PENGARUH PUPUK KOMPOS PAKIS-PAKISAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DAN NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY OLEH : RIZKY SURYA PRATAMA D 214110228 USULAN PENELITIAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2025 PENGARUH PUPUK KOMPOS PAKIS-PAKISAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DAN NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq). DI PRE-NURSERY USULAN PENELITIAN NAMA NPM PROGRAM STUDI : RIZKY SURYA PRATAMA : 214110228 : AGROTEKNOLOGI MENYETUJUI Dosen Pembimbing M. Nur., SP., M.P Ketua Program Studi Agroteknologi Drs. Maizar., MP i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompos Pakis-pakisan Kelakai (Stenochlaena palustris) Dan NPK 15:15:15 Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak M. Nur., SP., M.P selaku pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan nasehat sehingga dapat terselesaikan penulisan usulan penelitian ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian, Bapak Ketua Program Studi Agroteknologi dan Bapak/Ibu Dosen serta Karyawan Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau yang telah banyak membantu. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan semangat serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan usulan penelitian ini. Penulis telah berupaya dalam penyempurnaan penulisan usulan penelitian ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga usulan penelitian ini dapat digunakan untuk pedoman penelitian dilapangan. Pekanbaru, Februari 2025 Penulis ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR LAMPIRAN iv I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan Penelitian 4 C. Manfaat Penelitian 4 D. Hipotesis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 7 III. BAHAN DAN METODE 17 A. Tempat dan Waktu 17 B. Bahan dan Alat 17 C. Rancangan Percobaan 17 D. Pelaksanaan Penelitian 19 E. Parameter Pengamatan 22 IV. ANALISIS STATISTIK 25 V. ANGGARAN BIAYA 30 DAFTAR PUSTAKA 32 LAMPIRAN 35 iii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kombinasi Perlakuan kompos kelakai dan NPK 15:15:15 18 2. Data Pengamatan Parameter 26 3. Daftar Analisis Statistik 28 4. Anggaran Biaya Penelitian 30 iv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2025 35 2. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas DxP Simalungun 36 3. Denah (Layout) Penelitian di Lapangan Menurut Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) 4. lampiran 4. Cara Pembuatan Kompos kelakai Stenochlaena palustris 37 38 I. A. PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan akan kebutuhan minyak nabati di dalam negeri. Sasaran utama yang harus dicapai dalam mengusahakan perkebunan kelapa sawit adalah memperoleh produksi maksimal dan kualitas minyak yang baik dengan biaya yang efisien. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan standar kegiatan teknis budidaya yang baik, salah satunya adalah pembibitan kelapa sawit (Rahma dkk,2019) Menurut data Badan Pusat Statistik (2023) untuk luas dan dan produksi di Riau pada tahun 2022 yaitu sebesar 8,74 juta ton dan untuk luas perkebunan sebesar 2.868.103 ha produksinya menurun dibandingkan dengan produksi tahun 2021 yaitu sebesar 8,96 juta ton dan untuk luas areal Perkebunan sebesar 2.858.173 ha. Semakin besarnya luas areal perkebunan kelapa sawit, maka kebutuhan akan ketersediaan bibit berkualitas juga mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan terhadap bibit kelapa sawit juga menjadi perhatian utama para pelaku bisnis industri kelapa sawit karena produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit sangat ditentukan oleh proses pembibitan yang dilakukan penanaman bibit dengan kualitas yang tidak baik akan berdampak pada kerugian waktu, tenaga maupun biaya Pembibitan merupakan hal yang penting dan juga tahap yang berperan besar dalam perkembangan industri hulu ke hilir dalam perkebunan kelapa sawit. Pemakaian bibit yang memiliki kualitas dan bagus menjadi faktor penentu yang mempengaruhi produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit (Anhar dkk. 2021). 2 Pembibitan memiliki peran yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit, karena kualitas bibit yang dihasilkan akan mempengaruhi keberhasilan tanaman di lapangan. Pembibitan kelapa sawit dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pre nursery sebagai pembibitan awal dan tahap main nursery sebagai pembibitan utama. Sistem pembibitan ini dikenal sebagai double stage atau sistem pembibitan dua tahap, tahap pre nursery di mana kecambah akan ditanam pada polybag yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke polybag yang lebih besar pada tahap main nursery, pada tahap persemaian, kecambah akan ditanam dalam polibag baby bag selama 3 bulan (Sipayung dkk, 2023). Kualitas bibit kelapa sawit merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit dan merupakan salah satu syarat utama keberhasilan budidaya kelapa sawit. Kualitas bibit kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor genetik, kondisi lingkungan tempat bibit ditanam, serta kebutuhan nutrisi yang sesuai (Waruwu dkk, 2018) Dalam pembibitan kelapa sawit pemilihan tanah merupakan salah satu faktor yang penting, tanah mineral yang berada pada lapisan 0 - 30 cm merupakan tanah yang bagus dalam pembibitan kelapa sawit dikarenakan tanah mineral memiliki karakteristik unsur hara dan struktur yang baik serta memiliki pH dengan nilai ratarata 5 sampai 6, serta memiliki memiliki drainase yang baik apabila dikelola dengan baik (Simanihuruk dkk, 2022) Terkadang tanah