Uploaded by common.user151591

Makalah Disabilitas, Sakit Kronis, & Isu End of Life dalam Keperawatan Kritis

advertisement
MAKALAH DISABILITAS DAN SAKIT KRONIS SERTA LAPORAN
ANALISIS ISU END OF LIFE DALAM KEPERAWATAN KRITIS
MATA KULIAH :
Keperawatan Kritis
OLEH KELOMPOK :
1. Liangga Saputra
2. Ni Ketut Yuni Ariningsih
3. Ni Komang Dhea Anggita Marayuni
4. Ni Luh Gede Desi Ariani
5. Ni Nyoman Triana Sinta Damayanti
6. Ni Wayan Niken Sasmita Dewi
7. Novliani Theresia Manetde
8. Rizki Noer Cahyanto
(C1122010)
(C1122014)
(C1122015)
(C1122017)
(C1122025)
(C1122034)
(C1122035)
(C1122038)
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
TAHUN 2025
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“makalah disabilitas dan sakit kronis serta laporan analisis isu end of life dalam
keperawatan kritis ” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang kami
hadapi, namun kami menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendalakendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.
Badung, 12 September 2025
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 4
2.1 Definisi Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis..............................4
2.2 Jenis-Jenis Disabilitas.................................................................... 5
2.3 Penyebab Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis........................... 7
2.4 Ciri-Ciri Penderita Disabilitas........................................................12
2.5 Sifat Penyakit Kronis.................................................................... 12
2.6 Dampak Penyakit Kronis............................................................... 13
BAB III LAPORAN ANALISIS KASUS............................................... 15
3.1 Identitas Kasus (Fiktif)...................................................................15
3.2 Permasalahan..................................................................................15
3.3 Analisis Etik dan Klinis................................................................. 16
3.4 Rekomendasi Tim Paliatif dan Etik Rumah Sakit..........................17
3.5 Kesimpulan.................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP....................................................................................18
4.1 Kesimpulan.................................................................................... 18
4.2 Saran.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disabilitas merupakan kata lain yang merujuk pada
penyandang cacat atau difabel. Bagi masyarakat awam, kata
disabilitas mungkin terkesan kurang familiar karena mereka
umumnya lebih mudah menggunakan istilah penyandang cacat.
Membahas
masalah
disabilitas
dan
pandangan
masyarakat
merupakan sebuah ironi. Para kaum disabilitas membutuhkan
bantuan dan respon positif dari masyarakat untuk berkembang,
tetapi mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari
masyarakat. Umumnya masyarakat menghindari kaum disabilitas
dari kehidupan mereka. Alasannya sederhana, karena mereka tidak
ingin mendapatkan efek negatif dari kemunculan kaum disabilitas
dalam kehidupan mereka seperti sumber aib, dikucilkan dalam
pergaulan, dan permasalahan lainnya. Contoh disabilitas yang biasa
kita temui sehari-hari adalah orang yang terlahir cacat tanpa
penglihatan yang bagus (tunanetra), pendengaran yang bagus
(tunarungu), pembicaraan yang bagus (tunawicara), dan sebagainya.
Disabilitas yang mengarah pada cacat mental juga dapat kita lihat
pada seseorang yang memiliki keterbelakangan mental.
Menurut WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, jumlah
kaum disabilitas dalam sebuah negara itu setidaknya sebesar 10%
dari total keseluruhan penduduk sebuah negara. Di indonesia sendiri
menurut catatan dari kementerian sosial jumlah kaum disabilitas
mencapai 7 juta orang atau sekitar 3% dari total penduduk Indonesia
yang berjumlah 238 juta pada tahun 2011. Keberadaan kaum
disabilitas ini layak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Upaya pemerintah dalam melindungi kehidupan disabilitas sudah
tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada.
Contohnya adalah perlindungan hukum seperti yang tercantum
dalam UUD 1945, No.4 Tahun 1997 Tentang penyandang cacat.
1
Meskipun secara jelas pemerintah sudah menetapkan
beberapa peraturan perundang-undangan yang melindungi hak-hak
kaum disabilitas, tetapi pada praktiknya hal ini tidak berjalan
sebagai mana mestinya. Kebanyakan disabilitas tidak mampu
mengakses pendidikan yang lebih baik karena mereka minim sekali
untuk mendapatkan akses melakukan hal itu. Misalnya, dari segi
persyaratan pendidikan yang diterapkan. Memang ada bidang
pendidikan tertentu yang mengharuskan muridnya tidak boleh cacat
karena berkaitan dengan kinerjanya nanti selama masa pendidikan.
Akan tetapi, hal itu bukan lah harus berlaku secara umum. Banyak
disabilitas tidak dapat bersekolah dan melanjutkan ke perguruan
tinggi karena mereka dianggap cacat fisik yang dianggap tidak dapat
mengikuti proses pendidikan dengan baik. Padahal dalam UU No.28
Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dinyatakan bahwa setiap
institusi pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan yang menyediakan kemudahan bagi para kaum
disabilitas dalam mengakses fasilitas pendidikan.
Pada bidang pekerjaan pun juga demikian. Perhatikan bunyi
UUD 1945 pasal 27 ayat 1, Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Ayat 2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dua ayat tersebut
secara tegas dan jelas memperlihatkan bahwa semua warga negara
baik yang normal dan disailitas memiliki peluang yang setara dalam
memperoleh pekerjaan.
2
1.2 Rumusan Masalah:
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa Definisi Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Disabilitas?
3. Apa Saja Penyebab Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis?
