Uploaded by common.user150721

[123dok.com] gambaran persaingan dalam iklan televisi kartu seluler xl dan as studi analisis semiotika tentang pe

advertisement
GAMBARAN PERSAINGAN DALAM IKLAN TELEVISI
KARTU SELULER XL DAN AS
(Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi
Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana
(S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh:
VERONIKA TARIGAN
090922002
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
NAMA
: VERONIKA TARIGAN
NIM
: 090922002
JUDUL
: GAMBARAN PERSAINGAN DALAM IKLAN TELEVISI
KARTU SELULER XL DAN AS
(Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan
Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi
“Sule – Cek 123”)
Medan,
Juli 2011
Pembimbing,
Ketua Departemen,
Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm
NIP. 197711062005011001
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NIP. 196208281987012001
Dekan,
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
NIP. 196805251992031002
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu
Seluler XL dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan
Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari gambaran persaingan dan makna tanda
yang ada dalam kedua iklan televisi tersebut. Dalam kedua iklan tersebut muncul
kode-kode komunikasi yang membentuk suatu tanda yang dapat dimaknai secara
denotatif dan konotatif.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan perangkat analisis
semiologi Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap (two order signification);
denotasi dan konotasi. Dari peta Roland Barthes terlihat bahwa tanda denotatif
terdiri atas penanda dan petanda. Penanda merupakan tanda yang kita persepsi
(objek fisik) yang dapat ditunjukkan dengan warna atau rangkaian gambar yang
ada dalam iklan televisi yang sedang diteliti yaitu iklan XL versi “Sule – Baim”
dan AS versi “Sule – Cek 123”. Pada saat yang bersamaan, makna denotatif yang
didapatkan dari penanda dan petanda adalah juga petanda konotatif yaitu makna
tersirat yang memunculkan nilai-nilai dari penanda dan petanda. Sementara itu
petanda konotatif menurut Barthes adalah mitos atau operasi ideologi yang berada
di balik sebuah penanda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa Iklan AS versi “Sule – Baim”
merupakan versi saingan dari iklan XL versi “Sule – Cek 123”, yang intinya
adalah ingin menyatakan bahwa Kartu AS lebih baik dari XL. Gambaran
persaingan yang terjadi dalam iklan XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule –
Cek 123” terlihat dari tanda-tanda yang ditunjukkan, yaitu melalui dialog, lirik
lagu atau jingle, subjek yang mirip, dan bahasa tubuh (gesture).
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih,
anugerah dan berkat-Nya kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
keluarga tercinta, terutama kedua orang tua peneliti, T. Tarigan dan M. Barus
yang selama ini telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun
materil sehingga skripsi ini dapat peneliti kerjakan dengan baik. Untuk saudarasaudari terkasih, Evi Agustin Tarigan dan Firdaus Tarigan, peneliti ucapkan
terima kasih atas dukungan yang besar dari mereka berdua sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk nenek tercinta (Iting), peneliti
ucapkan terima kasih banyak karena kasih sayang yang besar kepada peneliti.
Untuk yang terkasih Hubert P. Butarbutar, peneliti ucapkan terima kasih atas
perhatian, kasih sayang serta kesediaannya mendengarkan keluh kesah dan
memberikan semangat kepada peneliti saat jenuh dan hampir putus asa.
Skripsi yang berjudul “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu
Seluler XL dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan
Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”
ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dari Departemen Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak
bimbingan, motivasi, nasehat dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara
3. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm selaku Dosen Pembimbing peneliti
yang banyak memberi masukan dan bimbingan kepada peneliti sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Bapak Amir Purba, M.A., Ph.D selaku Dosen Wali peneliti selama dua tahun
masa perkuliahan
5. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah membagikan
ilmunya kepada peneliti
6. Seluruh Staf Departemen Ilmu Komunikasi, terutama Kak Ros, Kak Maya
dan Kak Icut, yang telah banyak membantu dalam proses administrasi
7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan canda tawa serta dukungan kepada
peneliti: Indra Vera, Eni, Desy, Kak Ayu dan Riris
8. Teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi Ekstensi 2009 yang telah selesai
maupun yang sedang berjuang (Ira, Kak Verra, Hera, Tetty, Dwi, Benget,
Lamhot, Hendra, Bang Hardman, Bang Sihar, Maya, Nuke, Imam, Bang Oka
dan Bang Wan)
9. Teman-teman peneliti di Sekolah Bina Insan Mandiri (Ms. Debbie,
Ms. Lenny, Ms. July, Ms. Emy, Ms. Jenny, Ms. Eunice dan Ms. Siska)
Universitas Sumatera Utara
10. Teman-teman peneliti di Permata (Sarah, Kak Rani dan Ita)
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati peneliti menerima saran dan masukan yang dapat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini
dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.
Medan, Juli 2011
Peneliti,
Veronika Tarigan
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
I.2
I.3
I.4
I.5
I.6
I.7
I.8
BAB II
Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
Perumusan Masalah .................................................................... 5
Pembatasan Masalah ................................................................... 5
Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
Kerangka Teori ........................................................................... 7
I.6.1 Komunikasi ..................................................................... 7
I.6.1.1 Pengertian Komunikasi ...................................... 7
I.6.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ................................... 8
I.6.2 Komunikasi Massa ........................................................ 12
I.6.3 Komunikasi Pemasaran.................................................. 14
I.6.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ................. 15
I.6.4 Iklan .............................................................................. 17
I.6.4.1 Pengertian Iklan ............................................... 17
I.6.4.2 Fungsi Iklan ..................................................... 18
I.6.4.3 Jenis Iklan ........................................................ 19
I.6.4.4 Jenis-jenis Media Iklan .................................... 20
I.6.4.5 Iklan Televisi ................................................... 21
I.6.4.6 Etika Periklanan ............................................... 22
I.6.5 Semiotika ...................................................................... 23
I.6.6 Analisis Semiotika Iklan ................................................ 25
Kerangka Konsep...................................................................... 26
Operasional Konsep .................................................................. 27
URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi .............................................................................. 29
II.1.1 Pengertian Komunikasi .................................................. 29
II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ............................................... 30
II.2 Komunikasi Massa .................................................................... 33
II.3 Komunikasi Pemasaran ............................................................. 36
II.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) .............................. 36
II.4 Iklan ......................................................................................... 38
II.4.1 Pengertian Iklan............................................................. 39
II.4.2 Fungsi Iklan................................................................... 41
II.4.3 Jenis Iklan ..................................................................... 42
Universitas Sumatera Utara
II.4.4 Jenis-jenis Media Iklan .................................................. 43
II.4.5 Iklan Televisi ................................................................. 43
II.4.6 Desain Iklan Televisi (Desain Komunikasi Visual) ........ 45
II.4.7 Etika Periklanan ............................................................ 58
II.5 Semiotika .................................................................................. 58
II.6 Analisis Semiotika Iklan ........................................................... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metodologi Penelitian ............................................................... 67
III.1.1 Tipe Penelitian............................................................... 67
III.1.2 Operasionalisasi Konsep ................................................ 68
III.2 Subjek Penelitian ...................................................................... 70
III.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 71
III.4 Teknik Analisis Data................................................................. 72
III.5 Kelemahan Penelitian ............................................................... 75
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA
IV.1 Penyajian Data .......................................................................... 77
IV.1.1 Penyajian Data Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ............... 77
IV.1.2 Penyajian Data Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123”........... 78
IV.2 Analisis Data ............................................................................ 79
IV.2.1 Analisis Data Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ................. 79
IV.2.1.1 Analisis Scene Pertama Iklan XL Versi
”Sule – Baim.................................................... 79
IV.2.1.2 Analisis Scene Kedua Iklan XL Versi
”Sule – Baim” .................................................. 85
IV.2.1.3 Analisis Scene Penutup Iklan XL Versi
”Sule – Baim” .................................................. 90
IV.2.2 Analisis Data Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ............. 92
IV.2.2.1 Analisis Scene Pertama Iklan AS Versi
”Sule – Cek 123” ............................................. 92
IV.2.2.2 Analisis Scene Kedua Iklan AS Versi
”Sule – Cek 123” ............................................. 97
IV.2.2.3 Analisis Scene Penutup Iklan AS Versi
”Sule – Cek 123” .......................................... 107
IV.2.3 Analisis Data Iklan XL Versi ”Sule – Baim” dan Iklan AS
Versi ”Sule – Cek 123” Secara Keseluruhan ............... 112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan............................................................................ 116
V.2 Saran ..................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Elemen-elemen Bahasa Gambar ..................................................54
Kerja Kamera dan Teknik Penyuntingan .....................................57
Identifikasi Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ..................................77
Teknik-teknik dalam Menyunting Gambar Iklan XL Versi
”Sule – Baim” .............................................................................77
Identifikasi Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ..............................78
Teknik-teknik dalam Menyunting Gambar Iklan AS Versi
”Sule – Cek 123”.........................................................................78
Ikon Scene Pertama Iklan XL Versi ”Sule – Baim” .....................81
Ikon Scene Kedua Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ........................86
Ikon Scene Pertama Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” .................93
Ikon Scene Kedua Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ................ 100
Ikon Scene Penutup Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” .............. 108
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes ........................................62
Scene Pertama Iklan XL Versi “Sule – Baim” .............................79
Scene Kedua Iklan XL Versi “Sule – Baim” ................................85
Scene Penutup Iklan XL Versi ”Sule – Baim” .............................90
Scene Pertama Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” .........................92
Scene Kedua Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ...........................97
Scene Penutup Iklan AS versi ”Sule – Cek 123”....................... 107
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu
Seluler XL dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan
Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari gambaran persaingan dan makna tanda
yang ada dalam kedua iklan televisi tersebut. Dalam kedua iklan tersebut muncul
kode-kode komunikasi yang membentuk suatu tanda yang dapat dimaknai secara
denotatif dan konotatif.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan perangkat analisis
semiologi Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap (two order signification);
denotasi dan konotasi. Dari peta Roland Barthes terlihat bahwa tanda denotatif
terdiri atas penanda dan petanda. Penanda merupakan tanda yang kita persepsi
(objek fisik) yang dapat ditunjukkan dengan warna atau rangkaian gambar yang
ada dalam iklan televisi yang sedang diteliti yaitu iklan XL versi “Sule – Baim”
dan AS versi “Sule – Cek 123”. Pada saat yang bersamaan, makna denotatif yang
didapatkan dari penanda dan petanda adalah juga petanda konotatif yaitu makna
tersirat yang memunculkan nilai-nilai dari penanda dan petanda. Sementara itu
petanda konotatif menurut Barthes adalah mitos atau operasi ideologi yang berada
di balik sebuah penanda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa Iklan AS versi “Sule – Baim”
merupakan versi saingan dari iklan XL versi “Sule – Cek 123”, yang intinya
adalah ingin menyatakan bahwa Kartu AS lebih baik dari XL. Gambaran
persaingan yang terjadi dalam iklan XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule –
Cek 123” terlihat dari tanda-tanda yang ditunjukkan, yaitu melalui dialog, lirik
lagu atau jingle, subjek yang mirip, dan bahasa tubuh (gesture).
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Informasi yang persuasif dalam proses komunikasi yang diwakili oleh
iklan menunjukkan adanya garis hubungan antara seseorang atau sekelompok
orang yang ingin menjual produknya kepada seseorang atau sekelompok orang
yang membutuhkan produk itu, dimana dalam proses komunikasi itu juga harus
mengandung daya tarik dan menggugah suatu perasaan tertentu dengan cara
menggunakan teknik persuasi yang bisa menggoda dan bisa meluluhkan hati
konsumennya (Liliweri, 2001: 20).
Periklanan memasuki masa dimana persaingan di pasar semakin
meningkat terutama pada produk-produk atau jasa yang sejenis, sehingga
diperlukan teknik dan bentuk periklanan yang mendasarkan diri pada strategi
periklanan yang pas. Strategi periklanan yang berkualitas akan membantu setiap
perusahaan memperkenalkan kepada masyarakat masa depan produknya lalu
memberikan gambaran bahwa produknya tidak akan kalah bersaing dengan
produk yang sejenis. Perancangan iklan mulai memperhatikan aktualitas, daya
tarik pesan, khalayak sasaran yang dituju, efek yang benar-benar efektif, biaya
yang murah serta pemilihan media yang dapat menjangkau konsumen.
Pemilihan media yang sesuai merupakan salah satu kegiatan dari
perancangan iklan. Kegiatan periklanan, bila ditilik dari pemilihan media,
mengandung unsur penyewaan ruang atau waktu dari suatu media massa untuk
menyebarkan informasi, baik itu media elektronik maupun media cetak. Kegiatan
Universitas Sumatera Utara
periklanan memang bisa menelan biaya yang sangat mahal, namun selama itu
didasarkan pada tujuan dan perhitungan yang serba jelas maka semuanya bisa
dibenarkan. Semua kegiatan itu tetap efektif dan ekonomis, dalam pengertian
dapat mencapai sasaran dan tetap menjamin keuntungan perusahaan.
Kegiatan periklanan akan semakin gencar dilakukan sebuah perusahaan
apabila sebuah produk baru keluaran perusahaan lain yang sejenis dengan produk
mereka muncul di pasaran. Pertarungan antara dua produk yang sejenis, dalam hal
ini dianggap sah-sah saja untuk dilakukan dalam penyajian iklan, asalkan tidak
melanggar kode etik periklanan.
Industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua
dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Di
Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara
radikal. Dimana telepon yang dulunya merupakan barang mewah, sehingga hanya
kelompok
tertentu
yang
bisa
menikmatinya,
sekarang
dengan
mudah
mendapatkannya, bahkan sekarang dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Semua lapisan masyarakat memiliki akses untuk dapat menggunakan sarana
telekomunikasi untuk berbagai keperluan, baik untuk urusan bisnis, keluarga
ataupun keperluan lainnya. Demikian juga semua lapisan masyarakat dari lapisan
elit sampai pembantu rumah tangga dari kota besar ataupun pelosok-pelosok di
seluruh Indonesia dapat mengakses sarana telekomunikasi yang ada. Apalagi
program universal service obligation (USO) sudah menjadi program pemerintah
dalam beberapa tahun terakhir ini. Sehingga pelayanan jasa telekomunikasi
dibawa ke daerah-daerah terisolir, meskipun hasilnya masih belum memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Akhir-akhir ini kita melihat persaingan yang semakin ketat antar operator
dalam menarik konsumen supaya tertarik untuk menggunakan produknya,
khususnya untuk telepon seluler. Bahkan dalam beberapa media kita saksikan
perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh berbagai operator, sampaisampai ada yang menawarkan sms gratis ataupun percakapan gratis guna menarik
konsumen. Sehingga masyarakat ataupun konsumen pun yang mulai cerdas juga
banyak memanfaatkan perang harga tersebut untuk mendapatkan harga termurah
dengan sering berganti operator ataupun memiliki beberapa jasa pelayanan dari
beberapa operator. Oleh karena itu, pasar telepon seluler di Indonesia diperkirakan
memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia. Pelanggan
telepon seluler di Indonesia begitu mudah untuk berganti nomor telepon ke
operator lain. Hal ini tidak terlepas dari persaingan antar operator telekomunikasi
di Indonesia. Angka perputaran pelanggan telepon seluler di Indonesia
diperkirakan mencapai 8,6 persen dalam sebulan. Sementara angka perputaran
pelanggan di India mencapai 4 persen per bulan, Malaysia 3,7 persen per bulan,
Philipina 3,1 persen per bulan, Thailand 2,9 persen per bulan, Cina 2,7 persen per
bulan, dan Bangladesh 2,1 persen per bulan (Tempo, 2007).
Perang provider seluler paling seru saat ini adalah antara XL dan
Telkomsel. Berkali-kali kita dapat melihat iklan-iklan kartu XL dan kartu
AS/Simpati (Telkomsel) saling menjatuhkan dengan cara saling memurahkan tarif
sendiri. Kini perang dua kartu yang sudah ternama ini kian meruncing dan
langsung tak tanggung-tanggung menyindir satu sama lain secara vulgar.
Bintang iklan yang jadi kontroversi adalah Sule, komedian yang sekarang
sedang naik daun. Awalnya Sule adalah bintang iklan XL. Di XL, Sule bermain
Universitas Sumatera Utara
satu frame dengan bintang cilik Baim dan Putri Titian. Dalam iklan tersebut, Baim
diminta Sule untuk mengatakan, “Om Sule ganteng”, tapi dengan kepolosan dan
kejujuran (yang tentu saja sudah direkayasa oleh sutradara), si Baim malah
mengatakan, “Om Sule jelek”. Setelah itu, Sule kemudian membujuk Baim lagi
untuk mengatakan, “Om Sule ganteng” tapi kali ini Baim diberikan permen oleh
Sule. Tapi tetap saja Baim mengatakan, “Om Sule jelek”. XL membuat sebuah
slogan, “Sejujur Baim, sejujur XL”.
Iklan ini dibalas oleh Telkomsel dengan meluncurkan iklan kartu AS.
Awalnya, bintang iklannya bukan Sule, tapi di iklan tersebut sudah membalas
iklan XL tersebut dengan kata-katanya yang berbunyi seperti ini, “Jangan mau
dibohongin anak kecil”.
Tidak lama setelah itu, kartu AS meluncurkan iklan dengan bintang Sule.
Di iklan tersebut, Sule menyatakan kepada pers bahwa dia sudah tobat. Sule
sekarang memakai kartu AS yang katanya paling murah langsung dari menit
pertama. Sule juga berkata bahwa dia kapok dibohongin anak kecil sambil tertawa
dengan nada mengejek.
Tidak cukup sampai di sana, kartu AS kembali meluncurkan iklan dengan
bintang Sule. Masih menampilkan Sule yang didampingi oleh kelompok musik
pemenang Indonesia Mencari Bakat (IMB), Klantink, tampilan awal langsung
menggunakan kalimat "Ngapain sih pake cek-cek 123? Kelamaan", lalu di sesi
akhir iklan tersebut langsung menghadirkan seorang anak kecil berbaju biru, yang
merepresentasikan Baim di iklan XL, dengan mengucapkan kalimat "Kartu AS
paling murah ya, Om Sule?".
Universitas Sumatera Utara
Perang iklan antar operator sebenarnya sudah lama terjadi. Namun pada
perang iklan kali ini, tergolong parah. Biasanya, tidak ada bintang iklan yang
pindah ke produk kompetitor selama jangka waktu kurang dari 6 bulan. Namun
pada kasus ini, saat penayangan iklan XL masih diputar di televisi, sudah ada
iklan lain yang “menjatuhkan” iklan lain dengan menggunakan bintang iklan yang
sama.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL dan AS
(Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler
XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”
I.2
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
gambaran persaingan yang terjadi dalam iklan kartu seluler XL versi “Sule –
Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”?”
I.3
Pembatasan Masalah
Ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang dapat mengaburkan
penelitian dapat dihindari peneliti dengan cara melakukan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, dilakukan untuk melihat
pertarungan wacana yang terjadi dalam iklan dua produk yang sejenis (kartu
seluler XL dan AS).
Universitas Sumatera Utara
2. Objek penelitian adalah iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan
kartu seluler AS versi “Sule – Cek 123” yang ditayangkan di televisi pada
akhir tahun 2010. Alasan peneliti menggunakan kedua iklan dengan versi di
atas adalah karena keduanya memakai pelaku iklan yang sama yaitu komedian
Sule.
I.4
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persaingan yang terjadi
dalam iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan kartu seluler AS
versi “Sule – Cek 123”.
2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tanda termasuk hal-hal yang
tersembunyi di balik iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan
kartu seluler AS versi “Sule – Cek 123”.
I.5
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan di lingkungan
FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.
b. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perkembangan ilmu komunikasi, khususnya
mengenai studi analisis
semiotika.
Universitas Sumatera Utara
c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat
untuk menambah pengetahuan mengenai gambaran persaingan yang terjadi
dalam iklan kartu seluler.
I.6
Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39).
Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi
dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
I.6.1
Komunikasi
I.6.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat
dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum
tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja
Universitas Sumatera Utara
belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa
percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya,
selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan. (Effendy, 2006: 9)
Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says what in which
channel to whom with what effect? Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan
bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan
(message), media (channel, media), komunikan (communicant, receiver,
recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10).
I.6.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen
komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi.
Adapun
unsur-unsur
komunikasi
adalah
sebagai
berikut
(Cangara, 2006: 24):
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi,
atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source atau sender.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris, pesan
biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat
yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacammacam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera
dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran
komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat
Universitas Sumatera Utara
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak
seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk
dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi,
video recording, audio cassette dan sebagainya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang
menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima,
akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan atau media.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan
pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim atau alat yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan.
Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis
dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses
komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya
geografis. Komunikasi sering sekali sulit dilakukan karena faktor jarak yang
begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos
atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik
yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah
pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya
menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi
yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi
yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi
tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu
sama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
I.6.2
Komunikasi Massa
Salah
satu
bentuk
komunikasi
adalah komunikasi
massa
yang
menyampaikan informasi, ide, gagasan kepada komunikan yang jumlahnya
banyak dan menggunakan media. Aneka pesan melalui sejumlah media massa
dengan menyajikan beragam peristiwa baik itu yang sifatnya sederhana
menunjukkan bahwa komunikasi massa telah menjadi bagian kehidupan manusia.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti
radio, televisi dan film (Cangara, 2006: 36).
Definisi
lainnya,
komunikasi
massa
merupakan
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi
massa memiliki faktor utama yaitu menggunakan alat bantu (media) yang meliputi
media elektronik ataupun non elektronik.
Komunikasi massa diartikan juga sebagai proses penyebaran pesan dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah
orang yang tidak tampak oleh si pengirim pesan.
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Joseph R. Dominick
terdiri atas (Effendy, 2006: 29-31):
1. Pengawasan peringatan (Surveillance).
Fungsi pengawasan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada
kita mengenai ancaman taufan, letusan gunung berapi, kondisi ekonomi
Universitas Sumatera Utara
yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer.
Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi
diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula
diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis
(berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara
atau masalah pengangguran.
b. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance).
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari. Juga fungsi pengawasan dapat dijumpai pada isi
media yang dimaksudkan untuk menghibur.
2. Interpretasi (Interpretation)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling
nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau
televisi siaran. Pada kenyataannya fungsi interpretasi ini tidak selalu
berbentuk tulisan, adakalanya juga berbentuk kartun atau gambar lucu yang
bersifat sindiran.
3. Hubungan (Linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran
perseorangan. Misalnya kegiatan periklanan yang menghubungkan kebutuhan
dengan produk-produk penjual.
Universitas Sumatera Utara
4. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang
mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilainilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran
masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka
seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa
yang penting.
5. Hiburan (Entertainment)
Fungsi ini jelas tampak pada televisi dan radio, dimana sebahagian besar
programnya bersifat menghibur (to entertain).
I.6.3
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana
pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi
dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan
organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan
pelanggannya. Tentu saja, pemasaran lebih umum pengertiannya daripada
komunikasi pemasaran, namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas
komunikasi. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran merepresentasikan
gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran mereka yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003: 4).
Universitas Sumatera Utara
I.6.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran
modern. Bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan
yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu
yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai
“empat P”: Product, price, place dan promotion (produk, harga, distribusi dan
promosi).
1. Product (Produk)
Product (produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada pasar sasaran. Yang mencerminkan kombinasi barang dan
jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Produk-produk seringkali diklasifikasikan dalam:
a) Barang-barang industrial (barang-barang instalasi, bahan-bahan mentah
dan bahan-bahan yang diproses, suku-suku cadang, alat-alat untuk
pengoperasian)
b) Barang-barang konsumsi yang terbagi lagi dalam apa yang dinamakan
convenience goods, shopping goods, speciality goods.
2. Price (Harga)
Price (harga) adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk
memperoleh/mendapatkan produk. Keputusan harga harus dihubungkan
dengan keputusan rancangan produk, distribusi dan promosi untuk
Universitas Sumatera Utara
membentuk program pemasaran yang efektif. Harga merupakan faktor
penempatan produk yang amat penting yang menentukan pasaran produk,
persaingan dan rancangan produk. Perusahaan harus bisa menegosiasikan
harga dengan setiap pelanggan, menawarkan diskon, melakukan penjualan
tukar-tambah dan menawarkan kredit untuk menyesuaikan dengan situasi
persaingan yang berlangsung dan mempertimbangkan harga sesuai dengan
persepsi pembeli.
3. Place (Distribusi)
Place (distribusi) mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk
bagi konsumen sasaran. Saluran distribusi menggerakkan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, tidak terbatas pada pendistribusian produk nyata
(tangible), dimana para penyalur mendemonstrasikan produk kepada para
pembeli terkhusus pembeli potensial, menegosiasikan harga, melakukan
layanan purna-jual.
4. Promotion (Promosi)
Promotion (promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan
produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Konsep yang
secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang
disebut sebagai bauran promosi (promotion mix). Disebut bauran promosi
karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara
simultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk. Terdapat 5
jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu iklan
(advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan
Universitas Sumatera Utara
(sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public
relation) serta pemasaran langsung (direct marketing).
I.6.4
Iklan
I.6.4.1 Pengertian Iklan
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan
lewat media kepada sebagian/seluruh masyarakat. Sedangkan periklanan adalah
keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan penyampaian iklan.
Wright mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi
yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemesaran yang membantu
menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Definisi iklan menurut AMA
(The American Marketing Association), bahwa iklan adalah “setiap bentuk
pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan
layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor tertentu” (Liliweri,
2001: 20-21). Baik definisi Wright maupun AMA iklan tetap dipandang dari dua
sisi, alat marketing dan komunikasi.
Pengertian
iklan
dipandang
sebagai
alat
pemasaran
adalah
(Liliweri, 2001: 21):
1. Bentuk pembayaran
2. Penyampaian bersifat non personal
3. Produk barang, jasa, layanan dan gagasan
Universitas Sumatera Utara
4. Dibiayai oleh sponsor
Pengertian
iklan
dipandang
sebagai
komunikasi
adalah
(Liliweri, 2001: 23):
1. Informasi dan persuasi
2. Informasi dikontrol
3. Teridentifikasinya informasi
4. Media komunikasi massa
I.6.4.2 Fungsi Iklan
Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya
non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi seperti yang dimuat di
media massa lainnya (Liliweri, 2001: 47).
a. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai
ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang
diperlukannya.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan
melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang
terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Sebagai fungsi
komunikasi, iklan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga harus
memenuhi syarat-syarat pemberitaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan sebagian fungsi komunikasi. Secara khusus
sebenarnya dalam setiap ulasan efek komunikasi maka efek pendidikan lebih
diutamakan. Hal ini disebabkan karena semua orang ingin menghindari
terbentuknya suatu sikap yang negatif. Dalam periklanan hal ini demikian
sangat diperhatikan dan melalui fungsi pendidikan untuk membentuk sikap
setiap orang dapat meningkatkan aspek-aspek kognisinya, kemudian aspek
afeksinya dan aspek psikomotor. Fungsi pendidikan dalam komunikasi harus
memberikan pilihan yang bebas dari khalayak untuk mengambil keputusan.
d. Fungsi Ekonomi
Iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produk-produk tertentu,
bentuk pelayanan jasa, maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide yang
mendatangkan keuntungan finansial.
e. Fungsi Sosial
Iklan juga mempunyai fungsi sosial membantu menggerakkan suatu
perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh
dunia. Misalnya melalui iklan dapat digerakkan bantuan keuangan, bahanbahan makanan. Melalui publikasi iklan mampu menggugah pandangan orang
tentang suatu peristiwa, kemudian meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan
diikuti tindakan pelaksanaan nyata atau tindakan sosial.
Universitas Sumatera Utara
I.6.4.3 Jenis Iklan
Menurut Bittner dalam bukunya Mass Communication an Introduction,
secara umum iklan terdiri dari dua jenis, yaitu (Liliweri, 2001: 31-32):
1. Iklan Standar (Komersil)
Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan
mengenal barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media.
Tujuan iklan standar adalah merangsang motif dan minat para pembeli atau
para pemakai.
2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit, jadi iklan ini
tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Hal ini
berbeda dengan iklan standar yang mengharapkan dari pemasangan iklannya
mendapat keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya iklan
layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta
pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
I.6.4.4 Jenis-jenis Media Iklan
Adapun jenis-jenis media iklan adalah sebagai berikut:
1. Iklan media cetak: surat kabar, majalah, jurnal, tabloid dan lain-lain
2. Iklan media elektronik: televisi, radio (jingle dan sound) dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
3. Iklan media online: internet
4. Poster, papan reklame dan media ruang lainnya
5. Brosur, booklet, katalog dan lain-lain
6. Surat penawaran melalui direct mail
7. Pemberian sponsor dengan penekanan pada tujuan pemasaran dan periklanan
8. Bentuk-bentuk iklan khusus, seperti tas belanja, balon udara dan lain-lain
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis iklan media elektronik
televisi yaitu iklan televisi kartu seluler XL dan AS.
I.6.4.5 Iklan Televisi
Salah satu bagian dari industri periklanan selain pengiklan dan agen
periklanan, adalah media massa. Media berperan sebagai penghubung antara
perusahaan dengan konsumennya. Media untuk pengiklan antara lain adalah radio,
televisi, koran, majalah, internet, direct mail, billboard dan sebagainya.
Dari seluruh media massa yang memungkinkan untuk menjadi media
massa periklanan, televisi seringkali difavoritkan menjadi media periklanan yang
utama karena efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian pesan dan
pembentukan citra di dalamnya. Televisi menjadi pilihan utama oleh banyak
pemasar karena karakteristiknya yang unik dan mampu menampilkan imajinasi
nyata dari iklan tersebut dalam bentuk gambar dan suara.
Televisi sudah merupakan barang umum yang mudah dijumpai dimana
saja. Karena itu, potensi sebagai wahana iklan sangat besar, karena ia mampu
Universitas Sumatera Utara
menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon konsumen. Seperti yang kita
ketahui,
pada
umumnya
masyarakat
Indonesia
mengenal
televisi
dan
menjadikannya sebagai alat hiburan utama. Hal ini menjadikan para pemasar
sangat menyukai media ini untuk menjadi alat periklanan mereka.
Bentuk periklanan yang paling kuat dalam membuat selera dan mitos
adalah iklan televisi (Pelfrey, 1985: 301). Wilmhurst mendefinisikan iklan televisi
sebagai sebuah istilah yang secara umum digunakan untuk menjelaskan film
periklanan melalui transmisi televisi. Spot iklan dalam banyak hal merupakan
intisari televisi. Ini adalah sebuah bagian dari sekitar tiga puluh detik, terdiri dari
sejumlah banyak gambar dan suara yang diatur dengan sangat teliti. Iklan televisi
telah menciptakan karakteristiknya sendiri dan memiliki opera sabunnya sendiri.
Semuanya itu menambah daya pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya
sebagai suatu bentuk media iklan (Jefkins, 1996: 109).
Makna yang dibawa televisi makin lengkap dan kompleks selain karena
menampilkan audio visual tersebut, dari sisi visual selain memang membawa
makna tersendiri dalam setiap gambar dan gerakan, cara pengambilan kamera pun
menjadi penanda (signifier) tersendiri yang menghasilkan makna yang terjadi
menjadi makin kompleks dan makin kuat.
I.6.4.6 Etika Periklanan
Peran iklan dalam masyarakat telah diperdebatkan selama berabad-abad.
Iklan dianggap para praktisinya amat bertanggung jawab terhadap segala kejadian
Universitas Sumatera Utara
baik di dalam hidup dan dikritik oleh lawan mereka sebagai penyebab sebagian
besar hal yang buruk (Shimp, 2003: 99).
Pertarungan yang terjadi pada iklan, pada dasarnya berangkat dari kode
etik periklanan. Artinya ketika sebuah perusahaan dengan bantuan sebuah rumah
produksi (Production House) dalam membuat iklan yang dalam hal ini adalah
iklan untuk bersaing dengan iklan produk sejenis lainnya harus tetap berpegang
pada kode etik periklanan. Apabila kode etik periklanan itu dilanggar maka
kemungkinan besar perusahaan tersebut akan dihadapkan pada hukum.
I.6.5
Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani “seme”, seperti pada
“semeiotikos”, yang berarti penafsir tanda. Sebagai suatu disiplin, semiotika
berarti ilmu analisis data atau studi tentang bagaimana sistem penandaan
berfungsi (Cobley, 2002: 4).
Secara terminologi, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas obyek, peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda
(Eco, 1979: 6). Semiotika biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang
berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika
meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda
atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita
miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis
menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku
manusia (www.id.wikipedia.org).
Universitas Sumatera Utara
Semiotika adalah salah satu teori yang memfokuskan kajiannya pada
analisis pesan dan teks. Semiotika terfokus pada bagaimana cara seseorang atau
kelompok memproduksi tanda dan bagaimana orang lain memaknai tanda itu
(Littlejohn, 1992: 345). Dalam konteks media, semiotika berarti sebuah proses
bagaimana produsen media memproduksi tanda dan mengemasnya dalam bentuk
pesan serta bagaimana khalayak media memaknai tanda dalam pesan tersebut.
John Fiske mengatakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi
utama, yaitu (Sobur, 2004: 94):
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda
adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia
yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengoperasikan tanda. Studi ini mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat
atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung
pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan
bentuknya sendiri.
Umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam analisis
semiotika, yaitu (Littlejohn dalam Sobur, 2004: 148):
1. Masalah makna (the problem of meaning), yaitu bagaimana orang memahami
pesan, informasi apa yang dikandung dalam struktur sebuah pesan.
Universitas Sumatera Utara
2. Masalah tindakan (the problem of action) atau pengetahuan tentang bagaimana
memperoleh sesuatu melalui pembicaraan.
3. Masalah kohernsi (the problem of coherence), yang menggambarkan
bagaimana membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat
dimengerti (sensible).
Pada dasarnya, analisis semiotika memang sebuah ikhtiar untuk merasakan
sesuatu yang “aneh”, sesuatu yang dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca
atau mendengar suatu narasi atau naskah. Analisisnya bersifat paradigmatik,
dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi
di balik sebuah teks (Berger dalam Sobur, 2004: 117). Teks yang dimaksud tidak
hanya berarti berkaitan dengan aspek linguistik. Semiotika dapat meneliti teks
dimana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem. Dengan demikian
semiotika dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan,
fashion, fiksi, puisi dan drama.
I.6.6
Analisis Semiotika Iklan
Iklan dalam prosesnya menyangkut nilai-nilai tertentu sampai hampir
mencapai
status
religius,
yang
kemudian
dihubungkan
dengan
upaya
meningkatkan kekayaan dan mengkonsumsi barang. Iklan juga mempromosikan
sebuah cara memandang dunia atau worldview yang menekankan pada individu
atau kehidupan pribadi, serta mengabaikan nilai-nilai kolektif dan wilayah dunia
publik.
Komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alat
tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Iklan
Universitas Sumatera Utara
disampaikan melalui media massa, yaitu media cetak (surat kabar, majalah, brosur
dan billboard), media elektronik (radio, televisi, film) dan media online (internet).
Proses penerapan semiotika iklan pada televisi perlu memperhatikan
aspek-aspek dari medium yang berfungsi sebagai tanda, untuk membedakan
sebagai pembawa tanda. Iklan televisi memiliki hal yang menarik dilihat dari sisi
pengambilan gambar dari kamera yang dilakukan.
I.7
Kerangka Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang
diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007: 149).
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah memakai analisis
semiologi Roland Barthes signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi
dan konotasi. Semiologi Roland Barthes dipilih karena mampu memaknai tanda
pada media visual seperti iklan televisi. Unsur-unsur visual yang terdapat di dalam
iklan tidak bisa secara gamblang “bercerita” melainkan harus dimaknai oleh
pembacanya. Semiologi Roland Barthes menekankan pada peran pembaca
(reader), peran di sini berarti walaupun sebuah tanda telah memiliki makna
denotasi ataupun konotasi, tetapi tetap saja dibutuhkan keaktifan pembaca agar
dapat berfungsi. Dalam semiologi Roland Barthes, kode-kode komunikasi yang
terdapat pada desain iklan televisi nantinya akan dicari makna riil-nya (denotasi),
Universitas Sumatera Utara
kemudian hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya akan dicari makna
tersirat di dalamnya (konotasi).
I.8
Operasional Konsep
1. Tanda
Tanda dapat berupa apa saja, misalnya suara, huruf, bentuk, gambar, warna,
gerak dan lainnya. Tanda adalah gabungan konsep dan citra. Secara khusus
penelitian ini akan melihat tanda-tanda yang membentuk teks pada iklan kartu
seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
2. Denotasi
Denotasi secara umum dikenal sebagai makna yang sebenarnya, makna apa
saja yang tampak. Makna yang dihasilkan bersifat eksplisit, langsung dan
pasti. Pesan langsung ini sampai pada kita tanpa harus melakukan penafsiran.
Denotasi dalam penelitian ini adalah makna sebenarnya dalam teks (tulisan
dan gambar) yang tampak pada subjek penelitian, yakni iklan kartu seluler XL
versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
3. Konotasi
Konotasi sering diartikan sebagai makna yang tersirat, konotasi menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang ada di dalamnya beroprasi makna yang
tidak eksplisit, tidak secara langsung dan tidak pasti (terbuka terhadap
berbagai kemungkinan). Inilah saatnya konotasi tersebut dimaknai sesuai
dengan konsep budaya, nilai dan sejarah, ketika penanda dikaitkan dengan
aspek psikologi, seperti perasaan, emosi dan keyakinan. Penelitian ini mencari
Universitas Sumatera Utara
makna konotasi dari teks iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS
versi “Sule – Cek 123”.
4. Mitos dan Ideologi
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu (Budiman dalam Sobur, 2004:71). Teori Barthes tentang
mitos
diterangkan
dengan
mengetengahkan
konsep
konotasi,
yakni
pengembangan segi signifie (petanda, makna) oleh pemakai bahasa. Pada saat
konotasi menjadi mantap, ia menjadi mitos, dan ketika mitos menjadi mantap,
ia menjadi ideologi. Jadi, banyak sekali fenomena budaya dimaknai dengan
konotasi, dan jika ia menjadi mantap maka fenomena itu menjadi mitos, dan
kemudian menjadi ideologi. Akibatnya, suatu makna tidak lagi dirasakan oleh
masyarakat sebagai hasil konotasi (Hoed, 2008:153). Mitos dan ideologi yang
diteliti dalam penelitian ini adalah kode dan makna yang terkandung dalam
iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1
Komunikasi
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat
dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum
tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja
belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa
percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya,
selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan. (Effendy, 2006: 9)
Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says what in which
channel to whom with what effect? Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan
bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan
(message), media (channel, media), komunikan (communicant, receiver,
recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell
Universitas Sumatera Utara
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10).
II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen
komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi.
Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut (Cangara, 2006:
24):
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi
atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source atau sender.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris, pesan
biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
Universitas Sumatera Utara
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat
yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacammacam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera
dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran
komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak
seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk
dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi,
video recording, audio cassette dan sebagainya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang
menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima,
Universitas Sumatera Utara
akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan atau media.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini
bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan.
Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah
faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis
dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses
komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya
geografis. Komunikasi sering sekali sulit dilakukan karena faktor jarak yang
Universitas Sumatera Utara
begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos
atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik
yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah
pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya
menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi
yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi
yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi
tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu
sama lainnya.
II.2
Komunikasi Massa
Salah
satu
bentuk
komunikasi
adalah
komunikasi
massa
yang
menyampaikan informasi, ide, gagasan kepada komunikan yang jumlahnya
banyak dan menggunakan media. Aneka pesan melalui sejumlah media massa
dengan menyajikan beragam peristiwa baik itu yang sifatnya sederhana
menunjukkan bahwa komunikasi massa telah menjadi bagian kehidupan manusia.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
Universitas Sumatera Utara
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti
radio, televisi dan film (Cangara, 2006: 36).
Definisi
lainnya,
komunikasi
massa
merupakan
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi
massa memiliki faktor utama yaitu menggunakan alat bantu (media) yang meliputi
media elektronik ataupun non elektronik. Komunikasi massa diartikan juga
sebagai proses penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan
kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si
pengirim pesan.
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Joseph R. Dominick
terdiri atas (Effendy, 2006: 29-31):
3.
Pengawasan peringatan (Surveillance).
Fungsi pengawasan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada
kita mengenai ancaman taufan, letusan gunung berapi, kondisi ekonomi
yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer.
Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi
diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula
diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis
(berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara
atau masalah pengangguran.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance).
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari. Juga fungsi pengawasan dapat dijumpai pada isi
media yang dimaksudkan untuk menghibur.
2. Interpretasi (Interpretation)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling
nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau
televisi siaran. Pada kenyataannya fungsi interpretasi ini tidak selalu
berbentuk tulisan, adakalanya juga berbentuk kartun atau gambar lucu yang
bersifat sindiran.
3. Hubungan (Linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran
perseorangan. Misalnya kegiatan periklanan yang menghubungkan kebutuhan
dengan produk-produk penjual.
4. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang
mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilainilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran
masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka
seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa
yang penting.
Universitas Sumatera Utara
5.
