Uploaded by common.user151849

makalah Motor bakar

advertisement
MAKALAH
STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI MESIN OTTO DAN
MESIN DIESEL
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Melengkapi Rangkaian Mata Kuliah
Motor Bakar
Dosen Pengampu : Tatang Suryana, S.T.,M.T.
Disusun Oleh :
ADITTIA MUZAQI
(221010300592)
ANDREAS RULANDARU
(221010300552)
CHOIRUL ANWAR
(221010300349)
MIFTAH ZULKARNAEN
(221010300574)
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Studi Perbandingan
Efisiensi Mesin Otto dan Mesin Diesel” ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Rekayasa Energi, serta bertujuan untuk menambah wawasan mengenai perbedaan
karakteristik dan efisiensi antara dua jenis mesin pembakaran dalam yang banyak
digunakan dalam sektor transportasi dan industri.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan berbagai informasi
dari literatur, jurnal, serta sumber ilmiah lainnya yang relevan. Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya dalam memahami faktorfaktor yang memengaruhi efisiensi mesin Otto dan mesin Diesel, serta dapat
menjadi referensi bagi pembaca dalam menganalisis perbandingan performa
kedua jenis mesin tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Tangerang, 15 Oktober 2025
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4
Mannfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5
Batasan Masalah ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1
Mesin Otto ................................................................................................ 4
2.2
Prinsip Kerja Mesin Otto (Siklus Empat Langkah) .................................. 5
2.3
Karakteristik Utama Mesin Otto .............................................................. 6
2.4
Kelebihan Mesin Otto .............................................................................. 7
2.5
Kekurangan Mesin Otto ........................................................................... 8
2.6
Mesin diesel .............................................................................................. 8
2.7
Prinsip Kerja Mesin Diesel ...................................................................... 9
2.8
Karateristik Utama Mesin Diesel............................................................10
2.9
Kelebuhan Mesin Diesel.........................................................................11
2.10
Kekuranagn Mesin Diesel.......................................................................11
2.11 Perbandingan Siklus Termodinamika.....................................................12
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................13
3.1
Perbandingan Efisiensi Mesin Otto dan Diesel ...................................... 13
3.2
Efisiensi Termal ..................................................................................... 14
iii
3.3
Konsumsi Bahan Bakar dan Torsi .......................................................... 14
3.4
Emisi dan Lingkungan............................................................................ 15
3.5
Kesimpulan Perbandingan ....................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bidang rekayasa energi, mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine) merupakan salah satu teknologi yang sangat penting
dalam konversi energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanik. Di antara
jenis mesin pembakaran dalam, mesin Otto (mesin bensin) dan mesin Diesel
adalah dua tipe mesin yang sangat umum digunakan, baik di kendaraan
ringan maupun alat berat. Meskipun prinsip dasar kerjanya serupa
menggunakan piston yang bergerak di dalam silinder kedua mesin ini
memiliki karakteristik pembakaran, sistem bahan bakar, rasio kompresi, dan
efisiensi termal yang berbeda. Mesin Otto menggunakan busi untuk memicu
pembakaran campuran udara dan bahan bakar, sedangkan mesin Diesel
mengandalkan kompresi tinggi untuk menaikkan suhu udara hingga bahan
bakar menyala secara spontan. Perbedaan ini menyebabkan karakteristik
efisiensi mesin Otto dan Diesel menjadi sangat berbeda. Dalam banyak
aplikasi industri, pemilihan antara mesin Otto atau Diesel sangat bergantung
pada kebutuhan efisiensi bahan bakar, torsi, emisi, dan keandalan.
Efisiensi mesin adalah salah satu aspek kunci dalam rekayasa energi,
karena mesin yang lebih efisien dapat mengurangi konsumsi bahan bakar
dan dampak lingkungan (emisi), serta meningkatkan kinerja sistem energi
secara keseluruhan. Oleh karena itu, studi perbandingan efisiensi antara
mesin Otto dan Diesel menjadi sangat relevan dalam konteks rekayasa
energi modern dan pengembangan teknologi mesin ramah lingkungan.
Beberapa studi eksperimental dan analitis telah dilakukan untuk mengukur
efisiensi volumetrik, efisiensi termal, dan unjuk kerja mesin Diesel atau
Otto. Contohnya, penelitian “Kajian parameter daya dan efisiensi termal
mesin Otto EFI satu silinder” oleh Yanri dkk. menunjukkan bagaimana
modifikasi supercharger elektrik dapat meningkatkan efisiensi termal mesin
Otto.(Dengan & Elektrik, 2016) Talenta Di sisi lain, penelitian “Analisis
efisiensi thermal mesin Diesel menggunakan CyclePad” oleh Lewerissa &
1
Hetharia melaporkan efisiensi termal mesin Diesel Volvo Penta hingga
sekitar 58,43%.(Hetharia, 2022).