4. Bagaimana Ciri-Ciri Penderita Disabilitas?
5. Bagaimana Sifat Penyakit Kronis?
6. Bagaimana Dampak Penyakit Kronis?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu:
1. Mengetahui Definisi Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis.
2. Mengetahui Jenis-Jenis Disabilitas.
3. Mengetahui Penyebab Dari Disabilitas Dan Penyakit Kronis.
4. Mengetahui Ciri-Ciri Penderita Disabilitas.
5. Mengetahui Sifat Penyakit Kronis.
6. Mengetahui Dampak Penyakit Kronis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
A. Disabilitas
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan,
keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah
sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan
kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam
melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi
merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan
dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena
kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang
dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
Menurut
WHO,
disabilitas
adalah
suatu
ketidakmampuan
melaksanakan suatu aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya
orang normal, yang disebabkan oleh kondisi kehilangan atau
ketidakmampuan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur
atau
fungsi
anatomis.
Disabilitas
adalah
ketidakmampuan
melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya
orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment (kehilangan
atau ketidakmampuan) yang berhubungan dengan usia dan masyarakat.
Dahulu istilah disabilitas dikenal dengan sebutan penyandang cacat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities
(Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) tidak lagi
menggunakan istilah penyandang cacat, diganti dengan penyandang
disabilitas. Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu
lama, dimana ketika ia berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini
dapat menyulitkannya untuk berpartisipasi penuh dan efektif dalam
masyarakat berdasarkan kesamaan hak.
4
B. Penyakit Kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap,
dan sering kambuh. Penyakit kronis bisa menyebabkan kematian.
Contoh penyakit kronis adalah diabetes militus, TBC, kanker dan
penyakit jantung ketidak mampuan merupakan persepsi individu bahwa
segala hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu
atau kegiatan yang baru dirasakan.
Kesimpulan yang didapat dari pengertian di atas adalah penyakit
kronis yang terjadi pada seseorang dalam waktu lama akan membuat
orang
tersebut
menjadi
tidak
mampu
melakukan
sesuatu
seperti biasanya.
2.2 Jenis-Jenis Disabilitas
Penyebab disabilitas dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu disabilitas
akibat
kecelakaan
(korban
peperangan,
kerusuhan,
kecelakaan
kerja/industri, kecelakaan lalu lintas serta kecelakaan lainnya), disabilitas
sejak lahir atau ketika dalam kandungan, termasuk yang mengidap
disabilitas akibat penyakit keturunan, dan disabilitas yang disebabkan oleh
penyakit (penyakit polio, penyakit kelamin, penyakit TBC, penyakit kusta,
diabetes dll).berdasarkan pernyataan diatas maka jeni-jenis Disabilitas
dapat dikelompokkan, sebagai berikut:
A. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari
(cacat mental)
5
1. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di
mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga
memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
2. Mental
Rendah.
Kemampuan
mental
rendah
atau
kapasitas
intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak
yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak
yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal dengan
anak berkebutuhan khusus.
3. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan
prestasi belajar (achievment) yang diperoleh.
B. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:
(cacat fisik)
1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.
2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah
individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind)
dan low vision.
3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
6
4. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,
sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan
bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya
gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
2.3 Penyebab
A. Disabilitas
1. Disabilitas mental
a. Kelainan genetik dan kromosom, salah satu penyebab utama adalah
genetik yang disebut down syndrome pada dasarnya adalah suatu
kondisi
dimana
seseorang
memiliki
47
kromosom,
yang
bertentangan dengan 46 kromosom yang biasanya dimiliki
seseorang manusia normal. Kromosom ekstra ini mengganggu
fungsi otak, sehingga sering menimbulkan keterbelakangan.
b. Kekurangan gizi, adalah salah satu penyebab terbesar dari berbagai
kondisi kesehatan. Kekurangan gizi selama kehamilan dapat lebih
merugikan
bagi
anak
yang
belum
lahir
daripada
untuk
ibu.Kurangnya nutrisi seperti vitamin A,zat besi,yodium, seng, dsb,
terbukti diketahui menyebabkan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan mental selama lebih dari 2 miliar orang di dunia. Hal ini
ini tidak mengherankan mengingat tren makanan jank food ditengah
masyarakat saat ini, kekurangan gizi menjadi cepat berkembang
tidaak seperti sebelumnya.
c. Kondisi lingkungan dan zat beracun, Lingkungan dalam kasus
seperti itu umumnya mengacu pada kemiskinan dan pola hidup.
Kemiskinan diketahui menjadi penyebab yang sering terjadi,karena
7
kondisi miskin dapat menyebabkan paparan kondisi lingkungan
yang tidak cocok untuk pertumbuhan mental.
Kondisi lain yang menyebabkan keterbelakangan mental juga
seperti kondisi traumatis yang dihadapi selama kehamilan atau
setelah melahirkan,hanguan metabolik,infeksi, dan banyak masalah
lain yang tidak dapat dijelaskan.
2. Disabilitas fisik
Penyandang Cacat Fisik :
a. Tuna Netra
-
Masa Prenatal :

Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang
ibu yang sedang hamil 1-3 bulan, besar
kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna
netra.

Akibat penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam
kandungan
kemungkinan
terlahir
dengan
keadaan tuna netra.

Akibat kecelakaan, keracunan obat2an/zat kimia,
sinar laser, minuman keras yg mengakibatkan
kerusakan janin khususnya pada bagian mata.

Infeksi virus Rubella, toxoplasmosis.

Malnutrisi berat pada tahap embrional minggu ke
3 sampai ke 8.
-
Masa Natal:

Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat
proses kelahiran. Terjadi karena proses kelahiran
yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan
bantuan alat (vakum).
8

Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga
kuman gonococcus (GO) menular pada bayi saat
kelahiran.

Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena
bayi lahir sebelum waktunya, sehingga diberikan
konsentrasi oksigen yang tinggi dalam inkubator.
-
Masa Perkembangan :

Kekurangan vitamin A.

DM, menyebabkan kelainan retina.

Darah tinggi; pandangan rangkap/kabur.

Stroke; kerusakan syaraf mata.

Radang kantung air mata, radang kelenjar
kelopak mata, hemangiona, retinoblastoma, efek
obat/zat kimiawi.
b. Tuna Rungu
-
Masa Prenatal :

Salah satu dari orang tua penderita merupakan
pembawa sifat abnormal.

Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit
pada masa 3 bulan pertama kehamilan, yaitu pada
masa pembentukan ruang telinga.

-
Keracunan obat-obatan.
Masa Natal:

Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus
dibantu oleh beberapa alat.

-
Kelahiran prematur.
Masa Perkembangan :

Ketulian karena terjadinya infeksi, difteri, dan
morbili.

Karena
kecelakaan
yang
mengakibatkan
rusaknya alat pendengaran bagian dalam.
9
c. Tuna Daksa
-
Masa Prenatal :

Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari
placenta, penyakit anemia, kondisi jantung yang
gawat, shock, percobaan abosrtus.

Gangguan metabolisme pada ibu.

Kromosom, gen yang tidak sempurna.

Pembelahan sel telur, sperma yang kualitasnya
buruk.
-
Masa Natal:

Kesulitan saat persalinan karena letak bayi
sungsang, atau pinggul ibu terlalu kecil.

Pendarahan pada otak saat kelahiran.

Kelahiran prematur.

Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi
oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya
anorexia.
-
Masa Perkembangan :

Faktor
penyakit;
meningitis,
radang
otak,
diptheri, partusis dll

Faktor kecelakaan.

Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna.
3. Disabilitas fisik dan mental (ganda)
a. Tuna Ganda
-
Masa Prenatal :

Ketidak
normalan
komplikasi
pada
kromosom
anak
dalam
komplikasikandungan
ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu yang

Kekurangan gizi pada saat sedang mengadung,
serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan
alkohol.
10
-
-
Masa Natal:

Kelahiran prematur dan kekurangan oksigen

Terdapat luka pada otak saat kelahiran.
Masa Perkembangan :

Kepala
mengalami
kecelakaan
kendaraan
jatuh,dan mendapat pukulan atau siksaan.

Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan
makanan atau penyakit tertentu yang sama,
sehingga
dapat
berpengaruh
tehadap
otak
(meningitis atau encephalities).
B. Penyakit Kronis
Penyakit kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun
kelompok usia, tingkat sosial, ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm
teknologi perawatan dan farmakologi telah memperpanjang rentan
kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang
mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa
memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara kondisi tersebut masih
dapat di obati, dengan demikian juga meningkatkan umur panjang.
Meskipun merupakan penyakit infeksi AIDS merupakan penyakit
kronis karna perkembangan dan penggunaan medikasi baru untuk
mengobati infeksi opotunistik.
Meskipun teknologi dapat menyelamatkan hidup, teknologi juga
dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir sama
melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya.
Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup
bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi
tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti
ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan.
11
2.4 Ciri-Ciri Penderita Disabibilitas
1. Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu yang mengalami kelainan
kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga
mengakibatkan
gangguan
fungsi
tubuh.
Misalnya
gangguan
penglihatan, pendengaran, dan gerak.
2. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan
mental dan atau tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Individu
tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum
dilakukan orang lain (normal), sehingga menjadi hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami
kelainan fisik dan mental sekaligus atau cacat ganda seperti gangguan
pada fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara
serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga yang
bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya.
2.5 Sifat Penyakit Kronik
Penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah :
1. Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
Contoh penyakit jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan
menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan
kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis.
12
2.6 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya adalah :
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu:
a. Klien menjadi pasif
b. Tergantung
c. Kekanak-kanakan
d. Merasa tidak nyaman
e. Bingung
f. Merasa menderita
2. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh
karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan
penyakitnya.
a. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan
organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap
fungsi seksual).
b. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga
hubungan social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.
13
BAB III
LAPORAN ANALISIS KASUS
Topik: End of Life dalam Konteks Disabilitas dan Penyakit Kronis
3.1 Identitas Kasus (Fiktif)

Nama Pasien: Ibu A

Usia: 62 tahun

Diagnosis Medis: Multiple Sclerosis progresif tahap lanjut dan gagal
ginjal kronis

Status Disabilitas: Mengalami disabilitas fisik total, bergantung
penuh pada kursi roda dan bantuan perawat.

Riwayat Penyakit: Multiple sclerosis sejak usia 40 tahun. Dalam 5
tahun terakhir, kondisi semakin memburuk dengan komplikasi gagal
ginjal yang memerlukan cuci darah 3x seminggu.

Status Sosial: Janda, dua anak tinggal di luar kota.

Status Hukum: Mempunyai surat kuasa atas keputusan medis yang
dipegang oleh anak sulung.
3.2 Permasalahan

Ibu A menyampaikan keinginannya untuk menghentikan semua
bentuk pengobatan termasuk cuci darah dan perawatan paliatif. Ia
menyatakan "ingin mati dengan tenang".

Tim medis menghadapi dilema antara prinsip autonomi pasien
dengan prinsip non-maleficence (tidak membahayakan).

Anak-anaknya tidak sepakat: anak sulung mendukung keputusan
ibunya, anak bungsu menolak.

Kondisi
mental
pasien
sempat
diragukan
karena
pernah
menunjukkan gejala depresi ringan.

Apakah kondisi disabilitas dan penyakit kronis ini cukup untuk
menjadikan pilihan “end of life” sebagai hak individual?
14
3.3 Analisis Etik dan Klinis
A. Autonomi Pasien

Pasien secara sadar dan konsisten menyatakan keinginannya
untuk menghentikan pengobatan.

Evaluasi psikiatri menyatakan bahwa pasien tidak mengalami
depresi berat dan masih mampu mengambil keputusan medis
sendiri.
B. Kualitas Hidup

Kualitas hidup pasien dinilai sangat rendah: mobilitas terbatas,
nyeri kronis, ketergantungan total, dan kesepian.

