MAKALAH DISABILITAS DAN SAKIT KRONIS SERTA LAPORAN ANALISIS ISU END OF LIFE DALAM KEPERAWATAN KRITIS MATA KULIAH : Keperawatan Kritis OLEH KELOMPOK : 1. Liangga Saputra 2. Ni Ketut Yuni Ariningsih 3. Ni Komang Dhea Anggita Marayuni 4. Ni Luh Gede Desi Ariani 5. Ni Nyoman Triana Sinta Damayanti 6. Ni Wayan Niken Sasmita Dewi 7. Novliani Theresia Manetde 8. Rizki Noer Cahyanto (C1122010) (C1122014) (C1122015) (C1122017) (C1122025) (C1122034) (C1122035) (C1122038) PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI TAHUN 2025 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. yang mana atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “makalah disabilitas dan sakit kronis serta laporan analisis isu end of life dalam keperawatan kritis ” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendalakendala yang kami hadapi dapat teratasi. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang. Badung, 12 September 2025 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................. i DAFTAR ISI.............................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3 1.3 Tujuan............................................................................................ 3 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 4 2.1 Definisi Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis..............................4 2.2 Jenis-Jenis Disabilitas.................................................................... 5 2.3 Penyebab Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis........................... 7 2.4 Ciri-Ciri Penderita Disabilitas........................................................12 2.5 Sifat Penyakit Kronis.................................................................... 12 2.6 Dampak Penyakit Kronis............................................................... 13 BAB III LAPORAN ANALISIS KASUS............................................... 15 3.1 Identitas Kasus (Fiktif)...................................................................15 3.2 Permasalahan..................................................................................15 3.3 Analisis Etik dan Klinis................................................................. 16 3.4 Rekomendasi Tim Paliatif dan Etik Rumah Sakit..........................17 3.5 Kesimpulan.................................................................................... 17 BAB IV PENUTUP....................................................................................18 4.1 Kesimpulan.................................................................................... 18 4.2 Saran.............................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 19 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas merupakan kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau difabel. Bagi masyarakat awam, kata disabilitas mungkin terkesan kurang familiar karena mereka umumnya lebih mudah menggunakan istilah penyandang cacat. Membahas masalah disabilitas dan pandangan masyarakat merupakan sebuah ironi. Para kaum disabilitas membutuhkan bantuan dan respon positif dari masyarakat untuk berkembang, tetapi mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Umumnya masyarakat menghindari kaum disabilitas dari kehidupan mereka. Alasannya sederhana, karena mereka tidak ingin mendapatkan efek negatif dari kemunculan kaum disabilitas dalam kehidupan mereka seperti sumber aib, dikucilkan dalam pergaulan, dan permasalahan lainnya. Contoh disabilitas yang biasa kita temui sehari-hari adalah orang yang terlahir cacat tanpa penglihatan yang bagus (tunanetra), pendengaran yang bagus (tunarungu), pembicaraan yang bagus (tunawicara), dan sebagainya. Disabilitas yang mengarah pada cacat mental juga dapat kita lihat pada seseorang yang memiliki keterbelakangan mental. Menurut WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, jumlah kaum disabilitas dalam sebuah negara itu setidaknya sebesar 10% dari total keseluruhan penduduk sebuah negara. Di indonesia sendiri menurut catatan dari kementerian sosial jumlah kaum disabilitas mencapai 7 juta orang atau sekitar 3% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 238 juta pada tahun 2011. Keberadaan kaum disabilitas ini layak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Upaya pemerintah dalam melindungi kehidupan disabilitas sudah tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Contohnya adalah perlindungan hukum seperti yang tercantum dalam UUD 1945, No.4 Tahun 1997 Tentang penyandang cacat. 1 Meskipun secara jelas pemerintah sudah menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang melindungi hak-hak kaum disabilitas, tetapi pada praktiknya hal ini tidak berjalan sebagai mana mestinya. Kebanyakan disabilitas tidak mampu mengakses pendidikan yang lebih baik karena mereka minim sekali untuk mendapatkan akses melakukan hal itu. Misalnya, dari segi persyaratan pendidikan yang diterapkan. Memang ada bidang pendidikan tertentu yang mengharuskan muridnya tidak boleh cacat karena berkaitan dengan kinerjanya nanti selama masa pendidikan. Akan tetapi, hal itu bukan lah harus berlaku secara umum. Banyak disabilitas tidak dapat bersekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka dianggap cacat fisik yang dianggap tidak dapat mengikuti proses pendidikan dengan baik. Padahal dalam UU No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dinyatakan bahwa setiap institusi pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang menyediakan kemudahan bagi para kaum disabilitas dalam mengakses fasilitas pendidikan. Pada bidang pekerjaan pun juga demikian. Perhatikan bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat 1, Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat 2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dua ayat tersebut secara tegas dan jelas memperlihatkan bahwa semua warga negara baik yang normal dan disailitas memiliki peluang yang setara dalam memperoleh pekerjaan. 