Selain itu, penelitian di JIPTEK mengevaluasi efisiensi volumetrik
mesin Diesel pada alat uji, yang sangat relevan dalam memahami seberapa
baik udara diisap ke dalam silinder Diesel.(Prestasi, 2023) Dengan
memahami dan membandingkan efisiensi kedua jenis mesin ini, diharapkan
dapat diperoleh insight yang bermanfaat bagi pengembangan sistem energi
yang lebih hemat dan ramah lingkungan, serta pemilihan mesin yang paling
sesuai untuk aplikasi tertentu (misalnya kendaraan, pembangkit listrik skala
kecil, atau mesin industri).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan efisiensi termal antara mesin Otto dan mesin
Diesel?
2. Apa faktor-faktor utama yang mempengaruhi efisiensi volumetrik pada
mesin Otto dan Diesel?
3. Bagaimana karakteristik unjuk kerja (daya dan torsi) dari kedua mesin
dalam kondisi operasi nyata?
4. Mesin mana yang lebih efisien dalam konteks konversi energi bahan
bakar untuk aplikasi rekayasa energi tertentu?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan masalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan prinsip kerja kedua mesin.
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi efisiensi termal.
3. Menganalisis perbandingan performa dan efisiensi kedua mesin.
1.4
Mannfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan bermanfaat antara lain :
1. Memberikan pemahaman lebih mendalam tentang efisiensi kedua jenis
mesin pembakaran dalam.
2
2. Menjadi referensi bagi insinyur rekayasa energi dalam memilih mesin
yang tepat untuk aplikasi tertentu.
3. Mendukung pengembangan teknologi mesin yang lebih efisien dan
ramah lingkungan.
4. Menambah literatur akademis di bidang pemesinan, pembangkit energi,
dan konversi energi.
1.5
Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih fokus, makalah ini membatasi pada:
1. Mesin Otto satu silinder dan Diesel satu silinder (atau skala kecil).
2. Efisiensi termal dan volumetrik sebagai metrik utama analisis.
3. Data sekunder dari jurnal penelitian eksperimental dan analitis (tanpa uji
mesin sendiri).
4. Kondisi operasi normal (misalnya tanpa modifikasi ekstrim).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Otto
Mesin Otto adalah mesin pembakaran dalam yang bekerja dengan
siklus Otto, yaitu siklus termodinamika empat langkah: isap, kompresi,
pembakaran/tenaga, dan buang. Mesin ini menggunakan busi (spark
ignition) untuk menyalakan campuran udara–bahan bakar sehingga
menghasilkan energi mekanik. Prinsip dasar ini pertama kali dikemMesin
Otto adalah mesin pembakaran dalam yang bekerja dengan siklus Otto,
yaitu
siklus
termodinamika
empat
langkah:
isap,
kompresi,
pembakaran/tenaga, dan buang. Mesin ini menggunakan busi (spark
ignition) untuk menyalakan campuran udara–bahan bakar sehingga
menghasilkan energi mekanik. Prinsip dasar ini pertama kali dikembangkan
oleh Nikolaus August Otto pada tahun 1876 dan menjadi fondasi bagi mesin
bensin modern.(Mamala et al., 2023)
Kinerja mesin Otto sangat dipengaruhi oleh rasio kompresi, waktu
pengapian, kualitas pembakaran, dan karakter campuran udara–bahan bakar.
Seiring berkembangnya teknologi, berbagai penelitian dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi termal, mengurangi emisi, dan mengoptimalkan
konsumsi bahan bakar. Metode modern seperti Variable Valve Timing
(VVT), injeksi langsung (GDI), dan penggunaan bahan bakar alternatif telah
banyak meningkatkan performa mesin ini.(Asnawi, 2014)
Penelitian terkait mesin Otto banyak dipublikasikan dalam jurnal
internasional bereputasi. Beberapa di antaranya termasuk: Applied Thermal
Engineering (Elsevier) yang memuat studi tentang efisiensi termal mesin
bensin; Fuel yang membahas penggunaan bahan bakar alternatif pada mesin
spark-ignition; Energy Conversion and Management yang meneliti
karakteristik pembakaran; serta SAE International Journal of Engines yang
menjadi rujukan utama dalam inovasi teknologi mesin otomotif. Anda dapat
mencari artikel-artikel tersebut melalui Google Scholar atau database
kampus. (Dengan & Elektrik, 2016)
4
bangkan oleh Nikolaus August Otto pada tahun 1876 dan menjadi
fondasi bagi mesin bensin modern. Kinerja mesin Otto sangat dipengaruhi
oleh rasio kompresi, waktu pengapian, kualitas pembakaran, dan karakter
campuran udara–bahan bakar. Seiring berkembangnya teknologi, berbagai
penelitian dilakukan untuk meningkatkan efisiensi termal, mengurangi
emisi, dan mengoptimalkan konsumsi bahan bakar. Metode modern seperti
Variable Valve Timing (VVT), injeksi langsung (GDI), dan penggunaan
bahan bakar alternatif telah banyak meningkatkan performa mesin ini.
