TUGAS NUTRITION EPIDEMIOLOGY synopsis JURNAL “FOOD INSECURITY IN AMERICA” Disusun Oleh : KELOMPOK 5 Adinda Yulinanda P. (145070301111003) Elfira Isba Puspasari (145070301111037) Elisa Aulia Rahmi (145070307111024) Fepy Sisiliay (145070300111024) Hanna Lehonna S. (145070300111023) Khabibah Junaistian (145070301111041) Ovi Dania (145070301111056) Rifka Noerfadilla A. (145070307111023) Rizqka Nusa Pertiwi (145070301111042) Safira Mirahantini (145070301111058) Waritsah Assilmi (145070301111054) Yuniar Eka Savitri (145070300111020) JURUSAN GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 “Features of Child Food Insecurity after the 2010 Haiti Earthquake: Results from Longitudinal Random Survey of Households” Pada 12 Januari, 2010, gempa 7.0 Skala Richter merusak negara pulau Haiti. Pemerintah memperkirakan kematian akibat gempa berkisar sekitar 220.000- 250000 jiwa. Penelitian yang dilakukan oleh Kolbe, et al. menemukan bahwa kira-kira 160.000 orang meninggal di Port-au- dalam enam minggu setelah gempa. Bencana alam dapat jelas mengubah kemampuan rumah tangga untuk mencapai ketahanan pangan. Kerawanan pangan pada anak-anak umum terjadi setelah gempa. Rumah tangga dengan kerawanan pangan sebelum terjadi gempa akan semakin rentan terhadap kerawanan pangan setelah terjadi gempa. Pengiriman uang dari luar negeri merupakan faktor penting untuk menjaga ketahanan pangan di daerah tersebut. Karena Haiti dikenal berpotensi bencana badai dan gempa bumi, rekonstruksi dan pembangunan juga harus fokus pada potensi kerentanan kemiskinan dan harus segera diperbaiki setelah bencana alam ini. Pendapatan rumah tangga yang diterima setelah gempa hanya terkait dengan salah satu langkah untuk mengatasi kerawanan pangan. Pada tingkat rumah tangga dengan tidak ada atau hanya satu kemudahan fasilitas (listrik, toilet, atau air bersih) di rumah sebelum gempa terkait dengan ketersediaan dan keamanan pangan akan menjadi lebih parah pada saat setelah gempa terjadi. Sedangkan pada rumah tangga yang memiliki dua atau lebih fasilitas tersebut serta pada orang-orang dengan fasilitas ada yang lebih substansial mungkin telah mengurangi porsi dan mengubah pola makan yang semula tiga kali sehari menjadi dua kali sehari pada saat setelah gempa terjadi. Kerawanan pangan pada kasus ini terjadi pada tingkat rumah tangga. Menurut survey yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa 1800 kepala keluarga mengalami kesulitan dalam memperoleh pendapatan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kerawanan pangan pada anak-anak mereka. Rumah tangga yang rentan di beberapa dimensi sebelum gempa itu juga rentan terhadap kerawanan pangan setelah gempa. Kerawanan pangan pada kasus ini merupakan kerawanan pangan sementara, karena pemerintah dan warga sekitar berusaha untuk memperbaiki kualitas pangan setelah gempa Haiti pada tahun 2010. Dan gempa Haiti tidak terjadi pada waktu yang berturut-turut atau bisa di katakan setiap tahun mengalami gempa jadi kerawanan pangan dapat di tangani dan tidak menjadi suatu kerawanan pangan yang kronis. Dalam jurnal dijelaskan bahwa terdapat rumah tangga yang menjadi korban gempa mengurangi porsi makanan dan mengubah pola makan yang semula tiga kali sehari menjadi dua kali sehari pada anak-anaknya. Pengiriman uang dari luar negeri merupakan faktor penting untuk menjaga ketahanan pangan di daerah tersebut. Pengukuran yang dijadikan indikator untuk kerawanan pangan yaitu dari 36,5% anak usia sekolah yang bersekolah, dan temuan menunjukkan sekolah sebelumnya dikaitkan dengan penurunan indeks kerawanan pangan (OR 0,62 _ 0,75). Temuan selanjutnya menunujukkan beberapa karakteristik rumah tangga yang berkaitan dengan kerawanan pangan untuk anak-anak, penyakit kronik/ akut, kondisi hidup yang buruk, adanya pengiriman uang dari luar negeri, responden utama kesehatan mental, sejarah kriminal dan hak asasi manusia dan pelanggaran yang dilakukan terhadap anggota keluarga sebelum gempa dikaitkan dengan indikator pengukuran kerawanan pangan setelah gempa. Selain itu kerawanan pangan juga diukur dari pendapatan rumah tangga yang diperoleh setelah gempa.