Hiburan (Entertainment)
Fungsi ini jelas tampak pada televisi dan radio, dimana sebahagian besar
programnya bersifat menghibur (to entertain).
II.3
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana
pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi
dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan
organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan
pelanggannya. Tentu saja, pemasaran lebih umum pengertiannya daripada
komunikasi pemasaran, namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas
komunikasi. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran merepresentasikan
gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran mereka yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003: 4).
II.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran
modern. Bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan
yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu
yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
“empat P”: Product, price, place dan promotion (produk, harga, distribusi dan
promosi).
1.
Product (Produk)
Product (produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada pasar sasaran. Yang mencerminkan kombinasi barang dan
jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Produk-produk seringkali diklasifikasikan dalam:
a) Barang-barang industrial (barang-barang instalasi, bahan-bahan mentah
dan bahan-bahan yang diproses, suku-suku cadang, alat-alat untuk
pengoperasian)
b) Barang-barang konsumsi yang terbagi lagi dalam apa yang dinamakan
convenience goods, shopping goods, speciality goods.
2. Price (Harga)
Price (harga) adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk
memperoleh/mendapatkan produk. Keputusan harga harus dihubungkan
dengan keputusan rancangan produk, distribusi dan promosi untuk
membentuk program pemasaran yang efektif. Harga merupakan faktor
penempatan produk yang amat penting yang menentukan pasaran produk,
persaingan dan rancangan produk. Perusahaan harus bisa menegosiasikan
harga dengan setiap pelanggan, menawarkan diskon, melakukan penjualan
tukar-tambah dan menawarkan kredit untuk menyesuaikan dengan situasi
persaingan yang berlangsung dan mempertimbangkan harga sesuai dengan
persepsi pembeli.
Universitas Sumatera Utara
3. Place (Distribusi)
Place (distribusi) mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk
bagi konsumen sasaran. Saluran distribusi menggerakkan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, tidak terbatas pada pendistribusian produk nyata
(tangible), dimana para penyalur mendemonstrasikan produk kepada para
pembeli terkhusus pembeli potensial, menegosiasikan harga, melakukan
layanan purna-jual.
4. Promotion (Promosi)
Promotion (promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan
produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Konsep yang
secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang
disebut sebagai bauran promosi (promotion mix). Disebut bauran promosi
karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara
simultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk. Terdapat 5
jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu iklan
(advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan
(sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public
relation) serta pemasaran langsung (direct marketing).
II.4
Iklan
Pesan para pengiklan ada dimana-mana. Semua ini muncul dalam bentuk
billboard, di radio, di televisi, di bus dan kereta api, di majalah dan surat kabar, di
poster, di pakaian, sepatu, topi dan pena – daftar ini bisa diperpanjang terus. Bila
kita mengatakan bahwa iklan telah menjadi satu bentuk tekstual yang ada dimana-
Universitas Sumatera Utara
mana di dalam ‘budaya global’ masa kini adalah pernyataan yang terlalu
mengecilkan – sekarang diperkirakan bahwa rata-rata orang Amerika Serikat
melihat lebih dari 3000 iklan setiap harinya dan menonton iklan televisi selama
tiga tahun sepanjang hidup mereka (Kilbourne dalam Danesi, 2010: 221).
Penggunaan teknik-teknik verbal dan nonverbal untuk membuat pesan-pesannya
menjadi sepersuasif mungkin, iklan sudah masuk dalam kategori penintegrasi
dalam tatanan signifikasi zaman modern yang dirancang untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku gaya hidup dengan secara sembunyi-sembunyi menganjurkan
bagaimana kita bisa memuaskan dorongan dan aspirasi terdalam melalui
konsumsi. Karena begitu pentingnya iklan ini dalam upaya memahami tatanan
signifikasi modern, maka tidak heran bahwa iklan menjadi sangat menarik bagi
para pakar semiotika.
II.4.1 Pengertian Iklan
Iklan berasal dari bahasa Arab iqlama, yang dalam bahasa Indonesia
artinya pemberitahuan, dalam bahasa Inggris advertising berasal dari kata Latin
abad pertengahan advertere, “mengarahkan perhatian kepada”, sedangkan
reklame berasal dari bahasa Perancis “re-klame” yang berarti berulang-ulang
(Danesi, 2010: 362). Sebenarnya semua istilah di atas mempunyai pengertian
yang sama yaitu memberi informasi tentang suatu barang/jasa kepada khalayak.
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan
lewat media kepada sebagian/seluruh masyarakat. Sedangkan periklanan adalah
keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan penyampaian iklan.
Universitas Sumatera Utara
Wright mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi
yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemesaran yang membantu
menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif (Liliweri, 2001: 20).
Definisi iklan menurut AMA (The American Marketing Association),
bahwa iklan adalah “setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses
penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan layanan yang bersifat non personal
atas tanggungan sponsor tertentu” (Liliweri, 2001: 21).
Baik definisi Wright maupun AMA iklan tetap dipandang dari dua sisi,
alat marketing dan komunikasi.
Pengertian
iklan
dipandang
sebagai
alat
pemasaran
adalah
komunikasi
adalah
(Liliweri, 2001: 21):
1. Bentuk pembayaran
2. Penyampaian bersifat non personal
3. Produk barang, jasa, layanan dan gagasan
4. Dibiayai oleh sponsor
Pengertian
(Liliweri,
iklan
dipandang
sebagai
2001: 23):
1. Informasi dan persuasi
2. Informasi dikontrol
3. Teridentifikasinya informasi
4. Media komunikasi massa
Universitas Sumatera Utara
II.4.2 Fungsi Iklan
Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya
non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi seperti yang dimuat di
media massa lainnya (Liliweri, 2001: 47).
a. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai
ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang
diperlukannya.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan
melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdiri
atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Sebagai fungsi komunikasi,
iklan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga harus memenuhi syaratsyarat pemberitaan.
c. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan sebagian fungsi komunikasi. Secara khusus
sebenarnya dalam setiap ulasan efek komunikasi maka efek pendidikan lebih
diutamakan. Hal ini disebabkan karena semua orang ingin menghindari
terbentuknya suatu sikap yang negatif. Dalam periklanan hal ini demikian
sangat diperhatikan dan melalui fungsi pendidikan untuk membentuk sikap
setiap orang dapat meningkatkan aspek-aspek kognisinya, kemudian aspek
afeksinya dan aspek psikomotor. Fungsi pendidikan dalam komunikasi harus
memberikan pilihan yang bebas dari khalayak untuk mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
d. Fungsi Ekonomi
Iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produk-produk tertentu,
bentuk pelayanan jasa, maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide yang
mendatangkan keuntungan finansial.
e. Fungsi Sosial
Iklan juga mempunyai fungsi sosial membantu menggerakkan suatu
perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh
dunia. Misalnya melalui iklan dapat digerakkan bantuan keuangan, bahanbahan makanan. Melalui publikasi iklan mampu menggugah pandangan orang
tentang suatu peristiwa, kemudian meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan
diikuti tindakan pelaksanaan nyata atau tindakan sosial.
II.4.3 Jenis Iklan
Menurut Bittner dalam bukunya Mass Communication an Introduction,
secara umum iklan terdiri dari dua jenis, yaitu (Liliweri, 2001: 31-32):
1. Iklan Standar (Komersil)
Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan mengenal
barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Tujuan iklan
standar adalah merangsang motif dan minat para pembeli atau para pemakai.
2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit, jadi iklan ini
tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan iklan standar yang mengharapkan dari pemasangan iklannya
mendapat keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya iklan
layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta
pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
II.4.4 Jenis-jenis Media Iklan
Adapun jenis-jenis media iklan adalah sebagai berikut:
1. Iklan media cetak: surat kabar, majalah, jurnal, tabloid dan lain-lain
2. Iklan media elektronik: televisi, radio (jingle dan sound) dan lain-lain
3. Iklan media online: internet
4. Poster, papan reklame dan media ruang lainnya
5. Brosur, booklet, catalog dan lain-lain
6. Surat penawaran melalui direct mail
7. Pemberian sponsor dengan penekanan pada tujuan pemasaran dan periklanan
8. Bentuk-bentuk iklan khusus, seperti tas belanja, balon udara dan lain-lain
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis iklan media elektronik
televisi yaitu iklan televisi kartu seluler XL dan AS.
II.4.5 Iklan Televisi
Salah satu bagian dari industri periklanan selain pengiklan dan agen
periklanan, adalah media massa. Media berperan sebagai penghubung antara
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dengan konsumennya. Media untuk pengiklan antara lain adalah radio,
televisi, koran, majalah, internet, direct mail, billboard dan sebagainya.
Dari seluruh media massa yang memungkinkan untuk menjadi media
massa periklanan, televisi seringkali difavoritkan menjadi media periklanan yang
utama karena efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian pesan dan
pembentukan citra di dalamnya. Televisi menjadi pilihan utama oleh banyak
pemasar karena karakteristiknya yang unik dan mampu menampilkan imajinasi
nyata dari iklan tersebut dalam bentuk gambar dan suara.
Televisi sudah merupakan barang umum yang mudah dijumpai dimana
saja. Karena itu, potensi sebagai wahana iklan sangat besar, karena ia mampu
menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon konsumen. Seperti yang kita
ketahui,
pada
umumnya
masyarakat
Indonesia
mengenal
televisi
dan
menjadikannya sebagai alat hiburan utama. Hal ini menjadikan para pemasar
sangat menyukai media ini untuk menjadi alat periklanan mereka.
Bentuk periklanan yang paling kuat dalam membuat selera dan mitos
adalah iklan televisi (Pelfrey, 1985: 301). Wilmhurst mendefinisikan iklan televisi
sebagai sebuah istilah yang secara umum digunakan untuk menjelaskan film
periklanan melalui transmisi televisi. Spot iklan dalam banyak hal merupakan
intisari televisi. Ini adalah sebuah bagian dari sekitar tiga puluh detik, terdiri dari
sejumlah banyak gambar dan suara yang diatur dengan sangat teliti. Iklan televisi
telah menciptakan karakteristiknya sendiri, dan memiliki opera sabunnya sendiri.
Semuanya itu menambah daya pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya
sebagai suatu bentuk media iklan (Jefkins, 1996: 109).
Universitas Sumatera Utara
Makna yang dibawa televisi makin lengkap dan kompleks selain karena
menampilkan audio visual tersebut, dari sisi visual selain memang membawa
makna tersendiri dalam setiap gambar dan gerakan, cara pengambilan kamera pun
menjadi penanda (signifier) tersendiri yang menghasilkan makna yang terjadi
menjadi makin kompleks dan makin kuat.
II.4.6 Desain Iklan Televisi (Desain Komunikasi Visual)
Desain komunikasi visual pada dasarnya merupakan bagian dari desain
grafis yang memiliki cakupan elemen yang luas, desain komunikasi visual hanya
terbatas sebagai ilmu yang mempelajari segala upaya untuk menciptakan suatu
rancangan (desain) yang bersifat kasat mata (visual) untuk mengkomunikasikan
maksud, meka itu sebenarnya hanya terbatas pada potongan kecil saja dari sebuah
tatanan estetika yang lebih luas. Misalnya poster, iklan media cetak dan foto.
Namun secara lebih luas kini sebuah rencana desain komunikasi visual dapat
berupa gambar bergerak (berdurasi) yang berupa iklan televisi.
Untuk mewujudkan suatu tampilan visual, ada beberapa unsur perlu
diperhatikan. Hal tersebut antara lain: garis (line), bentuk (form), ruang (space),
tekstur, keseimbangan, proposisi, keserasian, warna, irama, ukuran serta durasi
(jika dalam desain visual iklan).
1.
Garis (Line)
Sebuah garis adalah unsur desain yang menghubungkan antara satu titik
poin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berberntuk gambar, garis lengkung
(curve) atau garis lurus (straight). Garis adalah unsur dasar untuk membangun
Universitas Sumatera Utara
bentuk atau konstruksi desain. Secara umum garis terdiri dari unsur-unsur titik
yang juga mempunyai peran tersendiri, unsur titik juga ikut mendukung suatu
keindahan. Sifat garis yang umum dikenal adalah lurus, lengkung dan bersudut.
Dalam penggunaan, mempunyai arah seperti horizontal, vertikal, diagonal atau
miring. Garis pun mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang dan pendek,
juga saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar
atau radiasi dan garis yang saling memberi aksen, sebagai pembatas dan kolom
(Kusmiati, 1999: 3).
2.
Bentuk (Form)
Istilah bentuk (form) digunakan untuk menyatakan suatu bangun atau
shape yang tampak dari suatu benda. Bentuk adalah segala sesuatu hal yang
memiliki diameter, tinggi dan lebar. Bentuk (form) adalah tubuh atau massa yang
berisi garis-garis. Sedangkan garis adalah bagian tepi atau garis pinggir bentuk
suatu benda atau biasa disebut “kontur benda”. Kontur memperlihatkan bangun
atau gerakan itu sendiri.
Garis lurus dan garis lengkung termasuk elemen benda; tanpa bentuk,
tetapi garis-garis tersebut dapat menjelaskan suatu bentuk; dengan menyusun garis
horizontal dan vertikal yang sama panjang akan terjadi suatu bentuk bangun bujur
sangkar. Semua bangun seperti bujur sangkar, lingkaran, dan segitiga sama sisi
merupakan sebagian dari bentuk dasar yang dipergunakan untuk mendesain.
Bentuk suatu benda bisa bersifat dua dimensional (lonjong, oval, polygon, persegi
panjang dan heksagon), yaitu datar tanpa ketebalan atau bersifat tiga dimensional
(kerucut, kubus, silinder, prisma, piramida dan bola), yang mempunyai ketebalan
Universitas Sumatera Utara
atau padat. Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategori menjadi
tiga, yaitu:
a. Huruf (character) yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat
digunakan untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal
dengan bentuk visual langsung seperti A, B, C dan sebagainya.
b. Simbol (symbol) yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili
bentuk benda secara sederhana dan dapat dipahami secara umum sebagai
simbol atau lambing untuk menggambarkan suatu bentuk nyata, misalnya
gambar orang, bintang, matahari dalam bentuk sederhana (simbol), bukan
dalam bentuk nyata (dengan detail).
c. Bentuk nyata (form), bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari
suatu objek. Seperti gambar manusia secara detail, hewan secara detail atau
benda lainnya.
3.
Ruang (space)
Ruang terjadi karena adanya persepsi mengenai kedalaman sehingga terasa
jauh dan dekat, tinggi dan rendah, yang tampak melalui indera penglihatan. Ruang
merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek
desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Sebagai contoh,
tanpa ruang kita tidak akan tahu yang mana kata dan mana kalimat atau paragraf.
Tanpa ruang kita tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus
membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya
pengidentifikasian, ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu objek (figure) dan
latar belakang (background).
Universitas Sumatera Utara
Ruang dalam memang tidak terlihat, tetapi bisa menjadi nyata dengan
keberadaan benda-benda serta permukaan yang membatasi dan menegaskannya.
Sebuah patung dapat dinikmati keberadaannya dalam ruang berkat bantuan cahaya
yang meneranginya dan terjadinya bayangan, sehingga menonjolkan bentuk
patung yang tiga dimensional. Hubungan antar ruang merupakan bagian dari
perencanaan desain, apakah itu berupa jarak antar huruf atau huruf dengan gambar
yang terletak pada sebidang kertas. Ruang sebagai latar belakang dari suatu objek
juga perlu diolah, umpamanya dengan memberi warna, tekstur dan lain-lain.
4.
Tekstur
Tekstur adalah sifat dan kualitas fisik dari permukaan suatu bahan, seperti
kasar, mengkilap, pudar atau kusam yang dapat diaplikasikan secara kontras,
serasi atau berupa pengulangan-pengulangan untuk suatu desain. Pada umumnya
desain berkaitan dengan indera peraba dan juga indera penglihatan. Tekstur akan
tampak jelas tergantung pada cahaya serta bayangannya yang disebabkan oleh
ilusi optis. Dalam penggunaan tekstur disusun secara serasi atau kontras hasilnya,
tetapi secara kontras hasilnya akan lebih menarik daripada kombinasi dengan
tekstur yang serupa.
5.
Keseimbangan (balance)
Prinsip dasar dari komposisi yaitu keseimbangan paling mudah dikenal
atau dilihat. Bilamana ada dua benda dengan berat sama diletakkan pada jarak
yang sama terhadap sumbu khayal (maya), maka objek yang ada pada kedua belah
sisi dari garis maya tampak seolah-olah berbobot sama. Keseimbangan bisa terjadi
secara fisik maupun secara optis. Untuk menghayatinya hanya diperlukan satu
Universitas Sumatera Utara
titik atau sumbu khayal (maya). Prinsip ini merupakan prinsip utama yang
menghasilkan kesan beraturan sehingga tampak dinamis.
6.
Keseimbangan simetris dan asimetris serta keseimbangan horizontal
Simetris berarti sama dalam ukuran, bentuk, bangun dan letak dari bagian-
bagian atau objek-objek yang akan disusun di sebelah kiri dan kanan garis sumbu
khayal. Asimetris terjadi apabila garis, bentuk, bangun atau massa yang tidak
sama dalam ukuran, isi atau volume yang diletakkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengikuti aturan keseimbangan asimetris yang banyak digunakan dalam
desain modern atau kontemporer. Ada pada lukisan atau karya fotografi,
keseimbangan antara bidang bagian atas dan bidang bagian bawah diperoleh
dengan penggunaan keseimbangan horizontal.
7.
Keserasian (harmony)
Keserasian adalah prinsip desain yang diartikan sebagai keteraturan di
antara bagian-bagian suatu karya. Keserasian adalah suatu usaha menyusun
berbagai bentuk, bangun, warna, tekstur dan elemen-elemen lain yang disusun
secara seimbang dalam suatu susunan komposisi yang utuh agar indah untuk
dipandang. Keseimbangan dapat dicapai dengan mengkombinasikan berbagai
elemen yang sifatnya sama, misalnya kesamaan dalam skala dan bentuk; dan
apabila skala dan bentuk tersebut berbeda, maka kemungkinan yang juga bisa
dicapai adalah dengan warna yang sama. Walaupun keserasian merupakan upaya
mencapai suatu kesatuan dalam penampilan tetapi juga diperlukan variasi-variasi
agar tidak berkesan monoton dan membosankan.
Universitas Sumatera Utara
8.
Irama (rhythm)
Suatu gerak yang dijadikan sebagai dasar suatu irama dan ciri khasnya
terletak pada pengulangan-pengulangan yang dilakukan secara teratur dengan
diberi tekanan atau aksen. Semua cabang seni menggunakan unsur irama seperti
musik, sajak, puisi, lukisan dan lain-lain. Dapat dikatakan irama berfungsi
mengarahkan perhatian dari suatu tempat atau bidang ke bidang yang lain
sehingga terkesan suatu kesan gerak. Bentuk irama yang paling sederhana adalah
pengulangan yang seragam dari objek yang sama. Komposisi irama yang lebih
kompleks atau rumit dibuat dengan mengurangi atau menambah ukuran elemen.
Sedangkan gradiasi merupakan jenis irama yang penting dimana ukuran warna
atau nilai dari elemen-elemen desain secara bertahap bersamaan dengan
pengulangan yang terjadi.
9.
Warna
Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang
mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima
oleh mata lebih ditentukan cahaya. Permasalahan mendasar dari warna di
antaranya adalah hue (spektrum warna), saturation (nilai kepekatan) dan lightness
(nilai cahaya dari gelap ke terang). Warna juga merupakan pelengkap gambar
serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga
merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan
sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau
semangat.
Secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra
orang yang melihatnya. Masing-masing warna dapat memberikan respon secara
Universitas Sumatera Utara
psikologis. Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya
“Creating Colour Scheme” (Kusrianto, 2007: 47) membuat daftar mengenai
kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respon secara psikologis:
a. Merah bermakna kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas
dan bahaya.
b. Biru bermakna kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan
dan perintah.
c. Hijau bermakna alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan dan
pembaruan.
d. Kuning bermakna optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/kecurangan,
pengecut dan penghianatan.
e. Ungu bermakna spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak dan
arogan.
f. Orange bermakna energi, keseimbangan dan kehangatan.
g. Coklat bermakna bumi, dapat dipercaya, nyaman dan bertahan.
h. Abu-abu bermakna intelek, futuristik, modis, kesenduan dan merusak.
i. Putih bermakna kemurnian/suci, bersih, kecermatan, innocent (tanpa
dosa), steril dan kematian.
j. Hitam bermakna kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri,
ketakutan, ketidakbahagiaan dan keanggunan.
