Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 PENGARUH KOMBINASI ASAM HUMAT DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH PADA TANAH ALUVIAL Yohanes Jordy Kurniawan1,4, Surachman2, Tantri Palupi3 123 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia 4 Email: [email protected] ABSTRAK Prospek budidaya bawang merah cukup baik karena memiliki nilai ekonomis yang baik dan mengingat fungsinya sebagai bumbu penyedap masakan yang digunakan sehari-hari membuat bawang merah menjadi salah satu komoditas pokok pertanian yang perlu diperhatikan agar kebutuhan konsumsi bawang merah nasional dapat tercukupi. Tanah Aluvial yang digunakan sebagai media tanam dihadapkan pada berbagai kendala yaitu berupa sifat fisik dan kimia tanah yang kurang baik. Peningkatan produksi tanaman bawang merah di tanah aluvial dapat ditingkatkan melalui kegiatan intensifikasi. Upaya intensifikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemberian pupuk yang dikombinasikan yaitu pupuk organik asam humat dan pupuk anorganik NPK. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis terbaik dari kombinasi asam humat dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada tanah aluvial. Penelitian dilaksanakan di Jl. Sungai Raya Dalam, dimulai dari bulan November 2023 sampai Januari 2024. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan pertama yaitu, AH 6 kg/ha + NPK 125 kg/ha, AH 5 kg/ha + NPK 150 kg/ha, AH 4 kg/ha + NPK 175 kg/ha, AH 3 kg/ha + NPK 200 kg/ha, AH 2 kg /ha + NPK 225 kg/ha, AH 1 kg/ha + NPK 250 kg/ha, dan Tanpa AH + NPK 275 kg/ha. Variabel yang diamati dalam penelitian, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per rumpun, berat segar umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian kombinasi asam humat dan NPK mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada tanah aluvial. Dosis asam humat sebanyak 6 kg/ha dan NPK 125 kg/ha merupakan dosis efektif yang dapat digunakan dalam budidaya bawang merah pada tanah aluvial. Kata Kunci: Aluvial, Bawang Merah, Kombinasi Asam Humat dan NPK ABSTRACT The prospect of shallot cultivation is quite good because it has good economic value and considering its function as a seasoning for dishes used daily, making shallots one of the staple agricultural commodities that need to be considered so that the needs of national shallot consumption can be met. Aluvial soil used as a planting medium is faced with various obstacles, namely poor physical and chemical properties of the soil. The increase in the production of shallot plants in alluvial soils can be increased through intensification activities. Intensification efforts that can be made are by applying a combination of humic acid organic fertilizers and NPK inorganic fertilizers. The study aims to obtain the best dose of the combination of humic acid and NPK on the growth and yield of shallots in alluvial soils. The research was carried out on Jl. Sungai Raya Dalam, starting from November 2023 to January 2024. The study used a Complete Randomized Design (RAL) consisting of 7 1171 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 treatments with 4 replicates. The first treatment is, AH 6 kg/ha + NPK 125 kg/ha, AH 5 kg/ha + NPK 150 kg/ha, AH 4 kg/ha + NPK 175 kg/ha, AH 3 kg/ha + NPK 200 kg/ha, AH 2 kg/ha + NPK 225 kg/ha, AH 1 kg/ha + NPK 250 kg/ha, and No AH + NPK 275 kg/ha. The variables observed in the study were plant height, number of leaves, number of bulbs per clump, fresh weight of bulbs per clump, and dry weight of bulbs per clump. The results showed that the combination of humic acid and NPK had the same effect on the growth and yield of shallots in alluvial soils. The dose of humic acid of 6 kg/ha and NPK of 125 kg/ha is an effective dose that can be used in the cultivation of shallots in alluvial soils. Keywords: Aluvial, Shallot, Combination of Humic Acid and NPK PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran kelompok rempah yang cukup dikenal luas oleh masyarakat karena berfungsi sebagai bumbu penyedap