimana tahapan glikolisis sama dengan yang terjadi
pada respirasi aerob. Setelah terbentuk asam piruvat ( hasil akhir glikolisis
), asam piruvat mengalami dekarboksilasi (: sebuah molekul CO2
dikeluarkan ) dan dikatalisis oleh enzim alkohol dehidrogenase menjadi
etanol atau alkohol dan terjadi degradasi molekul NADH menjadi NAD+
serta
membebaskan
energi/kalor.
Proses
ini
dikatakan
sebagai
"pemborosan" karena sebagian besar energi yang terkandung dalam
molekul glukosa masih tersimpan di dalam alkohol. Itulah sebabnya,
alkohol/etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar. Fermentasi alkohol
pada mikroorganisme merupakan proses yang berbahaya bila konsentrasi
etanolnya tinggi. Secara sederhana, reaksi fermentasi alkohol ditulis :
2CH3COCOOH
asam piruvat

---------->
2CH3CH2OH
+
2CO2
+
28
kkal
etanol/alkohol
Fermentasi asam laktat : Pada sel hewan ( juga manusia ) terutama pada
sel-sel otot yang bekerja keras , energi yang tersedia tidaklah seimbang
dengan kecepatan pemanfaatan energi karena kadar O2 yang tersedia tidak
mencukupi untuk kegiatan respirasi aerob ( reaksi yang membutuhkan
oksigen ). Proses fermentasi asam laktat dimulai dari lintasan glikolisis
yang menghasilkan asam piruvat. Karena tidak tersedianya oksigen maka
asam piruvat akan mengalami degradasi molekul ( secara anaerob ) dan
dikatalisis oleh enzim asam laktat dehidrogenase dan direduksi oleh
NADH untuk menghasilkan energi dan asam laktat. Secara sederhana
reaksi fermentasi asam laktat ditulis sebagai berikut.
2CH3COCOOH ----------> 2CH3CHOHCOOH + 47 kkal
Asampiruvat
asamlaktat
17
2.4.Proses Fotorespirasi
Proses yang disebut juga "asimilasi cahaya oksidatif" ini terjadi
pada sel-sel mesofil daun dan diketahui merupakan gejala umum pada
tumbuhan C3, seperti kedelai dan padi. Lebih jauh, proses ini hanya terjadi
pada stroma dari kloroplas, dan didukung oleh peroksisom dan
mitokondria.
Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur
glikolat. Enzim utama yang terlibat adalah enzim yang sama dalam proses
reaksi
gelap
fotosintesis,
Rubisco
(ribulosa-bifosfat
karboksilase-
oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif: sisi karboksilase yang aktif
pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua
proses yang terjadi pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama,
ribulosa bifosfat (RuBP), dan juga dipengaruhi secara positif oleh
konsentrasi ion Magnesium dan derajat keasaman (pH) sel. Dengan
demikian fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu kondisi
yang tidak disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi
energi.
Jika kadar CO2 dalam sel rendah (misalnya karena meningkatnya
penyinaran dan suhu sehingga laju produksi oksigen sangat tinggi dan
stomata menutup), RuBP akan dipecah oleh Rubisco menjadi P-glikolat
dan P-gliserat (dengan melibatkan satu molekul air menjadi glikolat dan POH). P-gliserat (P dibaca "fosfo") akan didefosforilasi oleh ADP sehingga
membentuk ATP. P-glikolat memasuki proses agak rumit menuju
peroksisoma, lalu mitokondria, lalu kembali ke peroksisoma untuk diubah
menjadi serin, lalu gliserat. Gliserat masuk kembali ke kloroplas untuk
diproses secara normal oleh siklus Calvin menjadi gliseraldehid-3-fosfat
(G3P).
18
Gambar proses fotorespirasi
2.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laju Respirasi
Laju respirasi dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
1.
Ketersediaan substrat
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel
tumbuhan tinggi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila
substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama.
3. Suhu
19
Semakin tinggi suhu, semakin tinggi laju respirasi. Laju reaksi respirasi
akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini
tergantung pada masing-masing spesies.
4. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan.
20
BAB III
KESIMPULAN
Respirasi atau pernafasan merupakan suatu proses pembongkaran (katabolisme
atau desimilasi ) dimana energi yang tersimpan ditimbulkkan kembali untuk
menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Energi yang ditangkap dari proses
oksidasi sempurna beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan
untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Tahapan
Respirasi antara lain respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob yaitu
respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
Sedangkan respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerob disebut
fermentasi atau respirasi intramolekul. Laju respirasi dapat dipengaruhi beberapa
faktor antara lain : Ketersediaan substrat, Ketersediaan oksigen, Suhu, Tipe dan
umur tumbuhan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Champbell, N.A, dkk. 2002. “Biologi”- Edisi lima Jilid satu. Erlangga: Jakarta.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Jasin,Maskoeri.1989.
“Biologi
Umum
Untuk
Perguruan
Tinggi”.
Bina
Pustakatama:Surabaya
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Lakitan, Benyamin, 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, PT. Raja
Grafindo
Persada, Jakarta
Loveless,
A.R.
Gramedia
1991.
Biologi
Tumbuhan
untuk
Daerah
Tropik,
PT.
Pustaka Utama, Jakarta
Mertens, Thomas R, dkk.1966. “Laboratory Exercises in the principles
of biology”. Burgess.
Pratiwi, dkk.2003. Biologi SMA Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Salisbury, Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
Penerbit
ITB: Bandung.
Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Yasa,
I
Beberapa
Komang
Jaya
Santika.
2009.
Respirasi
Dipengaruhi
oleh
Faktor. www.idonbiu.com diambil tanggal 6 November 2009.
22
Download