Uploaded by common.user150964

Pengaruh Kompos Kelakai & NPK pada Pertumbuhan Kelapa Sawit

advertisement
PENGARUH PUPUK KOMPOS PAKIS-PAKISAN KELAKAI
(Stenochlaena palustris) DAN NPK 15:15:15 TERHADAP
PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI
PRE-NURSERY
OLEH :
RIZKY SURYA PRATAMA D
214110228
USULAN PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2025
PENGARUH PUPUK KOMPOS PAKIS-PAKISAN KELAKAI
(Stenochlaena palustris) DAN NPK 15:15:15 TERHADAP
PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq). DI
PRE-NURSERY
USULAN PENELITIAN
NAMA
NPM
PROGRAM STUDI
: RIZKY SURYA PRATAMA
: 214110228
: AGROTEKNOLOGI
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing
M. Nur., SP., M.P
Ketua Program Studi Agroteknologi
Drs. Maizar., MP
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkat
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan usulan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompos Pakis-pakisan Kelakai (Stenochlaena
palustris) Dan NPK 15:15:15 Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak M. Nur., SP., M.P selaku pembimbing yang banyak memberikan bimbingan
dan nasehat sehingga dapat terselesaikan penulisan usulan penelitian ini. Penulis
juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian, Bapak Ketua
Program Studi Agroteknologi dan Bapak/Ibu Dosen serta Karyawan Tata Usaha
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau yang telah banyak membantu. Tidak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan
motivasi dan semangat serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis
dalam penulisan usulan penelitian ini.
Penulis telah berupaya dalam penyempurnaan penulisan usulan penelitian
ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga usulan
penelitian ini dapat digunakan untuk pedoman penelitian dilapangan.
Pekanbaru, Februari 2025
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
I.
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Penelitian
4
C. Manfaat Penelitian
4
D. Hipotesis
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
7
III.
BAHAN DAN METODE
17
A. Tempat dan Waktu
17
B. Bahan dan Alat
17
C. Rancangan Percobaan
17
D. Pelaksanaan Penelitian
19
E. Parameter Pengamatan
22
IV.
ANALISIS STATISTIK
25
V.
ANGGARAN BIAYA
30
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
35
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kombinasi Perlakuan kompos kelakai dan NPK 15:15:15
18
2. Data Pengamatan Parameter
26
3. Daftar Analisis Statistik
28
4. Anggaran Biaya Penelitian
30
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2025
35
2. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas DxP Simalungun
36
3. Denah (Layout) Penelitian di Lapangan Menurut Rancangan Acak Lengkap
Faktorial (RAL)
4. lampiran 4. Cara Pembuatan Kompos kelakai Stenochlaena palustris
37
38
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas perkebunan
yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang
cukup cerah. baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan akan
kebutuhan minyak nabati di dalam negeri. Sasaran utama yang harus dicapai dalam
mengusahakan perkebunan kelapa sawit adalah memperoleh produksi maksimal
dan kualitas minyak yang baik dengan biaya yang efisien. Untuk mencapai sasaran
tersebut diperlukan standar kegiatan teknis budidaya yang baik, salah satunya
adalah pembibitan kelapa sawit (Rahma dkk,2019)
Menurut data Badan Pusat Statistik (2023) untuk luas dan dan produksi di
Riau pada tahun 2022 yaitu sebesar 8,74 juta ton dan untuk luas perkebunan sebesar
2.868.103 ha produksinya menurun dibandingkan dengan produksi tahun 2021
yaitu sebesar 8,96 juta ton dan untuk luas areal Perkebunan sebesar 2.858.173 ha.
Semakin besarnya luas areal perkebunan kelapa sawit, maka kebutuhan akan
ketersediaan bibit berkualitas juga mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan
terhadap bibit kelapa sawit juga menjadi perhatian utama para pelaku bisnis industri
kelapa sawit karena produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit sangat
ditentukan oleh proses pembibitan yang dilakukan penanaman bibit dengan kualitas
yang tidak baik akan berdampak pada kerugian waktu, tenaga maupun biaya
Pembibitan merupakan hal yang penting dan juga tahap yang berperan besar
dalam perkembangan industri hulu ke hilir dalam perkebunan kelapa sawit.
Pemakaian bibit yang memiliki kualitas dan bagus menjadi faktor penentu yang
mempengaruhi produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit (Anhar dkk. 2021).
2
Pembibitan memiliki peran yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit,
karena kualitas bibit yang dihasilkan akan mempengaruhi keberhasilan tanaman di
lapangan. Pembibitan kelapa sawit dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pre
nursery sebagai pembibitan awal dan tahap main nursery sebagai pembibitan utama.
Sistem pembibitan ini dikenal sebagai double stage atau sistem pembibitan dua
tahap, tahap pre nursery di mana kecambah akan ditanam pada polybag yang lebih
kecil terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke polybag yang lebih besar pada tahap
main nursery, pada tahap persemaian, kecambah akan ditanam dalam polibag baby
bag selama 3 bulan (Sipayung dkk, 2023).
Kualitas bibit kelapa sawit merupakan faktor yang sangat penting dalam
budidaya kelapa sawit dan merupakan salah satu syarat utama keberhasilan
budidaya kelapa sawit. Kualitas bibit kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah faktor genetik, kondisi lingkungan tempat bibit ditanam,
serta kebutuhan nutrisi yang sesuai (Waruwu dkk, 2018)
Dalam pembibitan kelapa sawit pemilihan tanah merupakan salah satu faktor
yang penting, tanah mineral yang berada pada lapisan 0 - 30 cm merupakan tanah
yang bagus dalam pembibitan kelapa sawit dikarenakan tanah mineral memiliki
karakteristik unsur hara dan struktur yang baik serta memiliki pH dengan nilai ratarata 5 sampai 6, serta memiliki memiliki drainase yang baik apabila dikelola dengan
baik (Simanihuruk dkk, 2022)
Terkadang tanah mineral memiliki juga kekurangan yang cukup
mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dari kelapa sawit di antaranya tingkat
kepadatan yang tinggi serta kurangnya bahan organik sehingga mengurangi tingkat
3
kesuburan tanah maka dengan penambahan pupuk organik jenis kompos untuk
meningkatkan kesuburan pada tanah mineral.
Untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik perlu memperhatikan varietas
unggul dan juga dibutuhkan media tanam yang baik dan perawatan melalui
penyiraman dan pemupukan, untuk menghasilkan bibit yang berkualitas baik perlu
pemberian nutrisi melalui pemupukan anorganik dan pupuk organik diantaranya
adalah pupuk kompos daun kelakai dan pupuk NPK 15:15:15.
Kompos yang baik adalah yang tidak merusak lingkungan dan tidak
menggunakan bahan kimia sehingga tidak mengganggu organisme penyubur tanah.
Bahan organik (kompos) merupakan salah satu unsur pembentuk kesuburan tanah
dan untuk menghasilkan tanah yang subur, maka perlu ditambahkan bahan organik.
Salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos adalah
tumbuhan kelakai (Dewi & Bekti, 2023).
Pada dasarnya pemanfaatan tanaman kelakai ini didasari pada pertumbuhan
dan perkembangannya yang sangat cepat dan signifikan, biasanya para perusahaan
dibidang kelapa sawit pada areal yang gambut memiliki populasi tanaman kelakai
yang tinggi dikarenakan tanaman tersebut memang tumbuh cepat pada tanah
gambut, sedangkan pemanfaatan NPK 15:15:15 merupakan sebagai pembantu
unsur hara, dan pupuk ini merupakan salah satu jenis standarisasi pemupukan pada
perusahaan dibidang kelapa sawit.
Pupuk kompos daun kelakai mengandung unsur hara yang meliputi unsur
hara mikro dan unsur hara makro. Menurut (Kakabouki dkk, 2020) unsur hara
makro meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur nitrogen (N)
berfungsi mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur fosfor (P) berfungsi
4
menyimpan energi, mempercepat proses pertumbuhan bunga dan buah serta
mempercepat pematangan, Sedangkan unsur kalium (K) berperan dalam proses
fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air, membentuk cabang yang lebih kuat,
mempercepat perakaran sehingga tanaman lebih kokoh dan meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Sedangkan unsur hara mikro yang terdapat dalam kompos yang dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya Unsur mikro
meliputi besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan (Mn),
dan molibdenum (Mo) (Imas & Munir, 2017).
Selain penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik juga sangat
penting untuk
menambah perbedaan nyata
terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, yaitu dengan menggunakan pupuk anorganik NPK
15:15:15, dalam pemanfaatan jenis pupuk anorganik ini diperlukan karena memiliki
kandungan makro (15% N, 15% P2O5 , dan 15% K2 O). Hal ini berarti pupuk NPK
mutiara mengandung unsur hara makro seimbang yang baik bagi pertumbuhan
tanaman (Kurniawati dkk, 2015).
Pemberian kompos kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15
dapat memberikan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq) dipre nursery, berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pupuk kompos
pakis-pakisan Kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan NPK 15:15:15 terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pre
nursery.
5
B.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui pengaruh interaksi kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris
) dan NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit.
2.
Mengetahui pengaruh utama Pengaruh Pupuk kompos daun kelakai (
Stenochlaena palustris ) terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa
sawit .
3.
Mengetahui pengaruh utama Pupuk NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan
dan perkembangan kelapa sawit.
C.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai:
1.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas
Islam Riau.
2.
Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam membudidayakan tanaman
kelapa sawit dengan memanfaatkan kompos daun kelakai (Stenochlaena
palustris) dan NPK 15:15:15.
3.
Dapat menjadi referensi pembaca dalam pemanfaatan pupuk kompos daun
kelakai (Stenochlaena palustris) dan NPK 15:15:15. bagi tanaman
perkebunan
4.
Dapat memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan pupuk kompos daun
kelakai (Stenochlaena palustris) dan NPK 15:15:15. pada tanaman kelapa
sawit
6
D.
Hipotesis
H0:
1.
Tidak ada pengaruh interaksi kompos kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan
NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Kelapa
Sawit
2.
Tidak ada pengaruh utama kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris )
pertumbuhan dan perkembangan tanaman Kelapa sawit
3.
Tidak ada pengaruh utama NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kelapa sawit
H1:
1.
Ada pengaruh interaksi kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) dan
NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa
Sawit
2.
Ada pengaruh utama kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris )
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit
3.
Ada
pengaruh
utama
NPK
15:15:15
perkembangan tanaman kelapa sawit.
terhadap
pertumbuhan
dan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami
kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan
bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh
apa yang kamu minta".lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta
mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas” (Q.S. Al-Baqarah (2):6).
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur” (Q.S. Al-A’raf (7):8).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan jenis-jenis tanah di muka
bumi ini ada yang subur, bila dicurahi hujan sedikit saja, dapat menumbuhkan
berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada
pula yang tidak subur, meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuhtumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa.
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang berasal dari
Afrika Barat dan Afrika Tengah berdasarkan hasil deskripsi para ahli botani dan
para penjelajah di benua Afrika. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848
8
yang dibawa dari Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Benih kelapa sawit
kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan diduga menjadi nenek moyang kelapa
sawit di kawasan Asia Tenggara. Tanaman kelapa sawit mulai dibudidayakan
secara komersial di Indonesia pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa
sawit di Indonesia adalah Adrien Heller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah
banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya kelapa sawit kemudian
diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di
Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang
(Sudjatmiko, 2020).
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah Kingdom : Plantae, Infra Kingdom:
Streptophyta, Sub Kingdom : Viridiplantae, Divisi : Tracheophyta, Super Divisi :
Embryophyta, Sub Divisi : Spermatophytina, Ordo : Arecales, Kelas :
Magnoliopsida, Genus : Elaeis Jacq, Family : Arecaceae, Spesies : Elaeis
guineensis Jacq (Pahan, 2021).
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. akar tanaman kelapa sawit ini
berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman, dengan
akar tersebut tanaman kelapa sawit dapat menyokong dengan ketinggian sampai
puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun, akar tanaman kelapa sawit ini
tidak berbuku, ujungnya runcing dan warnanya putih atau kekuningan.
Perakarannya sangatlah kuat karena dapat tumbuh kebawah dan kesamping
membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter, sistem perakaran cenderung
tumbuh ke arah bawah (geotropisme positif) penembusan selanjutnya dibatasi oleh
bentuk permukaan tanah, pada tanah yang bertekstur halus akar memadat kurang
9
baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang bervariasi baik
dan bertekstur longgar (Damanik dkk., 2012).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang,pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas), titik tumbuh batang kelapa
sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti
kubis dan enak dimakan, pada batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal
pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah
kering dan mati, pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal
di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam
beruas
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,
bersirip genap dan bertulang sejajar, daun-daun membentuk satu pelepah yang
panjangnya mencapai lebih dari 7,5 -9 m. satu pelepah banyak daun berkisar antara
250-400 helai. Produksi daun tergantung iklim setempat, umur daun dari terbentuk
hingga tua sekitar 6-7 tahun, daun kelapa sawit yang yang sehat dan segar berwarna
hijau tua, anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung
daun, di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun (parchin
dkk, 2019).
