MAKALAH EKONOMI MAKRO “TEORI KEYNESS PASAR BARANG ” Dosen Pengampu: Khotim Fadli, M. Pd. Oleh: Rizki Anisa 2205140558 PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS K.H A. WAHAB HASBULLAH TAMBAK BERAS JOMBANG 2023 KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Teori Keyness pasar barang”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang telah membawa revolusi kehidupan minadzulumati ila nnur yakni Rasulullah SAW dan sampai saat ini tetap menjadi Uswah Al-Hasanah bagi seluruh umat manusia diseluruh dunia. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Dan kami berterima kasih kepada Bapak Khotim Fadli, M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca dan dapat berguna dimasa yang akan datang. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Keyness Pasar Barang. Layaknya fitrah seorang manusia tidak luput dari kesalahan penulis sepenuhnya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang kontruksif dalam penulisan makalah ini. Wassalamualaikum Wr. Wb Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1 1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2 2.1 Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Indonesia ....................................... 2 2.2 Dasar-Dasar Hukum Bisnis ......................................................................... 5 2.3 Korelasi antara Hukum dan Bisnis .............................................................. 6 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13 3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13 3.2 Saran .......................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum adalah seperangkat aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berisi hak dan kewajiban perintah dan larangan serta berkenan yang di dalamnya ada sanksi bagi mereka yang tidak menaati menurut mayoritas hukum adalah suatu aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya sedangkan bisnis terdiri dari Seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa dengan demikian hukum bisnis dan bisnis Law adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul dari Perjanjian perjanjian maupun perikatan perikatan yang terjadi dalam praktis bisnis. Jadi Dalam penelitian ini penulis ingin memahami tentang korelasi antara hukum dan bisnis yaitu Bagaimana hubungan hukum dan bisnis saling bertautan dan Karena itulah penulis membuat makalah yang berjudul tentang “sistem hukum dan korelasinya dengan bisnis”. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana Dasar Filsafat Teori Keyness? 1.2.2 Bagaimana Pasar Barang? 1.2.3 Bagaimana Permintaan dan penawaran Agregat? 1.2.4 Bagaimana Pengeluaran Pemerintah? 1.2.5 Bagaimana konsep multiplier? 1.2.6 Bagaimana pengeluaran Agregat? 1.2.7 Bagaimana Keseimbangan Pasar Barang? 1.3 Tujuan 1.3.1 Memahami Dasar Filsafat Teori Keyness. 1.3.2 Memahami Pasar Barang. 1.3.3 Memahami Permintaan dan penawaran Agregat. 1.3.4 Memahami Pengeluaran Pemerintah. 1.3.5 Memahami Konsep Multiplier. 1 1.3.6 Memahami Pengeluaran Agregat. 1.3.7 Memahami keseimbangan Pasar Barang. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Indonesia 2.1.2 Pengertian Sistem Pengertian sistem,dalam kamus bahasa inggris yang berjudul The American Heritage Dictionary of The English Language disebutkan bahwa “a group of interacting, interrelated or interdependent elements forming or regarded as forning a collective entity.” Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan dua ciri, yaitu pertama, hubungan dan saling ketergantungan di antara bagian-bagian atau elemen-elemen dalam sistem, dan kedua merupakan entity. Berdasarkan pengertian tersebut, maka tiap-tiap bagian tersebut mempunyai fungsi yang saling berhubungan dan saling tergantung, dimana bila suatu fungsi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, akan terjadi hambatan dan bagian yang lain akan menjadi tidak berfungsi dengan baik. Sistem tersebut bekerja pada suatu wadah atau tempat tersendiri yang disebut dengan suatu lingkungan (environment) dan terdapat batas-batas antara suatu sistem dengan lingkungannya. Gambaran konkret bekerja suatu sistem adalah misal dalam suatu kehidupan keluarga, berubahnya status atau kedudukan seorang ayah sebagai kepala keluarga dapat membawa perubahan kepada kehidupan keluarga tersebut,terutama pada anak dan sistrinya menjadi lebih makmur atau terpandang. Pda kehidupan yang lebih luas di masyarakat,terjadinya perubahan kebijakan ekonomi, seperti naiknya BBM berdampak sangat besar bagi seluruh sendi-sendi kehidupan, karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menjadi sangat berkurang, karena pendapatan yang tidak naik tetapi barang konsumsi yang dibutuhkan harganya naik akibat naiknya BBM. 2.1.2 Pengertian Hukum Menurut L. J Van Apeldoorn tidak mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu. Definisi tentang hukum sulit untuk dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakan sesuai dengan kenyataannya. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari kaidahkaidah hukum yang ada. Hukum sebagai salah satu kaidah yang mengatur 3 kehidupan antar pribadi, telah menguasai kehidupan manusia sejak ia dilahirkan, bahkan waktu ia masih di dalam kandungan hingga sampai ke liang kubur memberikan arah dan gambaran, akan tetapi karena bidang hukum itu luas dan mencakup banyak hal maka tidak akan dapat mencakup secara keseluruhan. Merupakan suatu kenyataan bahwa hukum bukanlah satusatunya kaidah yang mengatur kehidupan antar pribadi atau bermasyarakat, karena dalam hidupnya manusia tidak hanya terikat oleh kaidah hukum. Memperoleh kejelasan terhadap berbagai arti dari hukum adalah sangat penting, agar tidak terjadi kesimpangsiuran di dalam studi terhadap hukum. Dalam hal ini akan dijelaskan pengertian yang diberikan oleh masyarakat. Beberapa pengertian hukum adalah: a. sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran. b. sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala yang dihadapi. c. sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan. d. sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis. e. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan hukum (law enforcement officer). f. sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang menyangkut pembuatan keputusan yang tidak semata-mata diperintahkan oleh aturanaturan hukum, tetapi keputusan yang dibuat atas pertimbangan yang bersifat personal. g. sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan artinya, hukum dianggap sebagai suatu perintah atau larangan yang berasal dari badan negara yang berwenang dan didukung dengan kemampuan serta kewenangan untuk menggunakan paksaan. h. sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yaitu perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai kedamaian. 4 i. sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan buruk. 2.1.3 Sistem Hukum Dalam lingkup hukum, untuk memahami sistem yang bekerja, maka pendapat dari Lawrence M. Friedman dapat dijadikan batasan, yaitu sistem hukum dapat dibagi ke dalam tiga komponen atau fungsi, yaitu komponen struktural, komponen substansi dan komponen budaya hukum. Ketiga komponen tersebut dalam suatu sistem hukum saling berhubungan dan saling tergantung. Pada komponen struktural akan dijelaskan tentang bagian-bagian sistem hukum yang berfungsi dalam suatu mekanisme kelembagaan, yaitu lembagalembaga pembuat undang-undang, pengadilan dan lembaga-lembaga lain yang memiliki wewenang sebagai penegak dan penerap hukum. Hubungan antara lembaga tersebut terdapat pada UUD 1945 dan amandemennya. Komponen substansi berisikan hasil nyata yang diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil nyata ini dapat berwujud in concerto (kaidah hukum individual) dan in abstraco (kaidah hukum umum). Disebut kaidah hukum individual karena kaidah-kaidah tersebut berlakunya hanya ditujukan pada pihak-pihak atau individu-individu tertentu saja, contohnya: a. Putusan yang ditetapkan oleh pengadilan, misalnya seseorang diputuskan dihukum selama 5 tahun karena telah melakukan pembunuhan. b. Keputusan (bestuur) yang dikeluarkan oleh pemerintah, misalnya seseorang yang diberi izin untuk melakukan impor bahan makanan atau seseorang yang diberi izin untuk mengemudikan kendaraan bermotor (diberi SIM). c. Panggilan yang dilakukan oleh Kepolisian, yaitu seseorang yang dipanggil untuk keperluan memberi keterangan kepada polisi. d. Persetujuan dalam suatu perjanjian, misalnya seseorang yang akan menyerahkan haknya (dalam bentuk jual beli atau sewa), atau seseorang yang harus menyerahkan kewajibannya (dalam membayar sewa atau piutang). 2.2 Dasar-Dasar Hukum Bisnis 2.2.1 Pengertian Hukum Bisnis 5 Hukum adalah seperangkat aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang berisi hak dan kewajiban, perintah dan larangan serta perkenan yang di dalamnya ada sanksi bagi mereka yang tidak mentaatinya. Menurut Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya. Sedangkan bisnis terdiri dari seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian. Beberapa bisnis memproduksi barang berwujud, sedangkan yang lain memberikan jasa. Dengan demikian, hukum bisnis atau business law (bestuur rechts) adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjianperjanjian maupun perikatan-perikatan yang terjadi dalam praktik bisnis. Hukum bisnis dapat berarti suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam resiko tertentu dengan motif untuk mendapat keuntungan tertentu. 