Pasien menyatakan "hidup saya bukan lagi kehidupan, hanya
bertahan".
C. Hak Pasien dan Hukum

Berdasarkan hukum di Indonesia, eutanasia aktif tidak legal.

Namun, penghentian terapi medis (withholding or withdrawing
treatment) dapat dilakukan atas dasar persetujuan pasien atau
keluarga, jika dianggap sebagai tindakan medis non-benefisial
(futile care).
D. Peran Keluarga

Ketidaksepakatan
antar
anak
menjadi
hambatan
dalam
pengambilan keputusan kolektif.

Namun, secara hukum, keputusan medis tetap sah jika didukung
oleh pasien atau wakil hukumnya (anak sulung).
E. Perspektif Disabilitas

Penting untuk memisahkan antara keinginan "mati" yang timbul
dari penderitaan fisik versus stigma atau tekanan sosial terhadap
orang dengan disabilitas.

Harus dipastikan bahwa keputusan pasien bukan hasil dari
diskriminasi struktural atau tekanan dari lingkungan.
15
3.4 Rekomendasi Tim Paliatif dan Etik Rumah Sakit
A. Menghentikan cuci darah dengan dokumentasi persetujuan medis dan
psikologis lengkap.
B. Melanjutkan perawatan paliatif untuk mengurangi nyeri dan menjaga
kenyamanan pasien.
C. Melibatkan pendamping rohani untuk memberi dukungan spiritual.
D. Menyediakan dukungan psikososial untuk keluarga.
E. Mengevaluasi ulang kondisi pasien secara berkala.
3.5 Kesimpulan
Kasus Ibu A menggambarkan kompleksitas isu end of life pada
pasien dengan disabilitas dan penyakit kronis. Keputusan untuk
menghentikan pengobatan bukan bentuk keputusasaan semata, tetapi wujud
dari kendali diri dan hak atas akhir hayat yang bermartabat.Dibutuhkan
pendekatan multidisipliner medis, hukum, psikologis, dan spiritual untuk
memastikan bahwa keputusan tersebut benar-benar berpihak pada
kesejahteraan pasien, bukan semata-mata keinginan untuk mempercepat
kematian.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Disabilitas memang merupakan sebuah kecacatan yang di derita
oleh seseorang baik mental, fisik, maupun mental dan fisik (ganda), namun
pada hakekatnya tak seorang pun yang ingin menderita cacat pada dirinya.
Berbeda orang normal pada umumnya mereka penderita disabilitas
memiliki permasalahan secara psikologis maupun fisik, Penyebab
terjadinya disabilitas berbeda, ada yang merupakan cacat dari lahir, cacat
kecelakaan, akibat penyakit kronis dan banyak lagi hal tersebut membuat
mereka rendah diri dan merasa tidak berguna di tengah kehidupan
bermasyarakat, perasaan tersebut timbul karena pada dasarnya selama ini
kepedulian masyarakat terhadap kaum disabilitas sangat kurang bahkan
mereka di hina dan dikucilkan oleh orang lain. Hal tersebut tidak mungkin
terus menerus di biarkan, di perlukan sikap dan pendekatan yang baik
kepada penderita disabilitas agar merubah pola pikir mereka dan lebih
memahami diri mereka bahwa diri mereka dapat bermanfaat untuk orang
lain dan dapat melakukan aktivitas kehidupan layaknya manusia
normal pada umumnya.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi
mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gawat
darurat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodolog ipenelitian kualitatif dalam
riset keperawatan (1). Jakarta: Rajawali Pers.
Abdullah, A., Sjattar, E. L., & Kadir, A. R. (2017). Faktor Penyebab Terjadinya
Penurunan Jumlah Kunjungan Peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) Di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 11(4), 382-387.
Agustina, S. and Sari, S.M., 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Hipertensi Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(4),
pp.180-186.
Alfajri, N.Z., Pinzon, R.T. and Lestari, T., 2018. Fidelity Case Management System
Pada Pasien Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), p.10.
Arifin, M.H.B.M. and Weta, I.W., Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas
Petang | Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal Medika Udayana, 5(7).
BPJS
kesehatan
2014.
Panduan
Praktis
Prolanis.
http://www.bkkbn.go.id/Documents/JKN /06- PROLANIS.pdf. Diakses Tanggal
29 Agustus 2017. Jam 15.31 WIB. BPJS Kesehatan.
18
Download