Iklan merupakan bentuk komunikasi yang tergolong efektif bagi sebuah
perusahaan untuk menginformasikan produk yang mereka keluarkan. Iklan yang
berdurasi (iklan televisi) dapat menarik minat dan rasa ingin tahu khalayak
(publik) untuk kemudian menonton iklan tersebut. Dalam iklan yang kreatif
Universitas Sumatera Utara
terkandung elemen-elemen visualisasi yang masing-masing saling berhubungan
dan memiliki peran penting untuk menciptakan kesan terhadap orang (khalayak)
yang melihatnya. Untuk memvisualisasikan sebuah iklan televisi diperlukan
elemen-elemen penting yang membentuk makna di dalamnya yaitu type
(pemilihan huruf), image (pemilihan gambar) serta musik.
1.
Type (pemilihan huruf)
Jenis
(tipe)
huruf
alfabet
dapat
menghadirkan,
membangkitkan,
menggambarkan perasaan atau suasana tertentu pada suatu komposisi. Misalnya
lincah, anggun, maskulin, feminim, kekanak-kanakan. Keberhasilan suatu lay out
pada suatu media cetak ditentukan antara lain oleh pemilihan jenis (tipe) huruf
yang sesuai untuk suatu produk dan kepekaan desainer dalam mengatur komposisi
huruf serta penempatan (komposisinya). Oleh karena itu kepekaan menyusun
huruf dalam suatu komposisi perlu dilatih, agar secara keseluruhan enak
dipandang. Berikut ini beberapa jenis huruf yang memiliki karakter atau
kepribadian tertentu:
a) Jenis huruf sans serif atau slab serif seperti Helvetica atau Lubain, untuk
menampilkan nuansa tegas tetapi artistik.
b) Tipe huruf Century Schoolbook yang ramah serta mudah dibaca,
mengingatkan pada suasana di sekolah dasar. Image (pemilihan gambar).
c) Jenis tulisan tangan yang melingkar-lingkar seperti tipe Snell Roundhand,
apabila dikehendaki untuk mengungkapkan suasana kenangan lama.
d) Tipe klasik seperti Bouer Bodoni menciptakan kesan anggun.
Universitas Sumatera Utara
e) Tipe huruf komputer modern seperti tipe huruf Emigre, nama perusahaan
yang mendesain huruf, yang menawarkan beberapa jenis huruf Macintosh
tepat untuk menciptakan kesan modern dan gaya remaja.
f) Jenis huruf Courier mengingatkan pada huruf mesin ketik dan mengesankan
koran yang baru terbit.
g) Tipe Copperlate menyerupai tulisan tangan, mampu menciptakan kesan
terampil dan berkualitas.
h) Jenis Classic Serif, seperti Bodani, Caslon, Century atau Garamond
menciptakan kesan suasana bergengsi dan abadi serta klasik.
i) Tipe huruf Cheltenham Old Style memberi kesan terbuka serta mengingatkan
kita kepada kitab (buku) ejaan kuno.
j) Tipe huruf tebal seperti Futura Ekstra Bold menciptakan kesan tegar, bersih
dan modern.
Media gambar atau visual mampu mengkomunikasikan pesan dengan
cepat dan berkesan. Sebuah gambar bila tepat memilihnya, bisa memiliki nilai
yang sama dengan ribuan kata, secara individual juga mampu untuk memikat
perhatian. Gambar berdiri sendiri dan selalu memiliki subjek yang mudah
dipahami sebagai simbol yang jelas dan mudah dikenal. Misalnya sebuah foto
mobil sport yang melaju dengan cepat di jalan bebas hambatan, foto tersebut
memberikan konotasi pengertian yang pasti atau gambar seekor harimau dipadu
dengan mobil sport, maka akan tercipta informasi mengenai kecepatan dan
keindahan. Pembuatan suatu gambar dimaksudkan untuk mendukung suatu
Universitas Sumatera Utara
pengertian riil dan diungkapkan melalui berbagai bentuk gambar yang disebut
logo, ilustrasi, karikatur dan sebagainya.
Gambar merupakan bagian yang terpenting untuk membentuk suatu
tayangan berdurasi. Ada banyak elemen dalam mebuat gambar yang baik, teknik
pengambilan suatu gambar akan sangat menentukan hasil suatu gambar yang baik.
Teknik pengambilan suatu gambar dapat memiliki kode-kode yang mempunyai
makna tersendiri. Kode-kode tersebut menginformasikan hampir seluruh aspek
tenatang keberadaan kita dan menyediakan konsep yang bermanfaat bagi analisis
seni popular dan media. Berbagai elemen terdapat dalam kode, terutama yang
berhubungan dengan bahasa gambar yang biasa dilihat secara lebih detail.
Jelasnya dapat diperlihatkan melalui tabel berikut:
Tabel 2.1. Elemen-Elemen Bahasa Gambar
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Pengambilan Gambar
Extreme Long Shot
Kesan luas dan keluarbiasaan
Full Shot
Hubungan sosial
Big Close Up
Emosi, dramatik, momen penting
Close Up
Intim atau dekat
Medium Shot
Hubungan personal dengan subjek
Long Shot
Konteks perbedaan dengan publik
Sudut Pandang (angle) pengambilan gambar
High
Dominasi, kekuasaan dan otoritas
Eye Level
Kesejajaran, kesamaan dan sederajat
Low
Didominasi, dikuasai dan kurang otoritas
Universitas Sumatera Utara
Tipe Lensa
Wide angle
Dramatis
Normal
Normalitas dan keseharian
Telephoto
Tidak personal, voyeuristik
Fokus
Selective focus
Meminta perhatian (tertuju pada satu objek)
Soft focus
Romantis serta nostalgia
Deep focus
Semua unsur adalah penting (melihat secara keseluruhan objek)
Pencahayaan
High key
Riang dan cerah
Low key
Suram dan muram
High contrast
Dramatikal dan teatrikal
Low contrast
Realistik serta terkesan seperti documenter
Pewarnaan
Warm (kuning, oranye,
merah dan abu-abu)
Optimisme, harapan, hasrat dan agitasi
Cool (biru dan hijau)
Pesimisme, tidak ada harapan
Black and white (hitam
dan putih)
Realisme, aktualisme dan factual
(Sumber : Selby, Keith dan Ron Coedery, How to Study Television, London, Mc Millisan, 1995)
Pengambilan gambar yang dapat menandakan sesuatu merupakan salah satu
elemen penting. Pengambilan gambar akan menentukan bagaimana akhirnya
gambar (foto maupun film) dihasilkan. Teknik pengambilan gambar terdiri atas:
1. Pengambilan gambar secara extreme long shot dapat menggambarkan wilayah
yang luas yang diambil dari jarak yang sangat jauh. Pengambilan gambar secara
long shot membuat subjek hanya sebagai bagian kecil saja dari objek yang
Universitas Sumatera Utara
ditampilkan dalam gambar. Kesan yang muncul adalah ketidakberatian subjek.
Penonjolan dari subjek atau orang tersebut tidak ada apabila long shot yang
dipilih. Kecuali jika ada sebuah kejadian atau suatu peristiwa yang nampak dari
gambar tersebut.
2. Pengambilan gambar secara medium shot, bentuk subjek yang ditampilkan sama
ukurannya dengan objek yang menjadi latar. Ukuran gambar subjeknya sama
ukurannya dengan ukuran latar. Kesan yang nampak dari gambar seperti ini adalah
kesan personal.
3. Pengambilan gambar dalam bentuk close up, ukuran subjek lebih besar daripada
setting atau latar subjek. Kesan yang muncul dalam gambar seperti ini adalah
kesan intim dan dekat dengan subjek. Pembaca atau orang yang melihat diajak
untuk lebih memperhatikan.
4. Pengambilan gambar dalam bentuk big close up, subjek bukan hanya ditampilkan
dalam ukuran besar tetapi juga detail ditonjolkan dalam gambar.
Selain pengambilan gambar, bagian penting dalam memaknai suatu gambar
adalah sudut pandang pengambilan gambar (angle). Apakah gambar yang diambil
sejajar dengan camera person, diambil dari atas atau diambil dari bawah. Sudut
pengambilan gambar bukan hanya persoalan teknis tetapi teknik ini akan memberi
makna pada gambar dan menghadirkan penafsiran berbeda dari khalayak yang
melihatnya. Sudut pengambilan gambar (angle) dibagi menjadi:
1. Gambar yang diambil dari atas (high angle shot), memposisikan khalayak atau
orang berada diatas subjek. Posisi semacam ini secara tidak langsung
Universitas Sumatera Utara
memposisikan orang yang ada diatas lebih powerfull (kekuasaan) dan lebih
mempunyai otoritas.
2. Subjek yang diambil dari bawah (low angle shot), sebaliknya membuat subjek
lebih besar dan memposisikan subjek yang ditampilkan dalam gambar mempunyai
posisi lebih tinggi dari mata pemandang. Kesan yang muncul dalam angle seperti
ini subjeklah yang lebih terkesan lebih powerfull, lebih otoritatif dibandingkan
dengan posisi khalayak atau pemandang.
2. Gambar yang diambil dengan eye level shot, memposisikan subjek dan pemandang
sama. Kesan yang muncul baik dari subjek maupun pemandang mempunyai
tingkat yang sejajar dan setara.
Fokus dari pengambilan gambar merupakan elemen lain yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis foto. Fokus berhubungan dengan tipe lensa yang
dipakai ketika objek diambil gambarnya, yaitu: tele, standart dan wide focus. Bila
fokus dan lensa yang dipakai berbeda maka akan menghasilkan gambar yang berbeda
pula, terutama dalam hal apa yang ingin ditonjolkan dari objek yang ditampilkan
tetapi juga mempengaruhi kesan ketika gambar itu diterima khalayak. Dalam standart
pengambilan fokus suatu gambar jika memakai lensa standar akan menghasilkan
suasana yang natural. Hal ini karena gambar diambil dari fokus yang tidak jauh dan
tidak dekat (normal), sehingga komposisi dan perbandingan antara objek menjadi
merata. Hal ini berbeda dengan gambar yang diambil dengan menggunakan lensa tele
ataupun wide karena objek akan nampak lebih besar dibandingkan dengan ojek yang
lain. Pencahayaan gambar juga kan menciptakan suasana dan mood yang berbeda.
Dengan pencahayaan yang cerah dan riang tidak akan menampilkan suasana atau
mood yang sedih dan misterius.
Universitas Sumatera Utara
Selain cara pengambilan gambar ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam
membuat iklan televisi (berdurasi) yaitu teknik dalam penyuntingan suatu gambar.
Kerja kamera dan teknik penyuntingan gambar akan menunjukkan semacam “tata
bahasa” televisi. Kita semua belajar memakai fenomena tersebut sebagaimana kita
melihat televisi dan hal tersebut membantu kita untuk memahami apa yang terjadi
pada sebuah program. Teknik tersebut juga memiliki arti tersendiri sebagai penanda
dan petanda dalam semiotika, hal ini dapat dijelaskan dengan bagan dibawah ini:
Tabel 2.2 Kerja kamera dan teknik penyuntingan
PENANDA
DEFINISI
PETANDA
Pan down
Kamera mengarah ke bawah
Kekuasaan dan kewenangan
Pan up
Kamera mengarah ke atas
Kelemahan, pengecilan
Dolly in
Kamera bergerak ke dalam
Observasi dan fokus
Fade in
Gambar kelihatan pada layar kosong
Permulaan gambar
Fade out
Gambar di layar menjadi hilang
Penutupan
Cut
Pindah dari gambar satu ke gambar lain
Kebersambungan, menarik
Wipe
Gambar terhapus dari layar
“penentuan” dan kesimpulan
Dalam teknik penyuntingan terdapat efek gambar yang blank (hilang) yang
disebut efek deep to black (gambar yang tercipta dari teknik fade in dan fade out).
Teknik pencahayaan, penggunaan warna, efek suara dan musik juga merupakan
hal lain yang juga menarik. Semua penanda tersebut menolong kita
menterjemahkan apa yang kita lihat di televisi. Televisi merupakan media yang
kompleks yang menggunakan bahasa verbal, bahasa gambar dan suara untuk
menghasilkan impresi dan ide-ide penting pada orang.
Universitas Sumatera Utara
II.4.7 Etika Periklanan
Peran iklan dalam masyarakat telah diperdebatkan selama berabad-abad.
Iklan dianggap para praktisinya amat bertanggung jawab terhadap segala kejadian
baik di dalam hidup dan dikritik oleh lawan mereka sebagai penyebab sebagian
besar hal yang buruk (Shimp, 2003: 99).
Pertarungan yang terjadi pada iklan, pada dasarnya berangkat dari kode
etik periklanan. Artinya ketika sebuah perusahaan dengan bantuan sebuah rumah
produksi (Production House) dalam membuat iklan yang dalam hal ini adalah
iklan untuk bersaing dengan iklan produk sejenis lainnya harus tetap berpegang
pada kode etik periklanan. Apabila kode etik periklanan itu dilanggar maka
kemungkinan besar perusahaan tersebut akan dihadapkan pada hukum.
II.5
Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang
berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu
yang lain. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan
sebagai tanda (Eco dalam Sobur, 2004: 95).
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
Universitas Sumatera Utara
memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai
berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda (Barthes dan Kurniawan dalam Sobur, 2004: 15).
John Fiske mengatakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi
utama, yaitu (Sobur, 2004: 94):
1.
Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda
adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia
yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengoperasikan tanda. Studi ini mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat
atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung
pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan
bentuknya sendiri.
Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria
seperti: nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan. Tanda tersebut berada di
seluruh kehidupan manusia. Apabila tanda berada pada kehidupan manusia, maka
ini berarti tanda dapat pula berada pada kebudayaan manusia, dan menjadi sistem
tanda yang digunakannya sebagai pengatur kehidupannya. Oleh karenanya tanda-
Universitas Sumatera Utara
tanda itu (yang berada pada sistem tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat
pada kehidupan manusia yang penuh makna (meaningful action) seperti
teraktualisasi pada bahasa, religi, seni sejarah, ilmu pengetahuan (Budianto dalam
Sobur, 2004: 124).
Tanda terdapat dimana-mana: kata adalah tanda, demikian pula gerak
isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur
film, struktur iklan, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai
tanda. Karena itu jelas bahwa segala sesuatu dapat menjadi tanda dan tanpa tanda
kita tidak dapat berkomunikasi.
Ferdinand de Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi
manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda)
dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang
bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau
dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental
dari bahasa. Kedua unsur ini seperti dua sisi dari sekeping mata uang atau
selembar kertas. Tanda bahasa dengan demikian menyatukan, bukan hal dengan
nama, melainkan konsep dan gambaran akustis.
Saussure menyebut signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna,
sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu dari signifier.
Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan
signification. Dengan kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna
terhadap dunia (Fiske dalam Sobur, 2004: 125).
Hubungan antara signifier dan signified dibagi tiga, yaitu (Van Zoest
dalam Sobur, 2004: 126):
Universitas Sumatera Utara
1.
Ikon, yaitu tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang
ditandainya. Dapat pula dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri
yang sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan
Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
adalak ikon Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta
yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Sultan adalah ikon dari
ibu jari Sultan.
2.
Indeks, yaitu tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan
dengan yang ditandai. Dapat pula dikatakan, indeks merupakan tanda yang
memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut
juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya
api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati
tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang
yang menorehkan tanda tangan itu.
3.
Simbol, yaitu sebuah tanda dimana hubungan antara signifier dan signified
semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan. Simbol
baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati
sebelumnya. Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah
burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang
memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda
Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa.
Dalam pandangan Sausurre, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh
tanda yang lain. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak
ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit,
Universitas Sumatera Utara
tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan
perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotative) –
kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan
kombinasi tanda. Pelaksanaan hal itu dilakukan dengan mengakui adanya mitos,
yang telah ada dan sekumpulan gagasan yang bernilai yang berasal dari
kebudayaan dan disampaikan melalui komunikasi.
Salah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes, membuat sebuah model
sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes
lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of
signification) seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini (Fiske dalam Sobur,
2004: 127).
second order
first order
signs
reality
culture
connotation
denotation
Signifier
---------------------signified
m
for
con
ten
t
myth
(Sumber: John Fiske dalam Sobur, 2004: 127)
Gambar 2.1. Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes
Universitas Sumatera Utara
Melalui Gambar 2.1 di atas, Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan:
signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di
dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai
denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau
emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai
makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Pemilihan kata-kata kadang
merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan
“memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan
tanda
terhadap
sebuah
objek;
sedangkan
konotasi
adalah
bagaimana
menggambarkannya (Fiske dalam Sobur, 2004: 128).
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan
produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif,
misalnya, mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya.
Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu
pengetahuan dan kesuksesan (Fiske dalam Sobur, 2004: 128).
Sesungguhnya kehidupan manusia, dan dengan sendirinya hubungan
antarmanusia, dikuasai oleh mitos-mitos. Sikap kita terhadap sesuatu ditentukan
oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini menyebabkan kita menyukainya
atau membencinya. Dengan demikian mitos akan menyebabkan kita mempunyai
prasangka tertentu terhadap sesuatu hal yang dinyatakan dalam mitos. Hanya
Universitas Sumatera Utara
lewat persentuhan diri kita dengan hal tertentu tadi, kita dapat mengetahui
kebenaran ataukah kesalahan dari mitos tadi. Persentuhan ini mungkin dapat
memperkuat mitos itu, atau mungkin pula dapat meniadakannya. Ini selanjutnya
akan memungkinkan kita berbeda anggapan dari yang terdapat dalam satu mitos
yang pernah kita hidupi, meskipun ia tidak selalu mengambil arah demikian.
Namun yang pasti, perkenalan dengan sesuatu akan dapat saja menghasilkan
mitos-mitos baru, yang berbeda dari mitos yang ada sebelumnya, mungkin bahkan
menentangnya.
Betapa pun dominannya suatu mitos, ia selalu akan didampingi oleh suatu
mitos lain, yang merupakan kontramitos. Ini barangkali dapat dikatakan sifat yang
biasanya terdapat pada sebuah masyarakat yang telah terbuka (kepada dunia lain).
Hanya dalam masyarakat yang benar-benar tertutup akan ditemui kemutlakan
suatu mitos. Dengan begitu, mitos-mitos tadi akan ditentang oleh mitos-mitos lain
pula, ketika itu, yang merupakan kontramitos (Junus dalam Sobur, 2004: 131).
Memang tidak mungkin ada kehidupan tanpa mitos. Kita hidup dengan
mitos-mitos yang membatasi segala tindak-tanduk kita. Ketakutan atau keberanian
kita terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos-mitos yang kita hidupi. Banyak hal
yang sukar untuk dipercayai berlakunya, namun ternyata berlaku hanya karena
penganutnya begitu mempercayai suatu mitos. Dan ketakutan kita akan sesuatu
lebih disebabkan karena ketakutan akan suatu mitos, bukan ketakutan akan
keadaan sebenarnya.
Oleh sebab itu, segala “peraturan” dalam kehidupan kita biasanya
diterangkan dengan suatu alasan mitos. Dengan kekuatan mitos yang ada padanya,
“peraturan” itu diharapkan akan dapat begitu mencengkam kehidupan kita
Universitas Sumatera Utara
sehingga kita takut untuk melanggarnya. Kehadiran suatu mitos merupakan
kemestian terutama pada hal-hal yang bersifat abstrak, sesuatu yang tidak jelas
tentang baik dan buruknya, sesuatu yang disebut-sebut sebagai ambiguous.
Umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam analisis
semiotika, yaitu (Littlejohn dalam Sobur, 2004: 148):
1.
Masalah makna (the problem of meaning), yaitu bagaimana orang memahami
pesan, informasi apa yang dikandung dalam struktur sebuah pesan.
2. Masalah tindakan (the problem of action) atau pengetahuan tentang bagaimana
memperoleh sesuatu melalui pembicaraan.
3. Masalah kohernsi (the problem of coherence), yang menggambarkan
bagaimana membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat
dimengerti (sensible).
Pada dasarnya, analisis semiotika memang sebuah ikhtiar untuk merasakan
sesuatu yang “aneh”, sesuatu yang dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca
atau mendengar suatu narasi atau naskah. Analisisnya bersifat paradigmatik,
dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi
di balik sebuah teks (Berger dalam Sobur, 2004: 117). Teks yang dimaksud tidak
hanya berarti berkaitan dengan aspek linguistik. Semiotika dapat meneliti teks
dimana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem. Dengan demikian
semiotika dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan,
fashion, fiksi, puisi dan drama.
Universitas Sumatera Utara
II.6
Analisis Semiotika Iklan
Iklan dalam prosesnya menyangkut nilai-nilai tertentu sampai hampir
mencapai
status
religius,
yang
kemudian
dihubungkan
dengan
upaya
meningkatkan kekayaan dan mengkonsumsi barang. Iklan juga mempromosikan
sebuah cara memandang dunia atau worldview yang menekankan pada individu
atau kehidupan pribadi, serta mengabaikan nilai-nilai kolektif dan wilayah dunia
publik.
Komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alat
tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Iklan
disampaikan melalui media massa, yaitu media cetak (surat kabar, majalah, brosur
dan billboard), media elektronik (radio, televisi, film) dan media online (internet).
Untuk menganalisis iklan, hal-hal berikut perlu dipertimbangkan
(Berger dalam Sobur, 2004: 117):
1. Penanda dan petanda
2. Gambar, indeks dan simbol
3. Fenomena sosiologi; demografi orang di dalam iklan dan orang-orang yang
menjadi sasaran iklan, refleksikan kelas-kelas sosial ekonomi, gaya hidup dan
sebagainya
4. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk, melalui naskah dan orangorang yang dilibatkan di dalam iklan
5. Desain dari iklan, termasuk tipe perwajahan yang digunakan, warna dan unsur
estetik yang lain
6. Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh
publikasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1
Metodologi Penelitian
III.1.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah kualitatif yang diartikan sebagai rangkaian
kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam
kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari
sudut pandang teoritis maupun praktis (Nawawi, 1995: 209). Dalam penelitian ini
ada dua hal yang ingin dicapai, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya
suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap
proses tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan
proses suatu fenomena sosial itu. Berdasarkan tujuan yang kedua, peneliti
menggunakan analisis semiotik untuk metode penelitian yang sifatnya
memaparkan situasi ataupun peristiwa dengan melukiskan variabel satu demi satu
(Rakhmat, 2004: 25).
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika yang merupakan suatu
teknik penelitian alternatif bagi kajian komunikasi yang cenderung lebih banyak
mengarah pada sumber maupun penerimaan pesan. Dikategorisasikan ke dalam
penelitian interpretatif dan subjektif karena sangat mengandalkan kemampuan
peneliti dalam menafsirkan teks ataupun tanda yang dikaitkan dengan nilai-nilai,
ideologi, budaya, moral dan spiritual. Maka penelitian ini memberi peluang yang
besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif. Pendekatan penelitian ini
mengedepankan penyajian data secara terstruktur serta memberi gambaran
Universitas Sumatera Utara
terperinci tentang subjek penelitian berupa pesan komunikasi dalam bentuk tandatanda.
Analisis semiotik yang digunakan mengacu pada semiologi Roland
Barthes signifikasi dua tahap (two order sygnification); denotasi dan konotasi.
Semiologi Roland Barthes dipilih karena mampu memaknai tanda pada media
visual seperti iklan televisi. Unsur-unsur visual yang terdapat di dalam iklan tidak
bisa secara gamblang “bercerita” melainkan harus dimaknai oleh pembacanya.
Semiologi Roland Barthes menekankan pada peran pembaca (reader), peran di
sini berarti walaupun sebuah tanda telah memiliki makna denotasi ataupun
konotasi, tetapi tetap saja dibutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.
Dalam semiologi Roland Barthes, kode-kode komunikasi yang terdapat pada
desain iklan televisi nantinya akan dicari makna riil-nya (denotasi), kemudian
hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya akan dicari makna tersirat di
dalamnya (konotasi).
III.1.2 Operasionalisasi Konsep
1.
Tanda
Tanda dapat berupa apa saja, misalnya suara, huruf, bentuk, gambar, warna,
gerak dan lainnya. Tanda adalah gabungan konsep dan citra. Secara khusus
penelitian ini akan melihat tanda-tanda yang membentuk teks pada iklan kartu
seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
Universitas Sumatera Utara
2. Denotasi
Denotasi secara umum dikenal sebagai makna yang sebenarnya, makna apa
saja yang tampak. Makna yang dihasilkan bersifat eksplisit, langsung dan pasti.
Pesan langsung ini sampai pada kita tanpa harus melakukan penafsiran.
Denotasi dalam penelitian ini adalah makna sebenarnya dalam teks (tulisan dan
gambar) yang tampak pada subjek penelitian, yakni iklan kartu seluler XL versi
“Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
3. Konotasi
Konotasi sering diartikan sebagai makna yang tersirat, konotasi menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang ada di dalamnya beroprasi makna yang
tidak eksplisit, tidak secara langsung dan tidak pasti (terbuka terhadap berbagai
kemungkinan). Inilah saatnya konotasi tersebut dimaknai sesuai dengan konsep
budaya, nilai dan sejarah, ketika penanda dikaitkan dengan aspek psikologi,
seperti perasaan, emosi dan keyakinan. Penelitian ini mencari makna konotasi
dari teks iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek
123”.
4. Mitos dan Ideologi
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang
disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu (Budiman, 2001:28 dalam Sobur, 2004:71). Teori Barthes
tentang mitos diterangkan dengan mengetengahkan konsep konotasi, yakni
pengembangan segi signifie (petanda, makna) oleh pemakai bahasa. Pada saat
konotasi menjadi mantap, ia menjadi mitos, dan ketika mitos menjadi mantap,
Universitas Sumatera Utara
ia menjadi ideologi. Jadi, banyak sekali fenomena budaya dimaknai dengan
konotasi, dan jika ia menjadi mantap maka fenomena itu menjadi mitos, dan
kemudian menjadi ideologi. Akibatnya, suatu makna tidak lagi dirasakan oleh
masyarakat sebagai hasil konotasi (Hoed, 2008:153). Mitos dan ideologi yang
diteliti dalam penelitian ini adalah kode dan makna yang terkandung dalam
iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
III.2
Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah iklan televisi kartu seluler
XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”. Iklan XL versi “Sule –
Baim” berdurasi 45 detik dan iklan AS versi “Sule – Cek 123” berdurasi 30 detik.
Kedua iklan ini sebagai subjek penelitian karena memakai pelaku iklan yang sama
yaitu komedian Sule. Di iklan XL, Sule bermain satu frame dengan bintang cilik
Baim dan Putri Titian. Dalam iklan tersebut, Baim diminta Sule untuk
mengatakan, “Om Sule ganteng”, tapi dengan kepolosan dan kejujuran (yang
tentu saja sudah direkayasa oleh sutradara), si Baim malah mengatakan, “Om Sule
jelek”. Setelah itu, Sule kemudian membujuk Baim lagi untuk mengatakan, “Om
Sule ganteng” tapi kali ini Baim diberikan permen oleh Sule. Tapi tetap saja Baim
mengatakan, “Om Sule jelek”. XL membuat sebuah slogan, “Sejujur Baim,
sejujur XL”.
Tidak lama setelah itu, kartu AS meluncurkan iklan juga dengan bintang
Sule yang didampingi oleh kelompok musik pemenang Indonesia Mencari Bakat
(IMB), Klantink, tampilan awal langsung menggunakan kalimat "Ngapain sih
pake cek-cek 123? Kelamaan", lalu di sesi akhir iklan tersebut langsung
Universitas Sumatera Utara
menghadirkan seorang anak kecil berbaju biru, yang merepresentasikan Baim di
iklan XL, dengan mengucapkan kalimat "Kartu AS paling murah ya, Om Sule?".
Biasanya, tidak ada bintang iklan yang pindah ke produk kompetitor
selama jangka waktu kurang dari 6 bulan. Namun pada kasus ini, saat penayangan
iklan XL masih diputar di televisi, sudah ada iklan AS yang “menjatuhkan” iklan
XL tersebut dengan menggunakan bintang iklan yang sama. Hal ini menunjukkan
persaingan yang begitu ketat antara operator kartu seluler, khususnya XL dan AS.
Gambaran persaingan antara iklan XL dan iklan AS inilah yang hendak diteliti
oleh peneliti.
III.3
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian dilakukan dengan menghimpun data dari referensi yaitu buku,
majalah, artikel dan sumber-sumber bacaan dari internet yang nantinya dapat
mendukung penelitian.
2. Pengamatan Langsung
Peneliti melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti sehingga
dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya dan mendeskripsikan
serta menganalisisnya dengan menggunakan semiologi Roland Barthes.
Pengamatan langsung dapat didukung dengan data yang terbagi menjadi tiga
bagian, antara lain:
a. Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Data primer untuk penelitian adalah print out dari iklan televisi kartu seluler
XL versi “Sule – Baim” yang berdurasi 45 detik dan AS versi “Sule – Cek
123” yang berdurasi 30 detik, yang didapatkan dari internet. Setelah dipilah
per-satu detik, iklan XL menjadi 45 gambar berbeda dan iklan AS menjadi
30 gambar berbeda. Namun untuk membuat penelitian ini lebih terarah dan
lebih efisien maka peneliti akan memilah kembali gambar yang ada pada
iklan XL menjadi 27 gambar berbeda yang berisi dua scene (cerita) yang
berbeda dan satu buah scene penutup, sedangkan iklan AS menjadi 22
gambar berbeda yang berisi empat scene dan satu buah scene penutup.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari literature dan sumber bacaan yang mendukung
data primer, seperti informasi dari buku, internet, majalah dan sebagainya.
c. Data dokumenter
Data dokumenter merupakan video iklan kartu seluler XL versi “Sule –
Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123” yang berupa format MP4.
III.4
Teknik Analisis Data
Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data ke dalam
susunan tertentu yang lebih mudah diinterpretasikan sehingga dapat digunakan
untuk mengambil keputusan. Penelitian ini menganalisis gambaran persaingan
dalam iklan televisi kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule –
Cek 123”.
Peneliti perlu memperhatikan berbagai hal sebagai bahan pertimbangan
sebelum melakukan analisis (Sobur, 2004: 117), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Penanda dan petanda.
2. Gambar, indeks dan simbol.
3. Fenomena sosiologi: demografi orang di dalam iklan dan orang-orang yang
menjadi sasaran iklan, refleksi kelas-kelas sosial ekonomi, gaya hidup dan
sebagainya.
4. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk melalui naskah dan orangorang yang dilibatkan di dalam iklan.
5. Desain dari iklan, termasuk tipe perwajahan yang digunakan, warna dan unsur
estetik yang lain.
6. Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh
publikasi tersebut.
Aspek yang diteliti dalam iklan ini akan menggunakan pendekatan
kerangka analisis Roland Barthes, signifikasi dua tahap (two order signification)
denotasi dan konotasi (dikaitkan dengan ilmu kode Roland Barthes).
1. Tataran Denotatif
Setiap subjek penelitian dipaparkan sesuai dengan yang tampak pada video
iklan XL versi “Sule – Baim” yang berdurasi 45 detik dan iklan AS versi
“Sule – Cek 123” yang berdurasi 30 detik. Video iklan XL dibagi menjadi 45
gambar yang berbeda dan dipilah kembali gambar yang ada menjadi 27 gambar
berbeda yang berisi dua scene (cerita) yang berbeda dan satu buah scene
penutup. Video iklan AS dibagi menjadi 30 gambar yang berbeda dan dipilah
kembali gambar yang ada menjadi 22 gambar berbeda yang berisi empat scene
dan satu buah scene penutup. Kedua video tersebut terdiri dari gambar, teks
Universitas Sumatera Utara
dan sound yang akan dijelaskan sesuai dengan makna yang sebenarnya. Makna
yang hadir dalam tataran denotasi ini akan berkembang dan menghasilkan
representasi tertentu pada tahap konotasi.
2. Tataran Konotatif
Selanjutnya akan dideskripsikan dengan makna tersembunyi atau tersirat pada
subjek penelitian sesuai dengan cerita yang ada pada iklan XL versi
“Sule – Baim” dan iklan AS versi “Sule – Cek 123”.
Peneliti memposisikan diri sebagai fasilitator dalam penelitian ini yang
menafsirkan pesan-pesan iklan yang ditampilkan dalam iklan XL versi
“Sule – Baim” dan iklan AS versi “Sule – Cek 123”.
Dalam meneliti kedua iklan tersebut, peneliti menggunakan cara-cara
ataupun teknik sebagai berikut:
1.
Video iklan XL versi “Sule – Baim” dan iklan AS versi “Sule – Cek 123”
yang peneliti dapatkan dengan cara men-download dari internet, peneliti
simpan ke dalam format MP4.
2.
Video iklan XL versi “Sule – Baim” yang berdurasi 45 detik kemudian
peneliti pilah menjadi 45 gambar berbeda dan kemudian dipilih 27 gambar
yang peneliti anggap berpotensial dan dapat mengefisienkan penelitian. Dari
kedua puluh tujuh gambar tersebut kemudian peneliti bagi menjadi dua scene
yang berbeda dan satu buah scene penutup.
3.
Video iklan AS versi “Sule – Cek 123” yang berdurasi 30 detik kemudian
peneliti pilah menjadi 30 gambar berbeda dan kemudian dipilih 22 gambar
yang peneliti anggap potensial dan dapat mengefisienkan penelitian. Dari
Universitas Sumatera Utara
kedua puluh dua gambar tersebut kemudian peneliti bagi menjadi empat
scene yang berbeda dan satu buah scene penutup.
4.
Dalam kedua iklan tersebut terdapat teks yang muncul. Dalam penelitian ini,
peneliti akan memilah antara gambar, teks maupun sound yang ada dalam
kedua iklan tersebut menjadi tiga aspek penting yang akan diteliti.
5.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti makna tersirat dan tersurat yang
terkandung dalam gambar yang ada pada video kedua iklan tersebut secara
keseluruhan (aspek gambar, teks dan sound/jingle).
III.5
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini bersifat subjektif, sehingga pengetahuan, latar belakang
budaya, kepercayaan, afiliasi politik, minat dan bahkan perasaan si peneliti ketika
melakukan penelitian akan berpengaruh pada hasil penelitian. Sehingga penelitian
ini walaupun dapat menguak beberapa aspek yang ada dalam bahan penelitian
namun keseluruhan aspek yang harus diteliti tidak dapat terjangkau seluruhnya.
Peneliti akan cenderung memilih aspek yang dianggap menarik oleh peneliti.
Selain itu, penelitian ini bersifat repetitif (pengulangan terjadi ketika
menganalisis salah satu scene lalu menuju scene yang lain dalam iklan yang
diteliti). Penelitian ini juga melibatkan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi
dan politik dari iklan yang diteliti. Oleh sebab itu, semakin dalam peneliti
melibatkan konteks sosial, semakin baik hasil penelitian tersebut. Namun, jika
terjadi banyak pengalihan dari konteks sosial maka hasil penelitian akan semakin
dangkal. Namun peneliti berusaha sebaik-baiknya untuk memunculkan konteks
sosial yang ada serta pemahaman terhadap subjek penelitian. Diharapkan
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini mendekati hasil yang terbaik dalam penelitain terhadap subjek yang
diteliti yaitu iklan XL versi “Sule – Baim” dan iklan AS versi “Sule – Cek 123”
yang ditayangkan di televisi swasta yang ada di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA
IV.1
Penyajian Data
Subjek yang akan diteliti adalah iklan televisi kartu seluler XL versi
“Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
IV.1.1 Penyajian Data Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Iklan XL versi “Sule – Baim” yang berdurasi 45 detik dipilah menjadi 45
gambar berbeda. Tiap gambar mewakili durasi satu detik, 45 gambar tersebut
kemudian diedit kembali sehingga jumlah gambar yang akan diteliti menjadi 27
gambar. Pengurangan jumlah gambar dilakukan untuk mengefisienkan penelitian
serta memperoleh data yang proporsional.
Tabel 4.1 Identifikasi Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Iklan XL Versi "Sule - Baim"
Televisi
Kartu AS paling murah
Sejujur Baim, sejujur XL
Body copy
Seakrab Baim, seakrab XL
Signature line / Mandatories
XL
Nama media
Headline
Tabel 4.2 Teknik-teknik dalam Menyunting Gambar
Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Teknik pengambilan gambar
Sudut pandang (angle ) pengambilan gambar
Tipe lensa
Fokus gambar
Pencahayaan
Cara kerja kamera
Pewarnaan pada tiap adegan
Long shot, medium long shot, medium
shot, medium close up dan close up
Eye level
Normal dan tele
Deep focus
High key
Cut
Warna cerah
Universitas Sumatera Utara
IV.1.2 Penyajian Data Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Iklan AS versi “Sule – Cek 123” yang berdurasi 30 detik dipilah menjadi
30 gambar berbeda. Tiap gambar mewakili durasi satu detik, 30 gambar tersebut
kemudian diedit kembali sehingga jumlah gambar yang akan diteliti menjadi 22
gambar. Pengurangan jumlah gambar dilakukan untuk mengefisienkan penelitian
serta memperoleh data yang proporsional.
Tabel 4.3 Identifikasi Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Iklan AS Versi "Sule - Cek 123"
Nama media
Televisi
Headline
KARTU As Paling Murah !
nelpon Rp 0,Body copy
GRATIS 5000 SMS! + Facebook & Chatting
Signature line / Mandatories
TELKOMSEL
Tabel 4.4 Teknik-teknik dalam Menyunting Gambar
Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Teknik pengambilan gambar
Sudut pandang (angle ) pengambilan gambar
Tipe lensa
Fokus gambar
Pencahayaan
Cara kerja kamera
Pewarnaan pada tiap adegan
Long shot, medium long shot, medium
shot, medium close up dan close up
Eye level
Tele
Deep focus
High key
Cut dan fade in
Warna cerah
Universitas Sumatera Utara
IV.2
Analisis Data
IV.2.1 Analisis Data Iklan XL Versi “Sule – Baim”
IV.2.1.1 Analisis Scene Pertama Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Gambar detik ke-1
Gambar detik ke-2
Gambar detik ke-3
Gambar detik ke-4
Gambar detik ke-5
Gambar detik ke-7
Gambar detik ke-8
Gambar detik ke-9
Gambar detik ke-10
Gambar detik ke-11
Gambar detik ke-12
Gambar detik ke-13
Gambar detik ke-14
Gambar detik ke-16
Gambar detik ke-17
Gambar detik ke-20
Gambar 4.1 Scene Pertama Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Universitas Sumatera Utara
Ilustrasi scene pertama (Detik 1 -22):
Sule, Baim dan Putri Titian sedang duduk di atas sofa di suatu ruangan
seperti ruang tamu. Sule duduk sendiri, sedangkan Baim dan Putri Titian duduk
bersama di sofa panjang. Suasana di ruangan tersebut ramai lalu lalang orang
seperti lokasi syuting. Terdengar suara “OK, standby ya” yang sepertinya
diucapkan oleh seorang sutradara. Putri Titian mengingatkan Baim, “OK, nanti
ngomongnya Om Sule ganteng”. Kemudian terdengar kata “Action” yang
sepertinya kembali diucapkan oleh sutradara. Pada saat itu juga terlihat seorang
yang duduk agak jauh di atas sebuah kursi yang bertuliskan “DIRECTOR” yang
artinya sutradara.
Sule bertanya kepada Baim, “Gimana Im? Om Sule ganteng kan?” Dengan
spontan Baim menjawab, “Jelek!” Sule terkejut, sementara Baim dan Putri Titian
tertawa. Kemudian Sule menunjukkan 2 batang permen kepada Baim sambil
bertanya, “Ini Im. Mau gak?” Baim langsung mengambil 1 batang permen dan
memakannya. Sule merapikan rambutnya yang sudah digerai dan kembali
bertanya kepada Baim, “Nah, sekarang gimana? Om Sule ganteng kan?” Dengan
santai Baim menjawab, “Dari pertama, Om Sule itu jelek.” Ekspresi Sule
langsung merengut. Baim melanjutkan perkataannya, “Dari pertama, kalau Rp
25,- XL murahnya beneran”. Di samping kepala Baim muncul balon kata
bertuliskan “Sejujur Baim Sejujur XL”. Kemudian terdengar kata “Break” yang
sepertinya diucapkan oleh sang sutradara.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah setting yang tampil dalam iklan:
a) Latar dari tempat terjadinya aktivitas di atas adalah sebuah ruangan
lokasi syuting. Suasana di ruangan tersebut ramai lalu lalang orang dan
sesekali terdengar suara seseorang yang meneriakkan kata-kata seperti,
“OK, standby ya”, “Action”, dan “Break”. Sekilas tampak seseorang
yang duduk di atas sebuah kursi yang bertuliskan “DIRECTOR”, yang
artinya sutradara. Hal ini jelas menunjukkan bahwa ruangan tersebut
merupakan lokasi syuting.
b) Warna dominan yang tampak dari scene pertama adalah putih, biru dan
orange yang merupakan identitas dari Kartu XL.
Tabel 4.5 Ikon scene pertama iklan XL versi “Sule – Baim”
Penanda (Signifier)
Ruangan di sebuah rumah, setting seperti
ruang tamu, ramai lalu lalang orang.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pirang panjang terikat
sedada, pakaian; kemeja lengan panjang
orange, jas hitam, celana panjang hitam
dan sepatu kulit hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut hitam panjang terurai
sepinggang, pakaian; blouse bercorak,
cardigan lengan panjang biru, rok mini
jeans, legging pink (merah muda) dan
sepatu pink.
