Nama : Azwa Putri Aisyah NIM : 230102110104 Kelas : PIPS / A Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Indonesia Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia Instruksi : • Jelaskan beberapa point di bawah ini, dalam bentuk deskripsi analisis yang wajib memasukkan referensi berupa endnote • Referensi dari buku, jurnal, tidak boleh internet • Wajib menyertakan turnitin maksimal 30% • Tugas minimal 10 halaman dalam bentuk word • Terakhir dikumpulkan di E learning maksimal pada hari Minggu 20 Oktober 2024 pukul 21:00 tidak ada perpanjangan waktu! • Kerjakan sendiri, bentuk kecurangan apapun tidak akan dinilai! Soal ! 1. Awal mula keberadaan manusia di wilayah Indonesia 2. Perkembangan kehidupan prasejarah 3. Apa saja Artefak dan peninggalan masa prasejarah, sebutkan dan lampirkan gambar (wajib menyertakan referensi gambar diambil dr mana) a. Paleolithikum b. Mesolithikum c. Neolithikum d. Megalithikum e. Zaman Logam 4. Buatlah perbandingan dari dua Kerajaan (Kutai-Tarumanegara) yang dijelaskan dalam bentuk deskripsi : a. Perkembangan kebudayaan di era Kerajaan Hindu Buddha (Kutai-Tarumanegara) b. Seni, sastra dan arsitektur (Kutai-Tarumanegara) c. Sistem kepercayaan dan kehidupan social Masyarakat (Kutai-Tarumanegara) Jawaban ! 1. Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan berasal dari percampuran ras Mongolia, Kaukasoid, dan Negrito. Mereka merupakan manusia yang bertradisi benua, yang kemudian beralih ke tradisi kepulauan setelah periode es, jauh sebelum era Masehi pada masa prasejarah. Seiring berjalannya waktu selama ratusan ribu tahun, manusia benua tersebut beradaptasi melalui lingkungan dangkalan Sunda dan Sahul, menjadi manusia kepulauan. Kawasan yang kini dikenal sebagai Sumatra hingga Papua menjadi bagian dari perjalanan ini, yang membentuk identitas dan tradisi maritim yang kaya, serta teknologi maritim yang terus mengalami perkembangan. Secara bertahap, manusia kepulauan ini mengembangkan jiwa bahari mereka, dan dengan alat. penyeberangan yang masih sederhana, sekitar 60.000 SM, nenek moyang Indonesia melanjutkan perjalanan mereka menuju benua Australia. Sebagian besar garis keturunan DNA mitokondria, yang diwariskan melalui jalur perempuan, telah mengalami perkembangan di wilayah pulau Asia Tenggara selama periode yang cukup lama, yaitu sejak kedatangan manusia modern sekitar 50.000 tahun yang lalu. Analisis DNA menunjukkan bahwa garis keturunan penduduk tersebut bertepatan dengan perubahan permukaan laut dan juga mencerminkan pola migrasi ke timur menuju New Guinea dan Pasifik, serta ke barat menuju daratan Asia Tenggara dalam kurun waktu 10.000 tahun terakhir. Nenek moyang masyarakat Asia yang meninggalkan Afrika sekitar 100.000 tahun yang lalu bergerak menyusuri pesisir selatan ke arah timur dan mulai berpusat di Asia Tenggara sekitar 60.000 tahun yang lalu, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai wilayah di utara Asia. Menurut Sangkot Marzuki, temuan terbaru ini menantang teori sebelumnya yang mengusulkan adanya jalur migrasi nenek moyang bangsa Asia yang majemuk, baik melalui jalur utara maupun selatan, serta membantah anggapan bahwa masyarakat Asia Tenggara yang berbahasa Austronesia berasal dari Taiwan. Meskipun demikian, terdapat kesan kontradiktif antara pandangan yang diungkapkan oleh Tabrani dan pendapat yang menyatakan bahwa pada sekitar tahun 60.000 SM, kepulauan Nusantara belum terbentuk. (referensi Puji Dwi Darmoko) 2. Masa praaksara berlangsung selama jutaan tahun, bahkan melampaui eksistensi manusia yang telah mengenal kebudayaan atau tulisan. Durasi yang sangat panjang ini disebabkan oleh fakta bahwa manusia purba pada masa tersebut masih dalam proses