Menurut Moeljatno hukum pidana memiliki pengertian bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang dengan disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan. Hukum pidana dapat dibagi atas dasar hukum pidana materil dan hukum pidana formil, hukum pidana objektif dan hukum pidana subjektif, hukum pidana umum dan hukum pidana khusus, hukum pidana nasional, hukum pidana lokal dan hukum pidana internasional, hukum pidana tertulis dan hukum pidana tidak tertulis. Pada dasarnya hukum pidana haruslah tertulis, hal ini didasarkan pada asas legalitas dalam hukum pidana dengan salah satu maknya yang terkandung dalam asas legalitas tersebut adalah prinsip lex scripta yang memiliki makna aturan hukum pidana haruslah tertulis. Pembagian hukum pidana tertulis dan hukum pidana tidak tertulis didasarkan pada bentuk atau wadahnya. Hukum pidana tertulis disebut juga dengan hukum pidana undang-undang yang terdiri hukum pidana kodifikasi seperti KUHP dan KUHAP dan hukum pidana di luar kodifikasi, yang tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan. Hukum pidana tidak tertulis disebut juga sebagai hukum pidana adat yang keberlakuan dipertahankan dan dapat dipaksakan oleh masyarakat adat setempat. Hukum pidana yang tidak tertulis yang di terapkan di daerah saya yakni di daerah kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yakni bagi kaum muda yang belum berstatus sah sebagai pasangan suami istri dilarang bermesraan dalam ruangan tertutup seperti, kos, hotel ataupun rumah. Apabila ketahuan maka orang tua pasangan muda tersebut akan dipanggil oleh ketua adat setempat dan memaksa kaum muda tersebut untuk melangsungkan pernikahan. Sejauh ini menurut pendapat saya untuk tanggapan masyarakat setempat untuk hukum tidak tertulis diatas, masyarakat sangat mendukung adanya larangan tersebut sehingga meminimalisir angka kehamilan bagi kaum muda.