Manusia dengan tinggi badan ukuran anakanak, rambut panjang sebahu, pakaian;
kaus oblong biru, kemeja lengan pendek
putih, celana pendek selutut hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek, pakaian; kemeja.
Petanda (Signified)
Lokasi syuting
Pria dewasa
(Sule)
Gadis remaja
(Putri Titian)
Anak laki-laki
(Baim)
Pria dewasa
(Sutradara)
Pada scene pertama teknik pengambilan gambar yang digunakan
antara lain teknik pengambilan gambar long shot, medium long shot,
Universitas Sumatera Utara
medium shot dan medium close up. Long shot digunakan pada gambar
detik ke-4, penggunaan teknik ini agar kamera menangkap seluruh wilayah
dari tempat kejadian. Teknik pengambilan gambar medium long shot pada
detik ke-1 dan detik ke-13, digunakan untuk menggambarkan banyak
bagian dari scene yang ada yaitu keseluruhan subjek yang ingin
ditonjolkan. Medium shot digunakan pada detik ke-2, ke-3, ke-7, ke-8 dan
ke-14, penggunaan teknik ini untuk memperlihatkan sosok subjek secara
jelas. Sedangkan teknik pengambilan gambar medium close up pada detik
ke-5, ke-9, ke-10, ke-11, ke-12, ke-16, ke-17 dan ke-20, digunakan untuk
mempertegas profil seseorang sehingga penonton melihatnya dengan jelas.
Sudut pandang pengambilan gambar menggunakan eye level yang
menandakan gambar yang dihasilkan terlihat sejajar antara subjek dan
pemandang. Tipe lensa yang digunakan pada detik ke-1, ke-4 dan ke-13
adalah lensa normal, gambar yang dihasilkan terkesan natural tanpa ada
penekanan ataupun penonjolan pada subjek. Sedangkan gambar yang
lainnya pada scene pertama, yaitu pada detik ke-2, ke-3, ke-5, ke-7, ke-8,
ke-9, ke-10, ke-11, ke-12, ke-14, ke-16, ke-17 dan ke-20, lensa yang
digunakan adalah lensa tele. Lensa tele menciptakan gambar yang
voyeuristik dan terkesan ada kedekatan antar personal antar subjek.
Seluruh gambar dalam scene ini menggunakan deep focus, artinya semua
unsur dalam gambar adalah penting. Pencahayaan menggunakan high key
yang dapat menimbulkan kesan riang dan cerah dalam gambar.
Keseluruhan
gambar
dalam
scene
pertama
menggunakan
teknik
penyuntingan “cut” (dikenal juga dengan nama editing cut to cut) yaitu
Universitas Sumatera Utara
perpindahan dari gambar satu ke gambar lainnya yang mewujudkan
sebuah bentuk kesinambungan gambar.
1. Tataran denotatif
Pada awal cerita, tampak 3 orang yang duduk bersama di atas sofa di
suatu ruangan dalam sebuah rumah, yaitu seorang pria dewasa, seorang
gadis remaja dan seorang anak laki-laki. Sang pria duduk sendiri,
sedangkan sang gadis dan anak laki-laki duduk bersama di sofa yang lebih
panjang. Dalam rumah tersebut ramai lalu lalang orang. Kemudian
terdengar suara, “OK, standby ya”. Bersamaan dengan itu, sang gadis
berkata kepada anak laki-laki tersebut, “OK, nanti ngomongnya Om Sule
ganteng”.
Kemudian terdengar kata “Action” bersamaan dengan
terlihatnya seorang yang duduk agak jauh di atas sebuah kursi yang
bertuliskan “DIRECTOR”. Dari perkataan sang gadis dapat diketahui
bahwa pria dewasa tersebut bernama Sule. Kemudian Sule bertanya
kepada sang anak laki-laki, “Gimana Im? Om Sule ganteng kan?” Dengan
spontan anak itu menjawab, “Jelek!” Sule terkejut, sementara anak lakilaki dan gadis tersebut tertawa. Kemudian Sule menunjukkan 2 batang
permen kepada sang anak sambil bertanya, “Ini Im. Mau gak?” Sang anak
langsung mengambil 1 batang permen dan memakannya. Sule merapikan
rambutnya yang sudah digerai dan kembali bertanya kepada anak tersebut,
“Nah, sekarang gimana? Om Sule ganteng kan?” Dengan santai anak
tersebut menjawab, “Dari pertama, Om Sule itu jelek.” Ekspresi Sule
langsung merengut. Sang anak melanjutkan perkataannya, “Dari pertama,
kalau Rp 25,- XL murahnya beneran”. Di samping kepala anak tersebut
Universitas Sumatera Utara
muncul balon kata bertuliskan “Sejujur Baim Sejujur XL”. Dari teks
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa anak laki-laki tersebut bernama
Baim. Kemudian terdengar kata “Break”.
2. Tataran konotatif
Baim yang menjadi tokoh utama dalam iklan ini adalah seorang anak
kecil. Baim yang masih berusia muda menggambarkan kepolosan, hal ini
diperkuat dengan hiasan kepala yang dikenakan Baim, yang berbentuk
lingkaran putih seperti yang biasanya dipakai oleh orang yang ingin
berperan sebagai malaikat. Sementara itu Putri Titian mengenakan hiasan
kepala yang berbentuk tanduk berwarna hitam seperti yang biasanya
dipakai oleh orang yang ingin berperan sebagai iblis. Penggunaan Baim
dalam iklan ini ingin menunjukkan bahwa kejujuran dan kepolosan Baim
sama seperti XL yang jujur bahwa promosi XL Rp 25,- dari menit pertama
itu benar. Kejujuran dan kepolosan ini sangat jelas digambarkan ketika
Baim diminta untuk mengatakan bahwa Sule ganteng, tetapi Baim tetap
mengatakan Sule jelek karena memang menurutnya Sule itu jelek,
walaupun setelah disodorkan permen. Perkataan “Om Sule ganteng” itu
merupakan bagian dari script yang seharusnya Baim ikuti karena mereka
sedang dalam syuting. Situasi syuting ini dapat dilihat dari situasi ruangan
yang ramai orang yang lalu lalang. Juga karena adanya sutradara yang
dapat dilihat dari orang yang duduk di atas sebuah kursi yang bertuliskan
“DIRECTOR”. Setelah kata “action” terdengar barulah Sule bertanya, dan
inilah yang menandakan bahwa percakapan mereka seharusnya sesuai
dengan script. Tetapi Baim tidak menjawab sesuai script karena kejujuran
Universitas Sumatera Utara
dan kepolosannya itu. XL memakai slogan “Sejujur Baim Sejujur XL”
berarti ingin menyatakan bahwa promosi XL jujur tidak seperti operator
lainnya.
Pakaian Baim yang berwana biru dan putih juga menunjukkan XL
yang identik dengan warna biru dan putih. Dari sini jelaslah bahwa dalam
iklan tersebut, Baim merepresentasikan XL.
IV.2.1.2 Analisis Scene Kedua Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Gambar detik ke-24
Gambar detik ke-26
Gambar detik ke-29
Gambar detik ke-30
detik ke-32
Gambar detik ke-31
Gambar detik ke-36
Gambar detik ke-38
Gambar
Gambar 4.2 Scene Kedua Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Ilustrasi scene kedua (Detik 23-38):
Setelah terdengar kata “Break” dari sutradara, yang berarti
“istirahat”, handphone dari si gadis berdering, dan terlihat muncul kata
Universitas Sumatera Utara
“receiving” pertanda ada panggilan masuk. Putri Titian pun berkata pada
Baim, “Bilangin Kakak Tiannya lagi tidur”, sambil menyerahkan
handphone tersebut kepada Baim. Kemudian Baim menerima handphone
tersebut dan berkata kepada si penelepon, “Tadi kata Kakak Tiannya, lagi
tidur”. Seketika itu juga Sule tertawa terbahak-bahak dan berpindah duduk
ke sofa dimana Baim dan Tian juga duduk. Tian langsung merengut dan
melihat ke arah Sule yang terus tertawa. Kemudian Tian memelototi Baim
dan sementara itu Baim melanjutkan perkataannya kepada si penelepon,
“Kakak Tiannya lagi melototin Aim nih.” Dan wajah Tian pun semakin
merengut pertanda semakin kesal. Sule pun berkata kepada Baim, “Aim
akrab banget nelponnya”. Baim pun menjawab, “Emang Aim akrab banget
ama Kakak ini”.
Tabel 4.6 Ikon scene kedua iklan XL versi “Sule – Baim”
Penanda (Signifier)
Ruangan di sebuah rumah, setting seperti
ruang tamu, ramai lalu lalang orang.
Benda kecil yang mempunyai keypad huruf
dan mengeluarkan suara deringan ketika
ada telepon masuk.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pirang panjang terikat
sedada, pakaian; kemeja lengan panjang
orange, jas hitam, celana panjang hitam dan
sepatu kulit hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut hitam panjang terurai
sepinggang, pakaian; blouse bercorak,
cardigan lengan panjang biru, rok mini
jeans, legging pink (merah muda) dan
sepatu pink.
Manusia dengan tinggi badan ukuran anakanak, rambut panjang sebahu, pakaian;
kaus oblong biru, kemeja lengan pendek
putih, celana pendek selutut hitam.
Petanda (Signified)
Lokasi syuting
Handphone
Pria dewasa
(Sule)
Gadis remaja
(Putri Titian)
Anak laki-laki
(Baim)
Universitas Sumatera Utara
Pada scene kedua teknik pengambilan gambar yang digunakan
antara lain teknik pengambilan gambar medium long shot, close up, dan
big close up. Teknik pengambilan gambar medium long shot pada detik
ke-26, ke-30, ke-31 dan ke-36, digunakan untuk menggambarkan banyak
bagian dari scene yang ada yaitu keseluruhan subjek yang ingin
ditonjolkan. Close up digunakan pada detik ke-24 dan detik ke-32,
penggunaan teknik ini untuk menimbulkan kesan intim atau dekat antar
subjek, teknik ini melingkupi area shot gambar yang kecil. Sedangkan
teknik pengambilan gambar big close up pada detik ke-29 dan detik ke-38,
digunakan untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.
Sudut pandang pengambilan gambar menggunakan eye level angle
yang menandakan gambar yang dihasilkan terlihat sejajar antara subjek
dan pemandang. Tipe lensa yang digunakan pada detik ke-26, ke-30, ke-31
dan ke-36 adalah lensa normal, gambar yang dihasilkan terkesan natural
tanpa ada penekanan ataupun penonjolan pada subjek. Sedangkan gambar
yang lainnya pada scene pertama, yaitu pada detik ke-24, ke-29, ke-32 dan
ke-38, lensa yang digunakan adalah lensa tele. Lensa tele menciptakan
gambar yang voyeuristik dan terkesan ada kedekatan antar personal antar
subjek. Seluruh gambar dalam scene ini menggunakan deep focus, artinya
semua unsur dalam gambar adalah penting. Pencahayaan menggunakan
high key yang dapat menimbulkan kesan riang dan cerah dalam gambar.
Keseluruhan
gambar
dalam
scene
pertama
menggunakan
teknik
penyuntingan “cut” yaitu perpindahan dari gambar satu ke gambar lainnya
yang mewujudkan sebuah bentuk kesinambungan gambar.
Universitas Sumatera Utara
1. Tataran denotatif
Setelah terdengar kata “Break” dari sutradara, yang berarti
“istirahat”, handphone dari si gadis berdering, dan terlihat muncul kata
“receiving” pertanda ada panggilan masuk. Si gadis pun berkata pada
Baim, “Bilangin Kakak Tiannya lagi tidur”, sambil menyerahkan
handphone tersebut kepada Baim. Dari sini diperoleh kesimpulan bahwa
gadis tersebut bernama Tian. Saat itu Tian tidak lagi mengenakan hiasan
kepalanya, tetapi Baim tetap mengenakannya. Kemudian Baim menerima
handphone tersebut dan berkata kepada si penelepon, “Tadi kata Kakak
Tiannya, lagi tidur”. Seketika itu juga Sule tertawa terbahak-bahak dan
berpindah duduk ke sofa dimana Baim dan Tian juga duduk. Tian
langsung merengut dan melihat ke arah Sule yang terus tertawa. Kemudian
Tian memelototi Baim dan sementara itu Baim melanjutkan perkataannya
kepada si penelepon, “Kakak Tiannya lagi melototin Aim nih.” Dan wajah
Tian pun semakin merengut pertanda semakin kesal. Sule pun berkata
kepada Baim, “Aim akrab banget nelponnya”. Baim pun menjawab,
“Emang Aim akrab banget ama Kakak ini”.
2. Tataran konotatif
Kata “Break” yang diucapkan oleh sutradara sebelum scene kedua
dimulai menandakan bahwa percakapan yang terjadi di scene kedua sudah
di luar script. Pada saat itulah ada panggilan masuk ke handphone Tian,
yang ditunjukkan dengan suara deringan dan munculnya tulisan
“receiving” di layar handphone tersebut. Kemudian Tian meminta Baim
Universitas Sumatera Utara
untuk menjawab panggilan tersebut dengan berbohong, yaitu mengatakan
bahwa Tian sedang tidur. Tapi kembali dengan kejujuran dan
kepolosannya, Baim menjawab si penelepon, “Tadi kata Kakak Tiannya,
lagi tidur”. Hal ini kembali menegaskan bagaimana XL ingin
menunjukkan bahwa XL jujur seperti Baim dan tidak ingin memanipulasi
promosi untuk menutupi tarif sebenarnya. Setelah mendengar Baim
menjawab seperti itu, Sule tertawa terbahak-bahak dan berpindah duduk ke
sofa dimana Baim dan Tian juga duduk. Tian langsung merengut dan
melihat ke arah Sule yang terus tertawa. Kemudian Tian memelototi Baim
dan sementara itu Baim melanjutkan perkataannya kepada si penelepon,
“Kakak Tiannya lagi melototin Aim nih.” Ini menunjukkan bahwa Baim
terus terang dan tidak menutupi sesuatu, ini juga yang ingin disampaikan
XL bahwa promosinya terus terang dan tidak ada menutup-nutupi.
Kemudian wajah Tian pun semakin merengut pertanda semakin kesal. Sule
pun berkata kepada Baim, “Aim akrab banget nelponnya”. Baim pun
menjawab, “Emang Aim akrab banget ama Kakak ini”. XL ingin
menyampaikan bagaimana XL akrab dengan pelanggannya. Akrab berarti
ada keterbukaan dan XL mengerti apa kebutuhan pelanggannya.
IV.2.1.3 Analisis Scene Penutup Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Gambar detik ke-40
Gambar detik ke-44
Gambar detik ke-45
Gambar 4.3 Scene Penutup Iklan XL Versi “Sule – Baim”
Universitas Sumatera Utara
Ilustrasi scene penutup (Detik 39-45):
Pada scene penutup ini yang tampak bukan hanya Baim, Sule dan
Putri Titian, tetapi juga banyak orang lainnya. Ada belasan orang yang
berdiri bersama mereka dan juga ada beberapa macam peralatan lighting
yang dipakai untuk syuting. Mereka berdiri di satu ruangan yang dekat
dengan pintu masuk rumah. Ekspresi mereka sangat gembira. Selain itu,
juga ada tulisan dalam balon-balon kata. Ada tulisan “Seakrab Baim
seakrab XL”. Slogan ini ingin menjelaskan inti dari scene kedua tadi.
Kemudian ada juga tulisan “Nelpon Rp 25/menit” yang menjelaskan tarif
promosi XL yang ingin disampaikan melalui iklan ini. Kemudian juga ada
tulisan dalam huruf yang lebih kecil yaitu “Tarif RAME ke sesama XL”
yang diikuti di bawahnya dengan tulisan yang sangat kecil bahkan hampir
tak terbaca “Syarat dan ketentuan berlaku; www.xl.co.id atau 817 atau
021-57950817”. Setelah itu muncullah tulisan “Beneran Murahnya Nelpon
Rp 25/menit dari menit pertama” yang diikuti di bawahnya dengan tulisan
yang lebih kecil yaitu “Beli Perdana atau cek *123#” dan setelah itu pada
akhir scene muncul logo XL yang sangat besar.
Latar dari tulisan-tulisan ini adalah ekspresi gembira dari Baim,
Sule, Putri Titian dan belasan orang lainnya yang sepertinya merupakan
crew di lokasi syuting tersebut. Hal ini dipertegas dengan adanya beberapa
peralatan lighting yang berdiri di antara mereka. Ekspresi kegembiraan
mereka menunjukkan bahwa mereka sangat gembira bisa menyampaikan
bagaimana XL itu. Pada detik ke-40 gambar mereka terlihat jelas, tetapi
Universitas Sumatera Utara
pada detik ke-44 dan detik ke-45 gambar mereka dibuat blur. Ini berarti
tulisan yang muncul bersamaan dengan mereka lebih ingin ditonjolkan.
Teknik penyuntingan pada scene penutup ini merupakan rekayasa
dan kerja dari komputer, namun penempatan gambar pada scene ini
menggunakan sudut pandang pengambilan gambar menggunakan eye level
yang menandakan gambar yang dihasilkan terlihat sejajar antara subjek
dan pemandang. Bentuk huruf, besarnya dan warna yang dipakai
mempunyai efek-efek tertentu yang dapat menunjang kesempurnaan pesan
yang ada di dalamnya. Pesan utama dalam scene ini adalah “Beneran
Murahnya Nelpon Rp 25/menit dari menit pertama” yang merupakan
headline dari promosi XL kali ini.
IV.2.2 Analisis Data Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
IV.2.2.1 Analisis Scene Pertama Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Gambar detik ke-1
Gambar detik ke-4
Gambar detik ke-2
Gambar detik ke-5
Gambar detik ke-3
Gambar detik ke-6
Gambar 4.4 Scene Pertama Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Universitas Sumatera Utara
Ilustrasi scene pertama (Detik 1 - 6):
Pada awal cerita, ada seseorang yang memakai headphone dan juga
sedang memegang microphone yang ada di depannya. Dia berkata,
“Cek cek 123 cek” sambil mengetuk pelan microphone tersebut. Di depan
orang ini juga terlihat ada sebuah komputer. Kemudian terlihat ada Sule
beserta 5 orang lainnya yang adalah kelompok musik Klantink di hadapan
orang tersebut. Sule yang juga memakai headphone berkata dengan nada
protes, “Cek-123 mulu, kelamaan, langsung aja”. Ekspresi dari 4 orang
lainnya juga menunjukkan ekspresi protes. Kemudian orang di depan
komputer tadi mempersilakan mereka untuk memulai sambil berkata
“Yok”. Pada saat itu terlihat ada peralatan mixer yang biasanya dipakai di
studio rekaman. Kemudian musik mulai dimainkan oleh Klantink yang
sudah memegang alat musiknya masing-masing. Sule serta Klantink pun
mulai menggoyangkan tubuhnya dengan ceria.
Berikut ini adalah setting yang tampil dalam iklan:
a) Setting dari tempat terjadinya aktivitas di atas adalah sebuah studio
rekaman. Hal ini ditunjukkan dengan adanya microphone, mixer,
komputer, headset dan letak meja semua peralatan itu yang berhadapan
dengan Sule dan Klantink.
b) Warna dominan yang tampak dari scene pertama adalah abu-abu dan
merah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Ikon scene pertama iklan AS versi “Sule – Cek 123”
Penanda (Signifier)
Sebuah ruangan yang mempunyai alat-alat
rekaman, yaitu microphone, mixer,
komputer dan headset.
Manusia dewasa, rambut pendek keriting,
pakaian; kaos oblong hitam dan jaket abuabu.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pirang panjang terikat
sedada, pakaian; kaos oblong putih, kemeja
lengan pendek motif kotak merah hitam,
celana panjang hitam dan sepatu putih.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kaos oblong hitam, rompi abu-abu, celana
panjang hitam, sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, badan gemuk, pakaian; kupluk
abu-abu, kaos oblong biru muda, celana
panjang hitam, sepatu putih.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kaos oblong abu-abu lengan panjang,
celana panjang hitam, sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kaos oblong abu-abu lengan panjang, syal
ungu abu-abu, celana panjang hitam, sepatu
hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kaos oblong garis-garis hitam putih, celana
panjang hitam, sepatu hitam.