beradaptasi dengan lingkungan mereka. Sebelum kita dapat memahami perkembangan kebudayaan dan kehidupan manusia pada masa praaksara, penting untuk terlebih dahulu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan masa praaksara. Istilah praaksara sendiri berasal dari konsep prasejarah. Penggunaan istilah prasejarah sering dianggap kurang tepat untuk menggambarkan perkembangan kehidupan manusia purba yang belum mengenal tulisan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu sangat terkait dengan aktivitas dan perilaku manusia, sehingga prasejarah dapat dipahami sebagai periode sebelum adanya catatan sejarah. Dengan kata lain, ini adalah masa sebelum aktivitas manusia yang terdokumentasi. Namun, meskipun manusia purba belum mengenal tulisan, mereka telah menciptakan kebudayaan dan meninggalkan jejak sejarah. ( e book https://www.academia.edu/77072880/Sejarah_Nusantara_dari_Masa_Praaksara_Hingga_ Masa_Hindu_Budha) • Zaman Paleolitikum Masa praaksara berlangsung selama jutaan tahun, bahkan melampaui eksistensi manusia yang telah mengenal kebudayaan atau tulisan. Durasi yang sangat panjang ini disebabkan oleh fakta bahwa manusia purba pada masa tersebut masih dalam proses beradaptasi dengan lingkungan mereka. Sebelum kita dapat memahami perkembangan kebudayaan dan kehidupan manusia pada masa praaksara, penting untuk terlebih dahulu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan masa praaksara. Istilah praaksara sendiri berasal dari konsep prasejarah. Penggunaan istilah prasejarah sering dianggap kurang tepat untuk menggambarkan perkembangan kehidupan manusia purba yang belum mengenal tulisan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu sangat terkait dengan aktivitas dan perilaku manusia, sehingga prasejarah dapat dipahami sebagai periode sebelum adanya catatan sejarah. Dengan kata lain, ini adalah masa sebelum aktivitas manusia yang terdokumentasi. Namun, meskipun manusia purba belum mengenal tulisan, mereka telah menciptakan kebudayaan dan meninggalkan jejak sejarah. KEHIDUPAN_DAN_HASIL_HASIL_BUDAYA_MASYARA) ( jurnal • Zaman Mesolitikum Zaman Mesolitikum berasal dari istilah meso yang berarti tengah dan lithos yang berarti batu, sehingga periode ini dapat diartikan sebagai zaman batu tengah. Diperkirakan bahwa zaman Mesolitikum berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada periode ini, kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman Paleolitikum, yang ditandai dengan aktivitas berburu, pengumpulan makanan, dan penangkapan ikan. Manusia pada masa ini mulai menetap di gua-gua serta di tepi perairan, seperti pantai dan sungai. Dengan kehidupan yang lebih menetap, kebudayaan yang muncul pada zaman ini meliputi kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche. • Zaman Neolitikum Zaman Neolitikum merupakan periode transisi dari zaman Mesolitikum, yang dimulai sekitar 12.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Istilah Neolitikum berasal dari kata "neo" yang berarti baru dan "lithos" yang berarti batu, sehingga Neolitikum dapat diartikan sebagai zaman batu baru. Pada periode ini, terjadi perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat praaksara, di mana mereka mulai menetap dan mampu memproduksi makanan sendiri melalui praktik pertanian. Beberapa hasil kebudayaan yang muncul pada zaman ini termasuk kapak persegi dan kapak lonjong. • Zaman Megalitikum Megalitikum berasal dari istilah "mega" yang berarti besar dan "lithos" yang berarti batu. Oleh karena itu, megalitikum dapat diartikan sebagai batu besar. Tradisi megalitikum merujuk pada pembangunan monumen atau struktur yang terbuat dari batu-batu besar. Periode megalitikum yang lebih awal ini menyebar