2 1.2 Rumusan Masalah: Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu: 1. Apa Definisi Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis? 2. Apa Saja Jenis-Jenis Disabilitas? 3. Apa Saja Penyebab Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis? 4. Bagaimana Ciri-Ciri Penderita Disabilitas? 5. Bagaimana Sifat Penyakit Kronis? 6. Bagaimana Dampak Penyakit Kronis? 1.3 Tujuan Adapun tujuan pada makalah ini yaitu: 1. Mengetahui Definisi Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis. 2. Mengetahui Jenis-Jenis Disabilitas. 3. Mengetahui Penyebab Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis. 4. Mengetahui Ciri-Ciri Penderita Disabilitas. 5. Mengetahui Sifat Penyakit Kronis. 6. Mengetahui Dampak Penyakit Kronis. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi A. Disabilitas Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal. Menurut WHO, disabilitas adalah suatu ketidakmampuan melaksanakan suatu aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal, yang disebabkan oleh kondisi kehilangan atau ketidakmampuan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. Disabilitas adalah ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment (kehilangan atau ketidakmampuan) yang berhubungan dengan usia dan masyarakat. Dahulu istilah disabilitas dikenal dengan sebutan penyandang cacat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) tidak lagi menggunakan istilah penyandang cacat, diganti dengan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama, dimana ketika ia berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menyulitkannya untuk berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesamaan hak. 4 B. Penyakit Kronis Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap, dan sering kambuh. Penyakit kronis bisa menyebabkan kematian. Contoh penyakit kronis adalah diabetes militus, TBC, kanker dan penyakit jantung ketidak mampuan merupakan persepsi individu bahwa segala hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Kesimpulan yang didapat dari pengertian di atas adalah penyakit kronis yang terjadi pada seseorang dalam waktu lama akan membuat orang tersebut menjadi tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya. 2.2 Jenis-Jenis Disabilitas Penyebab disabilitas dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu disabilitas akibat kecelakaan (korban peperangan, kerusuhan, kecelakaan kerja/industri, kecelakaan lalu lintas serta kecelakaan lainnya), disabilitas sejak lahir atau ketika dalam kandungan, termasuk yang mengidap disabilitas akibat penyakit keturunan, dan disabilitas yang disebabkan oleh penyakit (penyakit polio, penyakit kelamin, penyakit TBC, penyakit kusta, diabetes dll).berdasarkan pernyataan diatas maka jeni-jenis Disabilitas dapat dikelompokkan, sebagai berikut: A. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari (cacat mental) 5 1. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas. 2. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. 3. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievment) yang diperoleh. B. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu: (cacat fisik) 1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh. 2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. 3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. 6 4. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara. 2.3 Penyebab A. Disabilitas 1. Disabilitas mental a. Kelainan genetik dan kromosom, salah satu penyebab utama adalah genetik yang disebut down syndrome pada dasarnya adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki 47 kromosom, yang bertentangan dengan 46 kromosom yang biasanya dimiliki seseorang manusia normal. Kromosom ekstra ini mengganggu fungsi otak, sehingga sering menimbulkan keterbelakangan. b. Kekurangan gizi, adalah salah satu penyebab terbesar dari berbagai kondisi kesehatan. Kekurangan gizi selama kehamilan dapat lebih merugikan bagi anak yang belum lahir daripada untuk ibu.Kurangnya nutrisi seperti vitamin A,zat besi,yodium, seng, dsb, terbukti diketahui menyebabkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental selama lebih dari 2 miliar orang di dunia. Hal ini ini tidak mengherankan mengingat tren makanan jank food ditengah masyarakat saat ini, kekurangan gizi menjadi cepat berkembang tidaak seperti sebelumnya. c. Kondisi lingkungan dan zat beracun, Lingkungan dalam kasus seperti itu umumnya mengacu pada kemiskinan dan pola hidup. Kemiskinan diketahui menjadi penyebab yang sering terjadi,karena 7 kondisi miskin dapat menyebabkan paparan kondisi lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan mental. Kondisi lain yang menyebabkan keterbelakangan mental juga seperti kondisi traumatis yang dihadapi selama kehamilan atau setelah melahirkan,hanguan metabolik,infeksi, dan banyak masalah lain yang tidak dapat dijelaskan. 