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoccious), artinya bunga
jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai
dalam satu tandan, dengan melihat bentuknya kita bisa membedakan bunga jantan
dan bunga betina, bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung
kelopak agak meruncing dan garis tengah lebih besar. Penyerbukan pada bunga
10
dilakukan oleh serangga dan juga dibantu oleh angin, waktu penyerbukan terbaik
yaitu pada hari pertama hingga hari ketiga setelah bunga mekar (Hasibuan dan
Sobari, 2017)
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan
mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk
lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Nuriyanti dkk,2016).
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),
daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit
biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras,
daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta
lembaga (embryo), buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit
yang tumbuh baik dan subur akan menghasilkan buah dan siap panen pertama pada
umur sekitar 3,5 tahun (Idris dan Mayerni, 2020).
Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah
sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi.
Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit memiliki
kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat terhadap
lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari
sekitar 15° (Wulandari dan Kemala, 2017). Kemampuan tanah dalam menyediakan
hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara
11
yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia
untuk mencapai zona perakaran tanaman
Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang
cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan
persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal
pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan
persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari
minimal 5 jam penyinaran per hari, sepanjang tahun. kondisi ideal untuk penyinaran
kelapa sawit paling tidak terdapat periode 3 bulan dalam 1 tahun yang
penyinarannya 7 jam per hari hal ini sangat diperlukan untuk membuat
pertumbuhan dan perkembang secara vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit
menjadi lebih baik (Nora dan Mual, 2018).
Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000 – 2.500 mm/tahun
dengan periode bulan kering < 75 mm/bulan tidak lebih dari 2 bulan. Curah hujan
2000 mm/tahun terbagi merata sepanjang tahun, tidak terdapat periode kering yang
tegas. Curah hujan tinggi menyebabkan produksi bunga tinggi, presentasi buah jadi
rendah, penyerbukan terhambat, sebagian besar pollen terhanyut oleh air hujan.
Curah hujan rendah pembentukan daun dihambat, pembentukan bunga dan buah
dihambat (bunga/buah terbentuk pada ketiak daun). Daerah dengan 2 – 4 bulan
kering kelapa sawitnya memiliki produktivitas yang rendah (Sari dkk, 2017).
12
Suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi sawit berkisar antara
24°-29° C, dengan produksi terbaik antara 25°–27° C. Kelembaban optimum 80 –
90% dengan kecepatan angin 5 – 6 km/jam. Evapotranspirasi lebih kecil dari curah
hujan tidak bermasalah tetapi bila evapotranspirasi lebih besar dari curah hujan
pertanaman akan mengalami defisit air. Daerah pengembangan kelapa sawit yang
sesuai berada pada 15° LU – 15o LS. Ketinggian lokasi (altitude) perkebunan
kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0 – 500 m dari permukaan laut (dpl) (Benny
dkk, 2015).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan kadar
pH 4-6,5. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5.
Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, ber drainase (ber
irigasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas,
Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang
dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya.
Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok suatu industri
perkebunan, faktor bibit memegang peranan penting di dalam menentukan
keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan
akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi. Oleh karena itu, teknis
pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar.
Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur akan
menghasilkan buah dan siap panen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun. tanaman
kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Untuk tanaman yang
semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Untuk
13
tahun pertama berat buah berkisar antara 3-6 kg, tetapi semakin tua berat buah bisa
mencapai 25-35 kg/tandan) (Abdul, 2023).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorf
kelabu, alluvial dan regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur,
berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas.
Derajat keasaman tanah yang optimum untuk tanaman kelapa sawit berkisar pada
pH 5,0-5,5. Respon tanaman terhadap pertumbuhan bergantung pada keadaan
tanah, semakin baik kondisi tanah maka semakin baik pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Alfajar dkk, 2023).
Pertumbuhan bibit yang baik pada saat di pre nursery dapat dilihat dari
pertumbuhan vegetatifnya, bibit kelapa sawit yang baik dapat dilihat dari Kesehatan
tanaman, tidak mudah terserang penyakit dan lebih cepat merespon terhadap
pemupukan yang diberikan, pemupukan yang baik adalah dengan mengurangi
penggunaan bahan kimia yang bertujuan untuk pemeliharaan tanaman kelapa sawit
pre nursery dan menjaga kesuburan tanah, salah satunya dengan penggunaan pupuk
kompos daun kelakai ( Stenochlaena palustris ) (Situmorang dkk, 2020).
Kompos merupakan salah satu pupuk organik dengan cara pembusukan sisa
sisa bahan organik, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan. Proses
pengomposan atau komposting ialah proses dekomposisi yang dilakukan
mikroorganisme pada bahan organik yang biodegradable, atau disebut dengan
biomass. dalam pengolahan kompos dapat dipercepat dengan mengatur faktor
faktor yang dapat mempengaruhi proses pada pengomposan, sehingga dapat dicapai
dengan kondisi optimum untuk proses pengomposan (Ekawandi, 2018).
14
Pengolahan kompos yang sering dilakukan saat ini adalah dengan
penambahan bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms) EM4 merupakan bahan
yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan
kualitasnya. mikroorganisme yang terdapat di dalamnya secara genetika bersifat
asli bukan rekayasa. mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 memberikan
pengaruh yang baik terhadap kualitas pupuk organik, sedangkan ketersediaan unsur
hara dalam pupuk organik sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan
bakteri untuk mendegradasi sampah. umumnya EM4 dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat (Nur dkk., 2016).
Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris) merupakan tumbuhan liar yang
banyak hidup di wilayah tanah bergambut . Tumbuhan ini termasuk jenis pakis atau
paku-pakuan yang hidup secara liar baik di air tawar, rawa dan hutan belukar.
Pemanfaatan tumbuhan kelakai masih terbatas pada sektor pangan dan pengobatan
tradisional, sedangkan untuk sektor pertanian masih belum banyak dilakukan.