Petanda (Signified)
Studio rekaman
Pria dewasa
(Teknisi rekaman)
Pria dewasa
(Sule)
Pria dewasa
(Wawan Klantink)
Pria dewasa
(Budi Klantink)
Pria dewasa
(Lukin Klantink)
Pria dewasa
(Cak Mat Klantink)
Pria dewasa
(Ndowe Klantink)
Pada scene pertama teknik pengambilan gambar yang digunakan
antara lain teknik pengambilan gambar long shot, medium long shot,
medium shot dan medium close up. Long shot digunakan pada gambar
detik ke-6, penggunaan teknik ini agar kamera menangkap seluruh wilayah
dari tempat kejadian. Teknik pengambilan gambar medium long shot pada
detik ke-2, digunakan untuk menggambarkan banyak bagian dari scene
yang ada yaitu keseluruhan subjek yang ingin ditonjolkan. Medium shot
Universitas Sumatera Utara
digunakan pada detik ke-3 dan ke-4, penggunaan teknik ini untuk
memperlihatkan sosok subjek secara jelas. Sedangkan teknik pengambilan
gambar medium close up pada detik ke-1 dan ke-5, digunakan untuk
mempertegas profil seseorang sehingga penonton melihatnya dengan jelas.
Sudut pandang pengambilan gambar menggunakan eye level yang
menandakan gambar yang dihasilkan terlihat sejajar antara subjek dan
pemandang. Tipe lensa yang digunakan pada semua gambar adalah lensa
tele. Lensa tele menciptakan gambar yang voyeuristik dan terkesan ada
kedekatan antar personal antar subjek. Seluruh gambar dalam scene ini
menggunakan deep focus, artinya semua unsur dalam gambar adalah
penting. Pencahayaan menggunakan high key yang dapat menimbulkan
kesan riang dan cerah dalam gambar. Keseluruhan gambar dalam scene
pertama menggunakan teknik penyuntingan “cut” yaitu perpindahan dari
gambar satu ke gambar lainnya yang mewujudkan sebuah bentuk
kesinambungan gambar.
1. Tataran denotatif
Ada seseorang yang memakai headphone dan juga sedang
memegang microphone yang ada di depannya. Dia berkata, “Cek cek
123 cek” sambil mengetuk pelan microphone tersebut. Di depan orang
ini juga terlihat ada sebuah komputer. Kemudian terlihat ada seorang
pria berambut panjang berwarna pirang beserta 5 orang lainnya. Pria
berambut pirang juga memakai headphone dan berkata dengan nada
protes, “Cek-123 mulu, kelamaan, langsung aja”. Ekspresi dari 5 orang
Universitas Sumatera Utara
lainnya juga menunjukkan ekspresi protes. Kemudian orang di depan
komputer tadi mempersilakan mereka untuk memulai sambil berkata
“Yok”. Pada saat itu terlihat ada peralatan mixer yang biasanya dipakai
di studio rekaman. Kemudian musik mulai dimainkan oleh kelima
orang tadi yang sudah memegang alat musiknya masing-masing. Hal ini
menunjukkan kelima orang tersebut adalah sebuah grup musik. Pria
berambut pirang serta grup musik itu pun mulai menggoyangkan
tubuhnya dengan ceria.
2. Tataran konotatif
Sule yang menjadi tokoh utama dalam iklan ini mengenakan kaos
oblong putih dan kemeja kotak-kotak merah hitam. Warna ini
menunjukkan bahwa Sule mewakili Kartu AS karena warna dominan
pada perdana Kartu AS adalah merah, hitam dan putih. Sementara
anggota Klantink dan pria di belakang microphone mengenakan
pakaian yang berwarna abu-abu. Dinding ruangan yang digunakan juga
berwarna abu-abu sehingga Sule menjadi fokus utama dalam scene ini.
Ruangan yang digunakan tampaknya adalah ruang studio rekaman. Hal
ini terlihat jelas dari adanya peralatan rekaman yaitu microphone,
mixer, headset dan komputer. Juga posisi pria di belakang microphone
yang berhadapan langsung dengan Sule dan Klantink. Dari sini juga
dapat disimpulkan bahwa pria di belakang microphone tersebut adalah
teknisi rekaman.
Universitas Sumatera Utara
Scene ini dimulai dengan sang teknisi yang memegang
microphone dengan raut wajah serius sambil berkata, ““Cek cek 123
cek”. Kemudian Sule berkata dengan nada protes, “Cek-123 mulu,
kelamaan, langsung aja”. Ekspresi dari 4 anggota Klantink di
belakangnya juga menunjukkan ekspresi protes. Perkataan ini
sebenarnya menyindir operator seluler lainnya yang merupakan saingan
Telkomsel yaitu XL. Beberapa bulan sebelum iklan Kartu AS ini
muncul, Sule adalah bintang iklan XL bersama bintang cilik Baim dan
Putri Titian. Tetapi entah mengapa dalam jangka waktu kurang dari 6
bulan, Sule sudah berpindah menjadi bintang iklan Kartu AS dari
Telkomsel yang tidak lain adalah saingan terberat XL. Dan perkataan
“Cek cek 123 cek” yang kemudian disambung dengan “Cek-123 mulu,
kelamaan, langsung aja” merupakan sindiran kepada XL yang
mempunyai slogan “Cek 123” yang artinya tekan *123# untuk
mendapatkan beraneka ragam promosi dari XL. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa Kartu As ingin menyatakan bahwa cara “Cek 123”
itu tidak efektif karena menghabiskan waktu, lebih baik Kartu As yang
promosinya langsung tanpa perlu “Cek 123”.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.2.2 Analisis Scene Kedua Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Gambar detik ke-7
Gambar detik ke-9
Gambar detik ke-10
Gambar detik ke-12
Gambar detik ke-13
Gambar detik ke-14
Gambar detik ke-16
Gambar detik ke-18
Gambar detik ke-19
Gambar detik ke-21
Gambar detik ke-24
Gambar detik ke-25
Gambar 4.5 Scene Kedua Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Ilustrasi scene kedua (Detik 7 - 25):
Scene ini dimulai dengan musik yang dimainkan oleh Klantink dan
kemudian Sule bernyanyi bersama mereka. Seiring dengan musik yang
dimainkan, setting berganti menjadi sebuah panggung yang berwarna
merah dan abu-abu. Panggung itu dihiasi dengan balon berwarna merah
dan putih serta gelembung-gelembung. Selain itu pakaian bagian atas Sule
dan Klantink juga berubah. Sule mengenakan kemeja lengan panjang yang
Universitas Sumatera Utara
digulung pendek berwarna putih dan rompi rajut motif wajik berwarna
putih, merah dan hitam. Anggota Klantink mengenakan pakaian berwarna
putih dan abu-abu dan masing-masing dari mereka memakai aksesoris
berwarna merah. Wawan memakai suspender (tali yang dipakai melewati
bahu untuk menahan celana yang membentuk simpul X atau Y di bagian
punggung) berwarna merah, Budi memakai dasi merah, Lukin memakai
topi rajut berwarna merah, Cak Mat memakai scarf merah dan Ndowe
memakai kalung berwarna merah. Sule dan Klantink bernyanyi dengan
ceria sambil menggoyangkan tubuh mereka. Di bawah panggung terlihat
banyak penonton yang juga bergoyang dan bernyanyi mengikuti lagu
tersebut. Di antara kerumunan penonton tersebut terlihat Rianti Cartwright
(salah satu juri Indonesia Mencari Bakat) yang juga ikut bernyanyi dan
bergoyang. Rianti mengenakan blouse berwarna merah, sementara
penonton lain mengenakan baju berwarna lain. Kemudian Sule memegang
perdana AS dan mempromosikannya dengan berkata, “Mau nelpon paling
murah langsung dari detik pertama plus gratis 5000 sms ke semua
operator?”. Bersamaan dengan itu muncul tulisan “nelpon Rp 0,- ” di
samping kanan kepala Sule dan kemudian tulisan “GRATIS 5000 SMS” di
samping kirinya. Kemudian terlihat salah satu penonton laki-laki yang
berteriak terkejut dan kegirangan mendengar perkataan Sule tadi.
Kemudian terlihat Rianti sudah ada di atas panggung bersama Sule dan
Klantink, tetap sambil bergoyang mengikuti lagu. Lalu Sule kembali
berkata, “Beli Kartu AS sekarang juga”. Kemudian muncul tulisan “nelpon
Rp 0,- GRATIS 5000 SMS! + Facebook & Chatting” dan bersamaan itu
Universitas Sumatera Utara
terdengar suara laki-laki yang mengatakan “Paling murah ya Kartu AS”.
Kemudian dilanjutkan dengan munculnya tulisan “KARTU As Paling
Murah!”, di atas kanannya ada lambang TELKOMSEL dan di sebelah kiri
bawahnya ada tulisan dengan huruf yang jauh lebih kecil sebagai berikut:
• Gratis SMS berlaku ke semua operator
• Syarat & ketentuan berlaku
• Info lengkap hubungi 116 atau www.telkomsel.com
Adapun lirik dari lagu yang dinyanyikan Sule dan Klantink yang
mengiringi scene kedua adalah sebagai berikut:
Beli dan langsung nikmati tarif murahnya
Langsung dari menit pertama
Siang malam ke s’luruh Indonesia
Jelas murahnya
Berikut ini adalah setting yang tampil dalam iklan:
a) Setting dari tempat terjadinya aktivitas di atas adalah sebuah panggung
dan di sekitar lantai penonton.
b) Warna dominan yang tampak dari scene kedua adalah abu-abu, merah
putih dan hitam.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Ikon scene kedua iklan AS versi “Sule – Cek 123”
Penanda (Signifier)
Sebuah panggung dengan nuansa abu-abu,
merah, putih dan hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pirang panjang terikat
sedada, pakaian; kemeja lengan panjang
digulung pendek berwarna putih, rompi
motif wajik berwarna merah putih hitam,
celana panjang hitam dan sepatu putih.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kemeja lengan panjang berwarna putih,
syal abu-abu, suspender bergaris merah
putih, celana panjang hitam dan sepatu
hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, badan gemuk, pakaian; kupluk
motif kotak-kotak abu-abu hitam putih,
kemeja lengan pendek berwarna putih, dasi
merah, celana panjang hitam dan sepatu
putih.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
topi rajut berwarna merah, kemeja putih,
sweater abu-abu, celana panjang hitam dan
sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian; jas
abu-abu, scarf merah, celana panjang hitam
dan sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kemja lengan panjang berwarna putih,
rompi abu-abu, kalung merah, celana
panjang hitam dan sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa,
rambut
pirang
panjang
bergelombang, blouse merah, celana
panjang hitam.
Kerumunan orang yang melihat ke arah
panggung
Petanda (Signified)
Panggung pementasan
Pria dewasa
(Sule)
Pria dewasa
(Wawan Klantink)
Pria dewasa
(Budi Klantink)
Pria dewasa
(Lukin Klantink)
Pria dewasa
(Cak Mat Klantink)
Pria dewasa
(Ndowe Klantink)
Wanita dewasa
(Rianti Cartwright)
Penonton
Pada scene kedua teknik pengambilan gambar yang digunakan
antara lain teknik pengambilan gambar long shot, medium long shot,
medium shot, medium close up dan close up. Long shot digunakan pada
Universitas Sumatera Utara
gambar detik ke-7 dan ke-9, penggunaan teknik ini agar kamera
menangkap seluruh wilayah dari tempat kejadian. Teknik pengambilan
gambar medium long shot pada detik ke-19, digunakan untuk
menggambarkan banyak bagian dari scene yang ada yaitu keseluruhan
subjek yang ingin ditonjolkan. Medium shot digunakan pada detik ke-12,
ke-13, ke-14 dan ke-21, penggunaan teknik ini untuk memperlihatkan
sosok subjek secara jelas. Sedangkan teknik pengambilan gambar medium
close up pada detik ke-10 dan ke-16, digunakan untuk mempertegas profil
seseorang
sehingga
penonton
melihatnya
dengan
jelas.
Teknik
pengambilan gambar close up digunakan pada detik ke-18, untuk
menimbulkan kesan intim atau dekat antar subjek, teknik ini melingkupi
area shot gambar yang kecil.
Sudut pandang pengambilan gambar menggunakan eye level yang
menandakan gambar yang dihasilkan terlihat sejajar antara subjek dan
pemandang. Tipe lensa yang digunakan pada semua gambar adalah lensa
tele. Lensa tele menciptakan gambar yang voyeuristik dan terkesan ada
kedekatan antar personal antar subjek. Seluruh gambar dalam scene ini
menggunakan deep focus, artinya semua unsur dalam gambar adalah
penting. Pencahayaan menggunakan high key yang dapat menimbulkan
kesan riang dan cerah dalam gambar. Keseluruhan gambar dalam scene
pertama menggunakan teknik penyuntingan “cut” yaitu perpindahan dari
gambar satu ke gambar lainnya yang mewujudkan sebuah bentuk
kesinambungan gambar.
Universitas Sumatera Utara
1. Tataran denotatif
Scene ini dimulai dengan musik yang dimainkan oleh grup musik
dan kemudian pria berambut pirang bernyanyi bersama mereka. Seiring
dengan musik yang dimainkan, setting berganti menjadi sebuah
panggung yang berwarna merah dan abu-abu. Panggung itu dihiasi
dengan balon berwarna merah dan putih serta gelembung-gelembung.
Selain itu pakaian bagian atas si pria dan semua anggota grup musik
juga berubah. Pakaian anggota grup musik yang tadinya hanya
benuansa kelabu (abu-abu dan hitam) berganti menjadi berwarna abuabu, putih dan merah. Sementara nuansa warna pakaian pria berambut
pirang tetap sama yaitu merah, putih dan hitam walaupun pakaiannya
berganti. Mereka bernyanyi dengan ceria sambil menggoyangkan tubuh
mereka. Di bawah panggung terlihat banyak penonton yang juga
bergoyang dan bernyanyi mengikuti lagu tersebut. Di antara kerumunan
penonton tersebut terlihat seorang wanita cantik yang juga ikut
bernyanyi dan bergoyang. Wanita tersebut tampak mencolok karena
mengenakan blouse berwarna merah, sementara penonton lain
mengenakan baju berwarna lain. Kemudian si pria berambut pirang
memegang perdana AS dan mempromosikannya dengan berkata, “Mau
nelpon paling murah langsung dari detik pertama plus gratis 5000 sms
ke semua operator?”. Bersamaan dengan itu muncul tulisan “nelpon Rp
0,- ” di samping kanan kepalanya dan kemudian tulisan “GRATIS 5000
SMS” di samping kirinya. Kemudian terlihat salah satu penonton
laki-laki
yang
berteriak
terkejut
dan
kegirangan
mendengar
Universitas Sumatera Utara
perkataannya. Kemudian terlihat wanita cantik tadi sudah ada di atas
panggung bersama si pria dan grup musik, tetap sambil bergoyang
mengikuti lagu. Lalu pria itu kembali berkata, “Beli Kartu AS sekarang
juga”. Kemudian muncul tulisan “nelpon Rp 0,- GRATIS 5000 SMS! +
Facebook & Chatting” dan bersamaan itu terdengar suara laki-laki yang
mengatakan “Paling murah ya Kartu AS”. Kemudian dilanjutkan
dengan munculnya tulisan “KARTU As Paling Murah!”, di atas
kanannya ada lambang TELKOMSEL dan di sebelah kiri bawahnya ada
tulisan dengan huruf yang jauh lebih kecil sebagai berikut:
• Gratis SMS berlaku ke semua operator
• Syarat & ketentuan berlaku
• Info lengkap hubungi 116 atau www.telkomsel.com
Adapun lirik dari lagu yang dinyanyikan yang mengiringi scene
kedua adalah sebagai berikut:
Beli dan langsung nikmati tarif murahnya
Langsung dari menit pertama
Siang malam ke s’luruh Indonesia
Jelas murahnya
Pada scene ini tampak jelas bahwa yang menjadi pemeran utama
adalah si pria berambut pirang, yaitu ketika dia mempromosikan
Kartu As. Grup musik dan wanita cantik adalah pemeran pendamping,
sementara kerumunan penonton adalah pemeran pembantu.
Universitas Sumatera Utara
2. Tataran konotatif
Pada scene ini setting ruangan yang tadinya di studio rekaman
dengan nuansa kelabu berwarna abu-abu berubah menjadi suasana
pementasan yang sangat ceria berwarna abu-abu, merah dan putih.
Suasana ceria ini dipertegas dengan adanya balon-balon dan
gelembung-gelembung sabun. Balon biasanya dipakai ketika ada
perayaan pesta ulangtahun dan gelembung sabun biasanya dipakai
untuk bermain. Di dalam pesta dan permainan selalu ada suasana yang
ceria dan menyenangkan. Musik dan lagu yang dimainkan menambah
nuansa ceria tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Kartu AS dapat
memberikan perubahan yang menyenangkan dan nuansa ceria. Nuansa
yang membawa warna merah putih juga menggambarkan bahwa kartu
AS dari Telkomsel yang merupakan operator terbesar di Indonesia.
Pakaian dari Klantink yang tadinya bernuansa abu-abu dan hitam
berubah menjadi warna abu-abu, merah, putih dan hitam. Ini
menandakan perpindahan dari operator lain ke Kartu AS.
Di antara kerumunan penonton terlihat seorang wanita cantik
yang mengenakan blouse berwarna merah, yang tak lain adalah Rianti
Cartwright (salah satu juri Indonesia Mencari Bakat). Rianti juga
terlihat ceria dan terlihat ikut menyanyi dan bergoyang. Penonton yang
lain tidak ada yang mengenakan baju merah sehingga Rianti tampak
sangat mencolok di tengah kerumunan penonton tersebut. Penonton
yang lain itu merepresentasikan orang-orang yang tidak menggunakan
kartu AS. Ekspresi gembira mereka yang ditunjukkan dengan ikut
Universitas Sumatera Utara
menyanyi dan bergoyang menandakan mereka senang dengan promosi
terbaru kartu AS.
Sule memegang perdana AS dan mempromosikannya dengan
berkata, “Mau nelpon paling murah langsung dari detik pertama plus
gratis 5000 sms ke semua operator?”. Bersamaan dengan itu muncul
tulisan “nelpon Rp 0,- ” di samping kanan kepala Sule dan kemudian
tulisan “GRATIS 5000 SMS” di samping kirinya. Kemudian terlihat
salah satu penonton laki-laki yang berteriak terkejut dan kegirangan
mendengar perkataan Sule tadi. Ekspresi terkejut ini menandakan
bahwa sebelumnya tidak ada operator lain yang menawarkan promosi
seperti Kartu AS, yaitu nelpon Rp 0,- langsung dari detik pertama dan
gratis 5000 sms ke semua operator. Ekspresi kegirangan menunjukkan
bahwa promosi terbaru Kartu AS ini menyenangkan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Kemudian terlihat Rianti sudah ada di atas panggung bersama
Sule dan Klantink, tetap sambil bergoyang mengikuti lagu. Sule dan
Klantink awalnya adalah orang-orang dari kalangan menengah bawah
yang akhirnya sukses di dunia entertainment dan dalam iklan ini
mereka merepresentasikan orang-orang dari kalangan menengah ke
bawah. Sedangkan Rianti sebelum jadi artis memang dari kalangan
menengah ke atas, terlebih lagi Rianti adalah keturunan campuran
Indonesia - Inggris.
Posisi Rianti tadinya ada di bawah panggung
bersama penonton selanjutnya berpindah ke atas panggung bersama
dengan Sule dan Klantink. Hal ini menepis bahwa Kartu AS selama ini
Universitas Sumatera Utara
dianggap produk Telkomsel untuk kalangan menengah ke bawah.
Rianti yang berpindah ke panggung ingin menunjukkan bahwa kartu
AS juga dapat digunakan oleh kalangan menengah ke atas yang
biasanya menjunjung tinggi prestige dan gengsi. Jadi bisa disimpulkan
bahwa Telkomsel ingin menunjukkan bahwa kini Kartu AS juga
menambah prestige dan gengsi seseorang.
Slogan Kartu AS ini yaitu “Paling murah ya Kartu AS” dan
“KARTU As Paling Murah!” ingin menyatakan bahwa Kartu AS paling
murah dari operator lain, terlebih XL yang sebelumnya Sule juga
membintangi iklannya. Slogan XL di iklan tersebut adalah “Beneran
Murahnya Nelpon Rp 25/menit dari menit pertama”. Jelaslah juga
bahwa promosi Kartu AS yaitu “nelpon Rp 0,- langsung dari detik
pertama dan gratis 5000 sms ke semua operator” ingin mengalahkan
promosi dari XL tersebut.
Adapun lirik dari lagu yang dinyanyikan Sule dan Klantink yang
mengiringi scene kedua adalah sebagai berikut:
Beli dan langsung nikmati tarif murahnya
Langsung dari detik pertama
Siang malam ke s’luruh Indonesia
Jelas murahnya
Lirik ini juga ingin menyampaikan bahwa Kartu AS mengalahkan XL.