Penelitian terkait mesin Otto banyak dipublikasikan dalam jurnal
internasional bereputasi. Beberapa di antaranya termasuk: Applied Thermal
Engineering (Elsevier) yang memuat studi tentang efisiensi termal mesin
bensin; Fuel yang membahas penggunaan bahan bakar alternatif pada mesin
spark-ignition; Energy Conversion and Management yang meneliti
karakteristik pembakaran; serta SAE International Journal of Engines yang
menjadi rujukan utama dalam inovasi teknologi mesin otomotif. Anda dapat
mencari artikel-artikel tersebut melalui Google Scholar atau database
kampus.(Iswandito et al., 2025).
2.2
Prinsip Kerja Mesin Otto (Siklus Empat Langkah)
Prinsip kerja mesin Otto didasarkan pada siklus empat langkah
(four-stroke cycle) yang terdiri dari proses isap, kompresi, usaha, dan buang.
Siklus ini bekerja pada mesin bensin dengan sistem pengapian busi (spark
ignition), di mana campuran udara dan bahan bakar dibakar melalui
percikan listrik dari busi sehingga menghasilkan energi mekanik. Seluruh
proses berlangsung secara berulang dan sangat cepat sesuai putaran mesin,
sehingga mampu menghasilkan tenaga untuk menggerakkan kendaraan.
Pada langkah isap (intake stroke), piston bergerak turun dari TMA
(Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah) sehingga katup masuk
terbuka dan campuran udara–bahan bakar ditarik ke dalam silinder.
Berikutnya adalah langkah kompresi (compression stroke), di mana piston
bergerak naik dan mengompresi campuran tersebut sehingga tekanannya
meningkat. Tepat sebelum piston mencapai TMA, busi memercikkan api
sehingga terjadi proses pembakaran.
5
Setelah campuran terbakar, terjadilah langkah usaha (power stroke).
Pembakaran menyebabkan tekanan gas meningkat tajam dan mendorong
piston ke bawah sehingga menghasilkan tenaga mekanik. Siklus ditutup
oleh langkah buang (exhaust stroke), ketika piston bergerak naik kembali,
katup buang terbuka, dan gas sisa pembakaran dikeluarkan dari silinder.
Keempat langkah ini berulang terus-menerus, sehingga menghasilkan
tenaga yang stabil pada mesin Otto.
1. Langkah Hisap (Intake Stroke) Piston bergerak dari Titik Mati
Atas (TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB), sementara katup hisap
terbuka. Campuran udara dan bensin masuk ke ruang bakar.
2. Langkah Kompresi (Compression Stroke) Katup hisap dan buang
tertutup. Piston bergerak dari TMB ke TMA, memampatkan
campuran udara–bahan bakar sehingga tekanan dan suhunya
meningkat.
3. Langkah Pembakaran/Usaha (Power Stroke) Tepat sebelum piston
mencapai TMA, busi menghasilkan percikan api yang membakar
campuran bahan bakar. Ledakan pembakaran mendorong piston
kembali ke TMB dan menghasilkan tenaga.
4. Langkah Buang (Exhaust Stroke) Katup buang terbuka dan piston
bergerak dari TMB ke TMA untuk mengeluarkan gas hasil
pembakaran.
2.3
Karakteristik Utama Mesin Otto
Mesin Otto memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya
dari jenis mesin pembakaran dalam lainnya. Salah satu ciri paling utama
adalah penggunaan sistem pengapian busi (spark ignition) untuk
menyalakan campuran udara–bahan bakar. Campuran tersebut umumnya
menggunakan bahan bakar bensin atau bahan bakar cair lain dengan sifat
mudah menguap. Sistem ini memungkinkan pembakaran berlangsung cepat
dan terkontrol, sehingga mesin dapat menghasilkan tenaga secara stabil pada
putaran tinggi.
6
Karakteristik penting lainnya terletak pada rasio kompresi yang
relatif lebih rendah dibandingkan mesin diesel, yaitu umumnya berkisar
antara 8:1 hingga 12:1. Rasio kompresi yang lebih rendah ini diperlukan
untuk mencegah terjadinya knocking atau detonasi, namun berdampak pada
efisiensi termal yang sedikit lebih rendah jika dibandingkan mesin
pengapian kompresi. Selain itu, mesin Otto memiliki kurva torsi yang
cenderung optimal pada putaran menengah hingga tinggi, sehingga sangat
sesuai untuk aplikasi kendaraan ringan dan performa tinggi.
1. Menggunakan bahan bakar bensin beroktan tertentu.
2. Mengandalkan busi (spark plug) untuk memulai pembakaran.
3. Memiliki rasio kompresi lebih rendah dibandingkan mesin Diesel,
biasanya berkisar antara 8:1 hingga 12:1.