ke wilayah Indonesia pada zaman Neolithikum, sekitar tahun 2500 hingga 1500 SM, yang dibawa oleh para pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). (KEHIDUPAN_DAN_HASIL_HASIL_BUDAYA_MASYARA) • Zaman logam Sekitar 8.000 tahun yang lalu, manusia mulai mengembangkan teknik pengolahan logam. Pada era logam, manusia telah mampu memproduksi berbagai alat dari logam, selain dari bahan batu. Mereka telah menguasai metode peleburan logam dan mencetaknya menjadi berbagai peralatan yang diinginkan. Terdapat dua jenis teknik dalam pembuatan alat logam, yaitu menggunakan cetakan batu yang dikenal sebagai bivalve dan cetakan dari tanah liat serta lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga dikenal sebagai masa perundagian, di mana muncul kelompok undagi, yaitu individu yang memiliki keterampilan dalam pekerjaan tangan. Pembagian zaman logam pada umumnya dibagi menjadi tiga periode yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, zaman besi. Namun di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga karena pasa pakar arkeolog tidak menemukan jejak zaman tembaga di Indonesia. ➢ Zaman perunggu Pada awalnya, manusia memproduksi barang-barang dari tembaga dan emas yang dibentuk menggunakan batu keras. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, para pengrajin mulai mempelajari teknik pengolahan logam dengan cara memanaskan logam hingga mencair. Setelah itu, logam cair tersebut dituangkan ke dalam cetakan. ➢ Zaman besi Pada era ini, manusia telah mampu melelehkan bijih besi untuk dijadikan berbagai alat yang diperlukan. Proses peleburan besi lebih kompleks dibandingkan dengan peleburan tembaga atau perunggu, karena peleburan besi memerlukan suhu yang sangat tinggi, sekitar 3500 °C. Beberapa alat besi yang dihasilkan meliputi Kapak dengan pegangan kayu, Pisau, Sabit, Pedang, Cangkul (KEHIDUPAN_DAN_HASIL_HASIL_BUDAYA_MASYARA) 3. Artefak Peninggalan zaman Pra Aksara • Zaman Paleolitikum Hasil kebudayaan dari periode paleolitikum mencakup berbagai alat, seperti kapak genggam, kapak perimbas, alat monofacial, alat serpih, chopper, serta beberapa jenis kapak yang telah diproses pada kedua sisinya. Alat-alat ini tidak termasuk dalam kategori kebudayaan batu teras maupun kelompok lake. Proses pembuatan alat-alat tersebut dilakukan dengan cara yang sederhana dan masih menunjukkan kekasaran yang tinggi. Seringkali, alat-alat ini hanya berupa pecahan batu. Chopper adalah salah satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat untuk memotong. Oleh karena itu, chopper sering kali disebut sebagai kapak pemotong. Mungkin Anda masih merasa kesulitan untuk membayangkan cara penggunaan chopper. Sebagai contoh, jika Anda ingin memotong kayu yang basah atau tali yang besar dan tidak memiliki alat pemotong, Anda dapat menggunakan pecahan batu yang tajam. Tempatkan kayu atau tali yang akan dipotong di atas permukaan yang keras, kemudian pukul bagian yang ingin dipotong dengan batu tersebut, sehingga kayu atau tali akan terputus. Inilah cara penggunaan kapak pemotong atau chopper. \ Gambar 1. Chopper dari Pacitan Sumber : https://www.academia.edu/35636957/KEHIDUPAN_PADA_MASA_PRA_AKSARA_D I_INDONESIA Contoh produk kebudayaan dari periode paleolitikum meliputi alat-alat serpih atau flake. Temuan kebudayaan ini banyak dijumpai di Indonesia, khususnya di daerah Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Alat serpih ini memiliki peranan penting, terutama dalam proses pengelupasan kulit umbiumbian serta kulit hewan. Perhatikan salah satu contoh alat serpih yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge. Gambar 2. Flake dari Saringan dan Flake dari Cabengge Sumber : https://www.academia.edu/35636957/KEHIDUPAN_PADA_MASA_PRA_AKSARA_D I_INDONESIA • Zaman Mesolitikum Zaman Mesolitikum ditandai oleh adanya tiga jenis kebudayaan yang saling berbeda, yaitu kebudayaan: (1) Bascon-Hoabin, (2) Toale, dan (3) Sampung. Ketiga kebudayaan ini diperkirakan muncul di Indonesia pada periode waktu yang hampir bersamaan. ➢ Hasil dari kebudayaan Boscon-Hoabin Sumateralith merupakan salah satu jenis alat yang digunakan oleh manusia praaksara di Indonesia. Alat ini memiliki berbagai fungsi, termasuk sebagai alat untuk menetak, memecah, memotong, melempar, dan menggali. Penemuan alat ini di Sumatera sangat melimpah. Gambar 3. Sumateralith Sumber https://www.academia.edu/35636957/KEHIDUPAN_PADA_MASA_PRA_AKS ARA_DI_INDONESIA ➢ Hasil dari Kebudayaan Toale Hasil kebudayaan Toale yang berasal dari Sulawesi Selatan memiliki dimensi yang lebih kecil, namun terlihat lebih tajam jika dibandingkan dengan kapak genggam, kapak perimbas, atau jenis kapak lainnya. Hasil kebudayaan Toale dan kelompok serumpunnya umumnya ditandai oleh keberadaan kebudayaan ‘flake’ dan ‘blade’. Kebudayaan ini sangat dipengaruhi oleh elemen ‘microlith’, yang menghasilkan alat-alat berukuran kecil yang terbuat dari batu, mirip dengan ‘batu api’ yang ditemukan di Eropa. Gambar 4. Blade dan micrilith Sumber : https://www.academia.edu/35636957/KEHIDUPAN_PADA_MASA_PRA_AKS ARA_DI_INDONESIA ➢ Hasil dari Kebudayaan Sampung. Kebudayaan Sampung adalah kebudayaan yang ditandai oleh penggunaan tulang dan tanduk, yang ditemukan di desa Sampung, Ponorogo. Artefak yang berhasil diidentifikasi meliputi jarum, pisau, dan sudip. Selain itu, pada lapisan yang berbeda, ditemukan juga 'mata panah' yang terbuat dari kapur yang telah membatu. Di samping itu, beberapa kerangka manusia dan tulang dari hewan buas juga ditemukan dalam penggalian tersebut. Gambar 5. Tanduk dan Tulang Sumber : https://www.academia.edu/35636957/KEHIDUPAN_PADA_MASA_PRA_AKS ARA_DI_INDONESIA • Zaman Neolithikum Pada periode neolitikum, kemajuan dalam pembuatan kapak lonjong dan beliung persegi sangat terlihat. Diperkirakan bahwa kedua jenis alat tersebut berasal dari kawasan Asia Tenggara dan masuk ke Indonesia melalui jalur barat serta jalur timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa artefak manusia purba telah ditemukan di berbagai lokasi, termasuk Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong (Jawa Tengah), Perigi dan Tambang Sawah (Bengkulu), Lahat dan Kalianda (Sumatera Selatan), Sembiran Trunyan (Bali), Wangka dan Maumere (Flores), wilayah Timor Timur, Awang Bangkal (Kalimantan Timur), serta Cabbenge (Sulawesi Selatan). Berikut merupakan peralatan peniggalan zaman neolitikum : ➢ Kapak Perimbas adalah alat yang tidak dilengkapi dengan tangkai dan digunakan dengan cara digenggam. Alat ini ditemukan di hampir semua wilayah yang telah disebutkan sebelumnya dan diperkirakan berasal dari lapisan geologis yang sama dengan keberadaan Pithecanthropus. Gambar 6. Kapak Perimbas Sumber : https://sumbersejarah1.blogspot.com/2019/05/kapak-perimbas.html ➢ Kapak Penetak adalah sebuah alat yang memiliki bentuk serupa dengan kapak Perimbas, namun bentuk ukuran kapak Penetak ukurannya lebih besar dan permukaan yang lebih kasar. Alat ini dahulunya diberfungsikan oleh manusia purba untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Dan keberadaan kapak penetak ini dapat ditemukan di hampir seluruh daerah wilayah di Indonesia. Gambar 7. Kapak Penetak Sumber : https://haloedukasi.com/kapak-penetak ➢ Kapak Genggam merupakan alat yang digunakan orang dizaman purba yang bentuknya serupa dengan kapak perimbas,tetapi dengan ukuran yang lebih kecil dan belum mengalami proses pengasahan. Alat ini dapat ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Penggunaan kapak ini dilakukan dengan cara menggenggam bagian yang lebih kecil. Gambar 8. Kapak Genggam Sumber : https://goingtotehran.com/kapak-genggam/ • Zaman Megalitikum Pada periode prasejarah, khususnya pada zaman batu, terdapat perkembangan kebudayaan megalitikum yang ditandai dengan adanya struktur-struktur seperti menhir, batu berundak, dan dolmen. ➢ Menhir Menhir berbeda dengan dolmen, menhir adalah sebuah tugu atau tiang yang memiliki bentuk tegak yang pada sadarnya terbuat dari batu. Pada zaaman megalitikum batu menhir dibuat sebagai tanda peringatan kepada orang yang sudah meninggal atau bisa disebut arwah nenek moyang. Gambar 9. Menhir Sumber : https://milkhaaniroh.blogspot.com/2014/11/bab-ii-kebudayaanmegalithikumsebagai.html ➢ Dolmen Sama dengan batu menhir yang terbuat dari batu besar dengan bentuk pipih dan permukaan rata. Dolmen disebut juga dengan meja batu panjang yang memiliki fungsi sebagai meletakkan roh, menaruh sesaji, menutup sarkofagus, dan juga sebagai tempat duduk bagi petinggi yang dapat dipercaya bisa mendapatkan kekuatan magis dari nenek moyang atau leluhur. Gambar 10. Dolmen Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/10/peninggalan-zamanmegalitikum-masih-bertahan-hingga-masa-kini ➢ Sarkofagus Sarkofagus merupakan peti mati yang terbauta dari batu dengan bentuk mirip denganlesunh dan penutupnya. Mayat diletakkan dengan posisi terlenntang serta tangan diletakkan posisi menyilang diatas dada. Gambar 11. Sarkofagus Sumber : https://jurnalponsel.com/sarkofagus/ • Zaman Logam Dibagi menjadi 3 yaitu zaman tembaga, perunggu, besi. Berikut merupakan peningglan di zaman diatas : ➢ Nekara Nekara merupakan alat musik genderang yang terbuat dari perunggu dan memiliki satu membran. Berdasarkan ornamen yang terdapat pada beberapa nekara, benda ini diperkirakan digunakan untuk memanggil roh para leluhur agar turun ke dunia, memberikan berkah, serta memanggil hujan. Peninggalan pada zaman perungg. Gambar 12. Nekara Sumber : https://www.academia.edu/35636957/KEHIDUPAN_PADA_MASA_PR A_AKSARA_DI_INDONESIA ➢ Bejana perunggu Hasil kebudayaan pada era logam, khususnya pada masa perunggu, menghasilkan bejana perunggu yang memiliki bentuk mirip dengan gitar Spanyol, meskipun tanpa adanya tangkai. Bejana ini dihiasi dengan pola yang menyerupai huruf J serta motif anyaman. Penemuan bejana perunggu ini dilakukan oleh para ahli di wilayah Sumatra dan Madura. (https://repositori.kemdikbud.go.id/21619/1/X_Sejarah-Indonesia_KD3.4_Final.pdf) Gambar 13. Bejana Perunggu Sumber : https://repositori.kemdikbud.go.id/21619/1/X_SejarahIndonesia_KD-3.4_Final.pdf ➢ Mata Kapak bertungkai kayu, Mata Pisau, Mata Sabit, Mata Pedang, Cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur). Semua itu adalah peninggalan pada zaman besi 4. A. Perkembangan kebudayaan di era Kerajaan Hindu Buddha (Kutai-Tarumanegara) • Kerajaan Tarumanegara : Kerajaan Tarumanegara, yang berada di wilayah Jawa Barat, adalah sebuah kerajaan Hindu yang dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu Siwa dan Wisnu. Data mengenai kerajaan ini dapat ditemukan melalui prasastiprasasti yang ditinggalkan, antara lain Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Tugu.. Awal mula masuknya pengaruh hindu budha ke dalam Nusantara dimuai dari pengaruh masukknya pengaruh india. Kontak awal bermula dari kegiatan perdagangan regional di Asia Tenggara, beberapa dari mereka terlibat dalam perdagagan jarak jauh sebelum pengaruh india dan cina masuk di awal milenium pertama. Dari kegiatan tersebut terdapat bukti adanya perdagangan jarak jauh adalah penemuan nekara dan kapak Dongson. Periode peumbuhnya pusat ajaran