Uploaded by nnrn

Merkuri (Hg) dan Gangguan Kesehatan: Analisis Dampak Lingkungan

advertisement
LOGAM BERAT MERKURI (Hg) PENYEBAB GANGGUAN
KESEHATAN (KARSINOGENIK)
Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan
Dosen Pengampu: Kahar, S.K.M., M.K.L.
Oleh:
Nenden Rahayu Ningsih
NIM P17333124548
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI SARJANAN TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
ALIH JENJANG 2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat membuat Laporan bahan kimia merkuri (hg) penyebab
gangguan kesehatan (karsinogenik) Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan. Laporan ini berisi tentang
analisis risiko lingkungan dan manusia. Saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan dalam penulisan laporan
berikutnya.
Tentunya Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, perlu kiranya mendapatkan
koreksi dan evaluasi demi kebaikan dan perbaikan penulis. Semoga laporan ini
dapat memberikan banyak manfaat bagi banyak orang yang membacanya.
Cimahi, September 2024
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Merkuri .............................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Merkuri ......................................................................................... 3
2.1.2 Sifat Fisiko-Kimiawi .................................................................................. 3
2.1.3 Siklus Merkuri di Lingkungan ................................................................... 3
2.2 Analisis ARKL/ADKL terkait Paparan Merkuri (Hg) ...................................... 5
2.2.1 Identifikasi Bahaya Merkuri (Hg) .............................................................. 5
2.2.2 Analisis Dosis Respon Merkuri (Hg) ......................................................... 7
2.2.3 Pengukuran Pemajanan Merkuri (Hg) Pada Manusia ................................ 9
2.2.4 Penetapan Risiko Merkuri (Hg) Terhadap Manusia ................................. 14
2.2.5 Manajemen Risiko Merkuri (Hg) ............................................................. 16
BAB III ................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................. 23
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Gejala Klinis Keracunan Merkuri………………………………………11
Tabel 2 Batas Aman Pajanan Merkuri……………………………………...……15
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus merkuri Di Lingkungan………………………………………4
Gambar 2 Siklus merkuri Merkuri Dalam Rantai Makanan ……………………5
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merkuri adalah logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan. Paparan merkuri dapat terjadi melalui inhalasi, konsumsi makanan,
atau kontak langsung dengan kulit. Mungkin Untuk sebagian orang awam belum
mengetahui bahan kimia merkuri itu apa. Tapi bagi orang terpelajar mungkin sudah
tidak asing lagi mendengar nama tersebut. Nama tersebut populer mendunia
diantaranya karena tragedi Minamata. Minamata adalah nama sebuah teluk yang
terletak di kota Minamata, Kumamoto Perfecture, Jepang. Tragedi ini tejadi pada
tahun 1953. Penduduk Teluk Minamata, mengkonsumsi ikan yang sudah tercemar
Metil merkuri (Methyl mercury), limbah yang dikeluarkan oleh pabrik baterai
Chisso corp. Penduduk mengalami kerusakan saraf dan organ lainnya. PT. Chisso
didirikan pada tahun 1908 dan mengalami perkembangan pada tahun 1930an.
Dalam perkembangannya perusahaan tersebut menghasilkan limbah merkuri yang
mencemari perairan laut di teluk Minamata, dimana penduduk di daerah tersebut
banyak mengkonsumsi ikan dari teluk tersebut
Kasus Merkuri lainnya yang pernah terjadi adalah di di Irak sekitar tahun 1960-an
dan 1970-an yang meracuni 6.500 orang dan lebih dari 450 orang meninggal dunia.
Kasus ini terjadi akibat penduduk memakan roti yang gandumnya diimpor dari
Meksiko. Gandum tersebut diawetkan dengan menggunakan fungisida yang
mengandung Metil merkuri (Methyl mercury). Gandum tersebut tadinya akan
digunakan sebagai bibit. Sebenarnya gandum tersebut telah diberi label peringatan
namun menggunakan bahasa Spanyol yang tidak dimengerti oleh penduduk Irak.
Disamping itu juga gandum tersebut telah diberi warna merah yang merupakan
indikator bahwa gandum tersebut telah diberi Metil merkuri. Namun warna tersebut
hilang pada saat dicuci dengan air. Merkuri di dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 74 Tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya dan Beracun termasuk kategori
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan karakteristik beracun, karsinogenik dan
berbahaya bagi lingkungan.
1
1.2 Tujuan
1. Analisis Risiko dan menilai potensi dampak kesehatan yang ditimbulkan
oleh paparan merkuri terhadap manusia.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bahan kimia Merkuri (Hg)
dan dapat menganalisis risiko dan menilai potensi dampak kesehatan yang
ditimbulkan oleh paparan merkuri terhadap manusia.
2. Bagi Instansi
Menjadi bahan bacaan untuk matakuliah Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Merkuri
2.1.1 Definisi Merkuri
Merkuri atau raksa (Hg) merupakan unsur logam yang sangat penting dalam
teknologi di abad modern saat ini. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang
merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti
cairan perak
2.1.2 Sifat Fisiko-Kimiawi
Merkuri terdiri dari 3 jenis, yaitu merkuri elemental, merkuri inorganik, dan
merkuri organik. Merkuri elemental pada suhu 250C berwujud cairan berwarna
abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59 g/mol, memiliki titik lebur 38,87 0C, dan titik didih 356,72 0C. Jenis ini paling mudah menguap, relatif tidak
larut dalam air dan asam hidroklorida; larut dalam lemak, asam nitrat, dan pentane.
