Uploaded by common.user151788

MAKALAH ALFIYAH (1)

advertisement
MAKALAH ALFIYAH IBNU MALIK
Peranan Kaidah kaifiyyatu at-tasniyah lil-maqṣūr wal-mamdūd wa
jam‘ihā tashḥīḥan dalam Struktur Kata dan Kalimat Bahasa Arab
Untuk Memenuhi Tugas Takhasus An-Nasryi’ Kelas 5
Ust Pengampu : Ust.Falih Sirojuddin
Nama Anggota :
Muhammad Purnomo
Hamid Jamaluddin
KELAS 5 TAKHASUS AN-NASYRI’ PONDOK PESANTREN DARUL
FALAH JEKULO KUDUS
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peranan Kaidah kaifiyyatu at-tasniyah lil-maqṣūr wal-mamdūd wa
jam‘ihā tashḥīḥandalam Struktur Kata dan Kalimat Bahasa Arab” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu Tugas Takhasus An-Nasyri
Kelas 5 , dengan tujuan untuk menambah wawasan Santri mengenai konsep Kaidah
kaifiyyatu at-tasniyah lil-maqṣūr wal-mamdūd wa jam‘ihā tashḥīḥan dalam Struktur
Kata dan Kalimat Bahasa Arab
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi penyempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Guru Pengampu
Pelajaran Alfiyah Ibnu Malik Kelas 5 Tahasus An-Nasyri Ponpes Darul Falah
Ustadz Falih Sirojuddin yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini, serta kepada semua anggota kelompok yang telah bekerja
sama dengan baik.
Kudus, 8 Desember 2025
Penyusun
.
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C.
Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A.
Pengertian Ta’ta’nis ............................................................................................... 3
B.
Menjelaskan Tanda tanda Ta’ta’nis ........................................................................ 3
C.
Pengaruh Ta’ta’nis Terhadap Suatu Susunan Kalimat ........................................... 6
BAB III ............................................................................................................................... 8
PENUTUP .......................................................................................................................... 8
A.
KESIMPULAN ...................................................................................................... 8
B.
SARAN .................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur kata dan kalimat merupakan fondasi utama dalam sistem
bahasa Arab. Kejelasan suatu makna sangat dipengaruhi oleh ketelitian
dalam membentuk kata, khususnya ketika sebuah kata berubah dari bentuk
tunggal ke bentuk ganda atau jamak. Dalam kerangka ini, pembahasan
mengenai kaifiyyatu at-tasniyah lil-maqṣūr wal-mamdūd wa jam‘ihā
tashḥīḥan memiliki peranan yang sangat penting. Bab ini tidak sekadar
membahas perubahan teknis pada huruf terakhir sebuah kata, tetapi juga
menjelaskan bagaimana perubahan tersebut berfungsi menjaga keselarasan
lafal, kestabilan tanda i‘rāb, serta keakuratan makna dalam konteks kalimat.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap kaidah ini menjadi
kebutuhan bagi siapa pun yang mempelajari nahwu, morfologi, maupun
linguistik Arab secara lebih serius.
Dalam tradisi keilmuan Arab klasik, Alfiyah Ibn Malik dan syarahsyarahnya menjadi rujukan utama dalam membahas perubahan bentuk kata,
termasuk isim maqṣūr dan isim mamdūd. Kaidah-kaidah tentang bagaimana
kedua jenis kata tersebut ditatsniyahkan dan dijamak secara tashḥīḥan
dijelaskan dengan rinci oleh para ulama, salah satunya Ibn ‘Aqīl. Ia
menegaskan bahwa perubahan huruf akhir pada isim maqṣūr—yakni
berubahnya alif menjadi yā’—bukanlah perubahan bebas, melainkan