“Beli dan langsung nikmati tarif murahnya” menunjukkan bahwa
dengan membeli Kartu AS, kita bisa langsung menikmati tarif
murahnya tanpa perlu daftar apa pun lagi, tidak seperti XL yang harus
Universitas Sumatera Utara
tekan *123# terlebih dahulu untuk memilih paket murah. “Langsung
dari detik pertama” menunjukkan bahwa begitu dipakai untuk
menelepon, dari detik pertama langsung dikenakan tarif murah, tidak
seperti XL yang harus menunggu sampai 1 menit terlebih dahulu.
“Siang malam ke s’luruh Indonesia” menunjukkan bahwa tarif murah
Kartu AS tidak dibatasi oleh waktu, tidak seperti XL yang memiliki
tarif siang dan tarif malam. “Jelas murahnya” menunjukkan bahwa tarif
murah Kartu AS itu jelas dan tidak berbelit-belit, tidak seperti XL yang
mengatakan operator jujur tetapi tarifnya tidak jelas dan berbelit-belit.
IV.2.2.3 Analisis Scene Penutup Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Gambar detik ke-27
Gambar detik ke-28
Gambar detik ke-29
Gambar detik ke-30
Gambar 4.6 Scene Penutup Iklan AS Versi “Sule – Cek 123”
Ilustrasi scene penutup (Detik 26 - 30):
Pada scene ini terlihat seorang anak laki-laki yang mengenakan
kaos biru berjalan mendekati Sule. Wajah anak itu tidak kelihatan karena
membelakangi kamera. Anak itu bertanya kepada Sule, “Kartu AS paling
murah ya Om Sule?” Sule segera menjawab seraya menundukkan
Universitas Sumatera Utara
badannya, “Ho oh”. Kemudian anak itu tos dengan Sule dan
mengacungkan kedua tangannya yang digenggam ke atas tanda bahwa dia
gembira. Bersamaan dengan itu Klantink dan Rianti bersorak senang. Sule
pun melihat ke arah kamera dengan tersenyum.
Tabel 4.9 Ikon scene penutup iklan AS versi “Sule – Cek 123”
Penanda (Signifier)
Sebuah panggung dengan nuansa abu-abu,
merah, putih dan hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pirang panjang terikat
sedada, pakaian; kemeja lengan panjang
digulung pendek berwarna putih, rompi
motif wajik berwarna merah putih hitam,
celana panjang hitam dan sepatu putih.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kemeja lengan panjang berwarna putih, syal
abu-abu, suspender bergaris merah putih,
celana panjang hitam dan sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, badan gemuk, pakaian; kupluk
motif kotak-kotak abu-abu hitam putih,
kemeja lengan pendek berwarna putih, dasi
merah, celana panjang hitam dan sepatu
putih.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian; topi
rajut berwarna merah, kemeja putih,
sweater abu-abu, celana panjang hitam dan
sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian; jas
abu-abu, scarf merah, celana panjang hitam
dan sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa, rambut pendek hitam, pakaian;
kemja lengan panjang berwarna putih,
rompi abu-abu, kalung merah, celana
panjang hitam dan sepatu hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran
dewasa,
rambut
pirang
panjang
bergelombang, blouse merah, celana
panjang hitam.
Manusia dengan tinggi badan ukuran anakanak, rambut panjang sebahu, pakaian; kaus
oblong biru, celana pendek jeans selutut
dan sepatu sandal.
Petanda (Signified)
Panggung pementasan
Pria dewasa
(Sule)
Pria dewasa
(Wawan Klantink)
Pria dewasa
(Budi Klantink)
Pria dewasa
(Lukin Klantink)
Pria dewasa
(Cak Mat Klantink)
Pria dewasa
(Ndowe Klantink)
Wanita dewasa
(Rianti Cartwright)
Anak laki-laki mirip Baim
Universitas Sumatera Utara
Pada scene penutup, teknik pengambilan gambar yang digunakan
antara lain teknik pengambilan gambar medium long shot dan medium
close up. Teknik pengambilan gambar medium long shot pada detik ke-27,
digunakan untuk menggambarkan banyak bagian dari scene yang ada yaitu
keseluruhan subjek yang ingin ditonjolkan. Sedangkan teknik pengambilan
gambar medium close up pada detik ke-28, ke-29 dan ke-30, digunakan
untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton melihatnya
dengan jelas.
Sudut pandang pengambilan gambar menggunakan eye level yang
menandakan gambar yang dihasilkan terlihat sejajar antara subjek dan
pemandang. Tipe lensa yang digunakan pada semua gambar adalah lensa
tele. Lensa tele menciptakan gambar yang voyeuristik dan terkesan ada
kedekatan antar personal antar subjek. Seluruh gambar dalam scene ini
menggunakan deep focus, artinya semua unsur dalam gambar adalah
penting. Pencahayaan menggunakan high key yang dapat menimbulkan
kesan riang dan cerah dalam gambar. Keseluruhan gambar dalam scene
pertama menggunakan teknik penyuntingan “cut” yaitu perpindahan dari
gambar satu ke gambar lainnya yang mewujudkan sebuah bentuk
kesinambungan gambar.
1. Tataran denotatif
Seorang anak laki-laki yang mengenakan kaos biru berjalan mendekati
pria berambut pirang. Wajah anak itu tidak kelihatan karena
membelakangi kamera. Anak itu bertanya kepada pria tersebut, “Kartu
AS paling murah ya Om Sule?” Ini berarti bahwa pria berambut pirang
Universitas Sumatera Utara
tersebut
bernama Sule. Sule
pun segera
menjawab seraya
menundukkan badannya, “Ho oh” yang berarti ya. Kemudian anak itu
pun tos dengan Sule dan kemudian mengacungkan kedua tangannya
yang digenggam ke atas yang menunjukkan bahwa dia gembira.
Bersamaan dengan itu semua anggota grup musik dan si wanita cantik
bersorak senang. Sule pun melihat ke arah kamera dengan tersenyum.
2. Tataran konotatif
Anak laki-laki berbaju biru tersebut merepresentasikan Baim yang
menjadi bintang bersama Sule di iklan XL. Hal ini dapat dilihat jelas
dari rambutnya yang persis sama seperti rambut Baim. Baju biru juga
melambangkan ikon warna XL. Suara dari anak itu juga sangat mirip
dengan Baim. Munculnya anak yang merepresentasikan Baim ini
memastikan bahwa promosi kartu AS di iklan ini ingin menyaingi
promosi kartu XL yang dibintangi Sule dan Baim.
Anak itu bertanya kepada Sule, “Kartu AS paling murah ya Om
Sule?” Sule pun segera menjawab seraya menundukkan badannya, “Ho
oh”. Kata “ho oh” merupakan bahasa pasaran yang berarti “ya”. Adegan
tos yang dilakukan Sule dengan anak itu menandakan sikap bersahabat.
Adegan tos dikategorikan sebagai komunikasi non-verbal. Komunikasi
non-verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan
kata-kata.
Contoh
komunikasi
non-verbal
ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak
mata. Adegan tos merupakan suatu bentuk komunikasi tanpa kata yang
menggunakan suatu gerak isyarat yang dapat dimaknai. Makna yang
Universitas Sumatera Utara
tersirat dari adegan tos adalah tanda kekompakan atau tanda
“persetujuan” atas suatu tindakan yang telah dilakukan. Ini berarti anak
itu yang merepresentasikan Baim setuju bahwa kartu AS yang paling
murah, bukan XL. Kemudian anak itu mengacungkan kedua tangannya
yang digenggam ke atas. Adegan ini juga merupakan komunikasi nonverbal. Anak itu membelakangi kamera sehingga wajahnya tidak
terlihat, jadi untuk mengekspresikan kegembiraannya digunakan
gerakan tangan yang digenggam ke atas. Bersamaan dengan itu semua
anggota grup musik dan si wanita cantik bersorak senang. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka menyambut gembira bergabungnya
“Baim” dengan mereka. Setelah itu terlihat Sule yang melihat ke arah
kamera dengan tersenyum. Pada saat itu terlihat jelas sekali komunikasi
non-verbal yang Sule lakukan melalui tatapan mata dan senyumannya.
Tatapan dan senyuman Sule itu bermakna mengejek, yaitu bahwa dia
berhasil “menghasut” anak tersebut.
IV.2.3 Analisis Data Iklan XL versi “Sule-Baim” dan Iklan AS versi
“Sule - Cek 123” secara keseluruhan
Iklan XL versi “Sule – Baim” berpusat pada Baim, yaitu seorang anak
kecil yang jujur dan polos. Hal ini ditunjukkan ketika dia diminta untuk
mengatakan bahwa Sule ganteng, tetapi dia malah mengatakan bahwa Sule jelek,
karena dia menganggap bahwa Sule memang jelek. Meskipun Sule telah
memberikannya permen, dia tetap mengatakan bahwa Sule jelek. Juga ketika Putri
Titian meminta Baim untuk menjawab panggilan masuk di telepon selulernya dan
mengatakan bahwa dia sedang tidur. Dengan kepolosannya Baim malah
Universitas Sumatera Utara
menjawab si penelepon dengan berkata, “Tadi kata Kakak Tiannya, lagi tidur”.
Kejujuran dan kepolosan Baim inilah yang ingin ditunjukkan XL. Dengan slogan
“Sejujur Baim sejujur XL dan seakrab Baim seakrab XL”, XL ingin
menyampaikan bahwa promosi XL jujur dan transparan, tanpa menyembunyikan
sesuatu layaknya operator lain, juga bahwa XL dekat dengan konsumennya dan
mengerti kebutuhan konsumennya.
Beberapa bulan kemudian, iklan AS menggunakan bintang iklan yang
sama yaitu Sule, yang tampil bersama Klantink dan Rianti Cartwright. Pemilihan
Sule dan Klantink didasarkan karena mereka yang dulunya adalah orang dari
kalangan menengah ke bawah yang akhirnya sukses di dunia entertainment. Sule
adalah seorang komedian sukses dan Klantink adalah pengamen yang sukses
setelah mengikuti kontes Indonesia Mencari Bakat. Tetapi bukan hanya mereka,
ada Rianti Cartwright yang dari kalangan menengah ke atas. Penggabungan kedua
kalangan ini menunjukkan bahwa Kartu AS dapat digunakan oleh semua kelas
ekonomi karena tarifnya murah tetapi mempunyai nilai prestige yang tinggi.
Dominasi warna pada scene pertama yaitu abu-abu menandakan nuansa kelabu.
Bahkan menurut artikel di www.precisionintermedia.com, warna abu-abu secara
psikologis mencerminkan depresi yang berarti bahwa kondisi pada saat itu sangat
tidak baik. Tetapi pada scene kedua, dominasi warnanya adalah merah, yang
mencerminkan semangat. Bahkan suasana yang digambarkan juga adalah
keceriaan, dengan adanya musik, balon dan gelembung sabun. Perubahan nuansa
ini menggambarkan bahwa Kartu AS dapat merubah suasana yang sebelumnya
kelabu dan penuh depresi karena tarif yang mahal dari operator lain, menjadi
suasana yang penuh keceriaan dan semangat karena tarif murahnya.
Universitas Sumatera Utara
Dari analisis semiotika yang penulis lakukan terhadap iklan XL versi
“Sule – Baim” dengan iklan AS versi “Sule – Cek 123” ini adalah bahwa iklan AS
merupakan pembalasan dari iklan XL, yang intinya adalah ingin menyatakan
bahwa Kartu AS lebih baik dari XL. Hal ini menunjukkan adanya gambaran
persaingan dalam iklan XL versi “Sule – Baim” dengan iklan AS versi “Sule –
Cek 123”. Gambaran persaingan tersebut terlihat pada iklan AS versi “Sule – Cek
123”. Beberapa hal yang menunjukkan gambaran persaingan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Perkataan “Cek cek 123 cek” yang kemudian disambung dengan “Cek-123
mulu, kelamaan, langsung aja” merupakan sindiran kepada XL yang
mempunyai slogan “Cek 123” yang artinya tekan *123# untuk mendapatkan
beraneka ragam promosi dari XL. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Kartu As
ingin menyatakan bahwa cara “Cek 123” itu tidak efektif karena menghabiskan
waktu, lebih baik Kartu As yang promosinya langsung tanpa perlu “Cek 123”.
b. Lirik lagu atau jingle dalam iklan AS ingin menyampaikan bahwa Kartu AS
mengalahkan XL. “Beli dan langsung nikmati tarif murahnya” menunjukkan
bahwa dengan membeli Kartu AS, kita bisa langsung menikmati tarif
murahnya tanpa perlu daftar apa pun lagi, tidak seperti XL yang harus tekan
*123# terlebih dahulu untuk memilih paket murah. “Langsung dari detik
pertama” menunjukkan bahwa begitu dipakai untuk menelepon, dari detik
pertama langsung dikenakan tarif murah, tidak seperti XL yang harus
menunggu sampai 1 menit terlebih dahulu. “Siang malam ke s’luruh
Indonesia” menunjukkan bahwa tarif murah Kartu AS tidak dibatasi oleh
waktu, tidak seperti XL yang memiliki tarif siang dan tarif malam. “Jelas
Universitas Sumatera Utara
murahnya” menunjukkan bahwa tarif murah Kartu AS itu jelas dan tidak
berbelit-belit, tidak seperti XL yang mengatakan operator jujur tetapi tarifnya
tidak jelas dan berbelit-belit.
c. Kemunculan seorang anak laki-laki yang mirip Baim di scene penutup. Hal ini
dapat dilihat jelas dari rambutnya yang persis sama seperti rambut Baim. Baju
biru juga melambangkan ikon warna XL. Suara dari anak itu juga sangat mirip
dengan Baim. Munculnya anak yang merepresentasikan Baim ini memastikan
bahwa promosi kartu AS di iklan ini ingin menyaingi promosi kartu XL yang
dibintangi Sule dan Baim.
d. Dialog yang terjadi dari anak laki-laki yang mirip Baim dengan Sule. Anak itu
bertanya kepada Sule, “Kartu AS paling murah ya Om Sule?” Sule pun segera
menjawab seraya menundukkan badannya, “Ho oh”. Kata “ho oh” merupakan
bahasa pasaran yang berarti “ya”. Kemudian dilanjutkan dengan adegan tos
antara Sule dan “Baim”, kemudian ekspresi girang “Baim” yang ditunjukkan
dari tangannya, dan kontak mata dan senyuman yang diarahkan Sule ke
kamera. Kesemuanya itu menunjukkan persaingan antara Kartu As dengan XL.
Menurut peneliti, gambaran persaingan yang terlihat pada iklan tersebut
sesungguhnya sudah melanggar kode etik periklanan yang tercantum dalam
Etika Pariwara Indonesia, Ketentuan 1.21 yang isinya, “Iklan tidak boleh
merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung”.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan bab-bab yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran persaingan yang terjadi dalam iklan kartu seluler XL versi
“Sule – Baim” dan iklan kartu seluler AS versi “Sule – Cek 123” terlihat
dalam hal-hal berikut ini:
a. Perkataan “Cek cek 123 cek” yang kemudian disambung dengan
“Cek-123 mulu, kelamaan, langsung aja”.
b. Lirik lagu atau jingle dalam iklan AS yaitu: “Beli dan langsung
nikmati tarif murahnya, langsung dari detik pertama, siang malam ke
s’luruh Indonesia, jelas murahnya”.
c. Kemunculan seorang anak laki-laki yang mirip Baim di scene
penutup.
d. Dialog dan adegan tos antara anak laki-laki yang mirip Baim dengan
Sule serta ekspresi girang anak tersebut yang ditunjukkan dari
tangannya,
e. Kontak mata dan senyuman yang diarahkan Sule ke kamera.
Universitas Sumatera Utara
2. Makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik iklan kartu
seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan kartu seluler AS versi “Sule –
Cek 123” adalah sebagai berikut:
a. Dalam iklan XL versi “Sule – Baim”
1) Pakaian Baim yang berwana biru dan putih bermakna bahwa Baim
merepresentasikan XL.
2) Baim mengenakan hiasan kepala berbentuk lingkaran putih.
Makna hiasan kepala ini adalah bahwa Baim memiliki sifat yang
baik, yaitu jujur.
3) Putri Titian mengenakan hiasan kepala yang berbentuk tanduk
hitam. Makna hiasan kepala ini adalah bahwa Putri Titian
memiliki sifat yang buruk, yaitu tidak jujur (berbohong).
b. Dalam iklan AS versi “Sule – Cek 123”
1) Pakaian Sule yang berwana merah, putih dan hitam bermakna
bahwa Sule merepresentasikan Kartu AS.
2) Kata-kata “Cek cek 123 cek” yang kemudian disambung dengan
“Cek-123 mulu, kelamaan, langsung aja” merupakan sindiran
kepada XL yang mempunyai slogan “Cek 123”.
3) Slogan ”Paling murah ya Kartu AS” dan “KARTU AS Paling
Murah!” bermakna bahwa tarif dari Kartu AS paling murah dari
semua operator lainnya.
4) Kontak mata dan senyuman Sule yang diarahkan ke kamera pada
scene terakhir bermakna mengejek, yaitu bahwa dia berhasil
mempengaruhi anak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti
selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang penulis anggap
perlu, yaitu:
1. Iklan yang diproduksi sebaiknya tidak merendahkan atau menjatuhkan
produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. Cara beriklan
secara halus yaitu melalui pendekatan emosional akan lebih berkesan
terhadap khalayak yang melihatnya
2. Iklan yang diproduksi sebaiknya lebih mementingkan nilai-nilai
pendidikan moral dan kebudayaan Indonesia daripada persaingan antar
produk sejenis yang saling menjelek-jelekkan (black campaign).
3. Masyarakat sebaiknya dapat lebih selektif dalam melihat iklan dan tidak
mudah terpengaruh akan promosi dari suatu produk.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Cobley, Paul dan Litza Jansz. 2002. Mengenal Semiotika for Beginners. Bandung:
Mizan.
Eco,
Umberto.
1979.
A
Theory
of
Semiotic.
Bloomington,
London:
Indiana University Press.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Hoed, Benny H. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Jefkins, Frank. 1996. Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kriyantono, Rahmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Liliweri,
Alo.
2001.
Dasar-dasar
Komunikasi
Periklanan.
Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
Littlejohn,
Stephen
W.
1992.
Theories
of
Human
Communication.
Belmont California: Wadsworth Publishing Company.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Pelfrey, Robert H dan Mary Hall-Pelfrey. 1985. Art and Mass Media. New York:
Harper and Row Publisher.
Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Universitas Sumatera Utara
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Komunikasi Massa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
__________________. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi dengan
Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Selby, Keith dan Ron Coedery. 1995. How to Study Television. London:
Mc Millisan.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
__________. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber lain:
Dewan Periklanan Indonesia. 2007. Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan
Tata Cara Periklanan Indonesia). Jakarta: Gedung Dewan Pers.
Majalah Tempo, 2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika, diakses tanggal 28 Januari 2011
http://www.precisionintermedia.com/color.html, diakses tanggal 1 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
BIODATA
I.
Data Pribadi
Nama
: Veronika Tarigan
Tempat / Tanggal Lahir
: Banda Aceh / 13 Februari 1986
Alamat
: Jl. Setia Budi No. 460
Lingkungan XI, Tanjung Sari
Medan
Agama
II.
: Kristen Protestan
Pendidikan
SD Karya Budi Banda Aceh
1991 – 1997
SLTP Negeri 2 Banda Aceh
1997 – 2000
SMU Negeri 4 Medan
2000 – 2003
Diploma III Politeknik Negeri Medan Jurusan Elektro
Program Studi Teknik Telekomunikasi
2003 – 2006
Strata 1 Ekstension Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
2009 – 2011
III. Nama Orang Tua
IV.
1. Ayah
: Terima Tarigan
2. Ibu
: Masta Mariani Br. Barus, S.Pd
Nama Saudara
1. Evi Agustin Tarigan, A.Md
2. Firdaus Tarigan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168
LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NO TGL. PERTEMUAN
PEMBAHASAN
1
2-Feb-11
ACC Judul Skripsi
2
5-Feb-11
Bimbingan I
3
8-Feb-11
ACC Proposal Penelitian
4
19-Feb-11
Seminar Proposal Penelitian
5
23-Feb-11
Bimbingan II
6
10-Mar-11
Bimbingan III dan penyerahan Bab I
7
23-Mar-11
Bimbingan IV dan penyerahan Bab II
8
9-Apr-11
Bimbingan V dan penyerahan Bab III
9
4-Jun-11
Bimbingan VI dan penyerahan Bab IV-V
10
6-Jun-11
Penyerahan revisi Bab V
11
7-Jun-11
Bimbingan VIII dan ACC Bab V
12
11-Jun-11
2-Jul-11
Bimbingan IX
Bimbingan X dan pengembalian Bab I-IV untuk direvisi
13
14
15
Catatan:
Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm
NIP. 197711062005011001
Universitas Sumatera Utara
Download