Merkuri inorganik, khususnya merkuri klorida (HgCl2) yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki berat molekul 271,52 , memiliki tekanan uap 0,1 kPa pada
suhu 136,20C, berwujud kristal putih atau bubuk, bersifat larut dalam air dan
alkohol. Merkuri organik tidak mudah larut dalam air, tetapi mudah larut dalam
pelarut organik.
2.1.3 Siklus Merkuri di Lingkungan
Merkuri (Hg) adalah logam berat yang sangat berbahaya. Melalui proses akumulasi
secara biologi (bioakumulasi), proses perpindahan secara biologi (biotransfer), dan
pembesaran secara biologi (biomagnifikasi) yang terjadi secara alamiah, organisme
laut mengakumulasi MeHg dalam konsentrasi tinggi dan selanjutnya terjadi
keracunan pada manusia yang mengkonsumsinya. Di alam, uap merkuri merupakan
sebuah gas monoatom yang stabil, menguap dari permukaan bumi (baik tanah
maupun udara) dan dikeluarkan oleh gunung berapi. (Panel A). Merkuri juga
berasal dari aktivitas manusia, seperti pada pembakaran batu bara dan pembakaran
limbah. Setelah sekitar 1 tahun, uap merkuri kemudian diubah menjadi bentuk yang
dapat larut (Hg2+) dan kembali ke 11 bumi melalui air hujan. Mungkin juga dapat
dikembalikan ke dalam bentuk uap, baik dalam tanah maupun air oleh
3
mikroorganisme dan dikembalikan lagi ke atmosfer. Hal itu menyebabkan merkuri
dapat bersirkulasi ulang dalam waktu yang lama. Merkuri menempel ke endapan di
air, tergantung dari aktivitas bakteri dalam mengubah ke dalam bentuk
metilmerkuri (MeHg), dimana masuk ke rantai makanan di perairan.
Gambar 1 . Siklus merkuri di lingkungan
Kadar tertinggi didapatkan pada ikan predator yang berumur panjang, seperti hiu.
Panel B menunjukkan rute perubahan ke bentuk MeHg yang merupakan suatu
proses yang kompleks. Pada sistem perairan, logam merkuri akan mengalami
oksidasi sehingga berubah menjadi Hg2+ yang kemudian memungkinkan sulphate
reducing bacteria (SRB) dalam sedimen perairan mengubah Hg2+ menjadi metil
Hg (Hg-CH3) atau disebut juga MeHg. Proses perubahan ini dipengaruhi
kedalaman air, konsentrasi sulfida, dan pH. Tetapi MeHg juga terdemetilasi dengan
efisien baik dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Perubahan ini terjadi dalam
hitungan beberapa hari sampai minggu, dan merkuri akan mengalami siklus
perubahan dalam kedua bentuk ini cukup lama sebelum akhirnya akan mengalami
bioakumulasi dalam ikan atau hilang dari sistem sebagai Hg2+, elemental (Hg0 ),
dan MeHg atau melalui proses lain. 14 MeHg yang larut dalam air akan terserap
4
oleh mikroorganisme yang kemudian mikroorganisme akan dimakan ikan kecil dan
ikan kecil termakan oleh ikan besar sehingga akan terjadi bioakumulasi dan
biomagnifikasi MeHg pada jaringan daging ikan karnivora, yang pada akhirnya
akan dimakan manusia. Terjadinya akumulasi MeHg dalam hewan air disebabkan
pengambilan merkuri oleh hewan air lebih cepat daripada proses ekskresinya.
Konsentrasi merkuri 12 dalam tubuh ikan bisa mencapai 100.000 kali daripada
konsentrasi merkuri pada air sekitarnya.
Gambar 2 Merkuri dalam rantai makanan
2.2 Analisis ARKL/ADKL terkait Paparan Merkuri (Hg)
2.2.1 Identifikasi Bahaya Merkuri (Hg)
Mercuri atau air raksa (Hg) merupakan logam yang berbentuk cairan dalam
suhu ruang ( 25°C) berwarna keperakan. Sifat merkuri sama dengan sifat kimia
yang stabil terutama di lingkungan sedimen, yaitu mengikat protein, mudah
menguap dan mengemisi atau melepaskan uap merkuri beracun walaupun pada
suhu ruang. Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 bulan hingga 3 tahun
sedangkan yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu. Beberapa jenis
merkuri yang digunakan dalam dunia kesehatan antara lain yakni logam merkuri
(merkuri elemental), merkuri anorganik, dan merkuri organik (Broussard, L.A.,
dkk. 2002).