ketentuan kaidah baku yang muncul karena alif tidak dapat menerima tanda
i‘rāb.1 Penjelasan seperti ini menunjukkan bahwa tasniyah dan jamak bukan
sekadar penambahan huruf, tetapi merupakan proses linguistik yang
mempertimbangkan struktur fonologis dan morfologis kata.
Peranan kaidah tersebut semakin tampak ketika diterapkan dalam
struktur kalimat yang lebih luas. Ketepatan dalam membentuk bentuk ganda
dan jamak pada isim maqṣūr dan mamdūd menentukan kejelasan relasi
gramatikal dalam kalimat, seperti subjek, objek, atau keterangan. Kesalahan
dalam pembentukan bentuk ini sering kali berdampak langsung pada
kekeliruan i‘rāb dan pemaknaan. Karena itu, kajian tentang kaifiyyatu attasniyah menjadi sangat relevan bukan hanya dalam teori, tetapi juga dalam
praktik berbahasa, baik dalam membaca teks klasik, menyusun kalimat,
maupun memahami variasi bentuk dalam literatur Arab. Kajian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pemahaman
1
Ibn ‘Aqīl, Sharḥ Ibn ‘Aqīl ‘alā Alfiyah Ibn Malik, jld. 1, Bāb Kayfiyyat al-Tatsniyah li al-Maqṣūr wa
al-Mamdūd, (Beirut: Dār al-Fikr), 128–130.
1
mahasiswa dan peneliti tentang bagaimana perubahan bentuk kata bekerja
dalam bahasa Arab secara sistematis dan konsisten.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Kaifiyyatu at-tasniyah lil-maqṣūr wal-mamdūd
wa jam‘ihā tashḥīḥan dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik?
2. Bagaimana bentuk dan mekanisme perubahan kata pada isim maqṣūr
dan isim mamdūd ketika ditatsniyahkan serta dijamak menurut Alfiyah
Ibn Malik?
3. Mengapa kajian atas kaidah ini penting dalam memahami sistem
pembentukan kata dan konstruksi kalimat berdasarkan perspektif
Alfiyah Ibn Malik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Kaifiyatul Maqsur dalam
kitab Alfiyah Ibnu Malik
2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk dan mekanisme perubahan kata
pada isim maqṣūr dan isim mamdūd ketika ditatsniyahkan serta dijamak
menurut Alfiyah Ibn Malik
3. Untuk menganalisis pengaruh kaidah tatsniyah isim maqṣūr terhadap
ketepatan struktur kata dan kalimat dalam bahasa Arab
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ta’ta’nis
Kaifiyyatu at-tasniyah lil-maqṣūr wal-mamdūd wa jam‘ihā tashḥīḥan dalam
Alfiyah Ibn Malik menjelaskan cara atau metode perubahan bentuk kata (isim)
ketika dibentuk menjadi tatsniyah (bentuk ganda) dan jama‘ khusus bagi dua
jenis kata, yaitu isim maqṣūr (kata yang diakhiri alif lazim) dan isim mamdūd
(kata yang diakhiri hamzah yang didahului alif tambahan). Bab ini memberi
pedoman sistematis mengenai bagaimana suatu kata mengalami perubahan
fonologis dan morfologis ketika bergeser dari bentuk mufrad menuju bentuk
tatsniyah dan jama‘. Ibn Malik menekankan bahwa perubahan-perubahan ini
bersifat kaidah baku, bukan pilihan bebas, sehingga penting dipahami untuk
menjaga ketepatan struktur kata dan kalimat.
Dalam nadhomnya, Ibn Malik menjelaskan bahwa isim maqṣūr ketika
ditatsniyahkan harus diganti huruf akhirnya (alif maqṣūr) menjadi yā’ karena
alif bukan huruf yang mampu membawa tanda i‘rāb. Ia berkata:
‫ا َمو‬
َ ‫َا َقو رَْ َ ََ ا ق أل َطمو َِ أَ ب‬
‫اَأَِّيَت َأِ َاا أَلم َِ ي َنت َْا يَ َفف‬
Artinya: *“Setiap isim yang diakhiri alif secara mutlak, maka ketika
ditatsniyahkan atau dijamak, huruf akhirnya harus diubah.”2
Penjelasan ini dipaparkan lebih rinci oleh Ibn ‘Aqīl bahwa alif maqṣūr dalam
tatsniyah selalu berubah menjadi yā’, baik alif itu asalnya wāw maupun yā’.
Contoh:


َ‫يَ ف ىًىيىي ََت → ىًت‬
َ ‫ىًىيى‬
ُ‫يَ ف ىًىاىي ََت → ىًت‬
َ ‫ىًىاى‬
Menurut Ibn ‘Aqīl, perubahan ini dilakukan karena alif merupakan huruf
lemah yang tidak dapat menerima tanda i‘rāb, sehingga diganti dengan yā’
yang lebih stabil.3
Sementara itu, isim mamdūd memiliki aturan berbeda. Jika hamzahnya
muqtabasah (berasal dari fi‘il), maka ketika ditatsniyahkan hamzah berubah
menjadi huruf asalnya (waw atau ya’). Contoh:

‫ء ىَيس‬
‫( ى‬asalnya samaw) → ََ
‫ى‬
َ ‫ء ىَ ىيو‬
Namun jika hamzahnya lāzimah (tidak berubah), maka tetap
dipertahankan ketika menjadi tatsniyah:
2
Ibn Malik, Alfiyah Ibn Malik, Bait tentang perubahan alif dalam tatsniyah dan jama‘, edisi umum.
Ibn ‘Aqīl, Sharḥ Ibn ‘Aqīl ‘alā Alfiyah Ibn Malik, jld. 1, ‫اروصصلاو روصقملا ةينثت باب‬، (Beirut: Dār alFikr), hlm. 128–130.
3
3

‫ََ → ءاَس‬
‫ى‬
َ ‫ءاَ ىس‬
Adapun mengenai jam‘ tashḥīḥ (jama‘ salim), baik untuk maqṣūr maupun
mamdūd, Ibn Malik mengatur bahwa keduanya mengalami perubahan akhir huruf,
namun tetap mengikuti pola yang konsisten. Isim maqṣūr ketika dijamak
muannats salim akan berubah alifnya menjadi yā’ sebelum tambahan:

َ‫ًََيىيف → ىًت‬
Sedangkan isim mamdūd mempertahankan hamzahnya selama tidak
bertentangan dengan kaidah asal huruf.
Dengan demikian, konsep kaifiyyatu at-tasniyah pada bab ini mencakup:
1.
2.
3.
4.
identifikasi jenis kata (maqṣūr atau mamdūd),
mengetahui asal huruf terakhir,
menentukan bentuk perubahan (tabdīl) yang sesuai,
dan memastikan pembentukan tatsniyah serta jama‘ mengikuti pola baku.
Keseluruhan aturan ini bertujuan menjaga kesesuaian gramatikal dan
fonologis dalam struktur bahasa Arab sehingga kata tetap mudah dibaca,
seimbang secara lafal, dan benar secara i‘rāb.
B. Menjelaskan Tanda tanda Ta’ta’nis
Tanda-tanda muanast itu di perinci ada yang goiru muqodaroh dan
muqodaroh4,pembahasan pertama merujuk ke tanda-tanda muanast yang
goiru muqodaroh menurut alfiyah ibnu malik pada bait ke 758 tanda-tanda
muanast goiru muqodaroh tidak terlepas dari salah satu dua perkara berikut:
 Ta’ta’nis
Contoh : ُ‫( ىٌ َة َم ىَس‬seorang wanita Muslim)
 Alif mamdudah
Contoh : ‫( ىٌ ََ ىاَ ُس‬merah).
Alif maqsuroh
Contoh : َ‫( ىى َيمى‬kuda betina)
Alif maqsuroh ‫ ف‬yang biasa kita kenal dengan sebutan isim maqsur
itu memiliki wazan atau sighot tertentu agar seorang pelajar mudah
membedakan antara isim maqsur dan manqush,wazan isim maqsush terdiri
dari 18 bentuk sedangkan wazan isim maqsur terdiri dari 12 bentuk antara
lain :
 Wazan isim maqsur
: ‫ ىلى ُع‬, ‫مىَ ى َل‬, ‫ ىلَّ ُع ىو َنَى‬, َ‫ ىلىيعى‬, َ‫ ى َلمى‬, ‫ ىلَّ ُع‬, ‫ ىلى َي ُع‬, َّ‫ ُع ىل‬,
‫ى‬
‫ى‬
‫ى‬
‫ى‬
‫ى‬
‫ى‬
َ
َ‫ لىيع‬, ‫ لى ُع‬, َ‫ َلم‬, ‫لَّ ُع ىونَى‬
4
Bait nadzom alfiyah ٧٥٨ ‫أاأوأ ةات روناتلا ةمالـت‬
٧٥٩ ‫باومصل رونقللي ارعيو‬
‫ا‬
‫مصل ف فاويو اتحلو‬
‫رونم ا‬
4
‫فاولنأ رونما الاار أااأ ا ف‬
Isim maqsur pasti mengikuti bentuk dari salah satu wazan 12
tersebut,hukumya boleh tidak mengikuti salah satu wazan tersebut tapi
sadz5.