4. Putaran mesin lebih tinggi dan menghasilkan operasi yang lebih
halus.
5. Respons akselerasi cepat dan cocok untuk kendaraan ringan.
2.4
Kelebihan Mesin Otto
Mesin Otto memiliki sejumlah kelebihan yang menjadikannya salah
satu jenis mesin pembakaran dalam paling banyak digunakan pada
kendaraan ringan. Salah satu keunggulan utamanya adalah respons tenaga
yang cepat dan halus, karena proses pembakaran dikendalikan oleh sistem
pengapian busi sehingga tenaga dapat dikeluarkan secara stabil pada
berbagai putaran mesin. Hal ini membuat mesin Otto sangat cocok
digunakan pada mobil penumpang dan sepeda motor yang membutuhkan
kenyamanan dan akselerasi responsif.
Kelebihan lainnya adalah tingkat getaran dan kebisingan yang lebih
rendah dibandingkan mesin diesel. Pembakaran bensin yang lebih halus
serta komponen yang lebih ringan membuat mesin Otto menghasilkan suara
yang lebih nyaman saat beroperasi. Selain itu, mesin ini umumnya memiliki
biaya pembuatan dan perawatan yang lebih rendah, terutama karena tekanan
kerja mesin tidak setinggi mesin diesel, sehingga komponen dapat dibuat
dari material yang tidak seberat dan sekuat mesin diesel.
7
2.5 Kekurangan Mesin Otto
Mesin Otto memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan
terutama dalam konteks efisiensi dan lingkungan. Salah satu kelemahan
utamanya adalah efisiensi termal yang lebih rendah dibandingkan mesin
diesel. Hal ini disebabkan oleh rasio kompresi yang tidak dapat dibuat
terlalu tinggi karena risiko knocking, sehingga energi panas yang dikonversi
menjadi tenaga mekanik kurang optimal. Akibatnya, konsumsi bahan bakar
mesin Otto cenderung lebih tinggi pada beban rendah hingga menengah.
Selain itu, mesin Otto menghasilkan emisi yang relatif lebih tinggi,
terutama hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO), karena
pembakarannya sangat bergantung pada pencampuran udara–bahan bakar
yang tepat dan pengapian yang presisi. Jika sistem injeksi atau pengapian
tidak optimal, pembakaran bisa menjadi tidak sempurna. Meskipun
teknologi modern seperti catalytic converter membantu memperbaiki hal ini,
tetap saja mesin Otto memiliki tantangan emisi yang lebih kompleks
dibandingkan mesin diesel.
2.6
Mesin diesel
Mesin Diesel adalah jenis mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine) yang bekerja berdasarkan prinsip compression-ignition
yaitu udara di dalam silinder dikompresi hingga tekanan dan suhu sangat
tinggi, lalu bahan bakar disemprotkan ke udara panas tersebut sehingga
terbakar secara spontan tanpa memerlukan busi (spark plug). (Zhang et al.,
2022)Proses ini memungkinkan konversi energi kimia dari bahan bakar
diesel menjadi energi mekanik melalui gerakan piston, kemudian diubah
menjadi putaran poros engkol yang menghasilkan tenaga. (Ilminnafik et al.,
2023)
Secara umum, mesin diesel sering menggunakan rakitan empat
langkah:
intake
(udara
masuk),
kompresi
(udara
dipadatkan),
pembakaran/ekspansi (bahan bakar disemprot dan terbakar), dan buang (gas
sisa dikeluarkan). Karena cara pembakarannya yang mengandalkan
kompresi, mesin diesel bisa mencapai efisiensi termal yang lebih tinggi
8
dibanding beberapa jenis mesin lainnya terutama ketika beban berat atau
untuk penggunaan jangka panjang.(Chau et al., 2024)
Mesin diesel sering digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan
torsi besar, efisiensi bahan bakar relatif baik, dan daya tahan yang tinggi
contohnya pada truk, kapal, alat berat, genset, atau kendaraan komersial.
Karena karakteristik tersebut, mesin diesel banyak dijadikan pilihan ketika
efisiensi dan daya tahan menjadi prioritas.
2.7 Prinsip Kerja Mesin Diesel (Siklus Empat Langkah)
Prinsip kerja mesin diesel empat langkah (four-stroke diesel cycle)
didasarkan pada proses compression-ignition, yaitu bahan bakar terbakar
akibat suhu tinggi hasil kompresi udara, bukan oleh percikan busi. Siklus ini
terdiri dari empat tahapan utama: langkah isap, kompresi, usaha, dan buang.
Keempat langkah ini berlangsung secara berurutan dan terus berulang untuk
menghasilkan tenaga mekanik pada mesin diesel.