Kandungan kelakai meliputi: protein, kalsium, vitamin A, vitamin C, beta-karoten,
potassium, fosfor, mangan, zat besi, tanin, flavonoid, steroid, dan alkaloid.
Kandungan nutrisi tersebut berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan
kompos daun yang menunjang unsur hara tanaman (Dewi & Bekti. 2023).
Gulma pakis kelakai (Stenochlaena palustris) berpotensi untuk dijadikan
sebagai sumber bahan baku kompos. Karakteristik kompos yang dihasilkan yaitu
C-organik 21% – 32 %, Nitrogen 2,28 % dan rasio C/N 10,64 – 20,76. Pada
penelitian lain yang dilakukan (Sakiah dkk, 2018), hal ini dapat memenuhi
kebutuhan tanaman kelapa sawit dalam proses pertumbuhan vegetatif.
15
(Gusti dkk, 2018) Dalam penelitiannya menyatakan bahwa tanaman jagung
yang diberikan kompos pakis dengan dosis 10 ton/ha memiliki pertumbuhan yang
lebih baik, dengan hasil biji yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol atau
tanaman yang tidak diberi kompos.
Berdasarkan penelitian (Jakunda dkk 2020), Pemberian kompos kelakai
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada tanah gambut
pedalaman. Perlakuan bokashi kalakai dengan dosis 15 ton/ha merupakan
perlakuan terbaik dan menghasilkan berat umbi kering sebesar 61.30 g rumpun dan
pemberian bokashi hal ini dapat memberikan pengubahan pH tanah menjadi lebih
baik.
Selain menggunakan pupuk organik kompos daun kelakai (Stenochlaena
palustris) pada penelitian ini juga ditambahkan pupuk anorganik yaitu NPK
15:15:15 sebagai penambah unsur hara makro sehingga dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan vegetatif pada tanaman kelapa sawit di pre
nursery.
Pupuk NPK 15:15:15 memegang peran penting dalam berbagai proses
metabolisme tanaman. Nitrogen (N) sangat berperan dalam pembentukan sel
tanaman, jaringan dan organ tanaman. N memiliki fungsi utama sebagai bahan
sintetis klorofil, protein. Oleh karena itu unsur nitrogen dibutuhkan dalam jumlah
yang cukup besar. Terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif untuk
mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur fosfor (P)
merupakan komponen penyusun dari beberapa enzim dan protein, unsur P
mempercepat pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji, meningkatkan
rendemen dan pada akar membaiknya struktur pengajaran yang memacu
16
pertumbuhan dan perakaran yang baik sehingga daya daya serap tanaman terhadap
nutrisi menjadi optimal. Unsur kalium (K) berperan sebagai pengatur proses
fisiologi tanaman seperti fotosintesis, transportasi karbohidrat, membuka
menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel.
Meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres, kekeringan, serta meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, dan meningkatkan
kualitas hasil panen (Marpaung dkk, 2023).
Berdasarkan penelitian (Wijaya 2015), Pemberian dosis pupuk NPK (1515-15)
dengan dosis dosis 5 g/polybag berpengaruh sangat nyata terhadap
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, bobot kering tajuk dan
bobot kering akar hal ini terjadi dengan peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan vegetative pada tanaman.
Berdasarkan penelitian (Fahri 2024), Penyediaan takaran NPK 1,5 g telah
bisa menambah perkembangan kecambah kelapa sawit di pre nursery. diyakini
karena porsi perlakuan 1,5 g NPK memberikan nutrisi yang paling sesuai dengan
kebutuhan bibit kelapa sawit dan dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan
vegetatif tanaman kelapa sawit menjadi lebih baik.
Berdasarkan penelitian (Yusdian 2023), Pemberian dosis 350 kg/ha NPK
memberikan pengaruh yang lebih baik pada tinggi tanaman, jumlah polong per
tanaman, bobot polong per tanaman dan bobot polong per plot tanaman edamame
(Glycine max (L.) Merrill) varietas Ryoko-75.
III. BAHAN DAN METODE
A.
Tempat dan waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution, km 11 Nomor.113, Perhentian
Marpoyan, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari bulan April sampai Juni
(Lampiran 1).
B.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit
(Dura x Pisifera) Simalungun, kompos kelakai, NPK 15:15:15 cat minyak, paku,
kawat, paranet 75 %, tiang kayu paranet, tali rafia, polybag ukuran 20 x 25, spanduk
penelitian, seng plat dan tanah mineral.
Alat - alat yang digunakan dalam penelitian mencakup parang, angkong,
cangkul, meteran, plat perlakuan, cat minyak, kuas, paku, hand sprayer, gembor,
gunting, timbangan analitik dan kamera.
C.
Rancangan percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial,
terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah Pupuk kompos daun kelakai yang terdiri
dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah Pupuk NPK 15:15:15 yang terdiri dari
4 taraf perlakuan sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi
perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga didapat 48 satuan percobaan. Dengan
demikian penelitian ini terdiri dari 48 kombinasi perlakuan plot percobaan, setiap
plot terdiri dari 4 tanaman dan 2 tanaman dijadikan sebagai sampel pengamatan
sehingga keseluruhan tanaman adalah 192 tanaman.
18
Adapun faktor perlakuannya adalah sebagai berikut:
Faktor dosis pupuk kompos daun kelakai (Faktor K) adalah :
K0 : Tanpa pupuk kompos kelakai (kontrol)
K1 : Pupuk kompos kelakai 100 g/polybag
K2 : Pupuk kompos kelakai 120 g/polybag
K3 : Pupuk kompos kelakai 140 g/polybag
Faktor dosis pupuk NPK 15:15:15 (Faktor N) adalah :
N0 : Tanpa pupuk NPK 15:15:15 (kontrol)
N1 : Pupuk NPK 15:15:15, 3 g/polybag
N2 : Pupuk NPK 15:15:15, 5 g/polybag
N3 : Pupuk NPK 15:15:15, 7 g/polybag
Adapun kombinasi perlakuan Pupuk Kompos kelakai dan NPK 15:15:15
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Kombinasi perlakuan Pupuk Kompos kelakai dan NPK 15:15:15 pada
tanaman kelapa sawit.