5
1. Merkuri Elemental
Merkuri elemental merupakan logam berwarna perak berwujud cair pada
suhu ruang dan mudah menguap akibat pemanasan. Uap merkuri tidak berwarna
dan tidak berbau. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin banyak uap merkuri
terlepas ke lingkungan. Tetes-tetes merkuri elemental berwarna logam
mengkilap dan memiliki tegangan permukaan yang tinggi, sehingga berbentuk
butiran di permukaan datar. Akan tetapi, viskositas merkuri rendah, sehingga
tetes merkuri memiliki mobilitas tinggi. Merkuri memiliki berat molekular
200,59 g/mol dengan titik didih 356,73oC dan titik leleh -38,87oC. Adapun
massa jenis merkuri adalah 13.6 g/cm3 pada 20oC.Merkuri elemental berwujud
cairan, dan sangat volatil, dengan tekanan uap 0,00185 mm pada 25oC. Nilai
ambang batas pajanan uap merkuri elemental secara kontinyu selama 8 jam
perhari atau 40 jam perminggu menurut American Conference of Governmental
Industrial Hygienists (ACGIH) adalah 0.05 mg/m3. Keracunan akumulatif dapat
terjadi melalui pajanan jangka panjang melebihi 0.05 mg/m3 udara.
2. Merkuri Anorganik
Merkuri anorganik merupakan senyawa yang muncul ketika merkuri
elemental bereaksi dengan klorin, sulfur atau oksigen. Senyawaan merkuri
anorganik umumnya berwujud serbuk, dan berwarna putih, dan disebut juga
garam merkuri. Merkuri anorganik telah lama dikenal, salah satunya merkuri
klorida yang sempat digunakan sebagai antiseptik. Kini, senyawa tersebut masih
digunakan sebagai pengawet kayu, intensifikasi fotografi, depolarosator baterai
kering, agen pewarna tekstil kulit, katalis (dalam produksi VPC atau
desinfektan), pemisahan emas dari timbal, dan impuritas lainnya. Merkuri nitrat
juga merupakan contoh merkuri anorganik yang pernah digunakan di industri
(tekstil).
3. Merkuri Organik
Merkuri organik terjadi apabila merkuri bereaksi dengan senyawa karbon,
senyawa yang dihasilkan disebut merkuri organik. Merkuri organik dapat
ditemui dalam 3 bentuk, yakni aryl, alkil pendek, dan alkil panjang. Merkuri
organik telah digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
6
dalam dunia medis. Merkuri organik juga ditemukan dalam fungisida, sehingga
pajanan terhadap merkuri organik sangat memungkinkan. Di lingkungan,
merkuri organik umum ditemukan sebagai kontaminan dalam rantai makanan.
Garam merkuri organik terserap lebih banyak melalui sistem pencernaan
dibandingkan garam merkuri anorganik. Hal tersebut dikarenakan kelarutan
garam merkuri organik dalam lemak yang lebih baik dibandingkan garam
anorganik. Merkuri organik kerap kali diserap tubuh melalui pembentukan
kompleks dengan L-cysteine dan melewati membran sel menggunakan asam
amino netral sebagai pembawa.
Uap merkuri yang terhirup paling sering menyebabkan keracunan,
sedangkan unsur merkuri yang tertelan ternyata tidak menyebabkan efek toksik
karena absorpsinya yang rendah kecuali jika ada fistula atau penyakit inflamasi
gastrointestinal atau jika merkuri tersimpan untuk waktu lama di saluran
gastrointestinal. Merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui intravena dapat
menyebabkan emboli paru. Karena bersifat larut dalam lemak, merkuri elemental
mudah melalui sawar otak dan plasenta. Di otak, ia akan berakumulasi di korteks
cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik
(Hg++ ) ion merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan
protein seluler sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel. Selain itu,
pemanasan logam merkuri membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif
pada kulit, selaput mukosa mata, mulut dan saluran pernafasan.
2.2.2 Analisis Dosis Respon Merkuri (Hg)
1. Jalur Pajanan dan Absorpsi Merkuri
Jalur pajanan merkuri elemental yang penting adalah melalui jalur
pernafasan (inhalasi), pencernaan (ingesti) dan kontak langsung (dermal), namun
yang paling penting dan berisiko adalah melalui inhalasi. Pemanasan logam
merkuri membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada kulit, selaput
mukosa mata, mulut, dan saluran pernafasan. Merkuri elemental yang masuk
melalui pernafasan 70-80% akan diserap oleh tubuh melalui difusi di paruparu.
Organ target dari merkuri elemental adalah otak dan ginjal. Metil merkuri masuk
ke dalam tubuh manusia umumnya melalui jalur pencernaan (ingesti), karena sifat
7
metil merkuri yang mampu terikat ada jaringan lemak. Organ target dari metil
merkuri yang paling penting adalah pada sistem saraf pusat (SSP).
2. Distribusi, Metabolisme, dan Eksresi Merkuri
Merkuri elemental yang diserap oleh paru-paru akan masuk ke peredaran
darah dan diubah dalam waktu singkat menjadi merkuri anorganik melalui proses
oksidasi dalam sel darah merah. Oksidasi merkuri elemental juga berlangsung pada
otak, hati, paru-paru, beberapa jaringan lain dalam tubuh, dan pada janin. Merkuri
yang masuk kedalam tubuh melalui intravena dapat menyebabkan emboli paru.
