Uploaded by common.user151122

akpp kosmetik

advertisement
MAKALAH TUGAS MATA KULIAH
ANALISA KOSMETIK DAN PRODUK PANGAN
“ANALISIS MERKURI (Hg) PADA KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR
DI KLINIK KECANTIKAN DALAM KECAMATAN JELUTUNG
KOTA JAMBI”
Dosen Pengampu : apt. Subur Widodo, M.Farm
Disusun Oleh :
Nama : Anggun Pratiwi
NPM : 213110021
Kelas : F jusa
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TULANG BAWANG
BANDAR LAMPUNG
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan produk kosmetik semakin berkembang di kalangan remaja
bahkan hampir semua masyarakat sudah menggunakannya. Produk kosmetik
yang dipercayai dapat memberikan efek yang memuaskan adalah produk krim
pemutih wajah. Masyarakat percaya dan yakin bahwa dengan memakai produk
pemutih wajah akan mendapatkan kulit yang putih, bersih dan tidak kusam.
Selain itu, pemakaian produk krim pemutih wajah dapat menjadikan kulit
semakin “kinclong” dan akan menambah rasa percaya diri. Bagi masyarakat,
krim pemutih wajah dianggap tidak akan menimbulkan efek samping yang
berbahaya karena hanya digunakan di bagian luar saja. Padahal, meskipun hanya
digunakan di bagian luar saja, kulit mempunyai kemampuan untuk menyerap
bahan yang ada dipermukaannya dan dapat terabsorbsi ke dalam jaringan kulit.
Absorpsi tersebut terjadi karena di permukaan kulit terdapat celah-celah yang
bisa menjadi jalan masuk bagi zat atau bahan yang dipakai dipermukaan kulit.
Dari absorbsi bahan atau zat tersebut akan timbul efek samping yang bisa
berubah menjadi efek toksik jika digunakan tidak sesuai dengan aturan
(Wasitaadmadja, 1997).
Mengetahui banyaknya peminat terhadap krim pemutih wajah, perlu
diwaspadai bahwa tidak semua krim pemutih wajah aman untuk digunakan.
Produk pemutih wajah yang dijual di beberapa klinik ternama di kota
Yogyakarta belum tentu aman dan terhindar dari campuran bahan kimia
berbahaya. Untuk mencegah produk kosmetik ilegal beredar di masyarakat,
BPOM Yogyakarta bersama dengan Dinas Kesehatan dan Satpol PP Yogyakarta
melakukan pemeriksaan terhadap 48 sarana distribusi yang menjual kosmetik
seperti swalayan, mall dan toko khusus yang menjual produk kosmetik. Dari 48
sasaran operasi ditemukan 21 sarana yang menjual produk kosmetik
mengandung bahan berbahaya dan juga tidak memiliki izin edar (Sandra, 2018).
Pada tahun 2016, BPOM juga melakukan pengawasan baik secara rutin,
intensif maupun dengan target khusus. Nilai ekonomi temuan kosmetik dari
hasil pengawasan rutin mencapai 9,4 miliar rupiah, pengawasan intensif
mencapai 6,3 miliar dan target khusus mencapai 15,3 miliar rupiah. Produk
kosmetik tersebut diperoleh dari industri, importir, hingga sarana distribusi
kosmetika seperti klinik kecantikan dan Multi Level Marketing (MLM) (BPOM,
2016).
Oleh karena itu, masyarakat harus berhati-hati dalam memilih produk
pemutih wajah karena tidak semua produk pemutih wajah yang beredar di
masyarakat aman untuk digunakan..
Beberapa bahan berbahaya yang banyak digunakan dalam kosmetik
antara lain: asam retinoat, merkuri, hidroquinon dan bahan pewarna merah K3
dan merah K10. Sejauh ini bahan-bahan kimia tersebut belum tergantikan
dengan bahan-bahan lainnya yang bersifat alami (BPOM RI, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat merkuri pada produk kosmetik yang beredar?
2. Berapa banyal produk yang mengandung bahan merkuri dari bebarapa
semple tersebut?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kosmetik
1. Definisi
Kosmetik Kosmetik dalam kata lain yaitu “kosmetikos”. Kata ini berasal dari
kata Yunani yang di definisikan sebagai kemampuan menghias dan
mengatur. Kosmetik juga di artikan sebagai sediaan yang ditujukan untuk
penggunaan bagian luar tubuh seperti pada permukaan kulit, bibir, rambut
maupun organ genital bagian luar. Fungsi dari penggunaan kosmetik itu
sendiri adalah untuk membersihkan, merapikan, merubah penampilan,
melindungi atau memelihara bagian tubuh supaya tetap dalam kondisi baik
(BPOM, 2015). Kosmetik mempunyai beberapa kandungan atau komposisi,
utamanya adalah basis atau bahan dasar yang dapat berkhasiat, zat aktif dan
bahan lain sebagai tambahan seperti pewarna maupun pewangi. Dari
beberapa kandungan tersebut, dapat diformulasikan menjadi sebuah produk
kosmetik dengan memperhatikan aturan atau teknik pembuatan kosmetik
yang baik dan benar (Wasitaatmadja, 1997). Berdasarkan penggunaannya,
kosmetik dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Kosmetik untuk perawatan kulit (skin care), fungsi:
a. Memberikan kelembaban pada kulit (mouisturizer), misalnya krim
pelembab dan krim malam
b. Membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun wajah (facewash) dan
penyegar kulit (freshner).