Pupuk
Pupuk NPK 15:15:15 (N)
Kompos
N0
N1
N2
N3
Kelakai (K)
K0
K0N0
K0N1
K0N2
K0N3
K1
K1N0
K1N1
K1M2
K1N3
K2
K2N0
K2N1
K2N2
K2N3
K3
K3N0
K3N1
K3N2
K3N3
Dari hasil pengamatan masing–masing perlakuan dianalisis secara statistik
menggunakan analisis ragam (Anova). Apabila F hitung lebih besar dari F tabel
maka dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
19
D. Pelaksanaan penelitian
1.
Persiapan lahan penelitian
Persiapan lahan diawali dengan pembersihan areal lahan yang digunakan
sebagai tempat penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan, kayu
ataupun sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian tanah diratakan untuk
memudahkan dalam penempatan polybag. Ukuran lahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 10 x 4 m dengan jarak antar polybag 20 x 25 cm dan jarak antara
unit percobaan 40 cm.
2.
Pemberian naungan
Lahan yang telah dibersihkan, kemudian dibuat naungan dari paranet.
Pemberian naungan bertujuan untuk mengurangi intensitas cahaya pada bibit
tanaman kelapa sawit. Naungan dibuat dengan ketinggian tiang 2 m.
3.
Persiapan bahan penelitian
a. Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan untuk media tanam pada penelitian ini adalah tanah
mineral yang diambil pada kedalaman 0-30 cm dari Jalan Pasir Putih,
Kecamatan.Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
b. Persiapan kecambah kelapa sawit
Kecambah kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari
PT. Palma Inti Lestari, RT/RW.004/006, Desa Sei Jernih, Kecamatan
Teratak Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau sebanyak 220 kecambah.
c. Tanaman Kelakai
Tanaman kelakai didapat pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit
pada daerah Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kuras Desa
Kemang.
20
d. NPK 15:15:15
NPK 15:15:15 yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di toko
pertanian Binter Jalan Kaharudin Nasution, Pekanbaru.
4.
Pengisian Polybag
Polybag diisi dengan tanah mineral yang sebelumnya telah diayak terlebih
dahulu dengan tujuan untuk memisahkan memisahkan kotoran agar tidak ikut ke
dalam polybag agar memastikan tanah yang digunakan dapat dengan mudah
ditembus akar. Tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran
20 x 25 cm. Polybag yang telah terisi tanah disusun sesuai dengan bagan percobaan,
dengan jarak antar polybag 20 x 20 cm dan jarak antar unit percobaan 40 cm.
5.
Penanaman
Penanaman dilakukan di tengah polybag dengan memperhatikan posisi
radikula dan plumula. Radikula harus diarahkan ke bawah, sedangkan plumula
diarahkan ke atas. Plumula dapat dikenali dari bentuknya yang lancip dan berwarna
putih kekuningan, sementara radikula memiliki ujung yang tumpul dan berwarna
coklat. Kecambah ditanam pada kedalaman sekitar 2-5 cm di bawah permukaan
tanah polybag. Pastikan untuk menghindari penanaman yang terlalu dalam atau
posisi kecambah yang terbalik.
6.
Pemasangan Label
Pemasangan label dilakukan sebelum pemberian perlakuan yang bertujuan
untuk memudahkan pada saat pemberian perlakuan. Sebelum dilakukan
pemasangan label, terlebih dahulu masing-masing kode perlakuan ditulis di
selembar seng plat berukuran 10 cm x 15 cm yang telah ditempelkan kayu
penyangga dan dicat. Pemasangan label disesuaikan dengan lay out penelitian
7.
Pemberian Perlakuan
21
a.
Pemberian Kompos Kelakai
Pemberian kompos kelakai ditimbang sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan perlakuan kompos kelakai dilakukan sebanyak 1 kali yaitu
dilakukan 7 hari sebelum pindah tanam dengan cara mencampur tanah
pada pada polybag dengan dosis; K0: tanpa pemberian kompos kelakai,
K1: pemberian kompos kelakai 100 g/polybag, K2: pemberian kompos
kelakai 120 g/polybag, K3: pemberian kompos kelakai 140 g/polybag.
b.
NPK 15:15:15
Pemberian pupuk NPK 15:15:15 dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada
21, 56 HST (hari setelah tanam) dengan sistem tugal yaitu pada
lingkaran tanaman dengan jarak 10 cm dari tanaman dengan dosis; N0:
tanpa perlakuan, N1: NPK 15:15:15 5 g/polybag, N2: NPK 15:15:15 10
g/polybag, N3: NPK 15:15:15 15 g/polybag, setiap waktu pemberian
pupuk NPK 15:15:15 dilakukan sebanyak setengah dari dosis
perlakuan.
8.
Pemeliharaan
a.
Penyiraman
Penyiraman pada bibit kelapa sawit sekali sehari, penyiraman
dilakukan pada pagi hari, Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
gembor hingga tanaman dan permukaan tanah disekitar tanaman
terlihat basah dan lembab, terkecuali apabila turun hujan intensitas
penyiraman dikurangi dan disesuaikan dengan kondisi cuaca.
b
Penyiangan Gulma
Penyiangan Bertujuan untuk mencegah terjadinya persaingan dalam
penyerapan unsur hara antara bibit kelapa sawit dan rumputan.
22
Penyiangan gulma di sekitar polybag dilakukan dengan cara manual,
yaitu dengan mencabut rumput tersebut, sedangkan diluar polybag
dengan menggunakan cangkul.
c.
Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dalam penelitian ini dilakukan secara
preventif dan kuratif. Cara preventif dilakukan sebelum tanaman
terserang hama dan penyakit dengan cara menjaga areal penelitian.
Sedangkan secara kuratif dilakukan dengan cara menyemprotkan
insektisida dan fungisida setelah tanaman terserang hama dan penyakit.
E.
Parameter pengamatan
1.
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang atau dari ajir, ajir
yang digunakan adalah pipet yang di tanaman sedalam 10 cm dan 5 cm dari
permukaan tanah dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan pada akhir penelitian pada saat tanaman berumur 3 bulan.
2.
Jumlah Pelepah Per Tanaman (pelepah)
Pengamatan jumlah pelepah per tanaman dilakukan pada akhir penelitian.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung total keseluruhan jumlah pelepah per
tanaman pada tanaman sampel. Data pengamatan dianalisis secara statistik dan
disajikan dalam bentuk tabel.
3.
Diameter Batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran
diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital, yang diukur
2 cm di atas leher akar, pengukuran dilakukan pada akhir penelitian saat tanaman
berumur 3 bulan.
23
4.