Karena bersifat larut dalam lemak, merkuri elemental ini mudah melalui sawar otak
dan plasenta. Di otak ia akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum
dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik (Hg++) ion merkurik ini akan
berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan protein seluler sehingga
menggangu fungsi enzim dan transport sel. Merkuri ini akan dieksresikan melalui
urin dan feses dengan waktu 1-2 bulan, namun apabila pajanan berlangsung terus
menerus, merkuri tersebut akan berada dalam tubuh dalam waktu lama. Waktu
paruh merkuri elemental di otak diperkirakan selama 20 tahun. Dalam dosis dan
waktu pajanan yang cukup, akan menimbulkan risiko terjadinya dampak kesehatan.
Deposisi merkuri elemental adalah di otak dan di ginjal.
Metil merkuri yang diserap melalui saluran pencernaan dan akan
terdistribusi ke seluruh jaringan tubuh temasuk janin, karena kemampuannya untuk
menembus membran jaringan tubuh. Metil merkuri memiliki kemampuan berikatan
dengan gugus sulfuhidril, kemudian bergabung dengan glutathione dan
berdistribusi ke seluruh tubuh melalui darah. Metil merkuri ini melepas oksigen
radikal yang menyebabkan kerusakan sel. Karena mudah terikat dalam lemak, otak
merupakan bagian tubuh yang paling terdampak karena memiliki kadar lemak
sangat tinggi.
Jalur eksresi metil merkuri utama adalah empedu dan feses. Bagi ibu menyusui,
eksresi metil merkuri juga berlangsung melalui Air Susu Ibu (ASI). Metil merkuri
akan tersimpan dalam jaringan tubuh selama beberapa waktu, tergantung dari dosis
dan waktu pajanan. Deposisi metil merkuri umumnya berada di rambut, ginjal, otak.
8
2.2.3 Pengukuran Pemajanan Merkuri (Hg) Pada Manusia
a. Pajanan Akut
1) Merkuri Elemental
Pajanan akut/ jangka pendek terhadap merkuri elemental dapat menyebabkan
demam dan gejala gangguan pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan,
napas pendek. Gejala gangguan pencernaan juga dapat terjadi, seperti mual,
muntah, rasa logam di mulut, diare, sakit perut. Gejala gangguan sistem saraf
pusat (SSP) seperti sakit kepala, lemah, gangguan penglihatan juga dapat
terjadi. Beberapa hari setelah pajanan akut, gejala bisa berkembang menjadi
pytalism (keluarnya banyak air liur tanpa disadari), enteritis, dan kerusakan
ginjal. Anak-anak mungkin akan memiliki gejala yang berbeda dari orang
dewasa.
2) Merkuri Anorganik
Merkuri Anorganik terdapat dalam 2 bentuk, yaitu mercurous (mercury
chloride/Hg2Cl2) dan mercuric (mercuric chloride/HgCl2). Rute utama
paparannya terutama melalui saluran cerna (dimasukkan per oral) dan melalui
kulit. Penelitian menunjukkan bahwa 7-15% dari dosis HgCl2 yang
dimasukkan per oral diabsorbsi melalui saluran cerna. Merkuri jenis ini
bersifat dapat larut dalam air, susah larut dalam lemak. Akumulasi terutama
di ginjal. Penelitian juga menunjukkan bahwa bentuk mercuric memiliki
afinitas yang tinggi terhadap metallothionein pada sel ginjal. Ekskresi
merkuri inorganik sebagian besar 14 melalui feses. Ion Hg2+ tidak melalui
blood brain barrier ataupun plasenta dengan mudah, namun proses eliminasi
yang berjalan lambat dan paparan yang lama dapat menyebabkan akumulasi
Hg2+ yang signifikan di susunan syaraf pusat. Waktu paruh merkuri
inorganik sekitar 40 hari. Paparan kronis terhadap kulit juga dapat
menyebabkan keracunan..
3) Merkuri Organik
Merkuri organik kerap kali diserap tubuh melalui pembentukan kompleks
dengan L-cysteine dan melewati membran sel menggunakan asam amino
netral sebagai pembawa. Meskipun relatif lebih tidak korosif dibandingkan
9
merkuri anorganik, ketika masuk ke dalam sel maka aryl atau alkil panjang
dari merkuri organik akan terkonversi menjadi kation divalent yang memiliki
sifat toksik seperti merkuri anorganik. 90% hingga 95% pajanan alkil merkuri
rantai pendek melalui sistem pencernaan terserap melalui saluran pencernaan.
Merkuri alkil organik memiliki kelarutan tinggi dalam lemak, dapat
terdistribusi relatif merata di sekujur tubuh, serta terakumulasi di otak, hati,
rambut, ginjal dan kulit. Merkuri organik dapat melalui batas darah-otak,
plasenta dan mempenetrasi eritrosit, menyebabkan gangguan syaraf, efek
teratogenik, dan tingginya rasio darah terhadap plasma. Metil merkuri
memiliki afinitas tinggi terhadap gugus sulfurhidril yang menjelaskan
disfungsi enzim, -13- seperti asetil transferase, yang berperan dalam
pembentukan asetil kolin. Inhibisi metil merkuri menyebabkan defisiensi
asetil kolin yang ditandai disfungsi motorik. Eksresi alkil merkuri sebagian
besar melalui feses (90%). Waktu paruh biologis metil merkuri sekitar 65
hari.
b. Pajanan Kronis
Pajanan kronis dari merkuri dalam waktu lebih dari satu minggu dapat
dikategorikan sebagai pajanan kronis. Risiko kesehatan akibat pajanan kronis
merkuri lebih buruk, karena merkuri bersifat bioakumulasi dan merusak fungsi
organ tubuh tertentu.