hindhu budha pada masa Kerajaan Tarumanegara ditandai dengan tumbuhnya pusat ajaran Bhuda di Sriwijaya (Palembang), Tetapi pengaruh budha dijawa hanya sebatas di wilayah pantau utara jawa barat (Batujaya). Hal tersebut di dasari dengan ketidak adanya dukungan dari aspek politik karena penguasa dari Kerajaan Taruanegara adalah seoarang pemeluk Hindhu, beliau memilih agama hindu sebagai alat legistimasi kekuasannya. Hal tersebut tercermin dari penemuan prasasti Wisnu. ( awal pengaruh hindhu – budha di nusantara ) • Kerajaan Kutai : Kerajaan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur, merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, diperkirakan berdiri pada abad ke-4 Masehi. Penerimaan agama Hindu di wilayah ini ditandai dengan penemuan prasasti Yupa, yang menjadi bukti tertua mengenai eksistensi kerajaan tersebut. Prasasti Yupa adalah tugu peringatan yang terbuat dari batu, ditulis dengan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta, yang menunjukkan pengaruh kuat agama Hindu dalam kehidupan masyarakat kerajaan. Prasasti Yupa mencatat berbagai peristiwa penting di Kutai, termasuk upacara keagamaan dan pemberian hadiah dari raja kepada para Brahmana. Raja Mulawarman, salah satu raja yang paling terkenal dari Kutai, disebutkan dalam prasasti ini sebagai sosok yang dermawan dan religius. Dalam salah satu prasasti Yupa, tercatat bahwa Raja Mulawarman mempersembahkan 20.000 ekor sapi sebagai bagian dari ritual keagamaan Hindu, yang mencerminkan peran signifikan agama dalam kehidupan sosial dan politik kerajaan. Pengaruh Hindu tidak hanya tampak dalam upacara keagamaan, tetapi juga dalam struktur sosial masyarakat, di mana para Brahmana memperoleh posisi yang istimewa. Selain mencatat aspek politik, prasasti Yupa juga menjadi bukti bagaimana agama Hindu telah meresap ke dalam kehidupan sosial dan religius Kerajaan Kutai. Sinergi antara kekuasaan raja dan legitimasi religius melalui ajaran Hindu menciptakan tatanan masyarakat yang diatur berdasarkan konsep-konsep keagamaan yang berasal dari India. Dengan adanya prasasti ini, terlihat jelas bahwa Kerajaan Kutai tidak hanya berfungsi sebagai pusat kekuasaan politik, tetapi juga sebagai pusat penyebaran agama Hindu di wilayah Nusantara pada masa awal. (Pengaruh Agama Hindu Terhadap Seni Dan Kebudayaan Di Indonesia) B. Seni, sastra dan arsitektur (Kutai-Tarumanegara) • Prasasti Yupa yang ditemukan di Muara Kaman, Kalimantan Timur, merupakan bukti penting mengenai keberadaan kerajaan tertua di Nusantara. Artefak ini adalah salah satu peninggalan kuno yang menunjukkan eksistensi kerajaan Hindu di Indonesia dan berfungsi sebagai sumber informasi yang berharga terkait sejarah, budaya, serta struktur sosial masyarakat pada masa itu. Dengan demikian, Yupa menjadi simbol yang sangat signifikan dalam kajian sejarah Indonesia. Sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang paling awal di Indonesia, Kutai menyimpan warisan yang menarik dalam sejarah sastra Nusantara. Salah satu peninggalan yang paling berharga adalah prasasti Yupa yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Penggunaan bahasa ini mencerminkan pengaruh budaya India yang kuat dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama dalam aspek keagamaan dan kesusastraan. Oleh karena itu, seni sastra dalam bahasa Sanskerta yang terdapat dalam prasasti dan teks-teks lainnya menunjukkan perkembangan sastra pada masa itu. Arsitektur Kerajaan Kutai kemungkinan besar dipengaruhi oleh candi-candi Hindu dan Buddha yang ada di India. Meskipun bukti fisik yang tersisa sangat terbatas, dapat diasumsikan bahwa pada masa itu terdapat struktur bangunan yang megah. Kerajaan Kutai dikenal sebagai kerajaan Hindu-Buddha tertua di Nusantara, namun hingga saat ini belum ditemukan bukti fisik berupa candi. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan bahan bangunan yang lebih rentan terhadap kondisi cuaca tropis, sehingga sulit untuk bertahan hingga kini. Masyarakat Kutai mungkin lebih memilih untuk melakukan pemujaan di alam terbuka atau di lokasi-lokasi tertentu yang dianggap suci, sehingga tidak banyak membangun candi yang bersifat permanen. (Kajian Etimologis Kerajaan (Kutai) Martapura di Muara Kaman, ) • Tarumanegara : Kerajaan Tarumanegara, yang berkuasa antara abad ke-4 hingga ke-7 di daerah Jawa Barat, menyisakan berbagai peninggalan sejarah yang menunjukkan kemajuan dalam seni, sastra, dan arsitektur. Walaupun jumlah peninggalan yang ada tidak sebanyak kerajaan besar lainnya di Nusantara, warisan budaya Tarumanegara tetap memberikan wawasan mengenai perkembangan peradaban yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Kebudayaan seni, sastra, dan arsitektur di Kerajaan Tarumanegara menunjukkan pengaruh yang signifikan dari tradisi Hindu yang berasal dari India. Dalam aspek seni, kerajaan ini terkenal melalui prasasti-prasasti yang dihiasi dengan ukiran simbolis yang mengaitkan raja dengan dewa-dewa Hindu. Dalam ranah sastra, penggunaan bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa mencerminkan kemajuan intelektual yang tinggi. Sementara itu, meskipun tidak ditemukan candi-candi besar, pengelolaan sistem irigasi dan pembangunan prasasti batu menjadi bukti konkret dari kemajuan arsitektur di kerajaan ini. C. Kerajaan Kutai : melalui prasasti Yupa dapat diidentifkkasi beberapa aspek seperti kepercayaan dari Kerajaan Kutai yang meliputi : ➢ Upacara Vratyoma dan stuktur kasta Raja Aswawarman, salah satu penguasa awal di Kutai, pernah melaksanakan upacara Vratyastoma, yang merupakan ritual keagamaan signifikan dalam tradisi Hindu. Upacara ini bertujuan untuk pembersihan diri dan menjadi pengakuan resmi terhadap sistem kasta. Sistem kasta dalam masyarakat Hindu terdiri dari empat kelompok utama: Brahmana (kaum pendeta), Ksatria (kaum prajurit), Waisya (kaum pedagang), dan Sudra (kaum pekerja). ➢ Penghormatan kepada Dewa Siwa di Tanah Suci Wavrakesywara Prasasti Yupa juga mencatat bahwa Raja Mulawarman, putra Aswawarman, sering melaksanakan upacara keagamaan di sebuah tanah yang dikenal sebagai Wavrakesywara. Tanah ini dianggap suci dan dipersembahkan untuk Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam agama Hindu, yang dikenal sebagai dewa penghancur dan pelindung. ➢ Persembahan Sapi kepada Para Brahmana Salah satu ritual penting dalam kepercayaan Hindu di Kutai adalah selamatan yang dilakukan oleh Raja Mulawarman. Dalam salah satu prasasti Yupa, disebutkan bahwa Raja Mulawarman mempersembahkan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. • Kerajaan Tarumanegara : Diperkirakan terdapat dua kelompok dalam masyarakat. Pertama, kelompok masyarakat yang menganut budaya Hindu, yang terbatas pada lingkungan keraton. Kedua, kelompok masyarakat yang berbudaya asli, yang mencakup sebagian besar penduduk Tarumanegara. Meskipun demikian, kedua kelompok ini hidup rukun. Berdasarkan informasi dari Fa-hsien, pada awal abad ke-5 M, di Tarumanegara terdapat tiga agama, yaitu Buddha, Hindu, dan agama yang dianggap kotor. Dari ketiga agama tersebut, Hindu merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat, yang didukung oleh bukti-bukti prasasti dan arca. Dapat disimpulkan bahwa agama yang dianut oleh masyarakat adalah: 1. Agama Hindu, seperti yang dianut oleh Purnawarman, 2. Agama Buddha, meskipun jumlahnya sedikit, dan 3. Penganut animisme dan dinamisme. (modul pembelajaran SMA)