2. Disabilitas fisik Penyandang Cacat Fisik : a. Tuna Netra - Masa Prenatal : Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang sedang hamil 1-3 bulan, besar kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna netra. Akibat penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan terlahir dengan keadaan tuna netra. Akibat kecelakaan, keracunan obat2an/zat kimia, sinar laser, minuman keras yg mengakibatkan kerusakan janin khususnya pada bagian mata. Infeksi virus Rubella, toxoplasmosis. Malnutrisi berat pada tahap embrional minggu ke 3 sampai ke 8. - Masa Natal: Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran. Terjadi karena proses kelahiran yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan bantuan alat (vakum). 8 Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman gonococcus (GO) menular pada bayi saat kelahiran. Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir sebelum waktunya, sehingga diberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam inkubator. - Masa Perkembangan : Kekurangan vitamin A. DM, menyebabkan kelainan retina. Darah tinggi; pandangan rangkap/kabur. Stroke; kerusakan syaraf mata. Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona, retinoblastoma, efek obat/zat kimiawi. b. Tuna Rungu - Masa Prenatal : Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa sifat abnormal. Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3 bulan pertama kehamilan, yaitu pada masa pembentukan ruang telinga. - Keracunan obat-obatan. Masa Natal: Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu oleh beberapa alat. - Kelahiran prematur. Masa Perkembangan : Ketulian karena terjadinya infeksi, difteri, dan morbili. Karena kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya alat pendengaran bagian dalam. 9 c. Tuna Daksa - Masa Prenatal : Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta, penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abosrtus. Gangguan metabolisme pada ibu. Kromosom, gen yang tidak sempurna. Pembelahan sel telur, sperma yang kualitasnya buruk. - Masa Natal: Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang, atau pinggul ibu terlalu kecil. Pendarahan pada otak saat kelahiran. Kelahiran prematur. Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anorexia. - Masa Perkembangan : Faktor penyakit; meningitis, radang otak, diptheri, partusis dll Faktor kecelakaan. Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna. 3. Disabilitas fisik dan mental (ganda) a. Tuna Ganda - Masa Prenatal : Ketidak normalan komplikasi pada kromosom anak dalam komplikasikandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu yang Kekurangan gizi pada saat sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alkohol. 10 - - Masa Natal: Kelahiran prematur dan kekurangan oksigen Terdapat luka pada otak saat kelahiran. Masa Perkembangan : Kepala mengalami kecelakaan kendaraan jatuh,dan mendapat pukulan atau siksaan. Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak (meningitis atau encephalities). B. Penyakit Kronis Penyakit kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun kelompok usia, tingkat sosial, ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm teknologi perawatan dan farmakologi telah memperpanjang rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara kondisi tersebut masih dapat di obati, dengan demikian juga meningkatkan umur panjang. Meskipun merupakan penyakit infeksi AIDS merupakan penyakit kronis karna perkembangan dan penggunaan medikasi baru untuk mengobati infeksi opotunistik. Meskipun teknologi dapat menyelamatkan hidup, teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan. 11 2.4 Ciri-Ciri Penderita Disabibilitas 1. Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu yang mengalami kelainan kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Misalnya gangguan penglihatan, pendengaran, dan gerak. 2. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan atau tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Individu tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum dilakukan orang lain (normal), sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan fisik dan mental sekaligus atau cacat ganda seperti gangguan pada fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya. 2.5 Sifat Penyakit Kronik Penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah : 1. Progresi Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung. 2. Menetap Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus. 3. Kambuh Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis. 12 2.6 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya adalah : 1. Dampak psikologis Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu: a. Klien menjadi pasif b. Tergantung c. Kekanak-kanakan d. Merasa tidak nyaman e. Bingung f. Merasa menderita 2. Dampak somatic Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. a. Dampak terhadap gangguan seksual Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual). b. Dampak gangguan aktivitas Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian. 13 BAB III LAPORAN ANALISIS KASUS Topik: End of Life dalam Konteks Disabilitas dan Penyakit Kronis 3.1 Identitas Kasus (Fiktif) Nama Pasien: Ibu A Usia: 62 tahun Diagnosis Medis: Multiple Sclerosis progresif tahap lanjut dan gagal ginjal kronis Status Disabilitas: Mengalami disabilitas fisik total, bergantung penuh pada kursi roda dan bantuan perawat. Riwayat Penyakit: Multiple sclerosis sejak usia 40 tahun. Dalam 5 tahun terakhir, kondisi semakin memburuk dengan komplikasi gagal ginjal yang memerlukan cuci darah 3x seminggu. Status Sosial: Janda, dua anak tinggal di luar kota. Status Hukum: Mempunyai surat kuasa atas keputusan medis yang dipegang oleh anak sulung. 