mineral memiliki juga kekurangan yang cukup mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dari kelapa sawit di antaranya tingkat kepadatan yang tinggi serta kurangnya bahan organik sehingga mengurangi tingkat 3 kesuburan tanah maka dengan penambahan pupuk organik jenis kompos untuk meningkatkan kesuburan pada tanah mineral. Untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik perlu memperhatikan varietas unggul dan juga dibutuhkan media tanam yang baik dan perawatan melalui penyiraman dan pemupukan, untuk menghasilkan bibit yang berkualitas baik perlu pemberian nutrisi melalui pemupukan anorganik dan pupuk organik diantaranya adalah pupuk kompos daun kelakai dan pupuk NPK 15:15:15. Kompos yang baik adalah yang tidak merusak lingkungan dan tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak mengganggu organisme penyubur tanah. Bahan organik (kompos) merupakan salah satu unsur pembentuk kesuburan tanah dan untuk menghasilkan tanah yang subur, maka perlu ditambahkan bahan organik. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos adalah tumbuhan kelakai (Dewi & Bekti, 2023). Pada dasarnya pemanfaatan tanaman kelakai ini didasari pada pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat cepat dan signifikan, biasanya para perusahaan dibidang kelapa sawit pada areal yang gambut memiliki populasi tanaman kelakai yang tinggi dikarenakan tanaman tersebut memang tumbuh cepat pada tanah gambut, sedangkan pemanfaatan NPK 15:15:15 merupakan sebagai pembantu unsur hara, dan pupuk ini merupakan salah satu jenis standarisasi pemupukan pada perusahaan dibidang kelapa sawit. Pupuk kompos daun kelakai mengandung unsur hara yang meliputi unsur hara mikro dan unsur hara makro. Menurut (Kakabouki dkk, 2020) unsur hara makro meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur nitrogen (N) berfungsi mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur fosfor (P) berfungsi 4 menyimpan energi, mempercepat proses pertumbuhan bunga dan buah serta mempercepat pematangan, Sedangkan unsur kalium (K) berperan dalam proses fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air, membentuk cabang yang lebih kuat, mempercepat perakaran sehingga tanaman lebih kokoh dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Sedangkan unsur hara mikro yang terdapat dalam kompos yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya Unsur mikro meliputi besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo) (Imas & Munir, 2017). Selain penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik juga sangat penting untuk menambah perbedaan nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu dengan menggunakan pupuk anorganik NPK 15:15:15, dalam pemanfaatan jenis pupuk anorganik ini diperlukan karena memiliki kandungan makro (15% N, 15% P2O5 , dan 15% K2 O). Hal ini berarti pupuk NPK mutiara mengandung unsur hara makro seimbang yang baik bagi pertumbuhan tanaman (Kurniawati dkk, 2015). Pemberian kompos kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15 dapat memberikan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dipre nursery, berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pupuk kompos pakis-pakisan Kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pre nursery. 5 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh interaksi kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. 2. Mengetahui pengaruh utama Pengaruh Pupuk kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit . 3. Mengetahui pengaruh utama Pupuk NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai: 1. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Islam Riau. 2. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam membudidayakan tanaman kelapa sawit dengan memanfaatkan kompos daun kelakai (Stenochlaena palustris) dan NPK 15:15:15. 3. Dapat menjadi referensi pembaca dalam pemanfaatan pupuk kompos daun kelakai (Stenochlaena palustris) dan NPK 15:15:15. bagi tanaman perkebunan 4. Dapat memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan pupuk kompos daun kelakai (Stenochlaena palustris) dan NPK 15:15:15. pada tanaman kelapa sawit 6 D. Hipotesis H0: 1. Tidak ada pengaruh interaksi kompos kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Kelapa Sawit 2. Tidak ada pengaruh utama kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) pertumbuhan dan perkembangan tanaman Kelapa sawit 3. Tidak ada pengaruh utama NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit H1: 1. Ada pengaruh interaksi kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa Sawit 2. Ada pengaruh utama kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit 3. Ada pengaruh utama NPK 15:15:15 perkembangan tanaman kelapa sawit. terhadap pertumbuhan dan II. TINJAUAN PUSTAKA “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta".lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas” (Q.S. Al-Baqarah (2):6). “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur” (Q.S. Al-A’raf (7):8). Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan jenis-jenis tanah di muka bumi ini ada yang subur, bila dicurahi hujan sedikit saja, dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada pula yang tidak subur, meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuhtumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah berdasarkan hasil deskripsi para ahli botani dan para penjelajah di benua Afrika. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 8 yang dibawa dari Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Benih kelapa sawit kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan diduga menjadi nenek moyang kelapa sawit di kawasan Asia Tenggara. Tanaman kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial di Indonesia pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Heller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya kelapa sawit kemudian diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang (Sudjatmiko, 2020). Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah Kingdom : Plantae, Infra Kingdom: Streptophyta, Sub Kingdom : Viridiplantae, Divisi : Tracheophyta, Super Divisi : Embryophyta, Sub Divisi : Spermatophytina, Ordo : Arecales, Kelas : Magnoliopsida, Genus : Elaeis Jacq, Family : Arecaceae, Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Pahan, 2021). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. akar tanaman kelapa sawit ini berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman, dengan akar tersebut tanaman kelapa sawit dapat menyokong dengan ketinggian sampai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun, akar tanaman kelapa sawit ini tidak berbuku, ujungnya runcing dan warnanya putih atau kekuningan. Perakarannya sangatlah kuat karena dapat tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter, sistem perakaran cenderung tumbuh ke arah bawah (geotropisme positif) penembusan selanjutnya dibatasi oleh bentuk permukaan tanah, pada tanah yang bertekstur halus akar memadat kurang 9 baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang bervariasi baik dan bertekstur longgar (Damanik dkk., 2012). Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang,pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas), titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan, pada batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati, pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar, daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 -9 m. satu pelepah banyak daun berkisar antara 250-400 helai. Produksi daun tergantung iklim setempat, umur daun dari terbentuk hingga tua sekitar 6-7 tahun, daun kelapa sawit yang yang sehat dan segar berwarna hijau tua, anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun, di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun (parchin dkk, 2019). Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoccious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan, dengan melihat bentuknya kita bisa membedakan bunga jantan dan bunga betina, bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah lebih besar. Penyerbukan pada bunga 10 dilakukan oleh serangga dan juga dibantu oleh angin, waktu penyerbukan terbaik yaitu pada hari pertama hingga hari ketiga setelah bunga mekar (Hasibuan dan Sobari, 2017) Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Nuriyanti dkk,2016). Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo), buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur akan menghasilkan buah dan siap panen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun (Idris dan Mayerni, 2020). Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi. Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari sekitar 15° (Wulandari dan Kemala, 2017). Kemampuan tanah dalam menyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara 11 yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari minimal 5 jam penyinaran per hari, sepanjang tahun. kondisi ideal untuk penyinaran kelapa sawit paling tidak terdapat periode 3 bulan dalam 1 tahun yang penyinarannya 7 jam per hari hal ini sangat diperlukan untuk membuat pertumbuhan dan perkembang secara vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit menjadi lebih baik (Nora dan Mual, 2018). Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000 – 2.500 mm/tahun dengan periode bulan kering < 75 mm/bulan tidak lebih dari 2 bulan. Curah hujan 2000 mm/tahun terbagi merata sepanjang tahun, tidak terdapat periode kering yang tegas. Curah hujan tinggi menyebabkan produksi bunga tinggi, presentasi buah jadi rendah, penyerbukan terhambat, sebagian besar pollen terhanyut oleh air hujan. Curah hujan rendah pembentukan daun dihambat, pembentukan bunga dan buah dihambat (bunga/buah terbentuk pada ketiak daun). Daerah dengan 2 – 4 bulan kering kelapa sawitnya memiliki produktivitas yang rendah (Sari dkk, 2017). 12 Suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi sawit berkisar antara 24°-29° C, dengan produksi terbaik antara 25°–27° C. Kelembaban optimum 80 – 90% dengan kecepatan angin 5 – 6 km/jam. Evapotranspirasi lebih kecil dari curah hujan tidak bermasalah tetapi bila evapotranspirasi lebih besar dari curah hujan pertanaman akan mengalami defisit air. Daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai berada pada 15° LU – 15o LS. Ketinggian lokasi (altitude) perkebunan kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0 – 500 m dari permukaan laut (dpl) (Benny dkk, 2015). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan kadar pH 4-6,5. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, ber drainase (ber irigasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas, Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok suatu industri perkebunan, faktor bibit memegang peranan penting di dalam menentukan keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur akan menghasilkan buah dan siap panen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun. tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Untuk 13 tahun pertama berat buah berkisar antara 3-6 kg, tetapi semakin tua berat buah bisa mencapai 25-35 kg/tandan) (Abdul, 2023). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorf kelabu, alluvial dan regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Derajat keasaman tanah yang optimum untuk tanaman kelapa sawit berkisar pada pH 5,0-5,5. Respon tanaman terhadap pertumbuhan bergantung pada keadaan tanah, semakin baik kondisi tanah maka semakin baik pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Alfajar dkk, 2023). Pertumbuhan bibit yang baik pada saat di pre nursery dapat dilihat dari pertumbuhan vegetatifnya, bibit kelapa sawit yang baik dapat dilihat dari Kesehatan tanaman, tidak mudah terserang penyakit dan lebih cepat merespon terhadap pemupukan yang diberikan, pemupukan yang baik adalah dengan mengurangi penggunaan bahan kimia yang bertujuan untuk pemeliharaan tanaman kelapa sawit pre nursery dan menjaga kesuburan tanah, salah satunya dengan penggunaan pupuk kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) (Situmorang dkk, 2020). Kompos merupakan salah satu pupuk organik dengan cara pembusukan sisa sisa bahan organik, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan. Proses pengomposan atau komposting ialah proses dekomposisi yang dilakukan mikroorganisme pada bahan organik yang biodegradable, atau disebut dengan biomass. dalam pengolahan kompos dapat dipercepat dengan mengatur faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses pada pengomposan, sehingga dapat dicapai dengan kondisi optimum untuk proses pengomposan (Ekawandi, 2018). 14 Pengolahan kompos yang sering dilakukan saat ini adalah dengan penambahan bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms) EM4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. mikroorganisme yang terdapat di dalamnya secara genetika bersifat asli bukan rekayasa. mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas pupuk organik, sedangkan ketersediaan unsur hara dalam pupuk organik sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk mendegradasi sampah. umumnya EM4 dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat (Nur dkk., 2016). Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris) merupakan tumbuhan liar yang banyak hidup di wilayah tanah bergambut . Tumbuhan ini termasuk jenis pakis atau paku-pakuan yang hidup secara liar baik di air tawar, rawa dan hutan belukar. Pemanfaatan tumbuhan kelakai masih terbatas pada sektor pangan dan pengobatan tradisional, sedangkan untuk sektor pertanian masih belum banyak dilakukan. Kandungan kelakai meliputi: protein, kalsium, vitamin A, vitamin C, beta-karoten, potassium, fosfor, mangan, zat besi, tanin, flavonoid, steroid, dan alkaloid. Kandungan nutrisi tersebut berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan kompos daun yang menunjang unsur hara tanaman (Dewi & Bekti. 2023). Gulma pakis kelakai (Stenochlaena palustris) berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku kompos. Karakteristik kompos yang dihasilkan yaitu C-organik 21% – 32 %, Nitrogen 2,28 % dan rasio C/N 10,64 – 20,76. Pada penelitian lain yang dilakukan (Sakiah dkk, 2018), hal ini dapat memenuhi kebutuhan tanaman kelapa sawit dalam proses pertumbuhan vegetatif. 15 (Gusti dkk, 2018) Dalam penelitiannya menyatakan bahwa tanaman jagung yang diberikan kompos pakis dengan dosis 10 ton/ha memiliki pertumbuhan yang lebih baik, dengan hasil biji yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol atau tanaman yang tidak diberi kompos. Berdasarkan penelitian (Jakunda dkk 2020), Pemberian kompos kelakai berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada tanah gambut pedalaman. Perlakuan bokashi kalakai dengan dosis 15 ton/ha merupakan perlakuan terbaik dan menghasilkan berat umbi kering sebesar 61.30 g rumpun dan pemberian bokashi hal ini dapat memberikan pengubahan pH tanah menjadi lebih baik. Selain menggunakan pupuk organik kompos daun kelakai (Stenochlaena palustris) pada penelitian ini juga ditambahkan pupuk anorganik yaitu NPK 15:15:15 sebagai penambah unsur hara makro sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan vegetatif pada tanaman kelapa sawit di pre nursery. Pupuk NPK 15:15:15 memegang peran penting dalam berbagai proses metabolisme tanaman. Nitrogen (N) sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan dan organ tanaman. N memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein. Oleh karena itu unsur nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif untuk mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur fosfor (P) merupakan komponen penyusun dari beberapa enzim dan protein, unsur P mempercepat pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji, meningkatkan rendemen dan pada akar membaiknya struktur pengajaran yang memacu 16 pertumbuhan dan perakaran yang baik sehingga daya daya serap tanaman terhadap nutrisi menjadi optimal. Unsur kalium (K) berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres, kekeringan, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, dan meningkatkan kualitas hasil panen (Marpaung dkk, 2023). Berdasarkan penelitian (Wijaya 2015), Pemberian dosis pupuk NPK (1515-15) dengan dosis dosis 5 g/polybag berpengaruh sangat nyata terhadap meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar hal ini terjadi dengan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan vegetative pada tanaman. Berdasarkan penelitian (Fahri 2024), Penyediaan takaran NPK 1,5 g telah bisa menambah perkembangan kecambah kelapa sawit di pre nursery. diyakini karena porsi perlakuan 1,5 g NPK memberikan nutrisi yang paling sesuai dengan kebutuhan bibit kelapa sawit dan dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit menjadi lebih baik. Berdasarkan penelitian (Yusdian 2023), Pemberian dosis 350 kg/ha NPK memberikan pengaruh yang lebih baik pada tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman dan bobot polong per plot tanaman edamame (Glycine max (L.) Merrill) varietas Ryoko-75. III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution, km 11 Nomor.113, Perhentian Marpoyan, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari bulan April sampai Juni (Lampiran 1). B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit (Dura x Pisifera) Simalungun, kompos kelakai, NPK 15:15:15 cat minyak, paku, kawat, paranet 75 %, tiang kayu paranet, tali rafia, polybag ukuran 20 x 25, spanduk penelitian, seng plat dan tanah mineral. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian mencakup parang, angkong, cangkul, meteran, plat perlakuan, cat minyak, kuas, paku, hand sprayer, gembor, gunting, timbangan analitik dan kamera. C. Rancangan percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah Pupuk kompos daun kelakai yang terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah Pupuk NPK 15:15:15 yang terdiri dari 4 taraf perlakuan sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga didapat 48 satuan percobaan. Dengan demikian penelitian ini terdiri dari 48 kombinasi perlakuan plot percobaan, setiap plot terdiri dari 4 tanaman dan 2 tanaman dijadikan sebagai sampel pengamatan sehingga keseluruhan tanaman adalah 192 tanaman. 18 Adapun faktor perlakuannya adalah sebagai berikut: Faktor dosis pupuk kompos daun kelakai (Faktor K) adalah : K0 : Tanpa pupuk kompos kelakai (kontrol) K1 : Pupuk kompos kelakai 100 g/polybag K2 : Pupuk kompos kelakai 120 g/polybag K3 : Pupuk kompos kelakai 140 g/polybag Faktor dosis pupuk NPK 15:15:15 (Faktor N) adalah : N0 : Tanpa pupuk NPK 15:15:15 (kontrol) N1 : Pupuk NPK 15:15:15, 3 g/polybag N2 : Pupuk NPK 15:15:15, 5 g/polybag N3 : Pupuk NPK 15:15:15, 7 g/polybag Adapun kombinasi perlakuan Pupuk Kompos kelakai dan NPK 15:15:15 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kombinasi perlakuan Pupuk Kompos kelakai dan NPK 15:15:15 pada tanaman kelapa sawit. Pupuk Pupuk NPK 15:15:15 (N) Kompos N0 N1 N2 N3 Kelakai (K) K0 K0N0 K0N1 K0N2 K0N3 K1 K1N0 K1N1 K1M2 K1N3 K2 K2N0 K2N1 K2N2 K2N3 K3 K3N0 K3N1 K3N2 K3N3 Dari hasil pengamatan masing–masing perlakuan dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam (Anova). Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. 19 D. Pelaksanaan penelitian 1. Persiapan lahan penelitian Persiapan lahan diawali dengan pembersihan areal lahan yang digunakan sebagai tempat penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan, kayu ataupun sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian tanah diratakan untuk memudahkan dalam penempatan polybag. Ukuran lahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10 x 4 m dengan jarak antar polybag 20 x 25 cm dan jarak antara unit percobaan 40 cm. 2. Pemberian naungan Lahan yang telah dibersihkan, kemudian dibuat naungan dari paranet. Pemberian naungan bertujuan untuk mengurangi intensitas cahaya pada bibit tanaman kelapa sawit. Naungan dibuat dengan ketinggian tiang 2 m. 3. Persiapan bahan penelitian a. Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan untuk media tanam pada penelitian ini adalah tanah mineral yang diambil pada kedalaman 0-30 cm dari Jalan Pasir Putih, Kecamatan.Siak Hulu, Kabupaten Kampar. b. Persiapan kecambah kelapa sawit Kecambah kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari PT. Palma Inti Lestari, RT/RW.004/006, Desa Sei Jernih, Kecamatan Teratak Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau sebanyak 220 kecambah. c. Tanaman Kelakai Tanaman kelakai didapat pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit pada daerah Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kuras Desa Kemang. 20 d. NPK 15:15:15 NPK 15:15:15 yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di toko pertanian Binter Jalan Kaharudin Nasution, Pekanbaru. 4. Pengisian Polybag Polybag diisi dengan tanah mineral yang sebelumnya telah diayak terlebih dahulu dengan tujuan untuk memisahkan memisahkan kotoran agar tidak ikut ke dalam polybag agar memastikan tanah yang digunakan dapat dengan mudah ditembus akar. Tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 20 x 25 cm. Polybag yang telah terisi tanah disusun sesuai dengan bagan percobaan, dengan jarak antar polybag 20 x 20 cm dan jarak antar unit percobaan 40 cm. 5. Penanaman Penanaman dilakukan di tengah polybag dengan memperhatikan posisi radikula dan plumula. Radikula harus diarahkan ke bawah, sedangkan plumula diarahkan ke atas. Plumula dapat dikenali dari bentuknya yang lancip dan berwarna putih kekuningan, sementara radikula memiliki ujung yang tumpul dan berwarna coklat. Kecambah ditanam pada kedalaman sekitar 2-5 cm di bawah permukaan tanah polybag. Pastikan untuk menghindari penanaman yang terlalu dalam atau posisi kecambah yang terbalik. 