Panjang Daun Terpanjang (cm)
Panjang daun terpanjang diukur mulai dari pangkal helaian daun terpanjang
sampai keujung melalui tulang daun dengan menggunakan meteran. Pengamatan
panjang daun terpanjang dilakukan pada akhir penelitian pada saat tanaman
berumur 3 bulan.
5.
Kandungan Klorofil
Pengamatan klorofil daun dilakukan sekali saat umur 8 MST yaitu pada masa
perkembangan vegetatif dan pelepah daun sudah mulai pecah menjadi helai.
sampel daun yang digunakan adalah pelepah daun ke-3 dari pangkal pelepah
pertama dan pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat Spektrometer. Data
hasil pengamatan di analisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.
24
IV.
ANALISIS STATISTIK
Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan rancangan percobaan
acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan rumus berikut :
Yijr = µ + Ki + Nj + (KN)ij + Eijr
Keterangan :
Yijr
= Nilai pengamatan pada suatu percobaan pada faktor K taraf ke-i dan
faktor N pada taraf ke-j dan ulangan ke-r.
µ
= Nilai tengah umum
Ki
= Pengaruh taraf ke-i dari faktor K
Nj
= Pengaruh taraf ke-j dari faktor N
(KN)ij
= Pengaruh Interaksi dari taraf ke–i dari faktor K dan taraf ke-j dari
faktor N
Eijr
= Pengaruh error pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan
taraf ke-i dari faktor K, taraf ke-j dari faktor N, dan ulangan yang ke-r
K
= Faktor perlakuan Kompos Kelakai
N
= Faktor perlakuan NPK 15:15:15
i
= Banyak taraf perlakuan faktor K (0,1,2,3)
j
= Banyak taraf perlakuan faktor N (0,1,2,3)
r
= Ulangan
25
Tabel 2. Data Pengamatan Parameter
Faktor K
Ulangan
Faktor N
N0
N1
N2
N3
1
Y001
Y011
Y021
Y031
2
Y002
Y012
Y022
Y032
3
Y003
Y013
Y023
Y033
Jumlah
J00.
J01.
J02.
J03.
Rerata
Y.00
Y.01
Y.02
Y.03
1
Y101
Y111
Y121
Y131
2
Y102
Y112
Y122
Y132
3
YI03
Y113
Y123
Y133
Jumlah
J10.
J11.
J12.
J13.
Rerata
Y.10
Y.11
Y.12
Y.13
1
Y201
Y211
Y221
Y231
2
Y202
Y212
Y222
Y232
3
Y203
Y213
Y223
Y233
Jumlah
J20.
J21.
J22.
J23.
Rerata
Y.20
Y.21
Y.22
Y.23
1
Y301
Y311
Y321
Y331
2
Y302
Y312
Y322
Y332
3
Y303
Y313
Y323
Y333
Jumlah
J30.
J31.
J32.
J33.
Rerata
Y.30
Y.31
Y.32
Y.33
Jumlah Besar
J.0.
J.1.
J.2.
J.3.
Rerata Besar
Y.0.
Y.1.
Y.2.
Y.3.
K0
K1
K2
K3
Jumlah
Rerata
J0..
Y0..
J1..
Y.1..
J2..
Y.2..
J3..
Y.3..
J…
Y…
26
Analisa Ragam
(𝐽..)2
FK
=
JKT
= (Y001)2 + (Y002)2 + (Y003)2 + ….. + (Y333)2-FK
JKK
=
JKN
=
JKKN =
π‘˜.𝑛.π‘Ÿ
(𝐽0..)2 +(𝐽1..)2 +(𝐽2..)2 +(𝐽3..)2
𝑛.π‘Ÿ
(𝐽.0.)2 +(𝐽.1.)2 +(𝐽.2.)2 +(𝐽.3.)2
π‘˜.π‘Ÿ
(𝐽00.)² + (𝐽01.)² + (𝐽02)² + ....+ (𝐽33)²
π‘Ÿ
JKE
= JKT – JKK – JKN – JKKN
KK
=
- FK
- FK
– FK – JKK – JKN
√𝐾𝑇𝐸
X 100%
µ
Keterangan:
FK
= Faktor Koreksi
JKT
= Jumlah Kuadrat Total
JKK
= Jumlah Kuadrat Untuk Semua Taraf Faktor K
JKN
= Jumlah Kuadrat Untuk Semua Taraf Faktor N
JKKN
= Jumlah Kuadrat Untuk Semua Interaksi Faktor K dan N
JKE
= Jumlah Kuadrat Error
KK
= Koefisien Keragaman
µ
= Nilai tengah umum
27
Tabel 3. Daftar Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
SK
DB
JK
KT
F Hitung
FT 5%
K
N
KN
Eror
Total
K-1
N–1
(k-1) (n-1)
(k.n) (r-1)
(k.n.r) – 1
JKK
JKN
JKKN
Eror
Total
KTK
KTN
KTKN
KTE
KTK/KTK
KTN/KTN
KTKN/KTE
-
Keterangan:
SK = Sumber Keragaman
DB = Derajat Bebas
JK
= Jumlah Kuadrat
KT = Kuadrat Tengah
Apabila dalam analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata,
maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk mengetahui
perbedaan masing-masing perlakuan, maka dilakukan pengujian dengan rumus
sebagai berikut:
a. Untuk interaksi N dan K
𝐾𝑇𝐸
BNJKN = q α (t, DBE) x √ 𝑒
b. Untuk perlakuan Pupuk Kompos Pakis-pakisan Kelakai (K)
𝐾𝑇𝐸
BNJK = q α (t, DBE) x √ 𝑛.π‘Ÿ
c. Untuk perlakuan Pupuk NPK 15:15:15 (N)
𝐾𝑇𝐸
BNJN = q α (t, DBE) x √ π‘˜.π‘Ÿ
Keterangan:
a. Hasil nilai perbandingan untuk interaksi
b. Hasil nilai perbandingan Pupuk Kompos pakis-pakisan kelakai
c. Hasil nilai perbandingan Pupuk NPK 15:15:15
28
q. α. Nilai tabel q pada taraf nyata α (5%)
t = Jumlah perlakuan
b = Banyaknya taraf perlakuan faktor K
p = Banyaknya taraf taraf perlakuan faktor N
V.
ANGGARAN BIAYA
Tabel 4. Anggaran biaya penelitian
A. Bahan-bahan
No.
Nama bahan
Kuantitus
Harga satuan
(Rp)
Harga
keseluruhan
(Rp)
1.