1) Merkuri elemental
Pajanan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat
dengan gejala terjadinya eretishm (iritabilitas, rasa malu sangat tinggi,
gelisah, insomnia, air liur berlebihan, gingivitis, tremor). Kerusakan ginjal
yang ditandai dengan proteinuria juga dapat terjadi. Pada anak, dapat terjadi
acrodynia yang ditandai dengan kram kaki yang sangat parah, iritabilitas,
paresthesia (rasa tertusuktusuk pada kulit), jari berwarna pink dan sangat
sakit, dan pengelupasan pada kulit tangan dan kaki).
2) Merkuri Anorganik
Pajanan kronis Merkuri Anorganik dapat menyebabkan kerusakan pada
sistem saraf pusat, ditandai dengan paresthesia, penglihatan kabur, dan rasa
10
lelah. Pada dosis metil merkuri yang lebih tinggi, dapat terjadi ketulian,
kesulitan bicara, dan penyempitan penglihatan. Perempuan usia produktif,
perempuan yang sedang hamil/menyusui, mempunyai risiko tinggi akan
pajanan merkuri. Merkuri akan berpindah ke janin/bayi yang akan dilahirkan,
bahkan kadar merkuri akan lebih tinggi dari yang ditemukan pada ibunya.
Merkuri juga ditemukan pada ASI, yang berarti bahwa perempuan yang
sedang menyusui dan tubuhnya terpajan merkuri, akan berpotensi
memindahkan merkuri dari tubuh ibu ke bayi yang sedang disusui. Merkuri
akan mengganggu perkembangan sistem saraf pada perkembangan otak pada
masa awal pertumbuhan dan akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
berpikir anak, keterampilan motorik anak bahkan mengakibatkan kecacatan
mental, buta, kejang, tidak dapat bicara, fungsi ginjal terganggu, dan
gangguan pada sistem pencernaan. Juga dapat menimbulkan degenerasi
neuron di korteks cerebri dan cerebellum dan mengakibatkan parestesi distal,
ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Gangguan
pertumbujan dan reflex yang tidak normal juga terjadi pada pajanan metil
merkuri pada anak dalam dosis lebih rendah. Metil merkuri mudah berpindah
dari ibu ke janin melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang berisiko
mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy. Pajanan metil
merkuri dalam jumlah besar dan waktu yang lama memiliki dampak
kesehatan seperti gangguan saraf dan pada ibu dapat berisiko adanya
gangguan kongenital pada janin dan bayi yang dikandungnya.
Tabel 1 Gejala Klinis Keracunan Merkuri
Sistem Target
Akut
Kronis
Kardiovaskuler
Hipertensi,
Hipertensi,
jantung
tachycardia
berdebar,
kejut
hypovolemic,
pingsan
11
Paru-Paru
Nafas
pendek,
pneumonitis,
edema,
emfisema,
pneumatocele,
sakit
dada
pleuritik, batuk,
fibrosis
interstitial, RDS
Saluran
Nausea, muntah, Konstipasi, diare,
Pencernaan
sakit
perut generalized
parah,
diare, distress
pendarahan
di
sistem
pencernaan
Sitem
Syaraf Tremor,
Tremor, insomnia,
Pusat
gagguan
rasa malu, hilang
iritabilitas,
ingatan,
depresi,
kelesuan,
anoreksia,
sakit
kebingungan,
kepala,
ataksia,
refleks
disarthria, berjalan
berkurang,
tidak
konduksi syaraf, gangguan
stabil,
visual
12
dan
gangguan dan
pendengaran
vasomotor,
neuropati,
paresthesias
Kulit
dan
Inflamasi
Gingivitis,
Jaringan
mukosal
acrodynia,
Berkeratin
(stomatitis) dan
munculnya
membran
keabuan, sakit
garis
biru tipis di gusi,
alopecia
membran
buccal,kulit
terbakar dan
mengalami
pendarahan,
dermatitis,
erythernatous
dan ruam kulit
pruritik,
alopecia
Hati
Meningkatnya
enzim serum
Ginjal
Oliguria,
Polyuria,
anuria, hematria,
polydipsia,
albuminuria
13
proteinuria,
gagal ginjal
Sistem
Aborsi spontan
Reproduksi
Aborsi
spontan,
kerusakan
otak
(keterbelakangan,
inkoordinasi,
kebutaan,gangguan
berbicara, ketulian,
seizures, paralisis)
Otot dan Rangka
Sakit pinggang
Otot
melemah,
kehilangan massa
otot,
tremor,
paralisis
Lainnya
Demam,
Kehilangan
berat
menggigil, lidah
badan,
keringat
merasa seperti
berlebihan, ruam,
logam, nafas
lendir berlebihan,
tidak teratur,
sensitif
gigi tanggal
cahaya
terhadap
(sumber : Broussard, L.A., dkk. 2002)
2.2.4 Penetapan Risiko Merkuri (Hg) Terhadap Manusia
Batas konsentrasi merkuri yang diperbolehkan dalam tubuh manusia adalah:
a. konsentrasi merkuri total dalam darah sebesar 0,5 mikrogram/100 ml darah
14
b. konsentrasi merkuri total dalam urin sebesar 5 mikrogram/gram kreatinin
c. konsentrasi pada rambut sebesar < 10 ppm United States Environmental
Protection Agency (US EPA) menyarankan: a. Reference Concentration (RfC)
untuk pajanan kronis merkuri elemental adalah 0,0003 mg/m3 berdasarkan efek
yang terjadi pada sistem saraf pusat. b. Reference Dose (RfD) untuk pajanan kronis
metil merkuri adalah 0,0001 mg/kg BB/hari.