2.2.2 Sumber hukum bisnis Sumber hukum adalah tempat dimana kita dapat menggali, mempelajari dan menemukan suatu hukum. Berdasar ilmu pengetahuan hukum, sumber hukum dapat dibedakan dalam dua arti, yaitu: a. Sumber hukum formiel, yaitu tempat dimana kita dapat menggali, mempelajari dan menemukan hukum berdasarkan cara aturan hukum itu dibuat, diketemukan dan berlaku. Sumber hukum formiel ini meliputi: 1) Undang-undang/Perundang-undangan.Sobirin Malian 2) Yurisprudensi; keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan acuan keputusan mengenai suatu kasus . 3) Traktat/Perjanjian Internasional, yang meliputi bilateral (misalnya Indonesia-Malaysia), multilateral (misalnya NATO), dan kolektif (misalnya PBB). 4) Kebiasaan; tindakan berulang-ulang masyarakat yang dianggap sebagai hukum. 5) Doktrin/ajaran ilmu pengetahuan hukum. 6 b. Sumber hukum materiel, yaitu tempat dimana kita dapat menggali, mempelajari dan menemukan materi/substansi/isi dari suatu aturan hukum. Materi/isi hukum dapat diketemukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat yang biasanya meliputi agama, sosial, budaya, dan ekonomi (tergantung dari materi hukum apa yang akan diatur). 2.2.3 Fungsi hukum dalam bisnis a. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis. b. Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis. c. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum). 2.3 Korelasi antara Hukum dan bisnis 2.3.1 Bagaimana dampak sistem hukum terhadap perusahaan dan Macam macam hukum Hukum perusahaan merupakan pengkhususan dari beberapa bab dalam Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) ditambah dengan peraturan perundangan lainnya yang mengatur tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan dunia perdagangan, maka sebagian dari hukum perusahaan merupakan peraturan-perturan hukum yang masih baru (C.S.T. Kansil, 2001: 68). Dampak sistem hukum sendiri ialah sebagai perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari adanya legalitas perusahaan, serta sebagai upaya dalam mewujudkan pemberian perlindungan hukum kepada pelaku usaha dan usahanya. Legalitas usaha harus sah menurut hukum dan sesuai dengan sumber hukum perusahaan, karena di dalam sumber hukum perusahaan mengatur bagaimana ketentuan-ketentuan mengenai legalitas usaha sehingga usaha yang mempunyai legalitas dapat diakui dan sah menurut hukum (Sentosa Sembiring, 2008: 17) a. Legalitas Bentuk Usaha Dokumen legalitas bentuk usaha dapat diketahui dalam akta pendirian perusahaan, nama perusahaan, serta merek perusahaan. 1) Akta Pendirian Perusahaan Akta Pendirian Perusahaan merupakan salah satu bentuk legalitas usaha yang dibuat dimuka notaris, yaitu 7 pejabat umum yang diberi wewenang untuk itu oleh undang-undang. Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar perusahaan, yaitu seperangkat peraturan yang menjadi dasar berdiri dan beroperasinya menurut hukum. Akta pendirian perusahaan persekutuan badan hukum harus mendapat pengesahan dari menteri Hukum dan HAM. Sedangkan akta pendirian perusahaan persekutuan bukan badan hukum tidak perlu mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM, cukup didaftarkan saja pada kepaniteran pengadilan negeri setempat (Abdulkadir Muhammad, 2006: 298). 2) Nama Perusahaan Nama perusahaan merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk menjalankan usahanya. Nama perusahaan ini melekat pada bentuk badan usaha 23 atau perusahaan tersebut, dikenal oleh masyarakat, dipribadikan sebagai perusahaan tertentu, dan dapat membedakan perusahaan itu dengan yang lain. Nama perusahaan dapat ditemukan secara resmi dalam akta pendirian perusahaan dan suratsurat resmi perusahaan. Nama perusahaan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan bubar, namanya juga akan ikut lenyap. Jika perusahaan dialihkan kepada pihak lain, namanya juga akan ikut beralih (Abdulkadir Muhammad, 2006: 299). 