Wazan isim manqush
: ‫ ى َل ىَل ىس‬، ‫ُ ى َ َل ىَل ىس‬، ‫ُ ى َلى ىَل ىس‬، ‫ُ ى َلى ىَل ىس‬، ‫ ى َلمى ىَل ىس‬، ‫ َلى ىيا ىس‬، ‫ ىس ى َلمى ىَل‬،
‫ ىيا ىََ ىا ىس‬، ‫ ىي َا ىَل ىس‬، ‫ لميي ىس‬، ‫ ىٌ َهلى ََ ىافى‬، ‫ ى ىل ىيا ىس‬، ‫ ىلى ََ ىا ىس‬، ‫ ى َلي ىََل ىس‬، ‫ ى ىل ىَل ىس‬، ‫ ى ىل ىَل ىس‬، ‫ َ ىل ىَل ىس‬.
Sedangkan muanast yang alamati dengan ta’yang di kira-kirakan
itu bisa di ketahui dengan melihat kembalinya dhomir atau dengan cara di
tasghirkan,2 cara tersbut juga bisa untuk mengetahui status kalimatnya
apakah muanats atau mudzakar.
Contoh dengan dhomir : ‫اهتًهي َعةساا‬
Contoh dengan tasghir : ‫غا فًا‬
َ‫فًيهس ام‬
‫ْ َ ٌِّت ىىمىقى ىةخ عَّذَُٱ‬
َّ ‫نى َو ىج ىهي ٌَ َه ىهي ىو ىىمىخى ىو ًٌَى َّحف اَّ َه ف‬
Di pembahasan subab kali ini ada catatan catatan penting terkait
pemasangan ta’muanast apakah wajib atau jawaz atau bahkan tidak yang di
klasifikasikan dalam bentuk-bentuk wazan tertentu ,aturan pemasangan
ta’tersebut pastinya sesuai kaidah nahwu yang berada di dalam kitab
khususnya alfiyah ibnu malik6. Seperti Ketika mauzun mengikuti wazan
‫ لَف‬bima’na ‫ ياع‬atau mengikuti wazan ‫ ٌهليف‬atau mengikuti wazan ‫ٌهليع‬
atau juga mengikuti wazan ‫ ٌهلع‬maka kalimat\mauzunya tersebut wajib
tidak untuk menggunakan ta’sebagai Alamat muanats contoh :

‫ لَف‬: ‫ء ىة ََ ٌُ ىٌ ىج ُع‬
‫( ى‬seorang pria yang banyak bersyukur)

‫ٌَ َل ى‬
‫ ٌَ َ ىلي ُف‬: ُ ‫يٌ ىو ٌََ ىاُىح‬
ُ َ

‫ ٌَ َهلى ُع‬: ُ ‫ىٌ َل ََ ىاح ُ َ ٌََ ىاُىح‬
Mauzun ini yang mengikuti ‫ ليع‬bima’na ‫ ٌهلَف‬Ketika mengikuti mausufnya
7
dengan secara maka tidak boleh di pasangi ta’ contoh:

‫جااج ٌَاُح جيف‬
5
‫ج(ةقثع ربا ةع روضخا ةاشثت‬٢/‫ص‬١٤٤)
Nadzom Alfiyah ‫ةـثمت اـا ــعمع كلوك‬
‫ ذثت ذوملاي يا ـا روـيا ةا‬٧٦١
َ َ ‫َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ ل‬
‫ل‬
ِ
7
‫أ فاا َـاير ذلوصع‬
‫رون َح َّل لن رونعا ة لملص و بثاتا أا أاَاو ة ْلر رولص‬. ‫ج(ةقثع ربا ةع روضخا ةاشثت‬٢/‫ص‬١٤٦)
6
5
Kesimpulan dari subab ini ialah sangatlah penting bagi seorang
pelajar khususnya santri yang sedang mempelajari ilmu nahwu untuk
mengetathui Alamat muanast dan pemasangan ta’ta’nis.
C. Pengaruh Ta’ta’nis Terhadap Suatu Susunan Kalimat
Taʾ tanîts memiliki pengaruh yang sangat penting dalam membentuk
keserasian (mutâbaqah) antara unsur-unsur kalimat bahasa Arab. Kehadiran
atau ketiadaannya menentukan bentuk fi‘il, struktur i‘rab, hubungan na‘t–
man‘ût, serta kesesuaian makna dalam sebuah susunan kalimat. Secara lebih
rinci, pengaruh taʾ tanîts tampak pada beberapa aspek berikut:
1. Mempengaruhi Bentuk dan I’rab fiil.
Ketika fa‘il bersifat muannats, fi‘il harus menyesuaikan diri dengan
menambahkan tanda taʾ tanîts. Pada fi‘il mâdhi, tanda ini berupa ta’
َ ‫( ىفًىبى‬dia perempuan telah menulis). Pada
sakinah di akhir kata seperti ‫ت‬
fi‘il mudhâri‘, tanîts dinyatakan dengan ta’ pada awal fi‘il, seperti ْ
‫ُىسَ َم ى‬
(dia perempuan duduk). Kesalahan dalam penggunaan tanîts pada fi‘il
dapat membuat kalimat tidak mutâbaqah karena tidak sesuai dengan
jenis fa‘ilnya.
2. Menentukan Wajib Atau Tidaknya Pemasangan Ta’ta’nis Pada Fiil.
Pada muannats ḥaqîqî (yang benar-benar perempuan), penggunaan
taʾ tanîts pada fi‘il adalah wajib, karena subjeknya jelas bersifat
perempuan8.
Namun pada muannats majâzî seperti َْ‫( َعت‬matahari) atau ‫( َعااج‬angin),
hukum penggunaannya menjadi jaiz (boleh.
3. Mempengaruhi Kesesuaian Na’at Dan Man’ut
8
٢٣٠ ‫ةال ةيتلا اةات‬
‫اير‬
‫روصاا ف‬
‫ف‬
‫رىيا دنل فيبا ن‬
‫ىتث فاا‬
6
Dalam tata bahasa Arab, na‘t harus selalu mengikuti man‘ût dari segi
jenis (mudzakkar atau muannats)9. Jika man‘ût berbentuk muannats,
maka na‘tnya juga harus memakai taʾ tanîts, misalnya:
ُ ‫( ىءسُ ى ي َع ىٌ َاُىح‬seorang perempuan yang salehah).
Ketidaksesuaian antara na‘t dan man‘ût akan menyebabkan cacat
gramatikal. Pengaruh ini menjadikan taʾ tanîts sebagai penanda penting
dalam relasi deskriptif antara kata sifat dan kata benda.
4. Berpengaruh Pada Kesesuaian Mubtada’ Dan Hobar
Jika mubtada’ dalam sebuah jumlah ismiyah bersifat muannats,
maka khabarnya juga perlu disesuaikan, terutama bila khabar tersebut
berupa sifat, ism fâ‘il, atau ism maf‘ûl. Contohnya:
‫َي َعبىسى‬
َّ ‫( ىٌسَ ً ى َهًىح ُ َع‬siswi itu rajin).
Kesesuaian ini diperlukan agar struktur kalimat tetap jelas dan sifat yang
diterangkan tepat merujuk kepada mubtada‘ yang dimaksud.
5. Membedakan Makna,Bentuk,dan Jenis Kata
Taʾ tanîts memiliki pengaruh semantis, yaitu membedakan antara bentuk
mudzakkar dan muannats suatu kata. Pada isim, taʾ tanîts mengubah
makna dari umum menjadi spesifik untuk perempuan, seperti ‫( ىٌ َة َمخ‬lakilaki muslim) menjadi ‫( ىٌ َة َم ىَس‬perempuan muslim). Demikian pula pada