Angka ini berdasarkan No Observed Adverse Effect Level/ Lowest Observed
Adverse Effect Level (NOAEL/LOAEL).
Tabel 2. Batas Aman Pajanan Merkuri
Batasan
yang Institusi
ditentukan
Pajanan
Tahun disahkan
terkait/Dokumen
Batas
Ambang
Pajanan
udara OSHA NOSH
0.05 mg Hg/m3/8-
yang
h (organik) 0.1 mg
diperbolehkan*
Hg/m3/8-h
(elemental)
mg
0.05
Hg/m3/10-h
(elemental)
Kriteria
udara ambien*
NAAQSClean
Air
1970
Act (rev.1990)
0.00006
mg
Hg/m3 air
(EPA)
Ambang batas*
≤ 0.05 mg Hg/m3
ACGH
of air/40-h
Kriteria
kualitas Clean Water Act
air ambien*
(EPA)
1977
144 ng/L (ppt)
(rev.2000)
15
Beban
badan
20-30 mg
total*
Produk makanan
(ikan
FDA EPA 1979 1996
dan (rekomendasi
bijibijian)*
yang diajukan)
≤ 1 mg/kg (ppm)
CH3Hg ≤ 0.01
mg/kg
(*sumber : Broussard, L.A., dkk. 2002)
2.2.5 Manajemen Risiko Merkuri (Hg)
Terjadinya tragedi Minamata telah memberikan gambaran betapa luasnya
dan beratnya dampak kerusakan akibat pencemaran merkuri terhadap kesehatan
manusia di suatu wilayah yang juga mempengaruhi hingga ke beberapa generasi.
World Summit on Sustainable Development tahun 2002 mengamanatkan
diimplementasikannya “Practices in the Sound Management of Chemicals” di tahun
2020 guna melindungi manusia dan lingkungan dari dampak negatif penggunaan
bahan-bahan kimia. Pada tahun 2013 terwujud Konvensi Minamata yang bertujuan
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari emisi antropogenik merkuri dan
senyawanya, dimana Pemerintah Indonesia bersama 91 negara lainnya telah
menandatangani Konvensi Minamata. Dalam pertemuan WHA (World Health
Assembly) ke-67 tahun 2014 Majelis Kesehatan Dunia merekomendasikan
Sekretariat WHO untuk membantu negara negara dalam pelaksanaan aspek
kesehatan Konvensi Minamata.
Secara umum Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan beberapa
regulasi yang terkait perlindungan masyarakat terhadap pencemaran bahan kimia
di lingkungan, diantaranya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan lingkungan, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
16
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, serta beberapa peraturan
menteri kesehatan terkait.
Dampak kesehatan merupakan fase di hilir dari permasalahan di hulu terkait
penggunaan merkuri. Oleh karena itu upaya kesehatan yang dilakukan terkait
pengendalian dampak kesehatan akibat pajanan merkuri memiliki banyak
keterbatasan selama pengurangan dan penghapusan merkuri belum dapat dilakukan
sepenuhnya. Untuk itu tujuan upaya sektor kesehatan ini merupakan upaya
meminimalisir risiko dampak kesehatan yang mungkin terjadi yang apabila tidak
dilakukan suatu saat akan timbul permasalahan yang lebih besar, seiring dengan
proses pengurangan dan penghapusan penggunaan merkuri yang dilakukan
bersama sama sektor lainnya.
Strategi 1 : Kerangka Kebijakan Secara umum, program kerja yang direncanakan
untuk strategi 1 adalah melakukan identifikasi kebijakan dan peraturan yang
dibutuhkan serta pengkajian ulang kebijakan yang ada dalam rangka penguatan
kerangka kebijakan terkait pengendalian dampak kesehatan akibat pajanan merkuri,
dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya:
a) Tinjauan regulasi terkait merkuri;
b) Melakukan revisi, identifikasi, dan perbaikan standar nasional batas pajanan
merkuri pada lingkungan;
c) Menyusun kebijakan atau peraturan terkait pengurangan merkuri di fasilitas
pelayanan kesehatan;
d) Membuat pedoman pengelolaan limbah alat kesehatan bermerkuri dari
fasilitas pelayanan kesehatan;
e) Merevisi peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan mengenai
penetapan batas maksimum mikrobiologi dan logam berat dalam pangan
olahan.