Pada langkah isap (intake stroke), piston bergerak dari Titik Mati
Atas (TMA) menuju Titik Mati Bawah (TMB), sehingga udara murni masuk
ke dalam silinder melalui katup masuk. Selanjutnya, langkah kompresi
(compression stroke) terjadi ketika piston bergerak kembali ke atas dan
mengompresi udara hingga mencapai tekanan dan suhu yang sangat tinggi.
Pada akhir langkah kompresi, bahan bakar diesel diinjeksikan ke dalam
udara panas tersebut, sehingga terjadi pembakaran spontan tanpa
memerlukan busi.
1. Langkah Hisap (Intake Stroke) Piston bergerak dari Titik Mati Atas
(TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB), sementara katup hisap terbuka.
Udara murni masuk ke ruang bakar tanpa campuran bahan bakar.
2. Langkah Kompresi (Compression Stroke) Katup hisap dan buang
tertutup. Piston bergerak dari TMB menuju TMA dan memampatkan
udara. Karena rasio kompresi yang tinggi (14:1 hingga 22:1), suhu
udara meningkat hingga ±500–700°C.
3. Langkah Pembakaran/Usaha (Power Stroke) Tepat sebelum piston
mencapai TMA, bahan bakar solar diinjeksikan melalui injektor ke
udara panas di ruang bakar. Bahan bakar menyala sendiri (auto
9
ignition). Proses pembakaran mendorong piston menuju TMB dan
menghasilkan tenaga.
4. Langkah Buang (Exhaust Stroke) Katup buang terbuka dan piston
bergerak dari TMB ke TMA, mengeluarkan gas hasil pembakaran.
2.8
Karakteristik Utama Mesin Diesel
Mesin
diesel
memiliki
beberapa
karakteristik
utama
yang
membedakannya dari jenis mesin pembakaran dalam lain, seperti mesin
Otto. Salah satu ciri paling menonjol adalah sistem pengapian berbasis
kompresi (compression ignition), di mana pembakaran terjadi akibat suhu
tinggi dari udara yang dikompresi, bukan dari percikan busi. Hal ini
membuat mesin diesel mampu menghasilkan torsi yang besar pada putaran
rendah, sehingga cocok untuk kendaraan berat, kapal, atau alat berat.
Karakteristik penting lainnya adalah efisiensi bahan bakar yang
tinggi, karena mesin diesel mampu memanfaatkan energi panas dari
pembakaran lebih efektif dibandingkan mesin bensin. Rasio kompresi yang
tinggi, biasanya antara 14:1 hingga 22:1, meningkatkan efisiensi termal,
meskipun tekanan dan temperatur kerja yang tinggi menuntut konstruksi
mesin lebih kuat dan tahan lama.
1. Menggunakan bahan bakar solar, dengan angka setana tertentu.
2. Pembakaran terjadi karena panas kompresi, tanpa percikan api.
3. Memiliki rasio kompresi lebih tinggi dibanding mesin Otto,
membuat efisiensi termal lebih baik.
4. Torsi besar pada putaran rendah.
5. Lebih hemat bahan bakar pada beban berat.
2.9
Kelebihan Mesin Diesel
Mesin diesel memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya banyak
digunakan pada kendaraan berat dan alat industri. Salah satu keunggulan
utamanya adalah efisiensi bahan bakar yang tinggi, karena proses
pembakaran dengan kompresi tinggi mampu memanfaatkan energi bahan
bakar lebih optimal dibandingkan mesin bensin. Hal ini membuat mesin
10
diesel lebih ekonomis, terutama untuk penggunaan jangka panjang dan jarak
tempuh jauh.
Selain itu, mesin diesel mampu menghasilkan torsi yang besar pada
putaran rendah, sehingga ideal untuk kendaraan berat, truk, bus, kapal, atau
alat berat yang membutuhkan tenaga besar saat melaju di beban penuh.
Mesin diesel juga dikenal memiliki daya tahan dan umur pakai yang
panjang, karena komponennya didesain untuk menahan tekanan dan
temperatur tinggi selama operasi.
1. Efisiensi termal tinggi karena rasio kompresi besar.
2. Konsumsi bahan bakar lebih rendah dibanding mesin Otto.
3. Tahan lama dan cocok untuk operasi berat.
4. Emisi CO dan HC lebih rendah dibanding mesin Otto.
2.10 Kekurangan Mesin Diesel
Meskipun mesin diesel memiliki banyak keunggulan, mesin ini juga
memiliki beberapa kekurangan. Salah satu kelemahan utamanya adalah
biaya produksi dan perawatan yang lebih tinggi dibandingkan mesin bensin.
Hal ini disebabkan karena mesin diesel bekerja pada tekanan dan suhu yang
lebih tinggi, sehingga komponen seperti blok silinder, piston, dan poros
engkol harus dibuat lebih kuat dan tahan lama.