Penggunaan merkuri pada produk kecantikan terbukti berbahaya dan
dilarang di beberapa negara. Hal ini karena bahan kimia ini dapat dengan mudah
diserap kulit dan masuk ke dalam aliran darah.
Selain itu, merkuri juga berisiko mengganggu beberapa organ tubuh, seperti
otak, jantung, ginjal, paru-paru, hingga sistem kekebalan tubuh. Masuknya merkuri ke
dalam tubuh, dapat membuat keracunan merkuri. Gejalanya bisa berupa:
•
Insomnia
•
Sakit kepala
•
Fungsi kognitif dan daya ingat menurun
•
Tremor
•
Perubahan emosi
•
Gangguan sensorik, termasuk gangguan melihat, mendengar, dan
berbicara
•
Menurunnya keterampilan indera perasa
•
Menurunnya fungsi koordinasi tubuh
•
Atrofi otot
•
Gagal ginjal
Penggunaan merkuri pada produk pemutih kulit juga memberi efek
karsinogenik, yaitu bisa merangsang kanker. Tidak heran pemakaiannya pun
mungkin untuk menambah risiko penyakit kanker kulit.
Secara khusus, keracunan merkuri pada anak disebut infantile acrodynia atau
dikenal juga sebagai pink disease. Kondisi ini bisa dikenali dengan munculnya rasa
sakit serta warna merah muda pada tangan dan kaki.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dimana penelitian ini
berdasarkan hasil penelitian dan dasar teori yang ada untuk menarik
kesimpulan.
Pengukuran kadar merkuri dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan
(diplo).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah MercuryAnalyzer
(NICMA 300®), timbangan analitik (SHIMADZU®), pH-009-A pen type
pH meter (NUTRON.TECH®),oven(MEMMERT®), lemari pendingin
(LG®), beaker glass,object glass,erlenmeyer, labu ukur, tabung reaksi,
batang pengaduk, corong,waterbath, kertas grafik dan kertas saring.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 (lima) krim
malam pemutih, Asam Nitrat (HNO3), Asam Klorida (HCl), Kalium Iodide
(KI) 0,5N, Aquadest (H2O), dan Merkuri (Hg).
Analisis Kualitatif dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram sampel
dimasukkan ke dalam cawan porselin,kemudian ditambahkan 5 ml HNO3
pekat, lalu dipanaskan dan disaring (Madania, M Martani, 2014). Larutan uji
ditambahkan 5 tetes larutan KI 0,5 N, lalu diperhatikan dengan seksama.
Hasil menunjukkan positif Hg jika terbentuk endapan merah orange. Larutan
uji ditambahkan 5 tetes Natrium Hidroksida encer
(NaOH). Hasil positif Hg jika terbentuk endapan kuning. Larutan uji
ditambahkan 5 tetes HCl 6 M. Hasil positif Hg jika terbentuk endapan putih.
Analisis Kuantitatif dilakukan dengan cara timbang 1 gram sampel dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 ml. Tambahkan 10 ml HNO3 : HClO4
(1:1). Lalu panaskan diatas hotplate hingga jernih dan keluar asap putih.
Saring dan masukkan ke labu takar. Buat blanko dengan perlakuan yang
sama tanpa sampel. Ambil sampel dan dimasukkan ke dalam tabung vial.
Baca dengan Mercury Analyzer dan hitung Hg total dengan rumus :
(Hg Baca Blanko) x Vol. Akhir x FP
Hg Total (pbb) =
Berat Sempel
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan tekstur krim pemutih
yang diamati secara objektif. Pengujian ini bertujuan untuk melihat
terjadinya perubahan secara signifikan pada sediaan krim pemutih
racikan(Putrinesia et al., 2018).
Uji homogenitas krim dilakukan dengan cara mengoleskan krim pemutih
sebanyak 0,1 gram yang akan diuji pada sekeping kaca atauobject glass.
Homogenitas krim ditandai dengan tidak terlihatnya bintik-bintik maupun
serbuk serta gelembung pada hasil olesan (Wibowo, Budiman and Dwi,
2017).
Uji pH dilakukan dengan melarutkan sampel 0,5 gram dengan aquadest
10 ml dalam gelas beaker. Hitung pH dengan alat pH meter (Rindiyantoko
Eko, 2017).
Uji Daya Sebar dilakukan dengan cara krim pemutih ditimbang sebanyak
0,1 gram kemudian diletakkan ditengah-tengah plastik transparan yang
dibawahnya terdapat kertas garfik, kemudian ditutup dengan plastik lain,
diamkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebar sampel. Setelah
itu ditambah beban dengan berat 2 gram dan didiamkan selama 1 menit,
kemudian diukur diameter sebarnya. Dilakukan perlakuan yang sama secara
terus-menerus pada beban 4 gram dan 6 gram (Ismail, Ningsi and Tahar,
2014).
Uji iritasi dilakukan dengan cara krim ditimbang sebanyak 0,1 gram
dioleskan pada kulit lengan atas bagian dalam dengan ukuran 2x2 cm,
biarkan selama 24 jam dan dilihat efek yang terjadi berupa gatal atau
kemerahan pada kulit (Putrinesia et al., 2018).
Uji stabilitas dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap krim
pemutih selama penyimpanan pada beberapa suhu yang berbeda yaitu pada
suhu 4°C, suhu ruangan, dan suhu 40°C selama 28 hari. Setiap 7 hari
dilakukan pengujian homogenitas, pH, daya sebar, dan iritasi kulit
(Rindiyantoko Eko, 2017).
Download