Strategi 2 : Standarisasi, Basis Data dan Surveilans Secara umum, program kerja
yang direncanakan untuk strategi 2 adalah menyusun panduan metode standar yang
digunakan untuk mengukur pajanan merkuri, mengukur dampak kesehatan pajanan
merkuri, melakukan pengukuran pajanan dan dampak kesehatan merkuri untuk
17
melakukan pembaruan data, dan membuat pangkalan data tentang merkuri di
Indonesia, dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya:
a) Menyusun metode standar untuk pengukuran pajanan merkuri;
b) Menyusun metode standar untuk pengukuran dampak kesehatan akibat
pajanan merkuri;
c) Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder, terkait pajanan merkuri
dan dampak kesehatan terhadap pekerja dan masyarakat;
d) Membuat pangkalan data (data base) dan website tentang merkuri;
e) Melakukan identifikasi titik pencemaran (hotspot), populasi berisiko
(population at risk) dan populasi rentan (vulnerable population) akibat
pajanan merkuri melalui kerjasama lintas sektoral;
f) Melakukan surveilans produk yang masih menggunakan merkuri dan
mengupayakan substitusinya melalui kegiatan sampling alat kesehatan.
Strategi 3 : Pengendalian Dampak Kesehatan Secara umum, program kerja yang
direncanakan untuk strategi 3 adalah melakukan upaya perlindungan terhadap
populasi berisiko akibat pajanan merkuri melalui kerjasama dan koordinasi lintas
sektoral, dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya berupa melakukan
upaya perlindungan populasi berisiko, terutama anak-anak dan perempuan, dan
pengendalian dampak kesehatan akibat pajanan merkuri.
Strategi 4 : Penguatan Kelembagaan dan Tenaga Kesehatan Secara umum,
program kerja yang direncanakan untuk strategi 4 adalah melakukan penguatan
kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka deteksi dini diagnosis
gangguan kesehatan akibat pajanan merkuri serta mewujudkan fasyankes bebas
merkuri dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya:
a) Meningkatkan kapasitas sarana, prasarana dan Sumber Daya Manusia
(SDM) laboratorium dalam menunjang skrining pajanan, diagnosis dan
dampak pajanan merkuri pada manusia dan sampel lingkungan;
b) Meningkatkan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan primer (Puskesmas)
melalui peningkatan kapasitas SDM dalam melakukan early detection,
diagnosis klinis (suspect), tata laksana keracunan merkuri dan surveillans
dampak kesehatan akibat pajanan merkuri;
18
c) Meningkatkan kapasitas fasyankes rujukan (rumah sakit) melalui
peningkatan kapasitas SDM dalam melakukan early detection, diagnosis
klinis, tata laksana keracunan merkuri dan surveillans dampak kesehatan
akibat pajanan merkuri; dan
d) Melaksanakan program eliminasi merkuri melalui substitusi alat kesehatan
bermerkuri.
Strategi 5 : Sosialisasi dan Advokasi Secara umum, program kerja yang
direncanakan untuk strategi 6 adalah melakukan sosialisasi dan advokasi tentang
dampak kesehatan akibat pajanan merkuri dalam rangka upaya preventif dan
promotif kepada masyarakat luas, baik melalui media komunikasi di fasyankes
maupun dengan mendorong dimasukannya materi merkuri dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah khususnya di daerah dimana terdapat kegiatan
Penambang Emas Skala Kecil atau proses lainnya yang menggunakan bahan
merkuri, dengan melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a) Tersedianya media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang
bahaya pajanan merkuri dan pengendaliannya;
b) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang risiko dan dampak
kesehatan akibat pajanan merkuri kepada masyarakat; dan
c) Melakukan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan di area hotspot
pajanan merkuri untuk memberikan informasi tentang risiko dan dampak
kesehatan akibat pajanan merkuri kepada siswa pendidikan dasar dan
menengah dan tinggi (Sekolah Sehat).
Strategi 6: Penelitian dan Pengembangan Secara umum, pengembangan dilakukan
dengan melakukan studi epidemiologi pajanan merkuri dan analisa risiko dampak
pencemaran merkuri terhadap kesehatan. Melakukan penelitian faktor risiko dan
epidemiologi pajanan merkuri dan dampak kesehatannya.
Strategi 7: Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan pengendalian dampak kesehatan akibat
pajanan merkuri. Monitoring dan evaluasi dilakukan di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota, sekurang-kurangnya satu kali dalam 1 (satu) tahun. Beberapa
strategi tersebut di atas diimplementasikan dalam bentuk kegiatan, indikator,
19
penanggungjawab, penyelenggara dan waktu pelaksanaan kegiatan yang
dituangkan secara rinci, dalam bentuk matriks.
Pengendalian dampak kesehatan akibat pajanan merkuri, Mengendalikan risiko dan
dampak merkuri terhadap kesehatan dalam rangka mendukung pengurangan dan
penghapusan merkuri di Indonesia seperti :
KONDISI YANG
KONDISI SAAT INI
STRATEGI
DIHARAPKAN
₋
Adanya
risiko 1. Penguatan Kebijakan
pemaparan merkuri pada
penggunaan 3. Pengendalian Dampak perempuan
tanpa pengelolaan yang 4.
baik.
anak
pelayanan Tenaga Kesehatan
kesehatan
masih 5.
menggunakan
Penelitian
alat Pengembangan
kesehatan mengandung 6.
merkuri.
terutama
dan
anak
pemaparan
Penguatan merkuri.