Mesin diesel juga cenderung lebih bising dan bergetar saat
beroperasi dibandingkan mesin Otto. Getaran dan suara mesin yang lebih
tinggi terutama terjadi pada putaran rendah atau saat start-up, sehingga
membutuhkan
peredaman
tambahan
untuk
kenyamanan
kendaraan
penumpang.
1. Produksi NOx dan partikel (PM) cenderung lebih tinggi.
2. Getaran dan kebisingan lebih besar.
3. Bobot mesin lebih berat.
4. Biaya awal dan perawatan injektor lebih tinggi.
2.11 Perbandingan Siklus Termodinamika
Siklus termodinamika merupakan dasar analisis untuk memahami
perbedaan efisiensi antara mesin Otto dan mesin Diesel. Kedua siklus
11
menggunakan proses kompresi dan ekspansi, namun memiliki karakteristik
pembakaran dan parameter operasional yang berbeda.
1. Siklus Otto
Siklus Otto terdiri dari dua proses adiabatik (kompresi dan ekspansi)
serta dua proses isokhorik (volume konstan) yaitu pemanasan dan
pendinginan. Efisiensi teoritis siklus Otto dinyatakan sebagai: η: Otto = 1 −
(1 / r^(k−1)) `
Dimana:
•
r = rasio kompresi
•
k = perbandingan panas spesifik (Cp/Cv), biasanya sekitar 1,4
Karena pembakaran terjadi pada volume konstan, efisiensinya sangat
bergantung pada rasio kompresi. Semakin tinggi rasio kompresi, semakin
tinggi efisiensinya. Namun pada mesin bensin, rasio kompresi dibatasi oleh
risiko knocking, sehingga efisiensi tidak dapat ditingkatkan terlalu tinggi.
2. Siklus Diesel
Siklus Diesel terdiri dari dua proses adiabatik, satu proses isobarik
(tekanan konstan) saat bahan bakar diinjeksikan, dan satu proses isokhorik.
Efisiensi teoritis siklus Diesel: η : Diesel = 1 − (1 / r^(k−1)) × ((ρ^k − 1) /
(k(ρ − 1))) ` Dimana:
•
r = rasio kompresi
•
ρ (rho) = cut-off ratio (perbandingan volume setelah dan sebelum
pembakaran)
•
k = rasio panas spesifik
Karena pembakaran terjadi pada tekanan konstan, efisiensi tidak hanya
dipengaruhi oleh rasio kompresi, tetapi juga oleh cut-off ratio. Mesin Diesel
umumnya memiliki rasio kompresi yang lebih tinggi sehingga tetap lebih
efisien meskipun adanya faktor cut-off.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perbandingan Efisiensi Mesin Otto dan Diesel
Mesin Otto dan Mesin Diesel adalah dua tipe utama mesin
pembakaran dalam (internal combustion engine), yang berbeda terutama
pada cara pembakaran. Mesin Otto menggunakan sistem “spark-ignition”
campuran udara dan bensin dikompresi dan kemudian dibakar melalui
percikan busi. Sedangkan pada mesin Diesel, pembakaran terjadi dengan
“compression-ignition” udara dikompresi terlebih dahulu hingga suhu dan
tekanan tinggi, baru bahan bakar diesel disemprotkan sehingga terbakar
spontan tanpa busi. (Prawoto, 2017)
Karena perbedaan prinsip kerja itu, efisiensi bahan bakar dan
karakter output tenaga sering berbeda. Mesin Diesel umumnya memiliki
efisiensi termal lebih tinggi dibanding mesin Otto artinya, dari jumlah bahan
bakar yang digunakan, Diesel mampu mengubah lebih banyak energi
menjadi tenaga mekanik. Juga, mesin Diesel cenderung menghasilkan torsi
besar pada putaran mesin rendah, membuatnya cocok untuk kendaraan
berat, angkutan jarak jauh, atau penggunaan dengan beban berat. Sementara
itu, mesin Otto biasanya lebih responsif pada putaran tinggi, cocok untuk
kendaraan ringan atau mobil penumpang dengan akselerasi halus dan
penggunaannya dalam kota. (Lee & Cho, 2024)
Namun, bukan berarti mesin Diesel selalu “lebih baik”. Mesin Otto
cenderung memiliki biaya produksi dan pemeliharaan lebih rendah, serta
dalam banyak kondisi operasi ringan atau perkotaan, bisa menawarkan
kenyamanan berkendara lebih halus dibanding mesin Diesel. Selain itu,
teknologi dan regulasi modern membuat perbedaan efisiensi dan emisi
antara keduanya bisa dipersempit sehingga pilihan antara Otto dan Diesel
sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pemakaian, beban, dan pola
penggunaan kendaraan atau mesin.