6. Pemasangan Label Pemasangan label dilakukan sebelum pemberian perlakuan yang bertujuan untuk memudahkan pada saat pemberian perlakuan. Sebelum dilakukan pemasangan label, terlebih dahulu masing-masing kode perlakuan ditulis di selembar seng plat berukuran 10 cm x 15 cm yang telah ditempelkan kayu penyangga dan dicat. Pemasangan label disesuaikan dengan lay out penelitian 7. Pemberian Perlakuan 21 a. Pemberian Kompos Kelakai Pemberian kompos kelakai ditimbang sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan perlakuan kompos kelakai dilakukan sebanyak 1 kali yaitu dilakukan 7 hari sebelum pindah tanam dengan cara mencampur tanah pada pada polybag dengan dosis; K0: tanpa pemberian kompos kelakai, K1: pemberian kompos kelakai 100 g/polybag, K2: pemberian kompos kelakai 120 g/polybag, K3: pemberian kompos kelakai 140 g/polybag. b. NPK 15:15:15 Pemberian pupuk NPK 15:15:15 dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada 21, 56 HST (hari setelah tanam) dengan sistem tugal yaitu pada lingkaran tanaman dengan jarak 10 cm dari tanaman dengan dosis; N0: tanpa perlakuan, N1: NPK 15:15:15 5 g/polybag, N2: NPK 15:15:15 10 g/polybag, N3: NPK 15:15:15 15 g/polybag, setiap waktu pemberian pupuk NPK 15:15:15 dilakukan sebanyak setengah dari dosis perlakuan. 8. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman pada bibit kelapa sawit sekali sehari, penyiraman dilakukan pada pagi hari, Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor hingga tanaman dan permukaan tanah disekitar tanaman terlihat basah dan lembab, terkecuali apabila turun hujan intensitas penyiraman dikurangi dan disesuaikan dengan kondisi cuaca. b Penyiangan Gulma Penyiangan Bertujuan untuk mencegah terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara antara bibit kelapa sawit dan rumputan. 22 Penyiangan gulma di sekitar polybag dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mencabut rumput tersebut, sedangkan diluar polybag dengan menggunakan cangkul. c. Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dalam penelitian ini dilakukan secara preventif dan kuratif. Cara preventif dilakukan sebelum tanaman terserang hama dan penyakit dengan cara menjaga areal penelitian. Sedangkan secara kuratif dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida dan fungisida setelah tanaman terserang hama dan penyakit. E. Parameter pengamatan 1. Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang atau dari ajir, ajir yang digunakan adalah pipet yang di tanaman sedalam 10 cm dan 5 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada akhir penelitian pada saat tanaman berumur 3 bulan. 2. Jumlah Pelepah Per Tanaman (pelepah) Pengamatan jumlah pelepah per tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Pengamatan dilakukan dengan menghitung total keseluruhan jumlah pelepah per tanaman pada tanaman sampel. Data pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel. 3. Diameter Batang (mm) Pengukuran diameter batang dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital, yang diukur 2 cm di atas leher akar, pengukuran dilakukan pada akhir penelitian saat tanaman berumur 3 bulan. 23 4. Panjang Daun Terpanjang (cm) Panjang daun terpanjang diukur mulai dari pangkal helaian daun terpanjang sampai keujung melalui tulang daun dengan menggunakan meteran. Pengamatan panjang daun terpanjang dilakukan pada akhir penelitian pada saat tanaman berumur 3 bulan. 5. Kandungan Klorofil Pengamatan klorofil daun dilakukan sekali saat umur 8 MST yaitu pada masa perkembangan vegetatif dan pelepah daun sudah mulai pecah menjadi helai. sampel daun yang digunakan adalah pelepah daun ke-3 dari pangkal pelepah pertama dan pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat Spektrometer. Data hasil pengamatan di analisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel. 24 IV. ANALISIS STATISTIK Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan rancangan percobaan acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan rumus berikut : Yijr = µ + Ki + Nj + (KN)ij + Eijr Keterangan : Yijr = Nilai pengamatan pada suatu percobaan pada faktor K taraf ke-i dan faktor N pada taraf ke-j dan ulangan ke-r. µ = Nilai tengah umum Ki = Pengaruh taraf ke-i dari faktor K Nj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor N (KN)ij = Pengaruh Interaksi dari taraf ke–i dari faktor K dan taraf ke-j dari faktor N Eijr = Pengaruh error pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari faktor K, taraf ke-j dari faktor N, dan ulangan yang ke-r K = Faktor perlakuan Kompos Kelakai N = Faktor perlakuan NPK 15:15:15 i = Banyak taraf perlakuan faktor K (0,1,2,3) j = Banyak taraf perlakuan faktor N (0,1,2,3) r = Ulangan 25 Tabel 2. Data Pengamatan Parameter Faktor K Ulangan Faktor N N0 N1 N2 N3 1 Y001 Y011 Y021 Y031 2 Y002 Y012 Y022 Y032 3 Y003 Y013 Y023 Y033 Jumlah J00. J01. J02. J03. Rerata Y.00 Y.01 Y.02 Y.03 1 Y101 Y111 Y121 Y131 2 Y102 Y112 Y122 Y132 3 YI03 Y113 Y123 Y133 Jumlah J10. J11. J12. J13. Rerata Y.10 Y.11 Y.12 Y.13 1 Y201 Y211 Y221 Y231 2 Y202 Y212 Y222 Y232 3 Y203 Y213 Y223 Y233 Jumlah J20. J21. J22. J23. Rerata Y.20 Y.21 Y.22 Y.23 1 Y301 Y311 Y321 Y331 2 Y302 Y312 Y322 Y332 3 Y303 Y313 Y323 Y333 Jumlah J30. J31. J32. J33. Rerata Y.30 Y.31 Y.32 Y.33 Jumlah Besar J.0. J.1. J.2. J.3. Rerata Besar Y.0. Y.1. Y.2. Y.3. K0 K1 K2 K3 Jumlah Rerata J0.. Y0.. J1.. Y.1.. J2.. Y.2.. J3.. Y.3.. J… Y… 26 Analisa Ragam (π½..)2 FK = JKT = (Y001)2 + (Y002)2 + (Y003)2 + ….. + (Y333)2-FK JKK = JKN = JKKN = π.π.π (π½0..)2 +(π½1..)2 +(π½2..)2 +(π½3..)2 π.π (π½.0.)2 +(π½.1.)2 +(π½.2.)2 +(π½.3.)2 π.π (π½00.)² + (π½01.)² + (π½02)² + ....