3) Merek Perusahaan Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, menyatakan merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai unsur pembeda yang dapat digunakan untuk usaha perdagangan barang atau jasa. Banyak terjadi bahwa nama perusahaan dijadikan juga merek perusahaan dalam satu lingkungan perusahaan tertentu. Ada kemungkinan terjadi bahwa nama perusahaan mengandung merek orang lain atau merek yang mengandung nama perusahaan orang lain. Dalam hal ini, muncul dua masalah yuridis, yaitu tentang hak atas merek dan hak atas nama perusahaan. Masalah ini dapat diselesaikan melalui Pasal 27 dan Pasal 29 UU No.3 Tahun 1982. Namun merek yang mengandung nama perusahaan orang lain adalah masalah yuridis 8 tentang hak atas merek. Masalah ini dapat diselesaikan melalui Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang merek. b. Legalitas Kegiatan Usaha Setiap usaha yang menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi syarat legalitas operasional usaha. Setiap perusahaan yang telah memenuhi legalitas 25 operasional usaha tersebut dinyatakan sebagai usaha yang mempunyai butte legalitas kegiatan usaha. Dokumen legalitas kegiatan usaha yang dimaksud terdiri atas Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Bukti Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Pembukuan. 1) Tanda Daftar Perusahaan Setiap perusahaan wajib untuk mendaftarkan usahanya dalam daftar perusahaan dalam jangka sembilan puluh hari terhitung sejak tanggal perusahaan mulai menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Pasal 17 UU No.3 Tahun 1982, selambat-lambatnya sepuluh hari kerja terhitung sejak diterimanya permintaan pendaftaran dan kelengkapan dokumen secara lengkap dan benar, Kepala KPP Tingkat II (Kabupaten/Kota) mengesahkan pendaftaran perusahaan, kemudian menerbitkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). 2) Surat Izin Usaha Perdagangan Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan bukti legalitas kegiatan usaha yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk menjalankan usahanya secara sah. Setiap perusahaan dianggap mulai menjalankan usahanya pada saat menerima SIUP dari instansi teknis yang berwenang. Ini berarti bahwa untuk menjalankan usaha, perlu memperoleh SIUP terlebih dahulu. 3) Tanda Daftar Usaha Perdagangan Setiap perusahaan yang telah memperoleh TDUP dalam jangka waktu tiga bulan terhitung mulai tanggal diterbitkannya TDUP, wajib mendaftarkan perusahaannya dalam daftar perusahaan sesuai dengan ketentuan UU No.3 tahun 1982. 4) Pembukuan Dalam definisi Molengraaff tidak terdapat unsur pembukuan. Akan tetapi, Polak menambahkan unsur ini dalam definisi perusahaan. Menurut Polak pembukuan merupakan catatan mengenai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan usaha 9 suatu perusahaan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 12). Dalam Pasal 5 UU No.8 Tahun 1997 ditentukan, catatan terdiri atas neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai kewajiban dan hak serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan. Bukan hanya itu Dampak dari perusahaan saja namun dalam suatu Bisnis tidak hanya mencangkup Perlindungan kepada perusahaan namun juga melindungi kegiatan persaingan perusahaan dan bahkan konsumen. a. Hukum Persaingan usaha Indonesia memiliki aturan hukum dalam bidang persaingan usaha atas inisiatif DPR yang disusun dalam RUU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. RUU tersebut akhirnya disetujui dalam Sidang Paripurna DPR pada tanggal 18 Februari 1999. Dalam hal ini, pemerintah diwakili oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rahardi Ramelan. Setelah seluruh prosedur legislasi terpenuhi, akhirnya Undang-undang tentang larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditandatangani oleh Presiden B.J. Habibie, dan diundangkan pada tanggal 5 Maret 1999 serta berlaku satu tahun setelah diundangkan. Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat secara umum mengatur mengenai pengertian monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, posisi dominan, komisi pengawas persaingan usaha (KPPU), penegakan hukum dan lain-lain. Lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sejalan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun Negara Republik Indonesia 1945, khususnya Pasal 27, Pasal 31, Pasal 33 dan Pasal 34. Hal ini terlihat dari Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai asas dan tujuan pembentukan Undang-undang tersebut. Pasal 2 menyatakan, “Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi 14 Sobirin Malian Pengantar Hukum Bisnis ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum”. Sedangkan tujuan pembentukan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 3, yang sesungguhnya memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam Pasal 10 3 disebutkan bahwa tujuan pembentukan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah: 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; 3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. b. Hukum Konsumen Adapun hak-hak Konsumen berdasar pasal 4 UU No. 8 tahun 1999 yaitu: 1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dipakai atau dikonsumsi, sehingga konsumen tidak dirugikan, baik secara jasmani dan rohani. 