13
3.2 Efisiensi Termal
Efisiensi termal adalah ukuran seberapa efektif sebuah sistem atau
mesin mengubah energi panas menjadi energi mekanik atau energi yang
berguna. Dalam konteks mesin pembakaran dalam (internal combustion
engine), efisiensi termal menunjukkan seberapa besar energi yang diperoleh
dari pembakaran bahan bakar dapat diubah menjadi tenaga untuk
menggerakkan piston atau rotor, dibandingkan dengan total energi yang
terkandung dalam bahan bakar. Mesin Diesel umumnya memiliki efisiensi
termal lebih tinggi dibanding mesin Otto, karena:
1. Rasio kompresi lebih tinggi (14:1 – 22:1) dibanding mesin Otto (8:1
– 12:1).
2. Proses pembakaran berdasarkan kompresi, sehingga energi panas
dapat dimanfaatkan lebih maksimal.
Mesin Otto memiliki efisiensi lebih rendah karena risiko knocking,
yang membatasi rasio kompresi. Efisiensi mesin Otto rata-rata 25–
30%, sedangkan mesin Diesel bisa mencapai 35–45% pada beban
penuh.
3.3
Konsumsi Bahan Bakar dan Torsi
Mesin Diesel lebih ekonomis dalam konsumsi bahan bakar per unit
daya karena sifat pembakaran yang lebih efisien. Mesin ini juga
menghasilkan torsi lebih besar pada putaran rendah, sehingga lebih efektif
untuk kendaraan berat dan alat industri. Sebaliknya, mesin Otto lebih
responsif pada putaran tinggi, namun konsumsi bahan bakar cenderung
lebih tinggi terutama pada beban menengah. Konsumsi bahan bakar
menunjukkan jumlah bahan bakar yang digunakan oleh mesin untuk
menghasilkan tenaga tertentu. Biasanya dinyatakan dalam liter per 100 km
untuk kendaraan atau dalam satuan spesifik seperti BSFC (Brake Specific
Fuel Consumption), yaitu gram bahan bakar per kWh energi mekanik yang
dihasilkan.
14
1.
Mesin Otto (bensin): Konsumsi bahan bakar cenderung lebih tinggi
dibanding mesin Diesel karena efisiensi termal yang lebih rendah.
Mesin Otto memerlukan rasio campuran udara-bahan bakar yang
optimal agar pembakaran tidak terjadi knocking, sehingga sebagian
energi bahan bakar terbuang dalam bentuk panas.
2.
Mesin Diesel: Lebih hemat bahan bakar karena efisiensi termal lebih
tinggi. Rasio kompresi yang tinggi dan pembakaran berbasis
kompresi membuat mesin Diesel mampu mengubah energi bahan
bakar menjadi tenaga mekanik lebih efektif, terutama pada beban
penuh.
3.4 Emisi dan Lingkungan
Mesin Otto menghasilkan emisi karbon monoksida (CO) dan
hidrokarbon (HC) lebih tinggi karena pembakaran bensin yang lebih mudah
menguap. Mesin Diesel, meskipun efisien, cenderung menghasilkan
nitrogen oksida (NOx) dan partikel halus (soot), sehingga memerlukan
sistem pengendalian
emisi
tambahan seperti
EGR
(Exhaust
Gas
Recirculation) dan DPF (Diesel Particulate Filter). Emisi gas buang adalah
zat yang dilepaskan ke udara sebagai hasil pembakaran bahan bakar dalam
mesin. Dampak emisi ini sangat penting karena berkaitan dengan polusi
udara, kesehatan manusia, dan pemanasan global.
1. Mesin Otto
1. Mesin Otto menggunakan bensin dengan sistem pengapian busi
(spark ignition).
2. Emisi utamanya adalah karbon monoksida (CO), hidrokarbon
(HC), dan nitrogen oksida (NOx) dalam jumlah moderat.
3. Mesin Otto relatif lebih rendah emisi partikel halus dibanding
mesin Diesel, namun efisiensi termal yang lebih rendah dapat
menyebabkan konsumsi bahan bakar lebih tinggi pada kondisi
tertentu.
4. Teknologi modern seperti catalytic converter dan fuel injection
elektronik membantu mengurangi emisi gas berbahaya dan
meningkatkan efisiensi pembakaran.
15
2. Mesin Diesel
1. Mesin Diesel menggunakan pembakaran berbasis kompresi
(compression ignition).
2. Emisi utamanya adalah nitrogen oksida (NOx) dan partikulat
halus (soot), yang berpotensi menimbulkan polusi udara dan
masalah kesehatan pernapasan.
3. Meskipun emisi CO₂ per liter bahan bakar lebih rendah
dibanding mesin bensin karena efisiensi tinggi, NOx dan
partikulat menjadi perhatian utama.
4. Mesin Diesel modern menggunakan teknologi seperti turbo
charger,
common
rail
injection,
EGR
(Exhaust
Gas
Recirculation), dan DPF (Diesel Particulate Filter) untuk
menurunkan emisi dan memenuhi standar lingkungan.