Benih Kelapa Sawit
250 biji
8.000
2.000.000
2.
Pupuk NPK 15:15:15
2 kg
18.000
36.000
3.
Pakis-pakisan Kelakai 40kg
-
-
4.
Paranet 75%
2 roll
110.000
220.000
5.
Furadan 3Gr
1 bungkus
30.000
30.000
6.
Dithane M-45
1 bungkus
35.000
35.000
7.
Seng plat
1mx1m
50.000
50.000
8.
Cat
1 kaleng
12.000
12.000
9.
Spanduk penelitian
1 lembar
25.000
25.000
10. Paku
1 kg
50.000
50.000
11
Polybag 20x25 cm
250 buah
12
Tali Rafiah
1 gulung
B. Alat-alat
No.
Nama alat
1.
2.
3.
Alat tulis
Kuas
Ember
C. Biaya lain-lain
No.
Nama alat
150.000
25.000
25.000
Subtotal (Rp)
2.633.000
Kuantitus
Harga satuan
(Rp)
1 paket
1 buah
1 buah
20.000
5.000
30.000
Subtotal (Rp)
Harga
keseluruhan
(Rp)
20.000
5.000
30.000
55.000
Kuantitus
Harga satuan
(Rp)
Harga
keseluruhan
(Rp)
1.
Sewa lahan
1 unit
25.000
25.000
2.
Biaya proposal
10 proposal
25.000
250.000
30
3.
Transportasi
-
100.000
100.000
4.
Biaya tak terduga
Lain-lain
300.000
500.000
Subtotal (Rp)
875.000
A+B+C
Total anggaran
Terbilang “Tiga Juta lima Ratus enam Puluh tiga Ribu Rupiah”
3.563.000
31
DAFTAR PUSTAKA
Alfajar, A., B, Yuniasih., dan T. N. B. Santoso. 2023. Evaluasi produksi kelapa
sawit berdasarkan data curah hujan dan defisit air. Agroforetech, 1(1), 50-59.
Anhar, T. M. S., R. R. Sitinjak., E. Fachrial., dan B. Pratomo. 2021. Respon
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Tahap Pre-Nursery dengan Aplikasi
Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Kepok. Agrium: Jurnal Ilmu Pertanian,
24(1), 34-39.
Benny, W. P., E. T. S. Putra., dan S. Supriyanta. 2015. Tanggapan Produktivitas
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Variasi Iklim. Vegetalika,
4(4), 21-34.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., S. Fauzi., N. Hanum., L. A. Usaha., dan P.
Swadaya., S. A.Bambang. 2012. Si Hitam Biochar yang Multiguna.
Perkebunan Nusantara X (Persero), 46, 437–444.
Dewi, A. A. D., dan P. B. Rini. 2023. Pemanfaatan Potensi Tumbuhan
Kelakai(Stenochlaena palustris) Sebagai Bahan Kompos Organik. Jurnal
Pertanian Peradaban, 3 (1): 23-33.
Fahlei, R., E. Rahayu., dan V. Kautsar. 2017. Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan
Limbah Cair Ampas Tahu Pada Tanah Regosol Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa sawit Di Pre Nursery, Jurnal Agromast, 2(1):1-15.
Fahri, M. H., E. R. Setyawati., dan V. Kautsar. 2024. Pengaruh Perbandingan
Arang Cocopeat Sebagai Campuran Media Tanam dan Dosis NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Pre Nursery.
AGROFORETECH, 2(2), 558-567.
Hasibuan, A., dan E. Sobarim. 2017. Efek ukuran serbuk sari dalam penyerbukan
terhadap perkembangan buah tanaman kelapa sawit.
Idris, I., dan R. Mayerni. 2020. Karakterisasi morfologi tanaman kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di kebun binaan PPKS Kabupaten Dharmasraya.
Jurnal Riset Perkebunan, 1(1), 45-53.
Imas, S., D. Damhuri., dan A. Munir. 2017. Pengaruh pemberian pupuk kompos
terhadap produktivitas tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal
Amfibi, 2(1), 57-64.
Jakunda, A., S. Syahrudin., S. Suparno., dan K. Asie. 2020. Pertumbuhan Dan Hasil
Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Pemberian Bokashi Kalakai
(Stenochlaena palustris) Pada Tanah Gambut Pedalaman. Agri Peat, 21(2),
117-123.
Kakabouki, I., A, Efthimiadou., A. Folina., C. Zisi., dan S. Karydogianni. 2020.
Communications in Soil Science and Plant Analysis Effect of Different
32
Tomato Pomace Compost as Organic Fertilizer in Sweet Maize Crop.
Communications in Soil Science and Plant Analysis, 00(00), 1–15.
Kurniawati, H. Y., A, Karyanto., dan R. Rugayah. 2015. Pengaruh pemberian
pupuk organik cair dan dosis pupuk NPK (15: 15: 15) terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Agrotek
Tropika, 3(1):30-35.
Marpaung, A., U. K. Rosmarini., dan N. Kristalisasi. 2023. Pengaruh Pupuk NPK
15: 15: 15 Dan Pupuk Hayati Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Main Nursery. Agroforetech, 1(4), 22012205.
Nora, S., dan C. D. Mual. 2018. Budidaya tanaman kelapa sawit. Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Nur, T., Noor, A. R., dan M. Elma. 2016. Pembuatan pupuk organik cair dari
sampah organik rumah tangga dengan bioaktivator EM4 (Effective
microorganisms). Konversi, 5(2), 5-12.
Nuriyanti, D. D., I. Widiono., dan A. Suyanto. 2016. Faktor-faktor ekologis yang
berpengaruh terhadap struktur populasi kumbang badak (oryctes rhinoceros).
Biosfera, 33(1), 13-21.
Rahma, A., M. Wahyuni., dan S. Manurung. 2019. Efektifitas Pupuk Dalam
Beberapa Ukuran Sachet Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq). Jurnal Agro Estate, 3(2) :80-89.
Safitri, R. I., S. Budi., dan W. N. Lailiyah. 2023. Pengaruh Pemberian Dosis Bahan
Organik Kotoran Sapi dan Dosis Pupuk NPK (15: 15: 15) Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Ceri (Lycopersicum esculentum
Mill.). JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian, 3(1), 34-51.
Sakiah, S., G. Guntoro., dan H. Hardiansyah. 2018. Pembuatan pelet kompos bahan
baku gulma pakis udang (Stenochlaena palustris) dan putri malu (Mimosa
pudica) diperkaya pupuk tunggal. Prosiding Seminar Nasional Tahun 2018,
459–467.