fi‘il, perbedaan makna terlihat secara jelas: ‫ ىا َم ىخ‬berarti “dia laki-laki
َ َ‫ ىا َم ى‬berarti “dia perempuan mengetahui”.
mengetahui”, sedangkan ‫ت‬
Dengan demikian, taʾ tanîts memiliki peran penting sebagai penanda
makna dan jenis subjek dalam kalimat.
َِ َ
َ َ
َ
‫ِ ل‬
َِ َ
َ
َِ َ ِ َ َ َ َ َ ‫َ م‬
َََ
َِ َ
‫ََََ ل ل ََل‬
‫لة لت ـت لص لل َِ َا ل ة لاب َا رون َ معا‬
‫ر ل ة َي‬، ‫رأ‬
‫اروَص َّا ي لنث لتارون ارونل لَ ل‬، ‫ارونل لك ا َّل‬
‫ـنِ ل‬، ‫أاعع َت ل ف ارعبعت‬: ‫رب ل ف‬
‫ارونن لل ا َّل ارونع ََّّ ل‬، ‫ثل‬
‫ل‬
ِ َ
‫لا‬
‫اروني لت ل‬.
‫ر‬
‫ ريمياـثت حش‬/ ‫رونحنرت روصنلا وأا ووثت‬
9
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai bab ta’nîts dalam Alfiyah Ibn
Mâlik, dapat disimpulkan bahwa konsep ta’nîts merupakan salah satu aspek
penting dalam kajian nahwu yang berfungsi menentukan kesesuaian
(mutâbaqah) antara fi‘l, fâ‘il, dan isim-isim dalam struktur kalimat bahasa
Arab. Ta’nîts tidak hanya berkaitan dengan jenis kelamin makhluk hidup,
tetapi juga dengan bentuk lafadz, makna, dan kebiasaan penggunaan (istilah
nahwu).
Ta’nîts ḥaqîqî berlaku pada makhluk hidup yang benar-benar
perempuan, sedangkan ta’nîts majâzî berlaku pada benda-benda yang
dianggap feminin berdasarkan kebiasaan ulama bahasa Arab, meskipun
tidak memiliki jenis kelamin secara biologis.
Selain itu, pembahasan mengenai alamat at-ta’nîts menunjukkan adanya
dua tanda utama: tampak (zhâhir) dan perkiraan (muqaddarah). Alamat
zhâhir ditandai oleh ta’ marbūṭah (‫ )ح‬yang tampak jelas dalam tulisan,
sedangkan alamat muqaddarah dinilai berdasarkan ketentuan makna atau
konteks—meskipun tidak terdapat tanda tertulis.Pemahaman terhadap
kaidah ta’nîts sangat berpengaruh dalam penerapan i‘râb dan struktur
kalimat, karena perubahan pada ta’nîts dapat membawa konsekuensi
terhadap bentuk fi‘l, kedudukan fâ‘il, dan kesesuaian dalam jumlah maupun
jenis. Dengan demikian, pengetahuan tentang ta’nîts menjadi dasar penting
dalam menguasai nahwu dan memahami teks-teks Arab, baik klasik maupun
modern.
B. SARAN
Makalah ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian
selanjutnya dengan memperluas pembahasan Bab Ta’nîts melalui
penambahan data dari Al-Qur’an, hadis, serta puisi Arab klasik supaya
analisisnya lebih mendalam. Para pelajar nahwu dianjurkan untuk
memperhatikan secara serius perbedaan antara ta’nîts haqiqi dan majazi,
8
karena perbedaan ini menentukan bentuk fi‘il yang tepat dalam sebuah
struktur kalimat.
Pembelajaran bahasa Arab juga sebaiknya diperkaya dengan berbagai
latihan untuk mengenali fi‘il yang harus atau boleh diberi tanda ta’nîts,
sehingga kemampuan memahami pola-pola kalimat dapat berkembang
lebih baik. Selain itu, guru atau penyusun kurikulum diharapkan
menempatkan bab ini pada posisi yang strategis, karena ta’nîts merupakan
fondasi penting untuk memahami bab-bab nahwu lainnya yang lebih
kompleks.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ibn ‘Aqīl. (n.d.). Sharḥ Ibn ‘Aqīl ‘alā Alfiyah Ibn Malik (Vol. 1). Beirut: Dār alFikr.
Ibn Malik. (n.d.). Alfiyah Ibn Malik. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
10
Download