masakan, serta dapat menjadi bahan obat herbal. Prospek budidaya bawang merah cukup baik karena memiliki nilai ekonomis yang baik dan mengingat fungsinya sebagai bumbu penyedap masakan yang digunakan sehari-hari membuat bawang merah menjadi salah satu komoditas pokok pertanian yang perlu diperhatikan agar kebutuhan konsumsi bawang merah nasional dapat tercukupi. Menurut Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (2016), luas wilayah tanah aluvial mencapai 1.793.771 Ha. Masih tersedianya tanah aluvial yang cukup luas di Kalimantan Barat, tentunya menjadi suatu prospek yang baik untuk pengembangan usaha budidaya bawang merah di tanah aluvial. Tanah Aluvial yang digunakan sebagai media tanam dihadapkan pada berbagai kendala yaitu berupa sifat fisik dan kimia tanah yang kurang baik. Peningkatan produksi tanaman bawang merah di tanah aluvial dapat ditingkatkan melalui kegiatan intensifikasi. Upaya intensifikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menerapkan teknologi pemupukan yang tepat untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal. Penambahan pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik adalah salah satu teknologi pemupukan yang bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara yang cukup bagi tanaman budidaya serta dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia dari tanah aluvial. Pemberian asam humat pada tanah dapat memberi manfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah melalui kleasi logam, kation, liat dan penyerapan air dan nutrisi (Mindari, dkk., 2022). Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk anorganik dalam bentuk majemuk, yang bisa digunakan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara di dalam tanah bagi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Hasra, dkk. (2021) dosis asam humat sebanyak 300 ml/l dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik bagi bawang merah. Berdasarkan dosis anjuran AH-90, dosis asam humat sebagai campuran pupuk untuk tanaman hortikultura adalah 1-1,5 kg/ha. Hasil penelitian Sipayung, dkk. (2015) menyatakan bahwa pemberian kombinasi pupuk fosfat 36 kg/ha + asam humat 3 kg/ha memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada bawang merah. Berdasarkan hasil penelitian Irma, dkk. (2018) dosis pupuk NPK sebanyak 300 kg/ha memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Berdasarkan dosis rekomendasi BPTP Kal-bar (2019) dosis NPK bagi bawang merah adalah 200kg/ha. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu, dkk. (2022) dosis NPK 2 g/polybag dan pupuk Supernasa 0,32 g/polybag memberikan hasil terbaik bagi bawang merah di tanah alluvial. Berdasarkan hasil penelitian Maemunah, dkk. (2019) dosis NPK 240 kg/ha merupakan dosis terbaik bagi pertumbuhan bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis terbaik dari kombinasi asam humat dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada tanah aluvial. 1172 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Jl. Sungai Raya Dalam, Kota Pontianak, dimulai dari tanggal 17 November 2023 - 22 Januari 2024. Bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu benih bawang merah varietas Bima Brebes, tanah aluvial, polybag, asam humat, pupuk NPK, pupuk kandang, pestisida, dan kapur dolomit. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan. Perlakuan pertama yaitu AH 6 kg/ha + NPK 125 kg/ha, AH 5 kg/ha + NPK 150 kg/ha, AH 4 kg/ha + NPK 175 kg/ha, AH 3 kg/ha + NPK 200 kg/ha, AH 2 kg /ha + NPK 225 kg/ha, AH 1 kg/ha + NPK 250 kg/ha, dan Tanpa AH + NPK 275 kg/ha. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman sampel. Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan media tanam, persiapan benih, penanaman, pemberian perlakuan, pemeliharaan dan panen. Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, berat segar umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun. Dilakukan juga pengamatan terhadap variabel penunjang, yaitu suhu, kelembaban, dan curah hujan. Tinggi Tanaman (cm) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis keragaman pemberian berbagai dosis kombinasi Asam Humat dan NPK menunjukan pengaruh yang sama pada semua variabel pengamatan (tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, berat segar umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun). Nilai rerata tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, berat basah umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun dapat dilihat pada Gambar 1 - 4. 44 40 36 32 28 24 20 16 12 8 4 0 A B C D E F G 2 MST 4 MST 6 MST 8MST Pengamatan pada umur ke-...(MST) Gambar 1. Nilai Rerata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Perlakuan Kombinasi Asam Humat dan NPK. Gambar 1 menunjukan bahwa pemberian perlakuan kombinasi asam humat dan NPK menunjukan rerata tinggi tanaman bawang merah pada umur 2 MST berkisar antara 25,42 cm - 29,37 cm, pada umur 4 MST berkisar antara 30,96 cm -34,69 cm, pada umur 6 MST berkisar antara 37,76 cm - 40,11 cm, dan pada umur 8 MST berkisar antara 37,42 cm 41,49 cm. 1173 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 20 18 Jumlah Daun (helai) 16 14 A 12 B 10 C 8 D 6 E 4 F 2 G 0 2 MST 4 MST 6 MST 8MST Pengamatan pada umur ke-...(MST) Gambar 2. Nilai Rerata Jumlah Daun per Rumpun pada Berbagai Dosis Perlakuan Kombinasi Asam Humat dan NPK Gambar 2 menunjukan bahwa bahwa pemberian perlakuan kombinasi asam humat dan NPK menunjukan rerata jumlah daun per rumpun pada umur 2 MST berkisar antara 8,58 - 10,84 helai, pada umur 4 MST berkisar antara 10 -14 helai, pada umur 6 MST berkisar anatara 14,42 - 19,25 helai, dan pada umur 8 MST berkisar antara 14,25 - 19,08 helai. Jumlah Umbi per Rumpun (Umbi) 12 10 10,38 9,78 8,90 8,80 8,05 8 7,48 8,13 6 4 2 0 A B C D E F G Perlakuan Kombinasi Asam Humat (kg/ha) + NPK (kg/ha) Gambar 3. Nilai Rerata Jumlah Umbi per Rumpun pada Berbagai Dosis Perlakuan Kombinasi Asam Humat dan NPK Gambar 3 menunjukan bahwa dengan pemberian berbagai dosis perlakuan kombinasi asam humat dan NPK memberikan rerata jumlah umbi per rumpun yang berkisar antara 7,48 – 10,38 umbi. 1174 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 80,00 73,11 Berat Umbi per Rumpun (g) 69,55 70,00 60,00 64,29 54,31 51,87 50,74 50,00 42,70 42,84 C D 40,58 54,15 55,64 50,79 42,81 39,57 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 A B E F G Kombinasi Asam Humat (kg/ha) + NPK (kg/ha) Berat Segar Umbi (g) Berat Kering Angin Umbi (g) Gambar 4. Nilai Rerata Berat Segar Umbi dan Berat Kering Angin Umbi per Rumpun pada Berbagai Dosis Perlakuan Kombinasi Asam Humat dan NPK Gambar 4 menunjukan bahwa rerata berat segar umbi per rumpun pada berbagai perlakuan kombinasi asam humat dan NPK yaitu berkisar antara 50,74 – 73,11 g, nilai rerata berat kering angina umbi bawang merah pada berbagai dosis perlakuan asam humat dan NPK adalah berkisar antara 39,57 – 51,87 g. Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberian dosis asam humat dapat membantu mencukupi kebutuhan unsur hara dari pemberian dosis pupuk NPK yang berbeda sehingga tanaman mendapatkan unsur hara yang sama bagi pertumbuhan dan hasil bawang merah, ditunjukan dengan hasil analisis yang berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel pengamatan. Hal ini didukung oleh Mindari, dkk. (2022) yang menyatakan bahwa asam humat dapat mengoptimalkan dan meningkatkan penyerapan air dan nutrisi oleh tanaman, meningkatkan serapan nitrogen oleh tanaman, dapat mengkonversi unsur N, P, K, Fe, Zn dan unsur lainnya menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Pada saat penyiapan media tanam dalam penelitian ini dilakukan pengapuran dan pemberian pupuk dasar berupa kotoran ayam yang bertujuan untuk meningkatkan pH tanah aluvial. pH tanah sebelum inkubasi adalah 5,07, sedangkan pH tanah setelah inkubasi adalah 6,07. Menurut Fajjriyah (2017) pH tanah yang dikehendaki bawang merah untuk dapat tumbuh optimal adalah 6,0-6,8, dalam hal ini pH tanah yang digunakan dalam penelitian cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah sehingga unsur hara yang