+ (π½33)² π JKE = JKT – JKK – JKN – JKKN KK = - FK - FK – FK – JKK – JKN √πΎππΈ X 100% µ Keterangan: FK = Faktor Koreksi JKT = Jumlah Kuadrat Total JKK = Jumlah Kuadrat Untuk Semua Taraf Faktor K JKN = Jumlah Kuadrat Untuk Semua Taraf Faktor N JKKN = Jumlah Kuadrat Untuk Semua Interaksi Faktor K dan N JKE = Jumlah Kuadrat Error KK = Koefisien Keragaman µ = Nilai tengah umum 27 Tabel 3. Daftar Analisis Sidik Ragam (ANOVA) SK DB JK KT F Hitung FT 5% K N KN Eror Total K-1 N–1 (k-1) (n-1) (k.n) (r-1) (k.n.r) – 1 JKK JKN JKKN Eror Total KTK KTN KTKN KTE KTK/KTK KTN/KTN KTKN/KTE - Keterangan: SK = Sumber Keragaman DB = Derajat Bebas JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah Apabila dalam analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan, maka dilakukan pengujian dengan rumus sebagai berikut: a. Untuk interaksi N dan K πΎππΈ BNJKN = q α (t, DBE) x √ π’ b. Untuk perlakuan Pupuk Kompos Pakis-pakisan Kelakai (K) πΎππΈ BNJK = q α (t, DBE) x √ π.π c. Untuk perlakuan Pupuk NPK 15:15:15 (N) πΎππΈ BNJN = q α (t, DBE) x √ π.π Keterangan: a. Hasil nilai perbandingan untuk interaksi b. Hasil nilai perbandingan Pupuk Kompos pakis-pakisan kelakai c. Hasil nilai perbandingan Pupuk NPK 15:15:15 28 q. α. Nilai tabel q pada taraf nyata α (5%) t = Jumlah perlakuan b = Banyaknya taraf perlakuan faktor K p = Banyaknya taraf taraf perlakuan faktor N V. ANGGARAN BIAYA Tabel 4. Anggaran biaya penelitian A. Bahan-bahan No. Nama bahan Kuantitus Harga satuan (Rp) Harga keseluruhan (Rp) 1. Benih Kelapa Sawit 250 biji 8.000 2.000.000 2. Pupuk NPK 15:15:15 2 kg 18.000 36.000 3. Pakis-pakisan Kelakai 40kg - - 4. Paranet 75% 2 roll 110.000 220.000 5. Furadan 3Gr 1 bungkus 30.000 30.000 6. Dithane M-45 1 bungkus 35.000 35.000 7. Seng plat 1mx1m 50.000 50.000 8. Cat 1 kaleng 12.000 12.000 9. Spanduk penelitian 1 lembar 25.000 25.000 10. Paku 1 kg 50.000 50.000 11 Polybag 20x25 cm 250 buah 12 Tali Rafiah 1 gulung B. Alat-alat No. Nama alat 1. 2. 3. Alat tulis Kuas Ember C. Biaya lain-lain No. Nama alat 150.000 25.000 25.000 Subtotal (Rp) 2.633.000 Kuantitus Harga satuan (Rp) 1 paket 1 buah 1 buah 20.000 5.000 30.000 Subtotal (Rp) Harga keseluruhan (Rp) 20.000 5.000 30.000 55.000 Kuantitus Harga satuan (Rp) Harga keseluruhan (Rp) 1. Sewa lahan 1 unit 25.000 25.000 2. Biaya proposal 10 proposal 25.000 250.000 30 3. Transportasi - 100.000 100.000 4. Biaya tak terduga Lain-lain 300.000 500.000 Subtotal (Rp) 875.000 A+B+C Total anggaran Terbilang “Tiga Juta lima Ratus enam Puluh tiga Ribu Rupiah” 3.563.000 31 DAFTAR PUSTAKA Alfajar, A., B, Yuniasih., dan T. N. B. Santoso. 2023. Evaluasi produksi kelapa sawit berdasarkan data curah hujan dan defisit air. Agroforetech, 1(1), 50-59. Anhar, T. M. S., R. R. Sitinjak., E. Fachrial., dan B. Pratomo. 2021. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Tahap Pre-Nursery dengan Aplikasi Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Kepok. Agrium: Jurnal Ilmu Pertanian, 24(1), 34-39. Benny, W. P., E. T. S. Putra., dan S. Supriyanta. 2015. Tanggapan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Variasi Iklim. Vegetalika, 4(4), 21-34. Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., S. Fauzi., N. Hanum., L. A. Usaha., dan P. Swadaya., S. A.Bambang. 2012. Si Hitam Biochar yang Multiguna. Perkebunan Nusantara X (Persero), 46, 437–444. Dewi, A. A. D., dan P. B. Rini. 2023. Pemanfaatan Potensi Tumbuhan Kelakai(Stenochlaena palustris) Sebagai Bahan Kompos Organik. Jurnal Pertanian Peradaban, 3 (1): 23-33. Fahlei, R., E. Rahayu., dan V. Kautsar. 2017. Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Limbah Cair Ampas Tahu Pada Tanah Regosol Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa sawit Di Pre Nursery, Jurnal Agromast, 2(1):1-15. Fahri, M. H., E. R. Setyawati., dan V. Kautsar. 2024. Pengaruh Perbandingan Arang Cocopeat Sebagai Campuran Media Tanam dan Dosis NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Pre Nursery. AGROFORETECH, 2(2), 558-567. Hasibuan, A., dan E. Sobarim. 2017. Efek ukuran serbuk sari dalam penyerbukan terhadap perkembangan buah tanaman kelapa sawit. Idris, I., dan R. Mayerni. 2020. Karakterisasi morfologi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun binaan PPKS Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Riset Perkebunan, 1(1), 45-53. Imas, S., D. Damhuri., dan A. Munir. 2017. Pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap produktivitas tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Amfibi, 2(1), 57-64. Jakunda, A., S. Syahrudin., S. Suparno., dan K. Asie. 2020. Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Pemberian Bokashi Kalakai (Stenochlaena palustris) Pada Tanah Gambut Pedalaman. Agri Peat, 21(2), 117-123. Kakabouki, I., A, Efthimiadou., A. Folina., C. Zisi., dan S. Karydogianni. 2020. Communications in Soil Science and Plant Analysis Effect of Different 32 Tomato Pomace Compost as Organic Fertilizer in Sweet Maize Crop. Communications in Soil Science and Plant Analysis, 00(00), 1–15. Kurniawati, H. Y., A, Karyanto., dan R. Rugayah. 2015. Pengaruh pemberian pupuk organik cair dan dosis pupuk NPK (15: 15: 15) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Agrotek Tropika, 3(1):30-35. Marpaung, A., U. K. Rosmarini., dan N. Kristalisasi. 2023. Pengaruh Pupuk NPK 15: 15: 15 Dan Pupuk Hayati Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Main Nursery. Agroforetech, 1(4), 22012205. Nora, S., dan C. D. Mual. 2018. Budidaya tanaman kelapa sawit. Kementerian Pertanian. Jakarta. Nur, T., Noor, A. R., dan M. Elma. 2016. Pembuatan pupuk organik cair dari sampah organik rumah tangga dengan bioaktivator EM4 (Effective microorganisms). Konversi, 5(2), 5-12. Nuriyanti, D. D., I. Widiono., dan A. Suyanto. 2016. Faktor-faktor ekologis yang berpengaruh terhadap struktur populasi kumbang badak (oryctes rhinoceros). Biosfera, 33(1), 13-21. Rahma, A., M. Wahyuni., dan S. Manurung. 