3.2 Permasalahan Ibu A menyampaikan keinginannya untuk menghentikan semua bentuk pengobatan termasuk cuci darah dan perawatan paliatif. Ia menyatakan "ingin mati dengan tenang". Tim medis menghadapi dilema antara prinsip autonomi pasien dengan prinsip non-maleficence (tidak membahayakan). Anak-anaknya tidak sepakat: anak sulung mendukung keputusan ibunya, anak bungsu menolak. Kondisi mental pasien sempat diragukan karena pernah menunjukkan gejala depresi ringan. Apakah kondisi disabilitas dan penyakit kronis ini cukup untuk menjadikan pilihan “end of life” sebagai hak individual? 14 3.3 Analisis Etik dan Klinis A. Autonomi Pasien Pasien secara sadar dan konsisten menyatakan keinginannya untuk menghentikan pengobatan. Evaluasi psikiatri menyatakan bahwa pasien tidak mengalami depresi berat dan masih mampu mengambil keputusan medis sendiri. B. Kualitas Hidup Kualitas hidup pasien dinilai sangat rendah: mobilitas terbatas, nyeri kronis, ketergantungan total, dan kesepian. Pasien menyatakan "hidup saya bukan lagi kehidupan, hanya bertahan". C. Hak Pasien dan Hukum Berdasarkan hukum di Indonesia, eutanasia aktif tidak legal. Namun, penghentian terapi medis (withholding or withdrawing treatment) dapat dilakukan atas dasar persetujuan pasien atau keluarga, jika dianggap sebagai tindakan medis non-benefisial (futile care). D. Peran Keluarga Ketidaksepakatan antar anak menjadi hambatan dalam pengambilan keputusan kolektif. Namun, secara hukum, keputusan medis tetap sah jika didukung oleh pasien atau wakil hukumnya (anak sulung). E. Perspektif Disabilitas Penting untuk memisahkan antara keinginan "mati" yang timbul dari penderitaan fisik versus stigma atau tekanan sosial terhadap orang dengan disabilitas. Harus dipastikan bahwa keputusan pasien bukan hasil dari diskriminasi struktural atau tekanan dari lingkungan. 15 3.4 Rekomendasi Tim Paliatif dan Etik Rumah Sakit A. Menghentikan cuci darah dengan dokumentasi persetujuan medis dan psikologis lengkap. B. Melanjutkan perawatan paliatif untuk mengurangi nyeri dan menjaga kenyamanan pasien. C. Melibatkan pendamping rohani untuk memberi dukungan spiritual. D. Menyediakan dukungan psikososial untuk keluarga. E. Mengevaluasi ulang kondisi pasien secara berkala. 3.5 Kesimpulan Kasus Ibu A menggambarkan kompleksitas isu end of life pada pasien dengan disabilitas dan penyakit kronis. Keputusan untuk menghentikan pengobatan bukan bentuk keputusasaan semata, tetapi wujud dari kendali diri dan hak atas akhir hayat yang bermartabat.Dibutuhkan pendekatan multidisipliner medis, hukum, psikologis, dan spiritual untuk memastikan bahwa keputusan tersebut benar-benar berpihak pada kesejahteraan pasien, bukan semata-mata keinginan untuk mempercepat kematian. 16 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Disabilitas memang merupakan sebuah kecacatan yang di derita oleh seseorang baik mental, fisik, maupun mental dan fisik (ganda), namun pada hakekatnya tak seorang pun yang ingin menderita cacat pada dirinya. Berbeda orang normal pada umumnya mereka penderita disabilitas memiliki permasalahan secara psikologis maupun fisik, Penyebab terjadinya disabilitas berbeda, ada yang merupakan cacat dari lahir, cacat kecelakaan, akibat penyakit kronis dan banyak lagi hal tersebut membuat mereka rendah diri dan merasa tidak berguna di tengah kehidupan bermasyarakat, perasaan tersebut timbul karena pada dasarnya selama ini kepedulian masyarakat terhadap kaum disabilitas sangat kurang bahkan mereka di hina dan dikucilkan oleh orang lain. Hal tersebut tidak mungkin terus menerus di biarkan, di perlukan sikap dan pendekatan yang baik kepada penderita disabilitas agar merubah pola pikir mereka dan lebih memahami diri mereka bahwa diri mereka dapat bermanfaat untuk orang lain dan dapat melakukan aktivitas kehidupan layaknya manusia normal pada umumnya. 4.2 Saran Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gawat darurat. 17 DAFTAR PUSTAKA Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodolog ipenelitian kualitatif dalam riset keperawatan (1). Jakarta: Rajawali Pers. Abdullah, A., Sjattar, E. L., & Kadir, A. R. (2017). Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Jumlah Kunjungan Peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 11(4), 382-387. Agustina, S. and Sari, S.M., 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(4), pp.180-186. Alfajri, N.Z., Pinzon, R.T. and Lestari, T., 2018. Fidelity Case Management System Pada Pasien Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), p.10. Arifin, M.H.B.M. and Weta, I.W., Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Petang | Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal Medika Udayana, 5(7). BPJS kesehatan 2014. Panduan Praktis Prolanis. http://www.bkkbn.go.id/Documents/JKN /06- PROLANIS.pdf. Diakses Tanggal 29 Agustus 2017. Jam 15.31 WIB. BPJS Kesehatan. 18