Kelembagaan
Fasilitas
dari
upaya
populasi
berisiko
merkuri di dunia usaha Kesehatan
₋
Terwujudnya
2. Standarisasi, Basis perlindungan
masyarakat karena masih Data dan surveilans
maraknya
-
Sosialisasi
dan
₋ Terwujudnya fasilitas
pelayanan
kesehatan
dan bebas merkuri.
₋ Surveilans lingkungan
dan di
wilayah
berisiko
Advokasi 7. Monitoring menunjukan
kadar
₋ Surveilans lingkungan dan Evaluasi
merkuri tidak melebihi
di
nilai baku mutu.
beberapa
berisiko,
wilayah
menunjukan
20
kadar merkuri melebihi
₋ Adanya metode standar
nilai baku mutu
pengukuran pajanan dan
₋ Belum adanya metode
dampak pajanan.
standar
₋
pengukuran
pajanan
dan
dampak
Fasilitas
pelayanan
kesehatan
memiliki
kesehatan.
kemampuan
dalam
₋
deteksi dini, diagnosis
Teridentifikasinya
tersangka
(suspect)
dan
tatalaksana
gangguan kesehatan pada
gangguan
kesehatan
masyarakat
akibat
akibat
merkuri
beberapa
di
merkuri.
Meningkatnya
lokasi oleh masyarakat
pengetahuan
khususnya pada pekerja
kesadaran
perempuan dan anak.
berisiko
₋
pengendalian
Masih
terbatasnya
kemampuan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
dalam
tatalaksana
dan
masyarakat
dampak
tentang
dan
merkuri
terhadap kesehatan.
dini,
₋
serta
epidemiologi gangguan
gangguan
kesehatan akibat pajanan
deteksi
diagnosa
₋
kesehatan akibat merkuri
Tersedianya
data
merku
(intoksikasi merkuri)
21
₋ Minimnya pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
tentang
risiko
dampak
dan
merkuri
terhadap
kesehatan
₋ Belum adanya data
epidemiologi gangguan
kesehatan akibat pajanan
merkuri.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pencemaran merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan manusia
merupakan masalah kesehatan global di dunia. Berbagai kasus gangguan kesehatan
akibat pencemaran merkuri sudah banyak terjadi baik dalam skala nasional ataupun
global. Kejadian di teluk Minamata Jepang yang merupakan inisiasi adanya
Konvensi Minamata dan beberapa hasil kajian dampak pencemaran akibat
penggunaan merkuri di Indonesia terhadap lingkungan, biomarker dan biota lainnya
yang menunjukan adanya hubungan positif pencemaran merkuri, merupakan hal
yang perlu diperhatikan dan segera ditindaklanjuti dampak kesehatan akibat
pencemaran merkuri. Sebagai bentuk kepedulian Global dan adanya potensi
terhadap timbulnya masalah pencemaran Merkuri di Indonesia.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bacrudin Lain, Yusniar Hanani D, Tri joko. 2016. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Pajanan Merkuri Pada Masyarakat Di Area Penambangan Emas Tanpa Ijin (Peti)
Desa Kayeli Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Undip.
https://media.neliti.com/media/publications/18570-ID-analisis-risiko-
kesehatan-lingkungan-pajanan-merkuri-pada-masyarakat-di-area-pen.pdf.
Caecilia Ardianovita P. (2012). Analisis Risiko Pencemaran Merkuri Terhadap
Kesehatan Manusia Yang Mengonsumsi Beras Di Sekitar Kegiatan Tambang Emas
Tradisional. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
(106-114).
I Putu Sugiana. 2023. Pencemaran Merkuri di Pesisir dan Laut: Dampak, Strategi
Pemantauan,
Mitigasi
serta
Arah
Penelitian
di
Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/372548077_Pencemaran_Merkuri_di_
Pesisir_dan_Laut_Dampak_Strategi_Pemantauan_Mitigasi_serta_Arah_Peneliti
an_di_Indonesia.
Nanang Besmanto, dkk. 2012. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan,
Direktorat jenderal PP dn PL Kementerian Kesehatan.
Octarens Alik, Woodford B. S. Joseph, Sri Seprianto Maddusa. 2022. Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan Paparan Logam Berat Merkuri (HG) pada Masyarakat
Sekitar Sungai yang Mengonsumsi Ikan Nilem (Ostoechillus Vittatus) dari Sungai
Desa Bakan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Permenkes. 2019. Penghapusan Dan Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Permenkes. 2016. Rencana Aksi Nasional Pengendalian Dampak Kesehatan Akibat
Pajanan Merkuri Tahun 2016-2020.
Sardjito.co.id. (2019). Merkuri dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia.
https://sardjito.co.id/2019/06/21/merkuri-dan-dampaknya-terhadap-kesehatanmanusia.
24
sitkb3.menlhk.go.id.
(2018).
Info
Apa
Itu
Merkuri.
Mercury
exposure,
https://sitkb3.menlhk.go.id/infomerkuri/?p=334
Xue
Feng Hu, Mackenzie Lowe, Hing
Man Chan.
2021.
cardiovascular disease, and mortality: A systematic review and dose-response meta
analysis.https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S00139351203143
53.
25
Download