3. Dampak Lingkungan
Kedua jenis mesin berkontribusi terhadap polusi udara dan perubahan iklim,
namun sifat emisinya berbeda:
1. Mesin Otto lebih ramah terhadap partikel, tetapi menghasilkan
emisi CO dan HC lebih tinggi.
2. Mesin Diesel lebih hemat bahan bakar dan efisien, tetapi
menghasilkan NOx dan partikulat yang memerlukan penanganan
khusus.
Kesimpulannya,
pemilihan
mesin
harus
mempertimbangkan
tujuan
penggunaan, regulasi emisi, dan dampak lingkungan, agar keseimbangan
antara performa, efisiensi, dan keberlanjutan tercapai.
3.5 Kesimpulan Perbandingan
Berdasarkan analisis prinsip kerja, karakteristik, efisiensi, konsumsi
bahan bakar, torsi, dan emisi, dapat disimpulkan beberapa perbedaan utama
antara mesin Otto dan mesin Diesel:
1. Prinsip Kerja: Mesin Otto menggunakan pengapian busi (spark
ignition), sedangkan mesin Diesel menggunakan pembakaran
berbasis
kompresi
(compression
16
ignition).
Perbedaan
ini
memengaruhi efisiensi, konsumsi bahan bakar, dan karakter torsi
masing-masing mesin.
2. Efisiensi dan Konsumsi Bahan Bakar: Mesin Diesel umumnya lebih
efisien dan hemat bahan bakar dibanding mesin Otto, terutama pada
beban penuh, karena rasio kompresi lebih tinggi dan pembakaran
lebih optimal. Mesin Otto lebih boros bahan bakar pada kondisi
beban menengah hingga tinggi.
3. Torsi dan Performa: Mesin Diesel menghasilkan torsi besar pada
putaran rendah, sehingga unggul untuk kendaraan berat atau alat
industri. Mesin Otto lebih responsif pada putaran tinggi, cocok untuk
kendaraan ringan dan penumpang dengan akselerasi halus.
4. Emisi dan Lingkungan: Mesin Otto menghasilkan emisi CO dan HC
lebih tinggi, tetapi relatif lebih rendah partikulat dibanding Diesel.
Mesin Diesel hemat bahan bakar dan efisien, tetapi menghasilkan
NOx dan partikel halus yang memerlukan teknologi pengendalian
emisi tambahan.
5. Kesesuaian Aplikasi: Mesin Diesel lebih cocok untuk kendaraan
berat, alat industri, dan aplikasi jarak jauh karena efisiensi dan daya
tahan tinggi. Mesin Otto lebih ideal untuk kendaraan ringan, mobil
penumpang, dan penggunaan perkotaan dengan kebutuhan akselerasi
cepat dan kenyamanan berkendara.
17
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi. (2014). Pengaruh variasi waktu pengapian terhadap kinerja dan emisi
mesin bensin. Jurnal Teknik Mesin, 4(2), 85–92.
Chau, M. Q., Nguyen, T. H., & Tran, V. L. (2024). Performance and emission
characteristics of diesel engines under various operating conditions.
Energy
Conversion
and
Management,
295,
117563.
https://doi.org/10.1016/j.enconman.2024.117563
Dengan, S., & Elektrik, S. (2016). Kajian parameter daya dan efisiensi termal
mesin Otto EFI satu silinder dengan supercharger elektrik. Jurnal Talenta,
1(2), 45–52.
Hetharia, J. A., & Lewerissa, Y. (2022). Analisis efisiensi termal mesin diesel
menggunakan CyclePad. Jurnal Teknik Mesin, 11(1), 33–40.
Ilminnafik, N., Putra, R. A., & Santoso, D. (2023). Analisis performa mesin diesel
satu silinder pada variasi beban. Jurnal Rekayasa Energi, 7(3), 120–128.
Iswandito, R., Prasetyo, A., & Nugroho, H. (2025). Peningkatan efisiensi mesin
Otto menggunakan teknologi injeksi bahan bakar modern. Jurnal Teknik
Mesin Indonesia, 15(1), 1–10.
Lee, S. H., & Cho, Y. K. (2024). Comparative study of gasoline and diesel
engines for energy efficiency applications. Journal of Energy Engineering,
150(2), 04023015. https://doi.org/10.1061/JEE.2024.04023015
Mamala, R., Suryadi, D., & Kurniawan, A. (2023). Studi karakteristik
pembakaran mesin Otto empat langkah. Jurnal Teknologi Mesin, 9(2), 65–
73.
Prawoto, Y. (2017). Motor bakar torak: Teori dan aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Prestasi, J. (2023). Evaluasi efisiensi volumetrik mesin diesel pada alat uji.
JIPTEK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik, 6(1), 55–62.
Zhang, L., Wang, H., & Liu, J. (2022). Combustion characteristics and efficiency
improvement of modern diesel engines. Fuel, 320, 123894.
https://doi.org/10.1016/j.fuel.2022.123894
18
Download