2019. Efektifitas Pupuk Dalam Beberapa Ukuran Sachet Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Jurnal Agro Estate, 3(2) :80-89. Safitri, R. I., S. Budi., dan W. N. Lailiyah. 2023. Pengaruh Pemberian Dosis Bahan Organik Kotoran Sapi dan Dosis Pupuk NPK (15: 15: 15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Ceri (Lycopersicum esculentum Mill.). JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian, 3(1), 34-51. Sakiah, S., G. Guntoro., dan H. Hardiansyah. 2018. Pembuatan pelet kompos bahan baku gulma pakis udang (Stenochlaena palustris) dan putri malu (Mimosa pudica) diperkaya pupuk tunggal. Prosiding Seminar Nasional Tahun 2018, 459–467. Sari, R. J., A. Ardian., dan S. Syafrinal. 2020. Pengaruh Hujan terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Tandun (Doctoral dissertation, Riau University), 4(1), 1-16. Simanihuruk, B. W., H. Gusmara., dan S. R. P, Silitonga. 2022. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre-nursery Terhadap Komposisi Media tanam. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Science), 20(1), 66-73. Sipayung, D. A. 2023. Pengaruh Konsentrasi Dan Cara Aplikasi Eco Enzim Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery (Doctoral dissertation, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta), 1- 6. 33 Situmorang, M. R., N. A. A, Yani., dan B. Pratomo. 2020. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza dan Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Jurnal Agro Estate, 4(2), 59-70. Waruwu, F., B. W. Manihuruk., P. Prasetyo., dan H. Hermansyah. 2018. Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery dengan komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk cair azolla pinnata berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(1), 7-12. Wijaya, I. G. A., J. Ginting., H. Haryati. 2014. Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery terhadap Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15: 15: 6: 4). Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(1), 103580. Wulandari, S. A., dan N. Kemala. 2017. Kajian komoditas unggulan sub-sektor perkebunan di provinsi jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 134-141. Yusdian, Y., D. M. Minangsih., dan D. Herawati. 2023. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk NPK (15:15:15) Dan KCL Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Edamame (Glycine max (L.) Merril) Varietas Ryoko-75: Bahasa Indonesia. Agro Taten| Jurnal Ilmiah Pertanian, 5(1), 12-18. Kharisma, Y., Syahrudin, S., Darung, U., dan Asie, K. V. (2021). https://doi. org/10.36873/Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) Terhadap Pemberian Biochar Sekam Padi Dan Bokashi Kalakai Pada Tanah Spodosol: Application of Rice Husk Biochar and Kalakai Bokashi for Increasing The Growth and Yield of Onion on Spodosol. AgriPeat, 22(2), 7379. 34 Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian tahun 2025 Bulan No Jenis Kegiatan Mei 1 1 Persiapan Bahan Penelitian 2 Persiapan Lahan 3 Pengolahan Tanah 4 Pemasangan Label 5 Penyemaian Benih 6 Pemberian Perlakuan a. Pupuk Kompos pakispakisan kelakai b, pemberian NPK 15:15:15 7 Penanaman 8 Pemeliharaan 9 Pengamatan 10 Laporan 2 3 Juni 4 1 2 3 Juli 4 1 2 3 4 35 Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit Varietas DxP Simalungun Umur (Bulan) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sumber Jumlah Daun (Helai) 3,4 4,5 5,5 8,5 10,5 11,5 13,5 15,5 16,5 18,5 Tinggi Bibit (cm) 20,0 25,0 32,0 35,9 52,2 64,3 88,3 101,9 114,1 126,0 Diameter Batang (cm) 1,3 1,5 1,7 2,8 2,7 3,6 4,5 5,5 5,8 6,0 : Keputusan Menteri Pertanian NO : 137/Kpts/TP.240/2/2003 Tentang Pelepasan Varietas DxP Simalungun. 36 Lampiran 3. Lay Out Penelitian di Lapangan Dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial K2N2 c K3N2 c K0N2 b K0N1 b K2N1 c K2N3 a K0N0 b K1N3 c K2N2 b K2N3 c K2N0 c K1N0 a K2N0 b K2N0 a K0N3 c KN1 b K1N2 c K0N1 c K1N3 b K1N3 a K2N1 b K1N2 b K1N0 c K3N0 a K0N2 a K3N2 b K2N1 a K3N3 a K0N0 a K1N2 a K3N2 a K1N1 a K3N1 b K2N2 a K0N2 c K3N3 b K3N0 b K0N3 b K1N1 c K0N3 a K3N1 a K3N1 c K0N0 c K2N3 b K3N0 c K1N0 b K3N3 c K0N1 a Keteranga: K: Perlakuan Kompos Kelakai N: Perlakuan NPK 15:15:15 a,b,c: Ulangan 1,2,3: Taraf Perlakuan 20 cm: Jarak Antar Satuan Percobaan 40x40 cm: Jarak Tanam Dalam Satuan Percobaan 37 lampiran 4. Cara Pembuatan Kompos kelakai Stenochlaena palustris Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kompos kelakai : ο· kelakai segar 40 kg, EM4 500 ml,daun kering 10 kg, Gula merah 250 gr, air ±10, sekam padi 5 kg ο· Parang, sarung tangan, ember, timbangan, alas (terpal) Cara Pembuatan 1. Bahan kelakai segar dan daun kering dipotong kecil-kecil dengan ukuran ±5 cm agar lebih cepat terurai. 2. kemudian jemur potongan kelakai segar dibawah sinar matahari selama 7 hari untuk mengurangi kadar air 3. campurkan potongan kelakai kering, sekam padi, dan daun kering kedalam ember besar selanjutnya bahan tersebut disiram dengan larutan EM4 dan gula merah secara merata, kemudian ditutup untuk menjaga suhu 4. selama proses pengomposan kelakai harus dikontrol, suhu harus dipertahankan pada 30ºC-40ºC dengan cara dibolak balik. 5. Setelah 3-6 minggu kompos dikatakan berhasil apabila telah ada penurunan bobot sebesar 60 % - 65 %, dan kompos berubah warna jadi gelap, teksturnya remah, dan bau tanah. 6. sebelum diaplikasikan, kompos kelakai sebaiknya diangin-anginkan untuk mengurangi suhu. 7. kompos kelakai siap digunakan. sumber : Dewi, A. A. D., dan P. B. Rini. 2023. Pemanfaatan Potensi Tumbuhan Kelakai(Stenochlaena palustris) Sebagai Bahan Kompos Organik. Jurnal Pertanian Peradaban, 3 (1): 23-33.