telah diberikan menjadi tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Tinggi tanaman bawang merah dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Menurut Buntoro, dkk. (2014) faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu benih dan faktor genetik tanaman, sedangkan faktor luar yaitu faktor lingkungan seperti iklim, intensitas cahaya, pupuk yang diberikan pada tanaman dan media tanam. Berdasarkan hasil rerata tinggi tanaman tersebut, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tinggi tanaman bawang merah, meskipun terdapat variasi dalam tinggi tanaman diantara perlakuan tersebut, namun nilai yang dihasilkan dari analisis statistik menunjukan bahwa perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Hal ini disebabkan karna tersedianya unsur hara yang cukup bagi tanaman bawang merah dalam pertumbuhan vegetatifnya meskipun dosis perlakuan kombinasi asam humat dan NPK berbeda. Dengan pemberian dosis asam humat yang lebih tinggi dapat mencukupi kebutuhan unsur hara N dari 1175 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 pemupukkan NPK dengan dosis lebih rendah. Menurut Nur (2019) nitrogen merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan paling banyak dibutuhkan dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti pertumbuhan tinggi tanaman akibat dari perkembangan sel-sel seperti pemanjangan dan pembelahan sel. Peningkatan pertumbuhan vegetatif pada parameter jumlah daun dan jumlah umbi pada bawang merah sangat dipengaruhi oleh adanya unsur hara seperti N, P dan K. Pengamatan jumlah daun per rumpun dan jumlah umbi per rumpun berpengaruh tidak nyata, hal ini diduga karena berbagai dosis perlakuan asam humat dan NPK yang diberikan telah diserap dan dimanfaatkan tanaman dalam jumlah yang relatif sama sehingga tidak menunjukan perbedaan hasil yang signifikan. Lakitan (2012) menyatakan bahwa ketersediaan unsur N dan P dapat mempengaruhi daun dalam hal bentuk dan jumlah. Pertumbuhan vegetatif tanaman (jumlah daun) pada tanaman bawang merah sangat berkaitan erat dengan jumlah umbi, semakin banyak umbi bawang merah maka akan semakin banyak jumlah daunnya. Manuhuttu, dkk. (2014) menyatakan bahwa berat segar tanaman merupakan gabungan dari perkembangan dan pertambahan jaringan tanaman seperti jumlah daun, luas daun dan tinggi tanaman yang dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan unsur hara yang ada di dalam sel-sel jaringan tanaman. Tidak ada pengaruh yang nyata dari pemberian asam humat dan NPK terhadap parameter pengamatan berat segar umbi per rumpun, hal ini berkaitan dengan parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun dan jumlah umbi per rumpun yang menunjukan pengaruh yang sama yaitu berpengaruh tidak nyata, sehingga mempengaruhi hasil berat segar bawang merah. Respon tanaman dalam menerima unsur hara dari berbagai dosis perlakuan asam humat dan NPK memberikan hasil yg relatif sama, hal ini dapat disebabkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara yang diberikan dan faktor lingkungan seperti curah hujan tinggi yang membuat beberapa unsur hara yang diberikan tercuci oleh air hujan, hal ini sejalan dengan pendapat Suriadikarta (2010) yang menyatakan bahwa kemampuan setiap tanaman dalam menyerap unsur hara berbeda. Manuhuttu, dkk. (2014) menyatakan bahwa berat kering merupakan akumulasi dari berbagai cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lipida (lemak) serta akumulasi fotosintat yang berada dibatang dan daun. Pemberian berbagai dosis perlakuan kombinasi asam humat dan NPK memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter pengamatan berat kering angin umbi per rumpun. Hal ini disebabkan karena kemampuan tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang telah diberikan melalui berbagai dosis perlakuan relatif sama, sehingga memberikan hasil berat kering angin umbi bawang merah yang relatif sama secara statistik. Lakitan (2012) menyatakan bahwa tinggi rendahnya bahan kering tanaman tergantung dari banyak atau sedikitnya serapan unsur hara oleh akar yang berlangsung selama proses pertumbuhan. Berdasarkan deskripsi bawang merah varietas bima brebes hasil panen tanaman bawang merah varietas bima brebes dalam 1 ha adalah sekitar 9,9 ton/ha berat kering, sedangkan hasil penelitian menunjukan rata-rata berat kering bawang merah adalah 44,45 g dan dikali dengan jumlah populasi tanaman/ha sebanyak 200.000 tanaman menghasilkan 8.900.000 g/ha atau 8,9 ton/ha. Berdasarkan hasil tersebut hasil bawang merah varietas bima brebes yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan deskripsi bawang merah varietas bima brebes. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan berupa curah hujan yang cukup tinggi, sehingga menyebabkan beberapa umbi bawang merah rusak dan busuk. Pertumbuhan dan hasil bawang merah dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa iklim. Suhu, kelembaban, sinar matahari dan curah hujan merupakan kondisi iklim 1176 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 yang harus sesuai dengan kondisi iklim yang dikehendaki tanaman bawang merah agar dapat tumbuh optimal. Menurut Samadi dan Cahyono (2005) Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 208 mm/bulan, dengan intensitas sinar matahari penuh dan suhu udara 25°C - 32°C. Rerata kelembaban yang optimal bagi pertumbuhan bawang merah adalah berkisar antara 50% - 70% (Ardi, 2018). Rerata suhu di lapangan adalah 27°C - 27,9°C, kelembaban 76,8% - 81,5% dan curah hujan 157 - 230 mm/bulan, dalam hal ini rerata suhu sudah sesuai dengan yang dikehendaki tanaman bawang merah varietas bima brebes, namun kelembaban dan curah hujan dalam penelitian ini menunjukan ada beberapa data curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi dari yang dikehendaki. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan umbi bawang merah busuk, sehingga dapat mengurangi hasil produksi tanaman bawang merah yang ditanam. Curah hujan yang tinggi pada saat pemberian perlakuan juga dapat menyebabkan tidak terlihatnya hasil yang signifikan antar perlakuan terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah, hal ini dapat dilihat dari semua variabel pengamatan berpengaruh tidak nyata dan memiliki hasil yang relatif sama dari pemberian berbagai dosis perlakuan kombinasi asam humat dan NPK. Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk karena endapan lumpur biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Menurut Haryanta dkk. (2017) tanah aluvial memiliki struktur tanah yang pejal dan bila kering akan membentuk struktur prismatik yang sangat keras sehingga sulit untuk diolah. Kondisi sifat fisik tanah tersebut dapat membuat pertumbuhan tanaman bawang merah terhambat salah satunya adalah kemamuan akar untuk menyerap unsur hara dan proses pembentukan umbi. Selain itu, tanah aluvial pada umumnya memiliki kandungan bahan organik dan unsur hara yang rendah sehingga perlu dilakukan pembenahan tanah dan pemupukan agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Pemberian asam humat sangat penting dalam budidaya tanaman bawang merah pada tanah aluvial. Asam humat dapat memperbaiki struktur tanah dan memodifikasi struktur tanah. Asam humat dapat mencegah keretakan tanah, meningkatkan aerasi dan retensi tanah dan air, meningkatkan kinerja tanah, serta menahan air agar tidak terjadi kekeringan. Selain itu, asam humat juga dapat mengoptimalkan dan meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman, meningkatkan serapan nitrogen oleh tanaman, dapat mengkonversi unsur N, P, K, Fe, Zn dan unsur lainnya menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Asam humat juga dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme tanah serta meningkatkan ketahanan alami tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Mindari, dkk. 2022). Budidaya bawang merah dapat berlangsung dalam waktu yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan memiliki umur panen yang berbeda-beda setiap varietasnya mulai dari 60 HST hingga 80 HST. Untuk bawang merah varietas Bima Brebes memiliki umur panen 60 HST. Pemanenan bawang merah dilakukan apabila 75% daun bagian atas rebah, panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman secara hati-hati agar umbi tidak rusak atau tertinggal dalam tanah. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi (Setiawati, dkk., 2007). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi asam humat dan pupuk NPK sudah memberikan hasil yang baik, meskipun hasil panen yang ditunjukan dengan berat kering sedikit lebih rendah dibandingkan dengan deskripsi benih bawang merah varietas Bima Brebes. Penggunaan kombinasi asam humat dengan pupuk NPK menjadikan tanah aluvial sesuai dan memiliki ketersediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa berbagai dosis memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada tanah aluvial, maka dapat dikatakan bahwa pemberian asam humat dengan dosis lebih tinggi dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK. 1177 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi asam humat dan NPK mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada tanah aluvial. Dosis asam humat sebanyak 6 kg/ha dan NPK 125 kg/ha merupakan dosis efektif, karena dapat mengurangi penggunaan NPK yang merupakan pupuk kimia dan mengurangi biaya produksi dalam pembelian pupuk. DAFTAR PUSTAKA Ardi, Endarto. 2018. Bawang Merah : Teknik Budidaya dan Peluang Usahanya. Yogyakarta: Trans Ide Publishing. Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka 2021. Pontianak: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat. BPTP. 2019. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat. Pontianak: BPTPBALITBANGTAN Kalimantan Barat. Buntoro, B. H, R. Rogomulyo, dan S. Trisnowati. 2014. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu Putih. Jurnal Vegetalika 03. Fajjriyah, Noor. 2017. Kiat Sukses Budidaya Bawang Merah. Yogyakarta: Bio Genesis. Haryanta, D., M. Thohiron, dan B. Gunawan. 2017. Kajian Tanah Endapan Perairan Sebagai Media Tanam Pertanian Kota. Journal of Research and Technology 3(2): 1–10. Hasra, Iradhatullah Rahim, dan Azis Ambar. 2021. Respon Dan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Asam Humat. Prosiding Seminar Nasional SMIPT 2021 Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4(1): 131–37. Irma, Muhammad Anshar Pasigai, dan Hidayati Mas’ud. 2018. Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Pupuk NPK. J. Agroland 13((3)): 265–69. Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press. Maemunah, S. A. Lasmini, dan Zainuddin. 2019. Pengaruh Bobot Umbi dan Dosis Kombinasi Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium wakegi araki) Varietas Lembah Palu. Agrotekbis 1(1): 37–47. Manuhuttu, A. P, H Rehatta, dan J.J.G Kailola. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati Bioboost terhadap Peningkatan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa. L). Jurnal Agrologia 3(1). Mindari, Wanti, Purnomo E. Sasongko, dan Syekhfani. 2022. Asam Humat Sebagai Amelioran Dan Pupuk. Jawa Timur: UPN"Veteran". Nur, M. 2019. Analisis Potensi Limbah Buah-Buahan Sebagai Pupuk Organik Cair. Seminar Nasional Teknik Industri Universitas Gadjah Mada 2019. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Rahayu, S., A.T. Purwani Irianti, dan S. Oktarianti. 2022. Efektivitas Pemupukan NPK dan Supernasa pada Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal Teknotan 16(2): 75. Samadi, B. dan Cahyono, B., 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani, Yogyakarta. Kanisius 1178 Jurnal Sains Pertanian Equator URL: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp Copyright © 2024 Universitas Tanjungpura ISSN 2964-562X DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jspe.v13i4.86527 Setiawati, W., R. Murtiningsih, G. A. Sopha, dan T. Handayani. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung: Balai Penelitian Sayuran. Sipayung, Osmin, Mariati, dan Meiriani. 2015. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Pupuk Fosfat dan Asam Humat. Jurnal Online Agroekoteknologi . 3(4): 12–26. 1179