2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta jaminan yang dijanjikan. Konsumen tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar, sehingga ia tidak lagi bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi membeli, ia juga bebas menentukan produk mana yang akan dibeli. 3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan dengan berbagai cara, seperti secara lisan kepada konsumen, melalui iklan di berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk. 4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas penggunaan barang/jasa. Ini disebabkan oleh informasi yang diberikan pihak yang berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen. Untuk itu konsumen berhak mengajukan permintaan informasi lebih lanjut. Dalam tata krama dan tata cara periklanan Indonesia disebutkan, bila diminta oleh konsumen, maka baik perusahaan periklanan, media, maupun pengiklan harus bersedia memberikan penjelasan mengenai suatu iklan tertentu.144 11 5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang layak dari pihak-pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen berhak mendapatkan penyelesaian hukum, termasuk advokasi. Dengan kata lain, konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban hukum dari pihak-pihak yang dipandang merugikan karena mengonsumsi produk itu. 6) Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pembinaan. Masalah perlindungan konsumen di Indonesia termasuk masalah yang baru. Oleh karena itu, 143 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 27-28. 144 Celina Tri S.W., Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 35. Sobirin Malian 167 Bab III | Hukum Perlindungan Konsumen wajar bila masih banyak konsumen yang belum menyadari hak-haknya. Kesadaran akan hak tidak dapat dipungkiri sejalan dengan kesadaran hukum. Makin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, makin tinggi penghormatannya pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melewati media massa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat.145 7) Hak untuk dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Hak untuk mendapat kompensasi/ganti rugi apabila barang/jasa yang diterimanya tidak sesuai yang diperjanjikan. Jika konsumen merasakan kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, maka ia berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas. 8) hak-hak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hukum adalah seperangkat aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang berisi hak dan kewajiban, perintah dan larangan serta perkenan yang di 12 dalamnya ada sanksi bagi mereka yang tidak mentaatinya. Menurut Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya.Sedangkan bisnis terdiri dari seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian. Beberapa bisnis memproduksi barang berwujud, sedangkan yang lain memberikan jasa.Dengan demikian, hukum bisnis atau business law (bestuur rechts) adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian-perjanjian maupun perikatan-perikatan yang terjadi dalam praktik bisnis.Hukum bisnis dapat berarti suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam resiko tertentu dengan motif untuk mendapat keuntungan tertentu. Dan jika di kolerasikan dengan bisnis maka hukum akan menjadi peraturan atau norma dalam suatu kegiatan bisnis Dampak sistem hukum sendiri ialah sebagai perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari adanya legalitas perusahaan, serta sebagai upaya dalam mewujudkan pemberian perlindungan hukum kepada pelaku usaha dan usahanya. Singkatnya dalam semua proses kegiatan bisnis terpantau dalam hukum. Hukum sendiri mengatur berjalanya proses ekonomi dengan rinci. 3.2 Saran Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami selaku penulis berharap jika pembaca bisa memahami materi yang telah kami jabarkan. Tak hanya itu, kami juga berharap bahwasanya makalah ini bisa bermanfaat bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Adapun kritik dan saran yang membangun sangat membantu dalam perbaikan di masa depan. 13 DAFTAR PUSTAKA Malian sobirin, 2018, “Hukum Bisnis”, KREASI TOTAL MEDIA. Muclis Indra, 1 Mei 2016, “Hukum Bisnis”, Trussmedia Grafika. Mursadi Harsanto, Juli 2002 “Sistem Hukum Indonesia”, Universitas Terbuka. 14