Sari, R. J., A. Ardian., dan S. Syafrinal. 2020. Pengaruh Hujan terhadap Produksi
Tanaman Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Tandun
(Doctoral dissertation, Riau University), 4(1), 1-16.
Simanihuruk, B. W., H. Gusmara., dan S. R. P, Silitonga. 2022. Respon
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre-nursery Terhadap Komposisi Media
tanam. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural
Science), 20(1), 66-73.
Sipayung, D. A. 2023. Pengaruh Konsentrasi Dan Cara Aplikasi Eco Enzim
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery (Doctoral
dissertation, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta), 1- 6.
33
Situmorang, M. R., N. A. A, Yani., dan B. Pratomo. 2020. Pengaruh Pemberian
Pupuk Hayati Mikoriza dan Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Jurnal Agro Estate,
4(2), 59-70.
Waruwu, F., B. W. Manihuruk., P. Prasetyo., dan H. Hermansyah. 2018.
Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery dengan komposisi media
tanam dan konsentrasi pupuk cair azolla pinnata berbeda. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, 20(1), 7-12.
Wijaya, I. G. A., J. Ginting., H. Haryati. 2014. Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery terhadap Pemberian Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15: 15: 6: 4). Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(1), 103580.
Wulandari, S. A., dan N. Kemala. 2017. Kajian komoditas unggulan sub-sektor
perkebunan di provinsi jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
16(1), 134-141.
Yusdian, Y., D. M. Minangsih., dan D. Herawati. 2023. Pengaruh Kombinasi Dosis
Pupuk NPK (15:15:15) Dan KCL Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Edamame (Glycine max (L.) Merril) Varietas Ryoko-75: Bahasa
Indonesia. Agro Taten| Jurnal Ilmiah Pertanian, 5(1), 12-18.
Kharisma, Y., Syahrudin, S., Darung, U., dan Asie, K. V. (2021). https://doi.
org/10.36873/Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum
L) Terhadap Pemberian Biochar Sekam Padi Dan Bokashi Kalakai Pada
Tanah Spodosol: Application of Rice Husk Biochar and Kalakai Bokashi for
Increasing The Growth and Yield of Onion on Spodosol. AgriPeat, 22(2), 7379.
34
Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian tahun 2025
Bulan
No
Jenis Kegiatan
Mei
1
1
Persiapan Bahan
Penelitian
2
Persiapan Lahan
3
Pengolahan Tanah
4
Pemasangan Label
5
Penyemaian Benih
6
Pemberian Perlakuan
a. Pupuk Kompos pakispakisan kelakai
b, pemberian NPK
15:15:15
7
Penanaman
8
Pemeliharaan
9
Pengamatan
10
Laporan
2
3
Juni
4
1
2
3
Juli
4
1
2
3
4
35
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit Varietas DxP Simalungun
Umur
(Bulan)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sumber
Jumlah Daun
(Helai)
3,4
4,5
5,5
8,5
10,5
11,5
13,5
15,5
16,5
18,5
Tinggi Bibit
(cm)
20,0
25,0
32,0
35,9
52,2
64,3
88,3
101,9
114,1
126,0
Diameter
Batang (cm)
1,3
1,5
1,7
2,8
2,7
3,6
4,5
5,5
5,8
6,0
: Keputusan Menteri Pertanian NO : 137/Kpts/TP.240/2/2003
Tentang Pelepasan Varietas DxP Simalungun.
36
Lampiran 3. Lay Out Penelitian di Lapangan Dengan Rancangan Acak
Lengkap Faktorial
K2N2
c
K3N2
c
K0N2
b
K0N1
b
K2N1
c
K2N3
a
K0N0
b
K1N3
c
K2N2
b
K2N3
c
K2N0
c
K1N0
a
K2N0
b
K2N0
a
K0N3
c
KN1
b
K1N2
c
K0N1
c
K1N3
b
K1N3
a
K2N1
b
K1N2
b
K1N0
c
K3N0
a
K0N2
a
K3N2
b
K2N1
a
K3N3
a
K0N0
a
K1N2
a
K3N2
a
K1N1
a
K3N1
b
K2N2
a
K0N2
c
K3N3
b
K3N0
b
K0N3
b
K1N1
c
K0N3
a
K3N1
a
K3N1
c
K0N0
c
K2N3
b
K3N0
c
K1N0
b
K3N3
c
K0N1
a
Keteranga:
K: Perlakuan Kompos Kelakai
N: Perlakuan NPK 15:15:15
a,b,c: Ulangan
1,2,3: Taraf Perlakuan
20 cm: Jarak Antar Satuan
Percobaan
40x40 cm: Jarak Tanam Dalam
Satuan Percobaan
37
lampiran 4. Cara Pembuatan Kompos kelakai Stenochlaena palustris
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kompos kelakai :
ο‚·
kelakai segar 40 kg, EM4 500 ml,daun kering 10 kg, Gula merah 250 gr,
air ±10, sekam padi 5 kg
ο‚·
Parang, sarung tangan, ember, timbangan, alas (terpal)
Cara Pembuatan
1. Bahan kelakai segar dan daun kering dipotong kecil-kecil dengan
ukuran ±5 cm agar lebih cepat terurai.
2. kemudian jemur potongan kelakai segar dibawah sinar matahari selama 7
hari untuk mengurangi kadar air
3. campurkan potongan kelakai kering, sekam padi, dan daun kering kedalam
ember besar selanjutnya bahan tersebut disiram dengan larutan EM4 dan
gula merah secara merata, kemudian ditutup untuk menjaga suhu
4. selama proses pengomposan kelakai harus dikontrol, suhu harus
dipertahankan pada 30ºC-40ºC dengan cara dibolak balik.
5. Setelah 3-6 minggu kompos dikatakan berhasil apabila telah ada
penurunan bobot sebesar 60 % - 65 %, dan kompos berubah warna jadi
gelap, teksturnya remah, dan bau tanah.
6. sebelum diaplikasikan, kompos kelakai sebaiknya diangin-anginkan untuk
mengurangi suhu.
7. kompos kelakai siap digunakan.
sumber
: Dewi, A. A. D., dan P. B. Rini. 2023. Pemanfaatan Potensi
Tumbuhan Kelakai(Stenochlaena palustris) Sebagai Bahan
Kompos Organik. Jurnal Pertanian Peradaban, 3 (1): 23-33.
Download